STRATEGI PENINGKATAN PAJAK DAERAH DENGAN

advertisement
STRATEGI PENINGKATAN PAJAK DAERAH DENGAN
PENDEKATAN MARKETING
Firdaus Hamta
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kepulauan Batam
“Reformasi birokrasi pengukuran kualitas kinerja pelayanan publik diharapkan
tidak hanya bertumpu pada sudut pandang atau persepsi pihak penyedia
pelayanan saja (Pemerintah), melainkan juga harus berdasarkan sudut
pandang atau persepsi (masukan dan keinginan) masyarakat, sebagai pihak
yang mengkonsumsi dan menikmati pelayanan”
Bicara soal pajak, selalu menjadi momok dari banyak kalangan masyarakat
terutama para wajib pajak. Dampak dari fenomena ini disebabkan oleh banyak hal
seperti minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pajak, kurangnya
transparansi, lemahnya akuntabilitas dalam penerimaan pajak.
Sejak digulirkan otonomi daerah yang berimbas pada peralihan sistem
sentralisasi menjadi sistem desentralisasi, mengharuskan pemerintah daerah untuk
lebih
bersikap
mandiri
dalam
meningkatkan
kemampuan
pembiayaan
pemerintahannya masing-masing, terutama yang bersumber dari pajak dan retribusi.
Adanya paradigma bahwa penerimaan pajak daerah banyak dipengaruhi oleh
banyaknya komponen pajak daerah dan retribusi daerah, membuat pemerintah
daerah berlomba-lomba menerbitkan pajak baru yang kadang tidak pro rakyat, hal ini
tentunya berdampak buruk pada iklim usaha maupun kondisifitas ekonomi
masyarakat. Artinya, kebijakan terbitnya peraturan daerah yang mengatur pengenaan
pajak baru untuk mendongkrak pendapatan daerah tidak mutlak efektif untuk
1
dilakukan, karena lebih baik melakukan optimalisasi dalam mengolah potensi pajak
daerah yang sudah ada.
Munculnya kendala dalam peningkatan tingkat kepatuhan pajak yang berimbas
pada stagnannya penerimaan pajak daerah, disebabkan lemahnya dalam mengolah
potensi pajak daerah, dan lemahnya inovasi dalam menyusun strategi untuk
mempengaruhi phisikis masyarakat yang tidak hanya menciptakan iklim patuh pajak
tapi juga suka pajak bahkan cinta pajak.
Berkaca pada ilmu marketing, strategi yang dilakukan selalu mengalami evolusi
dan bahkan revolusi, tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1.
Masa Partisipatif dan Produktifitas
Yakni suatu masa yang dimulai dengan perkembangan teknologi produk, dimana
paradigma ini bertumpu pada desain produk dan prilaku konsumen serta lingkungan.
Pada masa ini hanya sebatas bentuk produk dan pelayanan marketing yang
jangkauannya hanya terbatas.
2.
Masa Globalisasi
Yakni terjadinya transformasi disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
lingkungan global yang digerakkan oleh teknologi informasi yang memudahkan
terjadinya interaksi dan pertukaran informasi yang mampu menjangkau seluruh dunia.
3.
Humanisme Marketing
Era yang praktiknya dimana marketing dipengaruhi oleh prilaku sikap konsumen yang
menginginkan pendekatan kemanusiaan, kultural, spiritual. Yakni bagaimana berpikir
melayani konsumen dan produk apa yang di inginkan konsumen dengan pendekatan
segala kultur, prilaku dan spiritual yang melekat pada konsumen tersebut.
Artinya bahwa ketiga tahapan yang berlaku pada ilmu marketing intinya adalah
bagaimana membangun ketertarikan konsumen dengan mempengaruhi psikis
2
konsumen dengan pendekatan kualitas produk, kemudahan memperoleh produk,
kemudahan akses informasi tentang produk yang seiring dengan perkembangan dan
pemanfatan teknologi informasi yang ada, serta bagaimana mempengaruhi psikis
konsumen dengan pendekatan kemanusiaan dengan segala budaya, prilaku dan
spiritual yang melekat padanya.
Jika menarik telaah marketing diatas dan mengaitkan upaya mempengaruhi
psikis masyarakat dalam meningkatkan realisasi penerimaan disektor pajak daerah,
maka pertanyaannya adalah :
1.
Sejauh mana pemerintah daerah mengembangkan komponen pajak yang ada, yang
berkualitas produk.
Artinya sejauhmana stakeholder (pemerintah daerah) meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat untuk mau membayar dan sadar pajak bahkan cinta pajak.
Partisipasi aktif disini tidak hanya mengkampanyekan sanksi hukum atas kelalaian
pajak, tapi pajak yang dibayarkan mampu melahirkan produk seperti pelayanan pajak
yang prima dan mudah dijangkau, mempublikasikan realisasi pembangunan yang ada
dilingkungan masyarakat merupakan hasil dari pajak yang dibayarkan masyarakat.
2.
Sejauh mana pemerintah daerah memanfaatkan teknologi informasi dalam
mengolah potensi pajak, baik pendekatan sistem informasi manajemen (SIM) maupun
manajemen sistem informasi (MSI).
Pendekatan ini meliputi sifatnya internal, yakni aplikasi sistem informasi yang
digunakan untuk membangun pengendalian dalam pengolahan pajak daerah,
maupun yang manfaatnya untuk memberikan informasi penerimaan pajak daerah
terhadap struktural yang terkait. Sifatnya eksternal, adalah pengembagan teknologi
sistem informasi untuk memberikan maupun menyebarluaskan informasi yang
diperuntukkan oleh masyarakat sebagai pembayar pajak, yakni adanya media
3
informasi penerimaan pajak secara periodik seperti berbasis web maupun
pemanfaatan monitor di titik tertentu. Hal ini penting disamping sebagai bentuk
akuntabilitas
dan
transparansi
juga
menumbuh
kembangkan
kepercayaan
masyarakat tentang pentingnya pajak. Hal lain juga adalah terbangunnya sistem
penagihan yang efektif untuk pencegahan kelalaian yang sifatnya manusiawi seperti
lupa bayar pajak, maka yang efektif dilakukan adalah berbasis short messege service
(SMS) kepada wajib pajak sebelum jatuh tempo, maupun Call Center dengan
menghubungi wajib pajak melalui telepon.
3.
Sejauh mana pemungut pajak (pemerintah daerah), memanusiakan wajib pajak
dengan pendekatan kultur, prilaku maupun spiritual.
Artinya bahwa adanya upaya kualitas pelayanan yang mencerminkan
organisasi yang mampu untuk memenuhi harapan masyarakat. Dimana pelayanan
publik merupakan upaya dan kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar dari hak-hak sipil
masyarakat dari penyelenggara negara, dan dalam Reformasi birokrasi pengukuran
kualitas kinerja pelayanan publik diharapkan tidak hanya bertumpu pada sudut
pandang atau persepsi pihak penyedia pelayanan saja (Pemerintah), melainkan juga
harus berdasarkan sudut pandang atau persepsi (masukan dan keinginan)
masyarakat, sebagai pihak yang mengkonsumsi dan menikmati pelayanan. Sehingga
keterlibatan masyarakat saat ini menjadi trend dalam menentukan kualitas
pelayanan/memenuhi harapan masyarakat.
References
Hakim, L. (2016). ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN
KONSUMEN PADA BPR SEJAHTERA BATAM. DIMENSI, 5(1).
Hamta, F. (2016). ANALISIS PENERAPAN DATA MINING DALAM MENGUKUR
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN SAMSAT BATAM.
DIMENSI, 1(3).
4
Nasution, A. P. (2016). ANALISA PENGARUH MARKETING MIX PADA TINGKAT
HUNIAN HOTEL BERBINTANG DI KOTA BATAM. DIMENSI, 3(2).
Wibowo, E. A. (2016). ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI
BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU. DIMENSI, 3(1).
5
Download