BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat dianggap remeh, dan sering dijuluki sebagai penyakit “Silent disses” karena tanda dan gejala yang tidak terlihat dari sekilas melihat penderitanya. Penyakit yang juga dikenal dengan tekanan darah tinggi ini merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit ini merupakan keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target dalam tubuh. Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderitanya namun, akan memicu atau menimbulkan penyakit-penyakit lainnya (Dalimartha, S, et al., 2008). Menurut National Institutes of Health (2015), tekanan darah normal adalah tekanan darah kurang atau setara dengan 120/80 mmHg. Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya mencapai lebih dari 140/90 mmHg (Herwati, 2014). Nilai yang lebih tinggi (140 mmHg) biasa dikenal dengan tekanan darah sistolik menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung. Nilai yang lebih rendah (90 mmHg) dikenal dengan tekanan darah diastolik merupakan fase darah yang kembali ke jantung (National Institutes of Health, 2015). Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua macam. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, 1 2 walaupun dikaitkan dengan faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (jarang melakukan aktivitas fisik) dan pola makan. Penyebab hipertensi primer terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya, sebanyak 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal, sedangkan pada 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (Kemeterian Kesehatan RI, 2014). Data Riskesdas tahun 2013, memperlihatkan bahwa penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8% pada mereka yang sudah didiagnosa oleh tenaga kesehatan, namun pengontrolan hipertensi belum sepenuhnya dapat dilakukan meskipun sudah tersedia obat-obatan yang efektif (Badan Penelitian Dan Pegembangan Kesehatan, 2013). Menurut Santosa & Ningrat (2012), banyak faktor yang menyebabkan hipertensi baik faktor yang dapat dikontrol maupun tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin dan faktor keturunan, sedangkan faktor yang dapat dikontrol adalah faktor gaya hidup, aktivitas fisik serta pola makan. Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak serta makanan berkadar garam tinggi (makanan asin) dengan disertai dengan kurangnya aktivitas gerak semakin memperbesar munculnya penyakit hipertensi. Garam merupakan bumbu dapur yang pasti digunakan sebagai pemberi rasa pada makanan, namun akan menjadi masalah bila garam dikonsumsi dalam jumlah banyak (Ningrat RW & Santoso B., 2012). 3 Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau tanpa menggunakan garam namun dengan pembatasan tertentu. Garam rendah yang digunakan adalah garam natrium. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi. Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menurunkan tekanan darah serta mempertahankan tekanan darah menuju normal. Pasien dengan tekanan darah yang tinggi diatas normal akan diberi makanan dengan konsumsi garam yang rendah sesuai tingkat keparahannya (Pratiwi, IE., 2014). Diet rendah garam I hanya boleh mengkonsumsi natrium sebanyak 200400 mg Na per hari, diet rendah garam II hanya akan mengkonsumsi natrium sebanyak 600-800 mg Na per hari, dan diet rendah garam III hanya boleh mengkonsumsi 1000-1200 mg Na per hari yang akan dimasukan dalam makanan yang dimakan (Almatsier, S., 2006). Di rumah sakit jenis makanan dibagi menjadi empat diantaranya makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, dan makanan cair. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan makanan khusus sehubungan dengan penyakitnya. Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu pada penyakit tertentu atau pada pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi. Tujuannya adalah agar mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit (Almatsier, S., 2006). 4 Hasil penelitian Rini (2011) yang dilakukan di Kelurahan Sidomulyo Barat kota Pekanbaru, sebanyak 34 orang (56,7%) dari 60 responden tidak patuh dalam menjalankan diet rendah garam. Faktor sikap negatif ini muncul karena kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh kebiasaan responden seperti kurang berolahraga serta mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi (Rini, SS et al., 2011) Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormone, dan sebagainya. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar 90-95% sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10%. (Anggara & Prayitno, 2013). Faktor makanan yang kurang baik berupa kelebihan lemak, konsumsi dapur yang tinggi, alkohol dan merokok dapat berpengaruh terhadap hipertensi. Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (South, Bidjuni, Malara, 2014). Kebanyakan lansia sering mengkonsumsi daging, susu yang mengandung banyak lemak dan gorengan yang mengandung banyak minyak sehingga dapat meningkatkan kolestrol dalam darah yang akan mengendap dan menjadi plak yang menempel pada dinding arteri. Plak tersebut menyebabkan penyempiatan arteri sehingga jantung bekerja lebih berat dan tekanan darah 5 menjadi tinggi. Lemak yang tinggi menyebabkan obesitas dan dapat memicu hipertensi (Andria, 2013). Aktifitas orang lanjut usia telah berkurang dibandingkan pada masa muda maka sejalan dengan pengurangan aktifitas tersebut maka dibutuhkan sedikit kalori. Karbohidrat, lemak, protein, dan mineral dibutuhkan tetap kecuali kalsium dibutuhkan dalam jumlah banyak. Orang lanjut usia membutuhkan banyak vitamin tetapi total kebutuhan kalori ditentukan oleh berat inidividu dan aktifitasnya untuk menstabilkan tekanan darah (Fitriani, 2012). Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pola makan pasien. Namun, banyak penderita hipertensi yang masih mempunyai perilaku diet hipertensi yang kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60,4% penderita hipertensi memiliki perilaku yang kurang baik terhadap diet hipertensi (Firmayanti et al., 2014). Pengetahuan keluarga merupakan faktor pendukung dalam diet rendah garam hipertensi pada lansia, karenadengan pengetahuan yang baik akan membantu keluarga dalam mengambil keputusan. Untuk meningkatan pengetahuan pada keluarga yang masih kurang diperlukan pendidikan kesehatan yang merupakan komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terancang untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara berpikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat (Gama, 2015). 6 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah tentang “Efektifitas penyuluhan diet hipertensi untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah penyuluhan diet hipertensi efektif untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas penyuluhan diet hipertensi untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mendeskripsikan penyuluhan diet hipertensi pada lansia di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri 2. Untuk mendeskripsikan kepatuhan diet hipertensi pada lansia sebelum diberikan penyuluhan diet hipertensi di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri 3. Untuk mendeskripsikan kepatuhan diet hipertensi pada lansia sesudah diberikan penyuluhan diet hipertensi di Dusun Kepatihan Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri 7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penerapan diet hipertensi pada lansia 2. Bagi Institusi Pendidikan Menambah wawasan Ilmu dan Teknologi terapan bidang keperawatan terkait efektifitas penyuluhan diet hipertensi untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada lansia. 3. Bagi Perawat Menambah wawasan terapan bidang keperawatan terkait upaya peningkatan kepatuhan diet hipertensi pada lansia melalui penyuluhan diet hipertensi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kelak khususnya pasien lansia dengan hipertensi.