Uploaded by User26481

revisi 3

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil. Penatalaksanaan asfiksia
bayi baru lahir yang difokuskan pada menyiapkan alat resusitasi, mengambil
keputusan perlunya dilakukan resusitasi. Faktor tertentu yang diketahui dapat
menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah
faktor ibu, tali pusat dan bayinya.
Faktor ibu antara lain: preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal
(plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau parus macet, demam
selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat
waktu. Faktor tali pusat: lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat,
prolapsus tali pusat. Faktor bayi yaitu: bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan bawaan, air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan).
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko
yang
berpotensi untuk meninbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor resiko
tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang
kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
1
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas askeb 2 (persalinan)
1.2.2
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui serta dapat menjelaskan definisi resusitasi.
b.
Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru lahir.
c.
Menjelaskan cara membuat keputusan untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir.
d.
Menjelaskan langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir.
e.
Menjelaskan asuhan pascaresusitasi.
f.
Menjelaskan tata laksana inisiasi menyusui dini.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Resusitasi
Resuitasi merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus
yang gagal bernapas secara spontan. Hal yang mendasari dilaksanakannya
resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia. Tiga kondisi
patofisiologis yang menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi sel, retensi
karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolik.
Tujuan resusitasi adalah untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru
lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di
kemudian hari.
2.1.1
Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Di dalam persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan
kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya
beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak
yang berat atau meninggal.
2.1.2
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
3
2.1.3
Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi.
Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata,
keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar.
Kondisi rata yang diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat
resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya: lampu sorot) dan tidak
banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu
sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax).
Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
2.1.4 Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga
alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
1.
Dua helai kain/ handuk.
2.
Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.
3.
Alat pengisap lendir De Lee atau bola karet.
4.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5.
Kotak alat resusitasi.
6.
Jam atau pencatat waktu.
4
Gambar Tabung dan Sungkup
Gambar Balon dan Sungkup
5
2.1.5
Penilaian Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat perinium
(harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi
dengan kain/ handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan
menjawab 2 pertanyaan:

Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?

Apakah bayi lemas?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu
resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat
membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi
ke tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal
resusitasi.
6
Skema Resusitasi
LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jaga bayi tetap hangat
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan dan rangsang aktif
Reposisi
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
YA
TIDAK
1.
2.
3.
4.
Ventilasi
Pasang sungkup, perhatikan lekatan
Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati
gerakan dada bayi
Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi
20 kali dengan tekanan 20cm air dalam 30 detik
Penilaian apakah bayi menagis atau bernapas
spontan dan teratur
YA
TIDAK
-
- Lanjutkan ventilasi, evaluasi
tiap 30 detik
- Perhatikan apakah bayi
menangis/ bernapas spontan
dan teratur.
-
YA
TIDAK
Setelah evaluasi selama 2 menit tidak
berhasil, siapkan rujukan
ASUHAN PASCA RESUSITASI :
1. Jaga bagi tetap hangat
2. Lakukan pemantauan
3. Konseling
Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak
bisa bernapas spontan setelah 20
menit, pertimbangan untuk
menghentikan tindakan resusitasi
4. Pencatatan
7
Konseling Dukungan
Emosional
Pencatatan bayi meninggal
2.1.6 Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir
 Langkah Awal
Sambil melakukan langkah awal:

Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk
memulai bernapas.

Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan
melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
Langkah awal perlu dilakukan secara (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk
bernapas spontan dan teratur.
1.
Jaga bayi tetap hangat
 Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perinium.
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
 Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi.
2.
Atur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
3.
Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir De Lee atau bola karet.
 Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
 Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan).
8
 Bila menggunakan pengisap lendir De Lee, jangan memasukkan ujung
pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3
cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi
melambat atau henti napas bayi.
4.
Keringkan dan rangsang bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau
bernapas lebih baik.
 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
-
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
-
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan.
5.
Atur kembali posisi kepala dan selimut bayi
 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
(disiapkan).
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada
agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
 Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
6.
Lakukan penilaian bayi
 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak
bernapas.
-
Bila bayi bernapas normal, berikan pada ibunya:
o Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimut keduanya untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-bayi.
9
o Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya.
-
Bila bayi tak bernapas atau megap-megap: segera lakukan tidakan
ventilasi.
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
o
Pemasangan sungkup
 Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
o
Ventilasi percobaan (2 kali)
 Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
mulai bernapas dengan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau
bebas.
 Lihat apakah dada bayi mengembang
-
Bila tidak mengembang
o Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
o Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.
o Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap
kembali).
o
Bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
Ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik)
 Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.
 Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
10
o
Lakukan penilaian
 Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi
diberikan asuhan pasca resusitasi.
 Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi.
o
Lanjutkan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 kali untuk 30 detik
berikutnya.
o
Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik.
o
Lakukan penilaian bayi apakah bernapas normal, tidak bernapas atau
megap-megap.
o Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan
pantau bayi dengan seksama, berikan asuhan pascaresusitasi.
o Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi
dengan tekanan 20 cm air, 20 kali untuk 30 detik berikutnya dan
nilai hasilnya setiap 30 detik.
 Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit
diventilasi.
o
Mintalah keluarga membantu persiapan rujukan.
o
Teruskan resusitasi sementera persiapan rujukan dilakukan.
 Bila bayi tidak bisa dirujuk
o
Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
o
Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jka setelah 20 menit,
upaya ventilasi tidak berhasil.
11
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami
kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat atau
meninggal.
2.1.7 Teknik Resusitasi Bayi Baru Lahir Yang Efektif
1.
Pengisapan Lendir
Beberapa bayi baru lahir tidak dapat melakukan pernapasan secara spontan
karena tidak dapat mengeluarkan lendir sendiri, maka bidan harus melakukan
pengisapan lendir. Pengisapan lendir dimulai dari mulut kemudian dilanjutkan ke
hidung. Alat pengisap lendir yang digunakan suction dengan selang yang lembut
pengisapan lendir De Lee tidak dianjurkan karena saat digunakan, tangan bidan
akan terpajan cairan dari tubuh bayi. Cairan atau lendir kebanyakan berada di
daerah orofaring bayi.
 Posisi yang Benar
Setiap
bayi
dengan
gangguan
pernapasan
spontan
sebaiknya
ditempatkan dalam posisi tidur telentang dan leher sedikit ekstensi. Tindakan ini
membantu meminimalkan penyempitan trakea dan memaksimalkan aliran udara.
Apabila oksiput bayi sangat bengkak, letakkan gulungan kain setinggi 1-2 cm di
bawah bahu bayi untuk mempertahankan jalan napas agar sedikit hiperekstensi.
 Stimulasi Taktil
Sambil melakukan evaluasi usaha napas bayi, bidan melakukan stimulasi
taktil untuk merangsang usaha napas bayi. Apabila bayi apnea memberikan
respon terhadap stimulasi taktil, berarti bayi berada dalam periode apnea primer.
12
 Pemberian Oksigen
Apabila setelah stimulasi taktil bayi dapat bernapas dengan teratur dan
spontan namun warna kulit bayi masih kehitman, maka dapat diberikan oksigen
100% yang mengalir dengan bebas. Untuk memberikan oksigen dalam aliran
bebas ini bidan dapat mempergunakan selang oksigen yang dihubungkan dengan
masker wajah atau bak anastesi yang ditempatkan di dekat wajah bayi. Warna
kulit bayi yang kemerahan mengindikasikan adanya peningkatan kondisi bayi, dan
pemberian oksigen dapat dikurangi secara bertahap.

Pemberian Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Apabila tidak ada pernapasan teratur dan spontan atau jika warna kulit
bayi tetap kehitaman, maka bidan harus memulai tindakan pemberian ventilasi
tekanan positif dengan menggunakan bag dan masker resuitasi serta sumber
oksigen dengan volume 5 – 10 liter /menit.

Prosedur untuk ventilasi tekanan positif (VTP)

Perlengkapan
Bag dengan pengukur tekanan yang dihubungakan dengan reservoir
oksigen.

Metode
1.
Lakukan pengisapan hidung dan orofaring untuk meghilangkan sekret.
2.
Atur posisi bayi pada posisi netral, karena jika hiperekstensi maka udara akan
memasuki esofagus.
13

Kewaspadaan
Ventilasi yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh sekat yang buruk di
sekitar masker, leher fleksi, atau hiperekstensi atau tekanan ventilasi tidak kuat.

Perlengkapan
Masker wajah yang tidak sesuai dengan ukuran bayi.
 Metode
Pasang masker di atas hidung dan mulut, pastikan sekatnya rapat.

Kewaspadaan
Tekanan masker wajah yang dekat dengan mata bayi dapat menyebabkan
kerusakan jaringan.

Perlengkapan
Stetoskop

Metode
Tekanan untuk napas pertama harus 40 – 50 cm H2O

Kewaspadaan
Ventilasi tekanan positif menyebabkan retensi udara di dalam lambung.
Setelah bagging selama periode waktu yang singkat, kosongkan lambung dengan
memasukkan selang NGT dan semua isi lambung harus dikeluarkan. Hal ini
dilakukan agar mencegah distensi lambung yang akan menggangu ekspansi paru.
14

Perlengkapan
Selang NGT

Metode
Napas selanjutnya memerlukan tekanan sekitar 25 cm H2O atau tekanan
terendah yang memungkinkan bidan untuk melihat ekspansi dinding dada.

Perlengkapan
Sumber oksigen yang dilembabkandengan pengukur aliran.

Metode
1.
Berikan ventilasi 40 – 50 kali permenit selama 23 menit.
2.
Minta asisten untuk melakukan auskultasi lobus atas anterior paru untuk
memeriksa pengisian udara.
3.
Lanjutkan pengisian oksigen yang mengalir bebas dengan masker wajah
setelah bayi bernapas.
2.1.8 Teknik Kompresi Jantung
1. Indikasi
Tindakan ini dilakukan jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60x/
menit.
2. Tujuan
Memberikan kompresi dengan frekuensi yang tepat, disertai dengan
tekanan yang efektif. Hindari adanya kerusakan organ-organ internal.
15
Prosedur Tindakan
1.
Mutlak harus ada 2 orang penolong. Penolong pertama bertugas memberikan
ventilasi menggunakan ambu bag, sementara penolong lain bertugas
memberikan penekanan pada jantung bayi.
2.
Posisikan kedua ibu jari penolong saling bersebalahan di atas sepertiga bawah
sternum, tepat berada di bawah garis yang ditarik antara kedua puting.
3.
Tekan sternum dengan kedalaman sepertiga diameter anteroposterior dada
dengan frekuensi 90x/ menit diselingi ventilasi. Perbandingan kompresi dan
ventilasi 3:1 atau 3x kompresi dan 1x ventilasi setiap 2 detik.
4.
Ketika jeda kompresi, jangan pindahkan kedua jari penolong.
5.
Setelah 30 detik, penolong harus menghentikan kompresi dan mengevaluasi
frekuensi jantung selama 6 detik.
6.
Apabila frekuensi jantung > 60x/ menit, kompresi jantung dapat dihentikan
namun VTP tetap dilanjutkan sampai ada pernapasan spontan.
2.1.9 Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah
menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
 Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah
awal atau sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
 Resusitasi tidak/ kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah
ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih
megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya makin
memburuk.
16
 Resusitasi gagal: setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal napas.
1. Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali
normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
Konseling

Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.

Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok
energi yang dibutuhkan.

Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan
metode kangguru).

Jelaskan pada ibu dan keluarganya uantuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir.

Jelaskan pada ibu da keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat
tanda-tanda tersebut pada bayi.
Lakukan asuhan bayi baru normal termasuk:

Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya.
17

Berikan vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pascaresusitasi selama 2 jam
pertama:

Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi:
o Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <30x atau 60x/
menit.
o Bayi kebiruan atau pucat.
o Bayi lemas.

Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur
tubuh telah normal dan stabil.
1. Bayi perlu rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas
rujukan.
Bayi pascaresusitasi harus segera dirujuk (untuk mendapatkan asuhan/ perawatan
khusus) bila menunjukkan tanda-tanda berikut ini.
- Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per
menit.
- Adanya retraksi (tarikan) interkostal.
18
- Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising napas
inspirasi).
- Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
- Bayi lemas.
Konseling
 Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk
bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang
diajukan ibu atau keluarganya.
 Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi
selama perjalanan rujukan.
 Beritahu (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi
dan perkiraan waktu tiba. Beritahu juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang
dirujuk.
 Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama
perjalanan ke tempat rujukan.
Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
 Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh)
dan catatan medik.
 Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam
posisi “Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam
satu selimut.
 Lindungi bayi dari sinar matahari.
19
 Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya,
kecuali pada keadaan gangguan napas, kontra indikasi lainnya.
Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukan
akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya
sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak
dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
2. Resusitasi tidak berhasil
Bila resusitasi bayi tidak berhasil setelah 20 menit tindakan resusitasi
dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami
gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan
keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat. Secara hati-hati dan
bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang
terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan
rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum memberi
hasil seperti yang diharapkan. Minta mereka untuk tidak larut dalam kesedihan,
seluruh kemampuan dan upaya penolong (dan fasilitas rujukan) telah diberikan
dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga
untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang
memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya. Minta
20
keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan
memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas
kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi
yang telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormon saat
pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitif,
terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya,
minta ia berbicara dengan orang paling dekat atau penolong. Jelaskan pada ibu
dan keluarganya bahwa ibu perlu istirahat, dukungan moral dan makanan bergizi.
Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
Asuhan lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3 hari. Mungkin
juga timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi pembengkakan
payudara dengan cara sebagai berikut.
 Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan
menggunakan selendang/ kemben/ kain sehingga ASI tidak keluar.
 Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
Asuhan tindak lanjut: kunjungan ibu nifas
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya (dalam waktu 2
minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu tidak menyusukan bayi.
Banyak ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi kembali setelah 3
21
minggu pascapersalinan. Bila mungkin, lakukan asuhan pascapersalinan di rumah
ibu.
(Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan-ed.3 (Revisi) – Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007)
2.2
Bonding Attachment
Bonding attachment terjadi pada kala IV, ketika terjadi kontak antara ibu-
ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih. Menurut Brazelton (1978), bonding
merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar individu, pertemuan pertama
kali antara orang tua dan anak. Sementara itu attachment adalah suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Nelson dan May (1996), attachment merupakan ikatan antara
individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik
yang akrab. Bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama karena
ada ikatan antara orang tua dan anak dapat terus berlanjut bahkan selamanya
walau terpisahkan oleh jarak dan waktu serta tanda-tanda keberadaan secara fisik
tidak terlihat (Klaus dan Klenel 1982). Menurut Saxton dan Pelikan (1996)
bonding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (Kasih
Sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir dan attachment adalah
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Secara itu Maternal
Neonatal Health mendefinisikannya sebagai kontak dini secara langsung antara
ibu dan bayi setelah proses persalinan, mulai dengan kala III sampai dengan
postpartum.
22
Menurut Mercer (1996) prakondisi yang memperngaruhi ikatan adalah
sebagai berikut :
1.
Kesehatan emasional orang tua.
2.
Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga.
3.
Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan
yang kompeten.
4.
Pendekatan orang tua dan bayi.
5.
Kecocokan antara orang tua dan bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan
jenis kelamin).
Tahap-tahap Bonding Attachment
1.
Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, memberikan
sentuhan, mengajak berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya. Menurut Klaus dan Kenell (1982), ini merupakan bagian yang
terpenting.
2.
Keterikatan (Bonding).
3.
Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Elemen-elemen Bonding Attachment
1.
Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan
cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah
menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama, yakni pengasuh mulai
mengeksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama
23
kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi
dan akhirnya memeluk dengan tangannya (Rubin, 1963; Klaus, Kennell,
1982; dan Tulman, 1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.
2.
Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan dengan melakukan kontak mata
mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus dan kennel, 1982).
3.
Suara
Saling mendengar dan merespons suara antara orang tua dan bayinya juga
penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan
tegang. Sementara itu bayi akan menjadi tenang dan berpaling ke arah orang
tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4.
Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap
aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki
aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sementara itu bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto,1985).
5.
Hiburan (entertainment)
Bayi baru lahir bergerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
Mereka
menggoyangkan
tangan,
mengangkat
kepala,
menendang-
nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Hiburan terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi member umpan
24
balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif
yang positif.
6.
Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk
ritme personal (Bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan kasih saying yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu
saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
7.
Kontak dini
Saat ini tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini
setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
Namun menurut Klaus dan Klennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat di peroleh oleh kontak dini yaitu sebagai berikut :
a. Kadar Oksitosin dan Prolaktin meningkat.
b. Refleks mengisap dilakukan sedini mungkin.
c. Pembentukan kekebalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.
8.
Kehangatan Tubuh
9.
Waktu Pemberiaan Kasih Sayang
10. Stimulasi Hormonal
Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bonding Attachment
1.
Bonding Attachment dilakukan di menit pertama dan jam pertama.
2.
Adanya ikatan yang baik dan sistematis.
25
3.
Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan.
4.
Persiapan (perinatal care-PNC) sebelumnya.
5.
Cepat melakukan proses adaptasi.
6.
Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam member kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman.
7.
Tersedianya fasilitas untuk kontak yang lebih lama.
8.
Penekanan pada hal-hal positif.
9.
Adanya perawat maternitas khusus (Bidan).
10. Libatkan anggota keluarga lainnya.
11. Pemberiaan informasi bertahap mengenai Bonding Attachment.
Dampak positif yang dapat diperoleh dari Bonding Attachment adalah
bayi merasa dicintai, diperhatikan, dipercayai, merasa aman, serta berani
mengadakan eksplorasi. Selain itu, juga dapat menumbuhkan sikap sosial.
Hambatan yang biasa di temui dalam melakukan Bonding Attachment adalah
kurangnya sistem dukungan (Support System), ibu dan bayi yang beresiko, serta
kehadiran bayi yang tidak diinginkan. Dengan terhambatnya bonding attachment,
maka perkembangan tingkah laku anak juga akan terhambat, dan sebaliknya akan
tumbuh sikap-sikap yang tidak menguntungkan seperti tingkah laku stereotip,
sosial abnormal, kemunduran kemampuan (motorik, kognitif, dan verbal), serta
bersikap apatis.
(Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita/ Vivian Nanny Lia Dewi- Jakarta:
Salemba Medika, 2010)
26
2.3
Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah program menyusui bayi tetapi bayi itu
sendiri yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibunya. Ada beberapa
tahap dalam IMD salah satunya setelah bayi diletakkan maka dia akan
menyesuaikan dirinya dilingkungan barunya. Hal yang pertama kali terjadi
kemungkinan saat pertama bayi diletakkan didada ibunya sang bayi belum
bereaksi, kemudian berdasarkan bau yang dicium dari tangannya ini yang akan
membantu dia menemukan puting susu ibunya. Dia akan merangkak naik dengan
menekankan kakinya pada perut ibunya. Bayi akan menjilati kulit ibunya yang
mengandung bakteri baik sehingga kekebalan tubuh bayi dapat bertambah. Dalam
program IMD ini ibu tidak boleh memberikan bantuan apapun pada bayi tapi
biarkan bayi menyusu sendiri. Biasanya, bayi dapat menemukan puting susu ibu
dalam jangka waktu 1 jam pertama.
Program ini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu
yang baru melahirkan. Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis
maupun keengganan untuk melakukannya membuat Inisiasi Menyusu Dini masih
jarang dipraktekkan. Banyak orang tua yang merasa kasihan dan tidak percaya
seorang bayi yang baru lahir dapat mencari sendiri susu ibunya. Ataupun rasa
malu untuk meminta dokter yang membantu persalinan untuk melakukannya.
Begitu juga dengan dokter atau bidan yang tidak mau direpotkan dengan kegiatan
ini sehingga akhirnya bayi tidak diberi kesempatan untuk melakukan ini. Untuk
dapat memperoleh bantuan dokter, hendaknya Anda membicarakan keinginan
Anda ini saat baru awal mengandung. Pastikan agar dokter dan rumah sakit
27
bersedia melakukannya, bila tidak Anda dapat mencari dokter atau rumah sakit
lainnya yang mendukung program IMD.
Informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Berikut informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat
mendorong untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan:

Percayalah bayi dapat melakukan ini sendiri

Jangan kuatir bayi akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus
dibiarkan selama kurang lebih 1 jam untuk mencari puting susu ibu.
Karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi
merasa kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2oC, sedangkan bila
bayi kepanasan, kulit ibu akan menyesuaikan dengan menurunkan suhu
sebanyak 1oC.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi
sehingga mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir.

Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim
dan mengelurkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu.

Bila bayi dalam melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat Anda
menyerah untuk memberikan ASI. Bayi menangis belum tentu karena
merasa lapar. Biarkan bayi Anda menemukan susu sendiri.

Bila persalinan harus melalui proses Cesar, Anda dapat tetap melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar
50% daripada persalinan normal.

IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
28
(Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan-ed.3 (Revisi) – Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007)
Proses Inisiasi Menyusui Dini
1.
Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
2.
Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat
dipakai topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
3.
Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
4.
Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, ibu perlu didukung
dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan
oleh bayi.
5.
Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu
sampai proses menyusu pertama kali.
6.
Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vitamin K, dan tetes mata.
7.
Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya,
karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan
meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang
29
menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat
memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Bayi yang dapat menyusu dini dapat dengan mudah menyusu kemudian hari,
sehingga kegagalan menyusui akan jauh berkurang. Selain mendapatkan
kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan
menurunkan kematian.

Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin
sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan terjadinya
perdarahan.

Dapat memotivasi dan memulai dengan ASI eklusif, dengan peristiwa IMD
yang berjalan 1 jam dapat berpengaruh pada masa depan si bayi.
2.4
Dokumentasi Kala IV
1.
Pengkajian
Pada kala IV bidan harus melakukan pengkajian yang lengkap dan jeli,
terutama mengenai data yang berhubungan dengan kemungkinan penyebab
perdarahan, karena pada kala IV inilah kematian pasien paling banyak terjadi.
Penyebab kematian pasien pascamelahirkan terbanyak adalah perdarahan dan ini
terjadi pada kala IV.
1.
Data Subjektif
b. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir.
c. Pasien mengatakan perutnya mulas.
30
d. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
2. Data Objektif
a. Plasenta telah lahir spontan lebgkap pada tanggal..., jam....
b. TFU berapa jari di atas pusat
c. Kontraksi uterus: baik/ atau tidak
2.
Interpretasi Data Dasar
Diagnosis nomenklatur
Seorang P1 Ao dalam persalinan kala IV.
Masalah yang dapat muncul pada kala IV
1. Pasien kecewa karena jenis kelamin tidak sesuai dengan keinginannya.
2. Pasien tidak koperatif dengan proses IMD.
3. Pasien cemas dengan keadaannya.
3.
Menentukan Diagnosis Potensial
Bidan menentukan diagnosis potensial berdasarkan data yang diperoleh
melalui pengkajian pada kala III serta perjalanan persalinan pasien dari awal. Ada
beberapa riwayat dan data fisik pasien yang mendukung untuk menegakkan
diagnosis potensial.
Dignosis potensial yang mungkin muncul pada kala IV
1.
Hipotoni sampai dengan atonia utei.
2.
Perdarahan karena robekan servik.
3.
Syok hipovolemik.
31
4.
Menentukan Tindakan Antisipasi/ Segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang ditegakkan,bidan melakukan
tindakan antisipasi untuk menyelamatkan jiwa pasien. Tapi ingat, tindakan
antisipasi harus selalu menyesuaikan batas kewenangan bidan dan standar
pelayanan kebidanan.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan bidan
1.
Eksplorasi sisa plasenta.
2.
Kompresi bimanual eksterna sampai interna
3.
Pemberian infus dan uterotonika.
5.
Perecanaan
Pada kala IV bidan merencanakan tindakan sesuai dengan tahapan
persalinan normal.
1.
Lakukan pemantauan intensif pada pasien.
2.
Lakukan penjahitan luka perinium.
3.
Pantau jumlah perdarahan.
4.
Penuhi kebutuhan pasien pada kala IV
6.
Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, berikut adalah realisasi
asuhan yang akan dilaksanakan terhadap pasien.
1.
Melakukan pemantauan pada kala IV
32
a. Luka/ robekan jalan lahir: servik, vagina, dan vulva; kemudian
dilanjutkan dengan penjahitan luka perinium.
b. Tanda vital
1). Tekanan darah dan nadi
2). Respirasi dan suhu
c. Kontraksi uterus
d. Lokia
e. Kandung kemih.
2. Melakukan penjahitan luka perinium
3. Memantau jumlah perdarahan
Jumlah darah secara pasti tidak akan terkur, maka bidan melakukan perkiraan
darah yang keluar serta melihat kondisi umum dan tanda vital sebagai
indikator terjadinya syok akibat perdarahan.
4.
Memenuhi kebutuhan pada kala IV
a.
Hidrasi dan nutrisi.
b.
Hygiene dan kenyamanan pasien.
c.
Bimbingan dan dukungan untuk berkemih.
Pemberian informasi yang sejelas-jelasnya mengenai apa yang terjadi
dengan tubuhnya saat ini dan apa yang harus ia lakukan berkaitan dengan
kondisinya.
d.
Kehadiran bidan sebagai pendamping.
e.
Dukungan dalam pemberian ASI dini.
33
7.
f.
Posisi tubuh yang nyaman.
g.
Tempat dan alas tidur yang kering dan bersih agar tidak terjadi infeksi.
Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan bayi
dalam keadaan baik, yang ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis
pasien. Kriteria dari keberhasilan ini adalah sebagai berikut:
1.
Tanda vital pasien normal.
2.
Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500 cc.
3.
Kontraksi uterus baik.
4.
IMD berhasil.
5.
Pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya.
(Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin/ Ari Sulistyawati dan Esti NugrahenyJakarta: Salemba Medika, 2010)
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Resuitasi merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang
gagal bernapas secara spontan. Hal yang mendasari dilaksanakannya
resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia.

Bounding attachment terjadi pada kala IV, ketika terjadi kontak antara ibuayah-anak yang berada dalam ikatan kasih.

Inisiasi Menyusu Dini adalah program menyusui bayi tetapi bayi itu sendiri
yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibunya. Ada beberapa tahap
dalam IMD salah satunya setelah bayi diletakkan maka dia akan
menyesuaikan dirinya dilingkungan barunya.
B. Saran
Di dalam setiap persalinan,penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan
kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya
beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak
yang berat dan meninggal.
35
DAFTAR PUSTAKA
1.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin/ Ari Sulistyawati dan Esti NugrahenyJakarta: Salemba Medika, 2010
2.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita/ Vivian Nanny Lia Dewi- Jakarta:
Salemba Medika, 2010
3.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan-ed.3 (Revisi) – Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007
36
Download