KERAGAMAN BUDAYA DAERAH KOTA DENPASAR SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI BALI Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Oleh: I Gusti Ayu Sonia Conchita 16/393632/HK/20820 UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019/2020 A. Pendahuluan Pada hakikatnya, sebagai warga negara yang baik seharusnya kita mengerti dan memahami arti serta tujuan, dan apa saja yang terkandung dalam Identitas Nasional. Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu bangsa dan negara. Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi ketentuan yang telah disepakati bersama. Denpasar merupakan ibu kota di Provinsi Bali, Indonesia. Kota Denpasar menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan industri terutama industri pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisata yang ada di Pulau Bali membuat kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis dan menjadikan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Provinsi Bali. Kota Denpasar berdiri pada 27 Februari 1788. Mayoritas penduduk kota ini adalah orang Hindu. Namun, banyak juga penduduknya yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Konghucu. Kota Denpasar terkenal dengan keindahan alam dan juga kotanya, selain itu solidaritas masyarakat Hindunya yang sangat kental. Sejarah nama Denpasar berasal dari 2 kata yang dipisah, ‘den’ (utara) dan ‘pasar’ (pasar), jadi makna keseluruhannya “Utara Pasar”. Dahulu, Denpasar adalah sebuah taman. Tetapi, taman tersebut tidak seperti taman pada umumnya, karena taman ini merupakan taman kesayangan dari Raja Badung, Kyai Jambe Ksatrya. Pada saat itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya, sekarang namanya adalah Pasar Satria. Taman ini dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam, maka dari itu taman ini unik. Bermain adu ayam adalah hobi dari Kyai jambe Ksatrya, maka dari itu sang raja sering mengundang rajaraja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut. Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan undang-undang Nomor 69 Tahun 1958, Denpasar menjadi ibu kota dari Kabupaten Badung, selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Des.52/2/36-136 tanggal 23 Juni 1960, Denpasar juga ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Bali yang semula berkedudukan di Singaraja. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi “Kota Administratif Denpasar”, seiring dengan kemampuan dan potensi wilayahnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pada tanggal 15 Januari 1992, berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar ditingkatkan statusnya menjadi “Kota Madya”, yang kemudian diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Februari 1992. Berikut ini adalah keindahan dan keberagaman yang dimiliki di Kota Denpasar, Bali. Selain beberapa hal yang disebutkan di bawah, masih banyak lagi keberagaman dari kebudayaannya, makanannya, tempat wisatanya, dan bahkan masih ada beberapa perguruan tinggi yang bagus di Kota Denpasar. B. Logo atau Lambang Daerah Kota Denpasar 1. Makna Logo Kota Denpasar Logo atau Lambang Daerah Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali berbentuk segi 5 (lima) sama sisi dengan warna dasar biru laut dengan garis pinggir putih hitam. Dari segi bentuknya, 5 (lima) sudut tersebut melambang 5 nilai dasar Pancasila yang menjadi sumber kebijakan- kebijakan Negara yang diterapkan di Kota Denpasar dalam rangka kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Gambar keris yang berada tepat di tengah-tengah logo melambangkan jiwa kesatria daripada para pejuang yang berasal dari Kota Denpasar sendiri. Kota Denpasar juga dikenal dengan kota perjuangan yang mati-matian membelah tanah air sehingga kemerdekaan Indonesia dapat tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945. Gambar candi bentar yang terdapat pada logo melambangkan Kota Denpasar sebagai gerbang daripada Provinsi Bali dan menggambarkan pula kebudayaan khas Kota Denpasar. Adapun juga 3 (tiga) buah gambar anak tangga yang terdapat pada logo, yang mana melambang pembangunan Kota Denpasar yang bertahap demi tahap yang didasari Tri Kaya Parisudha. Tri Kaya Parisudha merupakan 3 (tiga) jenis tindakan yang merupakan landasan ajaran etika Agama Hindu (agama mayoritas di Bali) dalam hal menjalani hidup guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya. Berikutnya ada pula gambar lingkaran bunga teratai. Gambar bunga teratai tersebut terdiri dari 8 (delapan) bunga dan membentuk 8 (delapan) sudut melambangkan Astha Dala atau Astha Beratha Kota Denpasar. Astha Dala atau Astha Beratha merupakan 8 (delapan) symbol sifat keagungan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) menurut ajaran Agama Hindu. Gambar Padmasana Jagatnatha yang berwarna kuning dan terdapat pada bagian tengah logo melambangkan kebudayaan beserta sejarah Kota Denpasar. Padmasana Jagatnatha juga menggambarkan tempat pemujaan yang suci serta melambangkan kekuasaan dan pemerintahan Kota Denpasar pada zaman dahulu. Padi yang berjumlah 27 buah melambangkan tanggal 27. Serta Rantai (Gelang) sebanyak 2 (buah) melambangkan bulan 2 (Pebruari). Kapas yang bunganya berjumlah 9 (sembilan) buah dan daunnya 2 (dua) helai melambangkan tahun 92. Dengan demikian Padi Kapas serta Rantai (Gelang) sebagai pengikat Padi Kapas tersebut melambangkan bahwa Kota Denpasar lahir pada tanggal 27 Pebruari 1992. 2. Makna Warna Pada Logo Kota Denpasar Terdapat 3 (tiga) warna pokok pada logo Kota Denpasar tersebut yakni warna biru, warna hitam dan warna putih. Warna biru yang menjadi dasar pada logo melambangkan keagungan dan kejayaan Kota Denpasar. Warna hitam yang ada pada sekeliling logo melambangkan kemantapan dan ketetapan hati yang menjadi sumber kekuatan Kota Denpasar. Sedangkan warna putih yang terdapat pada pinggir logo melambangkan ketulusan dan kesucian hati seluruh masyarakat Kota Denpasar sehingga dapat tercipta kehidupan yang harmonis dalam bermasyarakat. 3. Makna Semboyan Kota Denpasar Adapun semboyan yang dimiliki oleh Kota Denpasar yakni “Purradhipa Bhara Bhavana” yang memiliki makna bahwa kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan kemakmuran kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat yang tinggi di Kota Denpasar. C. Rumah Adat Rumah adat Bali banyak tersebar di Bali dan masih sering kita jumpai keberadaannya. Para masyarakat di Bali juga sangat terkenal dengan bagaimana menjaganya dalam kelestarian budaya yang sudah diwariskan oleh para leluhurleluhurnya. Berikut adalah beberapa bangunan rumah adat di Bali: 1. Bangunan Angkul-Angkul Angkul-angkul merupakan bangunan yang menyerupai gapura. Bangunan ini juga memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Adapun hal yang membedakan angkulangkul ini dengan yang lainnya yakni bangunan ini memiliki atap di atasnya seperti yang terlihat pada gambar. 2. Aling-Aling Bila kita masuk ke bagian halaman rumah adat Bali, maka akan ditemukan sebuah bangunan kecil yang diberi nama Alingaling. Bangunan ini menyerupai seperti pos ronda kecil yang biasa dijumpai di pekarangan depan rumah. Aling-aling adalah tempat untuk melakukan aktivitas pemilik rumah, biasanya seperti mengukir patung, mempersiapkan alat upacara adat ataupun hanya sekedar beristirahat atau menerima tamu. 3. Pamerajan atau Bangunan Sanggah Seperti yang kita ketahui, mayoritas masyarakat Bali adalah penganut Agama Hindu, maka tidak jarang akan ditemui Sanggah yang merupakan bangunan suci. Biasanya sanggah terletak di sebelah ujung timur laut dari rumah. Fungsi bangunan sanggah ini adalah sebagai tempat sembahyang bagi keluarga besar yang biasanya melakukan sembahyang umat Hindu. 4. Bale Meten atau Bale Daja Bale Meten terletak di bagian utara (daja dalam Bahasa Bali) ataupun di sebelah barat tempat suci/sanggah. Fungsi dari Bale Meten ini adalah untuk tempat tidur orang tua atau kepala keluarga di bale sebelah kiri. Sedangkan di bale sebelah kanan difungsikan untuk ruang suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alat-alat upacara. 5. Bale Dangin atau Bale Gede Bale Dangin terletak pada bagian dangin yaitu timur rumah, sering pula disebut dengan Bale Gede. Fungsi Bale Gede ini adalah untuk tempat upacara adat bersama masyarakat sekitar ataupun dengan keluarga besar dan bisa juga difungsikan sebagai tempat untuk tidur. 6. Bale Dauh atau Bale Loji Bale Dauh ini terletak di bagian barat rumah. Bale ini sering disebut dengan Bale Loji, serta Tiang Sanga. Fungsi dari Bale Dauh ini adalah untuk tempat menerima tamu dana juga digunakan sebagai tempat tidur anak remaja atau anak muda. 7. Jineng Jineng merupakan sebuah bangunan untuk tempat menyimpan gabah dan padi. Masyarakat Bali mengenal bangunan ini dengan sebutan Klumpu. D. Pakaian Adat Pakaian Adat Bali laki-laki berbentuk destra atau udeng (ikat kepala), kain songket, saput, dan dilengkapi dengan sebilah keris yang diselipkan di daerah pinggang bagian belakang. Sedangkan dengan pakaian adat bali, menggunakan 2 (dua) helai kain songket, setagen songket dan selendang. Selain itu pakaian Adat Bali untuk perempuan dilengkapi dengan hiasan-hiasan bunga emas dan hiasan bunga kamboja di atas tepat pada kepala. Berbeda dengan pakaian adat ke pura yang lebih santai namun tepat terlihat rapi dan elegan dengan padu-padan warna yang polos maupun cerah. E. Tempat Wisata Salah satu penggerak ekonomi terbesar di Bali adalah dari sektor pariwisata. Denpasar sebagai ibukota provinsi bertransformasi menjadi pusat kegiatan bisnis dengan pendapatan per kapita yang tinggi. Adapun beberapa tempat wisata andalan Kota Denpasar berikut ini. 1. Museum Bali Museum ini menyimpan banyak peninggal sejarah dan etnografi. Beberapa koleksinya berupa perlengkapan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa tulisan dan bendabendan lain yang merefleksikan kehidupan dan perkembangan kebudayaan Bali. Museum Bali ini terletak di Jalan Mayor Wisnu Nomor 1, Kota Denpasar, Bali. 2. Pura Jagatnatha Pura Jagatnatha merupakan pura terbesar yang terdapat di Kota Denpasar. Pura ini terletak di Jalan Mayor Wisnu, Kota Denpasar. Pura ini berdekatan dengan Museum Bali dan juga Lapangan Puputan Badung. Pura Jagatnatha didirikan pada tahun 1953. Pura ini masih rutin digunakan sebagai tempat bersembahyang dan melakukan berbagai ritual keagamaan. 3. Lapangan Puputan Nama taman atau lapangan ini diambil dari peristiwa bersejarah yang teramat penting di Bali yaitu Perang Puputan, perang sampai titik darah penghabisan, yakni perang antara masyarakat Bali yang dipimpin oleh Raja Denpasar melawan kolonialisme Belanda. Di tengah lapangan terdapat Monumen Puputan Badung, sebuah symbol sekaligus peringatan akan peristiwa heroic yang menewaskan ribuan warga Bali termasuk keluarga kerajaan. 4. Taman Werdhi Budaya Art Center Taman Werdhi Budaya adalah tempat pementasan seni asli Bali. Tiap tahunnya di tempat ini rutin diselenggarakan pesta kesenian Bali (Bali Art Festival). Acara tersebut akan diikuti oleh seluruh kabupaten yang masing-masing mempertunjukkan kesenian khas dari daerahnya. 5. Monumen dan Museum Bajra Sandhi Museum Bajra Sandhi atau yang lebih dikenal sebagai monumen Bajra Sandhi adalah monumen yang melambangkan perjuangan rakyat Bali yang terletak di Renon, Denpasar Bali. Sejarah Museum Bajra Sandhi memiliki arsitektur khas tradisional Bali. Pembangunannya sarat akan makna filosofi agama Hindu. Kata Bajra sendiri memiliki arti genta. Pendeta Hindu sering menggunakan genta ketika mengucapkan mantra dalam upacara keagamaan. 6. Patung Titi Banda Patung Titi Banda adalah ikon baru kota Denpasar. Patung ini berada di pinggiran kota tepatnya ada di pertigaan Jalan By Pass Ngurah Rai, Kesiman, Denpasar. Keberadaan patung yang menggambarkan kisah Ramayana ini seakan menjadi penyambut para pelancong yang hendak masuk ke ibukota provinsi Bali. 7. Simpang Dewa Ruci Simpang Dewa Ruci adalah persimpangan jalan Nusa Dua, bandara ke Denpasar, Tanah Lot, Sanur dan Kuta. karena posisinya yang menghubungkan daerahdaerah pusat wisata maka persimpangan ini menjadi titik lalu-lintas teramai di pulau Dewata. Namun ada yang menarik dari Simpang Dewa Ruci ini, yaitu keberadaan patung Dewa Ruci di tengah jalan. Patung yang dikerjakan oleh I Wayan Winten pada tahun 1996 ini menjadi salah satu ikon Denpasar yang terkenal. Patungnya menampilkan tokoh pewayangan bernama Bima atau Werkudara yang mengambil Tirta Amertha. Kalau sedang melintas persimpangan ini pasti banyak yang menyempatkan diri untuk mengambil gambarnya dari dalam kendaraan. 8. Situs Prasasti Blanjong Bagi orang-orang yang mau mengetahui sejarah tentang Bali bisa berkunjung ke situs Prasasti Blanjong. Prasasti ini memuat sejarah tertulis yang paling tua di Pulau Dewata. Prasasti ini dapat traveler jumpai di kawasan banjar Blanjong, desa Sanur Kauh yang lokasinya dekat dengan pantai Sanur. Prasasti Blanjong berbentuk pilar batu setinggi 177 cm dan berdiameter 52 cm. Dalam prasasti tersebut ditemukan keterangan bahwa prasasti dibuat pada tahun 913 masehi yang menjadi penanda kemenangan Raja Adipatih Cri Kesari Warmadewa dalam peperangan. 9. Pantai Sanur Dalam sejarah Bali kuno, Pantai Sanur telah dikenal sebagai pantai yang indah, hal itu nampak dalam Prasasti Raja Kasari Warmadewa, seorang raja yang berkeraton di Singhadwala pada tahun 917 M. sekarang, prasasti tersebut terdapat di daerah Blanjong, bagian selatan Pantai Sanur. Pada masa kolonial Belanda, pantai Sanur terkenal sebagai lokasi pendaratan tentara Belanda ketika akan menyerang kerajaan Badung yang dianggap membangkang pada pemerintah kolonial. Perang yang terjadi pada tanggal 18 November 1906 itu kemudian dikenal sebagai puputan Badung, yaitu semangat perang sampai mati yang dipraktikkan oleh Raja Badung dan pengikut-pengikutnya. di Pantai Sanur terdapat wisata selam dan snorkelingoleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian. Pantai Sanur juga dikenal sebagai pantai matahari terbit yang sangat indah dan memiliki pasir putih yang sangat eksotis. F. Kesenian dan Kerajinan Khas Denpasar, Bali Bali memiliki berbagai macam jenis kesenian, salah satunya adalah jenis tarian daerah yang berasal dari Bali, beberapa di antaranya yakni: 1. Tari Pendet Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman manis. Pada awalnya tarian ini digunakan pada acara ibadah di pura sebagai bentuk penyambutan terhadap dewa yang turun ke dunia. 2. Tari Kecak Tarian ini merupakan tarian yang sangat terkenal dari daerah Bali. Tarian ini dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk bari melingkar. Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual Tarian Sang Hyang yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. 3. Tari Panji Semirang Tarian ini di mainkan oleh perempuan. Tari Panji Semirang adalah tarian yang menggambarkan seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana, menjadi seorang laki-laki setelah kehilangan yang menyamar suaminya. pengembaraannya ia mengganti namanya menjadi Raden Panji. Dalam 4. Tari Condong Tarian ini merupakan tarian yang cukup sulit untuk diragakan dan tarian ini memiliki durasi panjang. Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks dan menggambarkan seorang abdi Raja. Selain kesenian berupa tarian daerah di atas, ada juga kerajinan yang dimiliki Bali, tidak hanya di Kota Denpasar, tetapi juga tersebar di seluruh penjuru Bali. Kerajinan tangan yang sering dijumpai adalah kerajinan tangan membuat tas anyaman, ukiran bali berupa pajangan ataupun untuk pintu, kerajinan tangan yang terbuat dari perak maupun kaca, topeng kayu asal Bali, pernak-pernik aksesoris Bali dan masih banyak lagi. Adapun kesenian yang sangat kental dan erat dengan Agama Hindu di Bali yakni kesenian berupa ogoh-ogoh. Kesenian dan budaya ini biasanya dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi tiap tahunnya. Buat orang awam ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan bali yang disebut Bleganjur, kemudian untuk dibakar. Ogohogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa. Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, Widyadari, bahkan dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. G. Alat Musik Alat musik bali sebenarnya memiliki beberapa kesamaan dengan alat musik tradisional dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Sebagai contoh adalah alat musik gamelan, beberapa daerah lain juga memiliki alat musik tabuh ini. Namun, terdapat kekhasan dalam teknik untuk memainkan dengan gubahannya. Berikut ini 8 macam alat musik tradisional bali: 1. Genggong Bali Alat musik Genggong adalah alat musik bali dimana salah satu instrumen getarnya cukup unik. Suara yang ditimbulkan alat musik ini menimbulkan keunikan tersendiri bagi pendengarnya. Selain itu, keunikan lainnya pada Genggong ini yaitu cara memainkannya yaitu dengan memanfaatkan rongga mulut orang untuk membunyikan alat ini sebagai resonator. Kegunaan alat musik ini sebenarnya hanya digunakan sebagai sarana hiburan, seperti acara pernikahan atau pesta lainnya. 2. Pereret Bali Alat musik sejenis trompet ini terbuat dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa dan berubah menjadi trompet. Sejarahnya alat musik ini dikenal masyarakat dengan sebutan pengasih asih karena sering digunakan perjaka untuk menarik hati wanita. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi kesenian Sewo Gati ini masih dilestarikan. 3. Ceng-Ceng Bali Alat musik bali yang ketiga adalah Cengceng. Berdasarkan beberapa informasi alat musik Ceng-ceng ini menjadi bagian penting dari seperangkat alat musik gamelan Bali. Ceng-ceng berasal dari enam buah logam bundar di bagian bawah dan dua logam bundar di atasnya. 4. Rindik Bali Rindik dapat dikatakan sebagai angklungnya masyarakat Bali. Alat musik ini dapat dimainkan oleh 2 hingga 5 orang yang masingmasing memiliki peran. Awalnya alat musik ini dimanfaatkan sebagai alat penghibur para petani di sawah. Namun, seiringnya waktu, rindik digunakan sebagai musik pengiring hiburan rakyat ‘Joged Bumbung ‘. Hingga kini rindik juga dapat digunakan sebagai pelengkap untuk acara pernikahan/resepsi dan juga untuk menyambut tamu. 5. Gamelan Bali Alat musik Gamelan Bali adalah salah satu alat musik gamelan tradisional khas dari Denpasar, Bali. Gamelan Bali memiliki perbedaan dengan alat musik gamelan dari beberapa daerah lainnya. Gamelan biasanya digunakan sebagai pengiring suatu pertunjukan kesenian di Bali serta dalam beberapa acara yang sifatnya sakral. Perkembangan zaman yang telah modern, tetapi Gamelan Bali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Sesuai dengan fungsinya, Gamelan Bali sering sekali digunakan untuk mengiringi upacara keagamaan serta beberapa hiburan. 6. Gong Bali Gong adalah adalat musik bali yang telah digunakan sudah sejak abad ke 13 dan ke 14. Dimana dalam penggambaran alat musik ini terdapat dalam kuil-kuil di Kerajaan Hindu. Terdapat keterkaitan antara sejarah dengan kemunculan alat musik gong di Bali. 7. Gerantang Bali Alat ini adalah alat musik tradisional dari Denpansar, Bali. Terdiri atas beberapa bilah bambu yang mendatar serta dimainkan dengan 2 buah alat pemukul semacam Gambang yaitu sebuah alat musik tradisional dari jawa atau gerantang. Alat ini biasa dipakai dalam kegiatan gamelan kelentang ataupun angklung. Beberapa menyebutkan menyatakan bahwa Gerantang adalah kata lain dari alat musik Rindik. 8. Seruling Bali Alat musik Bali yang terakhir adalah alat musik tradisional seruling. Alat musik ini terbuat dari bahan dasar berupa bambu dengan 6 buah lubang yang digunakan untuk mengatur nada. Umumnya beberapa daerah lain juga memiliki alat musik tradisional seruling dan tidak menunjukkan banyak perbedaan dengan alat musik seruling Bali H. Budaya, Adat dan Tradisi Upacara adat di Bali ini memang ada kaitannya dengan kehidupan-kehidupan beragama pada masyarakat setempat. Berikut ini adalah salah satu upacara adat Bali yang masih rutin diselenggarakan: 1. Upacara Ngaben Upacara Ngaben ialah suatu upacara pembakaran mayat atau jenazah yang dilakukan oleh umat Hindu di daerah bali, upacara adat ini dilakukan untuk menyucikan roh-roh leluhur orang yang telah meninggal dunia dan menuju kepada tempat peristirahatannya dengan melaksanakan pembakaran jenazah. 2. Upacara Potong Gigi Upacara potong gigi ini wajib dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang beranjak dewasa yang di tandai datangnya menstruasi untuk wanita dan membesarnya suara untuk lakilaki. Potong gigi bukan berarti gigi dipotong hingga habis, melainkan hanya merapikan atau mengikir 6 (enam) gigi pada rahang atas, yaitu empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan yang dipercaya untuk menghilangkan enam sifat buruk yang melekat pada diri seseorang, yaitu kama (hawa nafsu), loba (tamak), krodha (amarah), mada (mabuk), moha (bingung), dan matsarya (iri hati atau dengki). 3. Tradisi Omed-Omedan Tradisi unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam. Prosesi ini hanya diikuti oleh kalangan mudamudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13 tahun, omedomedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang dibarengi dengan adegan ciuman diantara keduanya. Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan budaya leluhur di pulau Bali, memiliki nilai sakral dan dipercaya akan mengalami hal buruk jika tradisi ini tidak dilangsungkan. Tradisi ini menjadi salah satu atraksi wisata yang bisa dinikmati saat tour pada hari Ngembak Geni. I. Bahasa Negara Indonesia ini terdiri dari berbagai macam daerah, dan pada setiap daerah tersebut memiliki budaya dan bahasa daerah masing-masing. Contoh misal daerah Bali, Bali adalah pulau yang memiliki kekayaan budaya dan nuansa alam yang sangat indah, selain itu Bali juga terdiri dari 3 bahasa, yakni bahasa kasar, halus, dan madya. J. Kuliner Tidak hanya tempat wisata, Kota Denpasar juga memiliki beberapa makanan khas yang tidak biasa, misalnya: 1. Kerupuk Klejat Camilan ini terbuat dari siput atau kerang laut. Nama klejat berarti kerang laut. Proses pembuatannya hanya dengan mengeringkan siput atau kerang laut yang sudah dibersihkan lalu ditaburi garam dan digoreng. Camilan ini dapat ditemukan di daerah Serangan. 2. Olahan Kakul Pan Putu Kakul atau siput adalah makanan yang popular dikonsumsi oleh masyarakat Denpasar. Untuk menikmatinya kita dapat mengunjungi Warung Pan Putu yang berlokasi di daerah lapangan Puputan. Olahannya berupa sate, sop, dan oseng-oseng. 3. Ikan Bakar Bendega Makanan ini terkenal dengan tiga macam sambalnya yaitu mentah, goreng dan tomat, Bendega menjadi salah satu tempat yang layak dikunjungi. Makanan ini berlokasi di Jalan Cok Agung Tresna No. 37, Renon, Bendega. Walaupun terkenal dengan hidangan lautnya, Bendega juga menyediakan berbagai makanan lain seperti menu ayam, chinese food, dan masakan khas Indonesia. 4. Nasi Campur Warung Satria Nasi campur adalah makanan berupa nasi yang dicampur dengan beberapa variasi seperti sayur, kacang, dan daging. Tempat makanan ini berlokasi di Jl. Kedondong, Denpasar. Sejak tahun 90-an, warung Satria menjadi legenda warung nasi campur Bali. 5. Rumput Laut Ala Serangan Di Kota Denpasar rumput laut dapat dinikmati dengan lauk seperti ikan laut. Rasa enak yang ada di makanan ini terasa dari bumbu rempah-rempah. Rasa ini yang akan membuat kita ketagihan. Daftar Pustaka Akriko. 2015. Pengertian Tri Kaya Parisuda dan Bagiannya, diakses dari https://www.akriko.com/2015/09/pengertian-tri-kaya-parisuda-dan.html pada tanggal 1 September 2019, pukul 22.13 WIB. Alfri. 2016. 9 Tempat Wisata Andalan Kota Denpasar, diakses dari https://travelingyuk.com/wisata-denpasar/17651/ pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 13.25 WIB. Apip, Kang. 2018. Rumah Adat Bali & Penjelasannya Terlengkap, diakses dari https://kangapip.com/rumah-adat-bali/ pada tanggal 1 September 2019, pukul 22.25 WIB. Club, Bali Tours. 2018. Tradisi Unik di Bali, diakses dari https://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/ pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 16.35 WIB. Decade, Roma. 2019. Alat Musik Bali, diakses dari https://www.romadecade.org/alat-musik-bali/#! Pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 15.12 WIB. ________________. 2019. Rumah Adat Bali, diases dari https://www.romadecade.org/rumah-adat-bali/#! pada tanggal 1 September 2019, pukul 22.15 WIB. Delvatinson. 2017. Kebudayaan Bali: Tarian Bali, Rumah Adat, Pakaian Adat, Adat Istiadat, (Lengkap) dengan Penjelasannya, diakses dari https://baabun.com/kebudayaan-bali/ pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 13.02 WIB. Denpasar, Pemerintah Kota. 2019. Profil Kota Denpasar, diakses dari http://denpasarkota.go.id/assets/e-sewaka/Sejarah_dps.pdf pada tanggal 1 September 2019, pukul 22.04 WIB. Humassetda. 2018. Pengertian Ogoh-Ogoh dan Fungsinya, diakses dari https://humassetda.bulelengkab.go.id/artikel/pengertian-ogoh-ogoh-danfungsinya-97 pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 15.29 WIB. Ichtyantri, Khanty Dwi. 2014. Kesenian dan Kebudayaan Bali, diakses dari http://khantydwi.blogspot.com/2013/06/kesenian-dan-kebudayaan-bali.html pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 14.54 WIB. Jurnal, Penerjemah. 2018. Kota Denpasar, http://penerjemahjurnal.com/2018/04/26/kota-denpasar/ diakses pada tanggal dari 31 Agustus 2019, pukul 16.12 WIB. Primadia, Adara. 2017. Sejarah Museum Bajra Sandhi Bali Terlengkap, diakses dari https://sejarahlengkap.com/bangunan/sejarah-museum-bajra-sandhi pada tanggal 31 Agustus 2019, pukul 14.12 WIB. Psikolif. 2018. Logo Kota Denpasar (Ibu Kota Provinsi Bali) Original, diakses dari https://image.psikolif.com/logo-kota-denpasar/ pada tanggal 1 September 2019, pukul 21.10 WIB. Raharja, I Gede Mugi. 2016. Bentuk, Fungsi dan Material Bangunan Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya I, diakses dari http://repo.isi- dps.ac.id/216/1/Bentuk_Fungsi_dan_Material_Bangunan_Rumah_Tinggal_Tr adisional_Bali_Madya_I.pdf pada tanggal 31 Agustus, pukul 10.12 WIB.