Uploaded by nshafiran

Ringkasan jurnal POP

advertisement
Nama: Nyimas Shafira Nur Mutmainnah
NIM : 04054821820132
Dokter Muda Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga
Periode 2 September- 29 November 2019
TUGAS BIOSTATIKA DAN EPIDEMIOLOGI
Bahrun Indawan Kasim, SKM, Msi
“Prevalensi dan Pola Terapi pada Prolaps Organ Pelvis yang Terdiagnosis Klinis: Studi Cross-Sectional
berbasis Database Asuransi Kesehatan Nasional Korea”
Background/ Latar Belakang
Prolaps Organ Pelvis adalah penyakit yang mana salah satu organ pelvis pada wanita, seperti vesika
urinaria, uterus, vaginal cuff, rektum atau intestinal turun melalui vagina. Prevalensi POP pada studi
sebelumnya adalah 2,9-41,1%. Namun sulit untuk mendapatkan prevalensi yang konsisten karena
mendefinisikan diagnosis Prolaps organ panggul/POP (berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan tindakan
pembedahan) berbeda-beda pada setiap studi. Jika POP terdiagnosis melalui pemeriksaan fisik, tetapi tidak
ada gejala, tidak diperlukan terapi. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi dan
faktor risiko POP menggunakan data klaim dari Korea Selatan. Tujuan lainya adalah untuk mengevaluasi
pola terapi, seperti penggunaan pesarium dan terapi bedah pada pasien POP.
Fact Finding (Result and Discussion)

Desain penelitian adalah studi Cross-sectional

Variabel bebas: Usia per 5 tahun, tahun data, ekonomi rendah, COPD (Chronic obstructive pulmonary
disease), konstipasi
Variabel terikat: POP, prolaps uterine, Sistokel, Rektokel
Populasi dalam penelitian data dari data The Health Insurance Review & Assessment Service (HIRA),
yaitu organisasi yang mengevaluasi pembiayaan medis di Korea Selatan dari tahun 2009-2015, yaitu
sebanyak 8,3 juta data.
Pengambilan data menggunakan metode stratified randomized sampling dengan diambil 13% pasien
yang dibawa ke rumah sakit selama periode 1 tahun dan 1% pasien yang tidak dibawa ke rumah sakit
selama periode 1 tahun
Sampel penelitian adalah 10.305 wanita dengan POP
Kriteria inklusi adalah data yang memiliki 2 atau lebih kode diagnosis yang sama untuk tiap POP.
Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan two-tailed test dan signifikan dengan nilai p
kurang dari 0,05. T-test digunakan untuk perbandingan rata-rata variabel kontinu dan uji chi-square
digunakan untuk perbandingan variabel kategori. Metode regresi logistik digunakan untuk menghitung
risiko variabel multipel.
Distribusi pasien: usia rerata pada kelompok POP adalah 63,9 ± 0,2 tahun. Usia pasien di atas 50 tahun
ada 8.708 orang, dengan usia rerata 67,5 ± 0,2 tahun.
Hasil: POP, prolaps uterus, dan sistokel paling sering diamati pada wanita di awal tahun 70-an, dan
rektokel paling umum pada wanita di akhir tahun 60-an. Diantara total kasus POPs, prolaps uterus
(49,9%) adalah yang paling umum diikuti oleh sistokel (26,1%), rektokel (23,0%), enterokel (0,5%) dan
uretrokel (0,4%).
Prevalensi POP adalah adalah 71 ± 1 per 100.000 populasi untuk semua umur dan 180 ± 4 per 100.000
populasi untuk wanita usia lebih dari 50 tahun.
Jumlah pembedahan pada studi ini adalah 36 ± 0 per 100.000 populasi semua usia (89 ± 1 per 100.000
populasi untuk wanita di atas 50 tahun)










Nama: Nyimas Shafira Nur Mutmainnah
NIM : 04054821820132
Dokter Muda Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga
Periode 2 September- 29 November 2019
 Pada studi ini pesarium digunakan pada 10% dari seluruh pasien POP dan 18,5% dari seluruh terapi
pembedahan dan pesarium. Pembedahan dilakukan pada 45% seluruh pasien POP dan meningkat pada
pasien sekitar 70 tahun.
 Odds ratio pada konstipasi dalam rektokel {OR 16,66 (13,76-20,17)} secara signifikan meningkat
dibandingkan dengan odds ratio pada konstipasi dalam sistokel atau prolaps uterus (1,85-2,12).
Conclusion
Prevalensi POP adalah 180 ± 4 per 100.000 populasi di antara wanita di atas 50 tahun, yang mana
cukup rendah dari hasil penelitian sebelumnya. Konstipasi meningkatkan risiko terjadinya rektokel. Operasi
memuncak pada usia sekitar 70 tahun. Penggunaan pesarium telah meningkat secara dramatis pada wanita
yang lebih tua dari 65 tahun, dan prosedur ini adalah tatalaksana paling umum yang digunakan untuk wanita
di atas 75 tahun.
Download