Presentation Title Arti Pernikahan PERNIKAHAN berasal dari kata dasar nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syara’, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang diridhai oleh Allah SWT (Wawan Susetya, 2008:7) Hukum Pernikahan Hukum pernikahan ada 5 (Mutmainah Afra Rabbani, 2015:13-16) 1. Hukum Asal Nikah adalah Mubah 2. Nikah yang Hukumnya Sunnah 3. Nikah yang Hukumnya Wajib 4. Nikah yang Hukumnya Makruh. 5. Nikah yang Hukumnya Haram Rukun Nikah Rukun nikah adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk melangsungkan suatu pernikahan. Rukun nikah terdiri atas : 1.Calon suami, syaratnya beragama islam, benar-benar pria, bukan mahram (perempuan calon istri). 2.Calon istri, syaratnya beragama islam, benar-benar perempuan, tidak karena terpaksa. 3.Sigat akad, yang terdiri atas ijab dan kabul. Ijab diucapkan wali mempelai perempuan dan kabul diucapkan wali mempelai laki-laki. 4.Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki beragama islam, baligh, berakal sehat, merdeka (tidak sedang ditahan) , adil. 5. Dua orang saksi , syaratnya laki-laki , beragama islam , baligh(dewasa), berakal sehat, merdeka(tidak sedang di tahan), adil. Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi adalah tidak sah . Sabda Nabi Muhammad : "Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil (HR. Ibnu Hiban). Sabda nabi muhammad "perempuan mana saja yang menikah tampa izin walinya, maka pernikahan itu batal (tidak sah)". (HR.Al-Arba'ah kecuali An-Nasa'i). Susunan dan urutan yang menjadi wali sebagai berikut : 1) Bapak kandung , bapak tiri tidak sah menjadi wali. 2) Kakek , yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan 3) Saudara laki-laki kandung 4) Saudara laki-laki sebapak 5) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. 6) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak. 7) Paman (saudara laki-laki bapak) 8) Anak laki-laki paman. 9) Hakim . Wali hakim berlaku apabila wali yg tersebut di atas semuanya tidak ada, sedang berhalangan , atau menyerahkan kewaliannya kepada hakim. Tujuan Pernikahan dalam Islam 1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi 2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur 3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami 4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah 5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih • Ketentuan Perkawinan dalam Hukum Islam Di Indonesia 1. Perkawinan menurut UU No. 01 Tahun 1974 mempunyai beberapa asas, yaitu sebagai berikut: a) Asas Sukarela (suka sama suka) Perkawinan dilangsungkan atas dasar suka sama suka, yaitu dengan adanya persetujuan dari kedua belah pihak calon mempelai.. dalam hal ini tidak ada unsur paksaan. Kalua ada perkawinan dengan paksaan, suami istri dapat melakiukan pembatalan perkawinan (pasal 71 huruf FKHI) b) Asas Partisipasi keluarga Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum berumur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tuanya. Apabila ada seseorang yang belum berumur 21 tahun tidak mendapat izin orang tua, PPN (Pegawai Pencatat Nikah) memberikan surat penolakkan untuk mlangsungkan pernikahan c) Asas Perceraian Dipersulit Sekalipun talak adalah hak laki-laki, tetapi ia tidak boleh melakukan haknya itu semena-mena. Pasal 37 UU No. 01 Tahun 1974 menyebutkan sebagai berikut: 1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan siang pengadilan yang bersangkutan telah berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri tidak akan dapat rukun sebagai suami istri. 3. Tata cara perceraian di depan pengadilan diatur dalam Peraturan Perundang-undangan (PP No. 09 Tahun 1975 jo. UU No. 01 Tahun 1974). Alasan-alasan perceraian (diatur dalam UU No. 01 Tahun 1974 jo. Pasal 19 PP No. 09 Tahun 1975) sebagai berikut: I. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi, dan sebagainya yang disulit disembuhkan. II. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemauannya. III. Salah satu pihk mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau lebih. IV. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. V. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penakit yang mengakibatkan menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri. VI. Terdapat perselisihan yang terus menerus antara keduanya. d) Asas Poligami diperketat (Pasal 4 No. 01 Tahun 1974) 1.Dalam hal ini seorang suami akan beristri lebih dari satu, ia wajib mengajukan permohonan kepad apengadilan di daerah tempat tinggalnya. 2.Pengadilan yang dimakksud (1) pasal ini hany memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang, apabila: I.Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. II.Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. III.Istri tidak dapat melahirkan keturunan. e) Asas kematangan berkeluarga/rumah tangga (Diatur dalam Pasal 7 UU No. 01 Tahun 1974) sebagai berikut: 1.Perkawinan hanya diizinkan jika ria mancapai umur 19 tahun dan wanita mencapai umur 16 tahun. 2.Apabila calon mempelai belum mencapai umur tersebut diatas, dapat diminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat yang ditunjuk kedua orang tua pihak pria maupun wanita. f) Asas mengangkat derajat kaum wanita Berkat perjuangan seorang pahlawan putri dari Rembang R.A. Kartini, yang mempunyai keteladanan untuk selalu menjunjung derajat wanita, terbuktilah sekarang bahwaderajat wanita sama dengan pria. Batasan dalam berpoligami Undang˗undang No. 01 tahun 1974 mengatur tentang pemberian ijin oleh pengadilan kepada seorang suami yang bermaksud beristri lebih dari seorang jika dikehendaki oleh pihak˗pihak yang bersangkutan. Untuk itu seorang suami harus mengajukan permohonan kepada pengadilan agama. Berdasarkan petunjuk Mahkamah Agung tanggal 20 Agustus 1975, pihak istri yang suaminya hendak berpoligami agar didudukkan atau dijadikan sebagai termohon. Jika istri tidak dijadikan sebagai termohon, upaya hukum dan banding terhalang bagi istri yang berkeberatan untuk dimadu. Dalam hal itu perkawinan kedua, ketiga, atau keempat seorang suami yang bermaksud poligami baru dapat dilaksanakan apabila penetapan pengadilan agama memberi izin sehingga memiliki kekuatan Hukum. • Mengarahkan pergaulan remaja • Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut˗kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat˗obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan. • Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film˗film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi seksual dan kemesuman. Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan˗batasan yang dilandasi nilai˗nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah : 1. Menutup Aurat •Islam telah mewajibkan laki˗laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah. 1.Menjauhi Perbuatan Zina Pergaulan antara laki˗laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai˗nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al˗Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al˗Isra’ ayat 32 : “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan˗batasan sebagai berikut : 1.Laki˗laki tidak boleh berdua˗duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki˗laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula˗mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan. 2.dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang. • 1. Tata Cara Pergaulan Remaja • Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai˗nilai agama. Tata cara itu meliputi : a) Mengucapkan Salam • Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut. b) Meminta Izin • Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak˗hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu. c) Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda • • Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang. d) Bersikap santun dan tidak sombong • Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah. e) Berbicara dengan perkataan yang sopan • Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar. f) Tidak boleh saling menghina • Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman. g) • Tak boleh saling membenci dan iri hati Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan se Kelompok 10 Nurul syarifah (1801025153) Wanda Umi Ramadhanti (1801015088) Dwi Maymawasti S. (1801015099) Cici Dwi Ananda Putri (1801025233) Nur Sella Septiani (1801025108) Nabila puji A. (1801025118) Nurul Inayah Rahmat (1801025231) Werika Astuti (1501035232) Arif Efendhy (1501035162)