BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya mineral yang ada di alam merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui kembali (non-renewable), dengan kata lain industri pertambangan selalu berhadapan dengan keterbatasan, baik lokasi, jenis , jumlah maupun mutu materialnya. Hal diatas mendorong baik peneliti maupun kalangan industri mencoba membuat seefektif mungkin didalam merencanakan tambang. Kemudian lahir konsep optimasi pit, yaitu sama seperti konsep optimasi (maksimasi dan minimasi). Lebih jauh maksimasi mengarah kepada bagaimana mencari revenue semaksimal mungkin dan mencari cost seminimal mungkin agar didapat selisih revenue dan cost yang besar. Perencanaan tambang dapat dijelaskan dengan membuat suatu rancangan tambang untuk mencapai ultimate pit limit dalam jangka waktu tertentu secara aman dan menguntungkan. Dimana didalamnya berisikan juga perancangan batas akhir penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan, penjadwalan produksi, dll. (hal yang berkaitan dengan geometri). Sementara aspek perencanaan tambang lainnya meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja perkiraan biaya modal dan ongkos operasi. Perencanaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih, yang akan menghasilkan aliran kas yang akan memaksimalkan kriteria ekonomik ( net present value atau rate of return), dan menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya serendah mungkin. Sehingga, dari perencanaan tambang ini dapat diketahui kajian geoteknik, kajian hidrologi, peralatan dan penanganan material, lingkungan dan K3 serta investasi dan kelayakan ekonomi dalam hal produksi maupun reklamasi. Laporan Perencanaan Tambang| 1 1.2. Identitas Perusahaan Nama perusahaan : PT. F1B214080 Alamat : BTN Kendari Permai Blok L1 No. 8 Kegiatan : Usaha Pertambangan Nikel PT. F1B214080 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan khususnya pertambangan nikel. Perusahaan ini beroperasi di daerah Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. PT. F1B214080 ini berdiri pada Februari 2014 dengan melakukan kegiatan eksplorasi detail pada awal tahun 2015. Sebelumnya, telah dilakukan kegiatan eksplorasi pendahuluan seperti prospeksi dan survey tinjau pada tahun 2011, dimana pada saat itu sudah ditemukan adanya potensi nikel di kawasan tersebut. Namun, izin baru diberikan pada pertengahan tahun 2013 dengan kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi rinci serta pembukaan lahan tambang. Laporan Perencanaan Tambang| 2 BAB 2 KEADAAN UMUM 2.1. Genesa Pembentukan Nikel Laterit Nikel laterit terbentuk di daerah kompleks ofiolit dimana daerah tersebut mengalami pengangkatan lantai samudra yang tersusun atas batuan ultrabasa, Nikel Laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan bangunan diMysore,Canara dan Malabryang merupakan wilayah India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat. Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak batuan asalnya.Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuanserpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya Laporan Perencanaan Tambang| 3 membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil. Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering). 2.2. Luas Wilayah IUP OP IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi. Luas wilayah IUP OP yang dimiliki oleh PT. F1B214080 ini adalah seluas ± 300 Ha yang di bagi menjadi 4 blok utama yaitu blok A, blok B, blok C dan blok D dimana kegiatan penambangan ini dilakukan pada blok D dengan luas ± 22 Ha. 2.3. Sumberdaya Dan Cadangan Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan mineral adalah Laporan Perencanaan Tambang| 4 bagian-bagian sumber daya mineral yang setelah dilakukan penerapan seluruh faktor penambangan, dalam tonase dan kadar yang diperkirakan adalah dasar dari sebuah proyek layak secara ekonomi setelah memperhitungkan semua proses yang relevan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial ekonomi dan faktor pemerintah. Cadangan mineral sudah termasuk menipiskan materi yang akan ditambang dalam hubungannya dengan cadangan mineral dan dikirim ke pabrik pengolahan atau fasilitas setara. PT. F1B214080 ini memiliki Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) seluas 300 Ha, yang mana 300 Ha dari WIUP tersebut telah dibagi menjadi 4 blok. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan pada kawasan seluas 300 Ha tersebut diperoleh bahwa kawasan yang memiliki kandungan nikel dengan COG sebesar 1,6 hanyalah seluas 22 Ha dan cadangan yang memenuhi COG setelah diestimasi total cadangannya adalah 470.140 ton. Laporan Perencanaan Tambang| 5 BAB 3 KAJIAN GEOTEKNIK Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar berm (b), baik itu lereng tunggal (Single slope) maupun lereng keseluruhan (overall slope). Suatu lereng disebut lereng tunggal (Single slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan (overall slope) jika dibentuk oleh beberapa jenjang. Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula dengan sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan semakin stabil. Hasil analisis pengujian data geoteknik yang dibutuhkan dalam laporan ini dapat dilihat pada tabel 3.1.1 berikut : Tabel 3.1. Hasil Analisis Geoteknik Hasil Pengujian Sifat Fisik Bobot isi asli (natural density) (g) Bobot isi kering (dry density) (g) Bibit isi jenuh (saturated density) (g) Berat jenis semu (apparent specific gravity) (g) Berat jenis asli (true specific gravity) (g) Kadar air asli (natural water content) (%) Kadar air jenuh (saturated water content) (%) Derajat kejenuhan (degree of saturation) (%) Porositas (%) Angka pori (void ratio) Sifat Mekanik (Triaksial) Cohesi (c) kPa Sudut geser dalam (ɸ) Stasiun 1 1,60 1,55 1,62 1,55 1,67 2,98 4,47 66,66 6,97 0,075 Stasiun 2 1,42 1.36 1,44 1,36 1,48 3,84 5,76 66,66 7,89 8,57 53,93 21º 61,78 23º Laporan Perencanaan Tambang| 6 3.1. Lereng Tunggal 3.2. Lereng Keseluruhan 3.3. Lereng Timbunan Laporan Perencanaan Tambang| 7 BAB 4 KAJIAN HIDROLOGI 4.1. Iklim Dan Curah Hujan Iklim di Indonesia memiliki 3 macam iklim yaitu iklim musim (iklim muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. Namun di indonesia lebih dikenal dengan iklim tropis yang bisa disebut biasanya dengan sebutan iklim panas. Iklim adalah keadaan rata-rata peristiwa cuaca dalam periode yang lama (umumnya sekitar 10- 30 tahun) dan meliputi di daerah yang luas. Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh disuatu daerah dalam waktu tertentu. Iklim waktunya lama dan luas. Faktor-faktor yang menentukan iklim ialah suhu, tekanan udara, angin, keadaan lembab udara, dan pengendapan air di udara. Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan tetapi, tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sedangkan kota Palu di Sulawesi Tengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun. Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. F1B214080 yang berlokasi di daerah Konawe Utara ini memiliki letak geografis 03º 28’ 35,2” LS - 122 º 03’ 39” BT pada daerah Konawe Utara, Berikut ini adalah data jumlah curah hujan pada daerah Asera : Tabel 4.1.1. Curah Hujan Rata-Rata Pertahun Tahun Januari Februari Maret 2012 88.0 53.0 57.0 2013 46.0 48.5 62.0 2014 100.0 73.5 50 2015 50.0 71.0 94 2016 78.0 82.0 70.5 Rata-rata 72.4 65.6 66.7 Rata-rata jumlah curah hujan pertahun April 31.0 64.0 40.0 72.0 49.0 51.2 Mei 40.0 90.0 70.0 80.5 71.0 70.3 Juni 0.0 60.0 70.0 115.0 62.0 61.4 Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember 36.0 7.5 52.5 55.0 30.0 78.5 154.0 30.0 65.0 20.0 71.0 60.0 96.0 51.0 0.0 10.0 30.0 55.0 50.0 6.0 3.0 5.0 0.0 75.0 62.0 30.0 41.0 40.0 21.0 52.0 79.6 24.9 32.3 26.0 30.4 64.1 Jumlah 528.5 770.5 645.5 621.5 658.5 644.9 Laporan Perencanaan Tambang| 8 Tabel 4.1.2. Hari Hujan Rata-Rata Per Tahun Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah 2012 12.0 10.0 9.0 10.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 6.0 6.0 8.0 75.0 2013 12.0 12.0 17.0 8.0 8.0 9.0 16.0 7.0 7.0 1.0 9.0 8.0 114.0 2014 7.0 12.0 11 8.0 8.0 15.0 9.0 5.0 0.0 1.0 4.0 13.0 93.0 2015 11.0 13.0 12 10.0 14.0 17.0 11.0 3.0 1.0 1.0 0.0 5.0 98.0 2016 8.0 16.0 14 8.0 10.0 13.0 14.0 10.0 8.0 8.0 9.0 8.0 126.0 rata-rata 2 2.52 2.52 Jumlah hari hujan rata-rata pertahun 1.76 1.68 2.16 2.08 1.16 0.88 0.68 1.12 1.68 101.2 Tabel 4.1.2. Curah Hujan Maksimum Tahun Xi (mm) 2012 2013 2014 2015 2016 jumlah rata-rata 88 154 100 115 82 539 107.8 Xi-X -19.8 46.2 -7.8 7.2 -25.8 (Xi-X)^2 392.04 2134.44 60.84 51.84 665.64 3304.8 Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode distribusi probabilitas Gumbel : S xi x 2 n 1 Keterangan : S = deviasi standar Xi = jumlah curah hujan tiap tahun (tahun ke i) X = jumlah rata-rata curah hujan maksimum (mm) n = jumlah tahun (data) S S 3304,8 5 1 3304,8 4 S 28,74 Laporan Perencanaan Tambang| 9 5 1 1,5 Yt ln ln 5 Keterangan : Yt = reduced variasi sebagai periode ulang Dari data curah hujan (n = 5), maka untuk Sn dan Yn dapa dilihat pada tabel 4.1.3 berikut : Tabel 4.1.3 Nilai Reduced Standard Deviation (Sn) Dan Reduced Mean (Yn) Sn 1,092309 Yn -0,54896 Factor frekuensi gumbel (K) K = (Yt - Yn) / Sn K = (1,5 – (-0,54) / 1,09 K = 1,87 Hujan rencana (Xt), 4.2. Xt = Xrata-rata + S x K Xt = 107,8 + (28,74 x 1,87) Xt = 161,54 mm/hari Intensitas Hujan Ekstrim Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf “I”. Keadaan curah hujan dan intensitas menurut Takeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Laporan Perencanaan Tambang| 10 Tabel 4.2.1 Keadaan Dan Intensitas Curah Hujan Keadaan Hujan Keadaan Curah Hujan Hujan sangat ringan Hujan ringan Hujan normal Intensitas Curah Hujan ( mm ) Kondisi 1 jam 24 jam <1 <5 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit 1–5 5 -10 5 – 20 20 – 50 Hujan lebat 10 -20 50 – 100 Tanah menjadi basah semuanya Bunyi curah hujan terdengar Air tergenang diseluruh permukaan tanah dan bunyi keras kedengaran dari genangan Hujan sangat lebat > 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di daerah penelitian. Penentuan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe. Yaitu : I R24 24 R24 = Xrata+ 24 t 2/3 S (Yt Yn ) Sn R24 = 107,8 + 28,74 (1,5 (0,5)) 1,09 R24 = 107,8 + 26,36 (2) R24 = 107,8 + 52,72 R24 = 160,52 mm/hari Harga R24 adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) yang telah ditentukan yaitu sebesar 161,54 mm/hari. Nilai t = 1 jam. Pada perhitungan intensitas curah hujan (I), dikonversikan dari curah hujan harian menjadi jumlah curah hujan dalam satuan jam. Jadi besarnya intensitas curah hujan dalam 1 jam adalah : Laporan Perencanaan Tambang| 11 R 24 I 24 24 t 2/3 160,52 24 I 24 1 2/3 I 55.64918 mm/jam 4.3. Air Limpasan Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting dalam siklus air dan salah satu penyebab erosi. Limpasan yang muncul di permukaan sebelum mencapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir di tanah, limpasan tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi, pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung kontaminan semacam itu, limpasan tersebut disebut polusi sumber tidak langsung. Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar seperti aliran air di sungai. Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam menyimpan air di dalam tanah. Q = 0.0028 x C x I x A Keterangan : C = angka koefisien pengaliran (tanpa dimensi) QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun atau debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/det) A = Luas daerah pengaliran (Km2) IT = intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm/jam). Laporan Perencanaan Tambang| 12 Tabel 4.3.1 Nilai C pada berbagai topografi dan penggunaan lahan Kondisi daerah Nilai C Pegunungan yang curam 0.75 – 0.90 Pegunungan tersier 0.70 – 0.80 Tanah bergelombang dan hutan 0.50 – 0.75 Tanah dataran yang ditanami 0.45 – 0.60 Persawahan yang diairi 0.70 – 0.80 Sungai di daerah pegunungan 0.75 – 0.85 Sungai kecil di dataran 0.45 – 0.75 Sungai besar di dataran 0.50 – 0.75 Sumber : Dr. Mononobe dalam Suyono S. (1999). Jika diketahui angka koefisian pengaliran adalah 0.65, kemudian intensitas curah hujan adalah 49.24945 mm/jam dan luas daerah pengaliran adalah 22 Ha.. Maka Debit limpasannya dapat diketahui dengan cara berikut : Diketahui : C = 0.65 ; Dit IT = 55.64918 mm/jam ; A = 22 Ha ; : QT = ? Peny : QT = 0,0028 x 0,65 x 55,64918 x 22 QT = 2,228 m3/det Laporan Perencanaan Tambang| 13 BAB 5 PERALATAN DAN PENANGANAN MATERIAL 5.1. Produktivitas Alat 5.1.1. Alat Gali-Muat Dalam kegiatan pengambilan dan pemuatan bijih serta pemindahan, alat yang digunakan adalah excavator tipe Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator. Gambar 5.1.1 Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator Table 5.1.1 Spesifikasi Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator No. Komponen Nilai satuan 1 Merk Cobelco 2 Tipe SK330 LC Hidraulic excavator 3 Kapasitas Bucket (KB) 1.4 m3 4 Effisiensi alat (Eff) 0.8 Adapun waktu siklus kerja dari excavator ini adalah sebagai berikut: Waktu gali = 13.2 detik Waktu ayun bermuatan = 5.2 detik Waktu dumping = 3.2 detik Waktu ayun kosong = 4.2 detik Laporan Perencanaan Tambang| 14 Dari waktu siklus kerja tersebut, maka : Cycle Time = 13.2 + 5.2 + 3.2 + 4.2 = 25.8 detik = 0.43 menit Untuk menentukan Kapasitas Produksi (KP) / jam dari Excavator dapat dilihat pada rumus berikut : Dimana, KP = Kapasitas produksi m3/jam K = Konfersi tanah = 1,00 KB = Kapasita bucket = 1.4 m3 Eff = Efisiensi alat = 0.78 (baik sekali) CT = waktu edar = 0.43 menit Sehingga: = 152 m3/jam (243,2 ton/jam) 5.1.2. Alat angkut Alat angkut yang digunakan oleh PT. F1B214080 adalah DT HINO Dutro 130 HD dengan kapasitas alat sebagai berikut: Gambar 5.1.2. Dump Truck HINO Dutro 130 HD Laporan Perencanaan Tambang| 15 Tabel 5.1.2 Kapasitas Dumptruck 1. No. Komponen Nilai satuan 1. Merk DT HINO Dutro 130 HD 2. Kapasitas Bak (KB) 8 m3 3. Efisiensi alat (Eff) 0.83 4. Mesin 130 HP Pengangkutan waste dari Front ke Disposal (jarak 250 meter), berikut adalah siklus kerja dari dump truck tersebut : Waktu dumping (DT) = 1,25 menit Waktu manuver/spotting (ST1) di disposal = 0,30 menit Waktu manuver (ST2) di front = 0,20 menit Waktu loading (LT) (5 x CT excavator) = 2,15 menit Waktu hauling (HT1) pergi bermuatan (kec. 20 km/jam) = 0,75 menit Waktu hauling (HT2) pulang kosong (kec. 30 km/jam) = 0,5 menit Sehingga : CT = DT + ST1 + ST2 + LT+ HT1 + HT2 = (1,25 + 0,30 + 0,20 +2,15 + 0,75 + 0,5) menit = 5,15 menit Kapasitas produksi : Laporan Perencanaan Tambang| 16 = 77,36 m3/jam (123,78 ton/jam) 2. Pengangkutan bijih dari front ke stockpile (jarak 750 meter), berikut adalah siklus kerja dump truck tersebut : Waktu dumping (DT) = 1,25 menit Waktu manuver/spotting (ST1) di stockpile = 0,30 menit Waktu manuver (ST2) di front = 0,20 menit Waktu loading (LT) (5 x CT excavator) = 2,15 menit Waktu hauling (HT1) pergi bermuatan (kec. 20 km/jam)= 2,25 menit Waktu hauling (HT2) pulang kosong (kec. 30 km/jam) = 1,5 menit Sehingga : CT = DT + ST1 + ST2 + LT+ HT1 + HT2 = (1,25 + 0,30 + 0,20 +2,15 + 2,25 + 1,5) menit = 7,65 menit Kapasitas produksi : = 52,08 m3/jam (83,33 ton/jam) 5.2. Keserasian Alat Gali-Muat Dan Alat Angkut Alat yang digunakan dalam penggalian dan pengangkutan bijih adalah excavator dan dumptruck. Waktu pengoperasian kedua alat ini harus selalu bersamaan, agar tidak ada alat yang menunggu sehingga kegiatan berjalan optimal. Utnuk menetahui jumlah excavator dan dump truck yang akan digunakan pada kegiatan ini agar memenuhi target produksinya adalah sebagai berikut : Laporan Perencanaan Tambang| 17 1. Jumlah loading excavator pada 1 dumptruck Kapasitas bak dumptruck adalah 8 m3 dan kapasitas bucket excavator adalah 1,4 m3 maka : 8 / 1,4 = 5,71 = 5 kali isi. Jadi, bak dumptruck terisi hampir penuh dengan 5 kali loading dari excavator. 2. Jumlah dumptruck yang digunakan untuk 1 excavator Waktu edar dumptruck adalah 7,65 menit, sementara excavator membtuhkan waktu 2,15 menit sampai 1 unit DT terisi hampir penuh, maka : 7,65 menit / 2,15 menit = 3,56 = 4 unit DT. jadi, 1 unit excavator digunakan 4 unit dumptruck, karena jika lebih dari itu maka akan menimbulkan waktu delay. Jumlah alat yang digunakan untuk memenuhi target produksi perbulan pada kegiatan penambangan ini dapat dilihat berikut ini : Diketahui : jumlah cadangan : 470.170 ton Kapasitas produksi excavator: 243,2 ton/jam Jam kerja : 8 jam Jumlah unit dumptruck : 4 unit Target produksi bulan ke 1 : 180.000 ton Bulan ke 2 : 180.000 ton Bulan ke 3 : 110.140 ton Laporan Perencanaan Tambang| 18 Berdasarkan hasil tersebut, bahwa untuk memenuhi target produksi pada bulan ke 1 dan 2 maka jumlah unit excavator yang dipakai adalah 3 unit, sedangkan pada bulan ke 3 karena target produksinya berbeda adalah : jadi, pada bulan ke 3 jumlah excavator yang digunakan adalah 2 unit dan 8 unit dumptruck, hal ini berbeda dengan pada bulan ke 1 dan 2 yaitu 3 unit excavator dan 12 unit dumptruck. Jumlah alat yang digunakan untuk melakukan pengupasan OB (over burden) perbulan pada kegiatan penambangan ini dapat dilihat berikut ini : Diketahui : jumlah OB : 325.200 ton Kapasitas produksi excavator: 243,2 ton/jam Jam kerja : 8 jam Jumlah unit dumptruck : 4 unit Target pengupasan OB tersebut adalah 2 bulan jadi jumlahnya 162.600 ton/bulan Laporan Perencanaan Tambang| 19 Jadi, target pengupasan akan tercapai dengan penggunaan 3 unit excavator, dimana 1 unit excavator memerlukan 4 unit dumptruck agar tidak menimbulkan waktu delay. Pengupasan ini hanya dilakukan pada bulan ke 1 dan 2 kegiatan pertambangan. Laporan Perencanaan Tambang| 20 BAB 6 PERENCANAAN TAMBANG 6.1. Blok Model Sumberdaya Dan Cadangan Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sedangkan Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Blok Model adalah bagian-bagian berbentuk kubus/kotak yang dimodelkan dan dibuat secara dinamis sesuai dengan perintah dan data yang ada. Setiap blok ditetukan oleh pusat massa geometris dan suatu dimensi dalam setiap sumbu. Blok tersebut mungkin terdiri dari berbagai ukuran yang didefenisikan oleh user setelah blok model dibuat, contoh didefenisikan berdasarkan kadar dan lapisan. Metode blok model adalah salah satu metode esimasi cadangan yang efektif digunakan pada bahan galian bijih/mineral karena menggunakn aribut kadar, kualitas, density, serta litologi sebagai bahan pertimbangan estimasi cadangan. Namun dapat pula digunakan untuk batubara sebagai dasar perhitungan cadangan, perbedaannya adalah pada jumlah atribut fungsi constrait yang disematkan pada Blok Model tersebut yang juga akan mempengaruhi metode estimasinya yang akan digunakan. Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data menggunakan metode IDW tersebut, endapan tersebut tersebar dari Northing (9599872.922-9600079.209), easting (273865.018-274256.803) dan Elevasi (56.589-112.932). Gambar 6.1.1 Lapisan OB dan Ore dari Z ke X Laporan Perencanaan Tambang| 21 Gambar 6.1.2 Lapisan OB dan Ore dari Z ke Y Gambar 6.1.3 Endapan Bijih Tampak atas Gambar 6.1.4 Endapan Bijih Tampak Bawah Gambar 6.1.5 Endapan Bijiih Tampak Samping Laporan Perencanaan Tambang| 22 6.2. Metode Penambangan Metode penambangan yang dipakai pada PT. F1B214080 adalah tambang terbuka atau open pit mining dengan tipe multiple banch. Metode tambang terbuka dianggap lebih ekonomis bila dibandingkan dengan metode tambang bawah tanah. Rencana produksi perbulannya adalah 180.000 ton, yang mana penambangannya dilakukan di blok D, dimana luas area bloknya adalah 22 Ha. Adapun tahapan penambangan yang dilakukan PT. F1B214080 adalah sebagai berikut: 1. Land Clearing Land clearing adalah kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Kondisi geomorfologi di daerah Asera didominasi oleh pepohonan yang berukuran cukup besar dan juga semak belukar. Olehnya itu, dalam operasi pembersihan menggunakan bulldozer dengan alat penggerak roda crawler atau roda rantai serta tipe bladenya adalah dualtlitdozer. Alasan pemilihan tipe blade tersebut karena mempunyai multi fungsi, baik dalam pembersihan semak belukar, spreading, maupun penumbangan pepohonan. Selain bulldozer digunakan pula mesin potong yaitu chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm. 2. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil) Pengupasan tanah pucuk yang dimaksud disini adalah pengupasan dengan tujuan untuk memindahkan dan menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur hara yang masih asli. Tanah pucuk yang dikupas tersebut selanjutnya akan disimpan di tempat penyimpanan yang nantinya akan digunakan untuk tahap reklamasi. Pengupasan tanah penutup ini juga menggunakan bulldozer, dengan spesifikasi alat yang sama dengan kegiatan land clearing. Tebal daripada tanah pucuk yang dikupas 3. 1 m sesuai dengan horizon tanah. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping OB) Tanah penutup atau Overburden adalah semua material yang menutup laterit nikel yang bernilai ekonomis. Ketebalan dari OB pada blok ini rata-rata 2-3 m sehingga untuk penggaliannya tidak mungkin lagi mengggunakan bulldozer, tetapi alat yang digunakan adalah excavator. Tujuan daripada pengupasan OB ini adalah agar ore nikel tersingkap di permukaan sehingga ore yang digali tidak bercampur lagi Laporan Perencanaan Tambang| 23 dengan OB. Overburden yang dikupas tersebut selanjutnya akan disimpan di tempat penyimpanan sementara atau disposal area dengan menggunakan dump truck. 4. Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Ore Nickel Sebelum kegiatan penggalian ore nikel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan nickel cleaning. Nickel cleaning ini artinya kegiatan membersihkan pengotor yang berasal dari material sisa tanah penutup yang masih tertinggal, serta pengotor lain. Setelah itu, penggalian ore nickel mulai dilakukan dengan menggunakan excavator. Bahan galian yang digali tersebut langsung dimuat ke dalam dump truck. Kemudian langsung diangkut menuju stockpile. 5. Reklamasi (Penghijauan) Merupakan proses penanaman kembali lahan bekas pada blok yang ditambang dengan tanaman yang sesuai atau hamper sama seperti pada saat tambang belum dibuka. Lahan yang sudah direklamasi tersebut kemudian dilakukan pemantauan setiap minggu. 6.3. Geometri Jalan Tambang Geometri jalan Tambang yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya, yaitu: lebar jalan angkut, jari-jari tikungan dan superelevasi, kemiringan jalan, dan cross slope. 1. Lebar Jalan Angkut. Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan aman. Perhitungan lebar jalan angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda karena pada posisi membelok kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar. a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus. Lebar minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka Laporan Perencanaan Tambang| 24 perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur. Gambar 6.3.1. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus L min = n.Wt + (n + 1)(1 / 2.Wt ) Keterangan : L min = lebar jalan angkut minimum (m) n = jumlah jalur Wt = lebar alat angkut (m) Lebar jalan angkut pada jalan lurus yang akan didesain PT.F1B21408 ini yang perlu diperhatikan adalah lebar alat angkut yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan, dimana dalam hal ini alat angkut yang digunakan adalah terbesarnya DT HINO Dutro 130 HD dengan lebar total 1,945 meter dan jalur yang akan dibuat adalah 2. Maka lebar jalan angkut yang harus didesain adalah : L min = n.Wt + (n + 1)(1 / 2.Wt ) = 2 x (1,945) + (2 + 1) x (1/ 2 x1,945) = 3,89 + 3 x 0,9725 = 3,89 + 2,9175 = 6,8075 meter = 7 meter b. Lebar jalan angkut pada belokan Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkan atas: Laporan Perencanaan Tambang| 25 Lebar jejak ban; Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok; Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan; Jarak dari kedua tepi jalan. Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar 2 dapat dihitung lebar jalan minimum pada belokan, yaitu : Gambar 6.3.2. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Belokan W min = 2(U + Fa + Fb + Z ) + C Keterangan : U = lebar jejak roda (center to center tires),m Fa = lebar juntai (overhang) depan,m Fb = lebar juntai belakang,m Z = lebar bagian tepi jalan,m C = lebar antara kendaraan (total lateral clearance),m Lebar jalan angkut pada belokan yang akan didesain PT.F1B21408 ini yang perlu diperhatikan adalah lebar alat angkut yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan, dimana dalam hal ini alat angkut yang digunakan adalah DT HINO Laporan Perencanaan Tambang| 26 Dutro 130 HD. Maka lebar jalan angkut belokan yang harus didesain engan jarak antar truck tersebut 1,5 meter adalah : = 1,066 + 1,480 + 1,450 meter / 2 = 5,994/2 = 1,998 meter Untuk menentukan lebar jalan pada belokan yaitu : W min = 2 (U + Fa + Fb + Z ) + C = 2 (1,066 + 1,480 + 1,450 + 1,998) + 1,5 = 2 (5,994) + 1,5 = 11,998 + 1,5 = 13,49 meter = 13,5 meter 2. Kemiringan Jalan Angkut Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan pada umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck berkisar antara 10%-15% atau sekitar 6-8,50°. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (=4,50°). Tabel 3.1 memperlihatkan kemiringan atau kelandaian maksimum pada kecepatan truck yang bermuatan penuh diatas jalan raya mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari eparuh kecepatan semula tanpa harus Laporan Perencanaan Tambang| 27 menggunakan gigi rendah. Tabel 6.3.1 Kemiringan Maksimum Vs Kecepatan. VR,Km/jam 120 Kemiringan 3 maks,% 3. 110 100 80 60 50 40 <40 3 44 5 8 9 10 10 Jari-jari tikungan Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diakibatkan karena kendaran melalui tikungan sehingga tidak stabil. Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan kontruksi alat angkut yang digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros roda depan dan belakang.. Gambar 2 memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan besar sudut sama dengan sudut penyimpangan roda depan. Dengan demikian jari-jari belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: R = W/sinβ Di mana: R = jari-jari jalan angkut,m W = jarak poros roda depan dan belakang,m β = sudut penyimpangan roda depan, Gambar 6.3.3. Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan Laporan Perencanaan Tambang| 28 4. Superelevasi Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’ yang gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan. Dasar rumusan adalah : e = 67 x S^2/R dimana : e = “super elevation”, mm/m S = kecepatan kendaran, km/jam R = radius belokan, m Tabel 6.3.2. Super Elevation Rates (mm/m) Kecepatan Truk 15 25 35 40 50 60 (km/jam) Radius 15m 40 40 - - - - 30 40 40 40 - - - 50 40 40 40 50 - - 75 40 40 40 40 60 - 100 40 40 40 40 50 60 200 40 40 40 40 40 50 300 40 40 40 40 40 40 Besarnya “super elevation” untuk beberapa belokan atau tikungan dengan variasi kecepatan alat angkut dan besarnya radius belokan (R) dapat bermacammacam. 5. Cross Slope Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk mempelancar penirisan. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ketepi jalan angkut,tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan Laporan Perencanaan Tambang| 29 angkut akan membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan. Gambar 6.3.4. Penampang Melintang Jalan Angkut Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b) dan horizontal (a) dengan satuan mm/m`. Jalan angkut yang baiok memiliki cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40mm/m. 6.4. Rancangan Drainase Dan Sedimen Pond 6.5. Design Pit, Jalan, Disposal dan Stockpile Disposal Pit Jalan Stockpile Gambar 6.5.1. Desain Pit dan lain sebagainya Laporan Perencanaan Tambang| 30 A. Design Pit Gambar 6.5.2. Desain Pit Pit yaitu tambang terbuka atau penggalian dengan metoda tambang terbuka untuk mengambil bahan galian atau mineral berharga. Kedalaman pit berdasarkan data bor didapatkan yaitu 28 meter. Pit ini memiliki luasan ±30 Ha tersebut memiliki bench 65º, dengan tinggi jenjang adalah 5 meter, lebar jalan angkut/ramp 13,5 meter dan bermnya adalah 2,5 meter. Laporan Perencanaan Tambang| 31 B. Jalan Gambar 6.5.3. Desain Jalan Tambang Jalan tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan. Geometri jalan angkut yang dimiliki oleh PT. F1B214080 meliputi lebar jalan angkut lurus 7 meter, lebar jalan angkut belokan 13,5 meter, kemiringan jalan angkut pada tikungan berdasarkan kecepatan mobil adalah 10 % dan penentuan geometri jalan sebagainya. Laporan Perencanaan Tambang| 32 C. Disposal Gambar 6.5.4. Desain Disposal Disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang dijadikan tempat membuang material kadar rendah atau material bukan bijih. Material tersebut perlu digali dari pit demi memperoleh bijih berkadar tinggi. Disposal memiliki jarak 250 meter dari area penambangan. Laporan Perencanaan Tambang| 33 D. Stockpile Gambar 6.5.5. Desain Stockpile Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada saat yang akan datang. Stockpile juga digunakan untuk menyimpan bijih berkadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah penutup yang akan digunakan pada saat reklamasi. Jarak yang dimiliki stockpile dari area front tambang adalah 750 meter. Laporan Perencanaan Tambang| 34 BAB 7 LINGKUNGAN DAN K3 7.1. Rencana Reklamasi Perencanaan Reklamasi dan Pasca Tambang merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk mengantisipasi perlindungan lingkungan hidup, transparansi dan partisipasi masyarakat sekitar tambang, dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Hal ini berarti telah terjadi internalisasi upaya perlindungan lingkungan ke dalam kegiatan pertambangan dalam menyikapi isu-isu kesehatan, keselamatan, lingkungan, serta isu-isu sosial dan politis. Oleh karena itu, diperlukan upaya mengacu pada prinsip-prinsip lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi bahan galian, meliputi: 1. Kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara sesuai baku mutu lingkungan. 2. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, dam tailing, lahan bekas tambang serta struktur buatan (man-made structure) lainnya. 3. Keanekaragaman hayati. 4. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya; dan aspek sosial, budaya, dan ekonomi. Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang agar disusun berdasarkan AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui, dan sebagai bagian dari studi kelayakan. Agar dalam menyusun Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang harus mempertimbangkan prinsip-prinsip lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan yang terkait, kondisi spesifik daerah, dan pendapat pemangku kepentingan (stakeholders). Rencana Reklamasi disusun meliputi tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang, rencana pembukaan lahan, program reklamasi, dan rencana biaya reklamasi. Adapun tahapan reklamasi yang akan diterapkan oleh PT.F1B214080 dapat dilihat pada uraian berikut : 1. Konservasi Top Soil Laporan Perencanaan Tambang| 35 Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah yang perlu dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses penambangan dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus dilakukan pada awal penggalian. 2. Penataan Lahan Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain dengan cara: a. Menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing (overburden). Lubang kosong yang sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk penampung air; b. Membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air, c. Menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, diantaranya dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan teras, d. Menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien. Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada areal atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada lubang tanam. 3. Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif besar. Cara vegetative juga merupakan metode pencegahan erosi yang dapat diterapkan pada areal bekas tambang. Vetiver merupakan pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif menahan erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk sehingga bertindak sebagai tanaman pioner. 4. Penanaman Cover Crop Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha untuk memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi. Oleh karena itu keberhasilan penanaman penutup tanah sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan pasca Laporan Perencanaan Tambang| 36 penambangan. Karakteristik cover crop yang dibutuhkan, sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit.. 5. Penanaman Tanaman Pionir Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung, lebih baik jika digunakan lebih dari satu jenis tanaman pionir/multikultur (Ambodo, 2008). Beberapa jenis tanaman pionir adalah : sengon buto (Enterrolobium cylocarpum), Sengon (Paraserianthes falcataria), johar (Casia siamea), Cemara (Casuarina sp.), dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua tahun kerapatan tajuk yang dibentuk tanaman-tanaman tersebut mampu mencapai 50-60% sehingga kondusif untuk melakukan restorasi jenis-jenis lokal, yang umumnya bersifat semitoleran. Tanaman pioner ditanam dengan sistem pot pada lubang berukuran lebar x panjang x dalam sekitar 60 x 60 x 60 cm, yang diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik. 6. Penanggulangan Logam Berat Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang batas diperlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi kadar logam berat tersebut. Vegetasi penutup tanah yang digunakan untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan membangun kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi kadungan logam berat dengan menyerapnya ke dalam jaringan (Notohadiprawiro, 2006). Laporan Perencanaan Tambang| 37 7.2. Struktur Organisasi Manager Tambang Resky Kusuma Wardhani Sekretaris Faisyah Divisi perencanaan Sri Wulandari Divisi Pengolahan Novtrian Exelline Divisi Operasi Miqdad Husein Divisi Pengolahan Nuzul khaq Divisi Administrasi & Keuangan Cucu Cahya Staff Bagian Eksplorasi Bagian Penambangan Monaswati Ansar Staff Bagian lingkungan Ashar Staff Bagian K3 Ash-shiddiq Staff Staff Sub Bagian Pemuatan & Pengangkutan Yaskika Sub Bagian Pembongkaran Tawaqqal Staff Staff Staff Listrik Staff Mekanik Yusuf S. Aliftianto Staff Penambang Irmawati Gambar 7.2.1 Sruktur Organisasi PT. F1B214080 Organisasi adalah suatu mekanisme pembagian kerja dan kerjasama dari orang yang berhimpun untuk menjalankan kegiatan produksi. Pada umumnya pelaksanaan operasi penanmbangan dapat menggunakan 2 alternative pola kerja yang perlu di kaji, yaitu: 1) Seluruh kegiatan penambangan dikerjakan sendiri. 2) Seluruh kegiatan operasi penambangan oleh sub-kontraktor Pada kegiatan pola pertama konsekuensinya akan banyak tenaga kerja yang diserap. Organisasi penambangan di pimpin oleh seorang manajer tambang yang bertanggung jawab kepada direksi. Manajer tambang atau kepala teknik tambang merupakan pimpinan tertinggi di lokasi penambangan, yang membawahi 5 divisi organisasi yaitu: divisi perencanaan, divisi operasi tambang, divisi pengolahan, divisi perawatan dan lingkungan serta divisi administrasi dan keuangan. Setiap divisi akan didukung oleh beberapa staff untuk kelancaraan pekerjaan. Laporan Perencanaan Tambang| 38 Manager adalah merupakan orang yang memimpin pada bidang-bidang tertentu dan fungsi utamanya adalah manyusun rencana dalam pengelolaan faktorfaktor operasional yang manjadi tanggung jawabnya. Manajer membawahi beberapa orang Assisten Manajer (Super Intendent), yang diberi kewenangan pada setiap unitnya. Struktur organisasi alternatif pola kerja pertama dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Fungsi tiap bagian Secara garis besar adalah sebagi berikut : a. Divisi Perencanaan Divisi Perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab terhadap perencanaan tambang , laporan produksi harian/ mingguan/ bulanan, penentuan sasaran produksi dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab pada perencanaan tambang baik jangka pendek maupun jangka panjang. b. Divisi Operasi Tambang Divisi ini di bagi 2 bagian yaitu bagian ekplorasi yang bertugas melakukan ekplorasi yang dibantu oleh para staf dan bagian penambangan yang bertanggung jawab pada pembongkaran pengangkutan, dan pemuatan serta kualitas dari bahan galian itu sendiri. c. Divisi Pengolahan Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang mempunyai fungsi menganalisa bahan galian yang akan diolah. d. Divisi K3 dan Lingkungan Divisi ini bertanggung jawab terhadap: Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3) Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena operasi tambang, mengontrol, rekloamasi dan penghijauan daerah tambang. Perawatan kendaran ringan dan alat-alat berat. Sarana penerangan daerah tambang. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan Laporan Perencanaan Tambang| 39 e. Divisi Administrasi dan keuangan Divisi administrasi dan keuangan membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yangmendukung operasi tambang, anatara lain: 7.3. Keuangan dan Pembayaran gaji (payroll) Administrasi dan surat-menyurat Personalia dan umum. Security / satpam Hubungan kepada pemerintah dan masarakat setempat Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Standar Operasional Prosedur (SOP) & Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 7.3.1. Standar Operasional Prosedur (SOP) 1. Tujuan a. Untuk memberikan arahan, pedoman dan arahan pengoperasian Peralatan /unit bagi Personel PT. F1B214080,Kontraktor, Sub Kontraktor dan Tamu perusahaan. b. Mencegah kemungkinan terjadinya kerugian akibat kecelakaan, kegagalan, hilangnya waktu kerja, dan penyakit akibat kelalaian pengoperasian peralatan /unit lainya dan melaksanakan peraturan perundangan sehingga seluruh operasi kegiatan tambang dapat berjalan dengan lancar dan efisien 2. Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup pengoperasian peralatn/unit di darat untuk mendukung kegiatan operasional PT. F1B214080, yang meliputi kegiatan perencanaan,eksplorasi, proses penambangan, proses reklamasi, proses hauling dan proses support,serta termasuk pengoperasian peralatan/unit yang terkait dengan aktifitas rutin,aktifitas baru, keadaan darurat ( emergency ), kondisi saat pemeliharaan (maintenance/overhaul), perubahan metode operasi dan penambahan. 3. Tanggung Jawab Laporan Perencanaan Tambang| 40 a. Kepala Teknik Tambang PT. F1B214080, Memastikan prosedur ini terlaksana dan terpelihara sesuai dengan ruang lingkup. b. Site Manager PT. F1B214080, Memantau dan mengontrol implementasi dari prosedur ini sesuai dengan ruang lingkup. c. HSE PT. F1B214080, Melaksanakan inspeksi dan patrol terhadap ketaatan prosedur ini. d. Setiap Personil PT. F1B214080, Setiap personil yang mengoperasikan peralatan/unit ini wajib menaati prosedur ini. 4. Definisi a. Lalu lintas adalah gerak peralatan / unit dan orang di ruang lalu lintas jalan. b. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan peralatan/ unit atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar atau yang sedang di tes mengemudikan peralatan/unit c. Peralatan tambang adalah alat yang memiliki fungsi utama sebagai pengangkut orang atau alat support produksi berdasarkan ruang lingkup prosedur ini atau alat support lainnya yang diizinkan oleh KTT PT. F1B214080, namun tidak terbatas pada peralatan kecil roda empat ( Light vehicle,), bus dan peralatan pengangkut penumpang lainnya yang dipergunakan sebagai sarana transportasi. d. Unit di dalam prosedur ini adalah alat - alat yang dapat digunakan sebagai alat transportasi Akan tetapi tidak memiliki fungsi utama sebagai alat pengangkut orang termasuk didalamnya, namun tidak terbatas pada (Dump Truck, Water Truck, Fuel Truck, Service Truck, Lub Truck, Excavator, Dozer, Wheel Dozer, Wheel Loader, Motor Grader, Compactor, Low Buoy, dan Crane Truck). e. Peralatan yang menjadi asset perusahaan atau peralatan yang di sewa oleh PT. F1B214080 dan berada di bawah pengawasan PT. F1B214080. f. Peralatan Kontraktor /Subkontraktor adalah peralatan yang menjadi asset kontraktor./subkontraktor dan atau peralatan yang di sewa oleh kontraktor/ subkontraktor, dan berada dibawah pengawasan kontraktor/ sub kontraktor. Laporan Perencanaan Tambang| 41 g. Surat lzin Mengemudi Perusahaan( SIMPER) adalah Suatu surat tanda bukti yang sah yang dikeluarkan oleh PT. F1B214080 dalam hal di izinkannya seseorang dalam mengoperasikan peralatan/unit yang berlaku sesuai dengan surat izin mengemudi (SIM) yang dikeluarkan oleh kepolisian dan atau sesuai dengan jenis peralatan /unit yang dioperasikan. h. Lokasi Kerja adalah seluruh daerah operasional PT. F1B214080 sesuai ruang lingkup prosedur ini. i. Jalan Tambang atau Jalan Produksi adalah jalan yang terdapat di area pertambangan termasuk didalamnya dan tidak terbatas pada jalan hauling dan jalan di dalam pit yang digunakan dan dilalui oleh alat - alat pemindah tanah mekanis dalam kegiatan mengambil, mengangkut dan menimbun bahan galian tambang. j. Jalan Proyek adalah jalan yang disediakan untuk kegiatan transportasi barang maupun orang didalam area tambang sebagai sarana untuk mendukung kegiatan operasi diarea tambang. k. Area Tambang adalah area yang meliputi kegiatan teknis penambangan seperti lokasi penambangan, dan area Hauling Road. l. Lampu Hazard adalah lampu sein kanan dan kiri yang dihidupkan berarti tanda bahaya pada saat kondisi bahaya. m. Safety Cone/ Safety Triangle adalah alat yang berbentuk kerucut atau segitiga yang memiliki warna reflektif yang dipasang dibelakang peralatan /unit saat mengalami masalah teknis dijalan. n. Buggy Whip adalah bendera berbentuk segitiga dengan bagian tepi berbahan reflektif dan memiliki ketianggaian tiang 3 meter dari permukaan tanah, yang dipasang di setiap peralatan jenis LV yang akan memasuki daerah operasi yang mewajibkan buggy whip dipasang 5. Rincian a. Kelayakan Peralatan /Unit Peralatan/unit yang diizinkan digunakan didaerah operasional PT. F1B214080 adalah peralatan /unit yang memenuhi Standar Kelayakan peralatan/unit dan StandarPenomoran Peralatan/ unit Laporan Perencanaan Tambang| 42 Untuk peralatan/unit yang tidak sesuai Standar Kelayakan Peralatan/unit atau StandarPenomoran Peralatan/unit harus dilakukan pengawalan. Pemeriksaan Peralatan /UnitPeralatan/unit yang akan digunakan di daerah operasi PT. F1B214080 harus dilakukanpemeriksaan kelayakan peralatan/unit rnenggunakanForm Pemeriksaan KelayakanPeralatan/Unit. b. Pengangkutan Orang Pengangkutan orang harus menggunakan peralatan yang dirancang untuk mengangkut Orang atau barang dari tempat kerja yang ditandai dengan tersediannya: Tempat duduk yang layak digunakan, dengan jok dilapisi busa, Sabuk pengaman yang berfungsi dengan baik Pelindung berupa atap atau canopy yang berada dalam kondisi baik dan kokoh Pintu masuk dan keluar yang mudah di akses saat terjadi keadaan darurat. Pengangkutan Barang adalah Peralatan yang dipergunakan untuk membawa barang,harus memperhatikan hal – hal Sebaga berikut: a) Tidak diperkenankan membawa barang sehingga menyebabkan pintu samping Peralatan tidak dapat ditutup dengan sempurna. b) Barang yang diletakkan di bak belakang sedapat mungkin diikat kuat agar tidak bergeser,tidak terlempar, tidak berguling, sehingga tidak merusak barang tersebut atau menimbulkan potensi bahaya baru. Barang yang dibawa dibagian bak belakang peralatan yang panjangnya melebihi isi bak belakang harus diberi pita berwarna putih merah/ kuning hitam pada ujung barang yang lebih atau Menonjol keluar. Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengangkutan barang yang panjangnya lebih dari 1 ( satu ) meter dari sisi bak belakang peralatan yang membawanya harus dilakukan pengawalan Menaikkan/Menurunkan Orang/Barang adalah Kegiatan menaikkan/ menurunkan orang/barang harus dilakukan dilokasi yang tidak dilarang untuk berhenti sesuai petunjuk rambu dan tidak menggangu arus lalu lintas kecuali dalam keadaan darurat c. Penggunaan SIMPER Laporan Perencanaan Tambang| 43 Pengemudi yang mengemudikan peralatan/unit milik PT. F1B214080 baik didalam lokasi kerja maupun diluar lokasi kerja PT. F1B214080 wajib dilengkapi dengan SIMPER sesuai dengan Prosedur SIMPER Driver PT. F1B214080 Wajib dilengkapi dengan SIMPER( Suratl zin Mengemudi Perusahaan) d. P2H ( Prosedur Pemeriksaan Harian ) Pengemudi wajib m elakukan Prosedur Pemeriksaan Harian( P2H ) terhadap peralatan/unit sebelum dioperasikan. Prosedur Pemeriksaan Harian( P2H ) dicatat dalam Form Inspeksi P2H mengemudikan peralatan/unit Prosedur Pemeriksaan Harian ( P2H ) unit dicatat dalam Form Inspeksi yang ada dimasing – masing unit dan dicatat masing masih driver e. Alat Pelindung Diri ( APD ) Pengemudi dan atau penumpang peralatan/unit wajib menggunakan helm pengaman,Rompi pantul/seragam kerja yang dilengkapi dengan reflective yang sudah disetujui oleh PT. F1B214080 dan sepatu pengaman selama diluar peralatan/unit di area kerja PT. F1B214080 Operator yang mengoperasikan unit tanpa cabin yang tertutup ( kedap debu ) wajib Menggunakan kacamata pengaman dan masker. Penggunaan Bendera ( Buggy whip ) Peralatan yang dioperasikan di daerah operasi PT. F1B214080 wajib dilengkapi dengan buggy whip ( bendera ) sesuai Standar Buggy Whip. f. Penyalaan Lampu Selama memasuk diaerah operasi PT. F1B214080 semua peralatan/unit wajib Menyalakan lampu besar peralatan/ unit, lampu Flash Lamp, pada saat siang hari dan malam hari Warnal ampu Flash Lamp yang wajib dipasang pada semua peralatan/unit berwarna Kuning orange kecuali unit ambulance dan unit Fire harus berwarna merah. g. Disiplin Berkendara/ Mengoperasikan Unit Laporan Perencanaan Tambang| 44 Pengemudi wajib memperhatikan kesehatan tubuhnya dan tidak diperkenankan untuk Mengoperasikan peralatan /unit dalam keadaan lelah, mengantuk dan dalam keadaan mabuk Pengemudi dilarang bercanda yang dapat merusak konsentrasinya sehingga dapat Menyebabkan kecelakaan terhadap dirinya maupun orang lain. Pengemudi dilarang mengemudikan peralatan/ unit secara ugal ugalan atau diluar Control yang berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pengemudi wajib taat terhadap semua petunjuk rambu lalu lintas yang terpasang Disemua jalan tambang,pit dan Jalan Lintas Perusahaan lain. Kecepatan peralatan/unit dijalan hauling tidak boleh lebih dari 40 km/Jam, kecuali dinyatakan lain oleh rambu lalu lintas atau dalam kondisi darurat dan kondisi jalan aman.Kecepatan kedaraan /unit di daerah pit tidak boleh lebih dari 30 km/Jam,kecuali dinyatakan lain oleh rambu lalu lintas. Pengemudi peralatan /unit di jalan tambang harus tetap menjaga jarak aman peralatan/unitnya tidak kurang dari 50 meter terhadap peralatan/unit didepannya. Pengemudi peralatan/ unit di area pit harus tetap menjaga jarak aman peralatan/unitnya tidak kurang dari 30 meter terhadap peralatan /unit didepannya Pengemudi maupun penumpang wajib menggunakan sabuk pengaman selama berkendara/ mengoperasikan unit dan atau berada didalam peralatan/ unit h. Gerakkan Memutar Arah Peralatan /Unit,Peralatan/ unit pada saat akan memutar arah, harusmemperhatikan hal - hal sebagai berikut: Laporan Perencanaan Tambang| 45 Manuver pada tempat- tempat yang telah ditentukan, sesuai dengan rambu yang telah disediakan Pengemudi harus menepikan peralatan/unit disebelah kirijalan yang aman Pengemudi memastikan bahwa 100 meter didepan dan dibelakang peralatan /unitnya Tidak ada peralatan/u nit lain y ang sedang berjalan. i. Mendahului peralatan/Unit, Mendahului peralatan/ unit lain harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut: Dilarang mendahului peralatan /unit dalam jarak kurang atau sama dengan 50 meter dari persimpangan jalan, tikungan jalan, tanjakan dan jembatan,serta saat jarak pandang terbatas, dan atau diatur lain oleh rambu. Sebelum mendahului peralatan/unit lain, pengemudi wajib membunyikan klakson Sebagai isyarat dan menyalakan lampu sein sebelah kanan. Pengemudi peralatan /unit dilarang mendahului peralatan /unit yang sedang Berjalan didepannya sebelum mendapat izin dari pengemudi peralatan/ unit yangakan didahului Pengernudi wajib member ruang gerak di bagian sebelah kanan peralatan/unitnya Apabila telah memberi izin pada peralatan/unit dibelakangnya untuk mendahului. Pengemudi peralatan/unit wajib memprioritaskan unit ambulance, unit fire dan unit team emergency response yang akan melakukan pertolongan. Dilarang mendahului peralatan/unit lain bagi unit motor grader, water truck, fuel truck. Pengemudi yang menyusuri jalan menurun,harus mendahulukan peralatan/ unit yang sedang menanjak jika kedua peralatan /unit tersebut tidak memungkinkan saling berpapasan dan atau diatur lain oleh rambu. j. Parkir Kendaraan/unit dinyatakan parkir ketika peralatan/unit berhenti atau tidak bergerak Untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Laporan Perencanaan Tambang| 46 Parkir harus ditempat yang ditentukan untuk parkir atau ditempat yang rata (datar),aman, sejajar dengan kontur dan diusahakan parker mundur. Jika parker harus dilakukan dilokasi yang menanjak /menurun, aktifkan penuh rem tangan( full hand brake) dan aktifkan gigi (persnelling) maju dilokasi yang menanjak dan gigi (persnelling) mundur dilokasi yang menurun serta mengganjal rodaperalatan/u nit dengan ganjal roda Posisi parkir harus lebih dari 20 meter dari dinding tambang dengan slope lebih besar 45 derajat. Attachment (bucker, ripper, blade ) untuk alat - alat berat dalam kondisi turun menyentuh tanah saat parker. Unit harus diparkir pada dilokasi parker yang ditentukan untuk parkir sesuai jenis unit Tersebut dan dilarang parkir depan belakang( memanjang) melainkan harus parker Menyamping dengan jarak antar unit minimal 3 meter. Peralatan dapat parker depan belakang( memanjang) maupun menyamping dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak parkir depan elakang( memanjang) antar peralatan minimal 5 meter denganArah peralatan seragam. Jarak parkir menyamping antar peralatan minimal 1.5 meter dengan searah peralatan Semua peralatan/unit dilarang parkir( kecuali rusak) , pada tempat sebagai berikut: Pada rambu atau tanda dilarang parker Menutupi rambu- rambu lalulintas yang ada Pengemudi dilarang memarkir peralatan/unit yang menghalangi peralatan/ unit lain, menghalangi alat - alat tangggap darurat( misalnya: Fire extinguisher ,fi re hydrant, ambulance, fire truck) ditikungan dan dalam radius 100 meter daritikungan k. Menghentikan Peralatan /Unit Pengemudi dilarang menghentikan peralatan /unit di daerah terlarang atau berbahaya (ditikungan, daerah turunan, daerah tanjakan, jembatan, daerah Laporan Perencanaan Tambang| 47 longsoran, maupun pada tempat - tempat yang dilarang berhenti sesuai petunjuk rambu) kecuali keadaan darurat. Menghentikan peralatan/ unit di tempat - tempat yang diwajibkan berhenti harus memberikan jarak terhadap peralatan/unit didepannya tidak kurang dari 5 meter Pengemudi wajib menghentikan peralatan/unit yang dioperasikannya apabila jarak pandang kurang dari 50 meter. l. Kerusakan Peralatan / Unit DiJalan Apabila peralatan/ unit berhenti di jalan akibat gangguan/ kerusakan,sampaiperalatan/unit tersebut selesai di perbaiki atau dapat dipindahkan keluar dari area jalan maka harusmelakukan hal- hal sebagai berikut: Menyalakan lampu hazard Memasang segitiga pengaman ( safety triangle ) atau traffic cone didepan dan belakangperalatan/unit pada jarak 30 meter dan mengganjal roda peralatan/unit dengan ganjalroda. m. Larangan Memberi Tumpangan Dalam mengoperasikan unit, operator dilarang memberi tumpangan kepada siapapun kecuali apabila sedang dalam masa training sehingga didampingi oleh trainerya dan mekaniksedang melakukan pemeriksaan terhadap unit. n. Berhenti Pada Rambu STOP Peralatan/unit wajib berhenti sempurna di rambu STOP untuk memastikan situasi aman.sebelum melanjutkan perjalanan kembali. o. Mobilisasi Unit Semua kegiatan mobilisasi unit harus dilakukan pengawalan dengan tetap memperhatikanfactor keselamalan kerja dan dan dilakukan pemeriksaan terhadap unit yang akan dilakukanmobilisasi. Jika pihak kontraktor subkontraktor akan melakukan moblisasi unit baik kewilayah PT. F1B214080 atau jalan lintas perusahaan lain wajib Menyampaikan pemberitahuan kepada PT. F1B214080 p. Mematuhi Rambu - Rambu Lalu Lintas Laporan Perencanaan Tambang| 48 Setiap pengoperasian peralatan/unit, pengemudi diwajibkan memperhatikan dan mematuhirambu - rambu lalu lintas yang ada. q. Penggunaan Klakson Klakson dibunyikan dengan cara dan pada kondisi sebagai berikut: Bunyikan klakson 1 kali pada saat akan menghidupkan mesin peralatan/unit r. Bunyikan klakson 2 kali pada saat peralatan/unit akan bergerak maju Bunyikan klakson 3 kali pada saat peralatan/unit akan bergerak mundur Berkendara Pada Persimpangan Jalan Negara Pengemudi wajib mengutamakan peralatan umum disetiap persimpangan jalan Negara. s. Prioritas Jalan Bagi Keadaan Darurat Pengemudi peralatan/unit wajib memberikan prioritas jalan kepada: t. Peralatan pemadam kebakaran yang sedang bertugas Ambulance yang akan mengangkut atau menjemput orang sakit Peralatan pertolongan pertama( rescue) Peralatan jenazah Mengoperasikan Peralatan /Unit Dijalan Hauling Coal Peralatan/Unit dilarang parker disepanjang jalan Hauling kecuali rusak. Setiap peralatan/unit yang rusak driver segera melaporkan ke pengawas Peralatan /Unit yang rusak diparkir ,ditempat yang datar, posisi mudah terlihat,dipasang ganjal ban, nyalakan lampu hazard, dan pasang traffic cone /safety triangte Unit melakukan overshift di lokasi rest area atau tempat - tempat yang sudahdisediakan dan disetujui oleh PT.Prolindo Cipta Nusantra. Peralatan /unit hanya boleh parkir dilokasi rest area yang sudah disediakan disepanjang jalan hauling coal Mengoperasikan Peralatan/ Unit Dalam Kondisi NormalPeralatan wajib memprioritaskan unit Truck produksi muatan & kosongan u. Meninggalkan Peralatan / Unit Laporan Perencanaan Tambang| 49 Pengemudi sebelum meninggalkan peralatannya, harus meyakinkan bahwa peralatan/unitnya sudah dimatikan dan terkunci serta aman sehingga tidak dapat bergerak tanpadisengaja. Ketentuan Lain Terhadap Pengoperasian Peralatan / UnitPengawas Operasional wajib menghentikan kegiatan operasi peralatan / unit di areatambang jika terdapat kondisi - kondisi lain yang tidak diatur didalm prosedur ini tetapiberpotensi menimbulkan bahaya. 7.3.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) K3 adalah Keselamatan & Kesehatan Kerja, di lingkungan pertambangan umum. Keselamatan & Kesehatan Kerja, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan upaya untuk memperoleh keselamatan dan kesehatan setiap orang yang bekerja di lingkungan tambang. Kecelakaan Tambang, adalah semua kecelakaan kerja yang terjadi pada saat jam kerja di wilayah tambang. Lingkungan Tambang Aktif, adalah Lingkungan di sekitar lokasi penambangan yang masih aktif menggunakan metode open pit, open cut atau open mine (khususnya untuk batubara) dan terdapat pekerjaan-pekerjaan land clearing, top soil stripping, gali muat angkut OB, gali muat angkut batubara, pemboran dan peledakan, water pumping, OB dumping & back filling, land regrading, recontouring, top soil spreading dan landscaping pada lokasi front kerja tambang (single atau multi bench), disposal aktif, jalan-jalan tambang (sementara maupun permanen), sedimen pond (sementara maupun permanen), drainase tambang dan sarana lain yang berada didalamnya dan berhubungan dengan kegiatan tambang itu sendiri. Kepmen Pertambangan & Energi No. 555.K/26/M.Pe/1995, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Pertambangan Umum. Tujuannya yaitu : Mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan sebab akibat dari adanya tindakan dan kondisi yang tidak aman, nyaman, sehat dan menyenangkan dari setiap pekerja tambang. Mencegah dan menangani terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan tambang. Laporan Perencanaan Tambang| 50 Mencapai tingkat ‘zerro accident’. Sebagai acuan dalam melakukan investigasi terjadinya insiden. Memberikan sanksi bagi setiap pelanggaran yang berakibat pada kerugian material dan non material pada perusahaan, lingkungan sekitar dan pekerja/orang lain. A. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan pada Pertambangan Gambar 7.3.1 Contoh APD (Alat Pelindung Diri) Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah : 1. Safety Helmet Safety Helmet adalah Helmet yang di desain untuk melindungi kepala sang pemakai dari benturan. Dan ini dibutuhkan bagi tiap pekerja untuk mencegah benturan benda ataupun kecelakaan yang mengenai kepala. 2. Sepatu Karet (sepatu boot) Laporan Perencanaan Tambang| 51 Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. 3. Sepatu pelindung (safety shoes) Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. 4. Sarung Tangan Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan. 5. Tali Pengaman (Safety Harness) Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter. 6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff) Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. 7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses) Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas). 8. Masker (Respirator) Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 9. Pelindung wajah (Face Shield) Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda) 10. Jas Hujan (Rain Coat) Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat). Laporan Perencanaan Tambang| 52 BAB 8 IVESTASI DAN KELAYAKAN EKONOMI 8.1. Biaya Produksi Dan Penambangan 8.1.1. Biaya Penggunaan Alat A. Biaya Penggunaan Cobelco Sk330 Lc Hydraulic Excavator Biaya alat yang digunakan selama proses pengambilan bijih seperti biaya penggunaan excavator, biaya solar dan gaji operator baik dengan disewa ataupun dibeli, dapat dilihat sebagai berikut : 1. Biaya penggunaan excavator Estimasi biaya penggunaan 1 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator dengan perbandingan harga dibeli atau di sewa yaitu : - Jika Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator dibeli harganya yaitu Rp. 645.977.600/unit - Jika disewa harganya per unitnya adalah Rp. 140.000/jam Jumlah jam kerja selama kegiatan penambangan yaitu 79 hari (632 jam kerja), sehingga : a. Biaya pada bulan ke 1 dan 2 dengan 480 jam kerja Harga sewa = biaya sewa/jam x jumlah jam kerja = Rp. 140.000 x 480 = Rp. 67.200.000 Untuk penggunaan 3 excavator biaya yang digunakan adalah sebesar Rp. 201.600.000. b. Biaya pada bulan ke 3 dengan 152 jam kerja Harga sewa = biaya sewa/jam x jumlah jam kerja = Rp. 140.000 x 152 = Rp. 21.280.000 Untuk penggunaan 2 excavator biaya yang digunakan adalah sebesar Rp. 42.560.000. Jadi, total biaya sewa penggunaan excavator ini selama kegiatan penambangan selama 632 jam tersebut adalah Laporan Perencanaan Tambang| 53 Total harga sewa = harga sewa bulan ke 1 dan 2 + harga sewa bulan ke 3 = Rp. 201.600.000 + Rp. 42.560.000 = Rp. 244.160.000 2. Biaya penggunaan solar untuk Excavator Estimasi biaya penggunaan solar untuk 1 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator dengan waktu 79 hari kerja (1 hari = 8 jam kerja) dengan penggunaan solar 20 liter/jam (1 liter solar = Rp. 6.450), sehingga : a. Biaya penggunaan solar bulan ke 1 dan 2 (60 hari kerja) Biaya penggunaan solar = ((60 x 8 jam) x 20 liter/jam) x Rp 6.450/liter = (480 jam x 20 liter/jam) x Rp. 6.450/liter = 9.600 liter x Rp. 6.450/liter = Rp. 61.920.000 Karena dalam kegiatan penambangan ini digunakan 3 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator maka biaya penggunaan solarnya adalah Rp. 185.760.000. b. Biaya penggunaan solar bulan ke 3 (19 hari kerja) Biaya penggunaan solar = ((19 x 8 jam) x 20 liter/jam) x Rp 6.450/liter = (152 jam x 20 liter/jam) x Rp. 6.450/liter = 3.040 liter x Rp. 6.450/liter = Rp. 19.608.000 Karena dalam kegiatan penambangan ini digunakan 2 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator maka biaya penggunaan solarnya adalah Rp. 39.216.000. Jadi, total biaya penggunaan solar selama 632 jam kegiatan penambangan ini adalah : Total biaya solar = biaya solar bulan ke 1 dan 2 + biaya solar bulan ke 3 = Rp. 185.760.000+ Rp. 39.216.000 = Rp. 224.976.000 3. Gaji operator Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator Laporan Perencanaan Tambang| 54 Estimasi gaji operator perhari adalah Rp. 170.000. jadi, untuk gaji operator perjam adalah Gaji perjam = gaji perhari / jumlah jam kerja = Rp. 170.000/8 = Rp. 21.250. a. Gaji operator bulan ke 1 dan 2 (480 jam kerja) Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja = Rp. 21.250/ jam x 480 jam = Rp. 10.200.000 Karena excavator yang digunakan adalah 3 maka gaji operatornya adalah Rp. 30.600.000. b. Gaji operator bulan ke 3 (152 jam kerja) Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja = Rp. 21.250/ jam x 152 jam = Rp. 3.230.000 Karena excavator yang digunakan adalah 2 maka gaji operatornya adalah Rp. 6.460.000. Jadi, total gaji operator excavator selama 632 jam kerja pada kegiatan penambangan ini adalah : Total gaji operator = gaji operator bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3 = Rp. 30.600.000 + Rp. 6.460.000 = Rp. 37.060.000 Sehingga total biaya yang digunakan untuk mengoperasikan 2 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator adalah : Total biaya excavator = biaya sewa excavator + biaya solar + gaji operator = Rp. 244.160.000 + Rp. 224.976.000 + Rp. 37.060.000 = Rp. 506.196.000 Laporan Perencanaan Tambang| 55 B. Biaya Penggunaan Dumptruck HINO Dutro 130 HD Biaya alat yang digunakan selama proses pengangkutan bijih seperti biaya penggunaan, biaya solar dan gaji operator dumptruck baik dengan disewa ataupun dibeli, dapat dilihat sebagai berikut : 1. Biaya penggunaan dumptruck Estimasi biaya penggunaan 1 unit Dumptruck HINO Dutro 130 HD dengan perbandingan harga dibeli atau di sewa yaitu : - Jika Dumptruck HINO Dutro 130 HD dibeli harganya yaitu Rp. 235.000.000/unit - Jika disewa harganya per unitnya adalah Rp. 22.000.000/ unit perbulan (92.000/jam). Jumlah jam kerja selama kegiatan penambangan yaitu 79 hari (632 jam kerja), sehingga : a. Biaya pada bulan ke 1 dan 2 dengan 480 jam kerja Harga sewa = biaya sewa/bulan x jumlah jam kerja = Rp. 92.000 x 480 = Rp. 44.160.000 Untuk penggunaan 12 dumptruck biaya yang digunakan adalah sebesar Rp. 529.920.000. b. Biaya pada bulan ke 3 dengan 152 jam kerja Harga sewa = biaya sewa/jam x jumlah jam kerja = Rp. 92.000 x 152 = Rp. 13.984.000 Untuk penggunaan 8 dumptruck biaya yang digunakan adalah sebesar Rp. 111.872.000. Jadi, total biaya sewa penggunaan dumptruck ini selama kegiatan penambangan selama 632 jam tersebut adalah Total harga sewa = harga sewa bulan ke 1 dan 2 + harga sewa bulan ke 3 = Rp. 529.920.000+ Rp. 111.872.000 = Rp. 641.792.000 Laporan Perencanaan Tambang| 56 2. Biaya penggunaan solar untuk Dumptruck Estimasi biaya penggunaan solar untuk 1 unit DT Hino Dutro 130 HD dengan waktu 79 hari kerja (1 hari = 8 jam kerja) dengan perbandingan penggunaan solar yaitu 1 : 3,8 atau 1 liter solar dapat digunakan untuk menempuh jarak 3,8 km. Untuk mengetahui berapa kali dumptruck melakukan dumping di stock pile maupun di disposal dalam 1 jamnya dilakukan perhitungan sebagai berikut : - Dari front ke disposal Jumlah dumping = 60 menit/ CT dumptruck ke disposal = 60 menit/ 5,15 menit = 11,65 = 12 kali Jadi, jarak yang ditempuh dumptruck selama 1 jam dari front ke disposal adalah : Jarak = jumlah dumping x jarak front ke disposal = 12 x 250 meter = 3.000 meter/jam Karena dalam 1 hari jumlah jam kerja adalah 8 jam, sehingga : Jarak kerja/hari = 3000 meter/jam x 8 jam kerja/hari = 24.000 m/hari = 24 km/hari Selama kegiatan pengupasan OB 60 hari maka jarak kerja yaitu : Jarak = 24 km/hari x 60 hari = 1440 km Banyak liter solar = 1440 km/3,8 km = 378,95 liter Biaya solar = solar digunakan x harga solar = 378,95 liter x Rp. 6.450/liter = Rp. 2.444.227,5 Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 12 unit dumptruck selama 60 hari ini adalah Rp. 29.330.730. Laporan Perencanaan Tambang| 57 - Dari front ke stockpile Jumlah dumping = 60 menit/ CT dumptruck ke stockpile = 60 menit/ 7,65 menit = 7,8 = 8 kali Jadi, jarak yang ditempuh dumptruck selama 1 jam dari front ke stockpile adalah : Jarak = jumlah dumping x jarak front ke stockpile = 8 x 750 meter = 6.000 meter/jam Karena dalam 1 hari jumlah jam kerja adalah 8 jam, sehingga : Jarak kerja/hari = 6.000 meter/jam x 8 jam kerja/hari = 48.000 m/hari = 48 km/hari Selama kegiatan penambangan 60 hari maka jarak kerja yaitu : Jarak = 48 km/hari x 60 hari = 2.880 km Banyak liter solar = 2880 km/3,8 km = 757,89 liter Biaya solar = solar digunakan x harga solar = 757,89 liter x Rp. 6.450/liter = Rp. 4.888.390 Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 12 unit dumptruck selama 60 hari ini adalah Rp. 58.660.680. Selama kegiatan penambangan 19 hari maka jarak kerja yaitu : Jarak = 48 km/hari x 19 hari = 912 km Banyak liter solar = 912 km/3,8 km = 240 liter Biaya solar = solar digunakan x harga solar = 240 liter x Rp. 6.450/liter = Rp. 1.548.000 Laporan Perencanaan Tambang| 58 Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 8 unit dumptruck selama 19 hari ini adalah Rp.12.384.000. Jadi, total biaya solar yang digunakan selama kegiatan penambangan 79 hari ini adalah : Total biaya solar = biaya solar bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3 = Rp. 58.660.680 + Rp. 12.384.000 = Rp. 71.044.680 3. Gaji operator DT Hino 130 Hd Estimasi gaji operator perhari adalah Rp. 190.000. jadi, untuk gaji operator perjam adalah Gaji perjam = gaji perhari / jumlah jam kerja = Rp. 190.000/8 = Rp. 23.750. a. Gaji operator bulan ke 1 dan 2 (480 jam kerja) Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja = Rp. 23.750/ jam x 480 jam = Rp. 11.400.000 Karena dumptruck yang digunakan adalah 12 maka gaji operatornya adalah Rp. 136.800.000. b. Gaji operator bulan ke 3 (152 jam kerja) Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja = Rp. 23.750/ jam x 152 jam = Rp. 3.610.000 Karena dumptruck yang digunakan adalah 8 maka gaji operatornya adalah Rp. 28.880.000. Jadi, total gaji operator excavator selama 632 jam kerja pada kegiatan penambangan ini adalah : Total gaji operator = gaji operator bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3 = Rp. 136.800.000 + Rp. 28.880.000 = Rp. 165.680.000 Laporan Perencanaan Tambang| 59 Sehingga total biaya yang digunakan untuk mengoperasikan Dumptruck Hino Dutro 130 Hd adalah : Total biaya Dumptruck = biaya sewa dumptruck + biaya solar + gaji operator = Rp. 641.792.000 + Rp. 71.044.680 + Rp. 165.680.000 = Rp. 878.516.680 Tabel 8.1.1 Biaya Total Sewa Alat Jenis Alat Jumlah Alat Harga Sewa Biaya Sewa (jam) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Harga Jual (Rp/unit) Total Harga Penyewaan Alat Cobelco SK330 LC Hydraulic Rp. 645.977.600 Rp. 140.000 Excavator 3 unit 2 unit Rp. 201.600.000 Rp. 42.560.000 Rp. 244.160.000 Dumptruck Hino Rp. 235.000.000 92.000/jam Dutro 130 Hd 12 unit 8 unit Rp. 529.920.000 Rp. 111.872.000 Rp. 641.792.000 Tabel 8.1.2 Biaya Penggunaan Solar Alat Jenis Alat Jalur Jumlah Alat Harga Solar Harga Solar (Liter) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator Dumptruck Hino Front-disposal Dutro 130 Hd Front-Stockpile 3 unit 2 unit 12 unit 8 unit Rp. 6.450 Total Harga Pemakaian Solar Rp. 185.760.000 Rp. 39.216.000 Rp. 224.976.000 Rp. 29.330.730 Rp. 29.330.730 Rp. 58.660.680 Rp.12.384.000 Rp. 71.044.680 Tabel 8.1.3 Biaya Gaji Operator Jenis Alat Jumlah Alat Gaji Operator Gaji operator Total Gaji Operator (jam) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Cobelco SK330 LC Hydraulic Rp. 21.250 Excavator 3 unit 2 unit Rp. 30.600.000 Rp. 6.460.000 Rp. 37.060.000 Dumptruck Hino Rp. 23.750. Dutro 130 Hd 12 unit 8 unit Rp. 136.800.000 Rp. 28.880.000 Rp. 165.680.000 Laporan Perencanaan Tambang| 60 8.2. Biaya Rencana Reklamasi Luas lahan yang nantinya akan direklamasi adalah ± 22 ha, dimana bukaan lahan akan ditutup dengan overburden yang ada di disposal. Alat berat yang digunakan dalam proses reklamasi ini yaitu Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator , dumptruck Hino Dutro 130 HD dan bulldozer cartepillar D6T. Pada area reklamasi akan dilapisi tanah pucuk setebal 0,8 m yang diangkut dari tempat penyimpanan tanahpucuk, sehingga jenjang pada area bekas tambang tersebut tertimbun danjenjang tidak nampak lagi. Pada setiap kaki jenjang akan dibuat saluran air sebagai pengendali air yang masuk ke area reklamasi dengan panjang sesuai panjang lahan yang akan direklamasi, lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Untuk menjaga stabilitas lereng area tersebut akan dilakukan penanaman Cover Crop dan kemudian ditanamami dengan tanaman pokok. PT. F1B214080 akan menanam bibit pohon dengan jarak 7 meter x 7 meter. Jadi jumlah bibit yang disediakan : = 220.000 m2/49 m2 = 4.489,7 = 4.490 bibit pohon Diketahui harga bibit adalah Rp 2.000 per bibit, maka jumlah biaya yang yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli bibit adalah = 4.490 bibit x Rp. 2.000 = Rp. 8.980.000 Untuk estimasi biaya reklamasi dapat dilihat pada table berikut : Tabel 8.2.1. Biaya Estimasi Reklamasi No Kegiatan Biaya (Rp) 1 Pengaturan Permukaan Lahan 46.000.000,00 2 Penebaran Tanah Pucuk 78.320.000,00 3 Pengendalian Erosi dan pengolahan air 1.345.000,00 4 Analisis kualitas tanah 1.200.000,00 5 Pemupukan 2.110.000,00 6 Pengadaan bibit 8.890.000,00 7 Penanaman 4.800.000,00 Laporan Perencanaan Tambang| 61 8 Pemeliharaan tanaman 4.000.000,00 9 Pencegahan dan penanggulangan AAT 3.000.000,00 Total 8.3. 149.665.000 Biaya Pembangunan Sarana dan Prasarana PT. F1B214080 menyewa jasa kontraktor dalam pembangunan fasilitas- fasilitas pendukung kegiatan pertambangan. Dimana target waktu pembangunannya adalah 3 bulan. Berikut adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun fasilitas–fasilitas tersebut : Tabel 8.3.1. Rencana Pembangunan Sarana Dan Prasarana No Jenis Fasilitas Biaya Pembangunan 1 Kantor Rp. 450.000.000 2 Workshop Rp. 300.000.000 3 Mushala Rp 100.000.000 4 Mess Karyawan Rp. 200.000.000 5 Pos satpam Rp 3.000.000 6 Kantin Rp 10.000.000 7 Pemasok air bersih Rp 5.000.000 8 Fasilitas penyimpanan bahan bakar Rp 5.000.000 Total 8.4. Rp. 1.070.000.000 Analisis Kelayakan Berdasarkan hasil perhitungan biaya penambangan selama kurun waktu 4 bulan dengan mempertimbangkan banyak hal, berikut adalah daftar pengeluaran biaya yang diperkirakan oleh PT. F1B214080: Tabel 8.4.1. Total Biaya Kegiatan Pertambangan No. Jenis Kegiatan Biaya 1 Perizinan Rp 1.000.000.000 2 Pengoperasian alat berat Rp. 1.414.043.410 Laporan Perencanaan Tambang| 62 3 Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pendukung 4 Kegiatan reklamasi Rp. 149.665.000 5 Lain-lain Rp. 500.000.000 Total Rp. 1.070.000.000 Rp. 4.133.708.410 Jadi, estimasi biaya total operasi kegiatan mulai dari perizinan sampai pada reklamasi adalah Rp. 4.133.708.410 Untuk pemasukan yang akan didapat : Harga Nikel = $11.415/ton ($ 1 = 13.000) = Rp. 148.395.000/ton Tonase Penambangan = 470.140 ton Kadar 1,6 % Ni = 470.140 x 1,6 % = 7.522,24 ton Total Pemasukan = 7.522,24 ton x Rp.148.395.000 = Rp. 1.116.262.800.000 Laporan Perencanaan Tambang| 63