Uploaded by User20123

MAKALAH PANGAN METRO

advertisement
PERAN PEJABAT PIMPINAN TINGGI PRATAMA
DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DALAM
MENDUKUNG VISI KOTA METRO SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN DAN WISATA
KELUARGA BERBASIS EKONOMI KERAKYATAN BERLANDASKAN
PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
Oleh: Indra Permana Amurwaraharja, S.Hut.,M.Si.
I.
PENDAHULUAN
Kota Metro yang dibentuk pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan UndangUndang Nomor 12 Tahun 1999 pada dasarnya ditujukan untuk memperkuat
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mendekatkan pelayanan publik kepada
masyarakat. Sebagai daerah otonom, Pemerintah Kota Metro berhak mengatur dan
mengurus rumah tangga yang menjadi kewenangannya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat.
Dalam menjalankan kewenangannya, Pemerintah Kota Metro melaksanakan
berbagai program pembangunan yang dimulai dari tahap penyusunan dokumen
perencanaan (baik rencana jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka
pendek yang secara substansial saling berkaitan) hingga ke tahap pelaksanaan
pembangunan yang diimplementasikan oleh organiasi perangkat daerah terkait
melalui berbagai program dan kegiatan yang didanai oleh APBD Kota Metro.
Implementasi program dan kegiatan pembangunan yang didanai APBD Kota Metro
tersebut adalah sebagai perwujudan pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Kota Metro dalam melayani kepentingan publik di Kota Metro.
Berkenaan dengan pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Metro, tiga urusan yang perlu dilaksanakan secara optimal
adalah Urusan Pangan, Urusan Pertanian dan Kelautan Perikanan. Adapun
kewenangan Pemerintah Kota dalam urusan pangan menurut Undang-undang 23
tahun 2014 dibagi menjadi empat sub urusan, dengan uraian sebagai berikut:
a. Sub
Urusan
Penyelenggaraan
Pangan Berdasarkan
Kedaulatan
Dan
Kemandirian, mencakup kewenangan Penyediaan infrastruktur dan seluruh
pendukung kemandirian pangan pada berbagai sektor sesuai kewenangan
Daerah kabupaten/kota.
b. Sub Urusan Penyelenggaraan Ketahanan Pangan, mencakup kewenangan:
1) Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai
kebutuhan Daerah kabupaten/kota dalam rangka stabilisasi pasokan dan
harga pangan
2) Pengelolaan cadangan pangan kabupaten/kota.
3) Penentuan harga minimum daerah untuk pangan lokal yang tidak
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi.
4) Pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan perkapita/tahun
sesuai dengan angka kecukupan gizi.
c. Sub Urusan Penanganan Kerawanan Pangan, meliputi kewenangan:
1) Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan kecamatan.
2) Penanganan kerawanan pangan kabupaten/kota.
3) Pengadaan, pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pada
kerawanan pangan yang mencakup dalam Daerah kabupaten/kota
d. Sub Urusan Keamanan Pangan, meliputi kewenangan Pelaksanaan
pengawasan keamanan pangan segar.
Sedangkan kewenangan Pemerintah Kota dalam urusan pertanian menurut
Undang-undang 23 tahun 2014 mencakup lima sub urusan sebagai berikut:
a. Sub Urusan Sarana Pertanian, mencakup kewenangan sebagai berikut:
1) Pengawasan penggunaan sarana pertanian.
2) Pengelolaan SDG hewan dalam Daerah kabupaten/kota.
3) Pengawasan mutu dan peredaran benih/bibit ternak dan tanaman
pakan ternak serta pakan dalam Daerah kabupaten/kota.
4) Pengawasan obat hewan di tingkat pengecer.
5) Pengendalian penyediaan dan peredaran benih/bibit ternak, dan
hijauan pakan ternak dalam Daerah kabupaten/kota
6) Penyediaan benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak yang
sumbernya dalam 1 (satu) Daerah provinsi lain.
b. Sub Urusan Prasarana Pertanian, mencakup kewenangan:
1) Pengembangan Prasarana Pertanian
2) Pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan rumpun/galur ternak
dalam Daerah kabupaten/kota.
3) Pengembangan lahan penggembalaan umum
c.
Sub Urusan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
mencakup kewenangan:
1) Penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan daerah
wabah penyakit hewan menular dalam Daerah kabupaten/kota.
2) Pengawasanpemasukan hewan dan produk hewan ke Daerah
kabupaten/kota serta pengeluaran hewan dan produk hewan dari
Daerah kabupaten/kota.
3) Pengelolaan pelayanan jasa laboratorium dan jasa medik veteriner
dalam Daerah kabupaten/kota.
4) Penerapan
dan
pengawasan
persyaratan
teknis
kesehatan
masyarakat veteriner.
5) Penerapan dan pengawasan persyaratan teknis kesejahteraan
hewan.
d. Sub Urusan Pengendalian dan Penanggulangan bencana pertanian
mencakup kewenangan Pengendalian dan penanggulangan bencana
pertanian kabupaten/kota
e. Sub Urusan Perizinan Usaha Pertanian mencakup kewenangan:
1) Penerbitan izin usaha pertanian yang kegiatan usahanya dalam
Daerah kabupaten/kota.
2) Penerbitan izin usaha produksi benih/bibit ternak dan pakan, fasilitas
pemeliharaan hewan, rumah sakit hewan/pasar hewan, rumah
potong hewan.
Kewenangan Pemerintah Kota dalam urusan perikanan menurut Undangundang 23 tahun 2014 mencakup lima sub urusan sebagai berikut:
a.
Sub Urusan Perikanan Budidaya, mencakup kewenangan sebagai berikut:
1) Penerbitan IUP di bidang pembudidayaan ikan yang usahanya
dalam (satu) Daerah kabupaten/kota.
2) Pemberdayaan usaha kecil pembudidayaan ikan.
3) Pengelolaan pembudidayaan ikan
Untuk melaksanakan urusan pangan, pertanian, dan perikanan tersebut,
Pemerintah Kota Metro membentuk Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan
Perikanan. Tujuan keberadaan Dinas tersebut adalah untuk melakukan pelayanan
umum dibidang pangan, pertanian dan perikanan. Dengan hadirnya Pemerintah
Kota Metro dalam pelayanan umum pangan khususnya pengentasan daerah rawan
pangan, maka diharapkan akan menjadi bagian penting dalam upaya penurunan
angka stunting yang berujung dalam uoaya pengentasan kemiskinan. Demikian
pula dengan hadirnya Pemerintah Kota Metro dalam pelayanan pertanian (tanaman
pangan maupun peternakan) serta perikanan, maka selain dapat meningkatkan
perekonomian Kota Metro diharapkan masyarakat juga memiliki andil dalam
penyediaan pangan melalui produk-produk tanaman pangan, peternakan dan
perikanan. Semuanya ini, sangat menunjang untuk mewujudkan visi Kota Metro
sebagai kota pendidikan dan wisata keluarga berbasis ekonomi kerakyatan
berlandaskan pembangunan partisipatif.
II.
PERMASALAHAN
Pembangunan Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam
pembangunan daerah maupun pembangunan nasional. Karena ketahanan
pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan dalam
kekokohan bangsa. Untuk itu sangat perlu mewujudkan cita cita ketahanan
pangan itu, melalui pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan bidang pangan masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang perlu segera dicarikan solusinya, yaitu belum
optimalnya pengembangan literasi pangan khususnya dalam sisi keamanan dan
keragaman pangan. Sedangkan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pembangunan bidang pertanian adalah: (1) belum optimalnya upaya
peningkatan produktifitas pertanian untuk mengatasi luas lahan yang semakin
menurun, (2) permasalahan irigasi dan (3) kapasitas kelembagaan di bidang
pertanian. Sementara untuk bidang perikanan, permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pembangunan adalah kurangya upaya peningkatan produktivitas
sector perikanan darat.
Adapun isu-isu strategis terkait dengan pembangunan khusunya bidang
pangan, pertanian dan perikanan di Kota Metro antara lain:
1. Peningkatan ketahanan dan keragaman (literasi) pangan.
2. Menjaga stabilitas inflasi daerah terutama pada harga bahan pokok.
3. Alih fungsi lahan pertanian
4. Peningkatan produktivitas pertanian
5. Peningkatan produktivitas budidaya perikanan darat.
III. ANALISIS PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
3.1. Urusan Pangan dan Pertanian
Ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan kestabilan
ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu wilayah. Pemenuhan kebutuhan pangan
menjadi tantangan tersendiri bagi Kota yang merupakan wilayah basis pertanian di
Provinsi Lampung. Ketahanan pangan Kota Metro mengalami perubahan cepat
akibat pertumbuhan penduduk, infrastruktur pertanian yang rusak, penurunan
jumlah rumah tangga petani, hingga proses transformasi struktural yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam konteks pangan, perkembangan kuantitas penduduk membawa
dampak pada perubahan kebutuhan dan produksi pangan. Kebutuhan pangan
bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk. Pertambahan kebutuhan
pangan menjadi tidak linier mengingat pada saat yang bersamaan struktur umur
didominasi oleh penduduk usia produktif yang memiliki kebutuhan konsumsi lebih
besar dibandingkan dengan kelompok penduduk usia non-produktif. Disisi lain,
kebutuhan lahan untuk aktivitas non-pertanian terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Akibatnya, terjadi konversi lahan pertanian menjadi non-
pertanian. Hal ini justru dialami oleh lahan-lahan pertanian yang paling produktif
karena umumnya memiliki akses jalan paling baik.
Masalah kekurangan pangan tidak pernah bisa diatasi dengan cara bercocok
tanam yang konvensional tetapi dengan teknologi yang bisa menghendaki
ketercukupan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya didukung dengan teknologi
dan SDM yang memadai, tapi peran serta budaya akan makan juga harus andil
dalam memenuhi ketahanan pangan.
Berdasarkan analisis permasalahan diatas, maka Seorang Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama yang memimpin Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan
harus dapat membuat strategi dan kebijakan yang tepat untuk menjalankan urusan
pangan dan pertanian dengan sebaik-baiknya. Hal ini tentunya dilakukan secara
bersama-sama dengan komponen organisasi internal Dinas dan komponen diluar
Dinas.
Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan oleh Dinas Ketahanan
Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Metro untuk mengatasi permasalahan
pangan adalah: (1) Membangun partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
cadangan
pangan
bagi
pemenuhan
kebutuhan
pangan
masyarakat;
(2)
Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan peningkatan kualitas
konsumsi melalui penganekaragaman dan diversifikasi konsumsi pangan; (3)
Peningkatan kegiatan yang berkaitan dengan upaya untuk mengatasi alih fungsi
lahan pertanian; (4) Fasilitasi dan jaminan kelancaran pasokan sarana produksi,
terutama benih/bibit dan pupuk.
3.2. Urusan Perikanan
Konsumsi ikan oleh masyarakat telah mengalami peningkatan sehingga ikan
ditetapkan sebagai salah satu komoditas bahan pokok dan bahan penting melalui
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015. Sedangkan untuk produksi ikan
khususnya perikanan daerat cenderung stagnan. Hal ini akan berdampak kepada
meningkatnya potensi kelangkaan ikan akibat permintaan yang besar tidak
dibarengi dengan ketersediaan.
Peningkatan produksi ikan hanya dapat dilakukan dengan pengembangan
lahan serta produktivitas dengan memperbaiki sarana dan prasarana produksi.
Namun, dikarenakan belum banyak yang mengetahui bahwa komoditi perikanan air
tawar sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala industri maupun rumah
tangga, maka pengembangan lahan dan produktivitas perikanan air tawar masih
belum bisa dioptimalkan
Pejabat pimpinan tinggi pratama pada Dinas Ketahanan Pangan Pertanian
dan Perikanan Kota Metro harus memikirkan berbagai strategi dan kebijakan untuk
menjalankan sasaran dan program pembangunan bidang perikanan. Beberapa
alternatif kebijakan dalam bidang perikanan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perikanan di Kota Metro adalah (1) Peningkatan kegiatan
perbenihan; (2) Peningkatan produksi dan usaha budidaya; (3) Memastikan
kemudahan pakan dan obat; (4) Peningkatan peran kelembagaan masyarakat
dalam budidaya perikanan darat.
IV. KESIMPULAN
Pejabat pimpinan tinggi pratama yang mengepalai Dinas Ketahanan Pangan
Pertanian dan Perikanan Kota Metro harus mampu menjabarkan tujuan dan
sasaran pokok RPJMD Kota Metro untuk bidang pangan, pertanian, dan perikanan
kedalam program dan kegiatan yang dituangkan dalam rencana strategis Dinas
dengan target kinerja tahunan yang jelas dan terukur. Selanjutnya menjalankan
program dan kegiatan tersebut dijalankan secara konsisten, efektif, dan efisien
dengan menggerakan seluruh komponen organisasi perangkat daerah. Unit kerja
eselon 3 dan eselon 4 pada Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan
Kota Metro harus dapat menjabarkan sasaran kinerja dengan indikator kinerja
kegiatan yang jelas yang selaras dengan tugas dan fungsi unit kerja tersebut.
Sehingga sasaran kinerja yang akan dituju oleh unit kerja pada eselon 3 dan 4
semuanya ditujukan untuk merealisasikan sasaran program dan kegiatan pangan,
pertanian, dan perikanan menuju terwujudnya Kota Metro sebagai kota pendidikan,
wisata keluarga berbasis ekonomi kerakyatan berlandaskan pembangunan
partisipatif.
Download