Uploaded by User19844

rene kerjain revisi

advertisement
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PHOTOVOLTAIC SEBAGAI
SUPLAI DAYA LISTRIK PADA MESIN PENETAS TELUR ITIK
ALABIO TIPE FORCE DRAUGHT
PROPOSAL SKRIPSI
TEKNIK ELEKTRO
KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK
DITZA PASCA IRWANGSA
NIM. 155060301111066
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2019
0
1.
Judul
Analisis Penerapan Sistem Photovoltaic Sebagai Suplai Daya Listrik pada Mesin
Penetas Telur Itik Alabio Tipe Force Draught
2.
Latar Belakang
Itik Alabio merupakan salah satu rumpun
itik lokal Indonesia yang mempunyai
sebaran asli geografis di Provinsi Kalimantan Selatan dan mempunyai nilai ekonomis yang
penting bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Saat ini populasinya mencapai 2,63 juta ekor
dengan tingkat produksi mencapai 275 butir telur per tahun (75%) tertinggi untuk itik lokal
di Indonesia,tersebar di beberapa kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan dan terpusat di
desa Mamar Amuntai kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) (Suryana dan Yasin, 2013:22).
Saat ini kendala terbesar yang dialami UKM pembibitan itik atau kelompok ternak
penetas telur itik yang ada di Mamar Amuntai dan pembibit itik lainnya di kabupaten/kota
di wilayah Kalimantan Selatan adalah produktivitas bibit itik yang rendah hanya berkisar
60%. Rendahnya produktivitas ini disebabkan sering matinya listrik selama proses
pengeraman telur yang berdampak pada beberapa hal diantaranya sering berfluktuasinya
suhu dan kelembaban mesin tetas. (Jaelani, 2017:11). Kematian listrik lebih dari 2 jam
saat pengeraman telur di dalam mesin tetas berakibat fatal pada embrio yang ada dalam
telur, meliputi banyak telur yang tidak menetas menyebabkan matinya embrio akibat
fluktuatifnya suhu dan kelembaban.Dampaknya terhadap daya tetas yang dihasilkan hanya
berkisar 40-60% saja, bahkan pada kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan gagal
total dengan tingkat mortalitas embrio mencapai 100% dalam mesin tetas. Ketergantungan
yang tinggi pada listrik menjadi kendala terbesar penetasan telur itik yang menggunakan
mesin tetas, dengan demikian perlu diupayakan cara lain energi alternatif yang dapat
digunakan untuk menghindari ketergantungan yang tinggi mesin tetas terhadap energi
listrik (Biyatmoko, 2014:82).
Menurut penelitian Karin dan Cahyanto (2018),
kalimantan selatan belum dapat
Tengah secara optimal.
kemampuan pembangkit di
memasok listrik di wilayah Kalimantan Selatan dan
Dalam beberapa tahun ini wilayah Kalimantan Selatan telah
mengalami krisis energi listrik.
Krisis ini menyebabkan seringkali terjadi dampak
1
pemadaman listrik secara berkala dan cukup mengganggu karena listrik tidak menyala
secara kontinu, yang menyebabkan banyaknya alat-alat listrik rusak ringan hingga rusak
parah. Dikatakan pula bahwa dalam setiap tahun, selalu terjadi pemadaman rutin listrik
dengan pola 2 hari nyala dan 1 hari mati yang dilakukan oleh PT PLN Kalimantan Selatan
dan Tengah (Kalselteng) dengan alasan adanya perawatan rutin mesin. Pemdaman ini
berlangsung antara satu hingga dua bulan lamanya.
Salah satu energi alternatif yang dapat menyelesaikan permasalahan ini dan menjadi
solusi di masa yang akan datang dalam penetasan itik adalah energi alternatif berasal dari
energi tenaga surya (PLTS).
Penggunaan mesin tetas tenaga surya sudah mulai
dikembangkan di daerah Jawa dan sekitarnya, namun di wilayah Kalimantan Selatan
sendiri hingga kini belum dikembangkan dan diaplikasikan pada pembibitan itik Alabio.
Selain dapat menjaga kebutuhan dan stabilitas listrik selama proses penetasan telur itik
yang berlangsung hingga 28 hari, pemanfaatan mesin tetas tenaga surya juga akan mampu
menjangkau wilayah perdesaan pengembang bibit itik yang masih banyak belum
terjangkau tenagalistrik di kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu perancangan mengenai penggunaan panel
surya sebagai suplai daya listrik pada mesin penetas telur
tipe force-draught untuk
penetasan telur itik alabio untuk menggantikan suplai daya listrik dari PLN dan juga
mengetahui analisis teknis dan ekonomis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai
suplai daya utama untuk mesin penetas telur.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan yang akan dibahas
dalam penlitian ini adalah :
1. Berapa kebutuhan energi beban harian yang digunakan oleh mesin penetas telur tipe
force-draught.
2. Bagaimana analisis teknis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai suplai daya
pada mesin penetas telur
3. Berapa energi harian yang dapat dihasilkan oleh panel surya pada sistem
photovoltaic yang digunakan.
2
4. Berapa angka perbedaan jatuh tegangan terhadap perubahan cuaca
5. Bagaimana analisis ekonomis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai suplai
daya pada mesin penetas telur
4.
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Objek yang diteliti adalah mesin penetas telur tipe force-draught.
2. Hanya membahas panel surya sebagai suplai daya utama pada mesin penetas telur.
3. Perancangan dilakukan dengan menghitung kebutuhan energi beban harian dari
mesin penetas telur sebagai acuan.
4. Tidak membahas operasional mesin penetas telur.
5. Tidak membahas proses penetasan telur pada mesin penetas telur.
6. Panel surya yang digunakan pada keadaan STC (Standart Test Condition).
5.
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kepada para
peternak telur di wilayah Kalimantan Selatan untuk menerapkan sistem photovoltaic
sebagai catu daya utama dalam memenuhi kebutuhan energi mesin penetas telur
menggantikan peran PLN dalam upaya memperbaiki produktivitas bibit Itik Alabio yang
rendah.
6.
Manfaat
Pada penelitian ini, diharapkan dapat diterapkan secara langsung oleh para peternak
telur itik alabio di wilayah Kalimantan Selatan dan juga menjadi sebuah referensi bagi
penelitian lebih lanjut mengenai sistem photovoltaic untuk wilayah Kalimantan Selatan.
3
7.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi dengan judul “Perancangan Perancangan Sistem
Photovoltaic Sebagai Suplai Daya Listrik pada Mesin Penetas Telur Itik Alabio Tipe
Force-Draught” adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat,
dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang dasar teori yang digunakan sebagai landasan teori dalam penilitian
yang dilakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini seperti, studi literatur,
obyek penelitian, variable penelitian, pengumpulan data, analisis, dan juga penarikan
kesimpulan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Melakukan pengambilan data, perhitungan data, dan juga analisis data dari data yang
telah didapatkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas tentang kesimpulan dan saran sehingga penelitian ini dapat dikembangkan
serta dapat diaplikasikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Memaparkan tentang sumber literatur yang digunakan dalam penelitian.
4
8.
Tinjauan Pustaka
8.1 Mesin Penetas
Mesin penetas telur adalah suatu perangkat yang digunakan sebagai media
penetasan untuk telur itik alabio. Perangkat ini juga biasanya digunakan untuk
menetaskan berbagai jenis unggas lainnya, tetapi setiap unggas perlakuannya harus
berbeda antara telur jenis unggas yang satu dengan yang lainnya. Misalnya dari suhu,
kelembaban, lama waktu penetasan (hari) dan lain-lain.
Gambar 8.1 Mesin Penetas Telur (Sumber : Dokumentasi Penulis)
Perangkat ini didesain agar dapat menetaskan telur dengan kapasistas yang banyak
dalam sekali penetasan dibandingkan dengan pengeraman yang dilakukan indukan
unggas itu sendiri. Terutama pada telur itik alabio, karena itik alabio merupakan
unggas yang tidak pandai menetaskan telurnya sendiri (Biyatmoko, 2014:84). Mesin
tetas sudah banyak berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Dari yang
awalnya hanya menggunakan lampu minyak sampai dengan saat ini yang
menggunakan instrumen-instrumen pendukung seperti thermostat untuk mengatur suhu
yang dikehendaki, hygrometer untuk mengukur kelembaban udara, thermometer untuk
mengetahui suhu, serta kipas untuk mensirkulasi suhu dan kelembaban agar merata
pada setiap bagian kulit telur. (Septriyono, 2010)
5
Mesin ini pun sedemikian rupa agar kondisinya dapat menyerupai indukan unggas,
sehingga kemampuan untuk penetasannya juga hampir menyamai kemampuan induk
unggas yang menetaskan telurnya sendiri, bahkan dapat melebihinya dalam kapasitas
penetasan yang besar. Umumnya, untuk keperluan penelitian, mesin penetas telur
dibuat dengan tambahan alat digital untuk memudahkan pembacaan dan keakuratan
variable yang dibutuhkan. Adapula mesin penetas telur yang dibuat otomatis guna
mempermudah proses penetasaan sehingga tidak memerlukan pengawasan yang
intensif namun alat-alat dan rancangan yang digunakan lebih kompleks. Namun untuk
penetasan telur itik tidak perlu mengunakan mesin tetas yang otomatis karena cukup
dengan alat yang dapat meratakan suhu dengan baik (Julianto, 2015:7).
Terdapat dua jenis mesin penetas berdasarkan pemerataan suhunya, yaitu :
1. Force Draught / Force Air
Force air atau yang lebih dikenal dengan force draught merupakan inkubator
telur yang memiliki temperature yang merata dikarenakan adanya bantuan dari
fan (kipas) untuk proses sirkulasi udara didalam inkubator telur. Force yang
berarti sirkulasi udara pada mesin penetas dipaksa dengan kipas elektrik, lalu
menghasilkan sirkulasi panas dan juga oksigen yang lebih merata ke setiap
sudut inkubator.
2. Still air
Still air adalah inkubator telur yang tidak dilengkapi dengan fan sehingga
pemerataan suhu dilakukan secara alami dari perpindahan udara berdasarkan
perbedaan suhu yang ada di inkubator.
8.2 Penetasan Telur
Penetasan adalah suatu proses perkembangan embrio pada unggas didalam telur
dari awal pengeraman telur hingga telur pecah atau menetas menjadi anakan unggas.
Penetasan unggas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan
alamiah dan
penetasan buatan (Rahayuningtyas, 2014:245).
1. Penetasan alamiah (natural incubation)
Penetasan secara alamiah dilakukan langsung oleh indukan unggas sendiri
dengan cara dierami
6
2. Penetasan buatan (artificial incubation)
Penetasan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat penetas yang
disebut mesin penetas telur.
Pentasan secara buatan memliki prinsip yang sama dengan penetasan secara alami,
yaitu menyediakan kondisi dimana lingkungan yang optima meliputi suhu,
kelembaban dan sirkulasi udara yang baik sehingga embrio pada telur dapat
berkembang
dengan
sempurna
dan
telur
dapat
menetas
secara
normal
(Rahayuningtyas, 2014:246).
Gambar 8.2 Penetasan telur secara buatan menggunakan mesin penetas
(Sumber : Dokumentasi Penulis)
Mesin penetas untuk penetasan telur itik alabio sendiri memerlukan suhu tertentu
yaitu sekitars 38oC - 40 oC dan dengan kelembaban yang tinggi yaitu berkisar antara
70% - 80%. Proses penetasan telur itik alabio berlangsung selama 24 – 28 hari.
(Jaelani, 2017:3).
Namun, proses penetasan menggunakan mesin penetas memiliki kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan penetasan buatan ini adalah ketergantungan yang tinggi dari
elemen penetasan meliputi pemilihan telur, pengaturan suhu, kelembaban, dan
pemerataan pada cangkan telur untuk mendapatkan suhu yang stabil. Kelebihannya
terdapat pada skala penetasan yang jauh lebih besar dibandingkan penetasan secara
alami sehingga produktifitas anakan unggas yang dihasilkan jauh lebih besar.
(Wicaksono, 2013)
7
8.3 Matahari Sebagai Sumber Energi Terbarukan
Matahari adalah sebuah bola energi yang permukaannya dilingkup oleh gas yang
sangat panas yang tersusun oleh 98% hidrogen dan helium. Diameternya diperkirakan
sepanjang 1,39 juta kilo meter yang berarti 109 kali lebih panjang daripada diameter
bumi. Pada bagian dalam matahari terjadi reaksi fusi inti secara terus menerus yang
melebur hidrogen menjadi helium, kemudian sebagian massanya berubah bentuk
menjadi energi. Adanya energi tersebut yang mengakibatkan temperatur pada perut
matahari mencapai sekitar 15 – 20 juta oK. Sedangkan pada bagian permukaan
temperaturnya mencapai sekitar 5.770 oK (Wibawa, 2017:89).
Gambar 8.3 Matahari (Sumber: Mayfield, 2010)
Energi Matahari (Solar Energy) adalah sumber daya energi terbarukan yang tidak
ada batas penggunaanya dan juga terbebas dari polusi. Energi surya juga memliki daya
tahan tinggi, tingkat keandalan yang tinggi, dan juga tidak membutuhkan bahan bakar
untuk bekerja. Energi surya juga dapat beroperasi untuk jangka waktu yang dengan
biaya perawatan yang tidak cukup mahal (Hasan, 2012:201). Manusia dapat
menggunakan sumber energi surya secara langsung, seperti memanaskan air,
memasak, dan juga membangkitkan daya listrik. Peralatan yang digunakan untuk
memanaskan air disebut dengan “Solar Colector”, untuk memasak disebut dengan
”Solar Concentrator”, dan untuk membangkitkan energi listrik disebut dengan “Solar
Cell Modules”. Pada dasarnya, penerapan sistem konversi dari energi surya dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara meliputi (Wibawa, 2017:91) :
8
1. Secara Sentral
Dengan bentuk PLTS (Pembangkit Listrik Energi Surya), dengan kapasistas
yang besar dan digunakan untuk menyuplai kelompok beban yang besar.
Bertujuan untuk menjamin kontinuitas suplai, umumnya digunakan dengan
jenis pembangkit lainnya seperti PLE Disel atau PLE Angin.
2. Secara Individual
Dengan bentuk SHS (Solar Home System), dengan kapasitas yang lebih kecil
dan setiap unit hanya digunakan untuk menyuplai satu beban individu,
misalnya rumah tangga. Bertujuan untuk menjamin kontinuitas suplai,
umumnya perlu dilengkapi dengan unit penyimpan daya yaitu baterai.
8.4 Sel Surya
Bagian terkecil dari Sistem Photovoltaic adalah Sel Surya. Sel suryra merupakan
suatu alat yang dapat merubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Bahan
dasar pembuatan susunan sel surya adalah semikonduktor, seperti: silikon, germanium,
galium, indium, dan cadmium, yang memiliki ketebalan hanya beberapa mikron saja.
Umumnya, penggunaan bahan dasar yang paling banyak untuk pembuatan sel surya
adalah silikon. Perkembangan teknologi pada pembuatan sel surya yang didukung pula
oleh perkembangan material utamanya, telah menghasilkan 3(tiga) jenis sel surya,
yaitu: Mono-Crystalline Silicon, Poly-Crystalline Silicon, dan Amorf. (Wibawa,
2017:94).
(a)
(b)
(c)
Gambar 8.5 (a) Mono-Crystalline, (b) Poly-Crystalline , (c) Amorf.
(Sumber : Seng, 2010)
9
Kinerja Sel surya yang baik ditunjukan oleh karakteristik arus tegangan. Oleh
karena itu, pentung untuk mengetahui tegangan output (V) dan arus keluaran (I) dan
bagaimana mereka bervariasi untuk hubungan satu sama lain. Daya (P) yang
dihasilkan oleh sel surya adalah bentuk dari tegangan (v) dan arus (I) untuk
karakteristik operasi tertentu (Saputra, 2017:11).
Tabel 8.1 Efisiensi Bahan Panel Surya
Sumber : Seng, 2010
Keunggulan teknologi crystalline terletak pada efisiensi konversi yang relatif
tinggi serta basis instalasi yang besar atas peralatan produksi. Tetapi, teknologi ini juga
memiliki kekurangan karena perlu tenaga kerja yang sangat banyak, bahan yang sangat
banyak, dan keterbatasan bentuk fisiknya dikarenakan terbuat dari sel yang keras dan
kaku pada saat pemotongan dari potongan yang lebih besar (Seng, 2010:8).
8.4.1 Efek Photovoltaik
Energi radiasi surya dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan
menggunakan
lapisan-lapisan
tipis
dari
silikon
(Si)
murni
atau
bahan
semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan yang terbanyak
dipakai. Silikon merupakan unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk keperluan
pemakaian sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga suatu tingkat
pemurnian yang tinggi sekali. Pada suhu nol absolut (0oK) semua ikatan kovalensi
berada dalam keadaan utuh dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom-atom akan
mengalami keadaan getaran thermal. Getaran-getaran ini yang meningkat dengan
suhu, pada suatu saat dapat mengganggu beberapa ikatan kovalensi. Terganggunya
ikatan kovalensi dalam kristal semikonduktor pada suhu lingkungan biasa
mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat-sifat listrik kristal itu dan penting
dalam penjelasan efek photovoltaik (Alifiyanti, 2015:81).
10
8.4.2 Prinsip Kerja Sel Surya
Cahaya matahari terdiri dari partikel-partikel yang disebut sebagai “photons”
yang mempunyai sejumlah energi yang besarnya tergantung dari panjang
gelombang pada spektrum cahaya. Pada saat photon menumbuk sel surya maka
cahaya tersebut akan dipantulkan atau diserap atau mungkin hanya diteruskan.
Cahaya yang diserap akan membangkitkan listrik. Pada saat terjadi tumbukan,
energi yang dikandung oleh photon ditransfer pada elektron yang terdapat pada
atom sel surya yang merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang didapat
dari photon, elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan semikonduktor dan
menjadi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada. Dengan
melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang
atau “hole” (Alifianti, 2015:83)
Gambar 8.6 PN Junction pada Sel Surya (Sumber: Mayfield, 2010)
Prinsip kerja sel surya mirip dengan dioda sebagai PN-Junction. PN-Junction
adalah gabungan / lapisan semikonduktor jenis P dan N yang diperloeh dengan cara
doping pada silikon murni. Pada semikonduktor jenis P, terbentuk hole (pembawa
muatan listrik positif) yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah
elektronnya, sehingga hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan
elektron merupakan pembawa muatan minoritas. Demikian pula sebaliknya dengan
semikonduktor jenis N. Bila bagian P dari PN-Junction dihubungkan dengan kutub
positif baterai dan bagian N dihubungkan dengan kutub negatif baterai, maka arus
dapat mengalir melewati PN-Junction. Kondisi ini disebut sebagai panjar maju
(forward bias). Bila hal sebaliknya dilakukan (panjar mundur), yaitu bagian N dari
11
PN-Junction dihubungkan dengan kutub positif baterai bagian P dihubungkan
dengan kutub negatif baterai, maka arus tidak dapat megnalir melewati PNJunction. Akan tetapi, masih ada arus dalam ukuran kecil yang mengalir yang
disebut arus bocor. Jadi, sel surya pada dasarnya adalah sebuah foto dioda yang
dirancang dengan mengacu pada efek photovoltaic sedemikian rupa, sehingga dapat
mengubah energi cahaya seefisien mungkin menjadi energi listrik (Diputra,
2008:7).
Gambar 8.7 Karakteristik Prinsip Kerja Sel Surya (Sumber : Mayfield, 2010)
8.4.3 Karakteristik Sel Surya
Sel surya adalah sebuah alat non-linear, sehingga untuk memahami
karakteristiknya digunakan suatu grafik. Sifat elektrik dari sel surya dalam
menghasilkan energi listrik dapat diamati dari karakteristik sel tersebut, yaitu
berdasarkan arus dan tegangan yang dihasilkan sel surya pada kondisi cahaya dan
beban yang berbeda-beda. Kurva I-V (arus-tegangan) dapat menggambarkan sifat
dari sel surya secara lengkap.
12
Gambar 8.8 Karakteristik Hubungan Arus-Tegangan (Kurva I-V)
(Sumber: Karina, 2018)
Pada Gambar 8.8 menunjukan ketika sel dihubungkan dengan beban (R).
Beban memberi hambatan sebagai garis linear dengan garis I/V = I/R. Hal tersebut
menunjukan daya yang didapat bergantung pada nilai resistansi. Jika R kecil maka
sel beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi sebagai sumber arus
yang konstan atau arus hubung-singkat (short-circuit). Pada sisi lain, jika R besar,
sel beroperasi pada daerah kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai sumber
tegangan konstan atau tegangan open-circuit. Jika dihubungkan dengan hambatan
optimal Ropt berarti sel surya menghasilkan daya maksimal dengan tegangan dan
arus maksimal (Karina, 2018:164).
8.5 Sistem Photovoltaic
Sistem Photovoltaic adalah sistem yang mengonversi sinar matahari menjadi
energi listrik.
Gambar 8.9 Sistem Photovoltaic (Sumber: Yen, 2009)
13
Sistem photovoltaic terdiri dari modul atau panel surya, inverter, charger dan
baterai. Modul photovoltaic menghasilkan tegangan DC dan mengirimkannya ke
Control Regulator yang mengatur muatan baterai, cadangan energi baterai dapat
digunakan pada malam hari atau selama pemadaman atau dapat digunakan langsung
untuk menjadi suplai daya beban DC. Inverter digunakan untuk mengubah daya DC
yang tersimpan pada baterai menjadi listrik AC.
8.5.1 Modul Surya
Sekumpulan sel surya yang saling terinterkoneksi disebut modul surya (solar
module). Tegangan kerja dari sebuah modul surya berkisar antara 12 – 24 volt,
dengan luas penampang antara 0,3 – 0,8 m2. Sedangkan sistem pembangkitan
dengan kebutuhan kapasitas yang lebih besar biasanya tersusun atas beberapa
modul yang saling terinterkoneksi satu sama lain. Kumpulan modul surya tersebut
lebih dikenal dengan sebutan solar array (Wibawa, 2017:95).
Gambar 8.10 Sel, Modul, dan Array Surya (Sumber: Yen, 2009)
8.5.2 Arus Keluaran Modul
Arus keluaran dari suatu jenis modul surya biasanya diberikan keterangannya
oleh pabrik pembuatnya. Untuk keperluan perencanaan, arus keluaran yang
digunakan adalah arus pada saat tegangan beban mencapai 14 volt atau lebih. Bisa
juga digunakan arus hubung singkat dari modul tersebut.
8.5.3 Energi Keluaran Harian Modul
Agar dapat mementukan energi keluaran harian dari sebuah modul surya,
maka diperlukan data lamanya modul mendapatkan sinar global dan data radiasi
paling rendah, yang bertujuan untuk kondisi dimana pada saat modul mendapatkan
radiasi terendah modul masih dapat mensuplai arus sesuai kebutuhan beban. Data
14
ini biasanya dapat diperoleh di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG)
didaerah setempat. Biasanya data diolah dalam bentuk data harian, bulanan, sampai
tahunan. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan lamanya modul mendapat
sinar global adalah sebagai berikut (Isabella, 2016:306:):
π‘‡π‘›π‘œπ‘š =
π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘Žπ‘ π‘– π‘ π‘–π‘›π‘Žπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– (π‘Šβ„Ž/π‘š2 )
π‘€π‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘ π‘–π‘›π‘Žπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘Ÿπ‘– 1000 π‘Šβ„Ž/π‘š2
.............................................................................................................................. (2.1
)
Setelah mendapatkan data lama waktu radiasi rata-rata (Tnom), selanjutnya
dapat dihitung energi keluaran harian modul dengan persamaan sebagai berikut
(Wibawa, 2017:107) :
πΈπ‘šπ‘œπ‘‘π‘’π‘™ = π‘ƒπ‘›π‘œπ‘š × π‘‡π‘›π‘œπ‘š
.............................................................................................................................. (2.2
)
8.5.4 Energi Beban Harian
Langkah selanjutnya adalah menentukan atau menghitung kebutuhan energi
beban yang dibutuhkan. Metodenya dengan cara mendata beban yang digunakan
dengan pengukuran langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan untuk
mengetahui daya beban (P) dengan mengukur arus (I) dan tegangan (V) dan
dihitung dengan persamaan:
π‘ƒπ‘™π‘œπ‘Žπ‘‘ = πΌπ‘™π‘œπ‘Žπ‘‘ × π‘‡π‘™π‘œπ‘Žπ‘‘
.............................................................................................................................. (2.3
)
Setelah mengetahui daya beban (P) yang dibutuhkan oleh beban, kemudian
dapat diketahui kebutuhan energi beban harian (E) dengan mengetahui berapa lama
penggunaan beban dalam sehari (t) kemudian dihitung menggunakan persamaan:
πΈπ‘‘π‘œπ‘‘ = π‘ƒπ‘™π‘œπ‘Žπ‘‘ × π‘‘
.............................................................................................................................. (2.4
)
8.5.5 Baterai
15
Untuk menjaga kontinuitas suplai daya listrik dari beban dan juga karena
beban pada mesin penetas harus bekerja pada malam hari, maka diperlukan baterai
yang berfungsi menyimpan arus listrik selama sel photovoltaic bekerja pada siang
hari untuk digunakan pada malam hari. Ada beberapa tipe baterai yang banyak
dijumpai dipasaran seperti: nickel-cadnium, lead-acid, nickel-iron, dan sodiumsulphur (Gammon, 2004). Baterai jenis lead-acid memliki efisiensi yang tinggi dan
biaya yang lebih murah, oleh karena itu baterai jenis ini banyak digunakan pada
sistem photovoltaic. Baterai jenis lead-acid diperkirakan menjadi perangkat
penyimpanan pada sistem panel surya yang akan digunakan dalam beberapa tahun
kedepan terutama untuk ukuran menengah maupun besar (Hanna, 2012:21).
Gambar 8.11 Baterai lead-acid 12V 100Ah (Sumber: Viantus, 2016)
Pada umumnya kapasitas baterai dinyatakan dengan Ah (Ampere hour). Nilai
Ah pada baterai menunjukan arus yang dapat dilepaskan lalu dikalikan dengan
waktu dari pelepasan arus tersebut. Nilai dari Wh (Watt hour) adalah jumlah
estimasi daya yang dapat disuplau dari baterai ke beban ketika baterai terisi oleh
muatan (Roos, 2009:17). Kemudian, harus diketahui juga waktu otonomi baterai.
Waktu otonomi baterai aadalah lama waktu operasional baterai saat tidak ada suplai
dari modul surya. Waktu otonomi yang biasa digunakan di daerah ekuator adalah 2
hari (toton = 2 hari). Persamaan untuk menghitung muatan baterai untuk waktu
otonomi 2 hari dimana untuk menari muatan baterai (Q) terlebih dahulu mengetahui
16
total energi bebaan harian dan tegangan kerja baterai (U) adalah sebagai berikut
(Wibawa, 2017:106):
𝑄=
πΈπ‘‘π‘œπ‘‘
π‘ˆ
.............................................................................................................................. (2.5
)
π‘„π‘œπ‘‘π‘œπ‘› = 𝑄. π‘‘π‘œπ‘‘π‘œπ‘›
.............................................................................................................................. (2.6
)
Karena tidak mungkin suatu baterai dikosongkan untuk penggunaan secara
penuh (100%), maka perlu diperhitungkan tingkat pengosongannya. Semakin kecil
tingkat pengosongan baterai akan berpengaruh dengan umur penggunaan baterai.
Biasanya tingkat pengisian baterai antara 50% - 75%, tergantung pada jenis
baterainya. Persamaan untuk menghitung Kapasitas baterai dengan perhitungan
DOD (Deep Of Discharge) sebesar 60% untuk menjaga umur baterai adalah
sebagai berikut (Wibawa, 2017:106):
πΎπ‘Žπ‘π‘Žπ‘ π‘–π‘‘π‘Žπ‘  π‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘–(𝐾𝑛) =
π‘„π‘œπ‘‘π‘œπ‘›
60%
.............................................................................................................................. (2.7
)
Sedangkan untuk mementukan jumlah minimum baterai yang diperlukan
mengikuti persamaan sebagai berikut (Jaelani, 2017:21):
π‘π‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘– =
𝐾𝑛
π‘€π‘’π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π΅π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘– (100π΄β„Ž)
.............................................................................................................................. (2.8
)
8.5.6 Jumlah Modul
Untuk sistem photovoltaic yang direncanakan menggunakan baterai, maka
dalam menentukan jumlah modul yang digunakan perlu juga diasumsikan waktu
yang dibutuhkan pada sistem untuk regenerasi baterai tregen, yang berarti sistem
dalam kondisi tanpa beban. Untuk menghitung jumlah modul yang diperlukan (N)
maka digunakan persamaan sebagai berikut (Wibawa, 2017:108):
17
𝑁=
πΈπ‘‘π‘œπ‘‘ ×π‘‘π‘œπ‘‘π‘œπ‘›
πΈπ‘šπ‘œπ‘‘π‘’π‘™ ×π‘‘π‘Ÿπ‘’π‘”π‘’π‘›(1)
.............................................................................................................................. (2.9
)
8.5.7 Solar Charge Controller
Solar charge controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk
mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. solar
charge controller mengatur over charging (kelebihan pengisian karena baterai
sudah penuh) dan kelebihan voltase dari panel surya/ solar cell.
Gambar 8.12 Solar Charge Controller (Sumber: Yen, 2009)
Solar charge controller berfungsi untuk menjaga keseimbangan energi di
baterai dengan cara mengatur tegangan maksimum dan minimal dari baterai
tersebut, alat ini juga berfungsi untuk memberikan pengamanan terhadap sistem
yaitu: Proteksi terhadap pengisian berlebih (over charge) di baterai, proteksi
terhadap pemakaian berlebih (over discharge) oleh beban, dan mencegah terjadinya
arus balik ke modul surya (Viantus, 2016:4).
Untuk menghitung kebutuhan solar charge controller, maka kita harus
mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya, Dari spesifikasi
yang telah kita ketahui yang harus diperhatikan adalah angka Isc (short circuit
current), yang mana nilainya akan kita kalikan dengan jumlah panel surya, sehingga
hasilnya merupakan nilai minimal dari charge controller yang dibutuhkan.
Persamaan untuk menghitung kebutuhan solar charge controller adalah sebagai
berikut (Jaelani, 2017:22) :
18
πΌπ‘π‘œπ‘›π‘‘ = 𝐼𝑠𝑐 × π‘
............................................................................................................................ (2.10
)
8.5.8 Inveter
Inverter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mentransformasikan
tegangan arus searah (DC) menjadi tegangan arus bolak balik (AC) yang simetris.
Gambar 8.13 Inverter 600W (Sumber: Viantus, 2016)
Besarnya tegangan keluaran dapat berupa tegangan konstan atau dapat diatur
sesuai kebutuhan pada frekuensi yang tetap atau pada frekuensi keluaran yang
dapat diatur. Secara umum, inveter merupakan suatu rangkaian switching yang
dirankgai dengan suatu rangkaian trigger. Sumber tegangan Input Inverter dapat
menggunakan baterai, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter
dalam proses konversi tegangn DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu
penaik tegangan berupa Step Up Transformer (Viantus, 2016).
Dalam sistem panel surya ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
memilih inverter, yaitu meliputi (Isabella, 2016:272):
1. Inverter harus memiliki effisiensi yang tinggi karena penyaluran energi
melewati inverter untuk masuk ke tegangan jala-jala maupun digunakan
untuk daya beban.
2. Memiliki proteksi yang baik.
3. Memiliki nilai harmonik yang kecil.
4. Tahan terhadap perbedaan suhu.
5. Dirancang untuk tegangan tinggi.
19
Spesifikasi inverter harus sesuai dengan solar charge controller yang
digunakan. Output yang dihasilkan sama seperti tegangan jala-jalan PLN yaitu
220V. Kapasitas daya inverter dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh
kebutuhan daya beban (Saputra, 2017:25).
8.6 Analisis Ekonomi
Seperti hanya dengan proyek-proyek energi pada umumnya, pada proyek listrik
hal-hal yang menyangkut biaya merupakan persoalan yang sangat sangat penting.
Dalam kebanyakan kasus, persoalan biaya menentukan, apakah proyek itu akan
dibangan atau tidak. Dalam kasus energi listrik yang ingin dibangkitkan dalam biaya
seekonomis mungkin, kalkulasi biaya sebuah pusat listrik harus dapat pula dihitung
dengan cara optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan ini akan sulit,
karena banyak komponen biaya berubah dengan waktu dan pandan secara umum
terhadap fungsi listrik dalam masyarakat yang juga berubah dengan waktu. Secara
umum, biaya untuk mebangkitkan energi listrik dapat dibagi dalam dua bagian. (Kadir,
1987:573).
A. Biaya Tetap
Biaya tetap ini tidak akan tergantung dari operasi pusat listrik, dan secara garis
besar teridi atas komponen-komponen berikut:
1) Bunga dan investasi
2) Depresiasi
3) Asuransi
4) Sebagian besar gaji dan upah
5) Sebagian kecil biaya bahan bakar
B. Biaya Variabel
Biaya ini tergantung dari cara menjalankan pusat listrik, yaitu berhubungan
dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan, dan terutama terdiri atas:
20
1) Sebagian besar biaya bahan bakar
2) Pemeliharaan dan perbaikan
3) Sebagian kecil gaji dan upah
8.6.1 Biaya Investasi
Sitem photovoltaic mempunyai biaya operasi dan perawatan yang rendah, ini
dikarenakan tidak memerlukan bahan bakar dalam pengoperasiannya. Tetapi. Sitem
pembangkitan elektriknya memerlukan biaya investasi yang sangat besar.
Biaya per kWh adalah biaya total yang dikeluarkan dibagi dengan energi
yang dibangkitan (Wardono, 1992):
π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿ π‘˜π‘Šβ„Ž =
π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘–π‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘Žπ‘ π‘–+π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘œπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘–+π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘›
πΈπ‘›π‘’π‘Ÿπ‘”π‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘–π‘‘π‘˜π‘Žπ‘›
....................(2.11)
Total biaya perawatan dengan menggunakan metode nilai sekarang (Wibawa,
2017:4)
1
𝑃 = 𝐹 [(1+𝑖)𝑁 ] ...............................................................................................(2.12)
Atau,
𝑃
𝑃 = 𝐹( , 𝑖%, 𝑁) ...........................................................................................(2.13)
𝐹
P =
Nilai sekarang (Present worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau
lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu
saat ini.
F =
Nilai mendatang (Future worth), nilai ekuivalen dari satu atau lebih
aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu
mendatang.
N =
Jumlah periode pemajemukan.
i
Tingkat bunga efektif.
=
Total biaya operasional dengan menggunakan metode nilai sekarang
(Wibawa, 2017:6):
𝑃 = 𝐴[
(1+𝑖)𝑁 −1
𝑖(1+𝑖)𝑁
] ............................................................................................................(2.14)
atau,
21
𝑃
𝑃 = 𝐴( , 𝑖%, 𝑁) ...........................................................................................(2.15)
𝐴
P =
Nilai sekarang (Present worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau
lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu
saat ini.
A =
Aliran kas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa
periode yang berurutan (Annual Worth).
N =
Jumlah periode pemajemukan.
i
Tingkat bunga efektif.
=
8.6.2 Analisis Biaya PLN
Untuk
mengetahui
perbandingan
biaya
antara
pemanfaatan
sistem
photovoltaic dengan penggunaan litrik dari PLN, maka dilakukanlah perhitungan
analisis biaya PLN. Total biaya pemakaian dari listrik dari PLN dihitung dengan
menggunakan metode nilai sekarang, dengan menggunakan persamaan sama seperti
persamaan 2.14 atau 2.15.
22
9.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah kegiatan
perancangan mesin penetas telur itik alabio tipe force draught berbasis energi surya. Ada
pun metode penelitian yang akan dilakukan terdiri dari studi literatur, perancangan alat,
pembuatan alat, pengujian dan analisis alat, dan penarikan kesimpulan dan saran.
9.1 Diagram Alir Penelitian
Pada bagian ini akan menjelaskan tentang bagaimana diagram alir dari penelitian
yang dilakukan yaitu sebagai berikut
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data Primer
dan Sekunder
Perhitungan dan Analisis
Data
Pengambilan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 9.1 Diagram Alir Penelitian
23
9.2 Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan adalah untuk mempelajari dan memahami konsep
yang terkait dengan sistem photovoltaic yang terdiri dari sumber cahaya, modul
photvoltaic, solar charge controller, baterai, inverter, dan beban sistem. Selain itu juga
memahami konsep perhitungan biaya pembangkit.
9.3 Pengambilan Data
Data-data yang digunakan dalam pembahasan ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
9.3.1 Data Primer
Studi dilapangan dilakukan di sebuah peternakan ayam lokal di Kota
Banjarbaru bertujuan untuk melakukan pengujian modul surya saat berbeban untuk
mengetahui arus dan tegangan keluaran pengisian berbeban dari modul surya dan
juga untuk mengetahui prosentase jatuh tegangan pada kondisi cerah. Berawan dan
mendung.
a. Pengukuran modul surya berbeban
Pengukuran dilakukan selama 7 hari dilakukan dimulai dari jam 08.00
sampai dengan jam 18.00 sore dengan selang waktu pengukuran setiap 2
jam. Variabel yang diukur adalah tegangan dan arus pengisian ke baterai
dari modul surya dengan rangkaian pengukuran sebagai berikut :
Modul Surya
+
-
+
+
Inveter
-
+ Solar Charge +
Controller
-
Mesin
Penetas
Baterai
Gambar 9.2 Rangkaian sistem photovoltaic sebelum pengukuran arus dan
tegangan (Sumber : Dokumentasi Penulis)
24
Gambar 9.3 Rangkaian pengukuran arus dan tegangan pengisian dari modul
surya (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Kemudian data yang didapat dari hasil pengukuran dimasukan kedalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 9.1 Tabel pengukuran arus pengisian baterai dari modul surya
Arus
Jam
08.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Tabel 9.2 Tabel pengukuran tegangan pengisian baterai dari modul surya
Tegangan
Jam
08.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
25
Data dari tabel kemudian akan dimasukan kedalam kurva grafik untuk
mengetahui -pengaruh dari perbedaan waktu dan posisi matahari
terhadap arus dan tegangan pengisian, yaitu sebagai berikut
Kurva Arus dan Tegangan Pengisian
Nilai Arus dan Tegangan
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
08.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Arus
Tegangan
Gambar 9.4 Kurva Arus dan Tegangan terhadap perubahan waktu
b. Pengukuran drop tegangan terhadap perubahan cuaca
Untuk mengetahui presentase drop tegangan maka sistem photovoltaic
dirangkai sebagai berikut:
Gambar 9.5 Rangkaian pengujian drop tegangan
Modul surya akan dibebani langsung oleh mesin penetas. Percobaan
pengujian akan dimulai dengan waktu yang sama seperti pengukuran arus
dan tegangan pengisian yaitu dari jam 08.00 pagi sampai dengan 18.00
sore dengan dua kedaan cuaca yaitu cerah dan mendung.
26
Persamaan untuk menghitung prosentasi drop tegangan (VR) adalah sebagai
berikut (Hutahuruk, 1985:61) :
𝑉𝑅 (100%) =
𝑉𝑁𝐿 −𝑉𝐿
𝑉𝐿
× 100% ..................................................................... (9.1)
Dimana:
VNL = tegangan pada saat tanpa beban,
VL = tegangan pada saat berbeban
Kemudian diambil perhitungan dari setiap jam dan setiap kondisi cuaca yang
nantinya data dari hasil perhitungan akan dimasukan kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel 9.3 Tabel pengukuran drop tegangan pada kondisi cuaca cerah
Jam
Tegangan
VNL
VL
IL
VR
Cuaca
08.00
Cerah
10.00
Cerah
12.00
Cerah
14.00
Cerah
16.00
Cerah
18.00
Cerah
Tabel 9.4 Tabel pengukuran drop tegangan pada kondisi cuaca mendung
Jam
08.00
Tegangan
VNL
VL
IL
VR
Cuaca
10.00
Mendung
Mendung
12.00
Mendung
14.00
Mendung
16.00
Mendung
18.00
Mendung
27
Kemudian data dari tabel hasil pengukuran akan dimasukan kedalam kurva
untuk mengetahui pengaruh kondisi cuaca terhadap drop tegangan yang terjadi pada
sistem photovoltaic sebagai berikut :
Kurva Pengaruh Cuaca Terhadap Jatuh Tegangan
Jatuh Tegangan (%)
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
08.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Cerah
Mendung
9.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam perancangan ini meliputi:
1. Data radiasi sinar matahari di Kalimantan Selatan
Data ini nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan
kapasitas modul photovoltaic yang akan digunaka.
2. Data spesifikasi komponen sistem photovoltaic yang ada dipasaran
Data ini digunakan sebagai acuan pemilihan komponen yang akan
digunakan.
3. Data besar tarif listrik
Data ini digunakan sebagai dasar perhitungan perbandingan biaya
pengguaan listrik dari PLN dengan listrik dari Sistem photovoltaic.
28
9.4 Perhitungan dan Analisis Data
Data-data yang sudah terkumpul tersebut selanjutnya diolah melalui perhitungan
dan analisis sehingga diperoleh rancangan sistem photovoltaic yang diharapkan. Datadata yang sudah ada, termasuk metode perhitungan diterapkan pada langkah ini sesuai
dengan teori dan rumus yang sudah dibahas dan dipelajari ditinjauan pustaka.
Perhitungan dimulai dengan menghitung jumlah beban yang ada pada mesin
penetas telur yang bertujuan untuk menentukan spesifikasi dari inverter yang sesuai
untuk digunakan. Pemilihan setiap detail spesifikas harus dilakukan agar pemilihan
alat benar-benar tepat.
Setelah mendapatkan spesifikasi inverter yang sesuai, ditentukan juga spesifikasi
dari baterai yang akan digunakan. Tegangan kerja dari baterai yang digunakan harus
sama atau mendekati tegangan masukan inverter dan keluaran dari modul surya,
sehingga dapat bekerja dengan maksimal. Penentuan kapasitas baterai dihitung
berdasarkan jumlah kebutuhan energi total yang harus dipasok oleh sistem
photovoltaic dalam satu hari. Perhitungan untuk mendapatkan spesifikasi teknis modul
yang akan digunakan berdasarkan data radiasi matahari di wilayah Kalimantan Selatan,
energi total yang harus dipasok oleh sistem photovoltaic dalam satu hari, dan faktor
lain yang berhubungan dengan modul yang akan digunakan.
Setelah semua peralatan diketahui spesifikasi teknisnya, langkah selanjutnya
adalah memasukannya ke dalam tabel Bill of Quantity beserta dengan harga dari setiap
peralatan yang digunakan agar biaya pelaksanaan proyek penelitian dapat dihitung dan
analisis ekonomis dapat dilakukan. Analisis ekonomis dimulai dengan melakukan
perhitungan total biaya pekerjaan yang tercantum di tabel Bill of Quantity. Nilai
tersebut dalam analisis ekonomi disebut dengan investasi awal.
Selanjutnya adalah menghitung biaya operasional dan biaya perawatan dari sistem
phovoltaic dengan pekiraan waktu penggunaan selama 25 tahun dan juga
memperkirakan besar biaya yang dapat dihemat dengan menggunakan sistem
photovoltaic ini berdasarkan dari data tarif listrik yang ditetapkan oleh pemerintah.
29
9.5 Pengambilan Kesimpulan dan Saran
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan kesimpulan berdasarkan teori, hasil
perhitungan dan analisis dari proyek penelitian yang dilaksanakan. Dan juga dilakukan
pemberian saran kepada pembaca yang akan melakukan studi terkait dengan topik
yang sama yang berhubungan dengan skripsi ini, meliputi hal-hal seperi kendala dalam
penelitian ini ataupun hal-hal yang masih memerlukan kajian yang lebih dalam lagi.
10. Rangkaian Kegiatan
Rangkaian kegiatan dari penyusunan skripsi ini direncanakan akan dikerjakan dalam
waktu empat bulan dan rencana kegiatan setiap bulannya adalah sebagai berikut :
No.
Kegiatan
1.
Studi Literatur
2.
Seminar Proposal
3.
Pengambilan Data
4.
Pengujian Alat
5.
Perhitungan dan Analisis Data
6.
Penyusunan Laporan
7.
Seminar Hasil
Bulan keI
II
III
IV
30
DAFTAR PUSTAKA
Alifyanti, D. Furqani, J. Mangapul Tambunan. 2015, Pengaturan Tegangan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS). Jurnal Kajian Teknik Elektro Vol 1 (1) : 79 – 95.
Biyatmoko, D. 2014, Production Increase of Alabio Duck by Predicting Real Nutrients
Needs on Crude Protein and Metabolizable Energy in Feed. International Journal
of Biosciences, Vol. 5 (3) : 80 – 87.
Diputra, Wibeng. 2008, Simulator Algoritma Pendeteksi Kerusakan Modul Surya Pada
Rangkaian Modul Surya. Tesis Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Jakarta.
Gammon, Katharine. 2014, Material Research: Batteries Warm Up. Journal of Material
Science Nature 2014. Santa Monica, California.
Hanna, Patricia. 2012, Analisis Keekonomian Kompleks Perumahan Berbasis Energi Sel
Surya (Studi Kasus: Perumahan Cyber Orchid Town House, Depok). Universitas
Indonesia.
Hasan, Tawheed., Md. Faysal Nayan, Md. Asif Iqbal, and Monzurul Islam. 2012, Smart
Solar Home System with Safety Device Low Voltage Alert. Jurnal IEEE 2012, 14th
International Conference on Modelling and Simulation, Bangladesh. pp: 201 – 204.
Isabella, Olindo., K. Jäger, A. Smets. 2016, Solar Energy: The Physics and Engineering of
Photovoltaic Conversion, Technologies, and Systems. Delft University of
Technology. Netherlands.
Jaelani, A., N. Widaningsih, M. Firman. 2017, Mesin tetas tenaga surya pada peternakan
itik Alabio di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Jurnal Al-Ikhlas. Vol. 2 (2) :
68 – 75.
Julianto, H. dan Sutomo. 2015, Mesin Penetas Telur Bebek Menggunakan Solar Sel dan
Minyak (Duck Egg Incubator Using Solar Cells and Oil). Teknik Mesin Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang.
Karim, S dan D. Cahyanto. 2018, Analisa Penggunaan Solar Cell Pada Rumah Tinggal
Untuk Keperluan Lampu Penerangan Dan Beban Yang Kecil.
Hibah APBU
UNISKA. Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan Muhannad Arsyad Al
Banjari. Banjarmasin.
31
Karina, A., Satwiko, S. 2018, Studi Karakteristik Arus-Tegangan (Kurva I-V) pada Sel
Tunggal Polikristal Silikon serta Pemodelannya. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV
HFI Jateng & DIY. Yogyakarta.
Mayfield, Ryan. 2010, Photovoltaic Design & Installation. Renewable Energy Associates.
Wiley Publishing Inc., Indianapolis, Canada.
Rahayuningtyas, A., M. Furqon, T. Santoso. 2014, Rancang Bangun Alat Penetas Telur
Sederhana Menggunakan Sensor Suhu dan Penggerak Rak Otomatis. Prosiding
SNaPP2014 : 245 – 252.
Roos, Carolyn. 2009, Solar Electric System Design, Operation and Installation.
Washington State University Extension Energy Program. Olympia, Washington.
Saputra, A. J. Nasrudin. 2017, Analisis Penggunaan Panel Surya Sebagai Suplai Daya pada
BTS PT. Telkomsel di Pulau Giligenting Madura. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Brawijaya. Malang
Seng, Ang Kian., D. Tan. 2010, Handbook for Solar Photovoltaic (PV) System. Energy
Market Authority, Alexandra, Singapore.
Septriyono, E. 2010. Analisa Perpindahan Panas dan Uji Eksperimental pada Mesin
Penetas Telur. ITS-Non Degree. Surabaya.
Suryana, M. Yasin. 2013, Studi Tingkah Laku pada Itik Alabio (Anas platyrhynchos
Borneo) di Kalimantan Selatan. Jurnal Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertananian : 22 – 38.
Viantus, Indra., H. Priyatman, A. Hiendro. 2016, Analisis Efisiensi Pada Rancung Bangun
SHS (Solar Home System). Program Studi Teknik Elektro, Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Wibawa, Unggul., dan A. Darmawan. 2008, Penerapan Sistem Photovoltaik
Sebagai
Suplai Daya Listrik Beban Pertamanan. Jurnal EECCIS Vol. 2 (1) : 26 – 38.
Wibawa, Unggul. 2017, Pendekatan Praktis Pembangkit Energi Baru & Terbarukan.
UBPress. Malang. ISBN : 978-602-432-241-0
Wicaksono, D., T. Kurtini, K. Nova. 2013, Perbandingan fertilitas serta susut, daya dan
bobot tetas ayam kampung pada penetasan kombinasi. Jurnal Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Lampung. pp 159 – 168.
32
Yen, Kun-Lung., Chih-Ta Sai, Ming-Sian R. Bai. 2009, Performance Evaluation of Large
Tilt Angle Photovoltaic Systems in Taiwan. Jurnal IEEE 2009. pp : 237 – 240.
33
Download