Uploaded by Okii Djayakusuma

makalah arsitektur pasca kemerdekaan

advertisement
PENDAHULUAN
Sebelum masa kemerdekaan dunia arsitektur di Indonesia didominasi oleh karya
arsitek Belanda. Masa kolonial tersebut telah mengisi gambaran baru pada peta arsitektur
Indonesia. Kesan tradisional dan vernakuler serta ragam etnik di Negeri ini diusik oleh
kehadiran pendatang yang membawa arsitektur arsitektur di IndonesiaBentuk arsitektur di
Indonesia “asli” kemudian dimulai dari sebuah institusi arsitektur di era setelah kemerdekaan.
Selama periode tersebut sampai sekarang arsitektur berkembang melalui proses akademik dan
praktek arsitektur pada sebuah arsitektur kontemporer Indonesia.
Di masa penjajahan Belanda sebenarnya mata kuliah arsitektur diajarkan sebagai
bagian dari pendidikan insinyur sipil. Namun, setelah Oktober 1950, sekolah arsitektur yang
pertama didirikan di Institut Teknologi Bandung yang dulu bernama Bandoeng Technische
Hoogeschool (1923). Disiplin ilmu arsitektur ini diawali dengan 20 mahasiswa dengan 3
pengajar berkebangsaan Belanda, yang pada dasarnya pengajar tersebut meniru system
pendidikan dari tempat asalnya di Universitas Teknologi Delft di Belanda. Pendidikan
arsitektur mengarah pada penguasaan keahlian merancang bangunan, dengan fikus pada
parameter yang terbatas, yaitu fungsi, iklim, konstruksi, dan bahan bangunan.
Semenjak konflik di Irian Barat pada tahun 1955 semua pengajar dari Belanda
dipulangkan ke negaranya, kecuali V.R. van Romondt yang secara rendah hati bersikeras
untuk
tinggal
dan
memimpin
sekolah
arsitektur
sampai
tahun
1962.
Selama
kepemimpinannya, pendidikan arsitektur secata bertahan memperkaya dengan memberikan
aspek estetika, barat ke tanah Indonesia. Sekitar awal 1910-an beberapa karya arsitek Belanda
seperti Stasiun Jakarta Kota, Hotel Savoy Homan dan Villa Isola di bandung sudah
memberikan pemandangan barubudaya dan sejarah ke dalam sebuah pertimbangan desain.
Van Romondt berambisi menciptakan “Arsitektur Indonesia” baru, yang berakar pada prinsip
tradisional dengan sentuhan modern untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kontemporer.
Dengan kata lain “Arsitektur Indonesia” adalah penerapan gagasan fungsionalisme,
rasionalisme, dan kesederhanaan dari desain modern, namun sangat terinspirasi oleh prinsipprinsip arsitektur tradisional.
1|Page
1. KEMAJUAN, MODERNITAS, DAN MONUMENTALITAS
Pada tahun 1958, mahasiswa arsitektur ITB sudah mencapai 500 orang, dengan 12
orang lulusan. Yang kemudian beberapanya menjadi pengajar. Pada bulan September 1959,
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan. Sejak tahun 1961, kepemimpinan sekolah arsitektur
berpindah tangan pada bangsa Indonesia dengan Sujudi sebagai ketuanya. Kemudian Sujudi
mendirikan sekolah arsitektur di perguruan tinggi lainnya. Masa ini juga juga dipelopori oleh
Sujudi cs. bersama teman-temannya yang menamakan diri ATAP.Awal tahun 1960-an,
literature barat mulai masuk dalam diskursus pendidikan arsitektur di Indonesia. Karya dan
pemikiran para arsitek terkemukan seperti Walter Gropius, Frank Lloyd Wright, dan Le
Corbusier menjadi referensi normative dalam diskusi dan pelajaran
Iklim politik pada saat itu juga sangat berpengaruh terhadap pola fikir masyarakat
terhadap teori dan konsep arsitektur modern. Karena di masa kepemimpinan Sukarno,
“modernitas” diberikan olah kepentingan simbolis yang merujuk pada persatuan dan
kekuatan nasional. Sukarno telah berhasil mempengaruhi secara mendasar karakter arsitektur
yang diproduksi pada masa iai memegang kekuasaan. Modern, revolusioner, dan heroik
dalam arsitektur membawa kita pada program pembangunan besar-besaran terutama untuk
ibukota Jakarta. Ia berusaha mengubah citra Jakarta sebagai pusat pemerintahan kolonial
menjadi ibukota Negara yang merdeka dan berdaulat yang lahir sebagai kekuatan baru di
dunia.
Pada akhir 1950-an Sukarno mulai membongkar bangunan-bangunan lama dan
memdirikan bangunan baru, pelebaran jalan, dan pembangunan jalan bebas hambatan.
Gedung pencakar langit dan teknologi bangunan modern mulai diperkenalkan di negeri ini.
Dengan bantuan dana luar negeri proyek-proyek seperti Hotel Indonesia, Pertokoan Sarinah,
Gelora Bung Karno, By pass, Jembatan Semanggi, Monas, Mesjid Istiqlal, Wisma Nusantara,
Taman Impian Jaya Ancol, Gedung DPR&MPR dan sejumlah patung monumen.
Ciri
khas
proyek
arsitektur
Sukarno
adalah
kemajuan,
modernitas,
dan
monumentalitas yang sebagian besar menggunakan langgam “International Style”. Seorang
arsitek yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno pada masa itu adalah
Friedrich Silaban. Ia terlibat hampir semua proyek besari pada masa itu. Desainnya didasari
oleh prinsip fungsional, kenyamanan, efisiensi, dan kesederhanaan. Pendapatnya bahwa
arsitek harus memperhatikan kebutuhan fungsional suatu bangunan dan factor iklim tropis
2|Page
seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, dan radiasi matahari. Desainnya
terekspresikan dalam solusi arsitektur seperti ventilasi silang, teritisan atap lebar, dan selasarselasar.
2. KESATUAN DAN KERAGAMAN BUDAYA
Sejak kejatuhan Sukarno pada tahun 1965, pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Suharto menyalurkan investasi asing ke Jakarta dan telah melaksanakan
rencana modernisasi dengan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia. Proyek yang
ditinggalkan Sukarno kemudian diselesaikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu Ali
Sadikin.
Ali Sadikin juga bermaksud menjadikan Jakarta sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
dari Timur dan Barat. Sehingga pada tahun 1975, dikembangkan suatu program konservasi
bagian Kota Tuan di Jakarta dan beberapa situs-situ sejarah lainnya. Program ini sedikit demi
sedikit mengubah sikap masyarakat terhadap warisan arsitektur kolonial.
Sejak awal 1970-an, kondisi ekonomi di Indonesia semakin membaik, yang
berdampak pada kebutuhan akan jasa perencanaan dan perancangan arsitektur berkembang
pesat. Maka munculla biro-biro arsitektur yang menangani proyek badan pemerintahan,
BUMN, dan para “orang kaya baru”. Sayangnya para arsitek professional di Indonesia tidak
siap menerima tantangan besar tersebut. Yang tidak memiliki pilihan doktrin fungsional dari
arsitektur modern membelenggu pengembangan karakter unik dalam arsitektur kontemporer
pada masanya. Sementara itu kalangan elit dan golongan menengah keatas mengekspresikan
kekayaan dan status sosialnya melalui desain yang monumental dan eklektik dengan
meminjam ornamen arsitektur Yunani, Romawi, dan Spanyol.
Kekecewaan terhadap kecenderungan meniru dan eklektik ini membawa arsitek
Indonesia pada suatu gagasan untuk mengembangkan karakter arsitektur Indonesia yang
khas. Suharto memegang peran utama untuk membangkitkan kembali kerinduan pada
kehidupan pedesaan Indonesia, melalui tema-tema arsitektur etnik. Jenis arsitektur ini
kemudian dipahami sebagai langgam resmi yang dianjurkan. Ditandai juga dengan
pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).Para arsitek muda sebagian besar juga
kecewa terhadap tendensi eklektis dari arsitektur modern di dalam negeri. Yang kemudian
semakin menyoroti secara simpatik pada arsitektur tradisional. Mereka menyoroti perbedaan
kontras antara arsitektur modern dengan arsitektur tradisional sedemikian rupa sehingga
3|Page
arsitektur tradisional diasosiasikan dengan “nasional”, dan arsitektur modern dengan “asing”
dan “barat”.
3. MENCARI IDENTITAS ARSITEKTUR INDONESIA
Pada pertengahan tahun 1970-an, masalah langgam dan identitas arsitektur nasional menjadi
isu utama bagi arsitek Indonesia. Terhadap masalah langgam dan identitas arsitektur nasional
pandangan arsitek Indonesia menjadi tiga kelompok yang berbeda. Kelompok pertama
berpendapat bahwa arsitektur Indonesia sebenarnya sudah ada, terdiri atas berbagai jenis
arsitektur tradisional dari berbagai daerah. Implikasinya adalah penerapan elemen arsitektur
tradisional yang khas, seperti atap dan ornamen. Kelompok arsitek kedua bersikap skeptis
terhadap segala kemungkinan untuk mencapai langgam dan identitas arsitektur nasional yang
ideal. Kelompok ketiga adalah sebagian akademisi arsitektur yang secara konsisten mengikuti
langkah “bapak” mereka, V.R. van Romondt. Mereka berpendapat bahwa arsitektur
Indonesia masih dalam proses pembentukan, dan hasilnya bergantung pada komitmen dan
penilaian kritis terhadap cita-cita budaya, selera estetis, dan perangkat teknologi yang
melahirkan model dan bentuk bangunan tradisional pada masa tertentu dalam sejarah. Mereka
yakin bahwa pemahaman yang lebih mendalam terhadap prinsip tersebut dapat memberikan
pencerahan atau inspirasi bagi arsitek kontemporer untuk menghadapi pengaruh budaya asing
dalam konteks mereka sendiri.
Dalam periode 1980-1996 institusi keprofesian dan pendidikan arsitektur mengalami
perkembangan pesat, Pertumbuhan sector swasta yang subur serta investasi dengan korporasi
arsitektur asing mulai mengambil alih segmen pasar kelas atas di ibukota dan daerah tujuan
wisata seperti Pulau Bali. Dapat dikatakan bahwa arsitektur kontemporer di Indonesia tidak
menunjukkan deviasi yang radikal terhadap perkembangan arsitektur modern di dunia pada
umumnya.
Sebenarnya pada pertengahan 1970-an telah ada usaha untuk menciptakan suatu langgam
khusus, suatu bentuk identitas “Indonesia”, tetapi hanya terbatas pada proyek arsitektur yang
prestisius seperti bandara udara internasional hotel, kampus, dan gedung perkantoran. Sangat
jelas bahwa proyek penciptaan langgam dan identitas arsitektur Indonesia termotivasi secara
politis.
4|Page
4. ARSITEKTUR KONTEMPORER INDONESIA
Awal tahun 1990-an ditandai pengaruh postmodernisme pada bangunan umum dan
komersil di Jakarta dan kota besar lainnya. Hadirnya kontribusi signifikan dari para arsitek
muda yang berusaha menghasilkan desain yang khas dan inovatif untuk memperkaya
khasanah arsitektur kontemporer di Indonesia. Di antaranya adalah mereka yang terhimpun
dalam kelompok yang sering dianggap elitis, yaitu Arsitek Muda Indonesia (AMI). Dengan
motto “semangat, kritis, dan keterbukaan” kiprah AMI juga didukung oleh kelompok muda
arsitek lainnya seperti di Medan, SAMM di Malang, De Maya di Surabaya dan BoomArs di
Manado. Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kreatif di kalangan arsitek
praktisi, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) juga mulai memberikan penghargaan desain (design
award) untuk berbagai kategori tipe bangunan. Karya-karya arsitektur yang memperoleh
penghargaan dimaksudkan sebagai tolok ukur bagi pencapaian desain yang baik dan sebagai
pengarah arus bagi apresiasi arsitektural yang lebih tinggi.
Penghargaan Aga Khan Award dalam arsitektur yang diterima Y.B. Mangunwijaya
pada tahun 1992 untuk proyek Kali Code, telah berhasil memotivasi arsitek-arsitek Indonesia
untuk melatih kepekaan tehadap tanggung jawab sosial budaya.Krisis moneter tahun 1997
mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Orde Baru telah melumpuhkan sector property dan
jasa professional di bidang arsitektur. Diperlukan hampir lima tahun untuk kembali, namun
kerusakan yang sedemikian parah mengakibatkan kemunduran pada semua program
pembangunan nasional.
Kini, arsitek kontemporer Indonesia dihadapkan pada situasi paradoksikal:
Bagaimana melakukan modernisasi sambil tetap memelihara inti dari identitas budaya?
Karya-karya kreatif dan kontemporer kini menjadi tonggak baru dalam perkembangan
arsitektur Indonesia. Dengan pemikiran dan isu baru yang menjadi tantangan arsitek muda.
Seiring pergerakan AMI memberikan semangat modernisme baru yang lebih sensitif terhadap
isu lokalitas dan perubahan paradigma arsitektur di Indonesia.
5|Page
5. EKOLOGI, FLEKSIBILITAS, DAN TEKNOLOGI
Dunia arsitektur dewasa ini juga kini dihadapkan pada suatu isu baru. Krisis energi karena
sumber daya alam yang dieksploitasi sejak era industrialisasi dunia kini terasa gejalanya.
Perubahan iklim, pemanasan global, dan bencana lainnya menjadi dampak dari krisis energi
dan perusakan lingkungan. Jelas sekali dunia konstruksi menjadi salah satu penyebabnya.
Sepertinya pernyataan tentang isu berkelanjutan melalui konferensi internasional yang
menghasilkan pernyataan:
“… Sustainable development is development that meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs…”(Bruntdland report,
1987)
Kini menjadi keharusan karena tekanan keadaan.
Fenomena ini yang kemudian memberikan pelajaran bagi arsitektur kontemporer
Indonesia. Dimana modernitas, lokalitas dan faktor ekologis kita yang memiliki iklim tropis
harus dikedepankan. Pencarian beralih menuju arsitektur modern tropis. Beberapa arsitek
muda kini juga berlomba-lomba untuk menyelamatkan keberadaan bumi ini. Seperti Adi
Purnomo yang banyak menghasilkan karya rumah tinggal yang kaya akan area hijau, Jimmy
Priatman yang berhasil membuat bangunan hemat energi dan masuk nominasi Aga Khan
Award, dan tokoh arsitek muda lainnya.
Isu lainnya yang menjadi berkembang adalah ketersediaan lahan. Kurang berhasilnya
penerapan otonomi daerah pemerintahan reformasi kita ini tetap menjadikan kota sebagai
pusat perekonomian nasional. Akibatnya lahan di perkotaan semakin menipis. Membuat
karya arsitektur selain ramah lingkungan kini dihadapkan pada suatu kenyataan penyempitan
ruang binaan. Bangunan yang efisien dengan keadaan dan “compact” dengan segala bentuk
keadaan mulai ditinjau dalam penerapan arsitektur kontemporer.
Tantangan ini yang kemudian menjadi “pekerjaan rumah” (PR) para arsitek muda kita
sekarang dan untuk masa akan datang. Menjaga unsur lokalitas dan arus globalitas, antara
tradisi dan isu terkini harus segera dijawab dengan sebuah karya yang nyata dan
berkesinambungan.
6|Page
6. PEMAPARAN ARSITEKTUR DI ZAMAN KEMERDEKAAN
a. Perkembangan Arsitektur di Masa 4 Windu Merdeka
Selama perang dunia ke II, kekayaan arsitektur di Indonesia (di kota-kota) tidak
mengalami kerusakan yang parah, bila dibandingkan dengan kehancuran kota-kota di Jepang
atau di berbagai negara di Eropa. ‘Pemerkosaan’ arsitektur justru terjadi seperempat abad
kemudian yaitu ketika bangunan-bangunan yang bergaya kolonial dirombak paksa tampak
depannya, demi mengikuti gaya arsitektur ‘muktakhir’.Perombakkan – perombakkan seperti
itu telah melahirkan lebih banyak bentuk-bentuk yang dipaksa dan tidak rasional daripada
menghasilkan bentuk yang dari segi keindahan lebih menarik.
Ketika masa revolusi sedang hangatnya memang terjadi kehancuran dan kerusakan
dari sejumlah gedung-gedung penting. Pembangunannya kembali berlangsung sangat lambat
karena keadaan negara yang sedang dalam musim pancaroba. Namun dari segi lain, ada titiktitik cerah bagi perkembangan arsitektur, umpamanya di tahun-tahun peralihan (1945-1949)
ketika kekuasaan RepublikIndonesia menjadi mutlak diakui oleh Belanda.
Sejak saat itu dan seterusnya selama 4 windu Merdeka perkembangan arsitektur Indonesia,
seakan-akan terpusat di Jakarta. Boleh kita pandang, bahwa pangkal perkembangan arsitektur
tersebut dimulai tahun 1948 ketika kota satelit Kebayoran Baru menjadi kenyataan.
Pembangunna kota baru di selatan Jakarta itu sangat penting artinya dari segi arsitektur
karena perluasan kota tersebut menumbuhkan berbagai gaya bangunan rumah,gedung-gedung
umum dsb.
Gaya-gaya yang dikembangkan bertitik berat pada ‘meng-Indonesia-kan’ sebagai
identitas baru Indonesia Merdeka, berlangsung di segala bidang kehidupan masyarakat
Indonesia. Para perencana rumah dan bangunan-bangunan, kebanyakan masih angkatan yang
berlatar belakang pendidikan Belanda, bahkan banyak arsitek-arsitek Belanda yang turut aktif
dalam proyek pembangunan tersebut.
Peng-Indonesiaan gaya arsitektur di tahun 50-an umumnya menonjolkan bentuk atap yang
‘khas’ Indonesia dengan bentuknya yang lebih sederhana dibanding gaya arsitektur Belanda.
Contoh karya sekitar tahun 1950-an ini antara lain kantor pusat Bank Pembangunan Industri
di Jakarta dan sekitar tahun 1960-an dibangun kantor Pusat Bank Indonesia di jalan Thamrin
Jakarta.
7|Page
Ketika jalur jalan utama yang menghubungkan Jakarta dan Kebayoran Baru dalam
tahap-tahap perkembangan, di jalan tersebut didirikan banyak gedung-gedung. Jenis gedung
tersebut merupakan jenis yang baru (pertama kali) di Indonesia. Contoh gedung-gedung yang
dimaksud adalah Gedung PP danGedung Kedutaan Besar Kerajaan Inggris. Gedung PP (PT
Pembangunan Perumahan) adalah gedung bertingkat yang direncanakan dengan konsep
perencanaan modern pada masa setelah perang dunia. Bentuknya polos dan jendelajendelanya diberi penahan sinar terik. Gedung Kedutaan Besar Kerajaan Inggris merupakan
bangunan modern yang menyesuaikan dengan lingkungan (perumahan) sekelilingnya.
Selanjutnya mulai bermunculan bangunan-bangunan yang jumlah tingkatannya semakin
banyak dan dilengkapi dengan peralatan modern. Salah satu contohnya adalah Hotel
Indonesia; hotel modern pertama di Indonesia.
Perlu diingat kembali bahwa dalam 10 tahun terakhir sebelum Belanda takluk kepada
Jepang, gaya arsitektur di Indonesia yang berlaku pada waktu itu mula-mula lebih cenderung
pada kubisme-fungsionil (tahun 30an) yang kemudian disesuaikan dengan kepribadian
Indonesia. Di dalam sepuluh tahun pertama Indonesia merdeka, keadaan ekonomi negara
belum kuat. Hal ini mempengaruhi dunia arsitektur; adanya keterbatasan dana untuk
menggalakan kegiatan pembangunan dan sarana arsitektur lainnya. Perpaduan antara
konstruksi bangunan yang hemat dengan pencarian bentuk kepribadian Indonesia telah
menghasilkan rencana-rencana bangunan yang modern dengan tetap adanya cirri-ciri
Indonesia. Salah satu contohnya adalah rumahan bertingkat milik Departemen Luar Negeri
yang dibangun tahun 1956. Bangunan ini merupakan bangunan perumahan pertama yang
bertingkat empat dan berbentuk flat (konsep barat) dengan atapnya yang berbentuk atap limas
(tradisional). Contohnya adalah Bank Indonesia, Gedung Pos dan Telkom, Gedung
PLN,Bangunan gerbang Taman Pahlawan Jakarta, dll. Sepuluh tahun kemudian bentuk atap
joglo pun mulai muncul.
Sementara itu di tahun-tahun lima puluhan ini, teori-teori bangunan serta teknologi
baru masuk ke Indonesia baik secara langsung (para ahli) maupun secara tidak langsung
(buku-buku dsb). Teknologi tersebut dari cara-cara menahan terik matahari (sun-louvers)
sampai ke teknologi beton tinggi (sophisticated). Penerapannya di Indonesia berlangsung
dengan perlahan dan secara berangsur. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan tenaga yang
profesional, peralatan dan biaya. Bangunan bertingkat pada masa itu belum menggunakan
peralatan modern seperti AC dan lift. Cara penahan sinar matahari dengan pembias (louvers)
8|Page
adalah cara yang umum. Gedung Depertemen Pertanian di Jakarta (1950) dan Gedung
DPMB (1953) merupakan gedung-gedung yang pertama direncanakan dengan cara itu di
Indonesia.
Perhatian Presiden Soekarno terhadap penonjolan nasionalisme di segala bidang termasuk arsitektur - sangat menentukan perkembangan selanjutnya. Bantuan-bantuan dari
luar negeri di bidang teknik datang dari berbagai pelosok dunia. Di samping itu, kesempatankesempatan untuk menciptakan karya dimantapkan, dengan peranan utama oleh Presiden
Soekarno sendiri, dengan dibantu juga oleh arsitek Silaban dan Sudharsono. Proyek-proyek
mercusuar dibangun berurutan, mulai dari pendirian patung-patung (untuk memperindah
kota), monumen-monumen kejayaan, stadion olah raga raksasa, dan gedung-gedung
pemerintahan yang megah. Semuanya dari yang ‘biasa’ sampai pada yang ‘luar biasa’.
Beberapa bangunan perlu dicatat sebagai bangunan yang bernilai sejarah karena bangunan
tersebut merupakan sesuatu yang pertama atau baru dan mempunyai kekhasan, serta
mempengaruhi perkembangan gaya arsitektur Indonesia di kota-kota lainnya, yaitu dalam
bentuk peniruan yang kemudian menjadi ‘mode’ secara nasional.
Menjelang Asean Games IV tahun 1962, ketika Indonesia mendapatkan kehormatan
untuk menjadi tuan rumah, kesempatan itu mengundang banyak teknisi dari luar negeri untuk
menjadi pendamping dan konsultan bagi teknisi Indonesia untuk berbagai macam proyek
pembangunan sipil dan arsitektur. Teknisi atau konsultan dari USA umpamanya terlibat
dalam pembangunan jalan raya termasuk termasuk jembatan Semangi; teknisi dari atau
konsultan dari Rusia untuk stadion olah raga, dari Denmark untuk Hotel Indonesia, dari RRC
untuk gedung pameran dan gedung DPR / MPR, dan dari Jepang untuk Wisma Nusantara.
Meskipun dari sudut dunia teknologi bangunan, apa yang dikaryakan oleh teknisi-teknisi
asing itu bukanlah hal yang terlalu baru atau istimewa di negara mereka, namun bagi
Indonesia arsitektur yang terwujud itu adalah sesuatu yang baru.
Stadion Utama di Senayan yang dibangun tahun 1958 umpamanya,adalah salah satu
stadion yang terbesar di Asia Tenggara dan stadion yang pertama mempunyai atap melingkar
dan menutupi tempat duduk.Kubah restoran utama dari Hotel Indonesia, Jakarta, yang
dibangun tahun 1960, adalah kubah pertama di Indonesia yang dibangun dengan kontruksi
cangkang (shell construction). Kubah terbesar di Indonesia adalah kubah utama Masjid
Istiqlal, Jakarta. Kubah yang juga berukuran besar adalah kubah gedung DPR / MPR.
9|Page
Bangunan-bangunan lainnya yang tergolong proyek mercusuar di ibu kota yang dimulai oleh
Presiden Soekarno adalah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung DPR / MPR, Gedung
Pola, dsb.; masing-masing mempunyai kedudukan yang unik.
a. Monas ( Monumen Nasional)
 mempunyai keunikan karena ukuran-ukurannya pangkal dari ‘angka suci’ 17-08-1945
 puncaknya terbuat dari emas
b. Gedung Pola
Gedung Pola , dari segi sejarah tercatat terutama sebagai bangunan penggangti dari
rumah di mana Proklamasi Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17 Agustus 1945.
 bentuk fungsionil untuk maksud pameran
10 | P a g e
 tercatat terutama sebagai bangunan pengganti dari rumah dimana Proklamasi
Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17 Agustus 1945.
c. Masjid Istiqlal
Mesjid Istiqlal, bangunan megah dengan skala raksasa, khususnya bagi ukuranukuran mesjid-mesjid pada umumnya di Indonesia. Bukan saja membuat sejarah dalam dunia
arsitektur Indonesia sebagai mesjid terbesar se Asia Tenggara , tetapi juga sebagai
“pendobrak” konsep mesjid yang konvensional atau tradisional.
 megah dan raksasa
 masjid terbesar di Asia Tenggara
 pendobrak konsep masjid yang konvensional atau tradisional seperti yang dikenal
masyarakat Indonesia
Pada saat – saat peralihan politik dari Orde Lama menjadi Orde Baru, perkembangan
arsitektur mengalami kelambatan dan terhendak. Seperti Gedung Wisma Nusantara yang
terbengkalai selama kurang lebih 5 tahun sebelum akhirnya kembali diteruskan. Bangunan
tersebut mempunyai arti tersendiri bukan saja bagi Indonesia tetapi juga bagi Jepang.
Bangunan bertingkat 32 dan berangka baja adalah bangunan tinggi prototype. Pada waktu
gedung direncanakan oleh Mitsui & Co.Ltd., di Jepang sendiri belum ada bangunan setinggi
itu karena pertimbangan gempa dan peraturan bangunan di Jepang belum mencangkupnya.
Baru setelah “keberanian” merealisasikan konstruksi bangunan tinggi tersebut di Indonesia
lah mereka di jepang memulai dengan pembangunan gedung – gedung tinggi di Tokyo.
11 | P a g e
Kepemimpinan Gubernur DKI , Ali Sadikin ,telah membangunkan Jakarta dari
ketiduran arsitekturnya. Perencanaan – perencanaan yang ambisius diimbangi dengan
kemajuan – kemajuan bidang ekonomi DKI khususnya , ekonomi nasional umumnya , telah
membawa Jakarta ke masa sewindu cerah bagi dunia pembangunan. Perkembangan kota yang
mencakup pula perkembangan arsitekturnya telah mewujudkan pembangunan berpuluh –
puluh gedung untuk hotel , kantor , olahraga ,rekreasi dan lain – lain serta berpuluh proyek
perumahan baik yang mewah – mewah maupun sederhana.
Gedung Kedutaan Perancis karya Suyudi (1975) merupakan bangunan pertama
dengan konstruksi dan teknik exposed – concrete (beton polos) di Indonesia. Gejala
pertumbuhan sekarang yang dialami Jakarta yaitu dari suatu kota provinsi yang
berkedudukan hanya setengah juta orang , kemudian berkembang menjadi kota metropolitan
berpenduduk 5 juta orang dalam waktu seperempat abad , dengan segala implikasinya telah
dialami pula oleh kota – kota besar sedang di seluruh Indonesia. Implikasi dari segi arsitektur
dapat dikemukakan umpamanya kebutuhan adanya gedung Pemerintahan Daerah , Gedung
DPRD, Mesjid Agung, dan berjenis – jenis gedung lainnya lagi, sebagai prasarana
institusional yang mengimbangi perkembangan yang pesat di bidang social – politik , social
ekonomi dan social budaya.
7. Arsitek-arsitek Awal Kemerdekaan
a. Bung Karno
Soekarno memiliki sense of aesthetic yang diwujudkan dalam arsitektur, tata kota,
interior, kriya, simbol, busana, hingga teks pidato yang memukau. Beliau adalah seorang
kolektor dan patron seni rupa yang berwibawa. Soekarno memberikan dukungan finansial
dan moral bagi seniman pelukis dan pematung dengan membeli karya dan mendorong
semangat untuk berkarya dan menjadi kebanggaan nasional. Selain itu, beliau juga berperan
besar dalam memajukan seni rupa Indonesia dengan menempatkan karya seni rupa di istana
presiden dan mempromosikan seni rupa Indonesia kepada tamu negara. Misalnya, mural di
Hotel Indonesia menggambarkan kekayaan seni tradisional/ cerita rakyat Indonesia. Relief
tersebut menceritakan tentang kehidupan masyarakat Bali. Pada masa pemerintahan Soekarno
banyak dibangun patung di ruang publik seperti patung selamat datang di bundaran HI,
patung pembebasan Irian Barat di Lapangan Banten, dan patung dirgantara di kawasan
12 | P a g e
Pancoran. Patung- patung ini didirikan oleh Edhi Sunarso yang merupakan peletak dasar seni
patung modern Indonesia.
Soekarno sengaja menjadikan monumentalitas Jakarta sebagai simbol era baru
kemerdekaan, nasionalisme, dan revolusi. Soekarno meminjam bahasa estetika modernisme
untuk menghadirkan secara fisik dunia baru Indonesia. Untuk bahan bangunan, Soekarno
lebih tertarik dengan beton, besi, perunggu karena dapat bertahan selama 100 tahun.
Sepanjang masa pemerintahannya, Soekarno selalu berusaha keras menyatukan Indonesia
melalui diplomasi dan menunjukkan pada dunia luar kemampuan Indonesia untuk berdiri dan
bekerja sama dengan negara merdeka lainnya.
Arsitektur modern dirajut untuk menghadapi, membentuk, dan mengubah kehidupan
politik, sosial, dan budaya Indonesia. Proyek mercu suar untuk mempertahankan jati diri
sebagai figur paling berkuasa. Arsitektur modern untuk menghilangkan memori kolonialisme
dan suatu era baru. Arsitektur modern untuk menghadai tantangan zaman. Arsitektur
diguanakan sebagai simbolisme negara. Arsitektur modern memiliki ciri yaitu anti ornamen
dan bersifat universal. Tidak adanya ornament menunjukkan bahwa arsitektur tidak dikotakkotakkan berdasarkan etnik ataupun lokasi tertentu sehingga berlaku di manapun. Selain itu,
pada umumnya semua bagian bangunan bersifat structural.
Contoh bangunan berarsitektur modern : Wisma Nusantara (1964-1967)
Gedung setinggi 30 lantai dengan tinggi 117 m ini dirancang oleh arsitek Paul
Rudolph.Gedung ini merupakan eksperimen gedung high rise tahan gempa pertama di
Indonesia yang merupakan hasil konsultasi Presiden Soekarno kepada ahli- ahli gempa dari
Jepang.Hal positif dari pembangunan gedung ini adalah menunjukkan kecenderungan orang
Indonesia untuk selalu bekerja sama karena itu semua bangunan selalu menggunakan ahliahli asing. Akan tetapi, kecenderungan yang demikian juga menunjukkan kurangnya rasa
percaya diri orang Indonesia pada kemampuan diri sendiri untuk mengerjakan proyek besar.
b. Fredrich S. Silaban (1912 – 1984)
Lahir : 1912 di Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara.
Pendidikan :
HIS di Tapanuli,belajar ilmu bangunan (bouwkunde) di Koningin Wilhelmina
School, Jakarta lulus 1931
Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda tahun 1950
13 | P a g e
Beliau merupakan arsitek kesayangan Presiden Soekarno yang mengabdikan diri ke
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1947-1965. Beliau merancang rumahnya sendiri hanya
dalam semalam dan membangunnya selama setahun (1958-1959).
F.Silaban sangat dipengaruhi arsitektur modern Belanda (Dudok). Simbolisme
Silaban merepresentasikan nasionalisme Indonesia yang lebih netral dan tidak terpaku pada
etnik tertentu. Menurut beliau, arsitektur Indonesia tidak berbicara salah satu etnik tetapi
menonjolkan ciri tropis sebagai jiwa arsitektur Indonesia. Pendidikan teknis bangunan yang
diikutinya membuat Silaban sangat memperhatikan kebutuhan praktis dan kualitas desain
bangunan modern di daerah tropis. Misalnya saja pemakaian batu kali untuk menyelesaikan
fasade baik sebagai dinding, kolom, lantai, dsb. Batu kali pun selalu ditempatkan di bagain
bawah bangunan supaya saat terjadi hujan cipratan air tidak sampai mengotori bangunan.
Sepanjang kariernya Silaban secara konsisten melakukan pencarian identitas arsitektur
Indonesia yang modern. Proyek pertamanya adalah SPMA Bogor 1948 yang sangat
dipengaruhi tradisi arsitektur modern zaman colonial yaitu panas terik matahari tropis diatasi
menggunakan bentuk atap yang tinggi dengan sudut kemiringan besar, teritisan dalam, serta
langit- langit yang tinggi.
Karya pemenang sayembara gedung BI menggunakan kombinasi elemen vertical
yang kuat dengan sun shading. Ekspresi arsitekturnya mempertemukan bangunan colonial
modern tropis dengan international style yang dipengaruhi oleh karya Le Corbusier yaitu
Unite d’Habitation.Silaban mengaitkan identitas arsitektur dengan fungsionalisme dan
regionalism.
“Rumah Indonesia adalah rumah tropis.”
Atap merupakan unsur utama yang penting untuk menangkal matahari dan
melindungi dari hujan. Atap menaungi dan membentuk ruang. Kurangi pemakaian dinding
massif pada bangunan, gunakan hanya untuk fungsi privasi. Teritisan dibuat dalam supaya di
bawahnya bisa ada teras, selasar, atau beranda yang berfungsi sebagai intermediate space
(ruang antara yang menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam). Silaban meyakini
bahwa orientasi dan tipologi bangunan rumah memiliki kaitan erat dengan sikap sosial
penghuni dan lingkungannya. Atap perisai mengesankan penampilan yang individualis
sehingga hanya sesuai untuk fungsi- fungsi bangunan penting. Atap pelana dengan orientasi
sejajar jalan dianggap lebih bersahaja dan “ramah lingkungan”. Setiap elemen desain rumah
Silaban menyatakan material yang utuh dan tak terbagi. Ruang- ruang bersama yang lapang
14 | P a g e
memberi kesan ruang yang mengalir dan keleluasaan bagi perletakan perabot modern.
Silaban juga konsisten dengan azas perancangan bangunan tropis yang menghindari bukaan
ke arah barat dan timur seraya memaksimalkan bukaan ke arah selatan dan utara.
Menurut Silaban idealisme arsitektur adalah pendirian atau sikap hidup yang terus
menerus memperjuangkan kemurnian arsitektur dilihat dari sudut kepentingan rakyat dan
negara Indonesia. Kepentingan rakyat adalah perumahan dari tipe yang paling sederhana,
menengah, hingga mewah. Sementara kepentingan negara Indonesia adalah gedung- gedung
besar yang dibutuhkan oleh pemerintah dan badan swasta bermodal seperti gedung kantor,
gedung perguruan tinggi, bank, museum, rumah sakit, dsb. Karena di Indonesia angin
kencang jarang terjadi maka yang paling esensi dalam rumah atau gedung adalah atap. Atap
harus dipikul dan beratnya dialihkan ke tanah sehingga esensi tiang dan pondasi harus
menjadi satu dengan esensi atap. Bagi Silaban, arsitektur tropis merupakan permainan antara
terang dan gelap yang berimbang dan harmonis. Lebih banyak yang gelap ( tidak dapat
disinari matahari) lebih tropislah arsitektur gedung itu kelihatannya. Menurut Silaban,
arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin, seringkas mungkin, sejelas
mungkin dengan atap yang bebas dari kebocoran dan bebas dari bentuk berliku- liku yang
mengundang kebocoran. Arsitektur Indonesia harus modern namun harus bersifat tropis.
Perancang gedung BPI dan gedung SBM adalah Natmessnig dan Kopeinig, arsitek
berkebangsaan Austria pada Biro Arsitek dan Insinyur PT Sangkuriang.Arsitektur Jengki /
Yankee mengikuti arsitektur modern Amerika yang diadaptasikan dengan kondisi iklim
tropis. Artitektur jengki pada rumah tinggal umumnya dirancang oleh pemborong yang
pernah bekerja di perusahaan Belanda atau mahasiswa arsitektur ITB yang dipengaruhi oleh
arsitektur Amerika, sebagai contoh pabrik coklat Cendrawasih di Surabaya. Ornamenornamen berbentuk lingkaran bolong pada fasade gedung BPI seakan menjadi tren dan
dipasang secara sembarangan di fasade rumah- rumah tinggal. Begitu juga dengan pola
fasade kotak- kotak seperti pada gedung SBM yang sebenarnya berfungsi sebagai sun
shading lalu penggunaan kolom miring, jendela miring, serta kerawang beton.
c. Liem Bwan Tjie

Permainan volume massa, garis, pemakaian bidang datar, dan komposisi jendela
berbentuk pita (bidang menerus) menunjukkan pengaruh arsitektur modern barat.

Bentuk lengkung menunjukkan kecenderungan arsitektur ekspresionis.
15 | P a g e

Membawa nilai universal dan bebas ornament.

Komposisi geometri sebagai tujuan desain.

Horisontalisme ditonjolkan dengan peralihan material.
Dalam tiap rancangannya, Liem Bwan Tjie selalu menempatkan faktor iklim tropis
sebagai salah satu pertimbangan penting. Hujan dan sinar matahari langsung tak pernah
dibiarkannya membuat penghuni bangunan merasa tidak nyaman. Ruang di dalam pun harus
nyaman dan cukup terang, misalnya dengan membuat jendela- jendela lebar yang dapat
mengendalikan aliran udara.
Ciri khas arsitekturnya:

Desain bangunan “total work of art”, misal fasade menyatu dengan desain interiornya

Penyelesaian material kontras (kasar x halus, massif x void)

Curtain wall, struktur utama bangunan dan struktur fasade terpisah, dinding berfungsi
sebagai selubung seperti tirai

Penyelesaian sudut bangunan dengan dicoak atau dilengkungkan

Entrance ditandai

Shading sebagai ekspresi tropis
d. Soejoedi Wirjoatmodjo
Proyek pertamanya adalah merenovasi restoran Maison Bogerijen (Braga Permai) dari
bentuk awal tipe vila Eropa atap mansard menjadi bangunan modern. Soejoedi berhasil
memenangkan sayembara gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces) di
Jakarta yang akan digunakan sebagai tempat konferensi bagi delegasi negara- negara yang
tergabung dalam New Emerging Forces. Bersama Ir. Sutami yang bertanggung jawab pada
teknik konstruksinya, Soejoedi mewujudkan rancangan yang kental dengan semangat
nasionalisme, kemandirian dan idealisme tersebut. Soejoedi menerapkan pola pemikiran Le
Corbusier yaitu menempatkan fungsi- fungsi utama kawasan political venues seperti
persidangan, secretariat dan kegiatan pendukung. Massa bangunan untuk kegiatan
persidangan diletakkan frontal menghadap jalan masuk, dengan massa bangunan secretariat
di sampingnya. Massa bangunan perjamuan diletakkan linier terhadap massa bangunan
secretariat, sedangkan massa bangunan auditorium diletakkan tegak lurus terhadapnya,
jadilah kompleks MPR/ DPR.
16 | P a g e
Karya Soejoedi meletakkan dasar bentuk arsitektur non-tradisional yang memberikan
inspirasi arsitek- arsitek muda. Rancangan Soejoedi banyak melahirkan karya- karya yang
khas dan inspiratif. Rancangan Soejoedi banyak memasukkan makna- makna filosofis yang
sangat mementingkan keseimbangna alam, lingkungan, dan manusia. Rancangan beliau
terkesan sederhana dan dingin, mengetengahkan konsep Bauhaus, menitikberatkan pada
ketepatan fungsi, ruang, dan bentuk. Rancangan Soejoedi terlihat lugas, jujur, dan
memberikan keleluasaaan kepada interaksi sosial manusia, tanpa mengorbankan lingkungan
yang ada sebelumnya.
e. Han Awal
Pada tahun 1962-1964, Han Awal mendapat proyek berskala besar yaitu perencanaan
Kampus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta dan 1963 revitalisasi Kota Inti di Jalan
Perniagaan Jakarta. Tata bangunan kampus menghormati Jembatan Semanggi. Kampus
terbentuk sebagai menara- menara dalam taman. Hamparan hijau kampus melatari dan
membingkai Jembatan Semanggi sebagai monument konstruksi bangsa Indonesia. Setiap
blok bangunan kampus memiliki lantai pilotis yang dihubungkan galeri. Ruang terbuka di
lantai dasar menjadi sirkulasi dan dimanfaatkan untuk kegiatan ekstra kurikuler. Bangunan
terbagi 2, bagian atas yang lebih tenang dan bagian bawah sebagai area kegiatan mahasiswa.
Ruang galeri menjadi ruang persemaian rasa keindonesiaan para mahasiswa karena di sana
mahasiswa dari berbagai latar belakang bertemu dan berkomunikasi.
Pada proyek revitalisasi Kota Inti, Han Awal melakukan interpretasi radikal tentang
kompleks hunian campuran di pusat kota (mixed use). Ada pembagian vertical dalam
bangunan, lapis bawah untuk fungsi komersial dan bagian atas untuk hunian. Sebagian besar
atap menerus dan berfungsi sebagai ruang public untuk penghuni rumah. Yang terbentuk
adalah tipe baru kampung modern yang seolah melayang di tengah kota.
f. Achmad Noe’man

Mendirikan PT Birano, merancang Masjid Salman

“Arsitek mendesain ruang, bukan mendesain fasade.”

Pendidikan arsitektur memberikan wawasan baru yang tidak terbatas pada arsitektur lokal
melainkan juga pada arsitektur modern yang sedang tren saat itu, CIAM, Bauhaus, FLW,
Le Corbusier, Mies van der Rohe, dsb.

Arsitektur tidak hanya berkaitan dengan seni saja tetapi juga masalah sosial dan alam.
17 | P a g e

Arsitektur bukan perwujudan fisik saja tapi juga batiniah. Ini memerlukan ungkapan
bentuk, rupa, dan suasana. Arsitektur diciptakan untuk kenyamanan pengguna.

Pandangan modern yang sesuai ajaran Islami, tidak berlebihan, tidak mencari bentuk
semata, tidak mubazir.

Manusia dapat mengambil hikmah dari fenomena alam untuk dpat mengasah kepekaan
dan kehalusan jiwa.

Sederhana, jujur, fungsional, rasional.

Merancang secara total: perabot dengan struktur, fasade dengan ruang (integrated system)
18 | P a g e
Download