PENDAHULUAN Sebelum masa kemerdekaan dunia arsitektur di Indonesia didominasi oleh karya arsitek Belanda. Masa kolonial tersebut telah mengisi gambaran baru pada peta arsitektur Indonesia. Kesan tradisional dan vernakuler serta ragam etnik di Negeri ini diusik oleh kehadiran pendatang yang membawa arsitektur arsitektur di IndonesiaBentuk arsitektur di Indonesia “asli” kemudian dimulai dari sebuah institusi arsitektur di era setelah kemerdekaan. Selama periode tersebut sampai sekarang arsitektur berkembang melalui proses akademik dan praktek arsitektur pada sebuah arsitektur kontemporer Indonesia. Di masa penjajahan Belanda sebenarnya mata kuliah arsitektur diajarkan sebagai bagian dari pendidikan insinyur sipil. Namun, setelah Oktober 1950, sekolah arsitektur yang pertama didirikan di Institut Teknologi Bandung yang dulu bernama Bandoeng Technische Hoogeschool (1923). Disiplin ilmu arsitektur ini diawali dengan 20 mahasiswa dengan 3 pengajar berkebangsaan Belanda, yang pada dasarnya pengajar tersebut meniru system pendidikan dari tempat asalnya di Universitas Teknologi Delft di Belanda. Pendidikan arsitektur mengarah pada penguasaan keahlian merancang bangunan, dengan fikus pada parameter yang terbatas, yaitu fungsi, iklim, konstruksi, dan bahan bangunan. Semenjak konflik di Irian Barat pada tahun 1955 semua pengajar dari Belanda dipulangkan ke negaranya, kecuali V.R. van Romondt yang secara rendah hati bersikeras untuk tinggal dan memimpin sekolah arsitektur sampai tahun 1962. Selama kepemimpinannya, pendidikan arsitektur secata bertahan memperkaya dengan memberikan aspek estetika, barat ke tanah Indonesia. Sekitar awal 1910-an beberapa karya arsitek Belanda seperti Stasiun Jakarta Kota, Hotel Savoy Homan dan Villa Isola di bandung sudah memberikan pemandangan barubudaya dan sejarah ke dalam sebuah pertimbangan desain. Van Romondt berambisi menciptakan “Arsitektur Indonesia” baru, yang berakar pada prinsip tradisional dengan sentuhan modern untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kontemporer. Dengan kata lain “Arsitektur Indonesia” adalah penerapan gagasan fungsionalisme, rasionalisme, dan kesederhanaan dari desain modern, namun sangat terinspirasi oleh prinsipprinsip arsitektur tradisional. 1|Page 1. KEMAJUAN, MODERNITAS, DAN MONUMENTALITAS Pada tahun 1958, mahasiswa arsitektur ITB sudah mencapai 500 orang, dengan 12 orang lulusan. Yang kemudian beberapanya menjadi pengajar. Pada bulan September 1959, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan. Sejak tahun 1961, kepemimpinan sekolah arsitektur berpindah tangan pada bangsa Indonesia dengan Sujudi sebagai ketuanya. Kemudian Sujudi mendirikan sekolah arsitektur di perguruan tinggi lainnya. Masa ini juga juga dipelopori oleh Sujudi cs. bersama teman-temannya yang menamakan diri ATAP.Awal tahun 1960-an, literature barat mulai masuk dalam diskursus pendidikan arsitektur di Indonesia. Karya dan pemikiran para arsitek terkemukan seperti Walter Gropius, Frank Lloyd Wright, dan Le Corbusier menjadi referensi normative dalam diskusi dan pelajaran Iklim politik pada saat itu juga sangat berpengaruh terhadap pola fikir masyarakat terhadap teori dan konsep arsitektur modern. Karena di masa kepemimpinan Sukarno, “modernitas” diberikan olah kepentingan simbolis yang merujuk pada persatuan dan kekuatan nasional. Sukarno telah berhasil mempengaruhi secara mendasar karakter arsitektur yang diproduksi pada masa iai memegang kekuasaan. Modern, revolusioner, dan heroik dalam arsitektur membawa kita pada program pembangunan besar-besaran terutama untuk ibukota Jakarta. Ia berusaha mengubah citra Jakarta sebagai pusat pemerintahan kolonial menjadi ibukota Negara yang merdeka dan berdaulat yang lahir sebagai kekuatan baru di dunia. Pada akhir 1950-an Sukarno mulai membongkar bangunan-bangunan lama dan memdirikan bangunan baru, pelebaran jalan, dan pembangunan jalan bebas hambatan. Gedung pencakar langit dan teknologi bangunan modern mulai diperkenalkan di negeri ini. Dengan bantuan dana luar negeri proyek-proyek seperti Hotel Indonesia, Pertokoan Sarinah, Gelora Bung Karno, By pass, Jembatan Semanggi, Monas, Mesjid Istiqlal, Wisma Nusantara, Taman Impian Jaya Ancol, Gedung DPR&MPR dan sejumlah patung monumen. Ciri khas proyek arsitektur Sukarno adalah kemajuan, modernitas, dan monumentalitas yang sebagian besar menggunakan langgam “International Style”. Seorang arsitek yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno pada masa itu adalah Friedrich Silaban. Ia terlibat hampir semua proyek besari pada masa itu. Desainnya didasari oleh prinsip fungsional, kenyamanan, efisiensi, dan kesederhanaan. Pendapatnya bahwa arsitek harus memperhatikan kebutuhan fungsional suatu bangunan dan factor iklim tropis 2|Page seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, dan radiasi matahari. Desainnya terekspresikan dalam solusi arsitektur seperti ventilasi silang, teritisan atap lebar, dan selasarselasar. 2. KESATUAN DAN KERAGAMAN BUDAYA Sejak kejatuhan Sukarno pada tahun 1965, pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Suharto menyalurkan investasi asing ke Jakarta dan telah melaksanakan rencana modernisasi dengan tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia. Proyek yang ditinggalkan Sukarno kemudian diselesaikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu Ali Sadikin. Ali Sadikin juga bermaksud menjadikan Jakarta sebagai tujuan wisata bagi wisatawan dari Timur dan Barat. Sehingga pada tahun 1975, dikembangkan suatu program konservasi bagian Kota Tuan di Jakarta dan beberapa situs-situ sejarah lainnya. Program ini sedikit demi sedikit mengubah sikap masyarakat terhadap warisan arsitektur kolonial. Sejak awal 1970-an, kondisi ekonomi di Indonesia semakin membaik, yang berdampak pada kebutuhan akan jasa perencanaan dan perancangan arsitektur berkembang pesat. Maka munculla biro-biro arsitektur yang menangani proyek badan pemerintahan, BUMN, dan para “orang kaya baru”. Sayangnya para arsitek professional di Indonesia tidak siap menerima tantangan besar tersebut. Yang tidak memiliki pilihan doktrin fungsional dari arsitektur modern membelenggu pengembangan karakter unik dalam arsitektur kontemporer pada masanya. Sementara itu kalangan elit dan golongan menengah keatas mengekspresikan kekayaan dan status sosialnya melalui desain yang monumental dan eklektik dengan meminjam ornamen arsitektur Yunani, Romawi, dan Spanyol. Kekecewaan terhadap kecenderungan meniru dan eklektik ini membawa arsitek Indonesia pada suatu gagasan untuk mengembangkan karakter arsitektur Indonesia yang khas. Suharto memegang peran utama untuk membangkitkan kembali kerinduan pada kehidupan pedesaan Indonesia, melalui tema-tema arsitektur etnik. Jenis arsitektur ini kemudian dipahami sebagai langgam resmi yang dianjurkan. Ditandai juga dengan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).Para arsitek muda sebagian besar juga kecewa terhadap tendensi eklektis dari arsitektur modern di dalam negeri. Yang kemudian semakin menyoroti secara simpatik pada arsitektur tradisional. Mereka menyoroti perbedaan kontras antara arsitektur modern dengan arsitektur tradisional sedemikian rupa sehingga 3|Page arsitektur tradisional diasosiasikan dengan “nasional”, dan arsitektur modern dengan “asing” dan “barat”. 3. MENCARI IDENTITAS ARSITEKTUR INDONESIA Pada pertengahan tahun 1970-an, masalah langgam dan identitas arsitektur nasional menjadi isu utama bagi arsitek Indonesia. Terhadap masalah langgam dan identitas arsitektur nasional pandangan arsitek Indonesia menjadi tiga kelompok yang berbeda. Kelompok pertama berpendapat bahwa arsitektur Indonesia sebenarnya sudah ada, terdiri atas berbagai jenis arsitektur tradisional dari berbagai daerah. Implikasinya adalah penerapan elemen arsitektur tradisional yang khas, seperti atap dan ornamen. Kelompok arsitek kedua bersikap skeptis terhadap segala kemungkinan untuk mencapai langgam dan identitas arsitektur nasional yang ideal. Kelompok ketiga adalah sebagian akademisi arsitektur yang secara konsisten mengikuti langkah “bapak” mereka, V.R. van Romondt. Mereka berpendapat bahwa arsitektur Indonesia masih dalam proses pembentukan, dan hasilnya bergantung pada komitmen dan penilaian kritis terhadap cita-cita budaya, selera estetis, dan perangkat teknologi yang melahirkan model dan bentuk bangunan tradisional pada masa tertentu dalam sejarah. Mereka yakin bahwa pemahaman yang lebih mendalam terhadap prinsip tersebut dapat memberikan pencerahan atau inspirasi bagi arsitek kontemporer untuk menghadapi pengaruh budaya asing dalam konteks mereka sendiri. Dalam periode 1980-1996 institusi keprofesian dan pendidikan arsitektur mengalami perkembangan pesat, Pertumbuhan sector swasta yang subur serta investasi dengan korporasi arsitektur asing mulai mengambil alih segmen pasar kelas atas di ibukota dan daerah tujuan wisata seperti Pulau Bali. Dapat dikatakan bahwa arsitektur kontemporer di Indonesia tidak menunjukkan deviasi yang radikal terhadap perkembangan arsitektur modern di dunia pada umumnya. Sebenarnya pada pertengahan 1970-an telah ada usaha untuk menciptakan suatu langgam khusus, suatu bentuk identitas “Indonesia”, tetapi hanya terbatas pada proyek arsitektur yang prestisius seperti bandara udara internasional hotel, kampus, dan gedung perkantoran. Sangat jelas bahwa proyek penciptaan langgam dan identitas arsitektur Indonesia termotivasi secara politis. 4|Page 4. ARSITEKTUR KONTEMPORER INDONESIA Awal tahun 1990-an ditandai pengaruh postmodernisme pada bangunan umum dan komersil di Jakarta dan kota besar lainnya. Hadirnya kontribusi signifikan dari para arsitek muda yang berusaha menghasilkan desain yang khas dan inovatif untuk memperkaya khasanah arsitektur kontemporer di Indonesia. Di antaranya adalah mereka yang terhimpun dalam kelompok yang sering dianggap elitis, yaitu Arsitek Muda Indonesia (AMI). Dengan motto “semangat, kritis, dan keterbukaan” kiprah AMI juga didukung oleh kelompok muda arsitek lainnya seperti di Medan, SAMM di Malang, De Maya di Surabaya dan BoomArs di Manado. Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kreatif di kalangan arsitek praktisi, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) juga mulai memberikan penghargaan desain (design award) untuk berbagai kategori tipe bangunan. Karya-karya arsitektur yang memperoleh penghargaan dimaksudkan sebagai tolok ukur bagi pencapaian desain yang baik dan sebagai pengarah arus bagi apresiasi arsitektural yang lebih tinggi. Penghargaan Aga Khan Award dalam arsitektur yang diterima Y.B. Mangunwijaya pada tahun 1992 untuk proyek Kali Code, telah berhasil memotivasi arsitek-arsitek Indonesia untuk melatih kepekaan tehadap tanggung jawab sosial budaya.Krisis moneter tahun 1997 mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Orde Baru telah melumpuhkan sector property dan jasa professional di bidang arsitektur. Diperlukan hampir lima tahun untuk kembali, namun kerusakan yang sedemikian parah mengakibatkan kemunduran pada semua program pembangunan nasional. Kini, arsitek kontemporer Indonesia dihadapkan pada situasi paradoksikal: Bagaimana melakukan modernisasi sambil tetap memelihara inti dari identitas budaya? Karya-karya kreatif dan kontemporer kini menjadi tonggak baru dalam perkembangan arsitektur Indonesia. Dengan pemikiran dan isu baru yang menjadi tantangan arsitek muda. Seiring pergerakan AMI memberikan semangat modernisme baru yang lebih sensitif terhadap isu lokalitas dan perubahan paradigma arsitektur di Indonesia. 5|Page 5. EKOLOGI, FLEKSIBILITAS, DAN TEKNOLOGI Dunia arsitektur dewasa ini juga kini dihadapkan pada suatu isu baru. Krisis energi karena sumber daya alam yang dieksploitasi sejak era industrialisasi dunia kini terasa gejalanya. Perubahan iklim, pemanasan global, dan bencana lainnya menjadi dampak dari krisis energi dan perusakan lingkungan. Jelas sekali dunia konstruksi menjadi salah satu penyebabnya. Sepertinya pernyataan tentang isu berkelanjutan melalui konferensi internasional yang menghasilkan pernyataan: “… Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs…”(Bruntdland report, 1987) Kini menjadi keharusan karena tekanan keadaan. Fenomena ini yang kemudian memberikan pelajaran bagi arsitektur kontemporer Indonesia. Dimana modernitas, lokalitas dan faktor ekologis kita yang memiliki iklim tropis harus dikedepankan. Pencarian beralih menuju arsitektur modern tropis. Beberapa arsitek muda kini juga berlomba-lomba untuk menyelamatkan keberadaan bumi ini. Seperti Adi Purnomo yang banyak menghasilkan karya rumah tinggal yang kaya akan area hijau, Jimmy Priatman yang berhasil membuat bangunan hemat energi dan masuk nominasi Aga Khan Award, dan tokoh arsitek muda lainnya. Isu lainnya yang menjadi berkembang adalah ketersediaan lahan. Kurang berhasilnya penerapan otonomi daerah pemerintahan reformasi kita ini tetap menjadikan kota sebagai pusat perekonomian nasional. Akibatnya lahan di perkotaan semakin menipis. Membuat karya arsitektur selain ramah lingkungan kini dihadapkan pada suatu kenyataan penyempitan ruang binaan. Bangunan yang efisien dengan keadaan dan “compact” dengan segala bentuk keadaan mulai ditinjau dalam penerapan arsitektur kontemporer. Tantangan ini yang kemudian menjadi “pekerjaan rumah” (PR) para arsitek muda kita sekarang dan untuk masa akan datang. Menjaga unsur lokalitas dan arus globalitas, antara tradisi dan isu terkini harus segera dijawab dengan sebuah karya yang nyata dan berkesinambungan. 6|Page 6. PEMAPARAN ARSITEKTUR DI ZAMAN KEMERDEKAAN a. Perkembangan Arsitektur di Masa 4 Windu Merdeka Selama perang dunia ke II, kekayaan arsitektur di Indonesia (di kota-kota) tidak mengalami kerusakan yang parah, bila dibandingkan dengan kehancuran kota-kota di Jepang atau di berbagai negara di Eropa. ‘Pemerkosaan’ arsitektur justru terjadi seperempat abad kemudian yaitu ketika bangunan-bangunan yang bergaya kolonial dirombak paksa tampak depannya, demi mengikuti gaya arsitektur ‘muktakhir’.Perombakkan – perombakkan seperti itu telah melahirkan lebih banyak bentuk-bentuk yang dipaksa dan tidak rasional daripada menghasilkan bentuk yang dari segi keindahan lebih menarik. Ketika masa revolusi sedang hangatnya memang terjadi kehancuran dan kerusakan dari sejumlah gedung-gedung penting. Pembangunannya kembali berlangsung sangat lambat karena keadaan negara yang sedang dalam musim pancaroba. Namun dari segi lain, ada titiktitik cerah bagi perkembangan arsitektur, umpamanya di tahun-tahun peralihan (1945-1949) ketika kekuasaan RepublikIndonesia menjadi mutlak diakui oleh Belanda. Sejak saat itu dan seterusnya selama 4 windu Merdeka perkembangan arsitektur Indonesia, seakan-akan terpusat di Jakarta. Boleh kita pandang, bahwa pangkal perkembangan arsitektur tersebut dimulai tahun 1948 ketika kota satelit Kebayoran Baru menjadi kenyataan. Pembangunna kota baru di selatan Jakarta itu sangat penting artinya dari segi arsitektur karena perluasan kota tersebut menumbuhkan berbagai gaya bangunan rumah,gedung-gedung umum dsb. Gaya-gaya yang dikembangkan bertitik berat pada ‘meng-Indonesia-kan’ sebagai identitas baru Indonesia Merdeka, berlangsung di segala bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Para perencana rumah dan bangunan-bangunan, kebanyakan masih angkatan yang berlatar belakang pendidikan Belanda, bahkan banyak arsitek-arsitek Belanda yang turut aktif dalam proyek pembangunan tersebut. Peng-Indonesiaan gaya arsitektur di tahun 50-an umumnya menonjolkan bentuk atap yang ‘khas’ Indonesia dengan bentuknya yang lebih sederhana dibanding gaya arsitektur Belanda. Contoh karya sekitar tahun 1950-an ini antara lain kantor pusat Bank Pembangunan Industri di Jakarta dan sekitar tahun 1960-an dibangun kantor Pusat Bank Indonesia di jalan Thamrin Jakarta. 7|Page Ketika jalur jalan utama yang menghubungkan Jakarta dan Kebayoran Baru dalam tahap-tahap perkembangan, di jalan tersebut didirikan banyak gedung-gedung. Jenis gedung tersebut merupakan jenis yang baru (pertama kali) di Indonesia. Contoh gedung-gedung yang dimaksud adalah Gedung PP danGedung Kedutaan Besar Kerajaan Inggris. Gedung PP (PT Pembangunan Perumahan) adalah gedung bertingkat yang direncanakan dengan konsep perencanaan modern pada masa setelah perang dunia. Bentuknya polos dan jendelajendelanya diberi penahan sinar terik. Gedung Kedutaan Besar Kerajaan Inggris merupakan bangunan modern yang menyesuaikan dengan lingkungan (perumahan) sekelilingnya. Selanjutnya mulai bermunculan bangunan-bangunan yang jumlah tingkatannya semakin banyak dan dilengkapi dengan peralatan modern. Salah satu contohnya adalah Hotel Indonesia; hotel modern pertama di Indonesia. Perlu diingat kembali bahwa dalam 10 tahun terakhir sebelum Belanda takluk kepada Jepang, gaya arsitektur di Indonesia yang berlaku pada waktu itu mula-mula lebih cenderung pada kubisme-fungsionil (tahun 30an) yang kemudian disesuaikan dengan kepribadian Indonesia. Di dalam sepuluh tahun pertama Indonesia merdeka, keadaan ekonomi negara belum kuat. Hal ini mempengaruhi dunia arsitektur; adanya keterbatasan dana untuk menggalakan kegiatan pembangunan dan sarana arsitektur lainnya. Perpaduan antara konstruksi bangunan yang hemat dengan pencarian bentuk kepribadian Indonesia telah menghasilkan rencana-rencana bangunan yang modern dengan tetap adanya cirri-ciri Indonesia. Salah satu contohnya adalah rumahan bertingkat milik Departemen Luar Negeri yang dibangun tahun 1956. Bangunan ini merupakan bangunan perumahan pertama yang bertingkat empat dan berbentuk flat (konsep barat) dengan atapnya yang berbentuk atap limas (tradisional). Contohnya adalah Bank Indonesia, Gedung Pos dan Telkom, Gedung PLN,Bangunan gerbang Taman Pahlawan Jakarta, dll. Sepuluh tahun kemudian bentuk atap joglo pun mulai muncul. Sementara itu di tahun-tahun lima puluhan ini, teori-teori bangunan serta teknologi baru masuk ke Indonesia baik secara langsung (para ahli) maupun secara tidak langsung (buku-buku dsb). Teknologi tersebut dari cara-cara menahan terik matahari (sun-louvers) sampai ke teknologi beton tinggi (sophisticated). Penerapannya di Indonesia berlangsung dengan perlahan dan secara berangsur. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan tenaga yang profesional, peralatan dan biaya. Bangunan bertingkat pada masa itu belum menggunakan peralatan modern seperti AC dan lift. Cara penahan sinar matahari dengan pembias (louvers) 8|Page adalah cara yang umum. Gedung Depertemen Pertanian di Jakarta (1950) dan Gedung DPMB (1953) merupakan gedung-gedung yang pertama direncanakan dengan cara itu di Indonesia. Perhatian Presiden Soekarno terhadap penonjolan nasionalisme di segala bidang termasuk arsitektur - sangat menentukan perkembangan selanjutnya. Bantuan-bantuan dari luar negeri di bidang teknik datang dari berbagai pelosok dunia. Di samping itu, kesempatankesempatan untuk menciptakan karya dimantapkan, dengan peranan utama oleh Presiden Soekarno sendiri, dengan dibantu juga oleh arsitek Silaban dan Sudharsono. Proyek-proyek mercusuar dibangun berurutan, mulai dari pendirian patung-patung (untuk memperindah kota), monumen-monumen kejayaan, stadion olah raga raksasa, dan gedung-gedung pemerintahan yang megah. Semuanya dari yang ‘biasa’ sampai pada yang ‘luar biasa’. Beberapa bangunan perlu dicatat sebagai bangunan yang bernilai sejarah karena bangunan tersebut merupakan sesuatu yang pertama atau baru dan mempunyai kekhasan, serta mempengaruhi perkembangan gaya arsitektur Indonesia di kota-kota lainnya, yaitu dalam bentuk peniruan yang kemudian menjadi ‘mode’ secara nasional. Menjelang Asean Games IV tahun 1962, ketika Indonesia mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah, kesempatan itu mengundang banyak teknisi dari luar negeri untuk menjadi pendamping dan konsultan bagi teknisi Indonesia untuk berbagai macam proyek pembangunan sipil dan arsitektur. Teknisi atau konsultan dari USA umpamanya terlibat dalam pembangunan jalan raya termasuk termasuk jembatan Semangi; teknisi dari atau konsultan dari Rusia untuk stadion olah raga, dari Denmark untuk Hotel Indonesia, dari RRC untuk gedung pameran dan gedung DPR / MPR, dan dari Jepang untuk Wisma Nusantara. Meskipun dari sudut dunia teknologi bangunan, apa yang dikaryakan oleh teknisi-teknisi asing itu bukanlah hal yang terlalu baru atau istimewa di negara mereka, namun bagi Indonesia arsitektur yang terwujud itu adalah sesuatu yang baru. Stadion Utama di Senayan yang dibangun tahun 1958 umpamanya,adalah salah satu stadion yang terbesar di Asia Tenggara dan stadion yang pertama mempunyai atap melingkar dan menutupi tempat duduk.Kubah restoran utama dari Hotel Indonesia, Jakarta, yang dibangun tahun 1960, adalah kubah pertama di Indonesia yang dibangun dengan kontruksi cangkang (shell construction). Kubah terbesar di Indonesia adalah kubah utama Masjid Istiqlal, Jakarta. Kubah yang juga berukuran besar adalah kubah gedung DPR / MPR. 9|Page Bangunan-bangunan lainnya yang tergolong proyek mercusuar di ibu kota yang dimulai oleh Presiden Soekarno adalah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung DPR / MPR, Gedung Pola, dsb.; masing-masing mempunyai kedudukan yang unik. a. Monas ( Monumen Nasional) mempunyai keunikan karena ukuran-ukurannya pangkal dari ‘angka suci’ 17-08-1945 puncaknya terbuat dari emas b. Gedung Pola Gedung Pola , dari segi sejarah tercatat terutama sebagai bangunan penggangti dari rumah di mana Proklamasi Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17 Agustus 1945. bentuk fungsionil untuk maksud pameran 10 | P a g e tercatat terutama sebagai bangunan pengganti dari rumah dimana Proklamasi Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17 Agustus 1945. c. Masjid Istiqlal Mesjid Istiqlal, bangunan megah dengan skala raksasa, khususnya bagi ukuranukuran mesjid-mesjid pada umumnya di Indonesia. Bukan saja membuat sejarah dalam dunia arsitektur Indonesia sebagai mesjid terbesar se Asia Tenggara , tetapi juga sebagai “pendobrak” konsep mesjid yang konvensional atau tradisional. megah dan raksasa masjid terbesar di Asia Tenggara pendobrak konsep masjid yang konvensional atau tradisional seperti yang dikenal masyarakat Indonesia Pada saat – saat peralihan politik dari Orde Lama menjadi Orde Baru, perkembangan arsitektur mengalami kelambatan dan terhendak. Seperti Gedung Wisma Nusantara yang terbengkalai selama kurang lebih 5 tahun sebelum akhirnya kembali diteruskan. Bangunan tersebut mempunyai arti tersendiri bukan saja bagi Indonesia tetapi juga bagi Jepang. Bangunan bertingkat 32 dan berangka baja adalah bangunan tinggi prototype. Pada waktu gedung direncanakan oleh Mitsui & Co.Ltd., di Jepang sendiri belum ada bangunan setinggi itu karena pertimbangan gempa dan peraturan bangunan di Jepang belum mencangkupnya. Baru setelah “keberanian” merealisasikan konstruksi bangunan tinggi tersebut di Indonesia lah mereka di jepang memulai dengan pembangunan gedung – gedung tinggi di Tokyo. 11 | P a g e Kepemimpinan Gubernur DKI , Ali Sadikin ,telah membangunkan Jakarta dari ketiduran arsitekturnya. Perencanaan – perencanaan yang ambisius diimbangi dengan kemajuan – kemajuan bidang ekonomi DKI khususnya , ekonomi nasional umumnya , telah membawa Jakarta ke masa sewindu cerah bagi dunia pembangunan. Perkembangan kota yang mencakup pula perkembangan arsitekturnya telah mewujudkan pembangunan berpuluh – puluh gedung untuk hotel , kantor , olahraga ,rekreasi dan lain – lain serta berpuluh proyek perumahan baik yang mewah – mewah maupun sederhana. Gedung Kedutaan Perancis karya Suyudi (1975) merupakan bangunan pertama dengan konstruksi dan teknik exposed – concrete (beton polos) di Indonesia. Gejala pertumbuhan sekarang yang dialami Jakarta yaitu dari suatu kota provinsi yang berkedudukan hanya setengah juta orang , kemudian berkembang menjadi kota metropolitan berpenduduk 5 juta orang dalam waktu seperempat abad , dengan segala implikasinya telah dialami pula oleh kota – kota besar sedang di seluruh Indonesia. Implikasi dari segi arsitektur dapat dikemukakan umpamanya kebutuhan adanya gedung Pemerintahan Daerah , Gedung DPRD, Mesjid Agung, dan berjenis – jenis gedung lainnya lagi, sebagai prasarana institusional yang mengimbangi perkembangan yang pesat di bidang social – politik , social ekonomi dan social budaya. 7. Arsitek-arsitek Awal Kemerdekaan a. Bung Karno Soekarno memiliki sense of aesthetic yang diwujudkan dalam arsitektur, tata kota, interior, kriya, simbol, busana, hingga teks pidato yang memukau. Beliau adalah seorang kolektor dan patron seni rupa yang berwibawa. Soekarno memberikan dukungan finansial dan moral bagi seniman pelukis dan pematung dengan membeli karya dan mendorong semangat untuk berkarya dan menjadi kebanggaan nasional. Selain itu, beliau juga berperan besar dalam memajukan seni rupa Indonesia dengan menempatkan karya seni rupa di istana presiden dan mempromosikan seni rupa Indonesia kepada tamu negara. Misalnya, mural di Hotel Indonesia menggambarkan kekayaan seni tradisional/ cerita rakyat Indonesia. Relief tersebut menceritakan tentang kehidupan masyarakat Bali. Pada masa pemerintahan Soekarno banyak dibangun patung di ruang publik seperti patung selamat datang di bundaran HI, patung pembebasan Irian Barat di Lapangan Banten, dan patung dirgantara di kawasan 12 | P a g e Pancoran. Patung- patung ini didirikan oleh Edhi Sunarso yang merupakan peletak dasar seni patung modern Indonesia. Soekarno sengaja menjadikan monumentalitas Jakarta sebagai simbol era baru kemerdekaan, nasionalisme, dan revolusi. Soekarno meminjam bahasa estetika modernisme untuk menghadirkan secara fisik dunia baru Indonesia. Untuk bahan bangunan, Soekarno lebih tertarik dengan beton, besi, perunggu karena dapat bertahan selama 100 tahun. Sepanjang masa pemerintahannya, Soekarno selalu berusaha keras menyatukan Indonesia melalui diplomasi dan menunjukkan pada dunia luar kemampuan Indonesia untuk berdiri dan bekerja sama dengan negara merdeka lainnya. Arsitektur modern dirajut untuk menghadapi, membentuk, dan mengubah kehidupan politik, sosial, dan budaya Indonesia. Proyek mercu suar untuk mempertahankan jati diri sebagai figur paling berkuasa. Arsitektur modern untuk menghilangkan memori kolonialisme dan suatu era baru. Arsitektur modern untuk menghadai tantangan zaman. Arsitektur diguanakan sebagai simbolisme negara. Arsitektur modern memiliki ciri yaitu anti ornamen dan bersifat universal. Tidak adanya ornament menunjukkan bahwa arsitektur tidak dikotakkotakkan berdasarkan etnik ataupun lokasi tertentu sehingga berlaku di manapun. Selain itu, pada umumnya semua bagian bangunan bersifat structural. Contoh bangunan berarsitektur modern : Wisma Nusantara (1964-1967) Gedung setinggi 30 lantai dengan tinggi 117 m ini dirancang oleh arsitek Paul Rudolph.Gedung ini merupakan eksperimen gedung high rise tahan gempa pertama di Indonesia yang merupakan hasil konsultasi Presiden Soekarno kepada ahli- ahli gempa dari Jepang.Hal positif dari pembangunan gedung ini adalah menunjukkan kecenderungan orang Indonesia untuk selalu bekerja sama karena itu semua bangunan selalu menggunakan ahliahli asing. Akan tetapi, kecenderungan yang demikian juga menunjukkan kurangnya rasa percaya diri orang Indonesia pada kemampuan diri sendiri untuk mengerjakan proyek besar. b. Fredrich S. Silaban (1912 – 1984) Lahir : 1912 di Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara. Pendidikan : HIS di Tapanuli,belajar ilmu bangunan (bouwkunde) di Koningin Wilhelmina School, Jakarta lulus 1931 Academic van Bouwkunst Amsterdam, Belanda tahun 1950 13 | P a g e Beliau merupakan arsitek kesayangan Presiden Soekarno yang mengabdikan diri ke Departemen Pekerjaan Umum tahun 1947-1965. Beliau merancang rumahnya sendiri hanya dalam semalam dan membangunnya selama setahun (1958-1959). F.Silaban sangat dipengaruhi arsitektur modern Belanda (Dudok). Simbolisme Silaban merepresentasikan nasionalisme Indonesia yang lebih netral dan tidak terpaku pada etnik tertentu. Menurut beliau, arsitektur Indonesia tidak berbicara salah satu etnik tetapi menonjolkan ciri tropis sebagai jiwa arsitektur Indonesia. Pendidikan teknis bangunan yang diikutinya membuat Silaban sangat memperhatikan kebutuhan praktis dan kualitas desain bangunan modern di daerah tropis. Misalnya saja pemakaian batu kali untuk menyelesaikan fasade baik sebagai dinding, kolom, lantai, dsb. Batu kali pun selalu ditempatkan di bagain bawah bangunan supaya saat terjadi hujan cipratan air tidak sampai mengotori bangunan. Sepanjang kariernya Silaban secara konsisten melakukan pencarian identitas arsitektur Indonesia yang modern. Proyek pertamanya adalah SPMA Bogor 1948 yang sangat dipengaruhi tradisi arsitektur modern zaman colonial yaitu panas terik matahari tropis diatasi menggunakan bentuk atap yang tinggi dengan sudut kemiringan besar, teritisan dalam, serta langit- langit yang tinggi. Karya pemenang sayembara gedung BI menggunakan kombinasi elemen vertical yang kuat dengan sun shading. Ekspresi arsitekturnya mempertemukan bangunan colonial modern tropis dengan international style yang dipengaruhi oleh karya Le Corbusier yaitu Unite d’Habitation.Silaban mengaitkan identitas arsitektur dengan fungsionalisme dan regionalism. “Rumah Indonesia adalah rumah tropis.” Atap merupakan unsur utama yang penting untuk menangkal matahari dan melindungi dari hujan. Atap menaungi dan membentuk ruang. Kurangi pemakaian dinding massif pada bangunan, gunakan hanya untuk fungsi privasi. Teritisan dibuat dalam supaya di bawahnya bisa ada teras, selasar, atau beranda yang berfungsi sebagai intermediate space (ruang antara yang menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam). Silaban meyakini bahwa orientasi dan tipologi bangunan rumah memiliki kaitan erat dengan sikap sosial penghuni dan lingkungannya. Atap perisai mengesankan penampilan yang individualis sehingga hanya sesuai untuk fungsi- fungsi bangunan penting. Atap pelana dengan orientasi sejajar jalan dianggap lebih bersahaja dan “ramah lingkungan”. Setiap elemen desain rumah Silaban menyatakan material yang utuh dan tak terbagi. Ruang- ruang bersama yang lapang 14 | P a g e memberi kesan ruang yang mengalir dan keleluasaan bagi perletakan perabot modern. Silaban juga konsisten dengan azas perancangan bangunan tropis yang menghindari bukaan ke arah barat dan timur seraya memaksimalkan bukaan ke arah selatan dan utara. Menurut Silaban idealisme arsitektur adalah pendirian atau sikap hidup yang terus menerus memperjuangkan kemurnian arsitektur dilihat dari sudut kepentingan rakyat dan negara Indonesia. Kepentingan rakyat adalah perumahan dari tipe yang paling sederhana, menengah, hingga mewah. Sementara kepentingan negara Indonesia adalah gedung- gedung besar yang dibutuhkan oleh pemerintah dan badan swasta bermodal seperti gedung kantor, gedung perguruan tinggi, bank, museum, rumah sakit, dsb. Karena di Indonesia angin kencang jarang terjadi maka yang paling esensi dalam rumah atau gedung adalah atap. Atap harus dipikul dan beratnya dialihkan ke tanah sehingga esensi tiang dan pondasi harus menjadi satu dengan esensi atap. Bagi Silaban, arsitektur tropis merupakan permainan antara terang dan gelap yang berimbang dan harmonis. Lebih banyak yang gelap ( tidak dapat disinari matahari) lebih tropislah arsitektur gedung itu kelihatannya. Menurut Silaban, arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesederhana mungkin, seringkas mungkin, sejelas mungkin dengan atap yang bebas dari kebocoran dan bebas dari bentuk berliku- liku yang mengundang kebocoran. Arsitektur Indonesia harus modern namun harus bersifat tropis. Perancang gedung BPI dan gedung SBM adalah Natmessnig dan Kopeinig, arsitek berkebangsaan Austria pada Biro Arsitek dan Insinyur PT Sangkuriang.Arsitektur Jengki / Yankee mengikuti arsitektur modern Amerika yang diadaptasikan dengan kondisi iklim tropis. Artitektur jengki pada rumah tinggal umumnya dirancang oleh pemborong yang pernah bekerja di perusahaan Belanda atau mahasiswa arsitektur ITB yang dipengaruhi oleh arsitektur Amerika, sebagai contoh pabrik coklat Cendrawasih di Surabaya. Ornamenornamen berbentuk lingkaran bolong pada fasade gedung BPI seakan menjadi tren dan dipasang secara sembarangan di fasade rumah- rumah tinggal. Begitu juga dengan pola fasade kotak- kotak seperti pada gedung SBM yang sebenarnya berfungsi sebagai sun shading lalu penggunaan kolom miring, jendela miring, serta kerawang beton. c. Liem Bwan Tjie Permainan volume massa, garis, pemakaian bidang datar, dan komposisi jendela berbentuk pita (bidang menerus) menunjukkan pengaruh arsitektur modern barat. Bentuk lengkung menunjukkan kecenderungan arsitektur ekspresionis. 15 | P a g e Membawa nilai universal dan bebas ornament. Komposisi geometri sebagai tujuan desain. Horisontalisme ditonjolkan dengan peralihan material. Dalam tiap rancangannya, Liem Bwan Tjie selalu menempatkan faktor iklim tropis sebagai salah satu pertimbangan penting. Hujan dan sinar matahari langsung tak pernah dibiarkannya membuat penghuni bangunan merasa tidak nyaman. Ruang di dalam pun harus nyaman dan cukup terang, misalnya dengan membuat jendela- jendela lebar yang dapat mengendalikan aliran udara. Ciri khas arsitekturnya: Desain bangunan “total work of art”, misal fasade menyatu dengan desain interiornya Penyelesaian material kontras (kasar x halus, massif x void) Curtain wall, struktur utama bangunan dan struktur fasade terpisah, dinding berfungsi sebagai selubung seperti tirai Penyelesaian sudut bangunan dengan dicoak atau dilengkungkan Entrance ditandai Shading sebagai ekspresi tropis d. Soejoedi Wirjoatmodjo Proyek pertamanya adalah merenovasi restoran Maison Bogerijen (Braga Permai) dari bentuk awal tipe vila Eropa atap mansard menjadi bangunan modern. Soejoedi berhasil memenangkan sayembara gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces) di Jakarta yang akan digunakan sebagai tempat konferensi bagi delegasi negara- negara yang tergabung dalam New Emerging Forces. Bersama Ir. Sutami yang bertanggung jawab pada teknik konstruksinya, Soejoedi mewujudkan rancangan yang kental dengan semangat nasionalisme, kemandirian dan idealisme tersebut. Soejoedi menerapkan pola pemikiran Le Corbusier yaitu menempatkan fungsi- fungsi utama kawasan political venues seperti persidangan, secretariat dan kegiatan pendukung. Massa bangunan untuk kegiatan persidangan diletakkan frontal menghadap jalan masuk, dengan massa bangunan secretariat di sampingnya. Massa bangunan perjamuan diletakkan linier terhadap massa bangunan secretariat, sedangkan massa bangunan auditorium diletakkan tegak lurus terhadapnya, jadilah kompleks MPR/ DPR. 16 | P a g e Karya Soejoedi meletakkan dasar bentuk arsitektur non-tradisional yang memberikan inspirasi arsitek- arsitek muda. Rancangan Soejoedi banyak melahirkan karya- karya yang khas dan inspiratif. Rancangan Soejoedi banyak memasukkan makna- makna filosofis yang sangat mementingkan keseimbangna alam, lingkungan, dan manusia. Rancangan beliau terkesan sederhana dan dingin, mengetengahkan konsep Bauhaus, menitikberatkan pada ketepatan fungsi, ruang, dan bentuk. Rancangan Soejoedi terlihat lugas, jujur, dan memberikan keleluasaaan kepada interaksi sosial manusia, tanpa mengorbankan lingkungan yang ada sebelumnya. e. Han Awal Pada tahun 1962-1964, Han Awal mendapat proyek berskala besar yaitu perencanaan Kampus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta dan 1963 revitalisasi Kota Inti di Jalan Perniagaan Jakarta. Tata bangunan kampus menghormati Jembatan Semanggi. Kampus terbentuk sebagai menara- menara dalam taman. Hamparan hijau kampus melatari dan membingkai Jembatan Semanggi sebagai monument konstruksi bangsa Indonesia. Setiap blok bangunan kampus memiliki lantai pilotis yang dihubungkan galeri. Ruang terbuka di lantai dasar menjadi sirkulasi dan dimanfaatkan untuk kegiatan ekstra kurikuler. Bangunan terbagi 2, bagian atas yang lebih tenang dan bagian bawah sebagai area kegiatan mahasiswa. Ruang galeri menjadi ruang persemaian rasa keindonesiaan para mahasiswa karena di sana mahasiswa dari berbagai latar belakang bertemu dan berkomunikasi. Pada proyek revitalisasi Kota Inti, Han Awal melakukan interpretasi radikal tentang kompleks hunian campuran di pusat kota (mixed use). Ada pembagian vertical dalam bangunan, lapis bawah untuk fungsi komersial dan bagian atas untuk hunian. Sebagian besar atap menerus dan berfungsi sebagai ruang public untuk penghuni rumah. Yang terbentuk adalah tipe baru kampung modern yang seolah melayang di tengah kota. f. Achmad Noe’man Mendirikan PT Birano, merancang Masjid Salman “Arsitek mendesain ruang, bukan mendesain fasade.” Pendidikan arsitektur memberikan wawasan baru yang tidak terbatas pada arsitektur lokal melainkan juga pada arsitektur modern yang sedang tren saat itu, CIAM, Bauhaus, FLW, Le Corbusier, Mies van der Rohe, dsb. Arsitektur tidak hanya berkaitan dengan seni saja tetapi juga masalah sosial dan alam. 17 | P a g e Arsitektur bukan perwujudan fisik saja tapi juga batiniah. Ini memerlukan ungkapan bentuk, rupa, dan suasana. Arsitektur diciptakan untuk kenyamanan pengguna. Pandangan modern yang sesuai ajaran Islami, tidak berlebihan, tidak mencari bentuk semata, tidak mubazir. Manusia dapat mengambil hikmah dari fenomena alam untuk dpat mengasah kepekaan dan kehalusan jiwa. Sederhana, jujur, fungsional, rasional. Merancang secara total: perabot dengan struktur, fasade dengan ruang (integrated system) 18 | P a g e