ANALISIS PENERAPAN SISTEM PHOTOVOLTAIC SEBAGAI SUPLAI DAYA LISTRIK PADA MESIN PENETAS TELUR ITIK ALABIO TIPE FORCE DRAUGHT PROPOSAL SKRIPSI TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK DITZA PASCA IRWANGSA NIM. 155060301111066 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2019 0 1. Judul Analisis Penerapan Sistem Photovoltaic Sebagai Suplai Daya Listrik pada Mesin Penetas Telur Itik Alabio Tipe Force Draught 2. Latar Belakang Itik Alabio merupakan salah satu rumpun itik lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di Provinsi Kalimantan Selatan dan mempunyai nilai ekonomis yang penting bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Saat ini populasinya mencapai 2,63 juta ekor dengan tingkat produksi mencapai 275 butir telur per tahun (75%) tertinggi untuk itik lokal di Indonesia,tersebar di beberapa kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan dan terpusat di desa Mamar Amuntai kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) (Suryana dan Yasin, 2013:22). Saat ini kendala terbesar yang dialami UKM pembibitan itik atau kelompok ternak penetas telur itik yang ada di Mamar Amuntai dan pembibit itik lainnya di kabupaten/kota di wilayah Kalimantan Selatan adalah produktivitas bibit itik yang rendah hanya berkisar 60%. Rendahnya produktivitas ini disebabkan sering matinya listrik selama proses pengeraman telur yang berdampak pada beberapa hal diantaranya sering berfluktuasinya suhu dan kelembaban mesin tetas. (Jaelani, 2017:11). Kematian listrik lebih dari 2 jam saat pengeraman telur di dalam mesin tetas berakibat fatal pada embrio yang ada dalam telur, meliputi banyak telur yang tidak menetas menyebabkan matinya embrio akibat fluktuatifnya suhu dan kelembaban.Dampaknya terhadap daya tetas yang dihasilkan hanya berkisar 40-60% saja, bahkan pada kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan gagal total dengan tingkat mortalitas embrio mencapai 100% dalam mesin tetas. Ketergantungan yang tinggi pada listrik menjadi kendala terbesar penetasan telur itik yang menggunakan mesin tetas, dengan demikian perlu diupayakan cara lain energi alternatif yang dapat digunakan untuk menghindari ketergantungan yang tinggi mesin tetas terhadap energi listrik (Biyatmoko, 2014:82). Menurut penelitian Karin dan Cahyanto (2018), kalimantan selatan belum dapat Tengah secara optimal. kemampuan pembangkit di memasok listrik di wilayah Kalimantan Selatan dan Dalam beberapa tahun ini wilayah Kalimantan Selatan telah mengalami krisis energi listrik. Krisis ini menyebabkan seringkali terjadi dampak 1 pemadaman listrik secara berkala dan cukup mengganggu karena listrik tidak menyala secara kontinu, yang menyebabkan banyaknya alat-alat listrik rusak ringan hingga rusak parah. Dikatakan pula bahwa dalam setiap tahun, selalu terjadi pemadaman rutin listrik dengan pola 2 hari nyala dan 1 hari mati yang dilakukan oleh PT PLN Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) dengan alasan adanya perawatan rutin mesin. Pemdaman ini berlangsung antara satu hingga dua bulan lamanya. Salah satu energi alternatif yang dapat menyelesaikan permasalahan ini dan menjadi solusi di masa yang akan datang dalam penetasan itik adalah energi alternatif berasal dari energi tenaga surya (PLTS). Penggunaan mesin tetas tenaga surya sudah mulai dikembangkan di daerah Jawa dan sekitarnya, namun di wilayah Kalimantan Selatan sendiri hingga kini belum dikembangkan dan diaplikasikan pada pembibitan itik Alabio. Selain dapat menjaga kebutuhan dan stabilitas listrik selama proses penetasan telur itik yang berlangsung hingga 28 hari, pemanfaatan mesin tetas tenaga surya juga akan mampu menjangkau wilayah perdesaan pengembang bibit itik yang masih banyak belum terjangkau tenagalistrik di kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu perancangan mengenai penggunaan panel surya sebagai suplai daya listrik pada mesin penetas telur tipe force-draught untuk penetasan telur itik alabio untuk menggantikan suplai daya listrik dari PLN dan juga mengetahui analisis teknis dan ekonomis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai suplai daya utama untuk mesin penetas telur. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan yang akan dibahas dalam penlitian ini adalah : 1. Berapa kebutuhan energi beban harian yang digunakan oleh mesin penetas telur tipe force-draught. 2. Bagaimana analisis teknis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai suplai daya pada mesin penetas telur 3. Berapa energi harian yang dapat dihasilkan oleh panel surya pada sistem photovoltaic yang digunakan. 2 4. Berapa angka perbedaan jatuh tegangan terhadap perubahan cuaca 5. Bagaimana analisis ekonomis dari penggunaan sistem photovoltaic sebagai suplai daya pada mesin penetas telur 4. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Objek yang diteliti adalah mesin penetas telur tipe force-draught. 2. Hanya membahas panel surya sebagai suplai daya utama pada mesin penetas telur. 3. Perancangan dilakukan dengan menghitung kebutuhan energi beban harian dari mesin penetas telur sebagai acuan. 4. Tidak membahas operasional mesin penetas telur. 5. Tidak membahas proses penetasan telur pada mesin penetas telur. 6. Panel surya yang digunakan pada keadaan STC (Standart Test Condition). 5. Tujuan Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kepada para peternak telur di wilayah Kalimantan Selatan untuk menerapkan sistem photovoltaic sebagai catu daya utama dalam memenuhi kebutuhan energi mesin penetas telur menggantikan peran PLN dalam upaya memperbaiki produktivitas bibit Itik Alabio yang rendah. 6. Manfaat Pada penelitian ini, diharapkan dapat diterapkan secara langsung oleh para peternak telur itik alabio di wilayah Kalimantan Selatan dan juga menjadi sebuah referensi bagi penelitian lebih lanjut mengenai sistem photovoltaic untuk wilayah Kalimantan Selatan. 3 7. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi dengan judul “Perancangan Perancangan Sistem Photovoltaic Sebagai Suplai Daya Listrik pada Mesin Penetas Telur Itik Alabio Tipe Force-Draught” adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang dasar teori yang digunakan sebagai landasan teori dalam penilitian yang dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN Membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini seperti, studi literatur, obyek penelitian, variable penelitian, pengumpulan data, analisis, dan juga penarikan kesimpulan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Melakukan pengambilan data, perhitungan data, dan juga analisis data dari data yang telah didapatkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Membahas tentang kesimpulan dan saran sehingga penelitian ini dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Memaparkan tentang sumber literatur yang digunakan dalam penelitian. 4 8. Tinjauan Pustaka 8.1 Mesin Penetas Mesin penetas telur adalah suatu perangkat yang digunakan sebagai media penetasan untuk telur itik alabio. Perangkat ini juga biasanya digunakan untuk menetaskan berbagai jenis unggas lainnya, tetapi setiap unggas perlakuannya harus berbeda antara telur jenis unggas yang satu dengan yang lainnya. Misalnya dari suhu, kelembaban, lama waktu penetasan (hari) dan lain-lain. Gambar 8.1 Mesin Penetas Telur (Sumber : Dokumentasi Penulis) Perangkat ini didesain agar dapat menetaskan telur dengan kapasistas yang banyak dalam sekali penetasan dibandingkan dengan pengeraman yang dilakukan indukan unggas itu sendiri. Terutama pada telur itik alabio, karena itik alabio merupakan unggas yang tidak pandai menetaskan telurnya sendiri (Biyatmoko, 2014:84). Mesin tetas sudah banyak berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Dari yang awalnya hanya menggunakan lampu minyak sampai dengan saat ini yang menggunakan instrumen-instrumen pendukung seperti thermostat untuk mengatur suhu yang dikehendaki, hygrometer untuk mengukur kelembaban udara, thermometer untuk mengetahui suhu, serta kipas untuk mensirkulasi suhu dan kelembaban agar merata pada setiap bagian kulit telur. (Septriyono, 2010) 5 Mesin ini pun sedemikian rupa agar kondisinya dapat menyerupai indukan unggas, sehingga kemampuan untuk penetasannya juga hampir menyamai kemampuan induk unggas yang menetaskan telurnya sendiri, bahkan dapat melebihinya dalam kapasitas penetasan yang besar. Umumnya, untuk keperluan penelitian, mesin penetas telur dibuat dengan tambahan alat digital untuk memudahkan pembacaan dan keakuratan variable yang dibutuhkan. Adapula mesin penetas telur yang dibuat otomatis guna mempermudah proses penetasaan sehingga tidak memerlukan pengawasan yang intensif namun alat-alat dan rancangan yang digunakan lebih kompleks. Namun untuk penetasan telur itik tidak perlu mengunakan mesin tetas yang otomatis karena cukup dengan alat yang dapat meratakan suhu dengan baik (Julianto, 2015:7). Terdapat dua jenis mesin penetas berdasarkan pemerataan suhunya, yaitu : 1. Force Draught / Force Air Force air atau yang lebih dikenal dengan force draught merupakan inkubator telur yang memiliki temperature yang merata dikarenakan adanya bantuan dari fan (kipas) untuk proses sirkulasi udara didalam inkubator telur. Force yang berarti sirkulasi udara pada mesin penetas dipaksa dengan kipas elektrik, lalu menghasilkan sirkulasi panas dan juga oksigen yang lebih merata ke setiap sudut inkubator. 2. Still air Still air adalah inkubator telur yang tidak dilengkapi dengan fan sehingga pemerataan suhu dilakukan secara alami dari perpindahan udara berdasarkan perbedaan suhu yang ada di inkubator. 8.2 Penetasan Telur Penetasan adalah suatu proses perkembangan embrio pada unggas didalam telur dari awal pengeraman telur hingga telur pecah atau menetas menjadi anakan unggas. Penetasan unggas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan alamiah dan penetasan buatan (Rahayuningtyas, 2014:245). 1. Penetasan alamiah (natural incubation) Penetasan secara alamiah dilakukan langsung oleh indukan unggas sendiri dengan cara dierami 6 2. Penetasan buatan (artificial incubation) Penetasan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat penetas yang disebut mesin penetas telur. Pentasan secara buatan memliki prinsip yang sama dengan penetasan secara alami, yaitu menyediakan kondisi dimana lingkungan yang optima meliputi suhu, kelembaban dan sirkulasi udara yang baik sehingga embrio pada telur dapat berkembang dengan sempurna dan telur dapat menetas secara normal (Rahayuningtyas, 2014:246). Gambar 8.2 Penetasan telur secara buatan menggunakan mesin penetas (Sumber : Dokumentasi Penulis) Mesin penetas untuk penetasan telur itik alabio sendiri memerlukan suhu tertentu yaitu sekitars 38oC - 40 oC dan dengan kelembaban yang tinggi yaitu berkisar antara 70% - 80%. Proses penetasan telur itik alabio berlangsung selama 24 – 28 hari. (Jaelani, 2017:3). Namun, proses penetasan menggunakan mesin penetas memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan penetasan buatan ini adalah ketergantungan yang tinggi dari elemen penetasan meliputi pemilihan telur, pengaturan suhu, kelembaban, dan pemerataan pada cangkan telur untuk mendapatkan suhu yang stabil. Kelebihannya terdapat pada skala penetasan yang jauh lebih besar dibandingkan penetasan secara alami sehingga produktifitas anakan unggas yang dihasilkan jauh lebih besar. (Wicaksono, 2013) 7 8.3 Matahari Sebagai Sumber Energi Terbarukan Matahari adalah sebuah bola energi yang permukaannya dilingkup oleh gas yang sangat panas yang tersusun oleh 98% hidrogen dan helium. Diameternya diperkirakan sepanjang 1,39 juta kilo meter yang berarti 109 kali lebih panjang daripada diameter bumi. Pada bagian dalam matahari terjadi reaksi fusi inti secara terus menerus yang melebur hidrogen menjadi helium, kemudian sebagian massanya berubah bentuk menjadi energi. Adanya energi tersebut yang mengakibatkan temperatur pada perut matahari mencapai sekitar 15 – 20 juta oK. Sedangkan pada bagian permukaan temperaturnya mencapai sekitar 5.770 oK (Wibawa, 2017:89). Gambar 8.3 Matahari (Sumber: Mayfield, 2010) Energi Matahari (Solar Energy) adalah sumber daya energi terbarukan yang tidak ada batas penggunaanya dan juga terbebas dari polusi. Energi surya juga memliki daya tahan tinggi, tingkat keandalan yang tinggi, dan juga tidak membutuhkan bahan bakar untuk bekerja. Energi surya juga dapat beroperasi untuk jangka waktu yang dengan biaya perawatan yang tidak cukup mahal (Hasan, 2012:201). Manusia dapat menggunakan sumber energi surya secara langsung, seperti memanaskan air, memasak, dan juga membangkitkan daya listrik. Peralatan yang digunakan untuk memanaskan air disebut dengan “Solar Colector”, untuk memasak disebut dengan ”Solar Concentrator”, dan untuk membangkitkan energi listrik disebut dengan “Solar Cell Modules”. Pada dasarnya, penerapan sistem konversi dari energi surya dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara meliputi (Wibawa, 2017:91) : 8 1. Secara Sentral Dengan bentuk PLTS (Pembangkit Listrik Energi Surya), dengan kapasistas yang besar dan digunakan untuk menyuplai kelompok beban yang besar. Bertujuan untuk menjamin kontinuitas suplai, umumnya digunakan dengan jenis pembangkit lainnya seperti PLE Disel atau PLE Angin. 2. Secara Individual Dengan bentuk SHS (Solar Home System), dengan kapasitas yang lebih kecil dan setiap unit hanya digunakan untuk menyuplai satu beban individu, misalnya rumah tangga. Bertujuan untuk menjamin kontinuitas suplai, umumnya perlu dilengkapi dengan unit penyimpan daya yaitu baterai. 8.4 Sel Surya Bagian terkecil dari Sistem Photovoltaic adalah Sel Surya. Sel suryra merupakan suatu alat yang dapat merubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Bahan dasar pembuatan susunan sel surya adalah semikonduktor, seperti: silikon, germanium, galium, indium, dan cadmium, yang memiliki ketebalan hanya beberapa mikron saja. Umumnya, penggunaan bahan dasar yang paling banyak untuk pembuatan sel surya adalah silikon. Perkembangan teknologi pada pembuatan sel surya yang didukung pula oleh perkembangan material utamanya, telah menghasilkan 3(tiga) jenis sel surya, yaitu: Mono-Crystalline Silicon, Poly-Crystalline Silicon, dan Amorf. (Wibawa, 2017:94). (a) (b) (c) Gambar 8.5 (a) Mono-Crystalline, (b) Poly-Crystalline , (c) Amorf. (Sumber : Seng, 2010) 9 Kinerja Sel surya yang baik ditunjukan oleh karakteristik arus tegangan. Oleh karena itu, pentung untuk mengetahui tegangan output (V) dan arus keluaran (I) dan bagaimana mereka bervariasi untuk hubungan satu sama lain. Daya (P) yang dihasilkan oleh sel surya adalah bentuk dari tegangan (v) dan arus (I) untuk karakteristik operasi tertentu (Saputra, 2017:11). Tabel 8.1 Efisiensi Bahan Panel Surya Sumber : Seng, 2010 Keunggulan teknologi crystalline terletak pada efisiensi konversi yang relatif tinggi serta basis instalasi yang besar atas peralatan produksi. Tetapi, teknologi ini juga memiliki kekurangan karena perlu tenaga kerja yang sangat banyak, bahan yang sangat banyak, dan keterbatasan bentuk fisiknya dikarenakan terbuat dari sel yang keras dan kaku pada saat pemotongan dari potongan yang lebih besar (Seng, 2010:8). 8.4.1 Efek Photovoltaik Energi radiasi surya dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan menggunakan lapisan-lapisan tipis dari silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan yang terbanyak dipakai. Silikon merupakan unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk keperluan pemakaian sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga suatu tingkat pemurnian yang tinggi sekali. Pada suhu nol absolut (0oK) semua ikatan kovalensi berada dalam keadaan utuh dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom-atom akan mengalami keadaan getaran thermal. Getaran-getaran ini yang meningkat dengan suhu, pada suatu saat dapat mengganggu beberapa ikatan kovalensi. Terganggunya ikatan kovalensi dalam kristal semikonduktor pada suhu lingkungan biasa mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat-sifat listrik kristal itu dan penting dalam penjelasan efek photovoltaik (Alifiyanti, 2015:81). 10 8.4.2 Prinsip Kerja Sel Surya Cahaya matahari terdiri dari partikel-partikel yang disebut sebagai “photons” yang mempunyai sejumlah energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang pada spektrum cahaya. Pada saat photon menumbuk sel surya maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau diserap atau mungkin hanya diteruskan. Cahaya yang diserap akan membangkitkan listrik. Pada saat terjadi tumbukan, energi yang dikandung oleh photon ditransfer pada elektron yang terdapat pada atom sel surya yang merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang didapat dari photon, elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan semikonduktor dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada. Dengan melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang atau “hole” (Alifianti, 2015:83) Gambar 8.6 PN Junction pada Sel Surya (Sumber: Mayfield, 2010) Prinsip kerja sel surya mirip dengan dioda sebagai PN-Junction. PN-Junction adalah gabungan / lapisan semikonduktor jenis P dan N yang diperloeh dengan cara doping pada silikon murni. Pada semikonduktor jenis P, terbentuk hole (pembawa muatan listrik positif) yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah elektronnya, sehingga hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron merupakan pembawa muatan minoritas. Demikian pula sebaliknya dengan semikonduktor jenis N. Bila bagian P dari PN-Junction dihubungkan dengan kutub positif baterai dan bagian N dihubungkan dengan kutub negatif baterai, maka arus dapat mengalir melewati PN-Junction. Kondisi ini disebut sebagai panjar maju (forward bias). Bila hal sebaliknya dilakukan (panjar mundur), yaitu bagian N dari 11 PN-Junction dihubungkan dengan kutub positif baterai bagian P dihubungkan dengan kutub negatif baterai, maka arus tidak dapat megnalir melewati PNJunction. Akan tetapi, masih ada arus dalam ukuran kecil yang mengalir yang disebut arus bocor. Jadi, sel surya pada dasarnya adalah sebuah foto dioda yang dirancang dengan mengacu pada efek photovoltaic sedemikian rupa, sehingga dapat mengubah energi cahaya seefisien mungkin menjadi energi listrik (Diputra, 2008:7). Gambar 8.7 Karakteristik Prinsip Kerja Sel Surya (Sumber : Mayfield, 2010) 8.4.3 Karakteristik Sel Surya Sel surya adalah sebuah alat non-linear, sehingga untuk memahami karakteristiknya digunakan suatu grafik. Sifat elektrik dari sel surya dalam menghasilkan energi listrik dapat diamati dari karakteristik sel tersebut, yaitu berdasarkan arus dan tegangan yang dihasilkan sel surya pada kondisi cahaya dan beban yang berbeda-beda. Kurva I-V (arus-tegangan) dapat menggambarkan sifat dari sel surya secara lengkap. 12 Gambar 8.8 Karakteristik Hubungan Arus-Tegangan (Kurva I-V) (Sumber: Karina, 2018) Pada Gambar 8.8 menunjukan ketika sel dihubungkan dengan beban (R). Beban memberi hambatan sebagai garis linear dengan garis I/V = I/R. Hal tersebut menunjukan daya yang didapat bergantung pada nilai resistansi. Jika R kecil maka sel beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi sebagai sumber arus yang konstan atau arus hubung-singkat (short-circuit). Pada sisi lain, jika R besar, sel beroperasi pada daerah kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai sumber tegangan konstan atau tegangan open-circuit. Jika dihubungkan dengan hambatan optimal Ropt berarti sel surya menghasilkan daya maksimal dengan tegangan dan arus maksimal (Karina, 2018:164). 8.5 Sistem Photovoltaic Sistem Photovoltaic adalah sistem yang mengonversi sinar matahari menjadi energi listrik. Gambar 8.9 Sistem Photovoltaic (Sumber: Yen, 2009) 13 Sistem photovoltaic terdiri dari modul atau panel surya, inverter, charger dan baterai. Modul photovoltaic menghasilkan tegangan DC dan mengirimkannya ke Control Regulator yang mengatur muatan baterai, cadangan energi baterai dapat digunakan pada malam hari atau selama pemadaman atau dapat digunakan langsung untuk menjadi suplai daya beban DC. Inverter digunakan untuk mengubah daya DC yang tersimpan pada baterai menjadi listrik AC. 8.5.1 Modul Surya Sekumpulan sel surya yang saling terinterkoneksi disebut modul surya (solar module). Tegangan kerja dari sebuah modul surya berkisar antara 12 – 24 volt, dengan luas penampang antara 0,3 – 0,8 m2. Sedangkan sistem pembangkitan dengan kebutuhan kapasitas yang lebih besar biasanya tersusun atas beberapa modul yang saling terinterkoneksi satu sama lain. Kumpulan modul surya tersebut lebih dikenal dengan sebutan solar array (Wibawa, 2017:95). Gambar 8.10 Sel, Modul, dan Array Surya (Sumber: Yen, 2009) 8.5.2 Arus Keluaran Modul Arus keluaran dari suatu jenis modul surya biasanya diberikan keterangannya oleh pabrik pembuatnya. Untuk keperluan perencanaan, arus keluaran yang digunakan adalah arus pada saat tegangan beban mencapai 14 volt atau lebih. Bisa juga digunakan arus hubung singkat dari modul tersebut. 8.5.3 Energi Keluaran Harian Modul Agar dapat mementukan energi keluaran harian dari sebuah modul surya, maka diperlukan data lamanya modul mendapatkan sinar global dan data radiasi paling rendah, yang bertujuan untuk kondisi dimana pada saat modul mendapatkan radiasi terendah modul masih dapat mensuplai arus sesuai kebutuhan beban. Data 14 ini biasanya dapat diperoleh di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) didaerah setempat. Biasanya data diolah dalam bentuk data harian, bulanan, sampai tahunan. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan lamanya modul mendapat sinar global adalah sebagai berikut (Isabella, 2016:306:): ππππ = π πππππ π π ππππ πππ‘πβπππ (πβ/π2 ) ππππ πππ’π π ππππ πππ‘πβπππ 1000 πβ/π2 .............................................................................................................................. (2.1 ) Setelah mendapatkan data lama waktu radiasi rata-rata (Tnom), selanjutnya dapat dihitung energi keluaran harian modul dengan persamaan sebagai berikut (Wibawa, 2017:107) : πΈππππ’π = ππππ × ππππ .............................................................................................................................. (2.2 ) 8.5.4 Energi Beban Harian Langkah selanjutnya adalah menentukan atau menghitung kebutuhan energi beban yang dibutuhkan. Metodenya dengan cara mendata beban yang digunakan dengan pengukuran langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan untuk mengetahui daya beban (P) dengan mengukur arus (I) dan tegangan (V) dan dihitung dengan persamaan: πππππ = πΌππππ × πππππ .............................................................................................................................. (2.3 ) Setelah mengetahui daya beban (P) yang dibutuhkan oleh beban, kemudian dapat diketahui kebutuhan energi beban harian (E) dengan mengetahui berapa lama penggunaan beban dalam sehari (t) kemudian dihitung menggunakan persamaan: πΈπ‘ππ‘ = πππππ × π‘ .............................................................................................................................. (2.4 ) 8.5.5 Baterai 15 Untuk menjaga kontinuitas suplai daya listrik dari beban dan juga karena beban pada mesin penetas harus bekerja pada malam hari, maka diperlukan baterai yang berfungsi menyimpan arus listrik selama sel photovoltaic bekerja pada siang hari untuk digunakan pada malam hari. Ada beberapa tipe baterai yang banyak dijumpai dipasaran seperti: nickel-cadnium, lead-acid, nickel-iron, dan sodiumsulphur (Gammon, 2004). Baterai jenis lead-acid memliki efisiensi yang tinggi dan biaya yang lebih murah, oleh karena itu baterai jenis ini banyak digunakan pada sistem photovoltaic. Baterai jenis lead-acid diperkirakan menjadi perangkat penyimpanan pada sistem panel surya yang akan digunakan dalam beberapa tahun kedepan terutama untuk ukuran menengah maupun besar (Hanna, 2012:21). Gambar 8.11 Baterai lead-acid 12V 100Ah (Sumber: Viantus, 2016) Pada umumnya kapasitas baterai dinyatakan dengan Ah (Ampere hour). Nilai Ah pada baterai menunjukan arus yang dapat dilepaskan lalu dikalikan dengan waktu dari pelepasan arus tersebut. Nilai dari Wh (Watt hour) adalah jumlah estimasi daya yang dapat disuplau dari baterai ke beban ketika baterai terisi oleh muatan (Roos, 2009:17). Kemudian, harus diketahui juga waktu otonomi baterai. Waktu otonomi baterai aadalah lama waktu operasional baterai saat tidak ada suplai dari modul surya. Waktu otonomi yang biasa digunakan di daerah ekuator adalah 2 hari (toton = 2 hari). Persamaan untuk menghitung muatan baterai untuk waktu otonomi 2 hari dimana untuk menari muatan baterai (Q) terlebih dahulu mengetahui 16 total energi bebaan harian dan tegangan kerja baterai (U) adalah sebagai berikut (Wibawa, 2017:106): π= πΈπ‘ππ‘ π .............................................................................................................................. (2.5 ) πππ‘ππ = π. π‘ππ‘ππ .............................................................................................................................. (2.6 ) Karena tidak mungkin suatu baterai dikosongkan untuk penggunaan secara penuh (100%), maka perlu diperhitungkan tingkat pengosongannya. Semakin kecil tingkat pengosongan baterai akan berpengaruh dengan umur penggunaan baterai. Biasanya tingkat pengisian baterai antara 50% - 75%, tergantung pada jenis baterainya. Persamaan untuk menghitung Kapasitas baterai dengan perhitungan DOD (Deep Of Discharge) sebesar 60% untuk menjaga umur baterai adalah sebagai berikut (Wibawa, 2017:106): πΎππππ ππ‘ππ πππ‘ππππ(πΎπ) = πππ‘ππ 60% .............................................................................................................................. (2.7 ) Sedangkan untuk mementukan jumlah minimum baterai yang diperlukan mengikuti persamaan sebagai berikut (Jaelani, 2017:21): ππππ‘ππππ = πΎπ ππ’ππ‘ππ π΅ππ‘ππππ (100π΄β) .............................................................................................................................. (2.8 ) 8.5.6 Jumlah Modul Untuk sistem photovoltaic yang direncanakan menggunakan baterai, maka dalam menentukan jumlah modul yang digunakan perlu juga diasumsikan waktu yang dibutuhkan pada sistem untuk regenerasi baterai tregen, yang berarti sistem dalam kondisi tanpa beban. Untuk menghitung jumlah modul yang diperlukan (N) maka digunakan persamaan sebagai berikut (Wibawa, 2017:108): 17 π= πΈπ‘ππ‘ ×π‘ππ‘ππ πΈππππ’π ×π‘πππππ(1) .............................................................................................................................. (2.9 ) 8.5.7 Solar Charge Controller Solar charge controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. solar charge controller mengatur over charging (kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh) dan kelebihan voltase dari panel surya/ solar cell. Gambar 8.12 Solar Charge Controller (Sumber: Yen, 2009) Solar charge controller berfungsi untuk menjaga keseimbangan energi di baterai dengan cara mengatur tegangan maksimum dan minimal dari baterai tersebut, alat ini juga berfungsi untuk memberikan pengamanan terhadap sistem yaitu: Proteksi terhadap pengisian berlebih (over charge) di baterai, proteksi terhadap pemakaian berlebih (over discharge) oleh beban, dan mencegah terjadinya arus balik ke modul surya (Viantus, 2016:4). Untuk menghitung kebutuhan solar charge controller, maka kita harus mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya, Dari spesifikasi yang telah kita ketahui yang harus diperhatikan adalah angka Isc (short circuit current), yang mana nilainya akan kita kalikan dengan jumlah panel surya, sehingga hasilnya merupakan nilai minimal dari charge controller yang dibutuhkan. Persamaan untuk menghitung kebutuhan solar charge controller adalah sebagai berikut (Jaelani, 2017:22) : 18 πΌππππ‘ = πΌπ π × π ............................................................................................................................ (2.10 ) 8.5.8 Inveter Inverter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mentransformasikan tegangan arus searah (DC) menjadi tegangan arus bolak balik (AC) yang simetris. Gambar 8.13 Inverter 600W (Sumber: Viantus, 2016) Besarnya tegangan keluaran dapat berupa tegangan konstan atau dapat diatur sesuai kebutuhan pada frekuensi yang tetap atau pada frekuensi keluaran yang dapat diatur. Secara umum, inveter merupakan suatu rangkaian switching yang dirankgai dengan suatu rangkaian trigger. Sumber tegangan Input Inverter dapat menggunakan baterai, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter dalam proses konversi tegangn DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu penaik tegangan berupa Step Up Transformer (Viantus, 2016). Dalam sistem panel surya ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memilih inverter, yaitu meliputi (Isabella, 2016:272): 1. Inverter harus memiliki effisiensi yang tinggi karena penyaluran energi melewati inverter untuk masuk ke tegangan jala-jala maupun digunakan untuk daya beban. 2. Memiliki proteksi yang baik. 3. Memiliki nilai harmonik yang kecil. 4. Tahan terhadap perbedaan suhu. 5. Dirancang untuk tegangan tinggi. 19 Spesifikasi inverter harus sesuai dengan solar charge controller yang digunakan. Output yang dihasilkan sama seperti tegangan jala-jalan PLN yaitu 220V. Kapasitas daya inverter dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh kebutuhan daya beban (Saputra, 2017:25). 8.6 Analisis Ekonomi Seperti hanya dengan proyek-proyek energi pada umumnya, pada proyek listrik hal-hal yang menyangkut biaya merupakan persoalan yang sangat sangat penting. Dalam kebanyakan kasus, persoalan biaya menentukan, apakah proyek itu akan dibangan atau tidak. Dalam kasus energi listrik yang ingin dibangkitkan dalam biaya seekonomis mungkin, kalkulasi biaya sebuah pusat listrik harus dapat pula dihitung dengan cara optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan ini akan sulit, karena banyak komponen biaya berubah dengan waktu dan pandan secara umum terhadap fungsi listrik dalam masyarakat yang juga berubah dengan waktu. Secara umum, biaya untuk mebangkitkan energi listrik dapat dibagi dalam dua bagian. (Kadir, 1987:573). A. Biaya Tetap Biaya tetap ini tidak akan tergantung dari operasi pusat listrik, dan secara garis besar teridi atas komponen-komponen berikut: 1) Bunga dan investasi 2) Depresiasi 3) Asuransi 4) Sebagian besar gaji dan upah 5) Sebagian kecil biaya bahan bakar B. Biaya Variabel Biaya ini tergantung dari cara menjalankan pusat listrik, yaitu berhubungan dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan, dan terutama terdiri atas: 20 1) Sebagian besar biaya bahan bakar 2) Pemeliharaan dan perbaikan 3) Sebagian kecil gaji dan upah 8.6.1 Biaya Investasi Sitem photovoltaic mempunyai biaya operasi dan perawatan yang rendah, ini dikarenakan tidak memerlukan bahan bakar dalam pengoperasiannya. Tetapi. Sitem pembangkitan elektriknya memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Biaya per kWh adalah biaya total yang dikeluarkan dibagi dengan energi yang dibangkitan (Wardono, 1992): π΅πππ¦π πππ ππβ = π΅πππ¦π πππ£ππ π‘ππ π+π΅πππ¦π ππππππ π+π΅πππ¦π πππππ€ππ‘ππ πΈπππππ π¦πππ πππππππππ‘πππ ....................(2.11) Total biaya perawatan dengan menggunakan metode nilai sekarang (Wibawa, 2017:4) 1 π = πΉ [(1+π)π ] ...............................................................................................(2.12) Atau, π π = πΉ( , π%, π) ...........................................................................................(2.13) πΉ P = Nilai sekarang (Present worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini. F = Nilai mendatang (Future worth), nilai ekuivalen dari satu atau lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu mendatang. N = Jumlah periode pemajemukan. i Tingkat bunga efektif. = Total biaya operasional dengan menggunakan metode nilai sekarang (Wibawa, 2017:6): π = π΄[ (1+π)π −1 π(1+π)π ] ............................................................................................................(2.14) atau, 21 π π = π΄( , π%, π) ...........................................................................................(2.15) π΄ P = Nilai sekarang (Present worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau lebih aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini. A = Aliran kas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa periode yang berurutan (Annual Worth). N = Jumlah periode pemajemukan. i Tingkat bunga efektif. = 8.6.2 Analisis Biaya PLN Untuk mengetahui perbandingan biaya antara pemanfaatan sistem photovoltaic dengan penggunaan litrik dari PLN, maka dilakukanlah perhitungan analisis biaya PLN. Total biaya pemakaian dari listrik dari PLN dihitung dengan menggunakan metode nilai sekarang, dengan menggunakan persamaan sama seperti persamaan 2.14 atau 2.15. 22 9. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah kegiatan perancangan mesin penetas telur itik alabio tipe force draught berbasis energi surya. Ada pun metode penelitian yang akan dilakukan terdiri dari studi literatur, perancangan alat, pembuatan alat, pengujian dan analisis alat, dan penarikan kesimpulan dan saran. 9.1 Diagram Alir Penelitian Pada bagian ini akan menjelaskan tentang bagaimana diagram alir dari penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut Mulai Studi Literatur Pengambilan Data Primer dan Sekunder Perhitungan dan Analisis Data Pengambilan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 9.1 Diagram Alir Penelitian 23 9.2 Studi Literatur Studi literatur yang dilakukan adalah untuk mempelajari dan memahami konsep yang terkait dengan sistem photovoltaic yang terdiri dari sumber cahaya, modul photvoltaic, solar charge controller, baterai, inverter, dan beban sistem. Selain itu juga memahami konsep perhitungan biaya pembangkit. 9.3 Pengambilan Data Data-data yang digunakan dalam pembahasan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 9.3.1 Data Primer Studi dilapangan dilakukan di sebuah peternakan ayam lokal di Kota Banjarbaru bertujuan untuk melakukan pengujian modul surya saat berbeban untuk mengetahui arus dan tegangan keluaran pengisian berbeban dari modul surya dan juga untuk mengetahui prosentase jatuh tegangan pada kondisi cerah. Berawan dan mendung. a. Pengukuran modul surya berbeban Pengukuran dilakukan selama 7 hari dilakukan dimulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 18.00 sore dengan selang waktu pengukuran setiap 2 jam. Variabel yang diukur adalah tegangan dan arus pengisian ke baterai dari modul surya dengan rangkaian pengukuran sebagai berikut : Modul Surya + - + + Inveter - + Solar Charge + Controller - Mesin Penetas Baterai Gambar 9.2 Rangkaian sistem photovoltaic sebelum pengukuran arus dan tegangan (Sumber : Dokumentasi Penulis) 24 Gambar 9.3 Rangkaian pengukuran arus dan tegangan pengisian dari modul surya (Sumber: Dokumentasi Penulis) Kemudian data yang didapat dari hasil pengukuran dimasukan kedalam tabel sebagai berikut: Tabel 9.1 Tabel pengukuran arus pengisian baterai dari modul surya Arus Jam 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Tabel 9.2 Tabel pengukuran tegangan pengisian baterai dari modul surya Tegangan Jam 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 25 Data dari tabel kemudian akan dimasukan kedalam kurva grafik untuk mengetahui -pengaruh dari perbedaan waktu dan posisi matahari terhadap arus dan tegangan pengisian, yaitu sebagai berikut Kurva Arus dan Tegangan Pengisian Nilai Arus dan Tegangan 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Arus Tegangan Gambar 9.4 Kurva Arus dan Tegangan terhadap perubahan waktu b. Pengukuran drop tegangan terhadap perubahan cuaca Untuk mengetahui presentase drop tegangan maka sistem photovoltaic dirangkai sebagai berikut: Gambar 9.5 Rangkaian pengujian drop tegangan Modul surya akan dibebani langsung oleh mesin penetas. Percobaan pengujian akan dimulai dengan waktu yang sama seperti pengukuran arus dan tegangan pengisian yaitu dari jam 08.00 pagi sampai dengan 18.00 sore dengan dua kedaan cuaca yaitu cerah dan mendung. 26 Persamaan untuk menghitung prosentasi drop tegangan (VR) adalah sebagai berikut (Hutahuruk, 1985:61) : ππ (100%) = πππΏ −ππΏ ππΏ × 100% ..................................................................... (9.1) Dimana: VNL = tegangan pada saat tanpa beban, VL = tegangan pada saat berbeban Kemudian diambil perhitungan dari setiap jam dan setiap kondisi cuaca yang nantinya data dari hasil perhitungan akan dimasukan kedalam tabel sebagai berikut: Tabel 9.3 Tabel pengukuran drop tegangan pada kondisi cuaca cerah Jam Tegangan VNL VL IL VR Cuaca 08.00 Cerah 10.00 Cerah 12.00 Cerah 14.00 Cerah 16.00 Cerah 18.00 Cerah Tabel 9.4 Tabel pengukuran drop tegangan pada kondisi cuaca mendung Jam 08.00 Tegangan VNL VL IL VR Cuaca 10.00 Mendung Mendung 12.00 Mendung 14.00 Mendung 16.00 Mendung 18.00 Mendung 27 Kemudian data dari tabel hasil pengukuran akan dimasukan kedalam kurva untuk mengetahui pengaruh kondisi cuaca terhadap drop tegangan yang terjadi pada sistem photovoltaic sebagai berikut : Kurva Pengaruh Cuaca Terhadap Jatuh Tegangan Jatuh Tegangan (%) 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Cerah Mendung 9.3.2 Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan dalam perancangan ini meliputi: 1. Data radiasi sinar matahari di Kalimantan Selatan Data ini nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan kapasitas modul photovoltaic yang akan digunaka. 2. Data spesifikasi komponen sistem photovoltaic yang ada dipasaran Data ini digunakan sebagai acuan pemilihan komponen yang akan digunakan. 3. Data besar tarif listrik Data ini digunakan sebagai dasar perhitungan perbandingan biaya pengguaan listrik dari PLN dengan listrik dari Sistem photovoltaic. 28 9.4 Perhitungan dan Analisis Data Data-data yang sudah terkumpul tersebut selanjutnya diolah melalui perhitungan dan analisis sehingga diperoleh rancangan sistem photovoltaic yang diharapkan. Datadata yang sudah ada, termasuk metode perhitungan diterapkan pada langkah ini sesuai dengan teori dan rumus yang sudah dibahas dan dipelajari ditinjauan pustaka. Perhitungan dimulai dengan menghitung jumlah beban yang ada pada mesin penetas telur yang bertujuan untuk menentukan spesifikasi dari inverter yang sesuai untuk digunakan. Pemilihan setiap detail spesifikas harus dilakukan agar pemilihan alat benar-benar tepat. Setelah mendapatkan spesifikasi inverter yang sesuai, ditentukan juga spesifikasi dari baterai yang akan digunakan. Tegangan kerja dari baterai yang digunakan harus sama atau mendekati tegangan masukan inverter dan keluaran dari modul surya, sehingga dapat bekerja dengan maksimal. Penentuan kapasitas baterai dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan energi total yang harus dipasok oleh sistem photovoltaic dalam satu hari. Perhitungan untuk mendapatkan spesifikasi teknis modul yang akan digunakan berdasarkan data radiasi matahari di wilayah Kalimantan Selatan, energi total yang harus dipasok oleh sistem photovoltaic dalam satu hari, dan faktor lain yang berhubungan dengan modul yang akan digunakan. Setelah semua peralatan diketahui spesifikasi teknisnya, langkah selanjutnya adalah memasukannya ke dalam tabel Bill of Quantity beserta dengan harga dari setiap peralatan yang digunakan agar biaya pelaksanaan proyek penelitian dapat dihitung dan analisis ekonomis dapat dilakukan. Analisis ekonomis dimulai dengan melakukan perhitungan total biaya pekerjaan yang tercantum di tabel Bill of Quantity. Nilai tersebut dalam analisis ekonomi disebut dengan investasi awal. Selanjutnya adalah menghitung biaya operasional dan biaya perawatan dari sistem phovoltaic dengan pekiraan waktu penggunaan selama 25 tahun dan juga memperkirakan besar biaya yang dapat dihemat dengan menggunakan sistem photovoltaic ini berdasarkan dari data tarif listrik yang ditetapkan oleh pemerintah. 29 9.5 Pengambilan Kesimpulan dan Saran Pada tahapan ini dilakukan pengambilan kesimpulan berdasarkan teori, hasil perhitungan dan analisis dari proyek penelitian yang dilaksanakan. Dan juga dilakukan pemberian saran kepada pembaca yang akan melakukan studi terkait dengan topik yang sama yang berhubungan dengan skripsi ini, meliputi hal-hal seperi kendala dalam penelitian ini ataupun hal-hal yang masih memerlukan kajian yang lebih dalam lagi. 10. Rangkaian Kegiatan Rangkaian kegiatan dari penyusunan skripsi ini direncanakan akan dikerjakan dalam waktu empat bulan dan rencana kegiatan setiap bulannya adalah sebagai berikut : No. Kegiatan 1. Studi Literatur 2. Seminar Proposal 3. Pengambilan Data 4. Pengujian Alat 5. Perhitungan dan Analisis Data 6. Penyusunan Laporan 7. Seminar Hasil Bulan keI II III IV 30 DAFTAR PUSTAKA Alifyanti, D. Furqani, J. Mangapul Tambunan. 2015, Pengaturan Tegangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Jurnal Kajian Teknik Elektro Vol 1 (1) : 79 – 95. Biyatmoko, D. 2014, Production Increase of Alabio Duck by Predicting Real Nutrients Needs on Crude Protein and Metabolizable Energy in Feed. International Journal of Biosciences, Vol. 5 (3) : 80 – 87. Diputra, Wibeng. 2008, Simulator Algoritma Pendeteksi Kerusakan Modul Surya Pada Rangkaian Modul Surya. Tesis Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta. Gammon, Katharine. 2014, Material Research: Batteries Warm Up. Journal of Material Science Nature 2014. Santa Monica, California. Hanna, Patricia. 2012, Analisis Keekonomian Kompleks Perumahan Berbasis Energi Sel Surya (Studi Kasus: Perumahan Cyber Orchid Town House, Depok). Universitas Indonesia. Hasan, Tawheed., Md. Faysal Nayan, Md. Asif Iqbal, and Monzurul Islam. 2012, Smart Solar Home System with Safety Device Low Voltage Alert. Jurnal IEEE 2012, 14th International Conference on Modelling and Simulation, Bangladesh. pp: 201 – 204. Isabella, Olindo., K. Jäger, A. Smets. 2016, Solar Energy: The Physics and Engineering of Photovoltaic Conversion, Technologies, and Systems. Delft University of Technology. Netherlands. Jaelani, A., N. Widaningsih, M. Firman. 2017, Mesin tetas tenaga surya pada peternakan itik Alabio di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Jurnal Al-Ikhlas. Vol. 2 (2) : 68 – 75. Julianto, H. dan Sutomo. 2015, Mesin Penetas Telur Bebek Menggunakan Solar Sel dan Minyak (Duck Egg Incubator Using Solar Cells and Oil). Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang. Karim, S dan D. Cahyanto. 2018, Analisa Penggunaan Solar Cell Pada Rumah Tinggal Untuk Keperluan Lampu Penerangan Dan Beban Yang Kecil. Hibah APBU UNISKA. Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan Muhannad Arsyad Al Banjari. Banjarmasin. 31 Karina, A., Satwiko, S. 2018, Studi Karakteristik Arus-Tegangan (Kurva I-V) pada Sel Tunggal Polikristal Silikon serta Pemodelannya. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY. Yogyakarta. Mayfield, Ryan. 2010, Photovoltaic Design & Installation. Renewable Energy Associates. Wiley Publishing Inc., Indianapolis, Canada. Rahayuningtyas, A., M. Furqon, T. Santoso. 2014, Rancang Bangun Alat Penetas Telur Sederhana Menggunakan Sensor Suhu dan Penggerak Rak Otomatis. Prosiding SNaPP2014 : 245 – 252. Roos, Carolyn. 2009, Solar Electric System Design, Operation and Installation. Washington State University Extension Energy Program. Olympia, Washington. Saputra, A. J. Nasrudin. 2017, Analisis Penggunaan Panel Surya Sebagai Suplai Daya pada BTS PT. Telkomsel di Pulau Giligenting Madura. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Malang Seng, Ang Kian., D. Tan. 2010, Handbook for Solar Photovoltaic (PV) System. Energy Market Authority, Alexandra, Singapore. Septriyono, E. 2010. Analisa Perpindahan Panas dan Uji Eksperimental pada Mesin Penetas Telur. ITS-Non Degree. Surabaya. Suryana, M. Yasin. 2013, Studi Tingkah Laku pada Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan. Jurnal Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertananian : 22 – 38. Viantus, Indra., H. Priyatman, A. Hiendro. 2016, Analisis Efisiensi Pada Rancung Bangun SHS (Solar Home System). Program Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura. Pontianak. Wibawa, Unggul., dan A. Darmawan. 2008, Penerapan Sistem Photovoltaik Sebagai Suplai Daya Listrik Beban Pertamanan. Jurnal EECCIS Vol. 2 (1) : 26 – 38. Wibawa, Unggul. 2017, Pendekatan Praktis Pembangkit Energi Baru & Terbarukan. UBPress. Malang. ISBN : 978-602-432-241-0 Wicaksono, D., T. Kurtini, K. Nova. 2013, Perbandingan fertilitas serta susut, daya dan bobot tetas ayam kampung pada penetasan kombinasi. Jurnal Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Lampung. pp 159 – 168. 32 Yen, Kun-Lung., Chih-Ta Sai, Ming-Sian R. Bai. 2009, Performance Evaluation of Large Tilt Angle Photovoltaic Systems in Taiwan. Jurnal IEEE 2009. pp : 237 – 240. 33