TUGAS PAPER PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI “ANALISIS SINGLE INDEKS MODEL , CAPITAL ASET PRICING MODAL DAN PORTOFOLIO OPTIMAL” DISUSUN OLEH : NAMA : ALFIAN DIAZ ALFREDO NIM : 1710112082 MATKUL : PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI TANGGAL : 26 MEI 2019 KELAS : LOKAL AA DOSEN : IBU SRI MULYANTINI, SE, MM PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAKARTA JAKARTA 2017 1.SKRIPSI ANALISIS SINGLE INDEKS MODEL HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dan saham-saham kandidat portofolio menunjukkan, bahwa penambahan jumlah sekuritas akan meningkatkan return dan variance portofolio. Periode pengamatan tahun 2002 dan 2003 hanya pada sample size 15 saja yang ditemukan jenis saham yang menjadi kandidat portofolio. Sedangkan pada sample size lainnya tidak ditemukan, karena Excess Return to Beta (ERB) lebih rendah dari cut-offpoint-nya. Dalam keadaan demikian dapat dicari kandidat portofolio tidak melalui pola investasi tahunan tetapi dengan pola investasi jangka pendek (Wahyudi, 2005). Tabel 1. Hasil Pembentukan Portofolio dengan Metode Naive Diversification 2002-2006 σ 2 (R ) SAMPLE SIZE RA 6 0,0795 0,5870 0,0502 0,4695 A KANDIDAT SAHAM: ANTM, BLTA, GGRM, ISAT, RALS, UNTR. 9 KANDIDAT SAHAM: AALI, BBCA, CMNP, GJTL, KLBF, MPPA, SMCB, TLKM, TSPC. Lanjutan Tabel 1 σ 2 (R ) SAMPLE SIZE RA 12 0,0731 0,8213 0,1549 5,4289 A KANDIDAT SAHAM: ASGR, BDMN, BMTR, DNKS, EPMT, INDF, INTP, MEDC, RMBA, SMGR, TRIM, UNVR. 15 KANDIDAT SAHAM: ASII, AUTO, BHIT, BNBR, BNGA, BRPT, CTRS, DYNA, HMSP, INDR, LPBN, PNBN, PNLF, TINS, TRST. 18 0,1108 1,9664 0,1249 2,3260 0,1708 3,4416 KANDIDAT SAHAM: ANTM, BLTA, GGRM, ISAT, RALS, UNTR, AALI, BBCA, CMNP, GJTL, KLBF, MPPA, SMCB, TLKM, TSPC, INDF, INTP, SMGR. 21 KANDIDAT SAHAM : AALI, BBCA,CMNP,GJTL,KLBF, MPPA, SMCB, TLKM, TSPC, ASGR, BDMN, BMTR, DNKS, EPMT, INDF, INTP, MEDC, RMBA, SMGR, TRIM, UNVR. 24 KANDIDAT SAHAM: ASGR, BDMN, BMTR, DNKS, EPMT, INDF, INTP, MEDC, RMBA, SMGR, TRIM, UNVR, ASII, AUTO, BHIT,BNGA, BRPT, CTRS, DYNA, HMSP, INDR, PNBN, TINS, TRST. Sumber: data yang diolah (2007) Untuk tahun 2004 pada semua sample size, dapat ditemukan jenis saham kandidat portofolio. Untuk tahun 2005, hanya pada sample size 12, 18, 21, dan 24 yang dapat ditemukan jenis saham kandidat portofolio. Sedangkan untuk tahun 2006, hanya pada sample size 6 yang tidak dapat ditemukan jenis saham kandidat portofolio. Rata-rata setiap portofolio terdiri dari 2 saham kandidat. Tingkat variance pasar yang dipakai dalam perhitungan untuk masing-masing tahun sebesar 0,47% (2002), 0,76% (2003), 0,43% (2004), 0,36% (2005 dan 2006). Sedangkan tingkat pengembalian bebas risiko (Rf) yang dipakai dalam perhitungan untuk masing-masing tahun sebesar 16,47% (2002), 15,39% (2003), 10,09% (2004), 7,76% (2005), dan 8,53% (2006). Setelah portofolio terbentuk, kemudian ditentukan besarnya proporsi dana yang akan diinvestasikan pada setiap saham yang dipilih. Besarnya proporsi dana portfolio dapat diketahui dari kolom Xi pada Tabel 2 tersebut. Tabel 2. Hasil Pembentukan Portofolio dengan Metode single index 2002-2006 SAMPLE SAHAM ERBi Ci Cut-off Xi UNTR 0,0164 0,0105 0,0107 88,48% ANTM 0,0151 0,0107 2004 KLBF 0,0141 0,0065 0,0065 100,00% 2006 AALI 0,1535 0,0026 0,0078 62,65% MPPA 0,0937 0,0078 TAHUN SIZE 6 9 KANDIDAT 2004 126 11,52% 37,35% Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3, No. 2, 2012, pp: 122-132 Lanjutan Tabel 2 SAMPLE SAHAM ERBi Ci Cut-off Xi EPMT 0,0220 0,0096 0,0096 97,76% DNKS 0,0105 0,0096 BDMN 0,0261 0,0082 SMGR 0,0135 0,0083 2006 ASGR 3,6164 0,0006 0,0006 100,00% 2002 LPBN 0,0193 0,0017 0,0017 100,00% 2003 LPBN 0,0492 0,0092 0,0092 100,00% 2004 TINS 0,1080 0,0065 0,0125 59,16% CTRS 0,0576 0,0120 34,12% PNLF 0,0218 0.0125 6,72% PNLF 1,6617 0,0040 BNBR 0,2643 0,0045 UNTR 0,0164 0,0105 ANTM 0,0151 0,0107 8,24% KLBF 0,0141 0,0114 25,50% 2005 SMGR 0,0135 0,0004 0,0004 100,00% 2006 AALI 0,1535 0,0026 0,0078 70,97% MPPA 0,0937 0,0078 EPMT 0,0220 0,0096 KLBF 0,0141 0,0111 BDMN 0,0261 0,0082 SMGR 0,0135 0,0083 ASGR 3,6164 0,0006 AALI 0,1535 0,0032 49,55% MPPA 0,0937 0,0083 37,37% TINS 0,1080 0,0065 CTRS 0,0576 0,0120 TAHUN SIZE 12 KANDIDAT 2004 2005 15 2006 18 21 2004 2004 2005 2006 24 2004 2,24% 0,0083 87,70% 12,30% 0,0045 49,82% 50,18% 0,0114 66,26% 29,03% 0,0111 70,31% 29,69% 0,0083 87,70% 12,30% 0,0083 0,0159 13,08% 52,49% 29,01% 2005 2006 EPMT 0,0220 0,0159 BDMN 0,0261 0,0082 SMGR 0,0135 0,0083 ASGR 3,6164 0,0006 BRPT 0,3397 0,0007 18,50% 0,0083 87,70% 12,30% 0,0007 0,08% 99,92% Sumber: data yang diolah (2007) Dalam penelitian ini, dihasilkan dua kelompok data. Kelompok pertama adalah data portofolio ex-ante (expected results), yang menunjukkan harapan hasil yang akan diperoleh jika melakukan seleksi portofolio dengan menggunakan teknik portofolio modern, dalam hal ini metode single index. Strategi I (yang merupakan strategi portofolio tanpa pembatasan proporsi dana investasi) menghasilkan rata-rata return tertinggi 16,70% per bulan. Dampak pembatasan (lower and upper bounds) proporsi dana investasi setiap saham dalam portofolio tampak pada rata-rata return bulanan dari strategi-strategi lainnya. Semakin besar batasan proporsi dana, semakin rendah return bulanannya. Tabel 3. Hasil Perhitungan Ex-Ante Average Monthly Portofolio Returns Metode single index 2002-2006 SAMPLE AV.# OF SIZE SECURITIES I II III IV V VI 6 2,0 0,1372 0,1075 0,1161 0,1030 0,1265 0,1076 9 1,5 0,1232 0,0870 0,0990 0,0598 0,0688 0,0830 12 1,7 0,1507 0,0955 0,1134 0,0603 0,0766 0,0815 15 1,0 0,3531 0,2020 0,2515 0,0789 0,1058 0,1058 18 2,0 0,1068 0,0773 0,0877 0,0518 0,0600 0,0622 21 2,33 0,1473 0,0968 0,1137 0,0536 0,0625 0,0613 24 2,33 0,1504 0,1053 0,1204 0,0663 0,0733 0,0728 ALL 1,84 0,1670 0,1102 0,1288 0,0677 0,0820 0,0820 EFFICIENT (MPT) STRATEGY Sumber: data yang diolah (2007) Dalam desain penelitian ini, risiko portofolio ex-ante (variance of monthly returns) dianggap konstan. Sehingga jika keputusan investasi didasarkan pada Tabel 3 di atas dan risiko adalah konstan, maka strategi seleksi portofolio dalam metode single index yang akan dipilih investor adalah Strategi I. Tetapi harus diingat bahwa pilihan tersebut dijatuhkan berdasarkan pada portofolio ex-ante, yang hanya mengungkap dasar teori dari pembentukan portofolio berdasarkan teknik seleksi portofolio modern yang efisien. Kelompok data ke dua adalah data ex-postresults, merupakan kinerja aktual portofolio selama periode 12 bulan yang dibentuk berdasarkan beragam strategi (metode single index dan metode naive diversification). Penerapan strategi pembatasan dana investasi untuk portofolio yang dibentuk dengan metode single index dan jumlah saham dalam portofolio untuk tiap kelompok sampel. Kesimpulan dari deskripsi data diatas, pertama, dibandingkan dengan return strategi lainnya dalam metode single index, strategi I menghasilkan rata-rata return tertinggi sebesar 14,04% per bulan (sesuai dengan hasil Tabel 4). Sedang jika dibandingkan dengan rata-rata return strategi naive (10,92% per bulan), strategi I lebih tinggi 3,12%. Kedua, pembatasan proporsi dana investasi pada metode single index akan menurunkan rata-rata tingkat return per bulan. Tabel 4. Hasil Perhitungan Ex-Post Average Monthly Portfolio Returns Metode single index dan Metode Naive Diversification 2002-2006 SAMPLE NAIVE SIZE STRATEGY I 6 0,0795 0,1372 9 0,0502 12 EFFICIENT (MPT) STRATEGY II III IV V VI 0,1075 0,1161 0,1030 0,1265 0,1076 0,0847 0,0591 0,0677 0,0423 0,0512 0,0572 0,0731 0,1003 0,0667 0,0776 0,0459 0,0562 0,0595 15 0,1549 0,3329 0,1978 0,2418 0,0904 0,1189 0,1189 18 0,1108 0,0865 0,0626 0,0710 0,0422 0,0488 0,0502 21 0,1249 0,1116 0,0744 0,0868 0,0424 0,0491 0,0482 24 0,1708 0,1299 0,0871 0,1014 0,0492 0,0549 0,0546 ALL 0,1092 0,1404 0,0936 0,1089 0,0594 0,0722 0,0709 Sumber: data yang diolah (2007) Setelah mengetahui tingkat return portofolio yang dihasilkan oleh metode single index (strategi I-VI) dan metode naive diversification, investor juga harus mengetahui dengan pasti besaran tingkat risiko yang akan dihasilkan dari kedua metode tersebut. 128 Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3, No. 2, 2012, pp: 122-132 Tabel 5. Hasil Perhitungan Ex-Post Average Monthly Portfolio Variances Metode single index dan Metode Naive Diversification 2002-2006 SAMPLE NAIVE EFFICIENT (MPT) STRATEGY SIZE STRATEGY 6 0,5870 0,03225 0,01729 0,01990 0,01395 0,02091 0,01739 9 0,4695 0,0154 0,0069 0,0089 0,0040 0,0050 0,0060 12 0,8213 0,0512 0,0170 0,0259 0,0059 0,0082 0,0089 15 5,4289 1,4660 0,7099 0,9462 0,1735 0,2651 0,2651 18 1,9664 0,0187 0,0080 0,0106 0,0042 0,0047 0,0046 21 2,3260 0,0443 0,0168 0,0243 0,0044 0,0053 0,0054 24 3,4416 0,1285 0,0390 0,0627 0,0052 0,0065 0,0067 ALL 1,8371 0,1670 0,1102 0,1288 0,0677 0,0820 0,0820 I II III IV V VI Sumber: data yang diolah (2007) Tabel 6. Hasil Uji Statistik Beda Return antara Metode single index dengan Metode Naive Diversification 2002-2006 Paired Differences Sig (2-tailed) Mean Std. Deviation Pair 1 Naive_1-SIM_1 -0,03100 0,073641 0,304 Pair 2 Naive_1-SIM_2 0,01560 0,0464156 0,409 Pair 3 Naive_1-SIM_3 0,000257 0,0533373 0,990 Pair 4 Naive_1-SIM_4 0,04980 0,0490464 0,036 Pair 5 Naive_1-SIM_5 0,03690 0,0536356 0,118 Pair 6 Naive_1-SIM_6 0,03830 0,0501941 0,090 Sumber: data yang diolah (2007) Tabel 7. Hasil Uji Statistik Beda Risiko antara Metode single index dengan Metode Naive Diversification 2002-2006 Paired Differences Sig (2-tailed) Pair 1 Naive_1-SIM_1 Mean Std. Deviation 2,087802 1,518935 0.011 1,622606 0.012 1,588297 0.012 1,709436 0.013 1,694297 0.013 1,698325 0.013 2,180667 Pair 2 Naive_1-SIM_2 2,152124 Pair 3 Naive_1-SIM_3 2,240937 Pair 4 Naive_1-SIM_4 2,229651 Pair 5 Naive_1-SIM_5 Pair 6 Naive_1-SIM_6 2,231616 Sumber: data yang diolah (2007) 129 Rini Setyo Witiastuti / Analisis Kinerja Portofolio : Pengujian Single Index Model ... Tabel 8. Hasil Uji Statistik Beda Alfa Portofolio (αP) antara����������������������������������MetodesingleindexdanMe-tode Naive Diversification terhadap Nol Paired Differences Pair 1 Nol-Naive Pair 2 Nol-SIM_1 t Sig (2-tailed) Mean Std. Deviation -0,017 0,0110877 -4,067 0.007 0,0871857 -2,577 0.042 0,0480316 -2,821 0.030 0,0604020 -2,746 0.033 0,0187908 -3,901 0.008 0,0268873 -3,790 0.009 0,0247472 -3,876 0.008 -0,085 -0,051 Pair 3 Nol-SIM_2 -0,063 Pair 4 Nol-SIM_3 Pair 5 Nol-SIM_4 Pair 6 Nol-SIM_5 Pair 7 Nol-SIM_6 -0,028 -0,039 -0,036 Sumber: data yang diolah (2007) Kesimpulan yang bisa diambil dari keterangan di atas diantaranya adalah, pertama, portofolio yang dibentuk dengan metode naive, menghasilkan rata-rata tingkat risiko yang cenderung semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kelompok sampel, hal ini berbeda dari hasil penelitian Mc. Lean dan Angell (1987). Kedua, strategi I metode single index merupakan strategi yang paling berisiko dibandingkan dengan kelima strategi metode single index lainnya, karena menghasilkan rata-rata tingkat risiko yang paling tinggi (16,70%). Ketiga, strategi VI metode single index, yang merupakan strategi paling dibatasi dalam penentuan proporsi dana investasi tiap sahamnya, menghasilkan rata-rata tingkat risiko yang rendah (8,20%) jika dibandingkan dengan strategi metode naive dan strategi lain dalam metode single index. Tetapi tingkat resikonya sama dengan strategi V, kecuali strategi IV yang menghasilkan rata-rata tingkat risiko lebih rendah (6,77%). Kesimpulan kedua dan ketiga sesuai dengan hasil penelitian Mc. Lean dan Angell (1987). Hasil uji beda statistik strategi naive dengan strategi I menunjukkan probabilitas return sebesar 0,304 yang berarti lebih besar dari 0,05, dengan demikian return strategi I tidak berbeda secara signifikan dengan return strategi naive. Hasil uji beda statistik strategi naive dengan strategi II menunjukkan probabilitas return sebesar 0,409 yang berarti lebih besar dari 0,05, dengan demikian return strategi II juga tidak berbeda secara signifikan dengan return strategi naive. Hasil uji beda statistik strategi naive dengan strategi III menunjukkan probabilitas return sebesar 0,990 yang berarti lebih besar dari 0,05, dengan demikian return strategi III juga tidak berbeda secara signifikan dengan return strategi naive. Pada uji beda strategi naive dengan strategi IV, dapat kita lihat bahwa probabilitas return sebesar 0,036 yang berarti probabilitasnya kurang dari 0,05, dengan demikian return strategi IV menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan terhadap return metode naive. Hasil uji beda strategi naive dan strategi V menunjukkan probabilitas yang lebih besar dari 0,05, yaitu 0,118. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara return strategi Vdan return metode naive diversification. Uji beda statistik untuk strategi naive dengan strategi VI menunjukkan tingkat probabilitas sebesar 0,090, dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara return strategi VIdan return metode naive diversification. Semua probabilitas variance yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik kurang dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara variance metode single index dan variance metode naive diversification. Pengujian hipotesis ke tiga dilakukan p α dengan menguji tingkat signifikansi nilai p apakah berbeda secara nyata dari nol atau tidak. s ecara s ignifikan dengan n ol, maka kine rja po rto foli o Jika p bernilai positif dan berbeda α lebih superior dari kinerja portofolio lainnya, sebaliknya jika bernilai negatif dan berbeda dari ki nerja p ort ofoli o lain nya. signifikan dengan nol, maka kinerja portofolio lebih inferior 130 α Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3, No. 2, 2012, pp: 122-132 Semua probabilitas dalam uji hipotesis ke tiga menunjukkan kurang dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara alfa portofoliometode single index dan alfa portofoliometode naive diversification terhadap nol. Dari output SPSS terlihat bahwa semua nilai t bernilai negatif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa portofoliometode single index maupun portofoliometode naive diversification memiliki kinerja yang inferior. Kesimpulan dari pengujian ini adalah bahwa dalam sampel kecil, kinerja portofolio metode single index dalam berbagai strategi dan kinerja portofolio metode naive diversification adalah inferior. Untuk mengetahui posisi garisgaris karakteristik ex-post portofolio yang dibentuk oleh 6 strategi metode single index dan metode naive diversification terhadap garis SML, dapat dilihat pada gambar Grafik 1. 0.15 Return Rata-rata SML SIM I NAIVE NAIVE SIM III SIM I SIM II SIM II SIM VI SIM V SIM III SIM IV 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 SIM IV SML Beta SIM V SIM VI -0.10 Sumber: data yang diolah (2007) Gambar 1. Grafik Garis Security Market Line Ex-Post, Garis Karakteristik Ex-Post Portofolio Metode single index dan Metode Naive Diversification 2002-2006 Pada Gambar 1 diketahui bahwa semua garis karakteristik untuk portofolio metode naive diversification dan metode single index letaknya di atas SML ex-post. Hal ini berarti portofolio yang dibentuk dengan metode naive diversification dan metode single index berkinerja lebih baik dari kinerja pasar. Tetapi, jika diperbandingkan antara letak garis-garis karakteristik semua strategi dalam metode single index dengan garis karakteristik metode naive diversification, hanya garis karakteristik portofolio bentukan metode single index strategi I yang terletak di atas garis karakteristik metode naive diversification. Dengan demikian, meskipun kedua metode tersebut menghasilkan portofolio yang kinerjanya inferior, tetapi portofolio bentukan metode single index strategi I berkinerja lebih baik dibandingkan portofolio bentukan metode naive diversification. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan portofolio dengan metode single index pada semua sample size, tidak selalu menemukan jenis saham atau kombinasi saham yang menjadi kandidat portofolio. Hal ini dikarenakan nilai Excess Return to Beta (ERB) lebih rendah dari cut-offpoint-nya. Tahun 2002 dan 2003, hanya pada sample size 15 yang terdapat saham kandidat portofolio yaitu LPBN. Tahun 2004, untuk semua sampel dapat ditemukan jenis saham atau kombinasi saham kandidat portofolio, yaitu UNTR, ANTM, KLBF, EPMT, DNKS, TINS, CTRS, dan PNLF. Tahun 2005, hanya pada sample size 12, 18, 21, dan 24 yang berhasil ditemukan kombinasi saham kandidat portofolio, yaitu BDMN dan SMGR. Sedangkan untuk tahun 2006 pada sebagian besar sample size, kecuali sample size 6, dapat ditemukan jenis saham atau kombinasi saham kandidat portofolio, yaitu AALI, MPPA, ASGR, PNLF, BNBR, dan BRPT. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 131 Rini Setyo Witiastuti / Analisis Kinerja Portofolio : Pengujian Single Index Model ... return portofolio metode single index pada strategi I, II, III, V, dan VI terhadap tingkat return portofolio metode naive diversification. Sementara tingkat return portofolio metode single index strategi IV menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap tingkat return portofolio metode naive diversification. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat risiko portofolio metode single index dengan tingkat risiko portofolio metode naive diversification. Kinerja portofolio metode single index strategi I, II, III, IV, V, dan VI, serta portofolio metode naive diversification bernilai negatif dan berbeda secara signifikan terhadap nol. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam sampel kecil, portofolio yang dibentuk dengan metode single index maupun metode naivediversification memiliki kinerja yang inferior. Agenda penelitian selanjutnya perlu diladakan penelitian lanjutan dengan periode penelitian yang lebih panjang serta memperhitungkan dividen dalam menentukan tingkat return saham-saham kandidat portofolio, untuk melihat konsistensi antar periode pengamatan dan pada keseluruhan jenis saham yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. 2. JURNAL SINGLE INDEKS MODAL 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria dalam penyeleksiannya saham-saham yang membentuk portofolio adalah saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan cut-off point (ERB>C*). Pembentukan portofolio optimal memiliki beberapa langkah diantaranya sebagai berikut: 4.1 Perhitungan Return Aktiva Bebas Risiko (RBR) Perhitungan aktiva bebas risiko berguna untuk mengetahui berapa nilai return minimum yang harus diperoleh investor dimana risiko sama dengan nol. Data yang digunakan untuk menghitung nilai aktiva bebas risiko adalah data suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Data tersebut berupa data rata-rata SBI bulanan periode 20102012. Berikut perhitungan tingkat SBI per bulan: Tabel 1 Tingkat Suku Bunga SBI dan rata-rata Suku Bunga per Bulan Periode 2010-2012 Tahun No Bulan 2010 2011 2012 1 Januari 6,5 6,5 6 2 Febuari 6,5 6,75 5,75 3 Maret 6,5 6,75 5,75 4 April 6,5 6,75 5,75 5 Mei 6,5 6,75 5,75 6 Juni 6,5 6,75 5,75 7 Juli 6,5 6,75 5,75 8 Agustus 6,5 6,75 5,75 9 September 6,5 6,75 5,75 10 Oktober 6,5 6,5 5,75 11 November 6,5 6 5,75 12 Desember 6,5 6 5,75 ∑ 78 79 69,25 Rata-rata 1 Tahun 6,5 6,583333 5,770833 Rata-rata 3 Tahun 6,284722222 Rata-rata per bulan 0,174575617 Sumber : Data diolah Perhitungan return aktiva bebas risiko diperoleh dari perhitungan rata-rata SBI dengan hasil nilainya sebesar 0,0017 atau 0,17%, saham-saham yang masuk tahap pembentukan portofolio adalah saham-saham yang return ekspektasinya lebih besar dari return aktiva bebas risiko. Jika saham yang memiliki return ekspektasilebih kecil dari return aktiva bebas risiko maka akan diperoleh ERB yang negatif. Berdasarkan kriteria tersebut maka dari 20 saham yang masuk tahap selanjutnya adalah 19 saham. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa suku bunga SBI secara rata-rata mengalami penurunan dari tahun 2010-2012. Suku bunga SBI yang mengalami penurunan mengindikasikan kinerja ekonomi Indonesia yang didukung pula oleh perbaikan iklim investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan investasi di pasar modal indonesia. 4.2 Excess Return to Beta (ERB) Excess Return to Beta (ERB) merupakan selisih dari return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Nilai ERB ini merupakan nilai yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan saham yang masuk dalam portofolio optimal. Secara matematis nilai ERB adalah sebagai berikut:Perhitungan ERB menggunakan program Microsoft Excel. Saham yang masuk perhitungan ini adalah saham yang nilai return ekspektasinya bernilai positif sedangakan yang bernilai negatif tidak dimasukkan dalam perhitungan. Terpilih 19 saham yang masuk pehitungan seperti pada tabel berikut: Tabel 2 Excess Return to Beta (ERB) Setiap saham No EMITEN E(Ri) RBR βi ERB 1 ADRO 0,002234804 0,0017 1,227 0,000398572 2 BBCA 0,021162252 0,0017 1,031 0,018832683 3 BBNI 0,02470181 0,0017 1,193 0,019242292 4 BMRI 0,019483078 0,0017 1,498 0,011840669 5 GGRM 0,030822467 0,0017 0,499 0,058269962 6 INCO 0,052195076 0,0017 1,671 0,030191095 7 INDF 0,019008771 0,0017 1,085 0,015910613 8 INTP 0,019387549 0,0017 0,854 0,020657837 9 ITMG 0,016667925 0,0017 1,057 0,014117473 10 JSMR 0,038403225 0,0017 0,855 0,042874233 11 KLBF 0,04743786 0,0017 0,921 0,049611405 12 LPKR 0,025441878 0,0017 1,304 0,018171873 13 LSIP 0,018385002 0,0017 1,109 0,015003829 14 PGAS 0,011753933 0,0017 0,686 0,014589179 15 PTBA 0,002554895 0,0017 1,375 0,000588465 16 SMGR 0,025886643 0,0017 1,141 0,021157657 17 TLKM 0,004395925 0,0017 0,408 0,006495512 18 UNTR 0,011109394 0,0017 1,219 0,007681409 19 UNVR 0,022759027 0,0017 0,176 0,119393584 Sumber : Data diolah Excess Return to Beta (ERB) adalah selisih dari return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Berdasarkan perhitungan ERB tersebut diperoleh saham dengan nilai tertinggi adalah saham PT Unilever Tbk (UNVR) sebesar 0,119393584 sedangkan nilai ERB terendah yaitu saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0,000398572. Nilai semua saham bernilai positif sehingga 19 saham tersebut masuk tahap selanjutnya. Nilai ERB tersebut akan diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah untuk menentukan nilai Ai, Bi dan Ci yang merupakan komponen penting dalam penentuan nilai cut-off point. 4.3 Menghitung nilai pembatas (cut-off point) Langkah untuk menghitung nilai pembatas (cut-off point) adalah sebagai berikut: 1) Mengurutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terkecil hingga terbesar. Sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan calon portofolio optimal. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i yaitu: [( ) ] dan d. Menghitung nilai Ci yang merupakan nilai C untuk sekuritas ke-i yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai Ai sampai Ai dan nilai-nilai Bi sampai Bi. Ci dapat dinyakan dengan rumus: ∑ ∑ 2) Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai Ci, dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. 3) Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas-sekuritas yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C*, sedangkan sekuritas-sekuritas yang berada dibawah titik ERB tidak dimasukkan dalam pembentukan portofolio optimal. Tabel 3 Ai, Bi, Ci dan Nilai Cut-off Point No EMITEN ERB Ai Bi Ci 1 UNVR 0,119393584 0,616552767 5,164035997 0,0012205 2 GGRM 0,058269962 1,569194956 26,9297407 0,004107824 3 KLBF 0,049611405 6,352250561 128,0401268 0,012933737 4 JSMR 0,042874233 6,955192627 162,22314 0,018839981 5 INCO 0,030191095 6,646322135 220,1418042 0,021236966 6 SMGR 0,021157657 6,642533208 313,9540997 0,02121861 7 INTP 0,020657837 3,350260447 162,1786657 0,021158724 8 BBNI 0,019242292 6,04226768 314,0097769 0,020830357 Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) | Vol. 6 No. 2 Desember 2013 | 6 administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.i d 9 BBCA 0,018832683 9,50694233 504,8108386 0,020398927 10 LPKR 0,018171873 3,578906199 196,947573 0,020225863 11 INDF 0,015910613 5,719991965 359,5079622 0,019689783 12 LSIP 0,015003829 2,744562147 182,9241212 0,019411193 13 PGAS 0,014589179 1,132246776 77,60866955 0,019292557 14 ITMG 0,014117473 2,724682583 193,0007309 0,018994181 15 BMRI 0,011840669 12,49390862 1055,169168 0,017279706 16 UNTR 0,007681409 2,29871234 299,2565917 0,01666881 17 TLKM 0,006495512 0,28020597 43,13839717 0,016576321 18 PTBA 0,000588465 0,338476932 575,186562 0,014847812 19 ADRO 0,000398572 0,10608319 266,1581679 0,014159387 Sumber : Data diolah Perhitungan pada tabel 3 di atas dapat diketahui nilai cut-off point adalah sebesar 0,021236966 yang merupakan batas penentuan saham-saham yang akan masuk ke dalam portofolio optimal. Saham yang masuk ke dalam portofolio optimal adalah saham-saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan cut-off point. Terpilih lima saham yang memiliki nilai ERB di atas nilai cut-off point. Saham yang terpilih ke dalam portofolio optimal adalah UNVR, GGRM, KLBF, JSMR dan INCO. a. Proporsi Dana Masing-masing Saham Terpilih Saham-saham yang terpilih ke dalam portofolio optimal selanjutnya masuk ke tahap penentuan proporsi dana. Perhitungan proporsi dana menggunakan rumus : ∑ dengan nilai Zi adalah sebesar : ( Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Perhitungan Proporsi Dana Setiap Saham dalam Portofolio Optimal No Emiten βi σei2 ERB C* 1 UNVR 0,176 0,005998 0,1193936 0,02123697 2,8800245 0,2041 2 GGRM 0,499 0,009246 0,05827 0,02123697 1,9985751 0,1417 3 KLBF 0,921 0,006625 0,0496114 0,02123697 3,9446979 0,2796 4 JSMR 0,855 0,004506 0,0428742 0,02123697 4,1053396 0,291 5 INCO 1,671 0,012684 0,0301911 0,02123697 1,1796398 0,0836 14,108277 1 ∑ Zi Wi Sumber: Data diolah Perhitungan proporsi dana masing-masing saham dipengaruhi oleh nilai ERB, cut-off piont, nilai risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Nilai ERB dan nilai sistematis (i) suatu saham berkorelasi positif dengan proporsi dana, yang berarti apabila ERB dan nilai sistematis suatu saham tinggi maka proporsi dana juga makin tinggi. Sementara untuk nilai risiko tidak sistematis berkorelasi negatif, yaitu semakin besar nilai risiko tidak sistematis maka semakin kecil proporsi dananya. Nilai risiko sistematis yang besar bagi suatu saham mengindikasikan kondisi perusahaan yang kurang begitu menguntungkan sehingga kurang menarik bagi investor untuk berinvestasi ke perusahaan tersebut. Berdasarkan perhitungan proporsi dana di atas dapat disimpulkan bahwa saham-saham yang membentuk portofolio optimal yang terdiri dari UNVR, GGRM, KLBF, JSMR dan INCO. Besarnya proprorsi dana setiap saham adalah sebesar 20,4%, 14,2%, 28%, 29,1% dan 8,36%. Saham JSMR mendapat proporsi dana yang tertinggi karena nilai risiko tidak sistematis rendah dan nilai beta yang relatif tinggi. Proporsi dana paling rendah dimiliki oleh INCO karena memiliki ERB rendah dan risiko tidak sistematis yang paling tinggi. b. Tingkat Return dan Risiko Portofolio Optimal 1. Beta dan Alpha Portofolio Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal (Single Index Model) memiliki rata-rata tertimbang dari beta masing-masing saham yaitu beta portofolio (βp). Beta portofolio dihitung dengan rumus sebagai berikut: β ∑ β Perhitungan beta portofolio berdasarkan Model Indeks Tunggal (Single Index Model) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Beta Portofolio No EMITEN βi Wi.βi Wi 1 UNVR 0,176 0,204137 0,0359281 2 GGRM 0,499 0,14166 0,0706883 3 KLBF 0,921 0,279602 0,2575134 4 JSMR 0,855 0,290988 0,2487947 5 INCO 1,671 0,083613 0,1397173 Βp 0,1505284 Sumber: Data diolah Alpha portofolio adalah rata-rata tertimbang dari alpha masing-masing saham yang terbentuk ke dalam portofolio optimal. Secara matematis alpha potofolio dapat dirumuskan sebagai berikut: α ∑ α Berikut ini merupakan perhitungan alpha portofolio: Tabel 6 Alpha Portofolio αi No EMITEN Wi.αi Wi 1 UNVR 0,02 0,204137 0,0040827 2 GGRM 0,023 0,14166 0,0032582 3 KLBF 0,033 0,279602 0,0092269 4 JSMR 0,025 0,290988 0,0072747 5 INCO 0,026 0,083613 0,0021739 αp 0,0052033 Sumber: Data diolah Perhitungan beta portofolio dipakai sebagai indikator risiko sistematis dengan nilai sebesar 0,1505284. Risiko tidak sistematis relatif lebih rendah dari risiko-risiko saham individunya yang berarti berhasil mengurangi risiko. Sementara untuk nilai alpha menurut perhitungan tersebut yaitu sebesar 0,0052033 yang berarti bahwa return portofolio yang tidak terpengaruh oleh pasar yaitu sebesar 0,0052033 atau 0,52%. 2. Return dan Risiko Portofolio Return portofolio merupakan gambaran tingkat pengembalian yang diperoleh dari portofolio optimal yang terbentuk. Return portofolio dihitung dari proporsi dana dikalikan dengan return individu. Berikut pehitungan return portofolio : Tabel 7 Return Portofolio No EMITEN Ri Wi Ri.Wi 1 UNVR 0,79430831 0,204137 0,162147716 2 GGRM 0,03072688 0,14166 0,00435277 3 KLBF 0,04703063 0,279602 0,013149857 4 JSMR 0,03804188 0,290988 0,01106973 5 INCO 6,1618E-05 0,083613 5,1521E-06 Rp 0,038145045 Sumber: Data diolah Perhitungan return ekspektasi portofolio menggunakan rumus sebagai berikut: ( ) ( ) Hasil perhitungan return ekspektasi portofolio seperti berikut: E(Rp) = 0,0052033 + (0,1505284 x 0,015676287) = 0,007563026 = 0,76% Perhitungan return portofolio sebesar 0,038145045 atau 3,81% dan return ekspektasi portofolio sebesar 0,007563026 atau 0,76% menunjukkan bahwa return portofolio lebih besar daripada return ekspektasi. Langkah berikutnya adalah menghitung risiko portofolio. Risiko portofolio adalah risiko yang dipengaruhi oleh pasar atau berkitan dengan beta dan varian return pasar.secara matematis risiko portofolio dapat dirumuskan sebagai berikut: Berdasarkan rumus di atas maka perhitungan risiko portofolio memiliki dua komponen yaitu nilai kuadrat beta portofolio dan varian pasar. Berkut ini perhitungan risiko portofolio: 1. (0,1505284)2 x 0,002 = 0,0000453176 2. 0,0045% Risiko portofolio yang diperoleh adalah sebesar 0,0000453176 atau 0,0045%. Berdasarkan perhitungan return portofolio dan risiko portofolio di atas menggambarkan bahwa pada tingkat risiko yang paling rendah memberikan return tertentu dari portofolio optimal yang terbentuk. Tingkat risiko yang terbentuk sebesar 0,0000453176 atau 0,0045%. Perhitungan return portofolio menghasilkan nilai sebesar 0,038145045 atau 3,81%. Hasil intrepretasi diatas dapat disimpulkan bahwa seorang investor dapat berinvestasi pada tingkat risiko yang paling rendah untuk memperoleh tingkat pengembalian atau return tertentu maka investor tersebut dapat menginvestasikan dananya pada saham-saham pembentuk portofolio optimal yang terdiri dari UNVR, GGRM, KLBF, JSMR dan INCO dengan besarnya proprorsi dana setiap saham adalah sebesar 20,4%, 14,2%, 28%, 29,1% dan 8,36%. a. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dari 24 sampel perusahaan diperoleh 20 perusahaan yang memiliki return ekspektasi positif . Pada tahap perhitungan ERB terpilih 19 saham dengan nilai ERB yang positif. Tahap berikutnya 19 saham tersebut diseleksi dengan cut-of point sehingga terpilih 5 saham yang masuk ke dalam portofolio optimal. Saham pembentuk portofolio optimal terdiri dari JSMR, KLBF, UNVR, GGRM,, dan INCO. Berdasarkan perhitungan dari 5 saham yang terpilih ke dalam portofolio optimal maka diperoleh besarnya proporsi dana masing-masing saham yaitu JSMR sebesar 29,1%, KLBF sebesar 28%, UNVR sebesar 20,4%, GGRM sebesar 14,2%, dan INCO sebesar 8,36%. Saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mendapat proporsi dana terbesar yaitu sebesar 29,1%. Sementara proporsi dana terendah ditempati oleh saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yaitu sebesar 8,36%. Portofoliooptimalyangterbentuk memberikan return portofolio sebesar 0,038145045 atau 3,81%, sementara untuk risiko dari portofolio optimal yang terbentuk adalah sebesar 0,0000453176 atau 0,0045%, sedangkan return ekspektasi portofolio sebesar 0,007563026 atau 0,76% menunjukkan bahwa return portofolio lebih besar daripada return ekspektasi portofolio. Proporsi dana dilihat dari tingkat risiko individual saham adalah sebagai berikut JSMR sebesar 29,1% dengan risiko sebesar 0,597%, KLBF sebesar 28% dengan risiko sebesar 0,832%, UNVR sebesar 20,4% dengan risiko sebesar 0,606%, GGRM sebesar 14,2% dengan risiko sebesar 0,974%, dan INCO sebesar 8,36% dengan risiko sebesar 1,287%. Saham JSMR yang mendapat proporsi dana terbesar yaitu 29,1% memiliki risiko individual sebesar 0,597%, hal ini berarti saham dengan tingkat risiko individual terkecil mendapat proporsi dana terbesar dalam portofolio optimal. Beta portofolio yang diperoleh juga lebih rendah daripada beta individual dimana nilai beta porfolio sebesar 0,1505. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pasar tidak terlalu berdampak pada kinerja saham yang tepilih ke dalam portofolio optimal. 5.2 Saran a. Investor Keputusaninvestasidalamportofolio sebaiknya mempertimbangkan aspek fundamental selain aspek teknis. Metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio sebaiknya adalah metode Single Index Model karena dapat memperoleh return ekspektasi tertentu dengan risiko yang paling rendah. Penelitian di atas juga dapat menjadi referensi bagi investor untuk menanamkan modalnya berdasarkan metode Single Index Model dimana telah terpilih 5 saham pembentuk portofolio optimal yang terdiri dari terdiri dari JSMR, KLBF, UNVR, GGRM, dan INCO. b. Peneliti selanjutnya Sebaiknya menambah periode penganmatan dan sampel penelitian dan juga dapat menggunakan beberapa metode analisis investasi saham. Data-data dan literatur juga harus disiapkan agar dapat mempermudah proses penelitan selanjutnya. 3.EVALUASI PORTOFOLIO OPTIMAL A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index. Indeks ini terdiri dari 30 saham pilihan. Namun setelah dilakukan pengumpulan data berdasarkan purposive sampling, maka perusahaan yang memenuhi syarat atau kriteria dalam penelitian ini hanya terdapat 19 perusahaan sebagai berikut : Tabel 4.1. Daftar Emiten JII yang Masuk dalam Kriteria No Nama Emiten Kode Saham 1 PT. Astra Agro Lestari, Tbk AALI 2 PT. Adaro Energy, Tbk ADRO 3 PT. AKR Corporindo, Tbk AKRA 4 PT. Astra International, Tbk ASII 5 PT. Alam Sutera Realty, Tbk ASRI 6 PT. Charoen Pokhpand, Tbk CPIN 7 PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk ICBP 8 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF 9 PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk INTP 10 PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk ITMG 11 PT. Kalbe Farma, Tbk KLBF 12 PT. Lippo Karawaci, Tbk LPKR 13 PT. PP London Sumatera Plantation, Tbk LSIP 14 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk PGAS 15 PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk PTBA 16 PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk SMGR 17 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk TLKM 18 PT. United Tractors, Tbk UNTR 19 PT. Unilever Indonesia, Tbk UNVR Sumber : Laporan BEI tahun 2011 – 2015, diola B. Hasil Penelitian Proses membentuk portofolio optimal saham berdasarkan model indeks tunggal memerlukan beberapa langkah. Dalam hasil penelitian ini dibagi kedalam tiga langkah besar yaitu : menentukan komposisi portofolio optimal saham, menentukan besarnya proporsi dana yang dialokasikan ke masing-masing saham dan menentukan return dan risiko dari portofolio optimal saham yang terbentuk. 1. Komposisi Portofolio Optimal Saham Berdasarkan Metode Single Index Langkah pertama dalam menghitung portofolio optimal saham yaitu mengetahui terlebih dahulu komposisi saham yang akan menjadi kandidat portofolio optimal saham. Saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar dari Ci akan dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham, sebaliknya saham yang mempunyai nilai ERB lebih kecil Ci tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham. Untuk mengetahui komposisi tersebut, harus dilakukan beberapa langkah, yaitu sebagai berikut : a. Mendeskripsikan perkembangan harga saham, IHSG dan SBI Data harga saham yang diteliti adalah harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir bulan selama periode Desember 2011- Mei 2015. Nilai return dan risiko saham diambil dari perubahan harga saham bulanan. Data harga saham penutupan (closing price) dari 19 saham tersebut diperoleh dari situs http://finance.yahoo.co.id. Data saham JII dan closing price bulanan terlampir pada lampiran 1 halaman 68. Data kedua yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode Desember 2011 - Mei 2015 yang diperoleh dari laporan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) dan risiko pasar (σm). Tabel berikut ini menunjukkan data IHSG tersebut : Tabel 4.2. Data perkembangan IHSG periode Desember 2011 – Mei 2015 Tahun Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 3941.69 4453.70 4418.76 5289.40 Februari 3985.21 4795.79 4620.22 5450.29 Maret 4121.55 4940.99 4768.28 5518.67 April 4180.73 5034.07 4840.15 5086.42 Mei 3832.82 5068.63 4893.91 5216.38 Juni 3955.58 4818.90 4878.58 Juli 4142.34 4610.38 5088.80 Agustus 4060.33 4195.09 5136.86 September 4262.56 4316.18 5137.58 Oktober 4350.29 4510.63 5089.55 Nopember 4276.14 4256.44 5149.89 Desember 3821.99 4316.69 4274.18 5226.95 Sumber : Laporan BEI tahun 2011-2015, diolah Data ketiga adalah data Sertifikat bank Indonesia digunakan untuk mendapatkan suku bunga bebas risiko atau risk free rate. Data SBI diakses dari situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. SBI periode Desember 2011- Mei 2015 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.3. Data SBI Periode Desember 2011 – Mei 2015 No Periode Tahunan Bulanan 1 8-Dec-11 6.00% 0.500% 2 12-Jan-12 6.00% 0.500% 3 9-Feb-12 5.75% 0.479% 4 8-Mar-12 5.75% 0.479% 5 12-Apr-12 5.75% 0.479% 6 10-May-12 5.75% 0.479% 7 12-Jun-12 5.75% 0.479% 8 12-Jul-12 5.75% 0.479% 9 9-Aug-12 5.75% 0.479% 10 13-Sep-12 5.75% 0.479% 11 11-Oct-12 5.75% 0.479% 12 8-Nov-12 5.75% 0.479% 13 11-Dec-12 5.75% 0.479% 14 10-Jan-13 5.75% 0.479% 15 12-Feb-13 5.75% 0.479% 16 7-Mar-13 5.75% 0.479% 17 11-Apr-13 5.75% 0.479% 18 14-May-13 5.75% 0.479% 19 13-Jun-13 6.00% 0.500% 20 11-Jul-13 6.50% 0.542% 21 29-Aug-13 7.00% 0.583% 22 12-Sep-13 7.25% 0.604% 23 8-Oct-13 7.25% 0.604% 24 12-Nov-13 7.50% 0.625% 25 12-Dec-13 7.50% 0.625% 26 9-Jan-14 7.50% 0.625% 27 13-Feb-14 7.50% 0.625% 28 13-Mar-14 7.50% 0.625% 29 8-Apr-14 7.50% 0.625% 30 8-May-14 7.50% 0.625% 31 12-Jun-14 7.50% 0.625% 32 10-Jul-14 7.50% 0.625% 33 14-Aug-14 7.50% 0.625% 34 11-Sep-14 7.50% 0.625% 35 7-Oct-14 7.50% 0.625% 36 18-Nov-14 7.75% 0.646% 37 11-Dec-14 7.75% 0.646% 38 15-Jan-15 7.75% 0.646% 39 17-Feb-15 7.50% 0.625% 40 17-Mar-15 7.50% 0.625% 41 14-Apr-15 7.50% 0.625% 42 19-May-15 7.50% 0.625% Sumber : www.bi.go.id, diolah. b. Menghitung realized return, expected return, standar deviasi, dan varian dari masing-masing saham individual Realized return diperoleh dari perubahan harga penutupan saham I pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham I pada bulan t-1, kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan saham I pada bulan ke t-1. Expected return dihitung dengan rumus Average, standar deviasi dihitung dengan rumus STDev dan varian dihitung dengan rumus Var. Hasil penghitungan realized return masing-masing saham diperlihatkan pada lampiran 2 halaman 69. Sedangkan hasil perhitungan expected return, standar deviasi dan varian dari masingmasing saham individual terlihat dalam tabel 4.4. berikut ini : Tabel 4.4. E(Ri), STDev DAN VARIANCE SAHAM INDIVIDUAL Kode No Expected Return STDev Variance Saham 1 AALI 0.009783795 0.106864701 0.011420064 2 ADRO -0.01171824 0.109202022 0.011925082 3 AKRA 0.019432908 0.100963202 0.010193568 4 ASII -0.021321655 0.155388645 0.024145631 5 ASRI 0.015013197 0.131099307 0.017187028 6 CPIN 0.015013239 0.108993542 0.011879592 7 ICBP 0.027425196 0.076802113 0.005898565 8 INDF 0.012842423 0.056780031 0.003223972 9 INTP 0.009769457 0.080673447 0.006508205 10 ITMG -0.019092063 0.112761306 0.012715112 11 KLBF 0.006403489 0.143613539 0.020624849 12 LPKR 0.022955605 0.11549886 0.013339987 13 LSIP 0.003011628 0.144877911 0.020989609 14 PGAS 0.010349865 0.078046073 0.00609119 15 PTBA -0.008787467 0.099263907 0.009853323 16 SMGR 0.006606723 0.073831975 0.005451161 17 TLKM 0.001401724 0.146491361 0.021459719 18 UNTR -0.003024652 0.081293105 0.006608569 19 UNVR 0.022626658 0.064823445 0.004202079 Sumber : Lampiran 2 halaman 69. Dari sembilan belas sampel penelitian tersebut, saham yang memberikan tingkat expected return paling besar adalah saham ICBP yaitu sebesar 0.027425, sedangkan saham yang memberikan expected return terendah adalah saham ASII yaitu sebesar -0.02132. Pada sampel penelitian tersebut terdapat lima saham yang mempunyai expected return negatif yaitu ADRO, ASII, ITMG, PTBA dan UNTR. Investor rasional tentunya akan memilih saham dengan expected return positif. Variance saham individual digunakan untuk mengetahui risiko dari expected return saham. Dari perhitungan variance saham individual, saham yang mempunyai variance paling besar adalah saham ASII sebesar 0.024146, sedangkan saham yang mempunyai variance terendah adalah INDF sebesar 0.003224. Investor rasional tentunya akan memilih saham dengan risiko terendah, namun hal ini juga tergantung pada preferensi risiko masing-masing investor. c. Menghitung Market Return, Market return dihitung dengan cara mengurangkan IHSG periode sekarang dengan IHSG periode sebelumnya kemudian dibagi dengan IHSG periode sebelumnya. Expected return dihitung dengan rumus Average, standar deviasi dihitung dengan rumus STDev dan varian dihitung dengan rumus Var. Hasil perhitungan realized market return IHSG, expected return IHSG, standar deviasi IHSG dan variance IHSG terdapat pada lampiran 3, hasil penghitungan expected return, standar deviasi dan varian dari masing-masing saham individual terlihat dalam tabel 4.5. berikut ini : Tabel 4.5. Expected Return, Standar Deviasi dan Variance IHSG Expected Return 0.00830 STDev 0.03716 Variance 0.00138 Sumber : Lampiran 3 halaman 70. Berdasarkan perhitungan tersebut, data IHSG yang digunakan untuk memperoleh expected return market sebesar 0.00830 perbulan dan standar deviasi .03716. Sedangkan risiko pasar yang ditanggung sebesar 0.00138. Expected return Market yang bernilai positif ini membuktikan bahwa investasi pada pasar modal memberikan return bagi investor. d. Menghitung Risk Free Rate Sertifikat Bank Indonesia digunakan untuk menghitung komponen risk free rate (tingkat bebas risiko) pada portofolio optimal model single index. SBI cenderung naik dari tahun ke tahun. Data ini diambil dari situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Lampiran 4 halaman 72 merupakan hasil perhitungan risk free rate. Risk free rate yang digunakan dalam menghitung portofolio optimal saham dengan metode single index yaitu risk free rate bulanan sebesar 0.00558. Risk free rate bulanan ini dipilih agar memperoleh hasil perhitungan yang lebih akurat. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa apabila investor melakukan investasi pada SBI akan memperoleh return sebesar 0.00558 atau 0.55perbulan dengan risiko 0%. Return tersebut sudah pasti diterima investor karena investasi pada SBI adalah investasi yang tidak mengandung risiko. Return bebas risiko sebesar 0.00558 perbulan membuktikan bahwa investasi di Bursa Efek Indonesia memberikan return lebih besar yaitu sebesar 0.00830 perbulan dibandingkan dengan berinvestasi pada SBI yang mempunyai return sebesar 0.00558. e. Menghitung Beta, Alpha, Variance Error Residual Saham, Excess Return to Beta Beta dihitung dengan membandingkan kovarian saham dengan variance pasar, oleh sebab itu untuk mendapatkan Beta saham terlebih dahulu perlu dihitung terlebih dahulu kovarian yang terlampir di lampiran 5. Sedangkan perhitungan beta saham dapat dilihat pada lampiran 6. Beta merupakan sensitivitas return saham terhadap market return. Beta positif mengindikasikan bahwa apabila market return meningkat, maka return saham juga akan meningkat. Kenaikan market return akan mengakibatkan kenaikan return saham-saham perusahaan JII. Sebaliknya apabila beta negatif, kenaikan market return akan diikuti penurunan return saham. Berdasarkan perhitungan pada pada lampiran 6 , perusahaan yang mempunyai beta tertinggi yaitu TLKM sebesar 0.05463. Hal ini berarti apabila ada kenaikan market return sebesar satu satuan, maka akan diikuti dengan kenaikan return saham TLKM sebesar 0.05463 satuan. Alpha dihitung dengan mengurangkan expected return saham dengan hasil kali beta dengan expected return market. Perhitungan Alpha dapat dilihat pada lampiran 7. Pada lampiran 7 tersebut menunjukkan bahwa alpha bervariasi, ada perusahaan yang mempunyai nilai alpha negatif dan nilai alpha positif. Alpha adalah nilai expected return saham yang independen terhadap market return. Apabila ada perubahan market return yang berupa peningkatan atau penurunan, maka tidak berpengaruh terhadap return saham individual yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. 50 Variance error residual saham merupakan risiko tidak sistematis saham. Variance error residual saham adalah risiko tidak sistematis, yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi. Risiko tidak sistematis hanya ada pada perusahaan yang bersangkutan tersebut, sehingga risiko ini dapat didiversifikasikan. Perhitungan variance error residual ada di lampiran 7. Untuk memperoleh kandidat portofolio dari saham perusahaan JII ini, selanjutnya dilakukan perhitungan excess return to beta (ERB). ERB merupakan kelebihan pengembalian atas return bebas risiko terhadap aset lain dan menunjukkan hubungan antara return dan risiko yang merupakan faktor penentu investasi. Berdasarkan perhitungan ERB yang terdapat pada tabel 4.5. tersebut, diperoleh nilai ERB yang tertinggi yaitu AALI sebesar 7.03555 dan nilai ERB terendah yaitu ADRO sebesar -7.96194. Saham portofolio optimal harus mempunyai nilai ERB yang tinggi. Tabel 4.5 Perhitungan Expected Return, Beta, Variance Error Residual Saham dan Excess Return to Beta (ERB) Kode Expected Return Return Bebas No. ERB = {E(Ri)-Rfr} E(Ri)-Rfr Saham Saham bulanan E(Ri) Rfr βi / βi 1 AALI 0.00978 0.00558 0.00420 0.00060 7.03555 2 ADRO -0.01172 0.00558 -0.01730 0.00217 -7.96194 3 AKRA 0.01943 0.00558 0.01385 0.03681 0.37637 4 ASII -0.02132 0.00558 -0.02690 0.01974 -1.36283 5 ASRI 0.01501 0.00558 0.00943 0.04697 0.20082 6 CPIN 0.01501 0.00558 0.00943 0.04332 0.21775 7 ICBP 0.02743 0.00558 0.02184 0.02425 0.90070 8 INDF 0.01284 0.00558 0.00726 0.01901 0.38198 9 INTP 0.00977 0.00558 0.00419 0.02042 0.20511 10 ITMG -0.01909 0.00558 -0.02467 0.00755 -3.26809 11 KLBF 0.00640 0.00558 0.00082 0.01588 0.05183 12 LPKR 0.02296 0.00558 0.01738 0.03868 0.44923 13 LSIP 0.00301 0.00558 -0.00257 0.01510 -0.17010 14 PGAS 0.01035 0.00558 0.00477 0.01534 0.31083 15 PTBA -0.00879 0.00558 -0.01437 0.01364 -1.05339 16 SMGR 0.00661 0.00558 0.00103 0.03660 0.02804 17 TLKM 0.00140 0.00558 -0.00418 0.05463 -0.07649 18 UNTR -0.00302 0.00558 -0.00861 0.01664 -0.51711 19 UNVR 0.02263 0.00558 0.01705 0.00411 4.14424 f. Menghitung Cut-Off Rate Cut-off rate (Ci) dihitung dengan mengkalikan variance market dengan nilai Aj lalu dibagi dengan penjumlahan konstanta dengan hasil kali variance market dengan nilai Bj. Nilai Ci tertinggi ini adalah nilai cut-off point (C*). Hasil perhitungan cut-off rate dapat dilihat pada Tabel 4.6.. g. Menentukan Cut-Off Point (C*) Nilai cut-off point (C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. C* digunakan untuk menentukan titik pembatas saham mana saja yang masuk sebagai kandidat portofolio optimal. Portofolio optimal terdiri dari saham-saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan Ci. Hasil perhitungan nilai cut-off point (C*) pada penelitian ini adalah sebesar 0.00200. Langkah terakhir untuk mengetahui komposisi saham yang masuk pada portofolio optimal adalah memilih saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut-off rate (C*). Tabel 4.6. merupakan hasil perbandingan nilai ERB saham dengan Ci. Tabel 4.6. Perhitungan Cut-Off Rate (Ci) dan Cut-Off Point (C*) Kode No ERB σ²m 7.03555 0.00138 Ai Bi Aj Bj Ci 0.00003 0.00022 0.00003 0.00000 Saham 1 AALI 0.00022 2 UNVR 4.14424 0.00138 0.01669 0.00403 0.01691 0.00406 0.00003 3 ICBP 0.90070 0.00138 0.08982 0.09972 0.10673 0.10378 0.00029 4 LPKR 0.44923 0.00138 0.05038 0.11214 0.15710 0.21592 0.00052 5 INDF 0.38198 0.00138 0.04282 0.11211 0.19993 0.32803 0.00073 6 AKRA 0.37637 0.00138 0.05002 0.13289 0.24994 0.46092 0.00098 7 PGAS 0.31083 0.00138 0.01202 0.03865 0.26196 0.49957 0.00105 8 CPIN 0.21775 0.00138 0.03440 0.15796 0.29636 0.65754 0.00132 9 INTP 0.20511 0.00138 0.01315 0.06409 0.30950 0.72163 0.00142 10 ASRI 0.20082 0.00138 0.02578 0.12837 0.33528 0.85000 0.00164 11 KLBF 0.05183 0.00138 0.00063 0.01223 0.33591 0.86223 0.00165 12 SMGR 0.02804 0.00138 0.00689 0.24576 0.34281 1.10799 0.00200 13 TLKM -0.07649 0.00138 -0.01064 0.13908 0.33217 1.24707 0.00218 14 LSIP -0.17010 0.00138 -0.00185 0.01086 0.33032 1.25793 0.00219 15 UNTR -0.51711 0.00138 -0.02167 0.04190 0.30865 1.29983 0.00222 16 PTBA -1.05339 0.00138 -0.01989 0.01888 0.28876 1.31872 0.00222 17 ASII -1.36283 0.00138 -0.02199 0.01614 0.26677 1.33485 0.00221 18 ITMG -3.26809 0.00138 -0.01465 0.00448 0.25212 1.33934 0.00220 19 ADRO -7.96194 0.00138 -0.00315 0.00040 0.24897 1.33973 0.00219 C* 0.00200 Pada Tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa saham diurutkan berdasarkan nilai ERB dari yang tertinggi hingga terendah. Kemudian untuk memperoleh kandidat portofolio saham optimal, maka nilai ERB harus dibandingkan dengan nilai cut-off rate. Terdapat tujuh saham yang tidak dimasukkan dalam portofolio optimal saham karena mempunyai nilai ERB yang lebih kecil dari cut-off rate, yaitu TLKM, LSIP, UNTR, PTBA, ASII, ITMG dan ADRO, sehingga hanya dua belas saham yang dimasukkan dalam portofolio optimal saham yaitu . AALI, UNVR, ICBP, LPKR, INDF, AKRA, PGAS, CPIN, INTP, ASRI, KLBF, dan SMGR. 2. Besarnya Proporsi Dana yang Harus Diinvestasikan pada Masingmasing Saham Setelah memperoleh tujuh belas saham yang masuk dalam pembentukan portofolio optimal, maka selanjutnya melakukan perhitungan proporsi dana (Wi) untuk masing-masing saham. Untuk memperoleh nilai Wi, maka harus melakukan perhitungan skala tertimbang masing-masing saham (Zi). Tabel 4.7 merupakan hasil perhitungan dari skala tertimbang dan proporsi dana masing-masing saham. Tabel 4.7. Perhitungan Proporsi Dana Masing-masing Saham Kode No. βi σei² ERB Ci C* Zi Wi Saham 1 AALI 0.000597 0.01142 7.03555 0.00000 0.00222 0.36796 2.31% 2 UNVR 0.004113 0.004202 4.14424 0.00003 0.00222 4.05446 25.41% 3 ICBP 0.024253 0.005899 0.90070 0.00029 0.00222 3.69429 23.15% 4 LPKR 0.038678 0.01334 0.44923 0.00052 0.00222 1.29605 8.12% 5 INDF 0.019011 0.003224 0.38198 0.00073 0.00222 2.23943 14.03% 6 AKRA 0.036805 0.010194 0.37637 0.00098 0.00222 1.35093 8.47% 7 PGAS 0.015345 0.006091 0.31083 0.00105 0.00222 0.77742 4.87% 8 CPIN 0.043319 0.01188 0.21775 0.00132 0.00222 0.78594 4.93% 9 INTP 0.020424 0.006508 0.20511 0.00142 0.00222 0.63670 3.99% 10 ASRI 0.046972 0.017187 0.20082 0.00164 0.00222 0.54277 3.40% 11 KLBF 0.01588 0.020625 0.05183 0.00165 0.00222 0.03820 0.24% 12 SMGR 0.036602 0.005451 0.02804 0.00200 0.00222 0.17337 1.09% 15.9575 100% Tabel 6 tersebut menunjukkan proporsi dana yang membentuk portofolio optimal saham, yaitu AALI sebesar 2,31%, UNVR sebesar 25,41%, ICBP sebesar 23,15%, LPKR sebesar 8,12%, INDF sebesar 14,03%, AKRA sebesar 8,47%, PGAS sebesar 4,87%, CPIN sebesar 4,93%, INTP sebesar 3,99%, ASRI sebesar 3,40%, KLBF sebesar 0,24% dan SMGR sebesar 1,09%. Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa proporsi dana terbesar yaitu pada saham perusahaan UNVR yaitu sebesar 25,41%, sedangkan proporsi dana terendah yaitu pada saham perusahaan KLBF sebesar 0,24%. Saham dengan proporsi dana tertinggi merupakan alternatif investasi yang seharusnya dipilih investor yang rasional. Selain itu, saham tersebut juga mempunyai nilai ERB yang lebih besar dari Ci. 3. Besarnya Return dan Risiko dari Portofolio Optimal Saham a. Hasil Perhitungan Return Portofolio Setelah mengetahui proporsi dana untuk saham yang terpilih dalam pembentukan portofolio optimal, maka selanjutnya menghitung expected return portofolio. Sebelum menghitung expected return portofolio, terlebih dahulu menghitung alpha portofolio dan beta portofolio. Alpha portofolio diperoleh dari rata-rata tertimbang dari alpha setiap saham, sedangkan beta portofolio diperoleh dari ratarata tertimbang beta setiap saham. Tabel 4.8 merupakan hasil perhitungan alpha portofolio dan beta portofolio. Tabel 4.8. Perhitungan Return Portofolio Optimal Kode No. Wi βi αi αp=Wi.αi βp=Wi.βi Saham 1 AALI 0.023059 0.000597 0.009779 0.000225 0.00001 2 UNVR 0.254078 0.004113 0.022593 0.005740 0.00105 3 ICBP 0.231508 0.024253 0.027224 0.006303 0.00561 4 LPKR 0.081219 0.038678 0.022634 0.001838 0.00314 5 INDF 0.140337 0.019011 0.012685 0.001780 0.00267 6 AKRA 0.084658 0.036805 0.019127 0.001619 0.00312 7 PGAS 0.048718 0.015345 0.010222 0.000498 0.00075 8 CPIN 0.049252 0.043319 0.014654 0.000722 0.00213 9 INTP 0.039899 0.020424 0.0096 0.000383 0.00081 10 ASRI 0.034013 0.046972 0.014623 0.000497 0.00160 11 KLBF 0.002394 0.01588 0.006272 0.000015 0.00004 12 SMGR 0.010865 0.036602 0.006303 0.000068 0.00040 0.019690 0.02133 E(Rp) = αp + { βp . E(Rm)} E(Rp) = 0,019690 + (0,02133 . 0,00830) E(Rp) = 0,019867 Dari hasil perhitungan pada tabel 4.8. menunjukkan bahwa return portofolio yang dihitung dari dua belas saham JII yang terpilih dalam pembentukan portofolio optimal adalah sebesar 0,019867. Return tersebut akan memengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang masuk dalam portofolio ini karena mempunyai expected return yang lebih tinggi dibandingkan expected return market sebesar 0,00830 atau expected return risk free sebesar 0,00558. b. Hasil Perhitungan Risiko Portofolio Optimal Untuk menentukan risiko dari portofolio, terlebih dahulu harus diketahui beta dari portofolio yang dikuadratkan, market variance,dan unsystematic risk dari portofolio tabel 4.9. berikut merupakan hasil perhitungan risiko portofolio. Tabel 4.9. Perhitungan Risiko Portofolio Optimal Kode No. Wi σei² σep²=Wi.σei² βp² 1 AALI 0.023059 0.011420 0.00026333 0.000455 2 UNVR 0.254078 0.004202 0.00106766 3 ICBP 0.231508 0.005899 0.00136556 4 LPKR 0.081219 0.013340 0.00108346 5 INDF 0.140337 0.003224 0.00045244 σm² Saham 0.001381 6 AKRA 0.084658 0.010194 0.00086297 7 PGAS 0.048718 0.006091 0.00029675 8 CPIN 0.049252 0.011880 0.00058510 9 INTP 0.039899 0.006508 0.00025967 10 ASRI 0.034013 0.017187 0.00058459 11 KLBF 0.002394 0.020625 0.00004937 12 SMGR 0.010865 0.005451 0.00005922 0.00693013 Variance portofolioσp²= βp² . σm² + σep² 0.000264 Risiko Portofolio 0.016247 Dari perhitungan tabel 4.9. tersebut, diketahui bahwa variance portofolio sebesar 0,000264 dan standar deviasi sebesar 0,016247. Apabila dibandingkan antara return saham individual dan return saham portofolio, terdapat saham individual yang memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan return portofolio. Namun risiko dari saham individual ternyata juga lebih tinggi dibandingkan dengan risiko portofolio. Hal ini membuktikan bahwa dengan membentuk portofolio optimal, dapat melakukan diversifikasi atau pengurangan risiko. C. Pembahasan 1. Analisis Penentuan Portofolio Optimal Saham Investasi merupakan komitmen atas pengorbanan sejumlah dana atau seumber daya pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investor akan menghadapi risiko sistematis dan tidak sistematis dalam kegiatan berinvestasi. Untuk menghindari risiko tidak sistematis, dapat dilakukan diversifikasi saham yaitu mengalokasikan dana pada berbagai jenis investasi untuk mengurangi risiko. Salah satu cara diversifikasi yaitu dengan pembentukan portofolio optimal saham. Pembentukan portofolio optimal ini menggunakan proses analisis matematis. Metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal adalah model single index. Penentuan portofolio model single index yaitu berdasarkan besarnya nilai ERB dan cut-off rate. Apabila nilai ERB lebih besar atau sama dengan cut-off rate, maka saham tersebut dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal. Apabila nilai ERB lebih kecil dari nilai cut-off rate, maka saham tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham. Penggunaan nilai ERB dan cut-off rate mempunyai kelebihan yaitu mempertimbangkan risiko sistematis (beta). Risiko sistematis memang tidak dapat dihindari akan tetapi investor dapat memilih saham dengan nilai ERB yang tinggi. Beta dan nilai ERB dapat digunakan untuk mempertimbangkan alternatif investasi dan mengoptimalkan portofolio. Risiko tidak sistematis dapat dihindari dengan diversifikasi itu sendiri. Investor rasional tentu akan memilih return saham yang positif. Berdasarkan hasil perhitungan dari sembilan belas sampel penelitan, didapatkan dua belas saham yang menjadi kandidat portofolio optimal saham. Dua belas saham ini mempunyai tingkat return yang tinggi dibandingkan saham yang tidak masuk dalam kandidat portofolio optimal. Hal ini memberikan investor lebih banyak pilihan dalam memilih saham-saham yang akan dijadikan alternatif dalam berinvestasi. 2. Proporsi Dana Portofolio Optimal Saham Tujuan dari pembentukan portofolio optimal saham yaitu mengurangi risiko dengan cara diversifikasi. Pada penelitian ini didapatkan dua belas saham yang menjadi kandidat portofolio. Dari dua belas saham ini diperlukan penghitungan proporsi dana masing-masing saham untuk mendapatkan return maksimal dengan risiko tertentu atau sebaliknya return tertentu dengan risiko minimal. Besarnya proporsi dana ini tentunya dihitung dengan perhitungan matematis. Proporsi dana ini diperoleh dengan melakukan perhitungan skala tertimbang terlebih dahulu dengan tujuan agar memperoleh proporsi dana yang tepat. Skala tertimbang diperoleh dari beta individual dibagi dengan variance error residual saham kemudian dikalikan dengan nilai ERB yang telah dikurangi nilai cut-off point. Setelah diperoleh skala tertimbang saham kemudial proporsi saham dapat dihitung yaitu dengan membagi skala tertimbang masing-masing saham dengan jumlah keseluruhan skala tertimbang. 3. Return dan Risiko Portofolio Optimal Saham Saham yang menjadi kandidat portofolio optimal terdiri dari dua belas saham perusahaan yang termasuk kedalam indeks JII yang menghasilkan expected return dan risiko terbaik. Portofolio optimal dari saham-saham perusahaan yang masuk dalam indeks JII memiliki expected return sebesar 0,019867 perbulan, sedangkan risiko yang harus dihadapi dari portofolio optimal tersebut sesuai hasil perhitungan adalah sebesar 0,00026 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penentuan portofolio saham yang optimal dengan model single index pada perusahaan di Jakarta Islamic Indeks yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Desember 2011 sampai dengan Mei 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat dua belas saham yang komposisinya sesuai dengan pembentukan portofolio optimal saham dengan model single index. Dua belas saham tersebut yaitu AALI, UNVR, ICBP, LPKR, INDF, AKRA, PGAS, CPIN, INTP, ASRI, KLBF dan SMGR. 2. Besarnya proporsi dana yang dapat diinvestasikan pada dua belas saham tersebut adalah : a. AALI sebesar 2,31% b. UNVR sebesar 25,41% c. ICBP sebesar 23,15% d. LPKR sebesar 8,12% e. INDF sebesar 14,03% f. AKRA sebesar 8,47% g. PGAS sebesar 4,87% h. CPIN sebesar 4,93% i. INTP sebesar 3,99% j. ASRI sebesar 3,40% k. KLBF sebesar 0,24% l. SMGR sebesar 1,09% Dua belas portofolio optimal tersebut diharapkan mempunyai return sebesar 0,019867 atau 1,98% per bulan dan risiko yang harus dihadapi investor atas investasinya pada dua belas saham tersebut adalah sebesar 0,000264 atau 0,02%. Risiko yang terdapat pada portofolio optimal ini lebih kecil dibandingkan dengan risiko apabila berinvestasi pada saham individual. Pembentukan portofolio optimal merupakan salah satu cara diversifikasi untuk mengurangi risiko. 4. CAPITAL ASSET PRICING MODAL Rumus CAPM Ekspekstasi Return = Cost of Equity = Rf + β*(Rm – Rf) dimana Rf = Risk free rate (investasi tanpa risiko) β (beta) = Nondiversifiable risk, (risiko sistemik yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi oleh investor seperti, kondisi ekonomi, faktor politik, dll) Rm = Market Return (seringkali kalau di Indonesia, kita gunakan return IHSG/Indeks Harga Saham Gabungan) Dalam postingan kali ini fokus saya adalah untuk 1. Membahas tata cara perhitungan dasar CAPM 2. Sumber data yang digunakan dan cara pengolahan data untuk variabel yang digunakan dalam perhitungan CAPM, yaitu Rf (risk free rate), β (beta), dan Rm (return market). Sebetulnya, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika kita memilih input dari 3 variabel diatas, tapi untuk sampai ke sana perlu penjelasan yang tidak sedikit. Jadi, pertanyaan – pertanyaan kenapa begini kenapa begitunya akan dibahas di postingan lain atau akan di-update lagi pada kesempatan yang lain. Contoh Soal perhitungan CAPM Berapa Cost of Equity PT XL Axiata saat ini? Nah, berbeda dengan PT Telkom yang hobi bagi-bagi deviden tiap tahun, PT XL Axiata ini di tahun 2015 s/d 2016 nggak bagi – bagi dividen, Jadi buat temen-temen yang mau ngitung cost of equity dengan menggunakan data dividen udah pasti akan mengalami kesulitan. Jadi untuk mendapatkan cost of equity dari PT XL Axiata ini kita bisa gunakan metode CAPM. Jawaban Sederhana Cost of Equity = Rf + β*(Rm – Rf) Untuk menggunakan CAPM, kita perlu 3 variabel, yaitu Risk Free, Beta dan Market Return. Risk-free Rate Untuk risk free rate, saya pakai BI 7 day repo rate. Kenapa? Disini kita mengasumsikan bahwa Sertifikat Bank Indonesia sebagai investasi tanpa risiko bagi investor/marginal investor (meskipun aslinya nggak begitu). Lebih detail tentang BI 7 day rate ini dijelaskan oleh oom Teguh Hidayat di blognya di http://www.teguhhidayat.com/2016/04/mengenal-bi-7-day-rate-dan-dampaknya.html yang saya kutip sebagai berikut: Sementara bagi BI sendiri, BI Rate adalah suku bunga bagi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk jangka waktu satu tahun, yang disalurkan ke bank-bank. Ketika BI rate naik ke 6.75%, maka para bank bisa menaruh dana mereka di BI dalam bentuk SBI, dan akan menerima bunga 6.75% per tahun. Jadi kalau Bank Mandiri menaruh duit tabungan nasabahnya sebesar Rp10 trilyun di BI, maka setelah satu tahun, mereka akan memperoleh Rp675 milyar tanpa perlu ‘ngapa-ngapain’ sama sekali Nah, data BI 7 day rate ini bisa langsung didapatkan di situs resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspx dimana nilainya untuk periode 15 Juni 2017 adalah 4.75%. Ada beberapa pertimbangan untuk mengambil data ini, yang pertama kita bisa ambil data yang paling baru dengan alasan bahwa data itu paling menggambarkan kondisi saat ini. Yang kedua kita bisa ambil nilai rata-rata dengan argumen bahwa nilai rata-rata ini memperhitungkan fluktuasi. Yang ketiga kita bisa menggunakan weighted average sesuai dengan kriteria kita. Yang keempat, nanti di akhir perhitungan kita bisa buat rentang nilai cost of equity sesuai dengan perubahan data historis yang ada. Mau pakai yang mana pun yang penting itu logis dan kita bisa mempertahankan pemilihan keputusan yang kita buat (alias nggak dibantai sama dosen, klien, atau pak bos). Berhubung ini contoh yang disederhanakan, saya ambil simpelnya saja, yaitu Rf= 4.75% yang nilainya sama dengan BI 7 day rate di bulan Juni 2017. Market Return Untuk Nilai Market Return, kita akan gunakan IHSG untuk periode 11 – 12 tahun terakhir mulai dari September 2005 hingga Mei 2017, dan data yang saya gunakan adalah data bulanan. Kenapa? nanti kapan-kapan dibahas. Cara perhitungan untuk market return ini cukup sederhana, hanya perlu ambil data dari dari Yahoo Finance di https://finance.yahoo.com/quote/%5EJKSE/history/ lalu kita tentukan rentang periode dan frekuensi datanya kemudian pilih download data agar kemudian bisa kita olah. Untuk IHSG, kodenya JKSE sedangkan untuk XL Axiata kodenya adalah EXCL.JK. Data yang kita ambil adalah data Adjustment Closed, dan yang akan kita hitung lebih lanjut adalah nilai returnnya. Dalam hal ini, yang kita hitung adalah besarnya return yang didapatkan investor jika menyimpan asset berupa IHSG per 1 bulan. Untuk itu, kita hitung dapat sebagai berikut: Return IHSGPeriode n = (Harga IHSGPeriode n+1 – Harga IHSGPeriode n) ÷ Harga IHSGPeriode n atau dengan kata lain adalah harga periode sekarang dikurangi harga periode sebelumnya dibagi dengan harga periode sebelumnya Setelah menghitung return dari setiap periode, kita hitung rata – ratanya dengan menggunakan rata-rata geometric. Kenapa kita menggunakan rata – rata geometric? karena return yang didapatkan oleh investor dari suatu asset itu bukan kejadian yang independen, jadi jangan sampai salah kalau hitung return asset, kita sebaiknya gunakan rata – rata geometric, bukan rata – rata arithmetic biasa. Tapi untuk menghitung rata – rata geometric, nilai returnnya harus kita buat jadi positif, karena rumus geometric mean ini melibatkan akar, jadinya perlu dibuat positif dengan ditambah 1 sebagai berikut: Setelah itu, kita bisa hitung dengan menggunakan formula dari spreadsheet yaitu =GEOMEAN(). Jangan lupa untuk dikurangi lagi dengan 1 karena diawal kita buat semua datanya jadi positif Jadi monthly Market return (IHSG) dalam perhitungan kita adalah 1.220851921%. Setelah kita dapat monthly return (return bulnan), kita ubah itu jadi return tahunan. Caranya sebagai berikut: Return Tahunan = (1+Return Bulanan)(jumlah bulan dalam 1 tahun) -1 = (1+Return Bulanan)12 -1 dan kita dapatkan nilainya sebesar Rm = 15.67509%. Nilai β (Beta) untuk menghitung nilai beta ini sebetulnya ada berbagai macam cara, tapi kali ini kita akan hitung dengan cara paling sederhananya saja yaitu menggunakan regression beta. Pada dasarnya Beta ( β) adalah gradien dari persamaan antara return asset dengan return market. Atau bagi teman-teman yang suka ngitung manual bisa pake rumus Beta ( β) = Covariansi(return asset,return market) ÷ Variansi (return market) Kalo cara paling mudahnya, kita tinggal gunakan fungsi =SLOPE(data_y,data_x) untuk mengetahui nilai betanya; Data_y adalah return dari asset yang kita pilih; dalam contoh soal kali ini adalah return dari saham XL Axiata. Data_x adalah market return yaitu return IHSG. Setelah itu kita bisa dapatkan nilai beta nya yaitu β = 0.781277281 Setelah semua variable kita dapatkan, kita tinggalkan masukkan saja ke dalam rumus Cost of Equity = Rf + β*(Rm – Rf) = 4.75% + 0.781277281* (15.67509% – 4.75%) = 13.28553% Jadi, dengan asumsi dan poin data yang kita ambil, kita dapatkan bahwa cost of equity dari PT XL Axiata adalah 13.28553%.