PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH NIBUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI; KABUPATEN BATANGHARILEKO DAN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Direktorat Batubara SARI Daerah penyelidikan adalah bagian Cekungan Sumatera Selatan yang diisi oleh dua perioda sedimentasi sejak Awal Tersier hingga Kuarter. Perioda pertama adalah fase transgresi yang menghasilkan Formasi Talang Akar dan Gumai. Perioda kedua merupakan fase regresi menghasilkan Formasi-Formasi Air Benakat, Muaraenim dan Kasai. Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah Nibung dan Sekitarnya dapat disimpulkan bahwa hanya Formasi Muaraenim yang mengandung endapan batubara berpotensi besar untuk dikembangkan, dan terdapat dalam 3 (tiga) anggota yaitu M1, M2 dan M3. Dari hasil korelasi singkapan batubara dan ditunjang data pemboran, terdapat 8 lapisan batubara, yaitu : Lapisan Kladi >1,00->6,50m, Merapi 1,00-1,50m, Suban >1,0010,75m, Mangus >2,00-15,10m, Burung 1,00->2,80m, Gantung 2 1,00->2,80m, Benuang 1,00->4,00m dan Gantung 1 >0,50m. Analisa kimia terhadap conto inti bor dengan dasar kering udara (adb) memberikan nilai panas berkisar dari 5.285-5.870 kal/gr, kandungan abu 3,10-12,90%, sulfur kurang 0,40% dan nilai HGI 50-64. Batubara ini umumnya mempunyai kandungan air total (ar) sangat tinggi berkisar dari 43,75-47,00%, sedangkan air tertambat (adb) 10,15-10,95%. Dari hasil analisa tersebut ranknya menunjukan Kelas Sub-bituminous – Lignitc. Hasil analisa petrografi batubara menunjukan batubara di daerah penyelidikan didominasi oleh maseral vitrinit (>87%), sedangkan maseral lain <6,00% dan nilai reflektansinya 0,19-0,25 yang termasuk kelas Lignitic. Perhitungan sumberdaya batubara hingga “overburden” 50 m memberikan angka kurang lebih 271.138.815 juta ton. 1. PENDAHULUAN Secara geografis barada pada koordinat 1.1. Latar Belakang Dengan diberlakukannya OTONOMI DAERAH tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah 103000’00’’ – 103015’00’’ BT dan 02015’00’ – 02030’00’’ LS (Gambar 1). Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Untuk itu dalam 2. KEADAAN GEOLOGI perlu dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor, 2.1. Geologi Regional salah satunya dari sektor pertambangan batubara. Secara regional geologi daerah Nibung dan Sekitarnya termasuk ke dalam Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan “Beckdeep Basin” atau 1.2. Lokasi Penyelidikan Secara administratif daerah penyelidikan termasuk wilayah Kec. Batanghari Leko, Kab. Musi Banyuasin dan Kec. Rawas Ilir, Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan serta Kab. Sarolangun Provinsi Jambi. Kec. Pauh, cekungan pendalaman belakang (Koesoemadinata dan Hardjono, 1978). Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari Cekungan Sumatera Tengah oleh suatu tinggian yaitu Pegunungan Tiga Puluh; kedua cekungan ini memiliki kesamaan dalam ciri-ciri sedimentasinya Stratigrafi yang terbentuk akibat pergerakan ulang sesar Stratigrafi di daerah penyelidikan mem- bongkah pada batuan dasar Pra-Tersier yang diikuti bentuk suatu antiklinorium dan berdasarkan Peta oleh kegiatan volkanik. Geologi Lembar Sarolangun (1994) dan Shell (1978), Stratigrafi umumnya memperlihatkan bahwa stratigrafi daerah penyelidikan mencakup 4 (empat) pembentukan batubara hampir bersamaan dengan formasi dari tua ke muda yaitu Formasi Gumai, Air proses Benakat, Muaraenim dan Kasai (Tabel 1). sedimentasi Tersier yaitu pada saat pengendapan Formasi Talang Akar, Air Benakat dan Muaraenim. Formasi Gumai (Tmg) merupakan batuan tertua dan terdapat di sebelah baratlaut. Litologinya Akumulasi endapan batubara hanya pada terdiri dari serpih dengan sisipan batupasir halus dan siklus pertengahan regresi pada saat pengendapan setempat napal dan batugamping. Umurnya adalah Formasi Muaraenim, yaitu dalam Anggota M1 Akhir Miosen Awal–Awal Miosen Tengah; di- (Lapisan Merapi dan Kladi), M2 (Lapisan Mangus, endapkan dalam lingkungan laut dalam (Neritik). Suban dan Petai), M3 (Lapisan Burung dan Benuang) Formasi Air Benakat (Tma) tersingkap dan M4 (Lapisan Niru, Lematang, Benakat/Babat, disebelah tengah-utara dengan litologi terdiri dari Enim dan Kebon). perselingan antara batulempung dan batupasir, dengan sisipan konglomerat gampingan, napal dan 2.2. Geologi Daerah Penyelidikan batulanau. Umurnya adalah Akhir Miosen Tengah – Morfologi Awal Miosen Akhir, diendap-kan secara selaras Daerah penyelidikan terdapat disebelah timur Pegunungan Bukit Barisan dan secara umum terdiri dari Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang dan Pedataran. diatas Formasi Gumai dalam lingkungan laut dangkal. Formasi Muaraenim (Tmpm) tersingkap diseluruh daerah penyelidikan yang diendapkan Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang secara selaras diatas Formasi Air Benakat dalam menempati hampir seluruh daerah penyelidikan yang lingkungan laut dangkal sampai peralihan. Umurnya litologinya disusun oleh batuan sedimen klastika diperkirakan Miosen Akhir. Formasi ini dibagi 4 halus dengan kemiringan lereng antara 100 – 650 dan anggota yaitu : berada pada ketinggian 60 – 150m diatas permukaan Anggota M1 terdapat 2 lapisan batubara (Lapisan air laut. Kladi dan Merapi). Litologinya disusun oleh oleh Pedataran menempati bagian sebelah barat- batuan sedimen klastika halus yang terdiri dari daya daerah penyelidikan dengan ketinggian berkisar batupasir dan batulempung dengan sisipan batu- dari 20 – 60 meter diatas permukaan air laut. Litologi lempung batubaraan dan batubara tipis. Batupasir penyusunnya terdiri dari tufa, batulempung tufaan berwarna abu-abu terang, rapuh, bersifat tufaan, dan batupasir tufaan. dominan kuarsa, pita-pita batubara. Batulempung Pola aliran sungai dikeringkan oleh sungai berwarna abu-abu terang sampai abu-abu tua, padu. utama yaitu Sungai Kelumpang (sebelah barat) dan Batubara berwarna hitam kecoklatan, mengkilap- Sungai Batanghari Leko, induk sungai ini dengan kusam, struktur kayu masih terlihat. Berdasarkan data anak-anak sungai membentuk pola aliran dendritik singkapan, ditemukan sebanyak 13 lokasi yang dan tralis dengan tingkat erosi dewasa. umumnya terendam air/lumpur; lapisan ini ditembus oleh lobang bor RH – 03 yaitu Lapisan Merapi dengan ketebalan 1,55m. Anggota M2 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu air/lumpu. Anggota ini ber-dasarkan penyelidik Lapisan Suban dan Mangus. Anggota ini sebagian terdahulu ditembus oleh satu lobang bor RH – 06. ditembus oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS- Anggota M4 di daerah penyelidikan lapisan batubara 04, RWS-06, RWS-07, RWS-10 RWS-11, BMR-02, tidak ditemukan. Litologinya terdiri dari batupasir, RH-17, RH-02 dan RH-12. Anggota ini dikenali ber- batulanau, batulempung dan batubara. Batupasir dasarkan kandungan batubaranya yaitu Lapisan berwarna abu-abu terang, halus-sedang, dominan Mangus yang dicirikan oleh sisipan batulempung kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna abu-abu terang tufa-an dengan kandungan mineral biotit. Lapisan ke-hijauan–kecoklatan, kompak, jejak tumbuhan. Mangus Batulempung, merupakan batas atas Anggota M2, sedangkan batas bawahnya adalah Lapisan Petai. berwarna abu-abu sampai abu kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan. Litologinya disusun oleh perselingan batulanau Formasi Kasai ( QTk) dijumpai di bagian dengan batulempung; sisipan batupasir dan batubara. tengah daerah penyelidikan, litologinya terdiri dari Batulanau berwarna abu-abu muda sampai abu-abu tufa dan tufa batuapung dengan sisipan batu-lempung kecoklatan, kompak, terdapat nodul-nodul pirit, tebal tufaan dan batupasir tufaan; setempat konglomeratan lapisan 1,50 - >15,00m. Batulempung berwarna abu- dan terdapat kayu terkersikan. Umur formasi ini abu muda sampai abu-abu kehijauan, lunak-padu, adalah Pliosen Akhir – Plistosen Awal yang mengandung sisa-sisa tumbuhan, struktur sedimen diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi khas lentikular, tebal lapisan 0,50 – 7,75m. Batupasir Muaraenimdalam lingkungan darat. berwarna abu-abu terang, halus-sedang, tufaan, rapuh-keras, dominan kuarsa, struktur sedimen Struktur Geologi Pola struktur di daerah penyelidikan mem- flacer, gelembur gelombang, paralel laminasi dan penyelidik punyai kecenderungan berarah baratdaya-timur-laut. terdahulu dibagian selatan, anggota ini dapat Pola struktur lipatan adalah hasil gaya kompresi dari ditembus oleh beberapa lobang bor dengan ketebalan gaya tegasan utama sampai dengan 27,29m ; sedangkan dari data tenggara. graded bedding. Berdasarkan hasil yang berarah baratdaya- Struktur sesar yang ditemukan adalah sesar singkapan ditemukan di 37 lokasi yang umumnya terendam air/lumpur. normal Kepahiangan 1, Kepahiangan 2 dan Sungai Anggota M3 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu Malam; Sesar Geser Sungai Kruh serta Sesar Naik Lapisan Burung dan Binuang. Batas atasnya adalah Sungai Penjagoan, yang arahnya baratdaya-timur Lapisan Kebon (Anggota M4) dan batas bawah laut. adalah Lapisan Mangus (Anggota M2) Litologinya Sedangkan struktur lipatan yang ditemukan terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung dan adalah struktur antiklin (Antiklin Kepahiangan, batubara. Batu-pasir berwarna abu-abu terang, halus- Terentang, Tajau Pecah dan Sungai Malam) dan sedang, dominan kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna sinklin (Sinklin Kepahiangan, Batanghari Leko dan abu-abu terang kehijauan–kecoklatan, kompak, jejak Air Mati) yang berarah baratlaut-tenggara. tumbuhan. Batu-lempung bertindak sebagai lapisan pengapit batubara, berwarna abu-abu sampai abu-abu 3. GEOLOGI BATUBARA kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan. Anggota ini 3.1. Endapan Batubara dapat ditembus oleh lobang bor RWS-12 dan Untuk ditemukan di 23 lokasi yang umumnya terendam mendapatkan dimensi dan pelamparan lapisan batubara di daerah Nibung dan Sekitarnya, perlu dilakukan pengelompokan lapisan batubara berdasarkan hasil pemetaan geologi ANGGOTA M1 permukaan, data bawah permukaaan dari pemboran Anggota M1 terdapat di kedua sayap inti batubara dan dibantu hasil interpretasi geofisika antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 13 logging. lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan Dari hasil pemetaan geologi, pemboran inti dan sebanyak 2 (dua) lapisan batubara ; yaitu Lapisan dibantu interpretasi geofisika logging, maka dibuat Kladi dan Merapi. peta geologi yang terdiri dari Peta Geologi daerah Nibung dan Sekitarnya skala 1 : 50.000 (Peta 1) Lapisan Kladi Lapisan Kladi merupakan lapisan paling bawah dari Formasi Muaraenim, ditemukan di 4 Singkapan Batubara Hasil penyelidikan di daerah Nibung dan (empat) lokasi (E-17, E-30, K-23 dan R-01) dengan Sekitarnya ditemukan 73 lokasi singkapan batubara ketebalan berkisar dari >1,00 - >6,50m dan yang terdapat pada Formasi Muaraenim yaitu pada kemiringan 120–600. Berdasarkan data singkapan Anggota M 1, M 2 dan M 3; sedangkan dalam batubara, Lapisan Kladi sebarannya tidak menerus Anggota M 4 tidak ditemukan lapisan batubara. dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan singkapan batubara. Hasil Pemboran Inti Dari hasil pemetaaan geologi, telah Lapisan Merapi dilakukan pemboran sebanyak 13 lubang bor dengan Lapisan Merapi terletak diatas Lapisan kedalaman berkisar dari 15,80 – 73,10m, jumlah total Kladi, ditemukan di 9 (sembilan) lokasi dengan kedalaman 701,90m dan 1 (satu) lubang bor yaitu ketebalan berkisar dari 1,00 – 1,50m dan kemiringan BMR – 02 dikerjakan oleh Tim Pauh Lubuk Napal. 100 - 550, diantaranya K-14, R-02, R-17, R-02 dan R06. Lapisan Merapi sebarannya tidak menerus dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan Korelasi Lapisan Batubara Dari hasil pemetaan geologi dan korelasi singkapan batubara. Dari hasil penyelidikan lubang bor serta berdasarkan kedudukan batubara terdahulu lapisan ini dibagian selatan ditembus oleh secara stratigrafi dibuat penampang korelasi lubang lobang bor RH – 03 dengan ketebalan 1,55m. bor dengan nama lapisan batubaranya yang mengikuti kepada stratigrafi Shell, 1978; selain itu ANGGOTA M2 korelasi ini dipakai sebagai acuan gambaran pola Dalam Anggota M1 ditemuka sebanyak 37 sedimentasi dalam lingkungan pengendapannya. lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan Singkapan batubara umumnya terendap air dan sebanyak 2 (dua) lapisan batubara yaitu Lapisan lumpur, Suban (9 lokasi) dan Mangus 28 lokasi) yang sehingga dalam penentuan ketebalan sebenarnya sangat sulit dan umumnya dicantumkan umumnya terendam air/lumpur. tebal yang terukur. Berdasarkan korelasi tersebut dari atas Lapisan Suban kebawah, di daerah Nibung dan Sekitarnya dalam Lapisan Suban terletak diatas Lapisan Petai, Formasi Muaraenim (Anggota M1, M2 dan M3), ditemukan di 11 lokasi dengan ketebalan berkisar ditemukan paling tidak 8 (delapan) lapisan batubara. dari >1,00 – 7,00m, kemiringan 100 - 250 dan ditembus oleh lubang bor BMR – 02. Sebaran Lapisan Suban umumnya menerus dan kearah tenggara umumnya menebal; sedangkan kearah barat Lapisan Benuang Lapisan Benuang merupakan lapisan paling laut spit menjadi 2 (dua) lapisan dengan ketebalan atas dari Anggota M3, ditemukan di 6 (enam) lokasi 3,10m dan 3,25m. dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >4,00m dan kemiringan 100 – 650, lapisan ini ditembus oleh bor Lapisan Mangus Lapisan Mangus terletak diatas Lapisan RWS-12. Berdasarkan data singkapan batubara, Suban, ditemukan di 26 lokasi dengan ketebalan Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak >2,00 – 10,25m, kemiringan 8o – 65o dan ditembus semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-04, RWS- singkapan batubara. 06, RWS-07, RWS-10, RWS-11 dan BMR-02 serta berdasarkan penyelidik terdahulu di bagian selatan Lapisan Gantung 1 ditembus oleh lobang bor RH-17, RH-12 dan RH-02 Lapisan Gantung 1 berupa lensa terletak dengan ketebalan 18,5-27,29m ; lapisan ini di sebelah diatas Lapisan Burung, ditemukan di 2 (dua) lokasi timurlaut split menjadi 2 (dua) yaitu Lapisan Mangus dengan ketebalan tidak jelas (sumur penduduk). 1 dan Mangus 2. 3.2. Lingkungan Pengendapan Batubara Penafsiran ANGGOTA M3 Anggota M3 terdapat di kedua sayap lingkungan pengendapan diperoleh dari hasil diskripsi inti bor dan korelasi antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 23 penampang lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan menunjukan adanya sekuen penghalusan butiran sebanyak 4 (empat) lapisan batubara ; yaitu Lapisan kearah atas mulai dari batupasir, batulanu dan Burung, Gantung 1, Benuang dan Gantung 2. batulempung; juga terdapat struktur sedimen berupa lubang bor. Dari data litologi strultur lentikular, flaser, gelembur gelombang, parallel laminasi dan graded bedding. Lapisan Burung Lapisan Burung merupakan lapisan paling Dari data karakteristik litologi dan struktur bawah dari Anggota M3, ditemukan di 8 (delapan) sedimen lokasi dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >2,80m pengendapan sedimen di daerah peninjauan berada 0 0 dan kemiringan 8 – 65 . Berdasarkan data singkapan tersebut diperkirakan lingkungan pada daerah fluvial hingga delta. batubara, Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan singkapan batubara. 3.3. Kualitas Batubara Batubara yang dianalisa kimia sebanyak 41 conto play sample dan 16 conto komposit, terdiri dari Lapisan Gantung 2 Lapisan Suban, Mangus, Burung dan Benuang. Jenis Lapisan Gantung 2 terletak diatas Lapisan analisa yang dilakukan adalah analisa proksimat Burung, ditemukan di 8 (delapan) lokasi dengan dengan dasar udara kering (adb), analisa ultimat ketebalan berkisar dari 1,00 - >2,80m dan kemiringan dengan dasar bebas abu (daf), analisa komposisi abu 80 – 650. Berdasarkan data singkapan batubara, dan penentuan nilai HGI Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan singkapan batubara. Analisa Proksimat Ringkasan hasil analisa proksimat conto batubara daerah Nibung dan Sekitarnya disarikan dalam. Dari data hasil analisa proksimat dapat ¾ Lapisan Suban, unsur SiO2 44,34%, Al2O3 disarikan sebagai berikut : 41,60%, Fe2O3 3,20%, CaO 1,28%, MgO 1,00% • dan HD 6,38%. Kandungan air total (TM) dari lapisan terbawah ke lapisan teratas umumnya adanya peningkatan yaitu berkisar 37,10 - 42,60%, kecuali Lapisan Analisa Petrografi Batubara Hasil analisa petrografi terlihat bahwa Burung kandungan air total sebesar 33,75%. • Kandungan air tertambat (M) menunjukan batubara didominasi oleh adanya penurunan dari lapisan paling bawah ke berkisar dari 87,40-92,90% yang merupakan bahan atas; yaitu berkisar dari 10,10 - 10,80%. pembentuk Kandungan Volatile Matter (VM) 41,55 - umumnya relatif kecil kurang dari 6,60%. Nilai 49,70%. reflektansi Kandungan Abu 5,60 – 7,80%, kecuali Lapisan kisaranya antara Burung sebesar 11,10%. terlihat relatif tingi dibandingkan dengan lapisan lain. • Kandungan Sulphur kurang dari 0,40%. Berdasarkan klasifikasi Cook (1982) rangknya adalah • Nilai kalori 5.285 – 5.870 kal/gr. Lignit . • Nilai kekerasan batubara berkisar dari 49 - 73, • • sehingga batubara tersebut tergolong lunak, batubara. maceral vitrinit yaitu Sedangkan mencirikan rank maceral batubara, lain dimana 0,19-0,25 dan lapisan Mangus 3.4. Sumberdaya Batubara Perhitungan kecuali Lapisan Suban sangat keras HGInya 21. sumberdaya batubara berdasarkan singkapan yang ditemukan (terindikasi) Dari hasil analisa kimia batubara, kualitasnya termasuk Kelas Sub-bituminous – Lignitic. dan data hasil pemboran inti, dengan kriteria sebagai berikuti : • didasarkan atas singkapan batubara dan bor yang Analisa Ultimat dapat dikorelasikan, dibatasi sampai 2.000 meter Dari hasil analisa, unsur karbon (C) berkisar dari singkapan. dari 68,08 – 72,82%; hidrogen ( 4,71 – 5,74% dan oksegen (O2) 20,69 – 23,32%. Sedangkan unsur Sebaran ke arah jurus perlapisan batubara • Sebaran ke arah kemiringan dihitung sampai kedalaman 50m tegak lurus (vertikal) dari nitogen dan sulphur umumnya sangat kecil. permukaan singkapan / pemboran. Dari hasil analisa abu sebanyak 16 conto (lihat lampiran) dapat diketahui sebagai berikut : • Berat jenis batubara berdasarkan hasil analisa. ¾ • Tebal batubara yang dihitung > 1,00 meter. Lapisan Benuang, unsur SiO2 24,79%, Al2O3 19,66%, Fe2O3 24,42%, CaO 15,78%, MgO Daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 (tiga) 2,35% dan HD 2,66%. ¾ Lapisan Burung, unsur SiO2 28,65%, Al2O3 blok yaitu Blok Pauh, Batanghari Leko dan Rawas. Dari hasil perhitungan sumberdaya batubara 17,65%, Fe2O3 14,26%, CaO 10,72%, MgO ¾ 5,43% dan HD 3,56%. terindikasi di daerah Nibung dan sekitarnya adalah Lapisan Mangus, unsur SiO2 31,28%, Al2O3 sebagai berikut : 18,61%, Fe2O3 12,64%, CaO 13,64%, MgO • Blok Pauh 32.580.464 ton 2,11% dan HD 4,24%. • Blok Batanghari Leko 60.749.720 ton • Blok Rawas 178.058.631 ton Jumlah sumberdaya 271.138.815 ton 650; Lapisan Gantung 2, tebal berkisar dari 1,00 3.5. Kemungkinan Pengembangan Batubara Hasil penyelidikan ketiga blok, terdapat - > 2,80m dan kemiringan 80 – 650; Lapisan daerah-daerah yang mungkin dapat dikembangkan Benuang, tebal berkisar dari 1,00 - > 4,000m lebih lanjut adalah : dan kemiringan 100 – 650 dan Lapisan Gantung ¾ 1, tidak jelas (sumur penduduk). Blok Rawas merupakan perioritas pertama dengan jumlah sumberdaya sebesar 178 juta ton dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut. ¾ ¾ 3. Kualitas Batubara batubara daerah Nibung dan Blok Batanghari Leko merupakan periotas Sekitarnya, Kandungan air total Volatile Matter kedua, karena data yang diperoleh masih kurang (VM) 43,75-47,00%, Abu 3,10-12,90%, Sulphur dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut. (St) kurang dari 0,40%, Nilai kalori (CV) 5.285- Blok Pauh, walaupun sebarannya terbatas, tetapi 5.870 kal/gr dan Kekerasan batubara (HGI) sumberdayanya cukup besar. berkisar dari 50-64, sehingga batubara tersebut tergolong lunak dan ranknya Sub-bituminousLignitic. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengkajian batubara bersisitim dalam Cekungan Sumatera Selatan di daerah Tanah 4. Hasil analisa petrografi terlihat bahwa batubara Abang dan Sekitarnya, dapat diambil beberapa didominasi oleh maceral vitrinit 87,40-92,90%, kesimpulan sebagai berikut : sedangkan maceral lain kurang dari 6,60%. Nilai 1. Daerah Nibung dan Sekitarnya , reflektansi mencirikan rank batubara, dimana litologi penyusunnya terdiri dari Formasi Gumai, Air kisaranya Benakat, Muaraenim dan Kasai yang umurnya klasifikasi Cook (1982), termasuk kedalam Miosen Brown Coal /Lignitic. Awal–Pliosen. Formasi pembawa batubara adalah Formasi Muaraenim. 5. antara 0,19-0,25. Berdasarkan Sumberdaya batubara di daerah Nibung dan sekitarnya dihitung dengan ketebalan > 1,00m 2. Endapan batubara yang berkembang terdapat dan sampai kedalaman 50m sebesar 271.138.815 dalam Formasi Muaraenim, paling tidak terdapat ton. 8 lapisan batubara, yaitu dari atas muda ke tua terdiri dari : Lapisan Kladi, tebal >1,00->6,50m dan kemiringan 120 – 600; Lapisan Merapi, tebal 1,00 – 1,50m dan kemiringan 100 - 550; Lapisan Suban, tebal > 1,00 – 7,00m, kemiringan 100 250; Lapisan Mangus, tebal > 2,00 – 10,25m, kemiringan 8o – 65o; Lapisan Burung, tebal berkisar dari 1,00 - > 2,80m dan kemiringan 80 – 6. Prospek pengembangan batubara di daerah Nibung dan Sekitarnya, umumnya dapat dikembangkan lebih lanjut mengingat data-data yang diperoleh masih kurang terutama Blok Batanghari Leko, akan tetapi sumberdaya cukup besar. DAFTAR PUSTAKA Andi Mangga S., dkk., 1983; Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. De Coster G.L., 1974; The Geology of the Central Sumatera Basins, Proceeding Indonesian Petroleum Assoc., 4th Annual Conventionn. Geoservice Report No.10.151, 1980; Recent Development in Indonesia Coal Geology, (Unpublished). Hardjono dan Sufra Ilyas, 1989: Batubara Sungai Malam, Sumatera Selatan, Laporan eksplorasi akhir untuk memenuhi persyaratan permohonan KP. Eksploitasi dari KP DU 1290 dan 1291, Musi Rawas, PT. Triayani, Jakarat. Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedimenter endapan batubara Tersier Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI. Reineck, H.E., and Sigh. I.B, 1980; Depositional Sedimentary Environments, Springer-Verlag, Berlin. Suwarna, Suharsono, Gafoer, Amin, Kusnama, Hermanto, 1994; Geologi Lembar Sarolangun, Sumatera, Skala 1 : 250.000 Shell Mijnbouw, 1978; Geological Map of the South Sumatera Coal Province, Scale 1:250.000. Simandjuntak T.O., dkk., 1981; Peta Geologi Lembar Muara Bungo, Sumatera, skala1:250.000, Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung. 104°00' BT 103°00' BT 105°00' BT PROVINSI JAMBI 2°00' LS Bayunglincir Mandiangin Pauh Sarolangun Sungsang Babat Betung Muaralakitan PALEMBANG SEKAYU 3°00' LS PROVINSI SUMATERA SELATAN Talangubi Gelumbang LUBUKLINGGAU KAYUAGUNG PRABUMULIH Tebingtinggi MUARAENIM Lokasi daerah penyelidikan Gambar 1. Peta lokasi dan kesampaian daerah penyelidikan Tabel 1. Kesebandingan Stratigrafi Daerah Nibung dan Sekitarnya dengan Cekungan Sumatera Selatan Umur Formasi Deskripsi E n i m (Tmpm) Kasai (QTk) Lempung tufaan, pasir tufaan, warna terang, pasir batuapungan, lensa-lensa batubara M4 Batulempung hijau-biru, abu-abu, kaya material volkanik, sisipan batupasir abu-abu hijau dan putih, beberapa lapisan batubara. Tebal 180 - 240 m. M3 Perselingan batupasir abu-abu muda dan batulempung abu-abu hijau serta sisipan lapisan batubara, batulempung dan batupasir mengandung nodul ironstone dengan rongga-rongga gas. Tebal 115 - 365 m. M2 Perselingan batulempung coklat dan batupasir abu-abu kehijauan, lapisan batubara dengan kandungan tuf biotit terpudarkan. Tebal 45 - 100 m. M1 Batupasir hijau-biru, batulempung hijau dan sisipan batulanau. Tebal 100 - 150 m. Lapisan i Awal Tengah M Catatan : Lapisan Deskripsi Batupasir tufaan, lempung tufaan, abu-abu putih, biru-hijau, batuapung Niru Lematang Benakat/Babat Enim Lempung tufaan, hijau-biru, dan lempung pasiran, pasirhalus-kasar, abu-abu & putih, glaukonitan, lapisan batuapung Kebon Benuang Benuang Burung Burung Mangus Suban 1 1 2 2 Mangus Suban Petai o s e n Muara Akhir Pliosen Cekungan Sumatera Selatan (Daerah Langgaran - Shell, 1978) Daerah Nibung - Jambi - Sumatera Selatan (Eddy RS, 2001) Merapi Merapi Kladi Kladi Perselingan batupasir dan batulanau menindih lempung biru-hijau dan abu-abu, horizon batupasir tebal 3-6 m Batulempung coklat, abu-abu, batulempung pasiran, batupasir halus, hijau-abu-abu di bagian bawah, sedimen interseam Mangus batupasir tufaan mengandung biotit Batupasir, batulanau, batulempung coklat, abu-abu, dengan batupasir glaukonitan Air Benakat (Tma) Batulempung abu-abu kecoklatan, batupasir abu-abu kekuningan, glaukonitan, mengandung cangkang moluska dan foraminifera Batulempung abu-abu - coklat, biru, serpih pasiran hijau - abu-abu, hijau, glaukonitan Gumai (Tmg) Perselingan serpih, napal dan batulempung. Napal setempat mengandung pirit. Perselingan serpih, napal dan batulempung gampingan Horizon Marker P ROVI NSI JAMBI 103°15'00'' 103°00'00'' 2°15'00'' P ALEM BA NG T mg P ROVI NSI S UMA TERA S ELA TAN T mg P ETA INDEK U B A i r M e QTk r T ma a n t QTk i SKALA 1 : 50.000 0 1 2 3 4 5 Km K ETER ANGAN F ormasi K asai F ormasi M uaraenim T ma T ma F orm as i A irbenakat T ma ar Ses S es ar geser S esar normal ah i a nga n F ormasi Gum ai h K ru Air se r Ge T ma S esar naik S ebaran bat ubara ga Su ng ng a i K e c i Ke p l A ng Lokasi l ubangbor a i U P enam pang Geologi Su ng D T ma No. Lok as i , k et ebal an dan arahjurus/kemiringan a an i h t S ungai P u n K ont ur ketinggian T ma i oa No. Lok as i dan arah j urus / k em iringan lapisanbatuan a ag Ge T ma J al an t anah dankampung g nj r I ndi kasi adanya batubara n S ma T S T ma u ga i n Pe sa go a i Pe n y a n gg K u l i m Se un A S u ng a QTk S u n g a i g a i Su n K r u h bat ubara ja en r P se 2°30'00'' DEP ARTE ME N ENERGI DAN S UM BE R DAYA M INERAL DIREK TORA T JE NDERAL GEOLOGI DAN S UM BE R DA YA M INERAL D IR EK TORA T IN VENT AR ISASI SU MB ER D AYA MINERAL P ENAMPANG GEOLOGI S KA LA 1 : 5 0.000 DAF TAR IS IAN KE GI AT AN S UP LE ME N ( DI K - S ) PE TA G EO LO GI DAN SEBARAN BATUBARA A B DA ER AH N IB UN G DA N SEKITARNYA PR OVIN SI JAMBI D AN SUMATER A SELATAN 1