Uploaded by User24153

000 2016 Rahmad Habibi Siregar, Rika Octaviani - Manajemen Mutu -BAB-1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini sistem yang terdapat di dalam organisasi dapat mempengaruhi
pelanggan untuk mencoba produk baru yang ditawarkan organisasi, dan kemudian
tetap setia untuk terus memakai produk yang ditawarkan organisasi terebut.
Semakin mudah pelanggan untuk mendapatkan produk yang ditawarkan
organisasi melalui kemudahan sistem yang ada, semakin setia pula pelanggan
memakai produk yang ditawarkan organisasi tersebut. Oleh karena itu, terdapat
suatu standar untuk sistem yang diterapkan oleh manajemen, semakin baik sistem
yang diterapkam manajemen dalam organisasi, maka semakin mudah bagi
organisasi untuk mendapatkan standar Internasional bagi penerapan sistem
manajemen di dalam organisasinya.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat strategis
karena melalui pendidikan suatu bangsa itu bangkit dan berkembang,program
mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan suatu cita cita negara sebagai mana
yang tercantum dalam pembukaan undang undang dasar
negara republik
Indonesia.
Berbagai usaha telah di tempuh oleh pemerintah dan lembaga pendidikan
yang
mengemban tugas pendidikan,untuk meningkatkan sumber daya anusia
Indonesia seutuhnya,namun semua menyadari bahwa usaha kearah tersebut
hasilnya belum tercapai maksimal,walaupun ada sekolah yang telah diakui oleh
masyarakat,namun ini hanya sedikit sekali dan hanya terdapat di kota kota besar
di Indonesia.
Menejemen pendidikan merupakan tolok ukur dalam dunia pendidikan
bagus
tidaknya
mutu
sebuah
pendidikan,ini
sangat
tergantung
pada
menejemennya banyak problem yang terjadi dalam dunia pendidikan dikarenakan
oleh tidak tepatnya sasaran dan kebijakan yang diambil oleh menejer dalam
sebuah lembaga pendidikan,untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan
tersebut maka perlu adanya suatu kajian atau penelitian ke arah itu supaya
pendidikan mempunyai mutu yang baik dan signifikan bagi kehidupan bangsa
Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kepemimpinan Mutu
Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena universal. Ia merupakan
salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Wesler dan Massarik adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dengan sengaja dalam
suatu situasi melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan
tertentu.1 Dan masih banyak lagi konsep kepemimpinan menurut para tokoh,
sebagaimana telah diuraikan diatas.
Sehingga kepemimpinan didasarkan pada filosofi bahwa perbaikan metode
dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat memperbaiki kulitas, biaya,
produktifitas, dan pada gilirannya juga meningkatkan daya saing. Filosofi ini
pertama kali dikemukakan oleh Deming yang menyatakan bahwa setiap perbaikan
metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut:
a) perbaikan kualitas
b) penurunan biaya
c) peningkatan produktifitas
d) penurunan harga
e) peningkatan pangsa pasar
f) lapangan kerja yang lebih luas.2
Kepemimpinan
adalah
bentuk
dari
persuasi
seni (art) pembinaan
kelompok-kelompok orang-orang tertentu biasanya melalui human relation dan
motivasi yang tepat. Implementasi teori kepemimpinan biasanya amat sangat
tergantung pada karakter seorang pemimpin. Meskipun teori yang digunakan
sama, dalam implementasinya bisa dipastikan terdapat hal-hal yang membedakan
dan itulah bagian dari seni kepemimpinan.3
1
Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahan,. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal: 17
2
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi, Andi
Offset, Jogjakarta. Hal: 157
3
Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung. hal: 25
2
Penentu mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi atau organisasi pada
revolusi mutu, yaitu dengan gaya mangement by walking about atau manajemen
dengan melaksanakan yang menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan
pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya
kepemimpinan ini mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada
pihak-pihak lain serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.4
Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang mengukur
keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam organisasi.
Keterlibatan semua unsur manajemen dalam organisasi dalam mencapai tujuan
secara bersama-sama, merupakan upaya yang dilakukan, sehingga tidak ada
seorang pun anggota dalam organisasi yang tidak sukses salam menjalankan
fungsi dan tugasnya. Pemberdayaan yang maksimal, bukan eksploitasi bawahan,
sehingga masing-masing menjalankan fungsi dan tugasnya secara suka rela dan
kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya.5
Kepemimpinan mutu di dalam dunia pendidikan otoritas dan kekuasaan
sudah tidak lagi digunakan. Komite sekolah, administrator dan pemimpin harus
memberikan sumber daya yang diperlukan para staf dan guru untuk menunjang
keberhasilan. Kendati otoritas dan kekuasaan sudah tidak di pakai lagi, namun
komite sekolah, pemimpin dan administrator tetap memiliki kewenangan
membuat keputusan yang mencerminkan kepedulian, pendapat dan sikap seluruh
staf dan customer.
Dalam kepemimpinan mutu pendidikan, setiap orang merupakan
pemimpin. Untuk mencapai visi pendidikan, pemimpin sekolah harus dapat
memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang seluas-luasnya untuk
meningkatkan pembelajaran. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi dalam
bertindak .6 Guru harus mengajak siswanya untuk memandang dirinya sebagai
pemilik visi, mendengarkan dan bertindak berdasarkan gagasan, inofasi dan
kreatifitas siswa guna mencapai visi tersebut. Sebagai pemimpin mutu, semua
4
Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh Ahmad
Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod, Yogyakarta.hal: 170
5
Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Hal 18
6
Salis, Edward, Op Cit hal: 174
3
orang bertanggung jawab menghilangkan kendala pencapaian kinerja tinggi. Visi
sebagai pemberi arah bagi setiap orang untuk diikuti, dan setelah arahan
diketahui, selanjutnya adalah menghilangkan rintangan yang menghalangi dirinya
untuk menjadi seseorang yang berkinerja tinggi.7
Joseph M. Juran menyatakan bahwa kepemimpinan yang mengarah
kepada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial,8 yaitu :
1. Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi langkah-langkah: identifikasi
pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk
berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses
kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui
harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan
nyata.
2. Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi ini adalah: evaluasi
kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan
melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang
ada.
3. Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk infrastruktur untuk
perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi proses atau
metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung
jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan
pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis
masalah dan mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya,
dan melakukan perbaikan terhadap masalah tersebut.
Kepemimpinan pendidikan mutu dalam memiliki peran yang sangat
penting dalam kaitannya dengan pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja
sama dalam satu tim yang solid. Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan
mutu harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas penyelesaian
masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu dan
kontrol proses.
7
8
Arcaro, Jerome S., Op Cit hal: 20
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, Op Cit Hal : 160
4
2) Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana
menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana
seharusnya bersikap.
3) Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu
pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka.
4) Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur mana saja yang
menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan
(pelajar, orang tua maupun partner kerja).
5) Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai
dengan manajemen dari atas ke bawah (top-down).
6) Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga
profesional langsung pada guru dan pekerja teknis.
7) Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara
setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam
rangka menyelesaikan konflik.
9) Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi
setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri.
10) Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim,
manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.
11) Memberikan teladan yang baik.
12. Belajar berperan sebagai pelatih, bukan sebagai BOS.
13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi
pelanggan internal dan eksternal.
B. Peran Pemimpin Pendidikan Mutu.
Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi pemimpin pendidikan
mutu. Menurut peters dan Austin pemimpin pendidikan mutu harus memiliki
perspektif9 dibawah ini:
1. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para
staf, pelajar dan komunitas yang lebih luas. Manajer harus memberi
9
Salis, Edward, Op Cit hal:170
5
arahan, visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap dirinya bos harus
dirubah menjadi pendukung dan pemimpin staf.
2. Dekat dan untuk pelanggan pendidikan, yakni pelajar. Hal ini
mencerminkan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhada
pelanggan utamanya.
3. Pemimpin harus melakukan inovasi diantara stafnya dan bersiap
mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi tersebut.
4. Menciptakan rasa kekeluargaan
5. Memiliki sifat-sifat personal yang dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran,
semangat, intensitas, dan antusiasme.
Pemimpin pendidikan mutu memiliki fungsi utama dalam manajemen mutu di
sekolah, diantara fungsi utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjaga visi mutu terpadu bagi institusi.
2. Motivator bagi seluruh struktur organisasi disekolah untuk berkomitmen
terhadap proses peningkatan mutu. Komitmen memerlukan antusiasme
dan tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu menghendaki kemajuan
dengan metode dan cara yang baru.10
3. Mengkomunikasikan pesan mutu.
4. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek
intitusi.
5. Mengarahkan perkembangan karyawan.
6. Memimpin inovasi dalam institusi.
7. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikan tanggung jawab dan mampu memersiapkan delegasi yang
tepat.
8. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik organisasional
maupun Kultural.
9. Membangun tim yang efektif.
10. Mengembangkan
mekanisme
yang
mengevaluasi kesuksesan.11
10
11
Ibid hal: 175
Ibid hal: 173-174
6
tepat
untuk
mengawali
dan
C. Konsep Perencanaan Mutu
Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu
yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan
sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian
suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang
matang, perencaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi pengaruh
terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi
stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan
proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya untuk
mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.
Perencanaan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan
dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan
keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang
berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan,
dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu
kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang
bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan
bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang
dan komprehensif.. Di sisi lain, perencanaan dapat dikatakan sebagai usaha
mencari penangggung jawab terhadap berbagai rumusan kebijakan untuk
dilaksanakan bersama sesuai dengan bidang masing-masing.12
D. Perencanaan dan Persiapkan Untuk Memperbaiki Mutu dan Kualitas
Pendidikan
Dalam hal memperbaiki kualitas pendidikan, maka yang menjadi sorotan
dan usaha perbaikan adalah dengan melihat dan menganalisis yang terjadi dalam
tubuh pendidikan baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga dengan
mengetahui penyebab masalah, maka kita akan tahu bagaimana memperbaikinya.
12
B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 8.
7
1) Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen
Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang
berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang
terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga
dengan baik.
2) Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat
merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan
yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Dan yang harus dipersiapkan dan juga diteruskan dengan tindak lanjut
pelaksanaan dari persiapan yang dilakukan yaitu adalah:
a) Meningkatkan Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak
standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak
memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
b) Meningkatkan Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran,
melakukan
pembimbingan,
melakukan
pelatihan,
melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
c) Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikanIndonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang
saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar
lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang
mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan
dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan
8
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat
penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta
penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat
pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah
lain yang muncul. Di lingkunganpendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih
sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak
70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk
menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen.13
d) Meningkatkan Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,
dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak
memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika
siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in
Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia
hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains.
Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan
Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
e) Menyeimbangkan Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat
Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka
Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai
94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi.
Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8%
(9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
13
http://wwwraja07.blogspot.co.id/2012/09/pendekatan-perencanaan-untuk.html
9
Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan
yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
f) Meningkatkan Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan
angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar
25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan
pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi
untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan
15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar
3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga
menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian
antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan
kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang
dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
g) Meminimalisir Biaya Pendidikan
bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak
(TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh
sekolah.
E. Langkah-Langkah Perencanaan Mutu Oleh Kepala Sekolah
Langkah-langkah perencanaan mutu oleh kepala sekolah sangatlah
penting.Tujuannya agar
pengembangan mutu lembaga yang dipimpinnya dapat
mencapai hasil optimum melalui proses evaluasi secara terukur.14
1. Pembatasan Lingkup Masalah
Mengetahui hakekat masalah mutu yang dihadapi di sekolah adalah
penting.Hal ini untuk membedakan apakah situasi baru yang timbul
memang suatu masalah atau hanya gejala saja.Lalu dari batasan masalah
ini dapat diuraikan lebih lanjut lagi dalam tahap pencarian fakta faktor
14
https://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/14/perencanaan-mutu-pendidikan-olehkepala-sekolah/
10
penyebab dari masalah.Misalkan masalah yang menyangkut kinerja guru
yang cenderung menurun dari waktu ke waktu.Masalah ini dapat dibatasi
lagi hanya dari segi motivasi,kepuasan kerja dan produktivitas kerja.
2. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Langkah berikutnya adalah pengumpulan data dan atau informasi. Data
dan informasi ini diperlukan kepala
sekolah dalam usaha untuk
mengantisipasi keadaan dan masalah yang mungkin timbul lewat analisis
data.
Data yang dikumpulkan perlu dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pengembangan mutu lembaga.Fakta dan data yang telah terkumpul,terolah
dengan sistematis serta tersimpan hanyalah merupakan alat.Yang lebih
penting,
apabila
menggambarkan
fakta
dan
potensi-potensi
data
yang
tersebut
diharapkan
sebenarnya.Dari
situ
mampu
dapat
digambarkan kondisi dan situasi saat ini. Dalam analisis data tersebut
dapat dimunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1) Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah mutu
dalam lembaga pendidikan yang pernah dihadapi? Jawaban dari
pertanyaan ini akan memungkinkan fakta / data apa saja yang
relevan atau diperlukan serta bagaimana urgensinya bagi
pendekatan masalah.
2) Apa yang melatar belakangi rendahnya mutu lembaga tersebut ?
Cara pendekatan yang bagaimana yang pernah dibuat dan
dilakukan? Siapa petugasnya? Apa hasilnya dan faktor-faktor yang
menyebabkannya? Apa persamaannya dengan kondisi kini?
3. Identifikasi Kebutuhan
Dari analisis data,kepala sekolah dapat merumuskan kebutuhan lembaga
pendidikan yang dipimpinnya misalnya tentang mutu SDM.Identifikasi ini
menyajikan suatu elaborasi dari model perencanaan pendidikan yang telah
ada.Penilaian kebutuhan khalayak mengacu kepada penentuan dan luasnya
kondisi-kondisi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan.Identifikasi
kebutuhan baik yang dirasakan dan yang tidak dirasakan ini juga tampak
11
sebagai langkah yang paralel dari spesifikasi suatu tujuan perencanaan
mutu lembaga pendidikan.
4. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai dari proses perencanaan mutu
pendidikan.Sasaran-sasaran khusus dapat dijabarkan dari tujuan umum dan
biasanya bersifat kuantitatif dan dapat dicapai dalam perspektif waktu
tertentu.Perumusan tujuan menyangkut berbagai segi yaitu : (a) realistis
dan
dapat dicapai, (b) ditujukan pada populasi yang terbatas dalam
kondisi yang tertentu, (c) adanya kerangka waktu yang jelas, (d) dalam
situasi tertentu dan (e) dapat diamati dan diukur. Dalam perumusan tujuan
tersebut, kendala-kendala yang membatasinya perlu diperhitungkan seperti
dana, SDM.Intinya suatu penentuan tujuan haruslah realistis. Dari
perumusan ini maka kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan dapat
dijabarkan.
5. Perancangan Tindakan Alternatif
Tahap ini mengacu pada pengembangan atau identifikasi dari berbagai
cara untuk mencapai tujuan. Masalah-masalah mutu yang sudah
diidentifikasikan perlu dicari cara pendekatannya. Dalam banyak cara
yang berorientasi pada tujuan dan jangka panjang, maka tindakan-tindakan
yang telah lalu perlu dipertimbangkan untuk pengembangan alternatifalternatif baru.
6. Pemilihan Tindakan
Dari analisis konsekuensi tindakan alternatif manajer dapat menetapkan
mana tindakan alternatif yang kecenderungannya paling tepat untuk
mencapai tujuan.Misalnya pengembangan kinerja guru.Dalam pemilihan
ini sering dilibatkan kriteria khusus misalnya,waktu,biaya, kemudahan
pelaksanaan dan persepsi manajemen atau karyawan.Selain itu juga
dipertimbangkan kemampuan dari beragam unit yang terlibat dalam proses
pendekatan masalah ini.
7. Penyusunan Rencana Kerja Operasional
Setelah tindakan alternatif diputuskan maka langkah kepala sekolah
berikutnya adalah penyusunan rencana operasional. Rencana ini
12
merupakan uraian secara terinci bagaimana cara kerja melaksanakan
tindakan alternatif tersebut,termasuk siapa yang
bertugas,dimana dan
kapan akan dikerjakan.Mulailah dengan mengidentifikasi prioritas
berdasarkan isu paling penting, menetapkan output, melibatkan orang, dan
menetapkan skedul kerja termasuk batas waktu pelaksanaan kerja serta
pola kordinasinya.
8. Pelaksanaan Rencana Kerja
Setelah rencana kerja dibuat maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan
rencana kerja.Tahap ini akan menjawab tujuan dari program rencana
secara operasional.Termasuk di dalamnya adalah kegiatan pengendalian
dan pengarahan pelaksanaan program sehingga mampu menciptakan
suasana kerjasama yang menggairahkan di antara tim pelaksana.
9. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penetapan hasil-hasil nyata yang dicapai dengan
perangkat tindakan yang dipilih atau dengan rencana kerja tertentu.Dengan
evaluasi ingin diketahui sejauh mana hasil yang dicapai telah memenuhi
tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Selain itu diketahui
seberapa jauh situasi lain di sekitarnya terpengaruh oleh palaksanaan
program.Evaluasi dapat dilaksanakan pada aspek proses maupun hasil.
10. Proses Umpan-balik
Akhirnya evaluasi menghasilkan proses umpan balik yang dituangkan
dalam proses rencana pendekatan masalah.Hal demikian penting untuk
mengetahui seberapa luas tujuan pengembangan mutu lembaga telah
dicapai,untuk menetapkan apakah ada tambahan tujuan baru atau
perubahan sasaran tujuan,dan untuk mengetahui apakah ada perangkat
tindakan alternatif yang baru serta masalah-masalah apa yang telah
muncul.
F. Konsep Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu
atau Quality Control dalam manajemen mutu
merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.
Pengendalian diperlukan dalam manajemen mutu utuk menjamin agar kegiatan
13
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan harapan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan
dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan
prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi
terhadap hal-hal ini menyimpang, diantara dalam hal produk, pelayanan, atau
proses, output dan standar yang sefesisik., oleh karena itu pengawasan mutu
merupakan upaya untuk menajaga agar kegiagan yang yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan mehasilkan output yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, hal ini seperti dikemukakan oleh Amitava Mitra:”quality control
may generally be defined as a system that is used to maintain a desired level of
quality in a product or service.” Tzvetelin Gueorguiev menyatakan Quality
control – processes are monitored to ensure that all quality requiremnents are
being met and performance problems are solved.
Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa yang menyatakan
pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan
secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga
mutu produk yang direncakan dapat tercapai dan terjamin.
Definisi yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran
baru tentang quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa
pengendalian mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam
memproduksi atau menghasilkan produk dan jasa
yaitu sejak proses
pengembangan produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara
memuaskan. Dalam pengertian di atas tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Artinya keseluruhan proses
yang diselenggarakan oleh perusahaan ditujukan pada pemenuhan kebutuhan
konsumen.
Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas. Pengendalian terhadap
mutu pendidikan memang menyangkut unsure input, proses dan output. Hal ini
memang sejalan dengan konsep mutu pendidikan yang dilihat dari unsure input,
proses dan output. Karena itu dalam melaksanakan pengendalian mutu
pendidikan, maka pebngendalian difokuskan terhadap unsure input, proses dan
output pendidikan. Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan
14
pengendalian mutu pendidikan sejak inoput siswa masuk, kemudian dididik di
sekolah hingga menjadi lulusan dari sekolah. Dengan demikian dalam melakukan
pengendalian mutu hendaknya kepala sekolah atau pengawas melihat sekolah atau
proses pendidikan sebagai suatu system.
Dalam pengendalian mutu agar berjalan efektif membutuhkan adanya
perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi agar dapat dilaksanakan sistem
pengawasan yang
efekti dan efisien. Perencanaan yang jelas, lengkap dan
terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil kepala
sekolah,
tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat melaksanakan
mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain itu
dan
dalam pengendalian
membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang bertanggung jawab
terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu
diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan.
Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum seperti
pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah, dan dengan
menggunakan prosedur yang standar dan diakui.
Dilakukan untuk melakukan
perhitungan
dalam
terhadap
pengeluaran-pengeluaran
proses
kegiatan,
melakukan pengukuran, memperkirakan hal-hal yang tidak menentu, serta
mengarsipkan berbagai informasi dan laporan-laporan.
Pengendalian mutu
merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan jaminan terhadap produk yang
dihasilkan dapat memenuhi harapan pelanggan. Dengan demikian banyak
keuntungan yang diperoleh dari pengendalian in, baik bagi lembaga maupun,
personil yang diawasi karena melalui pengawasan terjadi proses perbaikan
kinerja, serta keuntungan
bagi pelanggan itu sendiri karena akan mendapat
produk yang bermutu.
G. Tujuan dan Fungsi Pengendalian Mutu
Pengendalian merupakan alat organisasi, dilakukan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang bermutu sehingga pelanggan maupun yang memproduksi
merasa puas.
S.Sukmadinata menyatakan: Tujuan pengendalian adalah
melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat
dicapai secara optimal. Pandangan yang sama dikemukakan J.M.Juran yang
15
menyatakan “tujuan utama pengendalian adalah meminimalkan kerusakan ini,
dengan tidakan cepat untuk memulihkan status quo atau lebih baik lagi.”
Pengendalian mutu pada dasarnya merupakan suatu alat yang diperlukan
dalam mencapai tujuan. Willian M.Lindsay menyatakan:Control, thefore, is doing
whatever is needed to accompliss what we want to do as an organization.
H. Proses Pengendalian Mutu
Pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan
membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah
kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan
standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian
dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah diibuat. Pada pengendalian
merupakan suatu propses karena terdiri dari rangkaian kegiatan yang sistematis,
J.M.Juran menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang
didalamnya kita:1) mengevaluasi kinerja nyata, 2).membandingkan kinerja nyata
dengan tujuan dan 3) mengambil tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan
pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.Hal ini mengingat tidak selama
perilaku personil atau berbagai peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan
atau rencana yang telah ditetapkan.
Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi pada
dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat komponen,
hal ini sebagaimana dikemukakan oleh yaitu:
1. Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau
menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan.
2. Alat penilai yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan.
3. Alat modiifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan
4. Alat untuk menyebarluaskan informasi kea lat lain.15
Keberhasilan kepala sekolah atau pentgawas dalam pelaksanaan
pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga
ada
beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah. Kondisi
15
Nana Syaodih (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Penerbit
Refika Aditama, Bandung. hal 145
16
ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari semua unsure
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Nanang F
dan Ali pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah, antara lain:
1. Mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan
jasa
2. Memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik.
3. Menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang
4. Mempunyai komitmen yang kuat pada mutu.16
Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam melaksanakan
pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah satu cara yang banyak
digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu adalah model Certo yang
meliputi (1) pre control-Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum
pekerjaan dimulai, misalnya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya
memilih guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik. (2) Concurrent Contrtol,
yaitu pengendalaian dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan (3)
Feedback Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan
setelah kegiatan dilakukan.17
I. Sasaran Pengendalian Mutu Pendidikan
Dalam tingkat operasional kelembagaan sekolah, sasaran pengendalian
mutu ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil
pendidikan. Menurut Djajuli substansi pengawasan pendidikan secara educative
adalah: (a) pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru
terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran dan
penyesuaian kurikulum (b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.18 Sedangkan
menurut Syaodih bidang pengendalian ditujukan pada biding utama pendidikan,
yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan. 19 Bidang
kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan, bahan ajar, proses
pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan program pendidikan di sekolah
16
Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2006) Manajemen Berbasis Sekolah, Penerbit
Universitas Terbuka. hal: 136
17
Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. hal:
122
18
Nanang Fattah dan Mohammad Ali OpCit . hal: 137
19
Nana Syaodih Op Cit . hal 145
17
maupun untuk setiaop bidang studi. Bidang bimbingan siswa berkaitan denngan
program pembinaan siswa dan bimbingan dan konseling, sedangkan bidang
manajemen berkaitan dengan upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber
daya dan dana pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen
personil, siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama
dengana masyarakat atau pihak luar sekolahj. Ketiga bidang ini mempunyai arah
sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.
18
BAB III
KESIMPULAN
Peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
kualitas proses dan kualitas produk atau hasil. Suatu pendidikan dikatakan
berkualitas dari segi proses pembelajaran berlangsung efektif dan bermakna serta
ditunjang dengan sumber daya yang memadai. Proses pendidikan yang berkualitas
memberikan jaminan mengenai kualitas produk yang dihasilkan.
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat
penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat,
baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya,
mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok
yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan
sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin,
bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan
dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan
keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang
berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan,
dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu
kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen. Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan terhadap kinerja
guru atau personil lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan untuk menjamin
bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Tujuan pengendalian adalah untuk melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa
yang telah direncanakan dapat tercapai secara optimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S., 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
Fandy Tjipto & Anastasya Diana, 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi,
Andi Offset, Jogjakarta.
Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Hamzah, Uno, B. 2006. Perencanaan Pembelajara. Jakarta: Bumi Aksara.
Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2006) Manajemen Berbasis Sekolah, Penerbit
Universitas Terbuka
Nana Syaodih (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,
Penerbit Refika Aditama, Bandung.
Salis, Edward, 2008. Total Quality Management in Education, Alih Bahasa oleh
Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod, Yogyakarta.
Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta.
Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
http://wwwraja07.blogspot.co.id/2012/09/pendekatan-perencanaan-untuk.html
https://mukhliscaniago.wordpress.com/2010/12/14/perencanaan-mutu-pendidikanoleh-kepala-sekolah/
20
Download