UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) DALAM BERBAGAI FRAKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RADIKAL BEBAS DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazil) Muhammad Rizallatif, Lilis Tuslinah, Ruswanto Prodi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada ABSTRAK Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan dan menahan pembentukan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang dihitung sebagai Inhibition Concentration 50% (IC50), dilakukan uji aktivitas antioksidan dari fraksi biji jintan hitam (Nigella sativa L.) Pengujian dilakukan dengan metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Biji jintan hitam diekstraksi dengan n-heksan dan metanol. Ekstrak metanol difraksinasi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Hasil penelitian menunjukan fraksi yang memiliki intensitassangat kuat adalah fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 47,15 µg/ml karena mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan polifenol. Sedangkan fraksi air memiliki intensitas kuat dengan nilai IC50 sebesar 67,62 µg/ml karena mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan kuinon. Kata kunci : Jintan Hitam (Nigella sativa L), DPPH, Antioksidan ABSTRACT Antioxidants are compounds which can remove and resist free radical formation in the body. Free radical are unstable molecules which is caused by its unpaired free electron in the outer electron orbital which make it reactively bind body cells to gain the electron pair. The purpose of this study to determine antioxidant activity was calculated as Inhibition Concentration 50% (IC50), tested the antioxidant activity of the fraction of black cumin seeds (Nigella sativa L.) Tests conducted by the method of DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl). Black cumin seeds extracted with n-hexane and methanol. Methanol extract was fractionated by liquid-liquid extraction using a solvent n-hexane, ethyl acetate, and water. The results showed that the fraction has a very strong intensity is a fraction of ethyl acetate with IC50 value of 47.15 ug / ml because it contains flavonoids, saponins, and polyphenols. While the water fraction has a strong intensity with IC50 value of 67.62 ug / ml because it contains alkaloids, saponins, and quinones. Keywords : Black Cumin Seeds (Nigellas sativa L.), DPPH, Antioxidants PENDAHULUAN Habbatussauda atau jintan hitam (Nigella sativa L.) selama berabad-abad digunakan jutaan orang di Asia, Timur Tengah, dan Afrika untuk menjaga kesehatan. Minyak dan herbanya diyakini bisa mengobati penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan, saluran pencernaan, gangguan lambung dan lever serta untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.Orang-orang di tanah Arab telah mengenal Jintan hitam lebih dari 2.000 tahun lalu (Anonim, 2011). Peranan antioksidan dalam tubuh manusia sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek radikal bebas yang berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya (Helliwel bet all,. 1995). Radikal bebas adalah senyawa yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Target utama senyawa tersebut adalah penyusun sel tubuh, seperti protein, lipida, dan DNA. Sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik, kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein , lipid dan DNA dalam tubuh (Winarsi, 2014). Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan, dan kosmetik (Gordon I,.1994). Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu (Gordon I,.1994). Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/triterpenoid (Gordon I,.1994). Metabolit sekunder yang terdapat pada jintan hitam yang berpotensi sebagai antiokisadan di antaranya alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. IC50 atau Inhibitor Concentration 50% adalah nilai nilai konsentrasi suatu sampel untuk menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%. Menurut Ahkam Subroto (2014), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50 yaitu Jika nilai IC50 (<50µg/ml) mempunyai intensitas sangat kuat, nilai IC50 (50-100 µg/mL) mempunyai intensitas kuat, nilai nilai IC50 (101-150 µg/mL) mempunyai intensitas sedang, dan nilai IC50 (>151 µg/mL) mempunyai intensitas lemah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Inhibition Conecentration 50% (IC50) aktivitas antioksidan dari jintan hitam (Nigela sativa L.) dalam berbagaifraksi menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil) dengan menggunakan pembanding asam askorbat. METODOLOGI PENELITIAN ALAT Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rotary evaporator vacun, gelas kimia, tabung reaksi, batang pengaduk, timbangan analitik, spektrofotometer UVVisibel, kuvet, kondensor, labu dasar bulat, hotplate, kertas saring bebas abu, krus, tanur, oven, mikroskop, pipet volum, chamber, statif, klem, cawan uap, corong, rak tabung, maserator, botol semprot, botol timbang. BAHAN Biji jintan hitam yang telah di keringkan, asam askorbat, etanol, metanol, asam asetat, asam sulfat, n-heksan, aquadest, DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl), kloralhidrat LP, toluen, kloroform, asam klorida, preaksi mayer, amil alhokol, Lieberman Buchard, Vanilin-Asam Sulfat, NaOH, etil asetat, silika gel GF 256. PROSEDUR PENELITIAN Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Pemeriksaan karakteristik dilakukan terhadap simplisia biji jinten hitam yang meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, susut pengeringan, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol (Departemen Kesehatan R.I, 2008). Pemeriksaan Makroskopik Pemeriksaan makroskopi dilakukan terhadap biji jinten hitam kering. Pemeriksaan makroskopik meliputi bentuk, bau, rasa, dan warna (Departmen Kesehatan R.I, 2008). Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap biji jinten hitam yang telah di haluskan untuk melihat fragmen khas yang dimiliki biji jinten hitam, pemeriksaan serbuk simplisia dilakukan di atas kaca objek dan ditetesi dengan preaksi kloralhidrat LP, lalu amati dibawah mikroskop (Departmen Kesehatan R.I, 2008). Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi azeotrop, preaksi yang dipakai adalah toluen. Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam, bilas dengan air kemudian keringkan dalam oven. Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 mL sampai 4 mL air, masukkan ke dalam labu kering. Masukan batu didih ke dalam labu, kemudian masukan lebih kurang 200 mL toluen jenuh air ke dalam labu. Panaskan selama 15 menit (Departmen Kesehatan RI, 2008).Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin balik dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit, biarkan tabung dingin hingga suhu kamar. Setelah air dan toluen terpisah secara sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam % v/b (Departmen Kesehatan RI, 2008). Penetapan Kadar Abu Total Sebanyak 2 sampai 3 gram simplisia yang telah dihaluskan dan ditimbang dengan seksama, kemudian masukkan ke dalam krus yang telah ditara sampai konstan. Krus yang telah berisi serbuk simplisia dipijarkan dengan perlahan hingga arang habis (diperoleh abu berwarna putih). Dinginkan krus dalam desikator ± selama 30 menit, kemudian timbang. Jika tidak diperoleh abu yang berwarna putih, tambahkan air panas ke dalam sampel kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama kemudian uapkan, pijarkan, dan timbang hingga diperoleh bobot konstan. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Departmen Kesehatan R.I, 2008). Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total ditambahkan 25 mL HCl 0,1 N, kemudian didihkan selama 5 menit. Abu yang tidak larut asam disaring menggunakan kertas saring bebas abu. Kemudian cuci dengan air panas, masukkan dalam krus lalu pijarkan. Dinginkan krus dalam desikator. Kemudian timbang. Kadar abu dihitung terhadap berat awal sampel, dinyatakan dalam % b/b(Departmen Kesehatan R.I, 2008). Penetapan Kadar Abu Larut Air Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total di tambahkan 25 mL air, kemudian didihkan selama 5 menit. Abu yang tidak larut air disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Kemudian cuci dengan air panas, masukan dalam krus kemudian pijarkan selama 15 menit pada suhu 6000C. Dinginkan krus dalam desikator, kemudian timbang. Kadar abu dihitung terhadap berat awal sampel (Departmen Kesehatan RI,2000). Susut Pengeringan Siapkan botol timbang dengan tutup kaca yang telah di cuci dan di keringkan selama 30 menit pada suhu penetapan, kemudian di timbang sampai konstan. Timbang 2 gram serbuk simplisia, masukkan ke dalam botol lalu ditimbang dengan seksama botol dan isinya. Sampel dala botol diratakan dengan cara botol di goyanggoyangkan secara perlahan hingga di peroleh tinggi sampel 5-10 mm. Masukkan botol ke dalam oven dengan suhu 105 0C dengan keadaan tutup yang terbuka. Kemudian setelah selesai di oven, dinginkan dalam desikator kemudian berat simplisia dan botol di timbang sampai konstan. Sebelum dan sesudah pengeringan, botol harus dalam keadaan tertutup (Departmen Kesehatan R.I, 2008). Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam biji jintan hitam (Nigella sativa L.) senyawa tersebut meliputi alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan triterpenoid, tannin dan polifenol, monoseskuiterpen dan seskuiterpe, dan kuinon. Ekstraksi Ekstraksi dilakukakn dengan metode maserasi. Terlebih dahulu serbuk simplisia yang telah ditimbang di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut nheksan untuk menarik senyawa non polar, kemudian residu di ekstraksi menggunakan pelarut etanol. 6 jam pertama perendaman sambil sekali-kali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Filtrat ditampung dan residu dimaserasi kembali dengan etanol baru, proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Seluruh filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator Ekstrak pekat yang dihasilkan digunakan untuk fraksinasi kemudian dilakukakn uji kualitatif dan kuantitatif aktivitas antioksidan. Fraksinasi Ekstrak pekat yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan pelarut air kemudian ditambahkan n-hexana, kemudian dipisahkan dengan ekstraksi cair-cair pada corong pisah dengan pengocokan beberapa menit dan diamkan hingga terbentuk dua fase, ambil fraksi air. Fraksi air ditambahkan etil asetat dan dipisahkan hingga didapat fraksi etil asetat dan fraksi air, masingmasing dilakukakn fraksinasi hingga didapat hasil fraksi yang bening kemudian hasil fraksinasi dipekatkan. Uji Aktivitas Antioksidan Uji Kualitatif Antioksidan Uji kualitatif dilakukan dengan KLT pada fase gerak yang sesuai untuk masingmasing fraksi dengan penampak bercak DPPH 0,2 % dalam metanol. Hal ini dilakukakn untuk mengidentifikasi adanya senyawa antioksidan pada ekstrak yang beraksi positif dengan adanya warna kuning dengan latar belakang ungu. Uji Kuantitatif Antioksidan Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari semua fraksi biji jintan hitam, maka dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH secara spektrofotometri UV – sinar tampak. Larutan DPPH yang berisi masing-masing fraksi diukur, kemudian dihitung aktivitas senyawa antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas (Molyneux,2004). Untuk menentukan panjang gelombang maksimum larutan DPPH digunakan campuran DPPH sebanyak 5 mg yang dilarutkan dalam metanol 100 ml (50 ppm). Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Aktivitas antioksidan diukur sebagai persen penurunan absorbansi DPPH pada sampel uji yang dihitung dengan menggunakan rumus : (A − B) 𝑋= x 100% 𝐴 Keterangan : X = Penurunan absorbansi DPPH (%) A = Absorbansi larutan DPPH B = Absorbansi larutan DPPH setelah penambahan sampel Pada pengujian kuantitatif ini digunakan larutan pembanding yaitu asam askorbat. Asam askorbat ditimbang 50 mg kemudian dilarutkan dalam metanol 100 ml (500 ppm). Buat 6 deret konsentrasi yang berbeda. Kemudian masing-masing konsentrasi tersebut di tambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian dikocok dan dinkubasi selama 30 menit pada suhu ruangan. Lalu diukur serepannya pada spektrofotometri UV-Visibel dengan panjang gelombang DPPH yang telah terukur. Masing-masing fraksi biji jintan hitam yang telah dilakukan pemekatan dilarutkan sebanyak 50 mg kemudian dilarutkan dalam 100 ml metanol (500 ppm). Hasil pelarutan ekstrak dari masing-masing fraksi dibuat 6 deret konsentrasi yang berbeda. Kemudian masing-masing konsentrasi tersebut di tambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian dikocok dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruangan. Lalu diukur serapannya pada spektrofotometri UV-Visibel dengan panjang gelombang DPPH yang telah terukur. Setelah didapatkan persen penurunan dari masing-masing konsentrasi, kemudian buat kurva linearitas antara konsentrasi dengan persen peredaman. Menentukan nilai IC50 dengan : y = ax + b Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan jika nilai IC50 (<50µg/ml) mempunyai intensitas sangat kuat, nilai IC50 (50-100 µg/mL) mempunyai intensitas kuat, nilai nilai IC50(101-150 µg/mL) mempunyai intensitas sedang, dan nilai IC50 (151-200 µg/mL) mempunyai intensitas lemah (Ahkam Subroto, 2014). HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan Simplisia Pada penelitian ini digunakan simplisia kering biji jintan hitam (Nigella sativa L.). Pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 400C, proses pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, serta memudahkan dalam pengolahan proses selanjutnya. Kemudian biji jintan hitam diolah menjadi serbuk dengan menggunakan spy dray pada mesh 40 sehingga diperoleh serbuk simplisia yang homogen. mengetahui senyawa kimia yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Jintan hitam mengandung berbagai jenis metabolit sekunder, dimana masing-masing metabolit PENAPISAN FITOKIMIA Penapisan fitokimia merupakan sekunder memiliki bioaktivias yang berbeda. metode yang digunakan untuk mendeteksi Identifikasi pada sampel perlu dilakukan tumbuhan tingkat tinggi berdasarkan untuk mengetahui golongan senyawa golongannya dan sebagai informasi untuk metabolit sekunder pada sampel tersebut. Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Fraksi Fraksi Fraksi Kandungan Kimia Simplisia n-heksan n-heksan etil asetat air Alkaloid + + Flavonoid + + Saponin + + + Tanin Mono &Seskuiterpen + + + Polifenol + + Kuinon + + Steroid &Triterpenoid + + + Keterangan : + (Positif mengandung senyawa) - (Negatif mengandung senyawa) Berdasarkan tabel di atas dapat dengan menggunakan pelarut n-heksana dan dilihat bahwa hasil penapisan fitokimia pada metanol. Hal ini dilakukan untuk simplisia, ekstrak, dan hasil Fraksinasi. memisahkan senyawa yang dikehendaki Ekstrak n-Heksan dan fraksi n-Heksan jintan berdasarkan perbedaan kepolarannya. Hasil hitam mengandung senyawa monoterpen proses ekstraksi didapat bobot ekstrak yang dan seskuiterpen, steroid dan triterpenoid. menyatakan banyaknya ekstrak yang Sedangkan pada Fraksi etil asetat terdapat di dalam sampel, untuk ekstrak nmengandung senyawa flavonoid, saponin heksana bobot ekstrak yang diperoleh yaitu dan polifenol. Sementara pada fraksi air 474,4 gram, dan ekstrak metanol yang mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan diperoleh yaitu 288,05 gram. kuinon. Tabel 2. Rendamen Ekstrak Berat Ekstrak Rendamen Ekstraksi Simplisia Ekstrak Kental (%) Ekstraksi biji jintan hitam dilakukan (g) (g) dengan metode maserasi.Proses ini sangat n-heksan 474,4 31,62 menguntungkan dalam isolasi bahan alam 1500 metanol 288,05 19,2 karena selama proses peredaman akan terjadi proses pemecahan dinding dan Fraksinasi membran sel akibat perbedaan tekanan Fraksinasi untuk mengelompokan antara di dalam dan di luar selnya sehingga senyawa metabolit sekunder yang berada metabolit sekunder yang ada di dalam dalam biji jintan hitam yang berdasarkan sitoplasma akan terlarut dalam pelarut kepolaran. Ekstrak kental metanol sebanyak organik. Proses ekstraksi didasarkan pada 60 gram dilarutkan menggunakan air dan kelarutan komponen terhadap komponen metanol dengan perbandingan 2:1, dimana yang lain dalam campuran. Kelarutan suatu volume air 100 mL dan volume metanol 50 komponen tergantung pada derajat mL. Kemudian di ekstraksi cair-cair kepolarannya. Hukum “like dissolved like” menggunakan corong pisah dengan pelarut menyatakan bahwa senyawa yang bersifat n-heksan yang bersifat non polar dengan polar hanya dapat larut dalam pelarut polar volume 100 mL. Sehingga terbentuk dua dan semipolar, begitupun sebaliknya yang lapisan, lapisan atas merupakan fraksi nbersifat nonpolar hanya dapat larut dalam heksan yang berwarna kuning dan pelarut nonpolar dan semipolar. Ekstraksi lapisanbawah merupakan fraksi air yang dilakukan dengan cara ekstraksi bertingkat berwarna kecoklatan. Hal ini terjadi karena massa jenis n-heksan 0.4 g/mL yang lebih kecil dari massa jenis air yaitu 1 g/mL. Fraksinasi ini menghasilkan fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi n-heksan dievaporasi menggunakan evaporator pada suhu 30-40 o C, suhu rendah digunakan untuk menjaga agar senyawa aktif tidak mengalami kerusakan. fraksi n-heksan menghasilkan ekstrak kental sebanyak 12,16 g. Fraksi air yang tersisa di fraksinasi kembali dengan pelarut etil asetat yang bersifat semi polar dengan perbandingan 1:2, dimana volume air 150 mL dan etilasetat 300 mL. Sehingga terbentuk dua lapisan, lapisan atas merupakan fraksi etil asetat dan lapisan bawah merupakan fraksi air. Fraksi etil asetat berada pada lapisan atas karena memiliki massa jenis 0.66 g/mL yang lebih kecil massanya dari fraksi air yaitu 1 g/mL. Hasil fraksinasi dari masing-masing fraksi dievaporasi pada suhu 30-40 oC sehingga diperoleh ekstrak kental fraksi etil asetat sebanyak 3,03 gram dan ekstrak kental fraksi air sebanyak 44,75 gram. Tabel 3. Rendamen Fraksi Berat Ekstrak Metanol (g) Fraksi Fraksi Kental (g) Rendamen (%) 60 n-heksan 12,16 20,26 etil asetat 3,03 5,05 Air 44,75 74,58 UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Sampel yang diuji aktivitas antioksidan yaitu ekstrak kental n-Heksan dan fraksi hasil fraksinasi yang dilakukan pada tindakan awal. Fraksi tersebut yaitu fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air. Uji aktivitas antioksidan pada keempat sampel ini untuk melihat senyawa yang bersifat sebagai antioksidan berdasarkan kepolarannya. Uji Kualitatif Antioksidan Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak didahului dengan uji kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis dan pereaksi semprot DPPH. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Gambar 1. KLT Antioksidan Teraktif Uji Kuantitatif Antioksidan Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dipilih karena metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi aktivitas dari senyawa bahan alam. Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada panjang gelombang maksimum 517nm. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan IC50 senyawa antioksidan. Gambar 2. Struktur DPPH reduksi Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan membuat larutan standar, dimana larutan standar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu vitamin C (asam askorbat). Karena vitamin C mudah mengalami oksidasi oleh radikal bebas karena adanya gugus–OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut. vitamin C merupakan senyawa antioksidan sintetis yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena nilai IC50 yang di dapat 3,46 µg/ml. Gambar 3. Struktur vitamin C Selanjutnya dibuat deret konsentrasi dari ekstrak n-heksan, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer dengan mengukur penurunan absorbansi DPPH awal terhadap absorbansi DPPH setelah penambahan sampel. Kurva Regresi Linier Ekstrak n-heksan Kurva Regresi Linier Fraksi n-heksan y = 0.032x + 10.61 R² = 0.996 0 500 1000 Konsentrasi (ppm) Peredaman (%) 80 Peredaman (%) 60 50 40 30 20 10 0 60 40 y = 0.198x + 2.968 R² = 0.998 20 0 1500 0 y = 0.676x + 18.12 R² = 0.998 0 20 40 60 Konsentrasi (ppm) 200 300 Konsentrasi (ppm) Kurva Regresi Linier Fraksi Air Peredaman (%) Peredaman (%) Kurva Regresi Linier Fraksi Etil Asetat 70 60 50 40 30 20 10 0 100 70 60 50 40 30 20 10 0 y = 0.657x + 5.571 R² = 0.998 0 20 40 60 80 Konsentrasi (ppm) Gambar 4. Kurva Regresi Linier Berdasarkan kurva diatas maka dapat dihitung nilai IC50 yang diperoleh dari plotting terhadap persamaan regresi linier dengan (x) sebagai konsentrasi sampel dan (y) adalah persen peredaman, sehingga didapatkan nilai IC50 dari fraksi etil asetat yaitu 47,15 µg/ml, fraksi air yaitu 67,62 µg/ml, fraksi n-heksan yaitu 237,52 µg/ml, dan ekstrak n-heksan yaitu 1230 µg/ml. Dari data kurva persamaan regresi linier ekstrak n-heksan, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi dengan % peredaman. Hal ini diperlihatkan dengan nilai R2 (koefisien korelasi) 0,9. Nilai R2 menyatakan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi sampel dengan % peredaman yang diamati dengan derajat keeratan untuk ekstrak n-heksan sebesar 0,996, fraksi n-heksan sebesar 0,998, fraksi etil asetat sebesar 0,998, dan fraksi air sebesar 0,998. Ini menunjukan bahwa lebih dari 99% derajat penghambatan dipengaruhi oleh konsentrasi sampel, sedangkan kurang dari 1% dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 4. Nilai IC50 Sampel Nilai IC50 (µg/ml) Ekstrak n-heksan 1230 Fraksi n-heksan 237,52 Fraksi etil asetat 47,15 Fraksi air 67,62 Berdasarkan hasil uji tersebut, terlihat bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan fraksi yang lainnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemisahan yang dilakukan menyebabkan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan cukup banyak terkumpul didalam fraksi etil asetat. Sedangkan bila dibandingkan dengan vitamin C, fraksi etil asetat memiliki nilai IC50 jauh lebih besar dibandingkan dengan vitamin C. Hal ini mungkin disebabkan karena vitamin C merupakan senyawa murni, sedangkan fraksi etil asetat masih berupa campuran beberapa senyawa, namun hal ini tidak menjamin pula senyawa murni yang terkandung didalamnya memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dari vitamin C. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sampel yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat adalah fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 47,15 µg/ml karena mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, dan polifenol. b. Sampel yang memiliki aktivitas antioksidan kuat adalah fraksi air dengan nilai IC50 sebesar 67,62 µg/ml karena mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan kuinon. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan akivitas antioksidan dari masing-masing metabolit sekunder yang terkandung dalam biji jintan hitam (Nigella sativa L.). DAFTAR PUSTAKA Al-Ali A, Alkhawajah A.A, Rhandhawa A.R, dan Shaikh A.S. 2008. Oral and Intraperitoneal LD50 of Thymoquinone, An Active Principle of Nigella sativa, in Mice and Rats. Journal Ayub Medical College Abbottabad, Vol. 20 (2):25-7 Anonim.2011.https://ummuhanik.wordpress. com/about/pengobatannabi/habbatussauda-jinten-hitam/ [online]-[diakses 4 maret 2015] Ardian S. Nurhakim. 2010. Evaluasi Pengaruh Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisika dan Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Aqil, F., Ahmad, I., dan Mehmood, Z. (2006). Antioxidant and Free Radical Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal Plants. Turk J Biol. 177-183. Asni Amin et all. 2011. Radical Scavenging Activity Of Diethyl Ether From Black Cummin Seed (Nigella sativa Linn.) Using DPPH. Serpong. Widya Bhakti Puspiptek. ISSN : 2089-6069 Bahman N, et all. 2003. Chemical Compotition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L. Iran : Shiraz University of Medical Sciences. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat tradisional. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan. Departmen Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants Journal of Pharmaceutical Sciences 55 (3), 226-276. Ghasemi, K., Ghasemi, Y., Ebrahimzadeh, M. (2009) : Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Contents of 13 Citrus Species Peels and Tissues. Pak. J. Pharm. Sci., Vol. 22, No.3, July 2009, pp.277-281 Gilani H. Anwar, Jabeen Q., Khan M. Usad. 2004. A Review of Medicinal Uses and Pharmacological Activities of Nigella sativa. Pakistan Journal od Biological Sciences 7 (4) : 441-451 Gordon I. 1994. Functional Food, Food Design, Pharmafood. New York: Champman and Hall. Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.). Bandung : Penerbit ITB. Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia Halliwel B, Aeschbach R., Lolinger J, Auroma O I. 1995. Toxicology. “J Food Chem” 33: 601. http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan [diakses tanggal 04 maret 2014] Lautan, J. (1997). Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit, Cermin Dunia Kedokteran. (116), 49-52. Lampe, J.W. (1999). Health Effects of Vegetables and Fruit: Assesing Mechanisms of Action in Human Experimental Studies. The American Jurnal of Clinical Nutrition. Malhotra S.K. 2004. Chapter 13 : Nigella. National Research Centre of Seed Spices. Edited by K.V. Peter. USA : Woodhead Publishing Ltd. Savitri, E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang: UIN Press http://www.plantamor.com/index.php?plant =902 [diakses tanggal 5 maret 2015] Prakash, A. (2001) : Antioxidant Activity. Medallion Laboratories : Analithycal Progres, Vol 19 No : 2. Raaman N. Phytochemical Techniques. New Delhi: Jai Bharat Printing Press ; 2006. p. 21-22. Rhandawa M. Akram. 2008. Black Seed, Nigella sativa, Deserves More Ettention. J. Ayub Med Coll Abbottabad 20-(2) Wagner, H., Blandt, S., dan Zgalnski. (1984). Plant Drug Analysis. New York : Springer-Verlag, 7-304. Widyastuti, N (2010) : Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Cuprac, DPPH, dan Frap Serta Korelasinya Dengan Fenol dan Flavonoid Pada Enam Tanaman. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bogor : IPB. Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. Winarsi, H. (2014). Antioksidan Daun Kapulaga Aplikasinya di bidang Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Yu, L. (2008). Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.