Uploaded by alfianurlaili05

SPTTTTTTTTT

advertisement
MORFOLOGI DAN ANATOMI ANGGREK (Orchidaceae sp)
LAPORAN PROYEK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Struktur Perkembangan Tumbuhan 1
Yang dibina oleh Bapak Drs. Sulisetijono, M. Si dan Bapak Andik Wijayanto, S.Si ,M.Si
Disusun oleh :
Kelompok 3 Offering H 2017
1.
Alfia Nur Laili
(170342615505)
2.
Amalia Shinta Devi
(1703426155..)
3.
Dimas Nur Ramadhana
(170342615596)
4.
Shania Alifah Rahman
(170342615597)
5.
Wulan Dwi Safitri
(170342615561)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI BIOLOGI
April 2018
LATAR BELAKANG
Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan rantingranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot
yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta
pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.
Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 +
2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan
panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%.
Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang
terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media
dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang
hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat
pertanaman dengan bantuan sprayer.
Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe
yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak
memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak
tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan
tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain :
Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada
umumnya bersifat epifit.
Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang
terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari
sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda
sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan
tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp.
memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan
Oncidium sp. 60 – 75 %.

Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya
matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu
siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek
jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.

Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya
matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.

Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau
daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DASAR TEORI
Famili Orchidaceae adalah salah satu famili tanaman berbunga yang memiliki
keragaman spesies yang tinggi dan telah menghasilkan berbagai pola diferensiasi
genetik antara populasi (Niknejad et al., 2009). Indonesia memiliki kekayaan ragam
spesies anggrek yang sangat penting untuk dilestarikan karena spesies-spesies tersebut
semakin mendekati kepunahan. Berbagai spesies perlu diteliti kekerabatannya dalam
rangka mendukung program pemuliaan tanaman. Keunggulan tanaman anggrek
ditentukan oleh warna, ukuran, bentuk, susunan, jumlah kuntum bunga per tangkai,
panjang tangkai dan daya tahan kesegaran bunga (Widiastoety et al., 2010).
Areal hutan di Jawa sudah banyak yang terkonversi menjadi pemukiman atau
perkebunan sehingga populasi anggrek di alam mulai terancam. Selain itu para
pedagang anggrek alam yang secara ilegal memanen di alam tanpa ada usaha untuk
membudidayakannya, turut memacu penurunan jumlah populasi anggrek alam
(Puspitaningtyas, 2005).
Karakterisasi morfologi anggrek alam diperlukan untuk pelestarian plasma
nutfah anggrek di Indonesia serta menyeleksi ragam plasma nutfah anggrek alam
yang memiliki sifat-sifat unggul untuk dijadikan tetua dalam hibidisasi/persilangan.
Identifikasi morfologi adalah proses yang digunakan untuk mengetahui karakter
fenotip dari suatu tanaman. Menurut Susantidiana et al. (2009), identifikasi morfologi
suatu tanaman dilakukan dengan mengamati daun, batang, bunga, buah, akar dan lain
sebagainya yang mencakup seluruh morfologi tanaman. Purwantoro et al. (2005)
menyatakan bahwa identifikasi morfologi juga merupakan salah satu cara untuk
mengetahui hubungan kekerabatan suatu spesies.
Kedudukan daun anggrek tersusun secara berjajar berseling. Batang anggrek
yang
menebal
merupakan
batang
semu
yang
dikenal
dengan
istilah pseudobulb berfungsi sebagai penyimpan air dan cadangan makanan yang
digunakan untuk bertahan dalam keadaan kering. Batang dan daun anggrek
mengandung klorofil, hal ini sangat membantu dalam penyerapan sinar matahari
untuk fotosintesis. Klorofil pada batang anggrek tidak mudah hilang atau terdegradasi
walaupun daun-daunnya telah gugur, oleh sebab itu anggrek juga memiliki
julukan evergreen (Sastrapradja, 1980).
Anggrek memiliki akar yang berbentuk silinder dan berdaging, lunak serta
mudah patah dengan ujung meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan
kering akar tampak putih keperakan pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung
akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar pada anggrek
berfungsi untuk mengambil, menyerap, dan mengantarkan zat hara ke seluruh bagian
tanaman. Fungsi lain dari akar adalah menempelkan dirinya pada tempat atau media
tumbuh (Puspitaningtyas & Mursidawati, 1999).
Anggrek memiliki bunga dengan lima bagian utama, yaitu sepal(daun
kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil(putik) dan ovary (bakal
buah). Tipe sepal dan petal dari masing-masing jenis anggrek berbeda-beda
berdasarkan bentuk, warna dan ukurannya. Satu buah sepal bagian atas disebut sepal
dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Salah satu dari petal bunga
anggrek termodifikasi menjadi bibir bunga (labellum) yang merupakan bagian
terpenting karena merupakan alat reproduksi anggrek. Bagian dekat labellum disebut
dengan column yang merupakan perpanjangan gagang bunga atau bakal buah. Bibir
bunga memiliki gumpalan-gumpalan seperti massa sel (callus) yang mengandung
protein, minyak dan zat pewangi fungsinya untuk menarik serangga (Iswanto, 2005).
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi daun anggrek.
2. Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi batang anggrek.
3. Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi akar anggrek.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alat Dan Bahan
Alat :
1. Pisau
2. Mikroskop
3. Cutter
4. Baskom
5. Kaca benda
6. Kaca penutup
7. Lap
Bahan :
1. Tanaman anggrek
2. Kloral hidrat
3. HCl
4. Floroglusin
2.2 Prosedur Kerja
Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu
Mikroskop diposisikan dengan benar, setelah itu disambungkan dengan stop
kontak dan diatur perbesaran terkecil
Daun, batang, dan akar diiris secara melintang untuk diamati struktur
anatominya
Setelah mengamati anatomi daun, batang, dan akarnya lalu dicatat hasil
pengamatannya
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
No. Bagian
1.
Daun
Morfologi
Tipe daun : Tunggal
Filotaksis : Ekuitan
Rumus daun : ½
Diagram tata letak : Distik
Termasuk daun tidak lengkap
karena hanya berpelepah dan
berhelai
Bangun daun : linearis/pita
Ujung daun : Akustus
Pangkal daun : Kordatus
Tepi daun : Rata/integer
Pertulangan : Sejajar
Permukaan atas : Licin,
berwarna hijau tua
Permukaan bawah : Licin,
berwarna hijau tua
Tekstur : Berdaging (cornosus)
2.
Batang
Penampang melintng batang
berbentuk bulat
Permukaan batang licin
Anak tumbuh batang
menggantung
Pola pertumbuhan batang
monopodial
Model arsitekstur batang Corner
Perbungaan : Lateral
Anatomi
1. Epidermis
2. Jaringan Mesofil
3. Floem
4. Xilem
5. Sklerenkim
1. Epidermis
2. Floem
3. Xilem
3.
Akar
Akar terspesialisasi menurut
fungsinya : Akar udara
Akar terspesialisasi menurut
bentuknya : Akar gantung
1. Velamen
2. Eksodermis
3. Korteks
4. Endodermis
5. Ruang udara
6. Perisikel
7. Protoxilem
8. Metaxilem awal
9. Metaxilem akhir
3.2 Analisis dan Pembahasan
1. Morfologi dan Anatomi Daun
Morfologi Daun
Daun
tunggal
anggrek
yang
tidak
bertipe
lengkap
karena hanya memiliki pelepah
dan
helai
ekuitan.
dengan
Tipe
filotaksis
filotaksisnya
adalah distik yang artinya bila
dilihat dari atas, daun tersusun
dalam dua baris lurus vertikal
yang sejajar sumbu batang. Bentuk daunnya berupa pita (linearis) dikarenakan
bentuknya seperti garis yang panjang dan memiliki pertulangan daun sejajar
(rectinervis) karena semua tulang daunnya lurus dan sejajar. Ujung daunnya
runcing (acutus). Tepi daunnya rata (integer) karena tidak memiliki torehan serta
pangkalnya berpelepah. Permukaan daun bagian atas dan bawah sama-sama licin
dan berwarna hijau tua. Rumus daunnya adalah 1⁄2 , artinya setelah spiral
genetiknya melingkari batang 1 kali. akan melewati 2 buah daun untuk
didapatkan 2 daun yang segaris.
Anatomi Daun
Seperti pada akar dan batang, daun terdiri dari sistem jaringan dermal,
yakni epidermis, jaringan pembuluh, dan
jaringan
dasar
yang
disebut
mesofil.
Epidermis daun memiliki suatu celah yang
berfungsi untuk pertukaran gas, celah ini
dikenal
sebagai
stomata.
Stomata
bisa
ditemukan di kedua sisi daun atau biasa
disebut dengan amfistomatik.
Dari gambar hasil pengamatan dapat dilihat bagian dari struktur anatomi
daun anggrek terdapat jaringan epidermis pada kedua permukaan daun. Pada
permukaan atas dikenal dengan epidermis atas dan permukaan yang lain dikenal
dengan
epiidermis
bawah,
berfungsi untuk melindungi
jaringan
yang
terdapat
dibawahnya. Diantara jaringan
epidermis terdapat jaringan
mesofil. Pada anggrek yang
termasuk
tumbuhan
monokotil, jaringan mesofil
tidak mengalami diferensiasi dan bentuknya seragam. Pada jaringan mesofil dapat
ditemukan banyak kloroplas yang dapat menunjang proses fotosintesis. Berbeda
dengan tumbuhan dikotil, tumbuhan monokotil tidak memiliki parenkim palisade.
Oleh karenanya, proses fotosintesis hanya terjadi pada jaringanpalisade spons.
Sel-sel parenkim spons ini tidak tersusun rapat dan terdapat berkas pengangkut.
Lapisan daun berikutnya adalah berkas vaskuler. Letak berkas vaskuler berada di
bawah jaringan dasar. Seperti pada akar dan batang, berkas vaskuler daun ini
terdapat floem dan xilem. Pada preparat yang kami amati letak berkas pengangkut
terlihat tersebar dan tidak beraturan. Fungsi utama dari berkas vaskuler adalah
sebagai saluran transportasi zat-zat hara yang diperlukan dalam proses vital
tumbuhan. Pada tulang daun juga terdapat jaringan penguat yaitu sklerenkim.
2.
Morfologi dan Anatomi Batang
Morfologi Batang
Batang anggrek berbentuk tunggal dengan ujung batang tumbuh lurus
tidak terbatas dan terdiri dari satu batang utama,
batangnya sangat pendek dan terbungkus
oleh
seludang daun. Pertumbuhan batang anggrek bersifat
monopodial yaitu meninggi atau vertical pada satu titik
tumbuh dan terdiri dari hanya satu batang utama serta
perbuangaan pada anggrek yaitu lateral yaitu setelah
tumbuh bunga tumbuhan anggrek tetap hidup sehingga
model arsitektur batang anggrek tersebut corner.
Apabila daun-daun tua pada batang sebelah bawah
telah gugur, maka batang tampak seperti mati. Bunga
keluar dari sisi batang diantara dua ketiak daunnya.
Disepanjang batang selalu muncul akar-akar udara.
Kegunaan akar ini untuk menyimpan air, mencari
makan sambil merekatkan diri pada benda-benda
disekitarnya agar batang tetap. Batang anggrek yang
menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan
istilah pseudobulb (pseudo=semu, bulb= batang yang
menggembung), berfungsi sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan
saat keadaan kering . Jika batang anggrek diiris secara melintang akan berbentuk
bulat (teres) dan permukaan batang anggrek yaitu licin.
Anatomi Batang
Dari gambar hasil pengamatan dapat
dilihat bagian dari struktur anatomi batang
anggrek terdapat jaringan epidermis yang
berfungsi untuk melindungi jaringan yang
terdapat dibawahnya. Jaringan epidermis ini
sangat rapat sehingga tidak terdapat ruang antar
sel. Terdapat berkas pengangkut dimana floem
mengelilingi xilem atau yang disebut amfikribal. Dan juga disekitarnya terdapat
jaringan dasar. Hasil pengamatan kurang sempurna dikarenakan pengirisan
batang anggrek yang tidak sempurna juga.
Anggrek merupakan tumbuhan
monokotil.
Berkass
vaskuler
pada
batang monokotil tidak mempunyai
lapisan kambium. Hal ini berarti bahwa
tumbuhan monokotil umumnya tidak
mengalami penebalan sekunder. Pada
batang monokotil juga tidak terdapat endodermis. Kortek, perisikel, dan empulur
tidak terdiferensiasi karena terdapat berkas vaskular yang letaknya tersebar di
seluruh sumbu. Floem terutama terdiri dari buluh tapis dan sel pengiring,
sedangka xilem terdiri dari trakea dan parenkim kayu. Namun, bagian-bagian
pmbuluh floem dan xilem tersebut tidak kami temukan pada irisan batang yang
kita lakukan dikarenakan irisan kurang tipis sehingga tidak teridentifikasi.
3.
Morfologi dan Anatomi Akar
Morfologi Akar
Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah
dengan ujung akar yang meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan
kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan pada bagian luarnya
dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak
keunguan. Akar yang telah tua menjadi coklat dan kering, kemudian akan
digantikan oleh akar yang baru. Akar terspesialisasi berdasarkan fungsinya yaitu
akar udara.
Berdasarkan bentuknya yaitu
akar gantung. Akar pada anggrek
berfungsi
untuk
mengambil,
menyerap, dan mengantarkan zat hara
ke seluruh bagian tanaman. Fungsi
lain dari akar adalah menempelkan
dirinya pada tempat atau media
tumbuh.Tanaman
dikatakan
sehat
atau tidaknya dapat dilihat dari
akarnya. Akar udara terdapat lapisan
velamen
yang
berongga
dan
berfungsi untuk menyerap air dan
udara.
Akar
berfotosintesis
ini
karena
juga
dapat
megandung
butiran hijau daun ( klorofil ). Pada lapisan velamen terdapat Mycorhiza ( myco =
cendawan ; rhizome = akar ) atau cendawan yang hidup dalam akar tumbuhan.
Mycorhiza hidup secara simbiosis yaitu dengan memfiksasi fosfat untuk
ditukarkan dengan hidrat dari tumbuhan.
Anatomi Akar
Anggrek
memiliki
jenis
akar
epifit. Akar epifit membantu tanaman
untuk menempel pada batang atau dahan
tanaman
menempel
lain.
agak
Bagian
mendatar
akar
yang
mengikuti
bentuk permukaan batang yang ditempeli
sedangkan bagian akar yang tidak melekat
gundul dan tidak memiliki rambut akar
mempunyai velamen dan mycorhiza.
Saat kami mengamati penampang
irisan melintang akar anggrek, kami menemukan beberapa struktur anatomi akar
anggrek tersusun atas lapisan velamen, eksodermis, korteks, endodermis,
perisikel, protoxilem, metaxilem, dan floem. Lapisan velamen merupakan ciri
khusus anatomi akar epifit. Velamen merupakan epidermis berlapis (epidermis
ganda) tersusun atas beberapa lapis sel mati. Velamen berfungsi sebagai jaringan
pelindung yang mencegah kehilangan air secara berlebihan dari korteks (Stanford
dan Adanlawo, 1973).
Selanjutnya
terdapat
lapisan
eksodermis yang merupakan lapisan
terluar dari korteks. lapisan ini tersusun
atas sel panjang yang berseling dengan
sel pendek. Sel panjang berdinding tebal
pada sisi radial dan tangensial luarnya,
sedangkan sel pendek tetap berdinding
tipis dan disebut sebagai sel peresap.
Lapisan eksodermis pada akar anggrek berjumlah satu lapis. Dibawahnya terdapat
korteks yang berisi jaringan parenkim yang memiliki ruang antar sel. Lapisan
terdalam korteks adalah selapis lapisan endodermis yang tersusun atas sel
berbentuk tabung secara rapat dan berisi butir-butir amilum.
Dibawahnya terdapat lapisan perisikel yang berdinding tipis. Perisikel
merupakan lapisan terluar dari stele yang berperan dalam pertumbuhan sekunder
dan pertumbuhan ke samping akar. Dibagian yang lebih dalam lagi terdapat
berkas vaskuer yang tersebar dengan xilem dan floem yang berseling.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pengamatan pada anatomi organ indra yang telah diamati dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Pada preparat irisan melintang daun anggrek dapat dilihat bahwa terdapat jaringan
pelindung atau epidermis, jaringan mesofil yang berbentuk seragam atau tidak
mengalami diferensiasi, dan jaringan pengangkut yang terdiri dari berkas xilem dan
floem. Sedangkan morfologi daun anggrek bertipe daun tunggal dengan filotaksis
ekuitan dengan tata letak distik sehingga rumus daunyya ½. Termasuk daun tidak
lengkap karena hanya berpelepah dan berhelai. Bangun daunnya linearis/pita,
ujung daun akustus pangkal daunnya kordatus pertulangan sejajar dengan tekstur
berdaging. Permukaan atas daun licin, berwarna hijau tua permukaan bawah licin,
berwarna hijau tua.
2. Pada preparat irisan melintang batang anggrek dapat dilihat bahwa terdapat
jaringan Epidermis dan terdapat pembuluh angkut Floem dan Xilem. Sedangkan
struktur morfologinya Penampang melintng batang berbentuk bulat permukaan
batang licin dengan anak tumbuh batang menggantung pola pertumbuhan batang
monopodial model arsitekstur batang Corner Perbungaan Lateral.
3. Pada preparat irisan melintang akar anggrek dapat dilihat bahwa terdapat Velamen,
Eksodermis, Korteks, Endodermis, Ruang udara, Perisikel, Protoxilem, Metaxilem
awal,
Metaxilem akhir. Sedangkan pada morfologi akar strukturnya akar
terspesialisasi menurut fungsinya yaitu Akar
menurut bentuknya yaitu Akar gantung.
udara dan Akar
terspesialisasi
DAFTAR RUJUKAN
Gembong, Tjitrosoepomo, 2005, MorfologiTumbuhan, hal. 32-47, 76-81, 124-128, 222,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Iswanto, H. 2005. Merawan dan Membugakan Anggrek Phaleonopsis (Ed. revisi). Jakarta :
Agromedia Pustaka
Niknejad, A., M.A. Kadir, S.B. Kadzimin, N.A.P. Abdullah, K. Sorkheh. 2009. Moleculer
characterization and phylogenetic relationship among and within species of
Phalaenopsis (Epdendroideae: Orchidaceae) base on RAPD analysis. Afr. J. Biotech.
8:5225-5240
Sanford, W. William dan Adanlawo, Ilesanmi. Velamen and exodermis characters of West
African epiphytic orchids in relation to taxonomic grouping and habitat tolerance.
1(2), 307-321
Sastrapradja, S. 1980. Jenis-jenis Anggrek. Lembaga Biologi Nasional LIPI. Jakarta : Balai
Pustaka
Susantidiana, A. Wijaya, B. Lakitan, M. Surahman. 2009. Identifikasi beberapa aksesi jarak
pagar (Jatropha curcas L.) melalui analisis RAPD dan morfologi. J. Agron.
Indonesia 37:167-173.
Purwantoro, A. Erlina, S. Fitria. 2005. Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat
morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian 12:1-11.
Puspitaningtyas, D.M. 2005. Studi keragaman anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang Jawa
Barat. J. Biodiv. 6:103-107.
Puspitaningtyas, D.M., dan Mursidawati, S.1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor.
Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI
Widiastoety, D., S. Nina, M. Soedarjo. 2010. Potensi anggrek Dendrobium dalam
meningkatkan variasi dan kualitas anggrek bunga potong. Litbang Pertanian 29:101106.
Download