Uploaded by User22067

IMPLEMENTASI-DAN-KONTROL-PEMASARAN

advertisement
Tugas Terstruktur Strategic Marketing Planning
Implementasi dan Kontrol Pemasaran
Dosen Pengampu: Dr. Nanang Suryadi, SE., MM.
Disusun Oleh:
Masyarie Putra Perdana
155020200111041
Windriya Dhayita S.K
165020201111036
Riva Aprilliana Fauzan
165020207111070
Hilmi Nasri
165020207111074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Implementasi pemasaran adalah proses melaksanakan strategi pemasaran dengan
menciptakan dan melakukan tindakan spesifik yang akan memastikan pencapaian tujuan
pemasaran perusahaan. Perencanaan strategis tanpa implementasi yang efektif dapat
menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan yang mengakibatkan ketidakpuasan
pelanggan dan perasaan frustrasi di dalam perusahaan. Demikian juga, implementasi yang
buruk kemungkinan besar akan mengakibatkan kegagalan perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi dan pemasaran. Sayangnya, banyak perusahaan berulang kali mengalami
kegagalan dalam implementasi pemasaran.
Untuk melacak proses implementasi, perusahaan harus memiliki cara mengevaluasi
dan mengendalikan kegiatan pemasaran, serta memantau kinerja untuk menentukan apakah
tujuan dan sasaran pemasaran telah tercapai. Salah satu pertimbangan terpenting dalam
menerapkan dan mengendalikan kegiatan pemasaran adalah mendapatkan dukungan dari
karyawan. Karena strategi pemasaran tidak dapat diterapkan sendiri, semua perusahaan
bergantung pada karyawan untuk melakukan kegiatan pemasaran. Akibatnya, perusahaan
harus menyusun rencana untuk implementasi, seperti halnya menyusun rencana untuk strategi
pemasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Strategis dalam Implementasi Pemasaran
Implementasi pemasaran sangat penting untuk keberhasilan setiap perusahaan
karena bertanggung jawab untuk menerapkan strategi pemasaran. Sederhananya,
implementasi mengacu pada bagian "bagaimana" dari rencana pemasaran.
Implementasi pemasaran adalah konsep yang sangat luas, dan karenanya sering
disalahpahami. Beberapa kesalahpahaman ini berasal dari kenyataan bahwa strategi
pemasaran hampir selalu berubah secara berbeda dari yang diharapkan. Faktanya,
semua perusahaan memiliki dua strategi: strategi yang dimaksudkan dan strategi
yang direalisasikan. Strategi pemasaran yang dimaksudkan adalah apa yang
diinginkan perusahaan untuk terjadi — itu adalah pilihan strategis yang
direncanakan perusahaan yang muncul dalam rencana pemasaran itu sendiri.
Strategi pemasaran yang direalisasikan adalah strategi yang benar-benar terjadi.
Perbedaan antara strategi yang dimaksudkan dan yang direalisasikan adalah masalah
implementasi strategi yang dimaksud. Bukan berarti bahwa strategi pemasaran yang
direalisasikan perusahaan tentu lebih baik atau lebih buruk daripada strategi
pemasaran yang dimaksudkan, hanya saja itu berbeda dalam pelaksanaan dan hasil.
Perbedaan seperti itu seringkali merupakan akibat dari faktor lingkungan internal
atau eksternal yang berubah selama implementasi.
2.1.1 Kaitan Antara Perencanaan dan Implementasi
Salah satu aspek yang paling menarik dari implementasi pemasaran adalah
hubungannya dengan proses perencanaan strategis. Banyak perusahaan berasumsi
bahwa perencanaan dan implementasi adalah masalah yang saling tergantung
tetapi terpisah. Pada kenyataannya, perencanaan dan implementasi saling terkait
dalam proses perencanaan pemasaran. Banyak masalah implementasi pemasaran
terjadi karena hubungannya dengan perencanaan strategis. Tiga masalah paling
umum dalam hubungan ini adalah saling ketergantungan, evolusi, dan pemisahan.
Saling Ketergantungan. Banyak perusahaan berasumsi bahwa proses perencanaan
dan implementasi adalah jalan satu arah. Artinya, perencanaan strategis
didahulukan, diikuti oleh implementasi. Walaupun benar bahwa isi dari rencana
pemasaran menentukan bagaimana itu akan dilaksanakan, juga benar bahwa
bagaimana strategi pemasaran akan dilaksanakan menentukan isi dari rencana
pemasaran.
1. Evolusi
Semua perusahaan menghadapi fakta sederhana dalam perencanaan
dan implementasi: faktor lingkungan terus berubah. Ketika kebutuhan dan
keinginan pelanggan berubah, ketika pesaing merancang strategi
pemasaran baru, dan ketika lingkungan internal perusahaan berubah,
perusahaan harus terus beradaptasi. Dalam beberapa kasus, perubahan ini
terjadi begitu cepat sehingga setelah perusahaan memutuskan strategi
pemasaran, dengan cepat menjadi usang. Karena perencanaan dan
implementasi saling terkait, keduanya harus terus berkembang agar sesuai
dengan yang lain. Prosesnya tidak pernah statis karena perubahan
lingkungan memerlukan perubahan strategi, perubahan implementasi,
perubahan strategi, dan sebagainya.
Perusahaan yang benar-benar berorientasi pada pelanggan harus cukup
fleksibel
untuk
mengubah
implementasinya
dengan
cepat
untuk
sepenuhnya merangkul pelanggan dan menanggapi perubahan dalam
preferensi pelanggan. Dalam industri penerbangan, misalnya, pesaing
dengan cepat mengubah strategi penetapan harga mereka ketika satu
perusahaan mengumumkan pengurangan tarif pada rute tertentu.
Perubahan yang cepat ini mengharuskan perusahaan untuk fleksibel dalam
strategi pemasaran dan implementasi.
2. Pemisahan
Implementasi yang tidak efektif dari strategi pemasaran seringkali
merupakan masalah yang muncul sendiri dari cara perencanaan dan
implementasi dilaksanakan di sebagian besar perusahaan. Seperti
ditunjukkan dalam Tampilan 9.1, manajer tingkat menengah atau atas
sering melakukan perencanaan strategis; Namun, tanggung jawab untuk
implementasi hampir selalu jatuh pada manajer dan karyawan tingkat
bawah. Eksekutif puncak sering jatuh ke dalam jebakan percaya bahwa
strategi pemasaran yang baik akan menerapkan itu sendiri. Karena ada
jarak antara eksekutif dan kegiatan sehari-hari pada karyawan perusahaan,
mereka sering tidak memahami masalah unik yang terkait dengan
penerapan strategi pemasaran. Sebaliknya, karyawan — yang benar-benar
memahami tantangan dan rintangan implementasi — biasanya memiliki
suara terbatas dalam merencanakan strategi.
Jebakan lain yang sering dilontarkan oleh eksekutif puncak adalah
meyakini bahwa manajer dan karyawan tingkat bawah akan senang dengan
strategi pemasaran dan termotivasi untuk menerapkannya. Namun, karena
mereka terpisah dari proses perencanaan, para manajer dan karyawan ini
sering gagal mengidentifikasi dengan tujuan dan sasaran perusahaan, dan
dengan demikian gagal untuk sepenuhnya memahami strategi pemasaran.
Tidak realistis bagi eksekutif puncak untuk mengharapkan manajer dan
karyawan tingkat rendah untuk berkomitmen pada strategi yang tidak
mereka miliki dalam pengembangan, atau strategi yang tidak mereka
pahami atau rasakan tidak pantas.
2.1.2 Elemen-Elemen Implementasi Pemasaran
Implementasi pemasaran melibatkan sejumlah elemen dan aktivitas yang
saling terkait, seperti yang ditunjukkan pada Tampilan 9.2. Elemen-elemen ini
harus bekerja bersama agar strategi dapat diimplementasikan secara efektif.
1. Tujuan dan Nilai Bersama.
Tujuan dan nilai bersama di antara semua karyawan dalam perusahaan
adalah "perekat" dari implementasi yang sukses karena mereka menyatukan
seluruh organisasi sebagai satu kesatuan, unit yang berfungsi. Ketika semua
karyawan berbagi tujuan dan nilai-nilai perusahaan, semua tindakan akan lebih
selaras dan diarahkan ke arah perbaikan organisasi. Tanpa arahan bersama
untuk menyatukan organisasi, area perusahaan yang berbeda dapat bekerja
menuju hasil yang berbeda, sehingga membatasi keberhasilan seluruh
organisasi. Misalnya, perusahaan seperti FedEx, Google, dan ESPN, terkenal
dengan upaya mereka untuk memastikan bahwa karyawan berbagi dan
berkomitmen pada tujuan dan nilai-nilai perusahaan.
Melembagakan tujuan dan nilai bersama dalam budaya perusahaan
adalah proses jangka panjang. Cara utama untuk menciptakan tujuan dan nilai
bersama adalah melalui pelatihan karyawan dan program sosialisasi. Beberapa
ahli berpendapat bahwa menciptakan tujuan dan nilai bersama adalah elemen
implementasi yang paling penting karena merangsang komitmen organisasi di
mana karyawan menjadi lebih termotivasi untuk menerapkan strategi
pemasaran, untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan, dan untuk
melayani lebih lengkap kebutuhan pelanggan perusahaan.
2. Struktur Pemasaran
Struktur pemasaran mengacu pada metode pengorganisasian kegiatan
pemasaran suatu perusahaan. Struktur pemasaran menetapkan garis wewenang
formal, serta pembagian kerja dalam fungsi pemasaran. Salah satu keputusan
paling penting yang diambil perusahaan adalah bagaimana membagi dan
mengintegrasikan tanggung jawab pemasaran. Keputusan ini biasanya
mengarah pada masalah sentralisasi versus desentralisasi. Dalam struktur
pemasaran terpusat, puncak hierarki pemasaran mengoordinasi dan mengelola
semua kegiatan dan keputusan pemasaran. Sebaliknya, dalam struktur
pemasaran yang terdesentralisasi, garis depan perusahaan mengoordinasi dan
mengelola kegiatan dan keputusan pemasaran. Biasanya, desentralisasi berarti
bahwa manajer pemasaran garis depan memiliki tanggung jawab untuk
membuat keputusan pemasaran sehari-hari.
Struktur pemasaran yang tersentralisasi dan terdesentralisasi memiliki
kelebihan. Struktur terpusat sangat hemat biaya dan efektif dalam memastikan
standardisasi dalam program pemasaran. Keuntungan ini dapat menjadi sangat
penting
bagi
perusahaan
yang
daya
saingnya
tergantung
pada
mempertahankan kontrol ketat atas kegiatan pemasaran dan pengeluaran.
3. Sistem dan Proses
Sistem dan proses organisasi adalah kumpulan kegiatan kerja yang
menyerap berbagai input untuk menciptakan informasi dan output komunikasi
yang memastikan operasi perusahaan sehari-hari yang konsisten. Contohcontoh termasuk sistem informasi, perencanaan strategis, penganggaran
modal, pengadaan, pemenuhan pesanan, produksi, kontrol kualitas, dan
pengukuran kinerja. Di IBM, misalnya, insinyur penelitian dievaluasi dalam
kerangka waktu satu dan tiga tahun. Karyawan menerima bonus berdasarkan
evaluasi satu tahun, tetapi diberikan peringkat dan gaji berdasarkan kerangka
waktu tiga tahun. Sistem unik ini dirancang untuk mendorong inovasi dengan
meminimalkan risiko kegagalan dalam setiap evaluasi tahunan. Seperti yang
kita diskusikan di Bab 6, banyak dari sistem dan proses ini sekarang dioutsource ke perusahaan lain. Namun, peran penting mereka dalam
implementasi berarti bahwa perusahaan harus sangat rajin dalam bagaimana
kegiatan ini dikelola.
4. Sumber Daya
Sumber daya perusahaan dapat mencakup berbagai macam aset yang
dapat disatukan selama implementasi pemasaran. Aset ini mungkin berwujud
atau tidak berwujud. Sumber daya berwujud meliputi sumber daya keuangan,
kapasitas produksi, fasilitas, dan peralatan. Meskipun tidak begitu jelas,
sumber daya tak berwujud seperti keahlian pemasaran, loyalitas pelanggan,
ekuitas merek, itikad baik perusahaan, dan hubungan eksternal / aliansi
strategis sama pentingnya. Dalam Bab 7, kami membahas pentingnya
branding dan reputasi perusahaan dalam program pemasaran. Masalahmasalah ini sama pentingnya dalam implementasi strategi, terutama dalam
meningkatkan kemitraan strategis untuk memastikan bahwa kegiatan
pemasaran dilakukan secara efektif dan efisien.
Terlepas dari jenis sumber daya, jumlah sumber daya yang tersedia
dapat membuat atau menghancurkan strategi pemasaran. Namun, evaluasi
kritis dan jujur atas sumber daya yang tersedia selama fase perencanaan dapat
membantu memastikan bahwa strategi pemasaran dan implementasi
pemasaran berada dalam wilayah kemungkinan. Setelah menyelesaikan
rencana pemasaran, analis atau perencana harus mencari persetujuan sumber
daya yang diperlukan dari eksekutif puncak. Hal ini membuat aspek
komunikasi dokumen rencana pemasaran yang sebenarnya penting untuk
keberhasilan strategi. Eksekutif puncak mengalokasikan sumber daya yang
langka berdasarkan pada kemampuan rencana untuk membantu perusahaan
mencapai tujuan dan sasarannya.
5. People (Sumber Daya Manusia)
Kualitas, keragaman, dan keterampilan sumber daya manusia
perusahaan juga dapat membuat atau menghancurkan implementasi strategi
pemasaran. Akibatnya, masalah sumber daya manusia menjadi lebih penting
bagi fungsi pemasaran, terutama di bidang pemilihan dan pelatihan karyawan,
evaluasi dan kompensasi kebijakan, dan motivasi, kepuasan, dan komitmen
karyawan. Bahkan, departemen pemasaran dari banyak perusahaan telah
mengambil alih fungsi sumber daya manusia untuk memastikan bahwa
karyawan memiliki kecocokan yang tepat dengan kegiatan pemasaran yang
diperlukan. Sejumlah kegiatan sumber daya manusia sangat penting untuk
implementasi pemasaran:
a. Seleksi dan Pelatihan Pegawai.
Salah satu aspek terpenting dari implementasi pemasaran adalah
mencocokkan keterampilan dan kemampuan karyawan dengan tugas-tugas
pemasaran yang harus dilakukan. Bukan rahasia lagi bahwa beberapa
orang lebih baik dalam beberapa pekerjaan daripada yang lain. Kita semua
mengenal orang-orang yang merupakan tenaga penjualan alami. Beberapa
individu lebih baik dalam bekerja dengan orang, sementara yang lain lebih
baik dalam bekerja dengan alat atau komputer. Kuncinya adalah untuk
mencocokkan keterampilan karyawan ini dengan tugas pemasaran.
Ekonomi yang melemah dan pengetatan pasar kerja dalam beberapa tahun
terakhir telah memaksa perusahaan untuk menjadi lebih menuntut dalam
menemukan keterampilan karyawan yang tepat untuk mencocokkan
kegiatan pemasaran mereka yang diperlukan.
b. Evaluasi dan Kompensasi Karyawan.
Evaluasi dan kompensasi karyawan juga penting untuk keberhasilan
implementasi pemasaran. Keputusan penting yang harus diambil dalam
bidang ini adalah pilihan antara sistem berbasis hasil dan perilaku. Sistem
berbasis hasil mengevaluasi dan memberi kompensasi kepada karyawan
berdasarkan standar kuantitatif yang terukur seperti volume penjualan atau
margin kotor. Jenis sistem ini cukup mudah digunakan, membutuhkan
lebih sedikit pengawasan, dan bekerja dengan baik ketika permintaan pasar
cukup konstan, siklus penjualan relatif singkat, dan semua upaya secara
langsung mempengaruhi penjualan atau keuntungan. Sebaliknya, sistem
berbasis perilaku mengevaluasi dan memberi kompensasi kepada
karyawan berdasarkan pada standar subjektif, kualitatif seperti usaha,
motivasi, kerja tim, dan keramahan terhadap pelanggan. Jenis sistem ini
berhubungan langsung dengan kepuasan pelanggan dan memberi
penghargaan kepada karyawan untuk faktor-faktor yang dapat mereka
kendalikan.
c. Motivasi, Kepuasan, dan Komitmen Karyawan.
Faktor-faktor penting lainnya dalam penerapan strategi pemasaran
adalah sejauh mana karyawan memiliki motivasi untuk menerapkan
strategi, perasaan kepuasan kerja mereka secara keseluruhan, dan
komitmen yang mereka rasakan terhadap organisasi dan tujuannya.
Misalnya, salah satu yang utama kontributor kesuksesan Google adalah
budaya sosial yang kuat yang dipupuk oleh para pemimpin perusahaan.
Google memberi karyawannya hal-hal seperti pengasuhan anak berbayar,
layanan binatu di tempat, transportasi gratis, makanan gourmet, potongan
rambut di tempat, dan waktu istirahat untuk kegiatan pribadi. Sebagai
imbalannya, karyawan Google menghargai perusahaan dengan motivasi
dan komitmen yang sangat kuat.
Meskipun faktor-faktor seperti motivasi karyawan, kepuasan, dan
komitmen sangat penting untuk implementasi yang sukses, mereka sangat
tergantung pada elemen lain implementasi, terutama pelatihan, sistem
evaluasi / kompensasi, dan kepemimpinan. Struktur dan proses pemasaran
juga dapat berdampak pada perilaku dan sikap karyawan. Kuncinya adalah
mengenali pentingnya faktor-faktor ini untuk keberhasilan implementasi
pemasaran dan mengelolanya.
6. Kepemimpinan
Kepemimpinan yang diberikan oleh manajer perusahaan dan perilaku
karyawan berjalan seiring dalam proses implementasi. Kepemimpinan sering
disebut seni mengelola orang mencakup cara manajer berkomunikasi dengan
karyawan, serta cara mereka memotivasi karyawan untuk menerapkan strategi
pemasaran. Para pemimpin memiliki tanggung jawab untuk membangun
budaya perusahaan yang diperlukan untuk kesuksesan implementasi. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa implementasi pemasaran lebih berhasil
ketika para pemimpin menciptakan budaya organisasi yang ditandai dengan
komunikasi terbuka antara karyawan dan manajer. Dengan cara ini, karyawan
bebas untuk mendiskusikan pendapat dan gagasan mereka tentang strategi
pemasaran dan kegiatan implementasi. Jenis kepemimpinan ini juga
menciptakan iklim di mana para manajer dan karyawan saling percaya dan
percaya penuh.
2.2 Pendekatan Implementasi Pemasaran
Baik atau buruk, semua pemimpin memiliki gaya kepemimpinan, atau cara
mendekati tugas yang diberikan. Manajer dapat menggunakan berbagai pendekatan
dalam menerapkan strategi pemasaran dan memotivasi karyawan untuk melakukan
kegiatan implementasi. Pada bagian ini, kami menguji empat pendekatan ini:
implementasi dengan perintah, implementasi melalui perubahan, implementasi
melalui konsensus, dan implementasi sebagai budaya organisasi.
2.2.1 Implementasi oleh Command
Di bawah pendekatan ini, eksekutif puncak perusahaan mengembangkan dan
memilih strategi pemasaran, yang ditransmisikan ke tingkat yang lebih rendah di
mana manajer garis depan dan karyawan menerapkannya. Implementasi dengan
perintah memiliki dua keuntungan:
1. Membuat pengambilan keputusan menjadi lebih mudah
2. Mengurangi ketidakpastian mengenai apa yang harus dilakukan untuk
mengimplementasikan strategi pemasaran.
Sayangnya, pendekatan ini menderita beberapa kelemahan. Pendekatan ini
kurang menekankan pada kelayakan menerapkan strategi pemasaran. Hal ini juga
membagi perusahaan menjadi ahli strategi dan pelaksana: Eksekutif yang
mengembangkan strategi pemasaran seringkali jauh dari pelanggan yang dituju.
Untuk alasan ini, implementasi dengan perintah dapat menciptakan masalah
motivasi karyawan. Banyak karyawan tidak memiliki motivasi untuk menerapkan
strategi di mana mereka memiliki sedikit kepercayaan diri.
2.2.2 Implementasi Melalui Perubahan
Implementasi melalui perubahan mirip dengan pendekatan perintah kecuali
bahwa itu berfokus secara eksplisit pada implementasi. Tujuan dasar implementasi
melalui perubahan adalah untuk memodifikasi perusahaan dengan cara yang akan
memastikan keberhasilan implementasi dari strategi pemasaran yang dipilih.
Misalnya, struktur perusahaan dapat diubah; karyawan dapat dipindahkan,
dipekerjakan, atau dipecat; teknologi baru dapat diadopsi; rencana kompensasi
karyawan dapat diubah; atau perusahaan dapat bergabung dengan perusahaan lain.
Merger dan akuisisi merupakan hal yang umum saat ini di banyak industri,
terutama di bidang farmasi. Mengingat besarnya biaya pengembangan obat baru,
banyak perusahaan farmasi telah memutuskan bahwa lebih mudah dan lebih
murah untuk menawarkan produk baru atau memasuki pasar baru dengan
mengakuisisi perusahaan yang sudah memiliki kemampuan tersebut.
2.2.3 Implementasi Melalui Konsensus
Manajer tingkat atas dan bawah bekerja bersama untuk mengevaluasi dan
mengembangkan strategi pemasaran dalam pendekatan konsensus untuk
implementasi. Premis yang mendasari pendekatan ini adalah bahwa manajer dari
berbagai bidang dan level dalam perusahaan berkumpul sebagai sebuah tim untuk
berkolaborasi dan mengembangkan strategi. Setiap peserta memiliki pendapat
yang berbeda serta persepsi yang berbeda tentang lingkungan pemasaran. Peran
manajer puncak adalah sebagai koordinator, menyatukan berbagai pendapat untuk
memastikan pengembangan strategi pemasaran keseluruhan yang terbaik. Melalui
proses pengambilan keputusan kolektif ini, perusahaan menyetujui strategi
pemasaran dan mencapai konsensus mengenai arah keseluruhan perusahaan.
Implementasi melalui konsensus lebih menguntungkan daripada dua
pendekatan pertama dalam hal itu memindahkan beberapa otoritas pengambilan
keputusan lebih dekat ke garis depan perusahaan. Karena alasan ini, pendekatan
implementasi ini digunakan secara luas dalam organisasi layanan.
Implementasi melalui konsensus cenderung bekerja paling baik di lingkungan
yang kompleks, tidak pasti, dan sangat tidak stabil. Pendekatan pembuatan strategi
kolektif bekerja dengan baik di lingkungan ini karena membawa banyak sudut
pandang
ke
meja.
Namun,
implementasi
melalui
konsensus
sering
mempertahankan penghalang antara ahli strategi dan pelaksana. Hasil akhir dari
penghalang ini adalah bahwa potensi penuh dari sumber daya manusia perusahaan
tidak terwujud. Dengan demikian, agar implementasi melalui konsensus menjadi
benar-benar efektif, manajer di semua tingkatan harus berkomunikasi secara
terbuka tentang strategi yang sedang berlangsung, bukan sesekali.
2.2.4 Implementasi sebagai Budaya Organisasi
Di bawah pendekatan ini, strategi pemasaran dan implementasinya menjadi
perpanjangan dari misi, visi, dan budaya organisasi perusahaan. Dalam beberapa
hal, pendekatan ini mirip dengan implementasi melalui konsensus, kecuali bahwa
penghalang antara para penganut strategi dan pelaksana benar-benar bubar. Ketika
personil melihat implementasi sebagai perpanjangan dari budaya perusahaan,
karyawan di semua tingkatan memiliki izin untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan yang membantu perusahaan mencapai misi, sasaran, dan tujuannya.
Dengan budaya organisasi yang kuat dan visi perusahaan yang utama, tugas
menerapkan strategi pemasaran selesai sekitar 90 persen. Ini terjadi karena semua
karyawan mengadopsi budaya perusahaan dengan sepenuhnya sehingga mereka
secara naluriah tahu apa peran mereka dalam menerapkan strategi pemasaran.
Meskipun menciptakan budaya yang kuat tidak terjadi dalam semalam, sangat
penting sebelum karyawan dapat diberdayakan untuk membuat keputusan.
Karyawan harus dilatih dan disosialisasikan untuk menerima misi perusahaan dan
menjadi bagian dari budaya perusahaan. Meskipun begitu banyak waktu yang
terlibat dalam mengembangkan dan menggunakan pendekatan ini untuk
implementasi, penghargaannya berupa peningkatan efektivitas, efisiensi, dan
peningkatan komitmen dan moral karyawan sering kali bernilai investasi.
2.3 Pemasaran Internal Dan Implementasi
Di dalam praktiknya, pemasaran internal dimulai dari industri jasa, dimana
seluruh karyawan peduli dengan kebutuhan akan kepuasan konsumen. Pemasaran
internal mengacu kepada penggunaan pendekatan pemasaran seperti memotivasi,
mengoordinasi dan mengintegrasi karyawan ke arah implementasi strategi
pemasaran perusahaan. Tujuan dari pemasaran internal adalah:
1. Membantu seluruh karyawan memahami dan menerima peran meraka di dalam
mengimplementasikan strategi pemasaran
2. Membentuk karyawan yang termotivasi dan customer-oriented
3. Menyampaikan kepuasan pelanggan eksternal
Perlu digaris bawahi bahwa pemasaran internal secara eksplisit memaham
bahwa kepuasan pelanggan eksternal tergantung kepada tindakan pelanggan internal
perusahaan, yaitu karyawan.
2.3.1 Pendekatan Pemasaran Internal
Di dalam pendekatan pemasararan internal, setiap karyawan memiliki dua
pelanggan: eksternal dan internal. Untuk seorang manajer toko retail, pelanggan
eksternalnya adalah orang-orang yang berbelanja di toko retail tersebut,
sedangkan pelanggan internalnya adalah orang-orang yang bekerja di toko retail
tersebut. Agar implementasi ini dapat berjalan dengan sukses, manajer toko harus
menyediakan kebutuhan untuk kedua kelompok pelanggan ini. Apabila pelanggan
internal tidak menerima informasi dan pelatihan terkait strategi dengan baik serta
mereka tidak termotivasi untuk menerapkannya, maka pelanggan eksternal juga
tidak akan terpuaskan sepenuhnya. Pendekatan pemasaran internal adalah
tanggung jawab seluruh karyawan tidak peduli di tingkat apa mereka. Pada
akhirnya, keberhasilan pengimplementasian pemasaran muncul karena seluruh
individu melakukan tanggung jawabnya dengan baik.
2.3.2 Proses Pemasaran Internal
Proses dari pemasaran internal hampir sama seperti yang digunakan pada
pemasaran ekternal tradisional. Pada exhibit 9.4, pemasaran internal adalah output
dan input yang digunakan pada implementasi pemasaran dan program pemasaran
eksternal.
Produk, harga distribusi dan elemen promosi dari program pemasaran internal
hampir sama dengan elemen yang ada di program pemasaran eksternal. Produk
internal umumnya merujuk pada strategi pemasaran dimana produk harus "dijual"
secara internal. Produk internal ini mengacu kepada tugas karyawan, perilaku,
sikap atau nilai-nilai yang dibutuhkan untuk memastikan pengimplementasian dari
startegi pemasaran. Implementasi dari strategi pemasaran, terutama strategi baru,
membutuhkan perubahan pada beberapa tugas dari karyawan. Mereka harus
bekerja lebih keras, perubahan tugas, atau juga perubahan sikap dan perluasan
kemampuan.
Peningkatan
usaha
dan
perubahan
pada
karyawan
harus
menunjukkan usaha penerapan strategi yang sesuai dengan harga internal.
Karyawan harus membayar harga melalui apa yang harus mereka lakukan, rubah
atau korbankan ketika mengimplementaskan strategi pemasaran.
Distribusi internal mengacu kepada interaksi internal yang tersebar pada
startegi pemasaran di seluruh perusahaan. Sesi perencanaan, workshop, laporan
formal dan percakapan personal adalah contoh-contoh dari distribusi internal.
Distribusi internal juga termasuk pendidikan karyawan, pelatihan dan program
sosialisasi yang didesain untuk membantu transisi strategi yang lama ke strategi
yang baru. Akhirnya, semua komunikasi yang bertujuan untuk memberi informasi
dan membujuk karyawan tentang manfaat strategi pemasaran termasuk sebagai
promosi internal. Promosi internal dapat berupa pidato dari para eksekutif, video
presentasi, blog, podcast ataupun buletin internal perusahaan. Mengingat semakin
beragamnya karyawan saat ini, kecil kemungkinan satu media dapat digunakan
untuk berkomunikasi secara efektif dengan semua karyawan. Perusahaan harus
menyadari bahwa memberi tahu karyawan informasi penting sekali dalam satu
format bukanlah komunikasi yang baik. Sampai karyawan “mendapatkan
strategi,” komunikasi harus terus terjadi.
Kesuksesan di dalam pendekatan internal membutuhkan integrasi dari banyak
faktor. Yang pertama adalah perekrutan, seleksi dan pelatihan karyawan harus
dianggap sebagai elemen penting dari implementasi pemasaran, dengan
pemasaran memiliki input untuk sumber daya manusia dan kegiatan personil yang
diperlukan. Hal-hal ini meyakinkan bahwa karywan yang terpilih akan sesuai
dengan tugas pemasaran yang akan dilakukan. Kedua, jajaran eksekutif harus
berkomitmen penuh terhadap strategi dan keseluruhan renana pemasaran. Ketiga,
program kompensasi karyawan terikat dengan implementasi dari strategi
pemasaran. Artinya, karyawan harus diberi penghargaan sejalan dengan perilaku
yang konsisten dan sesuai dengan strategi pemasaran. Keempat, perusahaan harus
memiliki komunikasi terbuka di antara semua karyawan, terlepas dari tingkat
mereka di perusahaan. Dengan komunikasi yang terbuka dan interaktif, karyawan
memahami dukungan dan komitmen eksekutif puncak, dan bagaimana pekerjaan
mereka cocok dengan keseluruhan proses implementasi pemasaran. Terakhir,
struktur perusahaan, kebihakan dan proses harus seuai dengan strategi pemasaran
untuk meyakinkan bahwa startegi dapat diimplemenatasikan. Pada beberapa
kejadian, struktur dam kebijakan perusahaan menghambat karyawan untuk
mengimplementasikan strategi secara efektif. Menghilangkan hambataan ini dapat
berarti
bahwa
karyawan
harus
diberdayakan
secara
kreatif
untuk
menyempurnakan strategi dan pengimplementasinya, pemberdayaan dapat
dilakukan hanya jika budaya perusahaan mendukung. Jika perusahaan
menggunakan pemberdayaan dengan benar sebagai bagian dari pendekatan
pemasaran internal, perusahaan akan mendapatkan karyawan yang lebih
termotivasi, puas, dan berkomitmen, serta dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dan peningkatan kinerja pemasaran.
2.4 Evaluasi Dan Kontrol Pada Aktivitas Pemasaran
Strategi pemasaran dapat mencapai hasil yang diinginkan jika diterapkan
dengan benar. Penting untuk diingat bahwa strategi pemasaran yang dimaksudkan
perusahaan sering berbeda dari strategi yang direalisasikan. Ini juga berarti bahwa
kinerja aktual seringkali berbeda dari harapan. Biasanya, ada empat kemungkinan
penyebab perbedaan ini:
1. Strategi pemasaran tidak realistis.
2. Implementasinya tidak sesuai dengan strategi.
3. Proses implementasi salah kelola.
4. Lingkungan internal dan / atau eksternal berubah antara pengembangan strategi
pemasaran dan implementasinya.
Untuk mengurangi perbedaan antara apa yang sebenarnya terjadi dengan apa
yang diharapkan perusahaan, dan untuk memperbaiki empat masalah diatas,
aktivitas pemasaran harus selalu dievaluasi dan diawasi. Penting bahwa potensi
kegagalan implementasi dikelola secara strategis dengan memiliki sistem kontrol
pemasaran yang memungkinkan perusahaan untuk menemukan masalah potensial
sebelum menyebabkan masalah nyata. Exhibit 9.5 menguraikan kerangka kerja
untuk kontrol pemasaran yang mencakup dua jenis kontrol utama yaitu, kontrol
formal dan kontrol informal
2.4.1 Kontrol Pemasaran Formal
Pengawasan pemasaran formal adalah aktivitas, mekanisme atau proses yang
didesain oleh perusahaan untuk membantu meyakinkan kesuksesan implementasi
dari strategi pemasaran. Elemen-elemen dari pengawasan formal mempengaruhi
tingkah laku karyawan sebelum dan selama implementasi, dan untuk menilai hasil
kinerja pada saat proses implementasi selesai. Elemen-elemen ini masing-masing
disebut sebagai kontrol input, proses, dan output.
1. Kontrol Input
Tindakan yang diambil sebelum penerapan strategi pemasaran adalah
kontrol input. Kontrol input beralasan bahwa strategi pemasaran dapat
diimplementasikan dengan benar jika alat dan sumber daya yang tepat.
Perekrutan, pemilihan, dan pelatihan karyawan adalah beberapa kontrol input
yang paling penting. Kontrol input penting lainnya berkaitan dengan sumber
daya keuangan. Kegiatan pengendalian ini meliputi keputusan alokasi sumber
daya (tenaga kerja dan keuangan), pengeluaran modal untuk fasilitas dan
peralatan yang dibutuhkan, dan peningkatan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan.
Sebagai contoh, General Motors cukup lambat untuk menanamkan
modal tambahan ke divisi Saturnus setelah diluncurkan pertama kali. Selama
bertahun-tahun, Saturnus tidak mampu bersaing secara efektif karena
keterbatasan
sumber
daya
yang
membatasi
kemampuannya
untuk
mengembangkan dan memasarkan kendaraan baru. Contoh kasus: Saturnus
tidak memasuki pasar SUV yang sangat menguntungkan sampai tahun 2002
— lama setelah para pesaingnya. Pada saat GM memberi Saturnus sumber
daya tambahan, sudah terlambat untuk memperbaiki citra merek. General
Motors kemudian menutup divisi Saturnus sebagai bagian dari restrukturisasi
korporasi.
2. Kontrol Proses
Kontrol proses mencakup aktivitas yang terjadi selama implementasi,
yang dirancang untuk memengaruhi perilaku karyawan sehingga mereka akan
mendukung strategi dan tujuannya. Kontrol proses yang menonjol adalah
komitmen manajemen terhadap strategi. Beberapa studi penelitian telah
mengkonfirmasi bahwa komitmen manajemen terhadap strategi pemasaran
adalah satu-satunya penentu terpenting apakah strategi itu akan berhasil atau
gagal. Komitmen ini sangat penting karena karyawan belajar memodelkan diri
seperti perilaku manajer mereka. Jika manajemen berkomitmen pada strategi
pemasaran, kemungkinan besar karyawan juga akan berkomitmen untuk itu.
Komitmen terhadap strategi pemasaran juga berarti bahwa manajer harus
berkomitmen pada karyawan dan mendukung mereka dalam upaya mereka
untuk menerapkan strategi.
Kontrol proses penting lainnya adalah sistem yang digunakan untuk
mengevaluasi dan memberikan kompensasi kepada karyawan. Secara umum,
karyawan harus dievaluasi dan diberi kompensasi berdasarkan kriteria yang
relevan dengan strategi pemasaran. Misalnya, jika strategi mengharuskan
tenaga penjualan meningkatkan upaya mereka di layanan pelanggan, mereka
harus diberi imbalan berdasarkan upaya ini, bukan pada kriteria lain seperti
volume penjualan atau jumlah akun baru yang dibuat. Selanjutnya, tingkat
wewenang dan pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan adalah kontrol
proses penting lainnya. Meskipun beberapa tingkat pemberdayaan dapat
menyebabkan peningkatan kinerja, karyawan yang diberi terlalu banyak
wewenang seringkali menjadi bingung dan tidak puas dengan pekerjaan
mereka. Memiliki program komunikasi internal yang baik adalah jenis lain
dari kontrol proses yang dapat membantu mengatasi masalah ini.
3. Kontrol Output
Kontrol output memastikan bahwa hasil pemasaran sejalan dengan
hasil yang diharapkan. Sarana utama kontrol output melibatkan penetapan
standar kinerja yang dapat dibandingkan dengan kinerja aktual. Untuk
memastikan penilaian yang akurat dari kegiatan pemasaran, semua standar
kinerja harus didasarkan pada tujuan pemasaran perusahaan. Beberapa standar
kinerja sangat luas, seperti yang didasarkan pada penjualan, laba, atau
pengeluaran. Standar kinerja lainnya yang cukup spesifik, seperti standar
jumlah keluhan pelanggan, layanan perbaikan dalam 24 jam, pengiriman
semalam pukul 22:00, dan kedatangan pesawat tepat waktu. Dalam
kebanyakan kasus, bagaimana kinerja perusahaan terhadap standar spesifik ini
akan menentukan seberapa baik kinerjanya terhadap standar yang lebih luas.
Seberapa
spesifik
seharusnya
standar
kinerja?
Standar
harus
mencerminkan keunikan perusahaan dan sumber dayanya, serta kegiatan
penting yang diperlukan untuk menerapkan strategi pemasaran. Dalam
menetapkan standar kinerja, penting untuk diingat bahwa karyawan selalu
bertanggung jawab untuk menerapkan kegiatan dan strategi pemasaran.
Misalnya, jika bagian penting dari peningkatan layanan pelanggan
mengharuskan karyawan menjawab telepon dengan deringan kedua, maka
standar kinerja harus ditetapkan untuk kegiatan ini. Standar untuk kinerja
tenaga pemasaran biasanya yang paling sulit untuk ditetapkan dan ditegakkan.
Salah satu metode terbaik untuk mengevaluasi apakah standar kinerja
telah dicapai adalah dengan menggunakan audit pemasaran untuk memeriksa
secara sistematis tujuan, strategi, dan kinerja pemasaran perusahaan. Tujuan
utama dari audit pemasaran adalah untuk mengidentifikasi masalah yang
terjadi pada kegiatan pemasaran yang sedang berlangsung dan untuk
merencanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki masalah
ini. Dalam praktiknya, unsur-unsur audit harus cocok dengan unsur-unsur
strategi pemasaran. Audit pemasaran juga harus digunakan untuk mengukur
keberhasilan kegiatan implementasi yang sedang berlangsung — tidak hanya
ketika masalah muncul.
Audit pemasaran harus membantu perusahaan dalam mengevaluasi
kegiatan pemasaran dengan cara:
1. Menjelaskan kegiatan pemasaran saat ini dan hasil kinerjanya;
2. Mengumpulkan informasi tentang perubahan dalam lingkungan eksternal
atau internal yang dapat memengaruhi aktivitas pemasaran yang sedang
berlangsung;
3. Menjelajahi berbagai alternatif untuk meningkatkan implementasi kegiatan
pemasaran yang sedang berlangsung;
4. Menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi pencapaian standar
kinerja, serta tujuan dan sasaran pemasaran.
Informasi dalam audit pemasaran seringkali diperoleh melalui serangkaian
kuesioner yang diberikan kepada karyawan, manajer, pelanggan, dan
pemasok. Dalam beberapa kasus, konsultan luar melakukan evaluasi
berkelanjutan ini. Menggunakan auditor luar memiliki keuntungan menjadi
lebih objektif dan lebih sedikit memakan waktu untuk perusahaan. Namun,
auditor luar biasanya cukup mahal.
Terlepas dari kekurangannya, audit pemasaran biasanya cukup bermanfaat
bagi perusahaan yang menggunakannya. Mereka fleksibel karena ruang
lingkup audit dapat luas (untuk mengevaluasi seluruh strategi pemasaran) atau
sempit (untuk mengevaluasi hanya elemen spesifik dari program pemasaran).
Hasil
audit
dapat
digunakan
untuk
merealokasi
upaya
pemasaran,
memperbaiki masalah implementasi, atau bahkan untuk mengidentifikasi
peluang baru. Hasil akhir dari audit pemasaran yang dilaksanakan dengan baik
biasanya adalah kinerja pemasaran yang lebih baik dan peningkatan kepuasan
pelanggan.
2.4.2 Kontrol Pemasaran Informal
Kontrol pemasaran informal adalah mekanisme berbasis karyawan yang tidak
tertulis, yang secara halus memengaruhi perilaku karyawan, baik sebagai individu
maupun dalam kelompok. Di sini, kami menangani tujuan dan perilaku pribadi,
serta norma dan harapan berbasis kelompok. Ada tiga jenis kontrol informal:
kontrol diri karyawan, kontrol sosial, dan kontrol budaya.
1. Kontrol Diri Karyawan
Melalui pengendalian diri karyawan, karyawan mengelola perilaku mereka
sendiri (dan dengan demikian penerapan strategi pemasaran) dengan
menetapkan tujuan pribadi dan memantau hasilnya. Jenis tujuan pribadi yang
ditetapkan karyawan tergantung pada bagaimana perasaan mereka tentang
pekerjaan mereka. Jika mereka memiliki kepuasan kerja yang tinggi dan
komitmen yang kuat kepada perusahaan, mereka lebih cenderung untuk
menetapkan tujuan pribadi yang konsisten dengan tujuan perusahaan, strategi
pemasaran, dan tujuan dan sasaran perusahaan. Kontrol diri karyawan juga
tergantung pada penghargaan yang diterima karyawan. Beberapa karyawan
lebih suka penghargaan intrinsik dari melakukan pekerjaan dengan baik
daripada penghargaan upah dan pengakuan ekstrinsik. Karyawan yang diberi
hadiah intrinsik cenderung menunjukkan kontrol diri yang lebih besar dengan
mengelola perilaku mereka dengan cara yang konsisten dengan strategi
pemasaran.
2. Kontrol Sosial
Kontrol sosial, atau kelompok kecil, berkaitan dengan standar, norma, dan
etika yang ditemukan dalam kelompok kerja dalam perusahaan. Interaksi
sosial yang terjadi dalam kelompok kerja ini dapat menjadi motivator kuat
perilaku karyawan. Norma sosial dan perilaku kelompok kerja memberikan
"tekanan teman sebaya" yang menyebabkan karyawan menyesuaikan diri
dengan standar kinerja yang diharapkan. Jika karyawan gagal memenuhi
standar ini, grup akan menekan mereka untuk menyelaraskan dengan norma
kelompok. Tekanan ini bisa positif dan negatif. Pengaruh kelompok yang
positif dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan upaya dan kinerja
mereka dengan cara yang konsisten dengan tujuan dan sasaran perusahaan.
Namun, yang sebaliknya juga benar. Jika norma-norma kelompok kerja
mendorong kelonggaran atau mengabaikan tanggung jawab pekerjaan,
karyawan akan merasa tertekan untuk menyesuaikan diri, atau berisiko
dikucilkan untuk pekerjaan yang baik.
3. Kontrol Budaya
Kontrol budaya sangat mirip dengan kontrol sosial, hanya dalam skala yang
jauh lebih luas. Di sini, kami tertarik pada norma-norma perilaku dan sosial
dari seluruh perusahaan. Salah satu hasil paling penting dari kontrol budaya
adalah pembentukan nilai-nilai bersama di antara semua anggota perusahaan.
Implementasi pemasaran paling efektif dan efisien ketika setiap karyawan,
dipandu oleh nilai-nilai atau keyakinan organisasi yang sama, memiliki
komitmen terhadap tujuan organisasi yang sama.
2.4.3 Penjadwalan Kegiatan Pemasaran
Melalui perencanaan dan organisasi yang baik, manajer pemasaran dapat
memberikan tujuan, arah, dan struktur untuk semua kegiatan pemasaran. Namun,
manajer harus memahami masalah yang terkait dengan implementasi, memahami
koordinasi
berbagai
komponen
implementasi,
dan
memilih
pendekatan
keseluruhan untuk implementasi sebelum benar-benar melaksanakan kegiatan
pemasaran. Setelah mengambil langkah-langkah ini, manajer pemasaran dengan
tanggung jawab untuk melaksanakan rencana tersebut harus menetapkan jadwal
penyelesaian setiap aktivitas pemasaran.
Implementasi yang berhasil mengharuskan karyawan untuk mengetahui
aktivitas spesifik yang menjadi tanggung jawab mereka dan jadwal untuk
menyelesaikan setiap aktivitas. Membuat jadwal induk dari kegiatan pemasaran
bisa menjadi tugas yang menantang karena berbagai macam kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana, sifat berurutan dari banyak kegiatan
(beberapa diutamakan daripada yang lain dan harus dilakukan terlebih dahulu),
dan fakta bahwa waktu adalah dari esensi dalam mengimplementasikan rencana.
Langkah-langkah dasar yang terlibat dalam membuat jadwal dan jadwal untuk
implementasi meliputi:
1. Identifikasi Kegiatan Tertentu yang Akan Dilakukan. Kegiatan ini
mencakup semua elemen program pemasaran yang terkandung dalam rencana
pemasaran. Kegiatan implementasi khusus, seperti pelatihan karyawan,
perubahan struktural, atau akuisisi sumber daya keuangan, harus dimasukkan
juga.
2. Tentukan Waktu yang Diperlukan untuk Menyelesaikan Setiap Kegiatan.
Beberapa kegiatan memerlukan perencanaan dan waktu sebelum dapat
membuahkan hasil. Yang lain dapat terjadi agak cepat setelah inisiasi rencana.
3. Tentukan Aktivitas Yang Harus Didahului Orang Lain. Banyak kegiatan
pemasaran harus dilakukan dalam urutan yang ditentukan sebelumnya (seperti
membuat kampanye iklan dari copywriting, produksi, hingga pengiriman).
Kegiatan-kegiatan ini harus diidentifikasi dan dipisahkan dari kegiatan apa
pun yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain.
4. Atur Urutan dan Waktu yang Tepat untuk Semua Kegiatan. Pada langkah
ini, manajer merencanakan jadwal induk dengan mengurutkan semua kegiatan
dan menentukan kapan setiap kegiatan harus terjadi.
5. Tetapkan Tanggung Jawab. Manajer harus menugaskan satu atau lebih
karyawan, tim, manajer, atau departemen untuk setiap kegiatan dan menagih
mereka dengan tanggung jawab melaksanakan kegiatan tersebut.
Cara sederhana, tetapi efektif untuk membuat jadwal implementasi master
adalah dengan memasukkan nilai semua kegiatan pemasaran ke dalam
spreadsheet. Jadwal utama seperti ini bisa sederhana atau kompleks tergantung
pada tingkat detail yang termasuk dalam setiap kegiatan. Jadwal induk juga akan
unik untuk rencana pemasaran spesifik yang terkait dengannya. Akibatnya,
templat universal untuk membuat jadwal induk tidak benar-benar ada.
Meskipun beberapa kegiatan harus dilakukan sebelum yang lain, kegiatan lain
dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain atau nanti dalam proses
implementasi. Ini membutuhkan koordinasi yang erat antar departemen
pemasaran, produksi, iklan, penjualan, dan sebagainya untuk memastikan
penyelesaian semua kegiatan pemasaran sesuai jadwal. Menentukan dengan tepat
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara bersamaan dapat sangat
mengurangi jumlah total waktu yang diperlukan untuk menjalankan rencana
pemasaran yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ferrel, O. C. dan Michael D. Hartline. (2014). Marketing Strategy Sixth Edition. USA: SouthWestern Cengage Learning.
Download