Resume Pengelolaan & Pesisir Laut Konflik Lahan Kosong dan Hutan Lindung di Pesisir Kota Batam. Ditulis Oleh ; Jericko (20160240020) 1. Latar Belakang Masalah Sebagai lokasi hinterland Kota Batam, kawasan Rempang dan Galang yang masih termasuk kedalam Kota Batam punya potensi masalah sosial terkait lahan. Status lahan yang ada di Kecamatan Galang yang masih status quo (mempertahankan keadaan yang sekarang yang tetap seperti keadaan yang sebelumnya) membuat orang-orang banyak yang asal menempati lahan-lahan yang ada. Menurut Kapolsek Galang, AKP Heri Sujati mengatakan polemik tumpang tindih lahan kerap ditanganinya.Soalnya status lahan disini memang belum memiliki kejelasan.Ada yang datang mengelola,sementara sebelumnya sudah ada pihak lain yang memilih lokasi tersebut. Sebelumnya Pemerintah pusat menetapkan status quo terhadap beberapa kawasan Rempang, dan juga penetapan status hutan lindung yang ada pada sebagian besar kawasan pesisir kawasan Rempang, Galang dan Galang Baru.Kepala BP Batam, Lukita Dinarysah mengakui ada kebutuhan di Batam yang dipenuhi dari kawasan itu seperti produk pertanian.perkebunan peternakan. Terkait kawasan Rempang Galang yang ditetapkan menjadi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), beliau tak mempermasalahkan siapa yang ditunjuk pemerintah pusat untuk mengelola kawasan ini.Pemerintah sudah membuka aksesibilitas ke wilayah Rempang, Galang dan Galang baru melalui pembangunan Jembatan Barelang 22 tahun silam.Namun semenjak dibangun aksesibilitas tersebut sayangnya belum bisa dimanfaatkan optimal, sehingga belum mampu membawa manfaat ekonomi bagi Batam.Beberapa bulan yang lalu, pemerintah bertahap mulai mencabut status hutan lindung di pesisir pulau Rempang agar kawasan tersebut segera bisa dibangun. ` Galang-Rempang dengan letaknya yang sangat strategis memang sangat diminati investor. Tetapi akhirnya investor mengalihkan investasinya ke negara lain karena status Galang-Rempang yang belum jelas,yang paling memungkinkan agar hutan Galang –Rempang segera difungsikan adalah dengan cara membuat gebrakan dari warga, pengusaha, BP Batam dan Pemko Batam. Apalagi kedua daerah tersebut diproyeksikan untuk menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Anggota komite II DPD RI dapil Kepri Haripinto juga meminta agar pemerintah pusat bisa segera mengambil sikap terkait Galang-Rempang. Di mana memang daerah tersebut sangat potensial untuk menggerakkan perekonomian di Batam.Beliau mengatakan, pelepasan status hutan Rempang-Galang di DPR RI sudah dibahas. Dan beliau berharap akan segera selesai agar Galang- Rempang bisa langsung dialokasikan untuk investor.Menurutnya, saat ini banyak investor yang berminat membangun perusahaan di kawasan Rempang-Galang, tetapi karena status hutannya masih hutan lindung, maka belum bisa dialokasikan. Pemerintah Provinsi Kepri, Pemko Batam, BP Batam sudah pernah meminta agar pemerintah pusat membebaskan lahan Rempang-Galang di 2013 lalu. Terbitlah SK Menteri kehutanan nomor 467 tahun 2013. Tetapi mendapat perlawanan dari pengusaha dan BP Batam.SK menteri tersebut akhirnya direvisi, dan terbitlah SK Menhut no 867 tahun 2014. Tetapi lagi-lagi, dalam SK tersebut tidak ada kejelasan untuk mengubah kawasan hutan di Rempang-Galang.Bahkan, ketua Komisi IV DPR RI, Edi Prabowo bersama rombongan di tahun 2015 lalu sempat datang meninjau langsung kawasan tersebut di Batam. 2. Solusi Permasalahan pada tahun 2018 status hutan lindung yang ada di pesisir Pulau GalangRempang resmi dicabut oleh pemerintah,sehingga saat ini status hutan atas lahan seluas 7000 hektar tersebut sudah menjadi hutan produksi konversi.BP (Badan Pengusahaan) Batam berencana mendorong agar Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas Pulau Rempang segera dikeluarkan.Dengan dicabutnya status hutan lindung di pesisir Pulau Galang-Rempang,maka kawasan tersebut akan segera bisa dibangun.Namun dalam perencanaan pembangunan BP Batam menyebutkan pembagunan Galang,Rempang dan Galang Baru harus terintegrasi dengan Kota Batam.jika ini terinteragrasi dapat mamacu pembangunan ekonomi di Kepulauan Riau.