Uploaded by priyatitambang869

tugas besar kiki

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sumber daya mineral yang ada di alam merupakan sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui kembali (non-renewable), dengan kata lain industri pertambangan
selalu berhadapan dengan keterbatasan, baik lokasi, jenis , jumlah maupun mutu
materialnya. Hal diatas mendorong baik peneliti maupun kalangan industri mencoba
membuat seefektif mungkin didalam merencanakan tambang. Kemudian lahir konsep
optimasi pit, yaitu sama seperti konsep optimasi (maksimasi dan minimasi). Lebih
jauh maksimasi mengarah kepada bagaimana mencari revenue semaksimal mungkin
dan mencari cost seminimal mungkin agar didapat selisih revenue dan cost yang
besar.
Perencanaan tambang dapat dijelaskan dengan membuat suatu rancangan
tambang untuk mencapai ultimate pit limit dalam jangka waktu tertentu secara aman
dan menguntungkan. Dimana didalamnya berisikan juga perancangan batas akhir
penambangan, tahapan (pushback), urutan penambangan, penjadwalan produksi, dll.
(hal yang berkaitan dengan geometri). Sementara aspek perencanaan tambang
lainnya meliputi perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja perkiraan biaya modal
dan ongkos operasi.
Perencanaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rencana produksi
tambang untuk sebuah cebakan bijih, yang akan menghasilkan aliran kas yang akan
memaksimalkan kriteria ekonomik ( net present value atau rate of return), dan
menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya
serendah mungkin. Sehingga, dari perencanaan tambang ini dapat diketahui kajian
geoteknik, kajian hidrologi, peralatan dan penanganan material, lingkungan dan K3
serta investasi dan kelayakan ekonomi dalam hal produksi maupun reklamasi.
Laporan Perencanaan Tambang| 1
1.2.
Identitas Perusahaan
Nama perusahaan
: PT. F1B214080
Alamat
: BTN Kendari Permai Blok L1 No. 8
Kegiatan
: Usaha Pertambangan Nikel
PT.
F1B214080
merupakan
perusahaan
yang
bergerak
di
bidang
pertambangan khususnya pertambangan nikel. Perusahaan ini beroperasi di daerah
Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
PT. F1B214080 ini berdiri pada Februari 2014 dengan melakukan kegiatan
eksplorasi detail pada awal tahun 2015. Sebelumnya, telah dilakukan kegiatan
eksplorasi pendahuluan seperti prospeksi dan survey tinjau pada tahun 2011, dimana
pada saat itu sudah ditemukan adanya potensi nikel di kawasan tersebut. Namun, izin
baru diberikan pada pertengahan tahun 2013 dengan kemudian dilanjutkan dengan
eksplorasi rinci serta pembukaan lahan tambang.
Laporan Perencanaan Tambang| 2
BAB 2
KEADAAN UMUM
2.1.
Genesa Pembentukan Nikel Laterit
Nikel laterit terbentuk di daerah kompleks ofiolit dimana daerah tersebut
mengalami pengangkatan lantai samudra yang tersusun atas batuan ultrabasa, Nikel
Laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang
ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later”
yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang
digunakan sebagai bahan bangunan diMysore,Canara dan Malabryang merupakan
wilayah India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong,
tetapi apabila terlalu lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat
kuat. Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh
batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan,
termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak
batuan asalnya.Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov
batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel
tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil
substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan
Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di
antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi
batuanserpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika
dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang
larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.
Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya
Laporan Perencanaan Tambang| 3
membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan.
Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut
saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan
Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan
dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau
rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar
pelapukan (root of weathering).
2.2.
Luas Wilayah IUP OP
IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
Luas wilayah IUP OP yang dimiliki oleh PT. F1B214080 ini adalah seluas ± 300 Ha
yang di bagi menjadi 4 blok utama yaitu blok A, blok B, blok C dan blok D dimana
kegiatan penambangan ini dilakukan pada blok D dengan luas ± 22 Ha.
2.3.
Sumberdaya Dan Cadangan
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Cadangan
(Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan
sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan mineral adalah
Laporan Perencanaan Tambang| 4
bagian-bagian sumber daya mineral yang setelah dilakukan penerapan seluruh faktor
penambangan, dalam tonase dan kadar yang diperkirakan adalah dasar dari sebuah
proyek layak secara ekonomi setelah memperhitungkan semua proses yang relevan,
metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial ekonomi dan faktor
pemerintah. Cadangan mineral sudah termasuk menipiskan materi yang akan
ditambang dalam hubungannya dengan cadangan mineral dan dikirim ke pabrik
pengolahan atau fasilitas setara.
PT. F1B214080 ini memiliki Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
seluas 300 Ha, yang mana 300 Ha dari WIUP tersebut telah dibagi menjadi 4 blok.
Dari hasil eksplorasi yang dilakukan pada kawasan seluas 300 Ha tersebut diperoleh
bahwa kawasan yang memiliki kandungan nikel dengan COG sebesar 1,6 hanyalah
seluas 22 Ha dan cadangan yang memenuhi COG setelah diestimasi total
cadangannya adalah
470.140 ton.
Laporan Perencanaan Tambang| 5
BAB 3
KAJIAN GEOTEKNIK
Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi
lereng, kemiringan lereng dan lebar berm (b), baik itu lereng tunggal (Single slope)
maupun lereng keseluruhan (overall slope). Suatu lereng disebut lereng tunggal
(Single slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan (overall
slope) jika dibentuk oleh beberapa jenjang.
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah longsor
dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan penyusun
yang sama atau homogen. Demikian pula dengan sudut lereng, semakin besar sudut
kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin tidak stabil. Sedangkan
semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan semakin stabil.
Hasil analisis pengujian data geoteknik yang dibutuhkan dalam laporan ini
dapat dilihat pada tabel 3.1.1 berikut :
Tabel 3.1. Hasil Analisis Geoteknik
Hasil Pengujian
Sifat Fisik
Bobot isi asli (natural density)
(g)
Bobot isi kering (dry density)
(g)
Bibit isi jenuh (saturated density)
(g)
Berat jenis semu (apparent specific gravity)
(g)
Berat jenis asli (true specific gravity)
(g)
Kadar air asli (natural water content)
(%)
Kadar air jenuh (saturated water content)
(%)
Derajat kejenuhan (degree of saturation)
(%)
Porositas
(%)
Angka pori (void ratio)
Sifat Mekanik (Triaksial)
Cohesi
(c) kPa
Sudut geser dalam
(ɸ)
Stasiun 1
1,60
1,55
1,62
1,55
1,67
2,98
4,47
66,66
6,97
0,075
Stasiun 2
1,42
1.36
1,44
1,36
1,48
3,84
5,76
66,66
7,89
8,57
53,93
21º
61,78
23º
Laporan Perencanaan Tambang| 6
3.1.
Lereng Tunggal
3.2.
Lereng Keseluruhan
3.3.
Lereng Timbunan
Laporan Perencanaan Tambang| 7
BAB 4
KAJIAN HIDROLOGI
4.1.
Iklim Dan Curah Hujan
Iklim di Indonesia memiliki 3 macam iklim yaitu iklim musim (iklim muson),
iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. Namun di indonesia lebih dikenal dengan
iklim tropis yang bisa disebut biasanya dengan sebutan iklim panas. Iklim adalah
keadaan rata-rata peristiwa cuaca dalam periode yang lama (umumnya sekitar 10- 30
tahun) dan meliputi di daerah yang luas.
Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh disuatu daerah dalam waktu
tertentu. Iklim waktunya lama dan luas. Faktor-faktor yang menentukan iklim ialah
suhu, tekanan udara, angin, keadaan lembab udara, dan pengendapan air di udara.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan
tetapi, tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah
yang paling besar curah hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet,
dengan curah hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sedangkan kota Palu di Sulawesi
Tengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. F1B214080 yang berlokasi
di daerah Konawe Utara ini memiliki letak geografis 03º 28’ 35,2” LS - 122 º 03’ 39”
BT pada daerah Konawe Utara, Berikut ini adalah data jumlah curah hujan pada
daerah Asera :
Tabel 4.1.1. Curah Hujan Rata-Rata Pertahun
Tahun
Januari Februari Maret
2012
88.0 53.0 57.0
2013
46.0 48.5 62.0
2014
100.0 73.5 50
2015
50.0 71.0 94
2016
78.0 82.0 70.5
Rata-rata 72.4 65.6 66.7
Rata-rata jumlah curah hujan pertahun
April
31.0
64.0
40.0
72.0
49.0
51.2
Mei
40.0
90.0
70.0
80.5
71.0
70.3
Juni
0.0
60.0
70.0
115.0
62.0
61.4
Bulan
Juli Agustus September Oktober November Desember
36.0 7.5
52.5
55.0
30.0
78.5
154.0 30.0 65.0
20.0
71.0
60.0
96.0 51.0
0.0
10.0
30.0
55.0
50.0 6.0
3.0
5.0
0.0
75.0
62.0 30.0 41.0
40.0
21.0
52.0
79.6 24.9 32.3
26.0
30.4
64.1
Jumlah
528.5
770.5
645.5
621.5
658.5
644.9
Laporan Perencanaan Tambang| 8
Tabel 4.1.2. Hari Hujan Rata-Rata Per Tahun
Tahun
Bulan
Januari Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus September Oktober November Desember Jumlah
2012
12.0
10.0
9.0
10.0
2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
6.0
6.0
8.0
75.0
2013
12.0
12.0
17.0
8.0
8.0
9.0
16.0
7.0
7.0
1.0
9.0
8.0
114.0
2014
7.0
12.0
11
8.0
8.0
15.0
9.0
5.0
0.0
1.0
4.0
13.0
93.0
2015
11.0
13.0
12
10.0
14.0
17.0
11.0
3.0
1.0
1.0
0.0
5.0
98.0
2016
8.0
16.0
14
8.0
10.0
13.0
14.0
10.0
8.0
8.0
9.0
8.0
126.0
rata-rata
2 2.52 2.52
Jumlah hari hujan rata-rata pertahun
1.76
1.68
2.16
2.08
1.16
0.88
0.68
1.12
1.68
101.2
Tabel 4.1.2. Curah Hujan Maksimum
Tahun
Xi (mm)
2012
2013
2014
2015
2016
jumlah
rata-rata
88
154
100
115
82
539
107.8
Xi-X
-19.8
46.2
-7.8
7.2
-25.8
(Xi-X)^2
392.04
2134.44
60.84
51.84
665.64
3304.8
Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode distribusi probabilitas
Gumbel :
S
 xi  x 
2
n 1
Keterangan :
S
= deviasi standar
Xi
= jumlah curah hujan tiap tahun (tahun ke i)
X
= jumlah rata-rata curah hujan maksimum (mm)
n
= jumlah tahun (data)
S
S
3304,8
5 1
3304,8
4
S  28,74
Laporan Perencanaan Tambang| 9
5 1  1,5

Yt   ln  ln

5 

Keterangan :
Yt = reduced variasi sebagai
periode ulang
Dari data curah hujan (n = 5), maka untuk Sn dan Yn dapa dilihat pada tabel
4.1.3 berikut :
Tabel 4.1.3 Nilai Reduced Standard Deviation (Sn) Dan Reduced Mean (Yn)
Sn
1,092309
Yn
-0,54896
Factor frekuensi gumbel (K)
K
= (Yt - Yn) / Sn
K
= (1,5 – (-0,54) / 1,09
K
= 1,87
Hujan rencana (Xt),
4.2.
Xt
= Xrata-rata + S x K
Xt
= 107,8 + (28,74 x 1,87)
Xt
= 161,54 mm/hari
Intensitas Hujan Ekstrim
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah hujan
biasanya dinotasikan dengan huruf “I”. Keadaan curah hujan dan intensitas menurut
Takeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Laporan Perencanaan Tambang| 10
Tabel 4.2.1 Keadaan Dan Intensitas Curah Hujan
Keadaan
Hujan
Keadaan
Curah Hujan
Hujan sangat
ringan
Hujan ringan
Hujan normal
Intensitas Curah
Hujan ( mm )
Kondisi
1 jam
24 jam
<1
<5
Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
1–5
5 -10
5 – 20
20 – 50
Hujan lebat
10 -20
50 – 100
Tanah menjadi basah semuanya
Bunyi curah hujan terdengar
Air tergenang diseluruh permukaan tanah
dan bunyi keras kedengaran dari genangan
Hujan sangat
lebat
> 20
> 100
Hujan seperti ditumpahkan
Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva
durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di
daerah penelitian. Penentuan
intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe. Yaitu :
I
R24
24
R24 = Xrata+
 24 
 
 t 
2/3
S
(Yt  Yn )
Sn
R24 = 107,8 +
28,74
(1,5  (0,5))
1,09
R24 = 107,8 + 26,36 (2)
R24 = 107,8 + 52,72
R24 = 160,52 mm/hari
Harga R24 adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana)
yang telah ditentukan yaitu sebesar 161,54 mm/hari. Nilai t = 1 jam. Pada
perhitungan intensitas curah hujan (I), dikonversikan dari curah hujan harian menjadi
jumlah curah hujan dalam satuan jam. Jadi besarnya intensitas curah hujan dalam 1
jam adalah :
Laporan Perencanaan Tambang| 11
R  24 
I  24  
24  t 
2/3
160,52  24 
I
 
24  1 
2/3
I  55.64918 mm/jam
4.3.
Air Limpasan
Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan
karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting
dalam siklus air dan salah satu penyebab erosi. Limpasan yang muncul di permukaan
sebelum mencapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir
di tanah, limpasan tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi,
pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung kontaminan semacam
itu, limpasan tersebut disebut polusi sumber tidak langsung.
Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan.
Komponen limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran
yang lebih besar seperti aliran air di sungai. Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi
dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama
waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi
wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan puncak
dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam menyimpan air di dalam
tanah.
Q = 0.0028 x C x I x A
Keterangan :
C
= angka koefisien pengaliran (tanpa dimensi)
QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun atau debit
rencana dengan periode ulang T tahun (m3/det)
A
= Luas daerah pengaliran (Km2)
IT
= intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm/jam).
Laporan Perencanaan Tambang| 12
Tabel 4.3.1 Nilai C pada berbagai topografi dan penggunaan lahan
Kondisi daerah
Nilai C
Pegunungan yang curam
0.75 – 0.90
Pegunungan tersier
0.70 – 0.80
Tanah bergelombang dan hutan
0.50 – 0.75
Tanah dataran yang ditanami
0.45 – 0.60
Persawahan yang diairi
0.70 – 0.80
Sungai di daerah pegunungan
0.75 – 0.85
Sungai kecil di dataran
0.45 – 0.75
Sungai besar di dataran
0.50 – 0.75
Sumber : Dr. Mononobe dalam Suyono S. (1999).
Jika diketahui angka koefisian pengaliran adalah 0.65, kemudian intensitas
curah hujan adalah 49.24945 mm/jam dan luas daerah pengaliran adalah 22 Ha..
Maka Debit limpasannya dapat diketahui dengan cara berikut :
Diketahui :
C = 0.65 ;
Dit
IT = 55.64918 mm/jam ;
A = 22 Ha ;
: QT = ?
Peny :
QT = 0,0028 x 0,65 x 55,64918 x 22
QT = 2,228 m3/det
Laporan Perencanaan Tambang| 13
BAB 5
PERALATAN DAN PENANGANAN MATERIAL
5.1.
Produktivitas Alat
5.1.1. Alat Gali-Muat
Dalam kegiatan pengambilan dan pemuatan bijih serta pemindahan, alat yang
digunakan adalah excavator tipe Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator.
Gambar 5.1.1 Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator
Table 5.1.1 Spesifikasi Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator
No.
Komponen
Nilai satuan
1
Merk
Cobelco
2
Tipe
SK330 LC Hidraulic excavator
3
Kapasitas Bucket (KB)
1.4 m3
4
Effisiensi alat (Eff)
0.8
Adapun waktu siklus kerja dari excavator ini adalah sebagai berikut:
 Waktu gali
= 13.2 detik
 Waktu ayun bermuatan
= 5.2 detik
 Waktu dumping
= 3.2 detik
 Waktu ayun kosong
= 4.2 detik
Laporan Perencanaan Tambang| 14
Dari waktu siklus kerja tersebut, maka :
Cycle Time = 13.2 + 5.2 + 3.2 + 4.2 = 25.8 detik = 0.43 menit
Untuk menentukan Kapasitas Produksi (KP) / jam dari Excavator dapat dilihat pada
rumus berikut :
Dimana,
KP
= Kapasitas produksi m3/jam
K
= Konfersi tanah
= 1,00
KB
= Kapasita bucket
= 1.4 m3
Eff
= Efisiensi alat
= 0.78 (baik sekali)
CT
= waktu edar
= 0.43 menit
Sehingga:
= 152 m3/jam (243,2 ton/jam)
5.1.2. Alat angkut
Alat angkut yang digunakan oleh PT. F1B214080 adalah DT HINO Dutro
130 HD dengan kapasitas alat sebagai berikut:
Gambar 5.1.2. Dump Truck HINO Dutro 130 HD
Laporan Perencanaan Tambang| 15
Tabel 5.1.2 Kapasitas Dumptruck
1.
No.
Komponen
Nilai satuan
1.
Merk
DT HINO Dutro 130 HD
2.
Kapasitas Bak (KB)
8 m3
3.
Efisiensi alat (Eff)
0.83
4.
Mesin
130 HP
Pengangkutan waste dari Front ke Disposal (jarak 250 meter), berikut adalah
siklus kerja dari dump truck tersebut :

Waktu dumping
(DT)
= 1,25 menit

Waktu
manuver/spotting (ST1) di disposal
= 0,30 menit

Waktu manuver
(ST2) di front
= 0,20 menit

Waktu loading
(LT) (5 x CT excavator)
= 2,15 menit

Waktu hauling
(HT1) pergi bermuatan (kec. 20 km/jam) = 0,75 menit

Waktu hauling
(HT2) pulang kosong (kec. 30 km/jam) = 0,5 menit
Sehingga :
CT
= DT + ST1 + ST2 + LT+ HT1 + HT2
= (1,25 + 0,30 + 0,20 +2,15 + 0,75 + 0,5) menit
= 5,15 menit
Kapasitas produksi :
Laporan Perencanaan Tambang| 16
= 77,36 m3/jam (123,78 ton/jam)
2.
Pengangkutan bijih dari front ke stockpile (jarak 750 meter), berikut adalah
siklus kerja dump truck tersebut :

Waktu dumping
(DT)
= 1,25 menit

Waktu manuver/spotting (ST1) di stockpile
= 0,30 menit

Waktu manuver (ST2) di front
= 0,20 menit

Waktu loading (LT) (5 x CT excavator)
= 2,15 menit

Waktu hauling (HT1) pergi bermuatan (kec. 20 km/jam)= 2,25 menit

Waktu hauling (HT2) pulang kosong (kec. 30 km/jam) = 1,5 menit
Sehingga :
CT
= DT + ST1 + ST2 + LT+ HT1 + HT2
= (1,25 + 0,30 + 0,20 +2,15 + 2,25 + 1,5) menit
= 7,65 menit
Kapasitas produksi :
= 52,08 m3/jam (83,33 ton/jam)
5.2.
Keserasian Alat Gali-Muat Dan Alat Angkut
Alat yang digunakan dalam penggalian dan pengangkutan bijih adalah
excavator dan dumptruck. Waktu pengoperasian kedua alat ini harus selalu
bersamaan, agar tidak ada alat yang menunggu sehingga kegiatan berjalan optimal.
Utnuk menetahui jumlah excavator dan dump truck yang akan digunakan pada
kegiatan ini agar memenuhi target produksinya adalah sebagai berikut :
Laporan Perencanaan Tambang| 17
1. Jumlah loading excavator pada 1 dumptruck
Kapasitas bak dumptruck adalah 8 m3 dan kapasitas bucket excavator adalah
1,4 m3 maka :
8 / 1,4 = 5,71 = 5 kali isi.
Jadi, bak dumptruck terisi hampir penuh dengan 5 kali loading dari
excavator.
2. Jumlah dumptruck yang digunakan untuk 1 excavator
Waktu edar dumptruck adalah 7,65 menit, sementara excavator membtuhkan
waktu 2,15 menit sampai 1 unit DT terisi hampir penuh, maka :
7,65 menit / 2,15 menit = 3,56 = 4 unit DT.
jadi, 1 unit excavator digunakan 4 unit dumptruck, karena jika lebih
dari itu maka akan menimbulkan waktu delay.
Jumlah alat yang digunakan untuk memenuhi target produksi perbulan pada
kegiatan penambangan ini dapat dilihat berikut ini :
Diketahui
:
jumlah cadangan
: 470.170 ton
Kapasitas produksi excavator: 243,2 ton/jam
Jam kerja
: 8 jam
Jumlah unit dumptruck
: 4 unit
Target produksi bulan ke 1
: 180.000 ton
Bulan ke 2 : 180.000 ton
Bulan ke 3 : 110.140 ton
Laporan Perencanaan Tambang| 18
Berdasarkan hasil tersebut, bahwa untuk memenuhi target produksi pada bulan ke 1
dan 2 maka jumlah unit excavator yang dipakai adalah 3 unit, sedangkan pada bulan
ke 3 karena target produksinya berbeda adalah :
jadi, pada bulan ke 3 jumlah excavator yang digunakan adalah 2 unit dan 8 unit
dumptruck, hal ini berbeda dengan pada bulan ke 1 dan 2 yaitu 3 unit excavator dan
12 unit dumptruck.
Jumlah alat yang digunakan untuk melakukan pengupasan OB (over burden)
perbulan pada kegiatan penambangan ini dapat dilihat berikut ini :
Diketahui
:
jumlah OB
: 325.200 ton
Kapasitas produksi excavator: 243,2 ton/jam
Jam kerja
: 8 jam
Jumlah unit dumptruck
: 4 unit
Target pengupasan OB tersebut adalah 2 bulan jadi jumlahnya
162.600 ton/bulan
Laporan Perencanaan Tambang| 19
Jadi, target pengupasan akan tercapai dengan penggunaan 3 unit excavator,
dimana 1 unit excavator memerlukan 4 unit dumptruck agar tidak menimbulkan
waktu delay. Pengupasan ini hanya dilakukan pada bulan ke 1 dan 2 kegiatan
pertambangan.
Laporan Perencanaan Tambang| 20
BAB 6
PERENCANAAN TAMBANG
6.1.
Blok Model Sumberdaya Dan Cadangan
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sedangkan Cadangan (Reserve) adalah
endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat
ditambang pada saat perhitungan dilakukan.
Blok Model adalah bagian-bagian berbentuk kubus/kotak yang dimodelkan
dan dibuat secara dinamis sesuai dengan perintah dan data yang ada. Setiap blok
ditetukan oleh pusat massa geometris dan suatu dimensi dalam setiap sumbu. Blok
tersebut mungkin terdiri dari berbagai ukuran yang didefenisikan oleh user setelah
blok model dibuat, contoh didefenisikan berdasarkan kadar dan lapisan.
Metode blok model adalah salah satu metode esimasi cadangan yang efektif
digunakan pada bahan galian bijih/mineral karena menggunakn aribut kadar, kualitas,
density, serta litologi sebagai bahan pertimbangan estimasi cadangan. Namun dapat pula
digunakan untuk batubara sebagai dasar perhitungan cadangan, perbedaannya adalah
pada jumlah atribut fungsi constrait yang disematkan pada Blok Model tersebut yang
juga akan mempengaruhi metode estimasinya yang akan digunakan.
Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data menggunakan metode IDW
tersebut, endapan tersebut tersebar dari
Northing (9599872.922-9600079.209),
easting (273865.018-274256.803) dan Elevasi (56.589-112.932).
Gambar 6.1.1 Lapisan OB dan Ore dari Z ke X
Laporan Perencanaan Tambang| 21
Gambar 6.1.2 Lapisan OB dan Ore dari Z ke Y
Gambar 6.1.3 Endapan Bijih Tampak atas
Gambar 6.1.4 Endapan Bijih Tampak Bawah
Gambar 6.1.5 Endapan Bijiih Tampak Samping
Laporan Perencanaan Tambang| 22
6.2.
Metode Penambangan
Metode penambangan yang dipakai pada PT. F1B214080 adalah tambang
terbuka atau open pit mining dengan tipe multiple banch. Metode tambang terbuka
dianggap lebih ekonomis bila dibandingkan dengan metode tambang bawah tanah.
Rencana produksi perbulannya adalah 180.000 ton, yang mana penambangannya
dilakukan di blok D, dimana luas area bloknya adalah
22 Ha. Adapun tahapan
penambangan yang dilakukan PT. F1B214080 adalah sebagai berikut:
1.
Land Clearing
Land clearing adalah kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah
yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Kondisi geomorfologi di daerah Asera didominasi oleh pepohonan yang
berukuran cukup besar dan juga semak belukar. Olehnya itu, dalam operasi
pembersihan menggunakan bulldozer dengan alat penggerak roda crawler atau roda
rantai serta tipe bladenya adalah dualtlitdozer. Alasan pemilihan tipe blade tersebut
karena mempunyai multi fungsi, baik dalam pembersihan semak belukar, spreading,
maupun penumbangan pepohonan. Selain bulldozer digunakan pula mesin potong
yaitu chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
2.
Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengupasan tanah pucuk yang dimaksud disini adalah pengupasan dengan
tujuan untuk memindahkan dan menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak
sehingga masih mempunyai unsur hara yang masih asli. Tanah pucuk yang dikupas
tersebut selanjutnya akan disimpan di tempat penyimpanan yang nantinya akan
digunakan untuk tahap reklamasi. Pengupasan tanah penutup ini juga menggunakan
bulldozer, dengan spesifikasi alat yang sama dengan kegiatan land clearing. Tebal
daripada tanah pucuk yang dikupas
3.
1 m sesuai dengan horizon tanah.
Pengupasan Tanah Penutup (Stripping OB)
Tanah penutup atau Overburden adalah semua material yang menutup laterit
nikel yang bernilai ekonomis. Ketebalan dari OB pada blok ini rata-rata 2-3 m
sehingga untuk penggaliannya tidak mungkin lagi mengggunakan bulldozer, tetapi
alat yang digunakan adalah excavator. Tujuan daripada pengupasan OB ini adalah
agar ore nikel tersingkap di permukaan sehingga ore yang digali tidak bercampur lagi
Laporan Perencanaan Tambang| 23
dengan OB. Overburden yang dikupas tersebut selanjutnya akan disimpan di tempat
penyimpanan sementara atau disposal area dengan menggunakan dump truck.
4.
Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Ore Nickel
Sebelum kegiatan penggalian ore nikel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
nickel cleaning. Nickel cleaning ini artinya kegiatan membersihkan pengotor yang
berasal dari material sisa tanah penutup yang masih tertinggal, serta pengotor lain.
Setelah itu, penggalian ore nickel mulai dilakukan dengan menggunakan excavator.
Bahan galian yang digali tersebut langsung dimuat ke dalam dump truck. Kemudian
langsung diangkut menuju stockpile.
5.
Reklamasi (Penghijauan)
Merupakan proses penanaman kembali lahan bekas pada blok yang
ditambang dengan tanaman yang sesuai atau hamper sama seperti pada saat tambang
belum dibuka. Lahan yang sudah direklamasi tersebut kemudian dilakukan
pemantauan setiap minggu.
6.3.
Geometri Jalan Tambang
Geometri jalan Tambang yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya
pada umumnya, yaitu: lebar jalan angkut, jari-jari tikungan dan superelevasi,
kemiringan jalan, dan cross slope.
1.
Lebar Jalan Angkut.
Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan lancar
dan aman. Perhitungan lebar jalan angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda
karena pada posisi membelok kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih
lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar.
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus.
Lebar minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan
setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari
ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar
jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka
Laporan Perencanaan Tambang| 24
perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar
lajur.
Gambar 6.3.1. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus
L min = n.Wt + (n + 1)(1 / 2.Wt )
Keterangan :
L min
= lebar jalan angkut minimum (m)
n
= jumlah jalur
Wt
= lebar alat angkut (m)
Lebar jalan angkut pada jalan lurus yang akan didesain PT.F1B21408 ini
yang perlu diperhatikan adalah lebar alat angkut yang akan digunakan dalam
kegiatan penambangan, dimana dalam hal ini alat angkut yang digunakan adalah
terbesarnya DT HINO Dutro 130 HD dengan lebar total 1,945 meter dan jalur
yang akan dibuat adalah 2. Maka lebar jalan angkut yang harus didesain adalah :
L min = n.Wt + (n + 1)(1 / 2.Wt )
= 2 x (1,945) + (2 + 1) x (1/ 2 x1,945)
= 3,89 + 3 x 0,9725
= 3,89 + 2,9175
= 6,8075 meter = 7 meter
b. Lebar jalan angkut pada belokan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari
pada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada
belokan didasarkan atas:
Laporan Perencanaan Tambang| 25
 Lebar jejak ban;
 Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
dan belakang pada saat membelok;
 Jarak
antar
alat
angkut
atau
kendaraan
pada
saat
bersimpangan;
 Jarak dari kedua tepi jalan.
Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar 2 dapat dihitung
lebar jalan minimum pada belokan, yaitu :
Gambar 6.3.2. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Belokan
W min = 2(U + Fa + Fb + Z ) + C
Keterangan :
U
= lebar jejak roda (center to center tires),m
Fa
= lebar juntai (overhang) depan,m
Fb
= lebar juntai belakang,m
Z
= lebar bagian tepi jalan,m
C
= lebar antara kendaraan (total lateral clearance),m
Lebar jalan angkut pada belokan yang akan didesain PT.F1B21408 ini yang
perlu diperhatikan adalah lebar alat angkut yang akan digunakan dalam kegiatan
penambangan, dimana dalam hal ini alat angkut yang digunakan adalah DT HINO
Laporan Perencanaan Tambang| 26
Dutro 130 HD. Maka lebar jalan angkut belokan yang harus didesain engan jarak
antar truck tersebut 1,5 meter adalah :
= 1,066 + 1,480 + 1,450 meter / 2
= 5,994/2
= 1,998 meter
Untuk menentukan lebar jalan pada belokan yaitu :
W min = 2 (U + Fa + Fb + Z ) + C
= 2 (1,066 + 1,480 + 1,450 + 1,998) + 1,5
= 2 (5,994) + 1,5
= 11,998 + 1,5
= 13,49 meter = 13,5 meter
2.
Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut
baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan pada
umumnya dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat
angkut truck berkisar antara 10%-15% atau sekitar 6-8,50°. Akan tetapi untuk jalan
naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum
sekitar 8% (=4,50°). Tabel 3.1 memperlihatkan kemiringan atau kelandaian
maksimum pada kecepatan truck yang bermuatan penuh diatas jalan raya mampu
bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari eparuh kecepatan semula tanpa harus
Laporan Perencanaan Tambang| 27
menggunakan gigi rendah.
Tabel 6.3.1 Kemiringan Maksimum Vs Kecepatan.
VR,Km/jam 120
Kemiringan
3
maks,%
3.
110
100
80
60
50
40
<40
3
44
5
8
9
10
10
Jari-jari tikungan
Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
diakibatkan karena kendaran melalui tikungan sehingga tidak stabil. Jari-jari
tikungan jalan angkut berhubungan dengan kontruksi alat angkut yang digunakan,
khususnya jarak horizontal antara poros roda depan dan belakang.. Gambar 2
memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan
berpotongan di pusat C dengan besar sudut sama dengan sudut penyimpangan roda
depan. Dengan demikian jari-jari belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
R = W/sinβ
Di mana:
R = jari-jari jalan angkut,m
W = jarak poros roda depan dan belakang,m
β = sudut penyimpangan roda depan,
Gambar 6.3.3. Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan
Laporan Perencanaan Tambang| 28
4.
Superelevasi
Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’ yang
gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan. Dasar
rumusan adalah :
e = 67 x S^2/R
dimana :
e = “super elevation”, mm/m
S = kecepatan kendaran, km/jam
R = radius belokan, m
Tabel 6.3.2. Super Elevation Rates (mm/m)
Kecepatan
Truk
15
25
35
40
50
60
(km/jam)
Radius 15m
40
40
-
-
-
-
30
40
40
40
-
-
-
50
40
40
40
50
-
-
75
40
40
40
40
60
-
100
40
40
40
40
50
60
200
40
40
40
40
40
50
300
40
40
40
40
40
40
Besarnya “super elevation” untuk beberapa belokan atau tikungan dengan
variasi kecepatan alat angkut dan besarnya radius belokan (R) dapat bermacammacam.
5.
Cross Slope
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk mempelancar
penirisan. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang ada pada permukaan
jalan akan segera mengalir ketepi jalan angkut,tidak berhenti dan mengumpul pada
permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan
Laporan Perencanaan Tambang| 29
angkut akan membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan
jalan.
Gambar 6.3.4. Penampang Melintang Jalan Angkut
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b) dan
horizontal (a) dengan satuan mm/m`. Jalan angkut yang baiok memiliki cross slope
antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40mm/m.
6.4.
Rancangan Drainase Dan Sedimen Pond
6.5.
Design Pit, Jalan, Disposal dan Stockpile
Disposal
Pit
Jalan
Stockpile
Gambar 6.5.1. Desain Pit dan lain sebagainya
Laporan Perencanaan Tambang| 30
A.
Design Pit
Gambar 6.5.2. Desain Pit
Pit yaitu tambang terbuka atau penggalian dengan metoda tambang terbuka
untuk mengambil bahan galian atau mineral berharga. Kedalaman pit berdasarkan
data bor didapatkan yaitu 28 meter. Pit ini memiliki luasan ±30 Ha tersebut memiliki
bench 65º, dengan tinggi jenjang adalah 5 meter, lebar jalan angkut/ramp 13,5 meter
dan bermnya adalah 2,5 meter.
Laporan Perencanaan Tambang| 31
B.
Jalan
Gambar 6.5.3. Desain Jalan Tambang
Jalan tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara
lain lokasi tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian,
perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan.
Geometri jalan angkut yang dimiliki oleh PT. F1B214080 meliputi lebar jalan angkut
lurus 7 meter, lebar jalan angkut belokan 13,5 meter, kemiringan jalan angkut pada
tikungan berdasarkan kecepatan mobil adalah 10 % dan penentuan geometri jalan
sebagainya.
Laporan Perencanaan Tambang| 32
C.
Disposal
Gambar 6.5.4. Desain Disposal
Disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang dijadikan
tempat membuang material kadar rendah atau material bukan bijih. Material tersebut
perlu digali dari pit demi memperoleh bijih berkadar tinggi. Disposal memiliki jarak
250 meter dari area penambangan.
Laporan Perencanaan Tambang| 33
D.
Stockpile
Gambar 6.5.5. Desain Stockpile
Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada
saat yang akan datang. Stockpile juga digunakan untuk menyimpan bijih berkadar
rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah penutup yang
akan digunakan pada saat reklamasi. Jarak yang dimiliki stockpile dari area front
tambang adalah 750 meter.
Laporan Perencanaan Tambang| 34
BAB 7
LINGKUNGAN DAN K3
7.1.
Rencana Reklamasi
Perencanaan Reklamasi dan Pasca Tambang merupakan upaya sistematis
yang dilakukan untuk mengantisipasi perlindungan lingkungan hidup, transparansi
dan partisipasi masyarakat sekitar tambang, dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Hal ini berarti telah terjadi internalisasi upaya perlindungan
lingkungan ke dalam kegiatan pertambangan dalam menyikapi isu-isu kesehatan,
keselamatan, lingkungan, serta isu-isu sosial dan politis.
Oleh karena itu, diperlukan upaya mengacu pada prinsip-prinsip lingkungan
hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi bahan galian, meliputi:
1. Kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara sesuai baku
mutu lingkungan.
2. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, dam tailing, lahan bekas
tambang serta struktur buatan (man-made structure) lainnya.
3. Keanekaragaman hayati.
4. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya; dan aspek
sosial, budaya, dan ekonomi.
Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang agar disusun
berdasarkan AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui, dan sebagai bagian dari
studi kelayakan. Agar dalam menyusun Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan
Tambang harus mempertimbangkan prinsip-prinsip lingkungan hidup, peraturan
perundang-undangan yang terkait, kondisi spesifik daerah, dan pendapat pemangku
kepentingan (stakeholders). Rencana Reklamasi disusun meliputi tata guna lahan
sebelum dan sesudah ditambang, rencana pembukaan lahan, program reklamasi, dan
rencana biaya reklamasi.
Adapun tahapan reklamasi yang akan diterapkan oleh PT.F1B214080 dapat
dilihat pada uraian berikut :
1.
Konservasi Top Soil
Laporan Perencanaan Tambang| 35
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah yang
perlu dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh
tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses reklamasi harus sudah mulai berjalan
sejak proses penambangan dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus
dilakukan pada awal penggalian.
2.
Penataan Lahan
Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain
dengan cara:
a. Menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing
(overburden). Lubang kosong yang sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk
penampung air;
b. Membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air,
c. Menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, diantaranya
dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat
bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu
teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan teras,
d. Menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien. Karena
umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada
areal atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada lubang
tanam.
3.
Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi
Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan penangkap
sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif
besar. Cara vegetative juga merupakan metode pencegahan erosi yang dapat
diterapkan pada areal bekas tambang. Vetiver merupakan pilihan yang terbukti tepat,
karena selain efektif menahan erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada
kondisi lahan buruk sehingga bertindak sebagai tanaman pioner.
4.
Penanaman Cover Crop
Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha untuk
memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi. Oleh karena itu keberhasilan
penanaman penutup tanah sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan pasca
Laporan Perencanaan Tambang| 36
penambangan. Karakteristik cover crop yang dibutuhkan, sebagai berikut: mudah
ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang
menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan mikoriza), menghasilkan
biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan
tanaman pokok dan tidak melilit..
5.
Penanaman Tanaman Pionir
Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta
untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung, lebih baik
jika digunakan lebih dari satu jenis tanaman pionir/multikultur (Ambodo, 2008).
Beberapa jenis tanaman pionir adalah : sengon buto (Enterrolobium cylocarpum),
Sengon (Paraserianthes falcataria), johar (Casia siamea), Cemara (Casuarina sp.),
dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua tahun kerapatan tajuk yang dibentuk
tanaman-tanaman tersebut mampu mencapai 50-60% sehingga kondusif untuk
melakukan restorasi jenis-jenis lokal, yang umumnya bersifat semitoleran. Tanaman
pioner ditanam dengan sistem pot pada lubang berukuran lebar x panjang x dalam
sekitar 60 x 60 x 60 cm, yang diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik.
6.
Penanggulangan Logam Berat
Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang batas
diperlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi kadar logam berat tersebut. Vegetasi
penutup tanah yang digunakan untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan
membangun kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi kadungan
logam berat dengan menyerapnya ke dalam jaringan (Notohadiprawiro, 2006).
Laporan Perencanaan Tambang| 37
7.2.
Struktur Organisasi
Manager Tambang
Resky Kusuma Wardhani
Sekretaris
Faisyah
Divisi perencanaan
Sri Wulandari
Divisi Pengolahan
Novtrian Exelline
Divisi Operasi
Miqdad Husein
Divisi Pengolahan
Nuzul khaq
Divisi Administrasi
& Keuangan
Cucu Cahya
Staff
Bagian Eksplorasi
Bagian Penambangan
Monaswati
Ansar
Staff
Bagian lingkungan
Ashar
Staff
Bagian K3
Ash-shiddiq
Staff
Staff
Sub Bagian Pemuatan
& Pengangkutan
Yaskika
Sub Bagian
Pembongkaran
Tawaqqal
Staff
Staff
Staff Listrik
Staff Mekanik
Yusuf S.
Aliftianto
Staff Penambang
Irmawati
Gambar 7.2.1 Sruktur Organisasi PT. F1B214080
Organisasi adalah suatu mekanisme pembagian kerja dan kerjasama dari
orang yang berhimpun untuk menjalankan kegiatan produksi. Pada umumnya
pelaksanaan operasi penanmbangan dapat menggunakan 2 alternative pola kerja yang
perlu di kaji, yaitu:
1) Seluruh kegiatan penambangan dikerjakan sendiri.
2) Seluruh kegiatan operasi penambangan oleh sub-kontraktor
Pada kegiatan pola pertama konsekuensinya akan banyak tenaga kerja yang
diserap. Organisasi penambangan di pimpin oleh seorang manajer tambang yang
bertanggung jawab kepada direksi. Manajer tambang atau kepala teknik tambang
merupakan pimpinan tertinggi di lokasi penambangan, yang membawahi 5 divisi
organisasi yaitu: divisi perencanaan, divisi operasi tambang, divisi pengolahan, divisi
perawatan dan lingkungan serta divisi administrasi dan keuangan. Setiap divisi akan
didukung oleh beberapa staff untuk kelancaraan pekerjaan.
Laporan Perencanaan Tambang| 38
Manager adalah merupakan orang yang memimpin pada bidang-bidang
tertentu dan fungsi utamanya adalah manyusun rencana dalam pengelolaan faktorfaktor operasional yang manjadi tanggung jawabnya. Manajer membawahi beberapa
orang Assisten Manajer (Super Intendent), yang diberi kewenangan pada setiap
unitnya. Struktur organisasi alternatif pola kerja pertama dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Fungsi tiap bagian Secara garis besar adalah sebagi berikut :
a. Divisi Perencanaan
Divisi Perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang , laporan produksi harian/ mingguan/ bulanan,
penentuan sasaran produksi dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung
jawab pada perencanaan tambang baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
b. Divisi Operasi Tambang
Divisi ini di bagi 2 bagian yaitu bagian ekplorasi yang bertugas melakukan
ekplorasi yang dibantu oleh para staf dan bagian penambangan yang
bertanggung jawab pada pembongkaran pengangkutan, dan pemuatan serta
kualitas dari bahan galian itu sendiri.
c.
Divisi Pengolahan
Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang
mempunyai fungsi menganalisa bahan galian yang akan diolah.
d.
Divisi K3 dan Lingkungan
Divisi ini bertanggung jawab terhadap:

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3)

Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena
operasi tambang, mengontrol, rekloamasi dan penghijauan daerah
tambang.

Perawatan kendaran ringan dan alat-alat berat.

Sarana penerangan daerah tambang.

Bangunan kantor dan pabrik pengolahan
Laporan Perencanaan Tambang| 39
e.
Divisi Administrasi dan keuangan
Divisi administrasi dan keuangan membantu manajer dan bertanggung jawab
terhadap kegiatan-kegiatan yangmendukung operasi tambang, anatara lain:
7.3.

Keuangan dan Pembayaran gaji (payroll)

Administrasi dan surat-menyurat

Personalia dan umum.

Security / satpam

Hubungan kepada pemerintah dan masarakat setempat

Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
Standar Operasional Prosedur (SOP) & Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
7.3.1. Standar Operasional Prosedur (SOP)
1.
Tujuan
a.
Untuk memberikan arahan, pedoman dan arahan pengoperasian Peralatan
/unit bagi Personel PT. F1B214080,Kontraktor, Sub Kontraktor dan Tamu
perusahaan.
b.
Mencegah kemungkinan terjadinya kerugian akibat kecelakaan, kegagalan,
hilangnya waktu kerja, dan penyakit akibat kelalaian pengoperasian peralatan
/unit lainya dan melaksanakan peraturan perundangan sehingga seluruh
operasi kegiatan tambang dapat berjalan dengan lancar dan efisien
2.
Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup pengoperasian peralatn/unit di darat untuk
mendukung kegiatan operasional PT. F1B214080, yang meliputi kegiatan
perencanaan,eksplorasi, proses penambangan, proses reklamasi, proses hauling dan
proses support,serta termasuk pengoperasian peralatan/unit yang terkait dengan
aktifitas rutin,aktifitas baru, keadaan darurat ( emergency ), kondisi saat
pemeliharaan (maintenance/overhaul), perubahan metode operasi dan penambahan.
3.
Tanggung Jawab
Laporan Perencanaan Tambang| 40
a.
Kepala Teknik Tambang PT. F1B214080, Memastikan prosedur ini
terlaksana dan terpelihara sesuai dengan ruang lingkup.
b.
Site Manager PT. F1B214080, Memantau dan mengontrol implementasi dari
prosedur ini sesuai dengan ruang lingkup.
c.
HSE PT. F1B214080, Melaksanakan inspeksi dan patrol terhadap ketaatan
prosedur ini.
d.
Setiap Personil PT. F1B214080, Setiap personil yang mengoperasikan
peralatan/unit ini wajib menaati prosedur ini.
4.
Definisi
a.
Lalu lintas adalah gerak peralatan / unit dan orang di ruang lalu lintas jalan.
b.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan peralatan/ unit atau orang yang
secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar atau yang
sedang di tes mengemudikan peralatan/unit
c.
Peralatan tambang adalah alat yang memiliki fungsi utama sebagai
pengangkut orang atau alat support produksi berdasarkan ruang lingkup
prosedur ini atau alat support lainnya yang diizinkan oleh KTT
PT.
F1B214080, namun tidak terbatas pada peralatan kecil roda empat ( Light
vehicle,), bus dan peralatan pengangkut penumpang lainnya yang
dipergunakan sebagai sarana transportasi.
d.
Unit di dalam prosedur ini adalah alat - alat yang dapat digunakan sebagai
alat transportasi Akan tetapi tidak memiliki fungsi utama sebagai alat
pengangkut orang termasuk didalamnya, namun tidak terbatas pada (Dump
Truck, Water Truck, Fuel Truck, Service Truck, Lub Truck, Excavator,
Dozer, Wheel Dozer, Wheel Loader, Motor Grader, Compactor, Low Buoy,
dan Crane Truck).
e.
Peralatan yang menjadi asset perusahaan atau peralatan yang di sewa oleh PT.
F1B214080 dan berada di bawah pengawasan PT. F1B214080.
f.
Peralatan Kontraktor /Subkontraktor adalah peralatan yang menjadi asset
kontraktor./subkontraktor dan atau peralatan yang di sewa oleh kontraktor/
subkontraktor, dan berada dibawah pengawasan kontraktor/ sub kontraktor.
Laporan Perencanaan Tambang| 41
g.
Surat lzin Mengemudi Perusahaan( SIMPER) adalah Suatu surat tanda bukti
yang sah yang dikeluarkan oleh PT. F1B214080 dalam hal di izinkannya
seseorang dalam mengoperasikan peralatan/unit yang berlaku sesuai dengan
surat izin mengemudi (SIM) yang dikeluarkan oleh kepolisian dan atau sesuai
dengan jenis peralatan /unit yang dioperasikan.
h.
Lokasi Kerja adalah seluruh daerah operasional PT. F1B214080 sesuai ruang
lingkup prosedur ini.
i.
Jalan Tambang atau Jalan Produksi adalah jalan yang terdapat di area
pertambangan termasuk didalamnya dan tidak terbatas pada jalan hauling dan
jalan di dalam pit yang digunakan dan dilalui oleh alat - alat pemindah tanah
mekanis dalam kegiatan mengambil, mengangkut dan menimbun bahan
galian tambang.
j.
Jalan Proyek adalah jalan yang disediakan untuk kegiatan transportasi barang
maupun orang didalam area tambang sebagai sarana untuk mendukung
kegiatan operasi diarea tambang.
k.
Area Tambang adalah area yang meliputi kegiatan teknis penambangan
seperti lokasi penambangan, dan area Hauling Road.
l.
Lampu Hazard adalah lampu sein kanan dan kiri yang dihidupkan berarti
tanda bahaya pada saat kondisi bahaya.
m.
Safety Cone/ Safety Triangle adalah alat yang berbentuk kerucut atau segitiga
yang memiliki warna reflektif yang dipasang dibelakang peralatan /unit saat
mengalami masalah teknis dijalan.
n.
Buggy Whip adalah bendera berbentuk segitiga dengan bagian tepi berbahan
reflektif dan memiliki ketianggaian tiang 3 meter dari permukaan tanah, yang
dipasang di setiap peralatan jenis LV yang akan memasuki daerah operasi
yang mewajibkan buggy whip dipasang
5.
Rincian
a.
Kelayakan Peralatan /Unit

Peralatan/unit yang diizinkan digunakan didaerah operasional PT.
F1B214080 adalah peralatan /unit yang memenuhi Standar Kelayakan
peralatan/unit dan StandarPenomoran Peralatan/ unit
Laporan Perencanaan Tambang| 42

Untuk peralatan/unit yang tidak sesuai Standar Kelayakan Peralatan/unit
atau StandarPenomoran Peralatan/unit harus dilakukan pengawalan.

Pemeriksaan Peralatan /UnitPeralatan/unit yang akan digunakan di
daerah operasi PT. F1B214080 harus dilakukanpemeriksaan kelayakan
peralatan/unit rnenggunakanForm Pemeriksaan KelayakanPeralatan/Unit.
b.
Pengangkutan Orang

Pengangkutan orang harus menggunakan peralatan yang dirancang untuk
mengangkut Orang atau barang dari tempat kerja yang ditandai dengan
tersediannya: Tempat duduk yang layak digunakan, dengan jok dilapisi
busa, Sabuk pengaman yang berfungsi dengan baik Pelindung berupa
atap atau canopy yang berada dalam kondisi baik dan kokoh Pintu masuk
dan keluar yang mudah di akses saat terjadi keadaan darurat.

Pengangkutan Barang adalah Peralatan yang dipergunakan untuk
membawa barang,harus memperhatikan hal – hal Sebaga berikut:
a) Tidak diperkenankan membawa barang sehingga menyebabkan pintu
samping Peralatan tidak dapat ditutup dengan sempurna.
b) Barang yang diletakkan di bak belakang sedapat mungkin diikat kuat
agar tidak bergeser,tidak terlempar, tidak berguling, sehingga tidak
merusak barang tersebut atau menimbulkan potensi bahaya baru.

Barang yang dibawa dibagian bak belakang peralatan yang panjangnya
melebihi isi bak belakang harus diberi pita berwarna putih merah/ kuning
hitam pada ujung barang yang lebih atau Menonjol keluar.

Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengangkutan barang
yang panjangnya lebih dari 1 ( satu ) meter dari sisi bak belakang
peralatan yang membawanya harus dilakukan pengawalan

Menaikkan/Menurunkan Orang/Barang adalah Kegiatan menaikkan/
menurunkan orang/barang harus dilakukan dilokasi yang tidak dilarang
untuk berhenti sesuai petunjuk rambu dan tidak menggangu arus lalu
lintas kecuali dalam keadaan darurat
c.
Penggunaan SIMPER
Laporan Perencanaan Tambang| 43

Pengemudi yang mengemudikan peralatan/unit milik PT. F1B214080
baik didalam lokasi kerja maupun diluar lokasi kerja PT. F1B214080
wajib dilengkapi dengan SIMPER sesuai dengan Prosedur SIMPER

Driver PT. F1B214080 Wajib dilengkapi dengan SIMPER( Suratl zin
Mengemudi Perusahaan)
d.
P2H ( Prosedur Pemeriksaan Harian )

Pengemudi wajib m elakukan Prosedur Pemeriksaan Harian( P2H )
terhadap peralatan/unit sebelum dioperasikan.

Prosedur Pemeriksaan Harian( P2H ) dicatat dalam Form Inspeksi P2H
mengemudikan peralatan/unit

Prosedur Pemeriksaan Harian ( P2H ) unit dicatat dalam Form Inspeksi
yang ada dimasing – masing unit dan dicatat masing masih driver
e.
Alat Pelindung Diri ( APD )

Pengemudi dan atau penumpang peralatan/unit wajib menggunakan helm
pengaman,Rompi pantul/seragam kerja yang dilengkapi dengan reflective
yang sudah disetujui oleh PT. F1B214080 dan sepatu pengaman selama
diluar peralatan/unit di area kerja PT. F1B214080

Operator yang mengoperasikan unit tanpa cabin yang tertutup ( kedap
debu ) wajib Menggunakan kacamata pengaman dan masker.

Penggunaan Bendera ( Buggy whip ) Peralatan yang dioperasikan di
daerah operasi PT. F1B214080 wajib dilengkapi dengan buggy whip (
bendera ) sesuai Standar Buggy Whip.
f.
Penyalaan Lampu

Selama memasuk diaerah operasi PT. F1B214080 semua
peralatan/unit wajib Menyalakan lampu besar peralatan/ unit, lampu
Flash Lamp, pada saat siang hari dan malam hari

Warnal ampu Flash Lamp yang wajib dipasang pada semua
peralatan/unit berwarna Kuning orange kecuali unit ambulance dan unit
Fire harus berwarna merah.
g.
Disiplin Berkendara/ Mengoperasikan Unit
Laporan Perencanaan Tambang| 44

Pengemudi wajib memperhatikan kesehatan tubuhnya dan tidak
diperkenankan untuk Mengoperasikan peralatan /unit dalam keadaan
lelah, mengantuk dan dalam keadaan mabuk

Pengemudi dilarang bercanda yang dapat merusak konsentrasinya
sehingga dapat Menyebabkan kecelakaan terhadap dirinya maupun orang
lain.

Pengemudi dilarang mengemudikan peralatan/ unit secara ugal ugalan atau diluar Control yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kecelakaan.

Pengemudi wajib taat terhadap semua petunjuk rambu lalu lintas
yang terpasang Disemua jalan tambang,pit dan Jalan Lintas Perusahaan
lain.

Kecepatan peralatan/unit dijalan hauling tidak boleh lebih dari 40
km/Jam, kecuali dinyatakan lain oleh rambu lalu lintas atau dalam
kondisi darurat dan kondisi jalan aman.Kecepatan kedaraan /unit di
daerah pit tidak boleh lebih dari 30 km/Jam,kecuali dinyatakan lain oleh
rambu lalu lintas.

Pengemudi peralatan /unit di jalan tambang harus tetap menjaga
jarak aman peralatan/unitnya tidak kurang dari 50 meter terhadap
peralatan/unit didepannya.

Pengemudi peralatan/ unit di area pit harus tetap menjaga jarak
aman peralatan/unitnya tidak kurang dari 30 meter terhadap peralatan
/unit didepannya

Pengemudi maupun penumpang wajib menggunakan sabuk
pengaman selama berkendara/ mengoperasikan unit dan atau berada
didalam peralatan/ unit
h.
Gerakkan Memutar
Arah Peralatan /Unit,Peralatan/ unit pada saat akan memutar arah,
harusmemperhatikan hal - hal sebagai berikut:
Laporan Perencanaan Tambang| 45

Manuver pada tempat- tempat yang telah ditentukan, sesuai dengan rambu
yang telah disediakan Pengemudi harus menepikan peralatan/unit disebelah
kirijalan yang aman

Pengemudi memastikan bahwa 100 meter didepan dan dibelakang peralatan
/unitnya Tidak ada peralatan/u nit lain y ang sedang berjalan.
i.
Mendahului peralatan/Unit,
Mendahului peralatan/ unit lain harus memperhatikan hal – hal sebagai
berikut:

Dilarang mendahului peralatan /unit dalam jarak kurang atau sama
dengan 50 meter dari persimpangan jalan, tikungan jalan, tanjakan dan
jembatan,serta saat jarak pandang terbatas, dan atau diatur lain oleh
rambu.

Sebelum mendahului peralatan/unit lain, pengemudi wajib membunyikan
klakson Sebagai isyarat dan menyalakan lampu sein sebelah kanan.

Pengemudi peralatan /unit dilarang mendahului peralatan /unit yang
sedang Berjalan didepannya sebelum mendapat izin dari pengemudi
peralatan/ unit yangakan didahului

Pengernudi wajib member ruang gerak di bagian sebelah kanan
peralatan/unitnya Apabila telah memberi izin pada peralatan/unit
dibelakangnya untuk mendahului.

Pengemudi peralatan/unit wajib memprioritaskan unit ambulance, unit
fire dan unit team emergency response yang akan melakukan pertolongan.

Dilarang mendahului peralatan/unit lain bagi unit motor grader, water
truck, fuel truck.

Pengemudi
yang
menyusuri
jalan
menurun,harus
mendahulukan
peralatan/ unit yang sedang menanjak jika kedua peralatan /unit tersebut
tidak memungkinkan saling berpapasan dan atau diatur lain oleh rambu.
j.
Parkir

Kendaraan/unit dinyatakan parkir ketika peralatan/unit berhenti atau
tidak bergerak Untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
Laporan Perencanaan Tambang| 46

Parkir harus ditempat yang ditentukan untuk parkir atau ditempat yang
rata (datar),aman, sejajar dengan kontur dan diusahakan parker mundur.

Jika parker harus dilakukan dilokasi yang menanjak /menurun, aktifkan
penuh rem tangan( full hand brake) dan aktifkan gigi (persnelling) maju
dilokasi yang menanjak dan gigi (persnelling) mundur dilokasi yang
menurun serta mengganjal rodaperalatan/u nit dengan ganjal roda

Posisi parkir harus lebih dari 20 meter dari dinding tambang dengan
slope lebih besar 45 derajat.

Attachment (bucker, ripper, blade ) untuk alat - alat berat dalam kondisi
turun menyentuh tanah saat parker.

Unit harus diparkir pada dilokasi parker yang ditentukan untuk parkir
sesuai jenis unit Tersebut dan dilarang parkir depan belakang(
memanjang) melainkan harus parker Menyamping dengan jarak antar
unit minimal 3 meter.

Peralatan
dapat
parker
depan
belakang(
memanjang)
maupun
menyamping dengan ketentuan sebagai berikut :

Jarak parkir depan elakang( memanjang) antar peralatan minimal 5 meter
denganArah peralatan seragam.

Jarak parkir menyamping antar peralatan minimal 1.5 meter dengan
searah peralatan

Semua peralatan/unit dilarang parkir( kecuali rusak) , pada tempat
sebagai berikut:

Pada rambu atau tanda dilarang parker

Menutupi rambu- rambu lalulintas yang ada

Pengemudi
dilarang
memarkir
peralatan/unit
yang
menghalangi
peralatan/ unit lain, menghalangi alat - alat tangggap darurat( misalnya:
Fire extinguisher ,fi re hydrant, ambulance, fire truck) ditikungan dan
dalam radius 100 meter daritikungan
k.
Menghentikan Peralatan /Unit

Pengemudi dilarang menghentikan peralatan /unit di daerah terlarang atau
berbahaya (ditikungan, daerah turunan, daerah tanjakan, jembatan, daerah
Laporan Perencanaan Tambang| 47
longsoran, maupun pada tempat - tempat yang dilarang berhenti sesuai
petunjuk rambu) kecuali keadaan darurat.

Menghentikan peralatan/ unit di tempat - tempat yang diwajibkan berhenti
harus memberikan jarak terhadap peralatan/unit didepannya tidak kurang
dari 5 meter

Pengemudi wajib menghentikan peralatan/unit yang dioperasikannya
apabila jarak pandang kurang dari 50 meter.
l.
Kerusakan Peralatan / Unit DiJalan
Apabila
peralatan/
unit
berhenti
di
jalan
akibat
gangguan/
kerusakan,sampaiperalatan/unit tersebut selesai di perbaiki atau dapat dipindahkan
keluar dari area jalan maka harusmelakukan hal- hal sebagai berikut:

Menyalakan lampu hazard

Memasang segitiga pengaman ( safety triangle ) atau traffic cone didepan
dan belakangperalatan/unit pada jarak 30 meter dan mengganjal roda
peralatan/unit dengan ganjalroda.
m.
Larangan Memberi Tumpangan
Dalam mengoperasikan unit, operator dilarang memberi tumpangan kepada
siapapun kecuali apabila sedang dalam masa training sehingga didampingi oleh
trainerya dan mekaniksedang melakukan pemeriksaan terhadap unit.
n.
Berhenti Pada Rambu STOP
Peralatan/unit wajib berhenti sempurna di rambu STOP untuk memastikan
situasi aman.sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
o.
Mobilisasi Unit

Semua kegiatan mobilisasi unit harus dilakukan pengawalan dengan tetap
memperhatikanfactor keselamalan kerja dan dan dilakukan pemeriksaan
terhadap unit yang akan dilakukanmobilisasi.

Jika pihak kontraktor subkontraktor akan melakukan moblisasi unit baik
kewilayah PT. F1B214080 atau jalan lintas perusahaan lain wajib
Menyampaikan pemberitahuan kepada PT. F1B214080
p.
Mematuhi Rambu - Rambu Lalu Lintas
Laporan Perencanaan Tambang| 48
Setiap pengoperasian peralatan/unit, pengemudi diwajibkan memperhatikan
dan mematuhirambu - rambu lalu lintas yang ada.
q.
Penggunaan Klakson
Klakson dibunyikan dengan cara dan pada kondisi sebagai berikut:

Bunyikan klakson 1 kali pada saat akan menghidupkan mesin
peralatan/unit
r.

Bunyikan klakson 2 kali pada saat peralatan/unit akan bergerak maju

Bunyikan klakson 3 kali pada saat peralatan/unit akan bergerak mundur
Berkendara Pada Persimpangan Jalan Negara
Pengemudi wajib mengutamakan peralatan umum disetiap persimpangan
jalan Negara.
s.
Prioritas Jalan Bagi Keadaan Darurat
Pengemudi peralatan/unit wajib memberikan prioritas jalan kepada:
t.

Peralatan pemadam kebakaran yang sedang bertugas

Ambulance yang akan mengangkut atau menjemput orang sakit

Peralatan pertolongan pertama( rescue)

Peralatan jenazah
Mengoperasikan Peralatan /Unit Dijalan Hauling Coal

Peralatan/Unit dilarang parker disepanjang jalan Hauling kecuali rusak.

Setiap peralatan/unit yang rusak driver segera melaporkan ke pengawas

Peralatan /Unit yang rusak diparkir ,ditempat yang datar, posisi mudah
terlihat,dipasang ganjal ban, nyalakan lampu hazard, dan pasang traffic
cone /safety triangte Unit melakukan overshift di lokasi rest area atau
tempat - tempat yang sudahdisediakan dan disetujui oleh PT.Prolindo
Cipta Nusantra.

Peralatan /unit hanya boleh parkir dilokasi rest area yang sudah
disediakan disepanjang jalan hauling coal

Mengoperasikan Peralatan/ Unit Dalam Kondisi NormalPeralatan wajib
memprioritaskan unit Truck produksi muatan & kosongan
u.
Meninggalkan Peralatan / Unit
Laporan Perencanaan Tambang| 49

Pengemudi sebelum meninggalkan peralatannya, harus meyakinkan
bahwa peralatan/unitnya sudah dimatikan dan terkunci serta aman
sehingga tidak dapat bergerak tanpadisengaja.

Ketentuan Lain Terhadap Pengoperasian Peralatan / UnitPengawas
Operasional wajib menghentikan kegiatan operasi peralatan / unit di
areatambang jika terdapat kondisi - kondisi lain yang tidak diatur didalm
prosedur ini tetapiberpotensi menimbulkan bahaya.
7.3.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 adalah Keselamatan & Kesehatan Kerja, di lingkungan pertambangan
umum. Keselamatan & Kesehatan Kerja, adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan upaya untuk memperoleh keselamatan dan kesehatan setiap orang yang
bekerja di lingkungan tambang. Kecelakaan Tambang, adalah semua kecelakaan
kerja yang terjadi pada saat jam kerja di wilayah tambang.
Lingkungan
Tambang Aktif, adalah
Lingkungan
di
sekitar lokasi
penambangan yang masih aktif menggunakan metode open pit, open cut atau open
mine (khususnya untuk batubara) dan terdapat pekerjaan-pekerjaan land clearing, top
soil stripping, gali muat angkut OB, gali muat angkut batubara, pemboran dan
peledakan, water pumping, OB dumping & back filling, land regrading,
recontouring, top soil spreading dan landscaping pada lokasi front kerja tambang
(single atau multi bench), disposal aktif, jalan-jalan tambang (sementara maupun
permanen), sedimen pond (sementara maupun permanen), drainase tambang dan
sarana lain yang berada didalamnya dan berhubungan dengan kegiatan tambang itu
sendiri.
Kepmen Pertambangan & Energi No. 555.K/26/M.Pe/1995, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Pertambangan Umum. Tujuannya
yaitu :

Mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan sebab akibat dari adanya
tindakan dan kondisi yang tidak aman, nyaman, sehat dan menyenangkan dari
setiap pekerja tambang.

Mencegah dan menangani terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan
tambang.
Laporan Perencanaan Tambang| 50

Mencapai tingkat ‘zerro accident’.

Sebagai acuan dalam melakukan investigasi terjadinya insiden.

Memberikan sanksi bagi setiap pelanggaran yang berakibat pada kerugian
material dan non material pada perusahaan, lingkungan sekitar dan
pekerja/orang lain.
A.
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan pada Pertambangan
Gambar 7.3.1 Contoh APD (Alat Pelindung Diri)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut
adalah :
1. Safety Helmet
Safety Helmet adalah Helmet yang di desain untuk melindungi kepala
sang pemakai dari benturan. Dan ini dibutuhkan bagi tiap pekerja untuk
mencegah benturan benda ataupun kecelakaan yang mengenai kepala.
2. Sepatu Karet (sepatu boot)
Laporan Perencanaan Tambang| 51
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek
ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
3. Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari
karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
4. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
5. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.
7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
8. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
9. Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat
bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
10. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Laporan Perencanaan Tambang| 52
BAB 8
IVESTASI DAN KELAYAKAN EKONOMI
8.1.
Biaya Produksi Dan Penambangan
8.1.1. Biaya Penggunaan Alat
A.
Biaya Penggunaan Cobelco Sk330 Lc Hydraulic Excavator
Biaya alat yang digunakan selama proses pengambilan bijih seperti biaya
penggunaan excavator, biaya solar dan gaji operator baik dengan disewa ataupun
dibeli, dapat dilihat sebagai berikut :
1. Biaya penggunaan excavator
Estimasi biaya penggunaan 1 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator
dengan perbandingan harga dibeli atau di sewa yaitu :
-
Jika Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator dibeli harganya yaitu Rp.
645.977.600/unit
-
Jika disewa harganya per unitnya adalah Rp. 140.000/jam
Jumlah jam kerja selama kegiatan penambangan yaitu 79 hari (632 jam
kerja), sehingga :
a. Biaya pada bulan ke 1 dan 2 dengan 480 jam kerja
Harga sewa
= biaya sewa/jam x jumlah jam kerja
= Rp. 140.000 x 480
= Rp. 67.200.000
Untuk penggunaan 3 excavator biaya yang digunakan adalah
sebesar Rp. 201.600.000.
b. Biaya pada bulan ke 3 dengan 152 jam kerja
Harga sewa
= biaya sewa/jam x jumlah jam kerja
= Rp. 140.000 x 152
= Rp. 21.280.000
Untuk penggunaan 2 excavator biaya yang digunakan adalah
sebesar Rp. 42.560.000.
Jadi, total biaya sewa penggunaan excavator ini selama kegiatan
penambangan selama 632 jam tersebut adalah
Laporan Perencanaan Tambang| 53
Total harga sewa
= harga sewa bulan ke 1 dan 2 + harga sewa bulan ke 3
= Rp. 201.600.000 + Rp. 42.560.000
= Rp. 244.160.000
2. Biaya penggunaan solar untuk Excavator
Estimasi biaya penggunaan solar untuk 1 unit Cobelco SK330 LC Hydraulic
Excavator dengan waktu 79 hari kerja (1 hari = 8 jam kerja) dengan
penggunaan solar 20 liter/jam (1 liter solar = Rp. 6.450), sehingga :
a. Biaya penggunaan solar bulan ke 1 dan 2 (60 hari kerja)
Biaya penggunaan solar = ((60 x 8 jam) x 20 liter/jam) x Rp 6.450/liter
= (480 jam x 20 liter/jam) x Rp. 6.450/liter
= 9.600 liter x Rp. 6.450/liter
= Rp. 61.920.000
Karena dalam kegiatan penambangan ini digunakan 3 unit
Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator maka biaya penggunaan
solarnya adalah Rp. 185.760.000.
b. Biaya penggunaan solar bulan ke 3 (19 hari kerja)
Biaya penggunaan solar = ((19 x 8 jam) x 20 liter/jam) x Rp 6.450/liter
= (152 jam x 20 liter/jam) x Rp. 6.450/liter
= 3.040 liter x Rp. 6.450/liter
= Rp. 19.608.000
Karena dalam kegiatan penambangan ini digunakan 2 unit
Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator maka biaya penggunaan
solarnya adalah Rp. 39.216.000.
Jadi, total biaya penggunaan solar selama 632 jam kegiatan
penambangan ini adalah :
Total biaya solar
= biaya solar bulan ke 1 dan 2 + biaya solar bulan ke 3
= Rp. 185.760.000+ Rp. 39.216.000
= Rp. 224.976.000
3. Gaji operator Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator
Laporan Perencanaan Tambang| 54
Estimasi gaji operator perhari adalah Rp. 170.000. jadi, untuk gaji operator
perjam adalah
Gaji perjam
= gaji perhari / jumlah jam kerja
= Rp. 170.000/8
= Rp. 21.250.
a. Gaji operator bulan ke 1 dan 2 (480 jam kerja)
Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja
= Rp. 21.250/ jam x 480 jam
= Rp. 10.200.000
Karena excavator yang digunakan adalah 3 maka gaji operatornya
adalah Rp. 30.600.000.
b. Gaji operator bulan ke 3 (152 jam kerja)
Gaji operator = gaji perjam x jumlah jam kerja
= Rp. 21.250/ jam x 152 jam
= Rp. 3.230.000
Karena excavator yang digunakan adalah 2 maka gaji operatornya
adalah Rp. 6.460.000.
Jadi, total gaji operator excavator selama 632 jam kerja pada kegiatan
penambangan ini adalah :
Total gaji operator
= gaji operator bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3
= Rp. 30.600.000 + Rp. 6.460.000
= Rp. 37.060.000
Sehingga total biaya yang digunakan untuk mengoperasikan 2 unit
Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator adalah :
Total biaya excavator = biaya sewa excavator + biaya solar + gaji operator
= Rp. 244.160.000 + Rp. 224.976.000 + Rp. 37.060.000
= Rp. 506.196.000
Laporan Perencanaan Tambang| 55
B.
Biaya Penggunaan Dumptruck HINO Dutro 130 HD
Biaya alat yang digunakan selama proses pengangkutan bijih seperti biaya
penggunaan, biaya solar dan gaji operator dumptruck baik dengan disewa ataupun
dibeli, dapat dilihat sebagai berikut :
1.
Biaya penggunaan dumptruck
Estimasi biaya penggunaan 1 unit Dumptruck HINO Dutro 130 HD dengan
perbandingan harga dibeli atau di sewa yaitu :
-
Jika Dumptruck HINO Dutro 130 HD dibeli harganya yaitu Rp.
235.000.000/unit
-
Jika disewa harganya per unitnya adalah Rp. 22.000.000/ unit perbulan
(92.000/jam).
Jumlah jam kerja selama kegiatan penambangan yaitu 79 hari (632 jam
kerja), sehingga :
a. Biaya pada bulan ke 1 dan 2 dengan 480 jam kerja
Harga sewa
= biaya sewa/bulan x jumlah jam kerja
= Rp. 92.000 x 480
= Rp. 44.160.000
Untuk penggunaan 12 dumptruck biaya yang digunakan
adalah sebesar Rp. 529.920.000.
b. Biaya pada bulan ke 3 dengan 152 jam kerja
Harga sewa
= biaya sewa/jam x jumlah jam kerja
= Rp. 92.000 x 152
= Rp. 13.984.000
Untuk penggunaan 8 dumptruck biaya yang digunakan adalah
sebesar Rp. 111.872.000.
Jadi, total biaya sewa penggunaan dumptruck ini selama kegiatan
penambangan selama 632 jam tersebut adalah
Total harga sewa
= harga sewa bulan ke 1 dan 2 + harga sewa bulan ke 3
= Rp. 529.920.000+ Rp. 111.872.000
= Rp. 641.792.000
Laporan Perencanaan Tambang| 56
2.
Biaya penggunaan solar untuk Dumptruck
Estimasi biaya penggunaan solar untuk 1 unit DT Hino Dutro 130 HD dengan
waktu 79 hari kerja (1 hari = 8 jam kerja) dengan perbandingan penggunaan
solar yaitu 1 : 3,8 atau 1 liter solar dapat digunakan untuk menempuh jarak
3,8 km. Untuk mengetahui berapa kali dumptruck melakukan dumping di
stock pile maupun di disposal dalam 1 jamnya dilakukan perhitungan sebagai
berikut :
-
Dari front ke disposal
Jumlah dumping
= 60 menit/ CT dumptruck ke disposal
= 60 menit/ 5,15 menit
= 11,65 = 12 kali
Jadi, jarak yang ditempuh dumptruck selama 1 jam dari front ke
disposal adalah :
Jarak
= jumlah dumping x jarak front ke disposal
= 12 x 250 meter
= 3.000 meter/jam
Karena dalam 1 hari jumlah jam kerja adalah 8 jam, sehingga :
Jarak kerja/hari
= 3000 meter/jam x 8 jam kerja/hari
= 24.000 m/hari = 24 km/hari
Selama kegiatan pengupasan OB 60 hari maka jarak kerja yaitu :
Jarak
= 24 km/hari x 60 hari
= 1440 km
Banyak liter solar
= 1440 km/3,8 km
= 378,95 liter
Biaya solar
= solar digunakan x harga solar
= 378,95 liter x Rp. 6.450/liter
= Rp. 2.444.227,5
Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 12 unit
dumptruck selama 60 hari ini adalah Rp. 29.330.730.
Laporan Perencanaan Tambang| 57
-
Dari front ke stockpile
Jumlah dumping
= 60 menit/ CT dumptruck ke stockpile
= 60 menit/ 7,65 menit
= 7,8 = 8 kali
Jadi, jarak yang ditempuh dumptruck selama 1 jam dari front ke
stockpile adalah :
Jarak
= jumlah dumping x jarak front ke stockpile
= 8 x 750 meter
= 6.000 meter/jam
Karena dalam 1 hari jumlah jam kerja adalah 8 jam, sehingga :
Jarak kerja/hari
= 6.000 meter/jam x 8 jam kerja/hari
= 48.000 m/hari = 48 km/hari

Selama kegiatan penambangan 60 hari maka jarak kerja yaitu :
Jarak
= 48 km/hari x 60 hari
= 2.880 km
Banyak liter solar = 2880 km/3,8 km
= 757,89 liter
Biaya solar
= solar digunakan x harga solar
= 757,89 liter x Rp. 6.450/liter
= Rp. 4.888.390
Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 12 unit
dumptruck selama 60 hari ini adalah Rp. 58.660.680.

Selama kegiatan penambangan 19 hari maka jarak kerja yaitu :
Jarak
= 48 km/hari x 19 hari
= 912 km
Banyak liter solar = 912 km/3,8 km
= 240 liter
Biaya solar
= solar digunakan x harga solar
= 240 liter x Rp. 6.450/liter
= Rp. 1.548.000
Laporan Perencanaan Tambang| 58
Jadi, jumlah harga solar yang digunakan oleh 8 unit dumptruck
selama 19 hari ini adalah Rp.12.384.000.
Jadi, total biaya solar yang digunakan selama kegiatan penambangan
79 hari ini adalah :
Total biaya solar
= biaya solar bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3
= Rp. 58.660.680 + Rp. 12.384.000
= Rp. 71.044.680
3.
Gaji operator DT Hino 130 Hd
Estimasi gaji operator perhari adalah Rp. 190.000. jadi, untuk gaji operator
perjam adalah
Gaji perjam
= gaji perhari / jumlah jam kerja
= Rp. 190.000/8
= Rp. 23.750.
a. Gaji operator bulan ke 1 dan 2 (480 jam kerja)
Gaji operator
= gaji perjam x jumlah jam kerja
= Rp. 23.750/ jam x 480 jam
= Rp. 11.400.000
Karena dumptruck yang digunakan adalah 12 maka gaji
operatornya adalah Rp. 136.800.000.
b. Gaji operator bulan ke 3 (152 jam kerja)
Gaji operator
= gaji perjam x jumlah jam kerja
= Rp. 23.750/ jam x 152 jam
= Rp. 3.610.000
Karena dumptruck yang digunakan adalah 8 maka gaji
operatornya adalah Rp. 28.880.000.
Jadi, total gaji operator excavator selama 632 jam kerja pada kegiatan
penambangan ini adalah :
Total gaji operator = gaji operator bulan ke 1 dan 2 + bulan ke 3
= Rp. 136.800.000 + Rp. 28.880.000
= Rp. 165.680.000
Laporan Perencanaan Tambang| 59
Sehingga total biaya yang digunakan untuk mengoperasikan Dumptruck Hino
Dutro 130 Hd adalah :
Total biaya Dumptruck = biaya sewa dumptruck + biaya solar + gaji operator
= Rp. 641.792.000 + Rp. 71.044.680 + Rp. 165.680.000
= Rp. 878.516.680
Tabel 8.1.1 Biaya Total Sewa Alat
Jenis Alat
Jumlah Alat
Harga Sewa
Biaya Sewa
(jam) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3
Harga Jual
(Rp/unit)
Total Harga
Penyewaan Alat
Cobelco SK330
LC Hydraulic Rp. 645.977.600 Rp. 140.000
Excavator
3 unit
2 unit Rp. 201.600.000 Rp. 42.560.000 Rp. 244.160.000
Dumptruck Hino
Rp. 235.000.000 92.000/jam
Dutro 130 Hd
12 unit
8 unit Rp. 529.920.000 Rp. 111.872.000 Rp. 641.792.000
Tabel 8.1.2 Biaya Penggunaan Solar Alat
Jenis Alat
Jalur
Jumlah Alat
Harga Solar
Harga Solar
(Liter) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3
Cobelco SK330
LC Hydraulic
Excavator
Dumptruck Hino Front-disposal
Dutro 130 Hd Front-Stockpile
3 unit
2 unit
12 unit
8 unit
Rp. 6.450
Total Harga
Pemakaian Solar
Rp. 185.760.000 Rp. 39.216.000 Rp. 224.976.000
Rp. 29.330.730
Rp. 29.330.730
Rp. 58.660.680 Rp.12.384.000 Rp. 71.044.680
Tabel 8.1.3 Biaya Gaji Operator
Jenis Alat
Jumlah Alat
Gaji Operator
Gaji operator
Total Gaji Operator
(jam) Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3 Bulan ke 1 & 2 Bulan ke 3
Cobelco SK330
LC Hydraulic Rp. 21.250
Excavator
3 unit
2 unit
Rp. 30.600.000 Rp. 6.460.000 Rp. 37.060.000
Dumptruck Hino
Rp. 23.750.
Dutro 130 Hd
12 unit
8 unit
Rp. 136.800.000 Rp. 28.880.000 Rp. 165.680.000
Laporan Perencanaan Tambang| 60
8.2.
Biaya Rencana Reklamasi
Luas lahan yang nantinya akan direklamasi adalah ± 22 ha, dimana bukaan
lahan akan ditutup dengan overburden yang ada di disposal. Alat berat yang
digunakan dalam proses reklamasi ini yaitu Cobelco SK330 LC Hydraulic Excavator
, dumptruck Hino Dutro 130 HD dan bulldozer cartepillar D6T. Pada area reklamasi
akan dilapisi tanah pucuk setebal 0,8 m yang diangkut dari tempat penyimpanan
tanahpucuk, sehingga jenjang pada area bekas tambang tersebut tertimbun
danjenjang tidak nampak lagi. Pada setiap kaki jenjang akan dibuat saluran air
sebagai pengendali air yang masuk ke area reklamasi dengan panjang sesuai panjang
lahan yang akan direklamasi, lebar 1 m dan kedalaman 1 m. Untuk menjaga stabilitas
lereng area tersebut akan dilakukan penanaman Cover Crop dan kemudian
ditanamami dengan tanaman pokok.
PT. F1B214080 akan menanam bibit pohon dengan jarak 7 meter x 7 meter.
Jadi jumlah bibit yang disediakan :
= 220.000 m2/49 m2
= 4.489,7 = 4.490 bibit pohon
Diketahui harga bibit adalah Rp 2.000 per bibit, maka jumlah biaya yang yang
dikeluarkan perusahaan untuk membeli bibit adalah
= 4.490 bibit x Rp. 2.000
= Rp. 8.980.000
Untuk estimasi biaya reklamasi dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 8.2.1. Biaya Estimasi Reklamasi
No
Kegiatan
Biaya (Rp)
1
Pengaturan Permukaan Lahan
46.000.000,00
2
Penebaran Tanah Pucuk
78.320.000,00
3
Pengendalian Erosi dan pengolahan air
1.345.000,00
4
Analisis kualitas tanah
1.200.000,00
5
Pemupukan
2.110.000,00
6
Pengadaan bibit
8.890.000,00
7
Penanaman
4.800.000,00
Laporan Perencanaan Tambang| 61
8
Pemeliharaan tanaman
4.000.000,00
9
Pencegahan dan penanggulangan AAT
3.000.000,00
Total
8.3.
149.665.000
Biaya Pembangunan Sarana dan Prasarana
PT. F1B214080 menyewa jasa kontraktor dalam pembangunan fasilitas-
fasilitas pendukung kegiatan pertambangan. Dimana target waktu pembangunannya
adalah 3 bulan. Berikut adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun
fasilitas–fasilitas tersebut :
Tabel 8.3.1. Rencana Pembangunan Sarana Dan Prasarana
No
Jenis Fasilitas
Biaya Pembangunan
1
Kantor
Rp. 450.000.000
2
Workshop
Rp. 300.000.000
3
Mushala
Rp 100.000.000
4
Mess Karyawan
Rp. 200.000.000
5
Pos satpam
Rp 3.000.000
6
Kantin
Rp 10.000.000
7
Pemasok air bersih
Rp 5.000.000
8
Fasilitas penyimpanan bahan bakar
Rp 5.000.000
Total
8.4.
Rp. 1.070.000.000
Analisis Kelayakan
Berdasarkan hasil perhitungan biaya penambangan selama kurun waktu 4
bulan dengan mempertimbangkan banyak hal, berikut adalah daftar pengeluaran
biaya yang diperkirakan oleh PT. F1B214080:
Tabel 8.4.1. Total Biaya Kegiatan Pertambangan
No.
Jenis Kegiatan
Biaya
1
Perizinan
Rp 1.000.000.000
2
Pengoperasian alat berat
Rp. 1.414.043.410
Laporan Perencanaan Tambang| 62
3
Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pendukung
4
Kegiatan reklamasi
Rp. 149.665.000
5
Lain-lain
Rp. 500.000.000
Total
Rp. 1.070.000.000
Rp. 4.133.708.410
Jadi, estimasi biaya total operasi kegiatan mulai dari perizinan sampai pada
reklamasi adalah Rp. 4.133.708.410
Untuk pemasukan yang akan didapat :
Harga Nikel
= $11.415/ton ($ 1 = 13.000) = Rp. 148.395.000/ton
Tonase Penambangan = 470.140 ton
Kadar 1,6 % Ni
= 470.140 x 1,6 %
= 7.522,24 ton
Total Pemasukan
= 7.522,24 ton x Rp.148.395.000
= Rp. 1.116.262.800.000
Laporan Perencanaan Tambang| 63
Download