Uploaded by User24157

INDUSTRI SEMEN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batubatu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau bahan
lainnya.
I.2
Tujuan
i.2.1
Mengetahui karakteristik bahan baku semen
i.2.2
Menjelaskan tentang metode pengolahan buangan pada industry semen
i.2.3
Mengetahui standar baku mutu pada semen
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semen
Semen (cement) adalah suatu campuarn senyawa kimia yang bersifat hidrolisis dan
merupakan hasil industri dari paduan bahan baku berupa batu kapur/gamping sebagai
bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir
berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
2.2 Bahan Baku Semen
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan
ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg
(Bernasconi, G. 1995 ).
2.2.1 Komponen utama
Oksida silica Dengan penambahan air mampu mengikat bahan lain
Campuran terpenting :
Tricalcium silicat 3CaO.SiO2 atau C3S
Dicalcium silicat 2CaO.SiO2 atau C2S
Tricalcium alumina 3CaO.Al2O3 atau C3A
Tetracalcium alumina ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF MgO
2.2.2 Bahan Baku
Batu kapur CaCO3
Tanah liat Al2O3.2SiO2.xH2O
Pasir besi Fe2O3
Pasir kwarsa SiO2
2
3
Reaksi CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 + 2CaO.SiO2 +
3CaO.Al2O3 + 4CaO.Al2O3.Fe2O3
2.3 Karakteristik Semen
2.3.1 Hiderasi Semen
Adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.Untuk mengetahui hiderasi
semen harus mengenal hiderasi dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam semen
(C2S, C3S, C3A, C4AF) ((Bernasconi, G. 1995 ). a) Hiderasi kalsium Silikat (C2S, C3S)
Kalsium silikat dalam air akan terhidrolisis menjadi kalsium hidroksida dan kalsium
silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 300 C.
2(3CaO.2SiO2) + 6H2O →
3CaO.2SiO23H2O + 3Ca(OH)2 2(2CaO.2SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO22H2O +
Ca(OH)2 Kalsium silica hidrat (CSH) adalah silikat di dalam Kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut TOBERMORITE
GEL.Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa kuat
(pH=12,5). Hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tapi
dapat mencegah baja terhadap korosi.
b) Hiderasi C3A
Hidrasi C3A dengan air yang berlebi pada suhu 300C akan menghasilkan kalsium
alumina hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) yang mana kristalya berbentuk
kubus, didalam semen karena adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit
berbeda.Mula-mula C3A akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo aliminate
yang kristalnya berbrntuk jarum dan biasa disebut ettringite. Namun pada akhirnya
gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium aluminate
gypsum : 3CaO. Al2O3 + 3CaSO4 + 32H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O. 3CaSO4. 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaanpermukaan Kristal
C3A sehingga dapat menunda dehidrasi C3A. c)
Hiderasi C4aF (30 0C H2O) 4CaO.
Al2O3. Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10 H2O → 3CaO. Al2O3.6H2O + 3CaO. Fe2O3. 6H2O
2.3.2 Setting dan Hardening
Adalah pengikatan dan pengerasan semen setelah terjadi reaksi hiderasi. Semen
apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat dibentuk
4
sampai beberapa waktu. Karakteristik dari pasta tidak berubah dan periode ini disebut
Dorman Period (Periode Tidur).Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walau
masih ada yang lemah, namun sudah tidak dapat dibentuk.Kondisi ini disebut Initial Set,
sedangkan waktu yang diperlukan mulai dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial
Set disebut Initial Setting Time(waktu pengikatan awal). Proses pengerasan berjalan terus
seiring dengan waktu akan diperoleh kekuatan. Proses ini dikenal dengan nama
Hardening.Waktu pengikatan pengikatan awal dan akhir semen dalam prakteknya sangat
penting, sebab waktu
pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastic.waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu pengikatan
akhir maksimum 8 jam. Reaksi pengerasan : C2s + 5 H2O → C2S. 5H2O 6C3S + 18H2O
→ C5S65H2O + 13Ca(OH)2 C3A + 3CS + 32H2O → C3A.3CS.32H2O C4AF + 7H2O
→ C3A.6H2O + CF.H2O MgO + H2O → Mg(OH)2
2.3.3 Penyusutan (Shringkage)
(karena karbonasi) Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah drying
shringkage. Penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening.
Bila besaran kelembapan dapat dijaga, maka keratakan beton dapat dihindari. Penyusutan
ini juga dipengaruhi kadar C3A yang terlalu tinggi.
2.3.4 Panas Hiderasi
Adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses hiderasi. Jumlah panas
hiderasi yang terjadi tergantung tipe semen, kehalusan semen, dan perbandingan antar air
dengan semen.Kekerasan awal yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan
terjadi retak-retak pada beton, yang disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar dihilangkan
sehingga terjadi pemuaian ada proses pendinginan.
2.3.5 Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dalam jumlah banyak
sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan menurun
karena bertambahnya loss on ignation (LOI) dan menurunnya spesifik grafity sehingga
kekuatan semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan makin lama, dan terjadinya
5
false set. a. Loss On Ignation (hilang pijar)
Untuk mencegah adanya mineral-
mineralyang terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada
batu setelah beberapa tahun kemudian. b. Spesifik Grafity Merupakan informasi yang
sangat penting dalam perancangan beton. Di dalam pengontrolan kualitas, spesifik grafity
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker, juga
bapakah klinker tercampur dengan impurities. c. False set Merupakan proses yang terjadi
bila adonan mengeras dalam waktu singkat.False set dapat dihindari dengan melindungi
semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat tidak terbentuk di dalam semen.
1.3.6 Warna semen
Warna semen ditentukan oleh dua hal yaitu : 1. Kandungan MgO Makin banyak
kandungannya , maka warna semen semakin gelap 2. Kandungan Fe2Al3 Semakin
banyak kadarnya juga dapat menggelapkan warna semen.
2.4
Pengertian AMDAL
Dalam UU No 32 Tahun 2009 pasal 36 ayat (1), AMDAL (Analisis Dampak
Lingkungan) merupakan hasil penelitian atau studi yang dilakukan secara cermat
tentang dampak yang penting suatu proses kegiatan manusia yang mana hasil
tersebut dapat digunakan dalam setiap pengambilan keputusan terhadap suatu
kegiatan atau proyek yang akan dikerjakan atau dilaksanakan. Adapun tentang
Analisis Mengenai Dapak Lingkungan (AMDAL) adalah sebuah penelitian atau
kajian yang dilakukan tentang dampak yang terjadi dan pentingnya suatu kegiatan
atau usaha yang direncanakan pada lingkungan hidup, dimana data penelitian
tersebut digunakanuntuk proses pengambilan keputusan mengenai suatu
penyelenggaraan kegiatan atau usaha
Hal-hal
yang
termuat
mengenai
hubungan
AMDAL
terhadap
diselenggarakannya proyek atau kegiatan sebuah pabrik atau perusahaan yang
akan melangsungkan kegiatan eksplorasi ataupun eksploitasi terhadap sumber
daya alam tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2009, pasal 36 ayat (1) antara lain:

AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
6

Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi
penyusun dokumen AMDAL;

Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota wajib memiliki
lisensi AMDAL;

AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin
lingkungan;

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati atau walikota
sesuai kewenangannya.
2.4.1. Pengertian Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat
dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Penggolongan limbah:
1.
Limbah dibedakan menjadi 3 berdasarkan wujudnya, yaitu:
limbah dalam wujud padat, gas, dan cair
1. Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah
padat
bersifat
kering,
tidak
dapat
berpindah
kecuali
ada
yang
memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran,
potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan logam
7
2. Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair
terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah
cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian,
dan sebagainya.
3. Limbah gas, limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas.
Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak
sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas
pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga
menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
2.
Berdasarkan sumbernya maka limbah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu
1. Limbah domestik, merupakan limbah yang berasal dari pipa perlengkapan
dan peralatan seperti sanitasi (toilet), mandi, cuci, cuci piring, pembuangan
sampah, dan membersihkan air limbah didefinisikan sebagai air limbah
rumah tangga. Air limbah dari restoran juga umumnya dianggap sebagai
limbah domestik. Air limbah ini biasanya dibuang dari tempat tinggal dan
dari perusahaan komersial dan umumnya disebut limbah.
2. Limbah Non-domestik, mungkin termasuk air limbah dari sumber lain
termasuk industri, operasi pengolahan makanan, fasilitas pelayanan
kendaraan, fasilitas penyimpanan kendaraan, kandang, mencuci mobil, dan
milkhouses.
3.
Adapun karakteristik limbah dapat terbagi atas :
1. Limbah mikro
Pada karakteristik ini limbah digolongkan pada besar atau kecilnya suatu
partikel limbah atu volume limbah tersebut. Ukurannya dapat kita lihat
dengan alat bantu seperti mikroskop atau kaca pembesar, terdiri dari partikelpartikel yang memiliki diameter yang kecil (mikro). Contoh dari limbah yang
berukuran mikro (kecil) yang tidak bias terlihat secara kasat mata yaitu
limbah industry yang berupa bahan kimia yang sudah menjadi sampah atau
tak terpakai, tetapi dibuang dengan ketidakbenaran dalam melakukan
prosedur pembuangan limbah yang telah ditetapkan dalam peraturan,
8
2. Dinamis
Maksudnya adalah limbah tidak hanya diam di tempat saja tetapi dapat
begerak secara dinamis dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan
yang ditempati.
3. Penyebarannya mempunyai dampak yang luas
Limbah mempunyai dampak yang berbahaya dan mengkhawatirkan
terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Terlebih limbah tidak hanya
mencemari atau memberikan dampaknya pada lingkungan yang terdampak
limbah di wilayah tertentu, tetapi dapat juga berdampak pada factor yang
lainnya.
4. Jangka panjang (antar generasi)
Limbah yang telah memberikan dampaknya atau masalahnya ke lingkungan
tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, tetapi dampaknya dapat
menurun pada generasi selanjutnya.
2.5 Metode Pengolahan Buangan
Dibanding sektor industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan
limbah cair mengingat penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam pembuatan
semen, tidak menyertakan penggunaan air. Hanya sebagian kecil saja air limbah yang
dihasilkan dalam bentuk air limpasan dari proses pendinginan, yang dialirkan kembali ke
empat penampungan melalui mekanisme sirkulasi tertutup untuk kemudian digunakan
kembali (Anonim, 2011).
Pada dasarnya limbah padat bukan B3 yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yakni
material rusak, sampah domestik, dan barang-barang avfal (rusak atau bekas pakai).
Material rusak adalah material dari proses produksi pembuatan semen yang gagal,
sehingga pengelolaannya dilaksanakan dengan cara pemanfaatan kembali melalui proses
daur ulang.
Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya berbentuk pelumas bekas, kami
memiliki prosedur penanganan dan pengelolaan yang ketat. Sebagian besar pelumas
bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan pabrik, yang
9
tidak
memerlukan
minyak
pelumas
berkualitas
bagus
dalam
prosedur
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan kembali
dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk
dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.
1.5.1 Pengolahan Limbah Terpusat dan Elektropanting
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yang
berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan. Suatu perkiraan harus dibuat lebih
dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem
pengolahan,banyaknya buangan dan
jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Ada
limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah
dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar
dari pabrik langsung diambil dan dibuang ( Jejak Langkah, 2011).
Pengolahan limbah umumnya melibatkan tiga tahap, yaitu : Primer, Sekunder dan
Tersier. Selain pengolahan, dikenal juga istilah pengobatan untuk limbah industri.
Pengobatan berarti metode, teknik, atau proses yang dirancang untuk mengubah karakter
fisik, kimia atau biologi atau komposisi dari setiap bantalan logam, berminyak, atau
limbah organik untuk menetralisir limbah tersebut atau untuk memulihkan logam,
minyak, atau konten organik dari limbah.
1. Pengolahan Limbah Terpusat
Pengolahan limbah terpusat merupakan sebuah fasilitas yang dirancang untuk
menangani pengolahan limbah berbahaya tertentu dari industri dengan
wastestreams. Pada air limbah yang mengandung bahan berbahaya yang diangkut
ke fasilitas untuk penyimpanan yang tepat, pengobatan, dan pembuangan.
2. Elektroplating
Elektroplating
adalah proses pelapisan di mana ion logam dalam larutan
digerakkan oleh medan listrik untuk melapisi elektroda. Digunakan juga untuk
menyimpan lapisan bahan misalnya, abrasi dan ketahanan aus, korosi
perlindungan dan pelumasan.
Air limbah elektroplating biasanya berasal dari mencuci, membilas kesedahan dan
pada pH rendah ~ 3-5 dan berisi bentuk larut dari berbagai logam. Proses ini melibatkan
10
pretreatment (pembersihan, degreasing, dan lainnya langkah persiapan), plating,
pembilasan, pasivator, dan pengeringan.
Metode khas untuk mengurangi dan menghilangkan logam larut dari air limbah
elektroplating adalah sebagai berikut :
1.
Hujan dan Pembekuan
2.
Flash Mix
3.
Flokulasi
4.
Clarifier, Plat Inclined
5.
Sludge Penanganan clarifier
6.
Sludge Dewatering
1.5.2 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
1.
Bisa dalam bentuk containment building
2.
Bisa dalam bentuk containers
3.
Bisa dalam bentuk drip pad
4. Bisa dalam bentuk tanks
5. Bisa dalam bentuk waste pile
6. Bisa dalam bentuk waste impoundment
2.6 Standar Baku Mutu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
No
Sumber
Parameter
Batas Maksimum
Mg/m3
1.
2.
Tanur Putar (Klin)
Pendingin Terak (Clinker Cooler)
Total Partikel
80
Sulfur Dioxide(SO2)
750
NitrogenOxide(NO2)
900
Opasitas
20%
Total Partikel
80
11
3.
Milling Grinding
Total Partikel
80
Alat Pengangkut (Conveying)
Pengepakan (Bagging)
4.
Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total Partikel
200
SulfurDioxide(SO2)
750
NitrogenOxide(NO2)
900
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume Gas dalam keadaan standar (25°C
dan Tekanan 1 atm) - Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus
dikoreksi sampai 10% Oksigen. - Batas maksimum total partikel untuk : (1) Proses basah
= 250 mg/m3.
(2) Shalt Kiln = 500 mg/m3.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan ( Anonim,
2012 ).
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
(BOILER)
ATAU
PEMBANGKIT
UAP
(STEAM
GENERATOR)
ATAU
PEMANAS PROSES (PROCESS HEATER) ATAU PENGOLAHAN PANAS
(HEATER TREATER) BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI
SEMEN NO PARAMETER KETEL UAP BERBAHAN BAKAR (mg/Nm3)
BATUBARA MINYAK GAS
No
Parameter
Ketel Uap Berbahan Bakar (mg/Nm3)
Batu Bara
Minyak
Gas
1.
Partikulat
100
100
30
2.
SulfurDioxide(SO2)
750
650
50
3.
NitrogenOxide(NO2)
750
450
150
12
Catatan:
- Volume Gas dalam keadaan standar (25o C dan tekanan 1 atm)
- Konsentrasi faktor koreksi oksigen sebesar o 7% untuk berbahan bakar batubara o 5%
untuk berbahan bakar minyak o 3% untuk berbahan bakar gas
- Pengukuran emisi dilakukan pada kondisi kering
Model Baku mutu air limbah industri
Parameter
Kadar
Maksiumum
(mg/L)
Beban Pencemaran
Maksimum (gram/satuan
produk)
BOD5
75
22,5
COD
125
37,5
TSS
50
15
Fenol
0,25
0,08
4
1,2
Amonia total (sebagai N)
pH
6-9
Debit limbah maksimum
0,3 m3/ satuan produk
2.7 Upaya untuk Mengurangi Dampak Negatif yang Ditimbulkan oleh Pabrik
Semen
Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka
panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada
pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia
dan zat radioaktif. Hal yang perlu dilakukan untuk menanggulangi pencemaran
yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik semen yaitu adanya kesadran dari
masyarakat itu sendiri dan upaya pemilik industry serta pemerintah dalam
mengatasi dampak akibat aktivitas industri semen.
Dalam mengatasi limbah hasil industry, kita harus mengetahui jenis limbah
yang akan kita tangani. Untuk limbah dari industry pabrik semen limbahnya
berupa limbah gas. Limbah seperti ini dapat ditanggulangi dengan cara
diminimalisasi. Artinya pihak perusahaan atau pabrik lebih memberlakukan
bahan-bahan yang berpotensi menghasilkan limbah non ekonomis dengan
13
meminimalisasi penggunaannya atau memberikan zat yang mampu menetralisasi
munculnya limbah yang melimpah ruah.
Selain itu, kesadaran manusia untuk menanggulangi limbah hasil industry
sangat penting. Para pemilik serta pengolah industry adalah pihak pertama yang
seharusnya memiliki kesadaran tersebut tanpa kesadaran dari mereka limbah hasil
industri tidak akan berkurang begitu saja. Berbagai tindakan dan upaya perlu
dilakukan agar pabrik-pabrik di Negara kita bisa menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi tanpa menimbulkan limbah yang berbahaya bagi masyarakat
serta lingkungan sekitar.
Tetapi upaya pemerintah saat ini masih kurang, sehingga masih banyak
pemilik industry melakukan pembuangan limbah sewenang-wenang. Oleh karena
itu, pemilik industry bisa dengan segera melakukan penaggulangan limbah dengan
benar mulai dari sekarang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. pengolahan buangan industri. http : // missikamaryanie. blogspot. Com /
2011 /11/ resume-pengolahan-buangan-industri.html Diakses 09 Oktober 2012
Anonim, 2012. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. hukum. unsrat. ac.id/ lh/
menlh_13_1995.pdf Diakses 09 Oktober 2012
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Terjemahan Dr. Ir. Lienda Hanjojo, M Eng. Pt
Prandnya Paramitha, Jakarta
Download