60 Shades of …… Suara deru mesin mobil yang menderu, meraung-raung memekikkan setiap pendengaran. Hal yang biasa terjadi di kota ini hanya karna satu benda mati dipinggir jalan yg berwarna merah itu. Membuat semua orang mengumpat muak dengan kegiatan rutin ini setiap paginya.Sengatan panas surya mulai terasa membakar setiap kulit telanjang. Tetesan-tetesan air mengalir membasahi tubuh, usapan tangan yang selalu bergerak menolak lumeran air. Gerah dimana-mana tak ada tempat paling nyaman disini. Sama halnya dengan gadis cantik yang berada di dalam benda biru bermahkotakan ukiran taksi diatasnya. Mengumpat kesal lantaran ia sudah telat untuk magang di salah satu perusahaan besar dan terkenal di Jakarta ini. “BlackFord” nama perusahaan tersebut. Dengan pemimpin perusahaan yang terkenal dingin dalam menghadapi semua karyawannya. Membuat gadis ini pucat keringat dingin.Dilihatnya benda yang melingkar indah dipergelangan tangan kirinya yang terus menambahkan setiap detikannya. Menambah kegelisahan pada raut wajahnya. Sesampainya di depan gedung pencakar langit ini ia hanya diam terpaku. Bimbang yang ia rasakan saat ini. Yah, ia bingung akankah ia masuk atau tidak. Diliriknya jam tangannya yang menunjukkan pukul 09:15. Ia telat 15 menit untuk interview. Kepalanya mulai mengingat cerita-cerita dari teman kampusnya jika pimpinan perusahaan ini tidak mentolerir setiap pegawai yang tidak datang tepat waktu. Membuatnya semakin pucat dan keringat dingin yang terasa semakin deras. 1 Suara ketukan stiletto mulai menggema. Gadis ini sudah memantapkan dirinya untuk segera memasuki perusahaan impiannya itu. Tekadnya sudah bulat ia tak memikirkan lagi bagaimana nasibnya nanti saat berhadapan dengan calon pimpinannya itu. Disini ia berdiri tepat di depan daun pintu tempat dimana ia akan melaksanakan interviewnya itu. Sudah beberapa waktu yang lalu ia sudah bertanya pada resepsionis di lobi. Namun ia tetap diam terpaku. Hey kau sudah telat!. Sambil membenarkan blazer peach serta tatanan rambutnya. Ia kembali menarik nafas beratnya itu. “krieekkk….. “ suara gesekan pintu mulai terdengar. Dengan langkah perlahan diiringi dengan degupan jantung yang semakin terus berpacu. Hitam, yah dimana-mana warna hitam dan abu-abu yang memenuhi ruangan ini. Tempat yang bisa dikatakan apik dengan design yang elegan namun klasik ini. Namun gadis ini tak memikirkan semua itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia harus berhadapan dengan direktur utama disini. “Gracia Anassatia Sehertian” sebut seorang yang duduk dikursi sana yang memunggunginya. Yah, nama gadis itu adalah Gracia Anassatia Sehertian, gadis cantik yang masih berumur 20 tahun, anak pertama dari dua bersaudara. Anak dari Bagas Sehertian. Namun bukan itu topic yang akan kita bahas saat ini. Karena yang akan kita bahas adalah nasib dari gadis ini nantinya. Kursi berputar menampakkan wajah dari calon pimpinannya itu. Siluet wajah yang nyaris dari kata sempurna. Oh tidak, tapi ini benar-benar sempurna. Dengan sorotan mata hazlenya yang tajam, hidung, serta bibir yang berwarna pink basah itu. Ah, persetan dengan wajah itu. “Duduk!” perintahnya dengan Suara berat itu. Tahukah apa yang sedang Gee rasakan saat ini?. Gee pun segera menduduki kursi yang berada tepat didepan meja calon pimpinannya itu.”Telat 30 menit”. Suara itu kembali terdengar. “Maaf pak,tapi tadi saya terjebak macet dalam perjalanan” sahut gee dengan suara yang bergetar takut. Sorotan tajam itu kembali dilihatnya. Oh siapun mohon bantu aku. Ucap Gee di dalam hatinya. 2 “Baik saya akan mentolerir kamu”. 5 kata namun sudah mampu melegakan hati Gee saat ini. “Kita mulai Interviewnya”. Ujar seorang didepan Gee itu. “Gracia Anassatia Sehertian, umur 20 tahun, lulusan dari Universitas Darma Bangsa fakultas hukum”. Terlihat kernyitan alis calon pimpinannya yang bernama Iqbaal Blackford itu. Ia tau dari papan nama yang terpasang di meja itu.” Benar pak” sahutnya. “Mahasiswa lulusan hukum akan magang diperusahaan saya?”tanyanya. “ 3