Uploaded by User18740

KEPEMIMPINAN MANAJERIAL

advertisement
KEPEMIMPINAN MANAJERIAL
DOSEN :
AHMAD SUBHAN MAHARDANI
(DENNY)
(08775 99 88654)
I
BELAJAR KEPEMIMPINAN
DAN MANAJEMEN DARI
TELADAN TERBAIK
1.1. Krisis Keteladanan
Krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan (M. Syafii Antonio, 2007)
Beberapa permasalahan/krisis di beberapa sektor yang melanda dunia ini salah
satunya diakibatkan oleh ketiadaan fungsi kepemimpinan yang menghadirkan
keteladanan.
Dengan tiadanya keteladanan, maka kepemimpinan yang visioner, kompeten, dan
berintegritas juga tidak dapat dihadirkan.
Realitas yang merebak saat ini sebagai bagain dari pemasalahan krisis
keteladanan :
-
Merebaknya korupsi yang dilakukan oleh para Pemimpin/Pejabat, mulai dari
atas sampai bawah
-
Permasalahan-permasalahan di berbagai bidang, termasuk bidang-bidang yang
berkaitan dengan hajat hidup orang banyak
1.2. Mutiara Keteladanan
Yang Penting untuk diingat kembali berkaitan dengan fungsi Kepemimpinan :
Bahwa hakikatnya semua manusia adalah seorang Pemimpin, yang kelak akan
dimintai pertanggungjawabannya oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Ini memaknakan bahwa setiap fungsi dan lingkup kepemimpinan yang diperankan
oleh manusia, baik dalam lingkup kepemimpinan diri sendiri, kelompok,
masyarakat,
agama,
negara,
kesemuanya
kelak
akan
dimintai
pertanggungjawaban dunia dan akhirat.
Teladan Kepemimpinan sejati : Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad merupakan Teladan kepemimpian sejati, karena Rasulullah SAW
adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven
Kepemimpinan holistic Rasulullah : Rasulullah SAW adalah Pemimpin yang mampu
mengembangkan Leadership dalam berbagai bidang termasuk diantaranya : self
development, bisnis dan entrepreneurship, kehidupan rumah tangga yang
harmonis, , tatanan masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat,
system pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, sistem hukum yang
berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta memastikan keamanan dan
perlindungan warga negara.
Kepemimpinan Rasulullah accepted, karena : Diakui oleh lebih dari 1,3 milyar manusia.
Kepemimpinan Rasulullah proven, karena : Sudah terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu
hingga hari ini masih relevan diterapkan.
(M. Syafii Antonio, 2007)
Menurut Syafii Antonio, keteladanan agung dari Rasulullah SAW belum dapat diserap secara
maksimal oleh umat manusia, karena beberapa hal :
1.
Rabun Jauh Orientalis : adanya distorsi image yang muncul dari ekses studi para orientalis
2.
Rabun Dekat kaum Muslim : ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara
lengkap dan holistic baik dimensi social, politik, militer, edukasi, dan legal kemudian
memformulasikan nilai-nilai keteladanan tersebut ke dalam suatu model yang dapat
diteladani dengan mudah.
3.
Prejudice dan Anggapan Apologetik : Adannya jiwa prejudice dan apologetic setiap kali uswah
hasanah Rasulullah SAW akan dibawa keluar dari Masjid dan Mushalla. Seolah-olah tidak ada
hubungan kuat antara Sunnah Rasulullah dan kehidupan bisnis, kebijakan fiscal dan moneter.
Padahal banyak sekali peran Rasulullah dalam dimensi bisnis, social, militer, edukasi, legal
yang penuh dengan muatan keteladanan agung.
Tugas umat manusia : Dengan segala keteladanan agung, inspirasi dan kebijaksanaan
multidimensi dari Rasulullah SAW, maka kemudian menjadi penting bagi masing-masing
Umat untuk terus mengembangkan inspirasi tersebut sesuai dengan dimensi waktu dan
ruang serta dalam radius kekhalifahan yang diemban masing-masing.
II
JEJAK – JEJAK NABI MUHAMMAD
SAW DALAM TEORI LEADERSHIP
DAN MANAGEMENT MODERN
2.2. Membimbing nalar Sekuler ke Arah Spiritualitas
….. Untuk memiliki keinginan dan kemampuan dalam menjaga orang agar
tetap pada jalur yang tepat dan memimpin dengan cara yang benar, tanpa
memandang pada bagian mana dia bekerja dalam perusahaan itu. Pada masa
sekarang, perusahaan yang dipandang paling sukses adalah perusahaan yang
dikelola oleh beberapa orang yang memiliki kepribadian yang sangat karismatik.
Pada perusahaan-perusahaan itu filosofi yang memandu mereka sangat jelas dan
setiap orang dapat memahami dan berkontribusi terhadapnya.
(Jesper Kunde, 2000)
Dewasa ini banyak eksekutif yang berpandangan hidup (world view) dengan
membangun komunitas kerja yang lebih produktif serta organisasi yang efektif
dengan tetap bersentuhan dan menjalankan secara beriringan dimensi spiritual
dalam pekerjaan sehari-hari.
Telah menjadi keharusan bahwasanya urusan bisnis harus dipersatukan dengan
spiritualitas dan nilai-nilai. Bisnis dilakukan untuk melayani kepentingan manusia
dan alam secara umum. Sehingga dengan itu kita mempunyai komitmen terhadap
persoalan-persoalan seperti kelaparan, kerusakan lingkungan, disfungsi personal.
2.3. Hampir Semua Teori Kepemimpinan ada pada Muhammad SAW
4 Fungsi Kepemimpinan yang ditunjukkan dan diteladankan oleh Nabi Muhammad
SAW, yang juga dikembangkan oleh Stephen Covey :
1.
Perintis (Pathfinding)
: Bagaimana upaya sang Pemimpin memahami dan memenuhi kebutuhan
utama para stakeholder-nya, misi dan nilai-nilai yang dianutnya, serta yang
berkaitan dengan visi dan strategi, yaitu kemana perusahaan akan dibawa dan
bagaimana caranya agar sampai ke sana
1.
Penyelaras (Aligning)
:Berkaitan dengan bagaimana pemimpin menyelaraskan keseluruhan system
dalam organisasi perusahaan agar mampu bekerja dan saling sinergis.
1.
Pemberdayaan (Empowering)
: Berhubungan dengan upaya Pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan agar
setiap orang dalam organisasi perusahaan mampu melakukan yang terbaik dan
selalu mempunyai komitmen yang kuat (committed).
4. Fungsi Panutan (modeling)
: Mengungkap bagaimana agar Pemimpin dapat menjadi panutan bagi para
karyawannya. Bagaimana dia bertanggungjawab atas tutur kata, sikap, perilaku,
dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sejauhmana dia melakukan apa yang
dikatakannya.
Berbagai Gambaran Karakter Pemimpin yang Ada Pada Nabi Muhammad (Yang
juga dirumuskan oleh Warren Bennis sebagai Teori Kepemimpinan) :
1.
Visioner (Guiding Vision) : Pemimpin mempunyai ide yang jelas tentang apa
yang Pemimpin inginkan (secara pribadi atau profesional) dan punya kekuatan
untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalan
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Beliau sering memberikan berita gembira
mengenai kemenangan dan keberhasilan yang akan diraih oleh pengikutnyadi
kemudian hari. Visi yang jelas ini mampu membuat para sahabat untuk tetap
sabar dan tabah meskipun perjuangan dan rintangan begitu berat
2. Berkemauan kuat (Passion) : Pemimpin mencintai apa yang Pemimpin
kerjakan, Pemimpin mempunyai kesungguhan yang luar biasa dalam menjalani
hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja, menjalani profesi
dan bertindak.
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Berbagai cara yang dilakukan musuhmusuhnya untuk menghentikan perjuangannya tidak pernah berhasil. Beliau
tetap tabah, sabar, dan sungguh-sungguh.
3. Integritas (Integrity) : Integritas Pemimpin diperoleh dari pengetahuan sendiri,
candor, dan kedewasaan. Pemimpin tahu kekuatan dan kelemahan Pemimpin,
teguh memegang prinsip, dan belajar dari pengalaman bagaimana belajar dari
dan bekerja dengan orang lain
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Nabi Muhammad dikenal memiliki integritas
yang tinggi, berkomitmen terhadap apa yang dikatakan dan diputuskannya, dan
mampu membangun tim yang tangguh seperti terbukti dalam berbagai ekspedisi
militer
4. Amanah : Pemimpin memperoleh kepercayaan dari orang lain
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Nabi Muhammad dikenal sebagai orang yang
sangat terpercaya ( Al Amin) dan ini diakui oleh musuh-musuhnya seperti Abu
Sufyan ketika ditanya Hiraklius (Kaisar Romawi) tentang perilaku Nabi Muhammad
SAW
5. Rasa ingin tahu (Curiosity) : Pemimpin ingin tahu segala hal dan ingin belajar
sebanyak mungkin
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah
untuk belajar (Iqra’)
6. Berani (Courage) : Pemimpin berani mengambil resiko, bereksperimen, dan
mencoba hal-hal baru
Aplikasi dari Nabi Muhammad : Kesanggupan memikul tugas kerasulan dengan
segala resiko adalah keberanian yang luar biasa
Ketrampilan-Ketrampilan Kepemimpinan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, yang
ketrampilan-ketrampilan Kepemimpinan dikemukakan oleh Burt Nanus :
1.
Berpandangan Juah ke Depan : Mata seorang pemimpin terus memandang
horizon yang jauh, meskipun kaki Pemimpin sedang melangkah ke arahnya
Bentuk Ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Ketika sedang menggali parit
(khandaq) di sekitar kota Madinah beliau “melihat” kejayaan Muslim mencapai
Syam, Parsi, dan Yaman
2. Menguasai Perubahan : Pemimpin mengatur kecepatan, arah, dan irama
perubahan dalam organisasi sehingga pertumbuhan dan evolusinya seiring
dengan perubahan dari luar
Bentuk Ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Hijrah ke Madinah
merupakan suatu
perubahan yang diprakarsai Rasulullah dan mampu
mempengaruhi peta dan arah peradaban dunia
3. Desain Organisasi : Pemimpin adalah seorang pembangun Organisasi yang
mempunyai kewenangan dan mampu mewujudkan visi yang diinginkan
Bentuk ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Beliau mendesain bentuk tatanan
social baru di Madinah segera sesudah beliau hijrah ke kota itu. Misalnya
mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, menyusun Piagam Madinah, dan
membangun Pasar dan Masjid
4. Pembelajaran Antisipatoris : Pemimpin merupakan pembelajar seumur hidup
yang berkomitmen untuk mempromosikan pembelajaran organisasi
Bentuk ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Rasulullah selalu mendorong
untuk selalu belajar sepanjang hidup. Sabdanya, “Tuntutlah ilmu sejak dari
buaian Ibu sampai liang lahat”
5. Inisiatif : Pemimpin mendemonstrasikan kemampuan untuk membuat berbagai
hal menjadi kenyataan
Bentuk ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Penaklukkan Mekkah dengan
damai merupakan bukti keberhasilan kepemimpinan Rasulullah SAW
6. Penguasaan Interdependensi : Pemimpin menginspirasi orang lain untuk saling
berbagi gagasan dan kepercayaan, untuk berkomunikasi dengan baik dan rutin,
dan mencari pemecahan masalah secara kolaboratif.
Bentuk ketrampilan kepemimpinan Rasulullah : Rasul sering meminta pendapat
para Sahabat dalam persoalan-persoalan strategis misalnya dalam penentuan
strategi perang dan urusan social kemasyarakatan.
7. Standar integritas yang tinggi : Peloyal,Pemimpin fair, jujur, toleran,
terpercaya, peduli, terbuka, loyal, dan berkomitmen terhadap tradisi masa lalu
yang terbaik
Bentuk ketrampilan kepemmpinan Rasulullah : Rasulullah seorang yang adil
dalam memutus perkara, jujur, dan toleran terhadap penganut agama lain
Ketrampilan Pemimpin berbasis nilai menurut James O’Toole’s yang dapat ditemukan
pada Rasulullah SAW :
1.
Integrity (Integritas) : Pemimpin tidak pernah kehilangan pandangan
Bentuk ketrampilan kepemimpinan dan karakteristik Rasulullah : Rasulullah tidak
pernah kehilangan semangat meskipun tekanan dan permusuhan datang dari segala
arah, hal ini terbukti dalam perang Hunain dan Uhud
2. Trust (Kepercayaan) : Pemimpin merefleksikan nilai-nilai dan aspirasi pengikut
Pemimpin. Pemimpin menerima kepemimpinan sebagai suatu tanggung jawab, bukan
prestise. Pemimpin melayani.
Bentuk ketrampilan kepemimpinan dan karakteristik Rasulullah : Sejak muda
Rasulullah dikenal sebagai orang yang sangat dipercaya. Rasulullah pernah dipercaya
untuk menyelesaikan persoalan peletakan Hajar Aswad yang hampir menimbulkan
pertikaian di kalangan suku-suku Quraisy
3. Listening (Mendengarkan) : Pemimpin mendengarkan orang-orang yang dilayaninya,
tetapi Pemimpin tidak terpenjara oleh opini public. Pemimpin mendorong.
Bentuk ketrampilan kepemimpinan dan karakteristik Rasulullah : Rasulullah sangat
mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan.Termasuk dalam perang
Badar, Uhud, dan Khandaq.
Kecerdasan Rasulullah SAW yang lengkap
Rasulullah dikenal sebagai seorang yang memiliki akhlak mulia (akhlaqul
karimah). Hal itulah yang kemudian masyarakat menggelari Rasulullah sebagai Al
Amin (Orang yang terpercaya)
Keluhuran akhlak adalah salah satu factor kesuksesan Rasulullah sebagai pribadi,
pemimpin keluarga, bisnis, dan masyarakat.
Akhlak atau moral merupakan factor utama bagi kesuksesan seseorang atau
perusahaan yang dapat bertahan lama.
Menurut Doug Lennick dan Pred Kiel (dalam buku mereka “Moral Intelligence,
Enhancing Business Performance & Leadership, 2005), Kecerdasan moral
merupakan factor yang utama dalam meningkatkan kesuksesan seseorang atau
organisasi.
Berbeda dengan IQ dan EQ yang bebas nilai dan dapat digunakan untuk tujuantujuan yang tidak baik, kecerdasan moral semata-mata digunakan untuk
melakukan hal-hal yang baik saja. Meskipun demikian,antara IQ, EQ dan
kecerdasan moral merupakan jenis kecerdasan yang sifatnya sinergis, yang
berarti bahwa masing-masing tidak dapat bekerja secara efektif tanpa adanya
yang lain.
Rasululullah SAW merupakan orang yang paling lengkap kecerdasannya. Apapun teori
kecerdasan yang dikemukakan oleh para ahli kecerdasan modern, akan ditemukan pada diri
Rasulullah SAW baik itu berupa IQ, kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ),
kecerdasan social (Social Intelligence), Adversity Quotient (AQ), dan sebagainya.
Rasulullah SAW adalah Teladan Terbaik
Menurut konsep Neuro Linguistic Programming/NLP (penyusunan bahasa saraf),
Jalan terbaik menuju kesuksesan adalah meniru perilaku orang sukses. Ini
berdasarkan premis dalam konsep NLP yang menatakan bahwa :segala sesuatu
yang dapat Anda lakukan, saya juga bisa melakukannya” yaitu dengan menirunya.
Rasulullah SAW adalah teladan yang baik dalam berbagai aspek kehidupan.
DEFINISI DAN DESKRIPSI KEPEMIMPINAN
Evolusi Definisi Kepemimpinan
- 1900-1929 : Definisi Kepemimpinan Menekankan control dan sentralisasi kekuasaan
dengan tema umum tentang dominasi
Contoh : Di Konferensi tentang Kepemimpinan pada tahun 1927, Kepemimpinan
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menekankan hasrat pemimpin terhadaporang
yang dipimpin dan mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerjasama
(Moore, 1927, hal.124)
-
1930-an
Sifat menjadi focus untuk mendefinisikan kepemimpinan, dengan padangan yang
berubah tentang kepemimpinan sebagai pengaruh, bukan dominasi. Kepemimpinan
juga didefinisikan sebagai interaksi karakter kepribadian khusus yang dimiliki
seseorang dengan yang dimiliki kelompok. Dicatat juga bahwa walaupun sikap dan
aktivitas dari banyak orang dipengaruhi oleh satu orang, para pengikut juga
memengaruhi pimpinannya.
1940-an :
Pendekatan muncul kemuka dengan kepemimpinan yang didefinisikan sebagai
perilaku individu saat mengarahkan aktivitas kelompok (Hemphill,1949). Di waktu
yang sama, kepemimpinan dengan persuasi dibedakan dari “sikap dan metode
dalam mengawasi orang” atau kepemimpinan dengan pemaksaan (Copeland,
1942).
1950-an :
Tiga tema yang mendominasi definisi kepemimpinan selama dekade ini :
-
Keberlangsungan teori kelompok yang membentuk kepemimpinan sebagai apa
yang dilakukan pemimpin dalam kelompok
-
Kepemimpinan sebagai hubungan yang mengembangkan tujuan bersama, yang
mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan pada perilaku pemimpin
-
Keefektifan, di mana kepemimpinan didefinisikan oleh kemampuan untuk
memengaruhi seluruh keefektifan kelompok
1960an :
Walaupun merupakan masa-masa yang kacau untuk masalah dunia, tahun 1960an terdapat keselarasan di kalangan ahli kepemimpinan. Definisi utama tentang
kepemimpinan sebagai perilaku yang memengaruhi orang-orang untuk mencapai
tujuan bersama, telah digarisbawahi oleh Seeman (1960) yang menggambarkan
kepemimpinan sebagai “tindakan oleh orang-orang yang memengaruhi orang lain
dalam arah yang sama” (h.53).
1970an :
Fokus kelompok memberi jalan untuk pebdekatan perilaku organisasional, di
mana kepemimpinan dilihat sebagai “membentuk dan mempertahankan
kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasional (Rost,
1991.h.59). Tetapi definisi Burns(1978) merupakan konsep terpenting tentang
kepemimpinan : Kepemimpinan adalah proses mobilisasi timbal balik oleh orangorang dengan motif dan nilai tertentu, beragam sumber daya ekonomi, politik,
dan lainnya, dalam konteks persaingan dan konflik, untuk menyadari tujuan yang
dimiliki secara mandiri atau bersama oleh pemimpin dan pengikut” (h.425.).
1980-an :
Dekade ini dipenuhi dengan karya akademisi dan karya popular tentang
kepemimpinan, sehingga topic ini menjadi pusat perhatian akademisi dan publik.
Sebagai hasilnya, sejumlah definisi untuk kepemimpinan menjadi terlalu
berlebihan dengan sejumlah tema yang tetap ada :
-
Lakukan seperti yang diminta Pemimpin. Definisi kepemimpinan umumnya
tetap menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan membuat pengikut
melakukan apa yang diinginkan atasan.
-
Pengaruh. Mungkin, kata yang paling sering digunakan dalam definisi
kepemimpinan di era 1980an adalah pengaruh. Kata itu dianalisis dari setiap
sudut pandang. Bagaimanapun, dalam upaya untuk membedakan
kepemimpinan dari Manajemen, akademisi menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah pengaruh yang tidak bersifat memaksa.
-
Sifat. Dicetuskan oleh buku laris In Search of Excellence (Peter & Waterman,
1982), gerakan kepemimpinan-sebagai-kehebatan membuat membuat sifat
kepemimpinan kembali menjadi sorotan. Sebagai hasilnya, banyak
pemahaman orang tentang kepemimpinan didasarkan pada orientasi sifat.
-
Transformasi. Burns (1978) dipuji karena memulai gerakan yang
mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses transformasional. Definisi
tersebut menyatakan, kepemimpinan terjadi “ketika satu atau lebih orang
terlibat dengan orang lain dalam cara tertentu, sehingga pemimpin dan
pengikutnya saling mengangkat ke tingkatan motivasi dan moralitas yang lebih
tinggi” (h.83).
-
Memasuki Abad 21
-
Setelah ketidakcocokan selama berpuluh tahun, pakar kepemimpinan sepakat
tentang satu hal : Mereka tidak dapat menghasilkan suatu definisi bersama
untuk kepemimpinan. Debat pun terus terjadi, seperti apakah kepemimpinan
dan manajemen merupakan proses terpisah, sementara yang lain menekankan
pada sifat, keterampilan, atau aspek hubungan kepemimpinan. Karena faktor
seperti pengaruh global yang berkembang dan perbedaan generasional, maka
kepemimpinan akan terus memiliki makna yang berbeda untuk orang yang
berbeda. Intinya, kepemimpinan adalah konsep yang kompleks sehingga suatu
definisi yang pasti akan sulit didapat.
-
Sumber : Diadaptasi dari Leadership for the Twenty-First Century, by J.C.
Rost, 1991, New York Praenger.
Definisi dan Komponen
Komponen-komponen fenomena Kepemimpinan :
a.
Kepemimpinan adalah proses
b.
Kepemimpinan melibatkan pengaruh
c.
Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok
d.
Kepemimpinan melibatkan tujuan yang sama
Kepemimpinan adalah proses di mana individu memengaruhi sekelompok individu
untuk mencapai tujuan bersama
DESKRIPSI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Sifat (Trait) versus Proses
Kepemimpinan Sifat : Sudut pandang Sifat membuat konsep kepemimpinan
sebagai materi atau kumpulan materi yang dimiliki dalam tingkatan berbeda oleh
orang yang berbeda (Jago,1982). Ini menyatakan bahwa sifat ada di dalam orang
tertentu, dan membatasi kepemimpinan hanya bagi mereka yang dipercaya memiliki
kecakapan khusus, yang biasanya dimiliki sejak lahir.
Sudut Pandang Proses : Kepemimpinan adalah suatu fenomena yang terletak di
dalam konteks tentang interaksi antara pemimpin dan pengikut, serta membuat
kepemimpinan dapat dimiliki oleh semua orang. Sebagai suatu proses,
kepemimpinan dapat diamati dalam perilaku pemimpin (Jago,1982), dan dapat
dipelajari.
Kepemimpinan yang Ditetapkan Versus yang Muncul secara Alami
Ketika orang lain menganggap seseorang sebagai anggota kelompok atau
organisasi yang paling berpengaruh, apapun jabatan orang itu, maka orang itu
menunjukkan kepemimpinan yang muncul secara alami.
Jenis kepemimpinan ini tidak ditentukan olwh posisi. Jenis kepemimpinan ini
muncul selama suatu periode tertentu lewat komunikasi. Sejumlah perilaku
komunikasi positif yang penting bagi munculnya pemimpin yang sukses antara
lain terlibat dalam percakapan, memiliki informasi, mencari pendapat orang lain,
mencetuskan ide baru, dan tegas tetapi tidak ketat (Fisher, 1974).
Selain perilaku komunikasi, peneliti telah mendapati bahwa kepribadian
memainkan peran dalam kemunculan kepemimpinan.
Kepemimpinan dan Kekuasaan
Lima Dasar Kekuasaan (French dan Raven) :
a.
Kekuasaan Rujukan : Berdasarkan identifikasi pengikut dan rasa suka kepada
pemimpin. Seorang Guru yang dipuja oleh siswanya memiliki kekuasaan
rujukan.
b.
Kekuasaan Pakar : Berdasarkan pada persepsi pengikut tentang kecakapan
kepemimpinan. Seorang pemandu wisata yang memiliki pengetahuan tentang
negara asing memiliki kekuasaan pakar.
c.
Kekuasaan Sah : Dikaitkan dengan status yang dimiliki atau otoritas jabatan
resmi. Seorang hakim yang memimpin sidang di dalam ruang sidang memiliki
kekuasaan sah.
d.
Kekuasaan Imbalan : Dihasilkan dari kapasitas yang dimiliki untuk memberikan
imbalan kepada orang lain. Seorang penyelia yang memberi imbalan kepada
karyawan yang telah bekerja keras memiliki kekuasaan imbalan
e.
Kekuasaan yang Memaksa : Dihasilkan dari kapasitas untuk memberi hukuman
kepada orang lain. Seorang pelatih yang menghukum pemainnya dengan tidak
boleh bermain karena terlambat latihan menggunakan kekuasaan yang
memaksa
Kepemimpinan dan Manajemen
Perbedaan Fungsi Manajemen dan Fungsi Kepemimpinan menurut Kotter (1990) :
Fungsi dominan Manajemen adalah untuk menyediakan keteraturan dan
konsistensi untuk organisasi, sementara fungsi utama kepemimpinan adalah
untuk menghasilkan perubahan dan pergerakan. Manajemen itu berusaha
mencapai keteraturan dan stabilitas, kepemimpinan berusaha mencapai
perubahan yang adaptif dan membangun
Contoh : bila suatu organisasi memiliki manajemen yang kuat tanpa
kepemimpinan, hasilnya bisa bersifat birokratis dan menghambat. Sebaliknya,
bila organisasi memiliki kepemimpinan yang kuat tanpa manajemen, hasilnya
bisa berupa perubahan yang keliru atau tidak bermakna, yang semata-mata
dilakukan demi perubahan itu sendiri. Agar efektif, organisasi perlu memupuk
manajemen yang kompeten dan kepemimpinan yang terampil.
Manajemen Menghasilkan Keteraturan
dan Konsistensi
Kepemimpinan Menghasilkan
Perubahan dan Pergerakan
Perencanaan dan Anggaran
Menentukan Arah
- Membuat rencana
- Menetapkan jadwal kerja
- Mengalokasikan sumber daya
- Menciptakan visi
- Menjelaskan gambaran besar
- Menetapkan strategi
Pengorganisasian dan Penetapan Staf
Menyatukan Orang-orang
- Menyediakan struktur
- Membuat penempatan kerja
- Membuat peraturan dan prosedur
- Mengomunikasikan tujuan
- Mencari komitmen
- Membangun tim dan koalisi
Mengontrol dan Memecahkan Masalah
Memotivasi dan Memberi Inspirasi
- Mengembangkan insentif
- Membuat solusi kreatif
- Melakukan tindakan perbaikan
- Menginspirasi dan menyemangati
- Memberdayakan pengikut
- Memenuhi kebutuhan yang belum
terpenuhi
Manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatu dengan benar, sementara
pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar (Bennis dan Nanus,
h.221)
Rost (1991) juga mendukung perbedaan antara Kepemimpinan dan
Manajemen. Dia menyatakan, kepemimpinan adalah hubungan pengaruh banyak
arah, dan Manajemen adalah hubungan otoritas satu arah. Kepemimpinan terkait
dengan proses untuk mengembangkan tujuan bersama, dan manajemen
ditujukan untuk mengoordinasikan aktivitas guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.
II
SELF DEVELOPMENT &
PERSONAL
LEADERSHIP
“Anda tidak akan mampu memimpin orang lain jika Anda tidak mampu memimpin diri
sendiri”
Keberhasilan kepemimpinan Rasululullah SAW di berbagai bidang, tidak terlepas dari
kemampuannya dalam memimpin dirinya sendiri.
Pendidikan kepemimpinan Rasululullah SAW dimulai ketika beliau diasuh oleh
kakeknya, Abdul Muthalib (M. Syafii Antonio, 2007)
Setelah Abdul Muthalib meninggal, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Abu Thalib,
pamannya.
Pada saat diasuh oleh Abu Thalib inilah Nabi Muhammad kemudian banyak melakukan
kegiatan perdagangan bersama Abu Thalib, dan bahkan mengikuti pula perjalanan
dagang ke luar Makkah, seperti ke Suriah Yaman, sehingga pergaulan Nabi Muhammad
sangat luas.
Pada masa inilah Nabi Muhammad diberi gelar Al Amin (Yang dapat dipercaya) oleh
Penduduk Makkah, karena beliau dikenal sebagai orang yang jujur dan teguh
memegang janji.
1.
Pentingnya Self Leadership
Proses pembelajaran kepemimpinan yang memadai adalah selain mengetahui
kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk memimpin suato organisasi, juga
harus memahami bagaimana cara mendapatkan dan menumbuhsuburkan
kompetensi-kompetensi itu.
Sehingga sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan keberanian untuk
mewujudkan pengetahuan-pengetahuan/teori-teori ke dalam bentuk nyata. Dan
keberanian hanya bisa datang dengan tingkat kesadaran seseorang, yang untuk
mencapainya seseorang tersebut harus dapat memahami dan mengalami tingkat
kesadaran yang mendalam dan tingkat identitas diri yang lebih tinggi, sebagai
prasyarat bagi pengembangan kompetensi dalam memimpin orang lain.
Disinilah perlunya kemampuan memimpin diri (self leadership). Rasulullah
SAW mengingatkan tentang perlunya kompetensi penguasaan terhadap diri
sendiri. Menurut Rasulullah SAW, Peprengan yang terbesar adalah peperangan
melawan diri sendiri.
Self Leadership intinya adalah kemampuan diri dalam mengendalikan hawa
nafsu (M. Safii Antonio, 2007).
2. Self Leadership dan Self Discipline
Self Leadership merupakan dasar dari segala bentuk kepemimpinan. Self
Leadership yang berarti juga Self discipline (menegakkan disiplin atas diri
pribadi) merupakan aktivitas yang paling berat karena berkaitan dengan diri
sendiri dan tidak melibatkan orang lain.
3. Hubungan Self Leadership dan Organizational Leadership
Memimpin diri sendiri berarti mengembangkan kemampuan dan proses untuk
mengalami tingkat pengenalan diri yang lebih tinggi, melebihi tingkat ego rektif.
Hal ini akan memfasilitasi perjalanan menuju ke keberanian untuk proaktif dan
pada akhirnya membawa kepada kesadaran kreatif, suatu perpaduan antara
kecerdasan intelektual, intuitif, dan emosi. Hal ini yang memungkinkan
seseorang untuk mampu mengelola hubungan dengan orang lain, peristiwa,
gagasan, yang kesemuanya merupakan esensi dari kepemimpinan.
4. Self leadership dan Stress Management
Manfaat dari Self leadership yang efektif adalah munculnya keberanian dalam arti
luas, yaitu : berani memiliki mimpi besar, berani untuk melangkah, dan berani untuk
menghadapi segala resiko yang akan menghadang.
Cara untuk menumbuhkan keberanian adalah dengan mengelola dinamika batin serta
meredam rasa takut kalah atau kehilangan (fear of loosing).
Untuk mewujudkan puncak performa kerja sekaligus mencapainya dengan
kebahagiaan secara berkelanjutan adalah dengan memahami dan mempelajari
bagaimana mengelola dan memimpin dinamika batin seseorang maupun diri sendiri.
Teladan Rasulullah SAW :
a.
Rasulullah menenangkan Abu Bakar ketika terjebak di Gua Tsur dalam perjalanan
ke Madinah
b.
Rasulullah tidak gentar mengirimkan utusan ke beberapa penguasa di jazirah Arab,
terhadap kemungkinan reaksi marah dari para Penguasa tersebut. Kemudian
terbukti misi Rasul tersebut berhasil dan Madinah mulai mendapatkan tempat dan
dirasakan eksistensinya di percaturan politik Timur tengah pada saat itu.
Esensi dari leadership :
1.
Mengenali (recognizing)
2.
Menemukan (discovering)
3.
Mengidentifiksi diri yang sesungguhnya.
Kepemimpinan adalah bagaimana seseorang mempunyai kebiasaan proaktif dan
kreatif.
Untuk menemukan diri yang seutuhnya , menenangkan emosi diri, menimbulkan
perasaan positif dan senang, Dalam ajaran Islam cara praktisnya adalah dengan
media Zikir, Zikir Asmaul Husna, Shalat, Tafakkur, dan Puasa.
Tahapan Pengelolaan Kinerja Diri untuk mencapai kinerja
puncak :
Asmaul Husna,
Zikir, Shalat,
Self Discovering
Self Motivation
Tafakur, Puasa,
I’tikaf, Muhasabah
Self Energizing
Peak Performance
5. Mulai dari Diri Sendiri
Menurut Rasulullah SAW, Kepemimpinan dimulai dari diri sendiri.
6. Penutup
Kesuksesan dalam memimpin diri dan mengatasi berbagai rintangan dalam
memimpin diri sendiri akan membuka jalan bagi kesuksesan dalam
kepemimpinan-kepemimpinan lainnya yang melibatkan orang lain.
III
NABI MUHAMMAD SAW
SEBAGAI PEMIMPIN
BISNIS DAN
ENTREPRENEURSHIP
1. Jiwa Kewirausahaan Nabi Muhammad telah terbentuk sejak kecil
Kisah hidup Nabi Muhammad yang telah menjadi Yatim Piatu semenjak usia 8
tahun, telah menempa beliau untuk menjalani kehidupan dengan lebih
mengedepankan aspek kemandirian.
Dan memang sebagaimana menurut M. Syafii Antonio, Kewirausahaan
(Entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses yang
panjang dan dimulai sejak beliau masih kecil. Ini sejalan dengan hasil penelitian
Collin dan Moores (1964) dan Zaleznik (1976) yang menyatakan bahwa apa yang
terjadi pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan seseorang akan membuat
perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya.
Untuk menjadi seorang Pemimpin atau Wirausahawan yang tangguh, pengalaman
masa kecil itu tidak selamanya positif atau menyenangkan. Dalam penelitian
Manfred Kets De Vries (1995) disimpulkan bahwa kerasnya kehidupan masa kecil
membentuk dorongan untuk memimpin
Kisah hidup Nabi Muhammad di masa kecil yang telah menempa jiwa
kepemimpinan dan kewirausahaan Beliau :
1.
Umur 6 tahun telah menjadi Yatim Piatu
2.
Setelah menjadi Yatim Piatu, diasuh oleh Abdul Muthalib, tapi tidak
berlangsung lama, karena Abdul Muthalib wafat
3.
Diasuh oleh Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad SAW/putra Abdul Muthalib,
yang mana merupakan salah satu putra Abdul Muthalib yang berkehidupan
sederhana
4.
Nabi Muhammad di usia kecil telah banyak membantu ekonomi keluarga Abu
Thalib dalam kehidupan sehari-hari dengan bekrja “serabutan” kepada
penduduk Mekkah.
5.
Menggembala ternak kambing, yang mana aktivitas ini merupakan pekerjaan
yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik
FUNGSI LEADERSHIP PENGGEMBALA :
PATHFINDING
DIRECTING
MENCARI
MENGARAHKAN
MENCARI PADANG
GEMBALAAN YANG
SUBUR
MENGGIRING TERNAK KE
PADANG GEMBALAAN
CONTROLLING
MENGAWASI
AGAR TIDAK TERSESAT
ATAU TERPISAH DARI
KELOMPOK
PROTECTING
MELINDUNGI
DARI HEWAN PEMANGSA
DAN PENCURI
REFLECTING
PERENUNGAN
ALAM, MANUSIA
DAN TUHAN
2. Perjalanan Dagang Nabi Muhammad SAW
Karir bisnis Nabi Muhammad dimulai ketika pada usia 12 tahun, beliau ikut
pamannya berdagang ke Syria. Pola saat itu adalah magang (internship).
Menjelang dewasa, kemudian memutuskan perdagangan sebagai karirnya, dengan
memulai berdagang kecil-kecilan di kota Mekkah.
Awalnya dengan membeli barang dari satu pasar dan kemudian menjualnya
kepada orang lain. Setelah itu kemudian kalangan kalangan investor dan janda
kaya yang tidak mampu untuk menjalankan sendiri Bisnisnya, mempercayakan
kepada Nabi Muhammad untuk menjalankan bisnisnya. Pola yang digunakan
adalah dengan upah (fee based) maupun dengan sistembagi hasil (profit sharing)
Dalam melaksanakan bisnisnya tersebut, Nabi Muhammad memeprkaya diri
dengan kejujuran, keteguhan memegang janji dan sifat-sifat mulai lainnya.
Penduduk Makkah banyak yang kemudian membuka peluang kemitraan dengan
Nabi Muhammad, salah satunya adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri Nabi
Muhammad. Dalam kemitraan bisnis tersebut, Khadijah berperan sebagai
pemodal (shahibul mal), sedangkan Nabi Muhammad sebagai pengelola
(mudharib)
28 tahun lamanya nabi Muhammad SAW menjalankan usaha dagang. Wilayahnya
meliputi Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain, dan kota-kota perdagangan
di Jazirah Arab lainnya.
Pada usia muda Nabi Muhammad telah menjadi pedagang regional karena daerah
perdagangannya meliputi hamper seluruh Jazirah Arab.
Perdangan dilakukan secara regional dalam rangka untuk mengembangkan dan
mempertahankan langganan serta mitra bisnis.
3. Bisnis setelah menikah
Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad berperan sebagai business
owner
PERIODE ENTREPRENEURSHIP & KERASULAN
PERIODE
USIA
DURASI
Masa kanak-kanak
0-12 tahun
12 tahun
Enterpreneurship
(berdagang)
12-37 tahun
25 tahun
Berkontemplasi dan
refleksi
37-40 tahun
3 tahun
Masa kerasulan
40-63 tahun
23 tahun
Contoh Perdagangan oleh Nabi Muhammad
Bisnis utama Nabi Muhammad SAW selama masa sebelum kenabian dan sesudah
kenabian pada umunya di bidang perdagangan.
Berdasarkan catatan sejarah, antara masa awal kenabian dan hijrah ke Madinah,
Nabi Muhammad SAW lebih banyak melakukan transaksi pembelian. Sedangkan
transaksi penjualan lebih banyak dilakukan ketika beliau di Madinah.
Contoh transaksi penjualan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah menjual
dengan cara lelang (auction).
Dalam melakukan transaksi pembelian, kadangkala Nabi Muhammad SAW
menggunkan system kredit. Sebagai tanda terimakasihnya terhadap orang yang
telah rela memberi tansaksi kredit kepadanya, Nabi Muhammad seringkali
membayar hutangnya dengan melebihi harga yang diperoleh. Bahkan dalam
perjalanan waktu beliau sangat menganjurkan kepada para sahabat agar
melebihkan pembayaran hutangdengan syarat tidak ada perjanjian di awal
transaksi yang dapat menyebabkan riba (M. Syafii Antonio, 2007)
Nabi Muhammad sering memotivasi para Sahabat untuk berwirausaha, Beliau
mengatakan : “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan
kewajiban, di samping sejumlah tugas lain yang telah diwajibkan.
Nabi Muhammad juga mengatakan : Tidak ada satu pun makanan yang lebih baik
daripada yang dimakan dari hasil keringat sendiri
Kekayaan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad pernah merasakan beberapa keadaan dalam sejarah
kehidupannya : dalam keadaan kaya, dalam keadaan berkekurangan, dan dalam
keadaan sedang. Masing-masing untuk memberikan contoh kepada umat untuk
bagaimana menyikapi beberapa keadaah tersebut.
Teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad pada saat dalam keadaan kaya :
-
Bagaimana cara memperoleh harta yang baik
-
Mensyukuri kekayaan
-
Membelanjakan di jalan yang benar
Teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad pada saat dalam keadaan
berkekurangan :
-
Bagaimana cara bersabar dan menjaga kehormatan dalam keadaan
berkekurangan
-
Bagaimana keluar dari jeratan berkekurangan dengan cara yang baik
Nabi Muhammad telah memiliki kekayaan yang cukup besar sejak sebelum
menikah, ini terlihat dari jumlah mahar yang dibayarkannya ketika menikahi
Khadijah. Konon Nabi Muhammad menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai
mahar. Menurut satu riwayat ditambah dengan12 uqiyah (ons) emas.
Kekayaan Nabi Muhammad semakin bertlambah setelah menikah dengan Khadijah
, karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah, dan terus dikembangkan
melalui perdagangan.
Setelah menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW lebih sibuk berdakwah daripada
mengurusi perdagangan. Nabi Muhammad lebih banyak menggunakan harta
kekayaan di jalan Allah seperti menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta
proyek-proyek social lainnya.
Rasulullah wafat dengan penuh kesederhanaan
Pada saat sakit di hari-hari menjelang wafatnya, Nabi Muhammad memiliki harta
7 dinar, kemudian beliau meminta agar harta tersebut disedekahkan. Kemudian
semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir miskin di kalangan Muslim.
Menurut Abu Bakar, Nabi Muhammad pernah menyampaikan bahwa harta yang
dimiikili oleh Nabi tidak akan diwariskan tetapi untuk disedekahkan. Itulah
sebabnya terkait dengan peninggalan tanah Nabi di Fadak dan di Khaibar, pada
saat Fatimah putri Nabi meminta kepada Abu Bakar terkait tanah tersebut, Abu
Bakar menjawab sesuai dengan apa yang Nabi Muhammad pernah sampaikan
kepadanya.
Dari situlah, tergambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW wafat dengan tidak
meninggalkan kekayaan duniawi kepada siapapun.Ia pergi melepaskan dunia ini
seperti ketika ia dating. Yang diwariskan oleh Rasul adalah Al – Quran dan
Sunnahnya sebagai pedoman bagi umat manusia.
Pelajaran dari kisah
Entrepreneurship :
Nabi
Muhammad
sebagai
Pemimpin
Bisnis
dan
1.
Modal utama dalam berusaha adalah membangun kepercayaan dan dapat
dipercaya (Al Amin). Jadi modal utamanya bukanlah uang.
2.
Memiliki kompetensi dan kemampuan teknis uang terkai dengan usaha.
Sebagaimana teladan Nabi Muhammad yang mengenal dengan baik pasarpasar dan tempat-tempat perdagangan di Jazirah Arab. Beliau juga
mengetahui seluk beluk aktivitas perdagangan dan perekonomian. Beliau
mengetahui untungnya perdagangan dan bahayanya riba sehingga beliau
menganjurkan jual beli dan menghapuskan system riba.
Teori-teori Ekonomi dan Manajemen modern jua telah banyak membuktikan
teladan-teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad, sehingga teori-teori
tersebut juga berkiblat kepada ajaran-ajaran Rasulullah SAW tentang bagaimana
seharusnya roda ekonomi digerakkan dan bagaimana bisnis itu dijalankan.
IV
PENDEKATAN SIFAT
(TRAIT)
Deskripsi
Pendekatan Sifat merupakan salah satuupaya sistematis pertama untuk memelajari
kepemimpinan. Di awal abad ke 20, sifat kepemimpinan dipelajari untuk menentukan
apa yang membuat sejumlah orang tertentu menjadi pemimpin hebat.
Kesimpulan yang paling bagus berkaitan dengan Pendekatan Sifat, diantara penelitian
yang pernah dilakukan sepanjang abad ke 20, adal hasil dari Survey Stogdil (1948,
1974).
Survey pertama Stogdill mengidentifikasikan 8 sifat yang mempunyai keterkaitan
dengan kepemimpinan :
1.
Kecerdasan
2.
Kepekaan
3.
Wawasan
4.
Tanggung Jawab
5.
Inisiatif
6.
Ketekunan
7.
Keyakinan diri
8.
Kemampuan bersosialisasi
Survey pertama Stogdill juga menyatakan bahwa individu tidak menjadi
pemimpin semata-mata karena individu itu memiliki sifat tertentu. Justru sifat
yang dimiliki pemimpin harus selaras dengan dengan situasi di mana pemimpin
itu menjalankan fungsinya. Seperti diyatakan sebelumnya, Pemimpin di dalam
satu situasi tidak otomatis menjadi pemimpin di situasi lain.
Temuan menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan kondisi yang pasif, tetapi
dihasilkan dari hubungan yang efektif antara pemimpin dan anggota kelompok.
Penelitian ini menandai awal pendekatan baru untuk penelitian kepemimpinan
yang berfokus pada perilaku kepemimpinan dan situasi kepemimpinan.
Survey kedua Stogdill (1974) menyatakan bahwa factor kepribadian dan
situasional, keduanya merupakan factor penentu kepemimpinan.
Intinya Survey kedua menegaskan ide awal, yaitu sifat Pemimpin benar-benar
merupakan bagian dari kepemimpinan.
Survey kedua Stogdill mengidentifikasi Sifat yang secara positif dikaitkan dengan
Kepemimpinan :
1.
Hasrat untuk melaksanakan tanggung jawab dan penyelesaian tugas
2.
Semangat dan tekun dalam mengejar tujuan
3.
Berani mengambil resiko dan kreatif dalam memecahkan masalah
4.
Bersedia untuk melaksanakan inisiatif dalam situasi sosial
5.
Yakin dan paham akan identitas diri
6.
Bersedia menerima konsekuensi atas keputusan dan tindakan
7.
Siap untuk memahami stress antar pribadi
8.
Bersedia untuk menoleransi rasa frustrasi dan penundaan
9.
Mampu untuk memengaruhi perilaku orang lain
10.
Mampu untuk membentuk system interaksi sosial demi demi tujuan yang ada
Mann (1959) juga menyatakan bahwa karakter kepribadian bisa digunakan untuk
membedakan pemimpin dari bukan pemimpin.
Hasilnya mengidentifikasikan bahwa pemimpin memiliki kelebihan dalam enam
sifat, yaitu :
1.
Kecerdasan
2.
Maskulinitas
3.
Penyesuaian
4.
Kekuasaan
5.
Sifat Ekstrovert
6.
Aliran konservatif
Kirkpatrick dan Locke (1991) menyatakan bahwa Pemimpin berbeda dari bukan
pemimpin dalam enam sifat :
1.
Hasrat
2.
Motivasi
3.
Integritas
4.
Keyakinan diri
5.
Kemampuan kognitif
6.
Pengetahuan akan tugas
Menurut keduanya, sifat-sifat tersebut busa merupakan bawaan sejak lahir tetapi
juga dapat dipelajari.
Pada tahun 1990 an Peneliti mulai meneliti sifat kepemimpinan yang dikaitkan
dengan “kecerdasan sosial”, yang ditandai dengan kemampuan untuk memahami
perasaan, perilaku, dan pemikiran diri sendiri serta orang lain dan untuk
bertindak dengan tepat.
Zaccaro (2002) mendefinisikan kecerdasan sosial sebagai memiliki kecakapan
seperti kepekaan sosial, kemampuan untuk memilih serta memberi respons
terbaik berdasarkan situasi dan lingkungan sosial sekitar.
Zaccaro, Kemp, dan Bader (2004) menyatakan bahwa Kecakapan sosial termasuk
ke dalam kategori sifat kepemimpinan yang penting.
Kajian tentang Sifat dan Karakter Kepemimpinan
Stogdil
(1948)
Mann
(1959)
Stogdill
(1974)
Lord,
DeVader,
and Alliger
(1986)
Kirkpatrick
and Locke
(1991)
Zaccaro,
Kemp, and
bader
(2004)
Kecerdasan,
kepekaan,
wawasan,
tanggung
jawab,
inisiatif,
ketekunan,
keyakinan
diri,
kemampuan
bersosialisa
si
Kecerdasan,
maskulinita
s,
penyesuaia
n,
kekuasaan,
sifat
eksrovert,
aliran
konservatif
Orientasi
pada
keberhasila
n,
ketekunan,
pemahaman
, inisiatif,
keyakinan
diri,
tanggungja
wab, sikap
suka
bekerjasam
a,
toleransi,
pengaruh,
kemampuan
Kecerdasan,
maskulinita
s, dan
kekuasaan
Hasrat,
motivasi,
integritas,
keyakinan
diri,
kemampuan
kognitif,
pengetahua
n akan
tugas
Kemampua
n kognitif,
sifat
ekstrovert,
kehati
hatian,
kestabilan,
sikap
terbuka,
kemampuan
bersosialisa
si,
motivasi,
kecerdasan
sosial,
kontrol diri,
kecerdasan
Beberapa Sifat Utama yang terkait dengan Kepemimpinan, yang diidentifikasi oleh
beberapa Peneliti :
1.
Kecerdasan
Zaccaro et al (2004) menemukan bahwa Pemimpin cenderung memiliki
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan pemimpin. Kemampuan verbal
yang kuat, kemampuan membuat persepsi, serta kemampuan analisis dapat membuat
seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik.
2. Keyakinan diri
Keyakinan diri adalah kemampuan untuk merasa yakin dengan kemampuan dan
ketrampilan seseorang. Hal itu mencakup pemahaman akan harga diri dan keyakinan
diri, serta keyakinan bahwa kita dapat membuat perbedaan. Kemampuan mencakup
aktivitas untuk memengaruhi orang lian, dan keyakinan diri memungkinkan Pemimpin
untuk merasa yakin bahwa upayanya untuk memengaruhi orang lain itu tepat dan
benar
3. Ketekunan
Ketekunan adalah hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencakup karakteristik
seperti inisiatif, keuletan, dominasi, dan hasrat. Orang dengan ketekunan akan
bersedia untuk memaksa diri mereka, proaktif, dan memiliki kemampuan untuk
bertahan saat menghadapi hambatan. Orang yang tekun juga menunjukkan dominasi
ketika pengikut perlu diarahkan.
4. Integritas
Integritas adalah karakter kejujuran dan keterandalan. Orang yang patuh
pada sekumpulan prinsip yang kuat dan memikul tanggung jawab atas tindakan
merka, berarti memiliki integritas. Pemimpin dengan integritas menginspirasi
keyakinan diri dalam diri orang lain karena mereka bisa dipercaya untuk
melakukan apa yang mereka katakana akan mereka lakukan. Mereka setia, dapat
diandalkan, dan tidak berpura-pura. Pada dasarnya integritas membuat seorang
pemimpin dapat dipercaya dan layak mendapat kepercayaan kita.
5. Kemampuan Bersosialisasi
Kemampuan bersosialisasi adalah kecenderungan pemimpin untuk mencari
hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin yang menunjukkan kemampuan
bersosialisasi bersifat ramah, terbuka, sopan, peka dan diplomatis. Mereka peka
terhadap kebutuhan orang lain dan menunjukkan kepedulian untuk
kesejahteraan mereka. Pemimpin yang sosial memiliki ketrampilan antar pribadi
dan menciptakan hubungan yang kooperatif dengan pengikut mereka.
6. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional ada kaitannya dengan emosi kita (wilayah afektif) dan
pemikiran (wilayah kognitif), serta interaksi antara dua hal itu.
Goleman (1995) menggunakan pendekatan yang lebih luas untuk kecerdasan
emosioanal dengan menyatakan bahwa hal itu mengandung kumpulan kompetensi
pribadi dan sosial. Yang termasuk kompetensi pribadi adalah pemahaman diri,
keyakinan diri, kontrol diri, kehati-hatian, dan motivasi. Kompetensi sosial
meliputi empati dan keterampilan sosial seperti komunikasi dan manajemen
konflik.
Prinsip dasar yang dinyatakan oleh kerangka kerja ini adalah orang yang lebih
peka terhadap emosi mereka dan terhadap dampak emosi mereka bagi orang
lain, akan menjadi Pemimpin yang lebih efektif.
V
PENDEKATAN
KETERAMPILAN
Pendekatan Keterampilan Kepemimpinan, mempunyai tiga ketrampilan :
1.
Ketrampilan Teknis
Ketrampilan teknis adalah pengetahuan tentang dan keahlian dalam jenis
pekerjaan atau aktivitas tertentu. Hal tersebut mencakup kompetensi dalam
bidang tertentu, kemampuan analitis, dan kemampuan untuk menggunakan
peralatan serta teknik yang tepat (Katz, 1955, dalam Northouse, 2016).
2. Ketrampilan Manusia
Ketrampilan manusia adalah pengetahuan tentang dan kemampuan untuk
bekerja bersama orang. Hal tersebut memaknakan kemampuan yang membantu
pemimpin untuk bekerja secara efektif dengan pengikut, rekan kerja, dan atasan
guna mencapai tujuan organisasi.
KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN
MANAJEMEN
PUNCAK
MANUSIA
KONSEPTUAL
TEKNIS
MANUSIA
KONSEPTUAL
TEKNIS
MANUSIA
TEKNIS
MANAJEMEN
MENENGAH
MANAJEMEN
TINGKAT BAWAH
KONSEPTUAL
SUMBER : Diadaptasi dari “Skills of an Effective Administrator, oleh R.L. Katz, 1955, Harvard Business Review, 33
(1),hh.33-42
Keterampilan Konseptual
Keterampilan Konseptual adalah kemampuan untuk bekerja dengan ide dan
konsep. Seorang Pemimpin dengan keterampilan konseptual merasa nyaman
untuk berbicara tentang ide yang membentuk organisasi dan seluk beluk
organisasi. Keterampilan konseptual adalah pusat untuk menciptakan visi dan
rencana strategis untuk suatu organisasi.
Model Keterampilan
Pada Model Kepemimpinan berbasis keterampilan, dijelaskan hubungan antara
pengetahuan dan keterampilan Pemimpin serta kinerja Pemimpin (Mumford,
Zaccaro, Harding, et al.,2000, h. 12). Kecakapan Pemimpin dapat dikembangkan
dari tahun ke tahun lewat pendidikan dan pengalaman. Pendekatan keterampilan
menyatakan bahwa banyak orang memiliki potensi untuk kepemimpinan.
Pendekatan
keterampilan
melihat
kepemimpinan
sebagai
kecakapan
(pengetahuan dan keterampilan) yang membuat kepemimpinan yang efektif bisa
terwujud (Mumford, Zaccaro, Harding, et al.,2000,p.12).
Model Kepemimpinan berbasis Keterampilan memiliki 5 Komponen :
1.
Kompetensi
2.
Karakter Individu
3.
Hasil Kepemimpinan
4.
Pengalaman Karier
5.
Pengaruh Lingkungan
Lima Komponen dari Model Kepemimpinan berbasis Keterampilan
ELEMEN INDIVIDUAL
KOMPETENSI
Kemampuan Kognitif
Umum
Keterampilan
Pemecahan Masalah
Kemampuan Kognitif
yang konkret
Keterampilan
Penilaian Kondisi
Sosial
Motivasi
HASIL KEPEMIMPINAN
Pemecah Masalah
yang Efektif
Kinerja
Pengetahuan
Kepribadian
Pengalaman Karier
Pengaruh Lingkungan
Sumber : Diadaptasi dari “Leadership Skills for a changing World : Solving Complex Social Problems”, oleh M.D. Mumford, S.J. Zaccaro,F.D
Harding, T.O. Jacobs, dan E.A.Fleishman, 2000. Leadership Quarterly, 11 (1), 23.
Tiga Kompetensi yang menjadi Faktor Penting nagi Kinerja Efektif :
Keterampilan Pemecahan Masalah
Keterampilan Pemecahan Masalah : Kemampuan kreatif Pemimpin untuk
memecahkan masalah organisasi yang baru, tidak biasa, dan tidak terdefinisi
dengan baik.
Keterampilan Penilaian Kondisi Sosial
Keterampilan ini merupakan kapasitas untuk memahami orang-orang dan system
sosial (Zaccaro, Mumford, Connelly, Marks, & Gilberth, 2000,p.46)
Secara Konseptual, keterampilan penilaian sosial serupa dengan karya awal Katz
(1955) tentang peran Keterampilan manusia dalam manajemen. Berbeda dengan
karya Katz, Mumford dan koleganya telah menjelaskan keterampilan penilaian
sosial menjadi hal berikut :
a. Pemahaman Perspektif
Pemahaman Perspektif berarti memahami sikap yang dimiliki orang lain
terhadap situasi atau masalah tertentu. Ini adalah empati yang diterapkan untuk
pemecahan masalah.
b. Kepekaan Sosial
Kepekaan Sosial adalah pemahaman dan pengetahuan tentang bagaimana
orang lain di dalam fungsi organisasi. Kepekaan sosial berarti memahami
kebutuhan unik, tujuan, dan permintaan dari anggota organisasi yang berbeda
(Zaccaro et al., 1991). Seorang Pemimpin dengan kepekaan sosial memiliki
pemahaman yang kuat tentang bagaimanna karyawan akan merespon segala
perubahan yang diusulkan di dalam organisasi.
c. Fleksibilitas Perilaku
Fleksibilitas Perilaku adalah kapasitas untuk mengubah dan mengadaptasi
perilaku seseorang terkait dengan pemahaman akan perspektif anggota yang lain.
d. Kinerja Sosial
Kinerja Sosial mencakup banyak kompetensi kepemimpinan. Dengan
didasarkan pada pemahaman akan perspektif karyawan, pemimpin perlu mampu
mengomunikasikan visi mereka kepada orang lain. Keterampilan dalam persuasi
dan mengomunikasikan perubahan itu penting untuk melakukan hal ini. Ketika
ada penolakan untuk berubah atau konflik antarpribadi tentang perubahan,
pemimpin perlu berfungsi sebagai penengah.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah akumulasi informasi dan struktur pemikiran yang digunakan
untuk mengelola informasi itu.
Elemen Individual
4 Elemen Individual yang memberi dampak pada keterampilan dan pengetahuan
kepemimpinan :
a.
Kemampuan Kognitif Umum
Kemampuan Kognitif Umum adalah kecerdasan seseorang yang mencakup
pengolahan persepsi, pengolahan informasi, keterampilan analisis umum,
kapasitas pemikiran yang kreatif dan beragam, serta kemampuan ingatan.
b. Kemampuan Kognitif Konkret
Kemampuan Kognitif konkret adalah kemampuan intelektual yang dipelajari
atau didapatkan.
c. Motivasi
3 Aspek motivasi yang penting untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinan :
Pertama, Pemimpin harus bersedia mengatasi masalah organisasi yang kompleks
Kedua, Pemimpin harus bersedia untuk mengekspresikan dominasi, untuk
menggunakan pengaruh mereka
Ketiga, Pemimpin harus setia pada kegunaan sosial dari organisasi. Kegunaan
sosial di dalam model ketrampilan merujuk pada keinginan pemimpin untuk
memikul tanggung jawab atas upaya meningkatkan seluruh manfaat manusia dan
nilai organisasi.
Kepribadian
Kepribadian memiliki dampak pada pengembangan ketrampilan kepemimpinan.
Contoh : keterbukaan, toleransi terhadap ambiguitas, keingintahuan, atau dalam
situasi konflik, sifat seperti keyakinan diri dan kemampuan adaptasi bisa
menguntungkan untuk kinerja Pemimpin.
VI
PENDEKATAN GAYA
Pendekatan Gaya menekankan pada perilaku pemimpin
Di dalam pendekatan Gaya dinyatakan bahwa kepemimpinan dibentuk dari dua
jenis perilaku umum, yaitu : perilaku tugas dan perilaku hubungan.
Perilaku tugas membantu pencapaian tujuan : mereka membantu anggota
kelompok untuk mencapai tujuan mereka
Perilaku hubungan membantu pengikut merasa nyaman dengan diri mereka
sendiri, dengan orang lain, dan dengan situasi di mana mereka berada.
Dari 2 hal yang membentuk kepemimpinan tersebut, dapat ditelaah bahwa
meskipun
proses
kepemimpinan
berlangsung
dalam
konteks
formal/pekerjaan/kedinasan, tetapi factor-factor hubungan dengan para anggota
daam suatu organisasi yang sifatnya personal, harus tetap menjadi perhatian dari
seorang Pemimpin, karena ini terkait dengan dengan kenyamanan psikologis
seseorang/pengikut dalam menjalankan perannya dalam sebuah organisasi. Dan
ketika telah menyangkut kenyamanan seorang pengikut dalam sebuah organisasi,
maka akan berpengaruh pula dalam performa kerjanya dalam organisasi
tersebut.
Leadership Grid (Kisi-Kisi Kepemimpinan) Blake dan Mouton
Adalah Model yang telah digunakan secara luas di dalam pelatihan dan
pengembangan organisasi. Didesain untuk menjelaskan bagaimana Pemimpin
untuk membantu organisasi untuk mencapai tujuan mereka lewat dua faktor,
perhatian pada produksi dan perhatian kepada orang.
Model ini menggambarkan 5 Gaya Kepemimpinan Utama :
1.
Otoritas –Kepatuhan (9,1)
2.
Manajemen Country-Club (1,9)
3.
Manajemen yang lemah (1,1)
4.
Manajemen di Persimpangan Jalan (5,5)
5.
Manajemen Tim (9,9)
VII
PENDEKATAN
SITUASIONAL
Salah satu Pendekatan kepemimpinan yang diakui adalah pendekatan situasional,
yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (1969a) dengan didasarkan pada
Reddin (1967) teori gaya manajemen 3D.
Pendekatan situasional telah diperbaiki dan diperbarui beberapa kali sejak
peluncuran pertamanya (lihat Blanchard, Zigarmi, & Nelson, 1993; Blanchard,
Zigarmi, & Zigarmi, 1985; Hersey & Blanchard, 1977, 1988). Dan, hal itu telah
digunakan secara luas di pelatihan dan pengembangan kepemimpinan organisasi.
Kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri dari dimensi
perintah dan pemberian dukungan. Dan, masing-masing dimensi itu diterapkan
secara tepat di situasi tertentu.
Singkatnya, inti dari kepemimpinan situasional menuntut pemimpin untuk
menyesuaikan gaya mereka ke kecakapan dan komitmen pengikut. Pemimpin
yang efektif adalah mereka yang bisa mengetahui apa yang dibutuhkan
karyawan, serta menyesuaikan gaya mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan itu.
Pendekatan situasional digambarkan dalam model yang dikembangkan oleh
Blanchard (1985) dan Blanchard et al. (1985), yang disebut sebagai model
Kepemimpian Situasional II (SLII).
Model ini adalah perluasan dan penyempurnaan dari model kepemimpinan situasional
awal yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (1969a).
Dinamika dari kepemimpinan situasional paling bisa dipahami ketika kita membagi
model SLII menjadi dua bagian : gaya kepemimpinan dan tingkat perkembangan
pengikut.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan mengandung pola perilaku dari seseorang yang mencoba untuk
memengaruhi orang lain. Hal itu mencakup perilaku perintah (tugas) dan perilaku
pemberi dukungan (hubungan).
Perilaku perintah membantu anggota kelompok mencapai tujuan dengan memberi
perintah, mencapai tujuan dan metode evaluasi, menetapkan tenggat waktu,
menetapkan peran, dan menunjukkan cara mencapai tujuan. Perilaku perintah
menjelaskan, sering kali dengan komunikasi satu arah, apa yang perlu dilakukan,
bagaimana hal itu dilaksanakan, dan siapa yang bertanggung jawab melakukan itu.
Perilaku pemberi dukungan membantu anggota kelompok merasa nyaman tentang diri
mereka, rekan kerja mereka, serta situasi. Perilaku pendukung melibatkan komunikasi
dua arah dan merespon yang menunjukkan dukungan sosial serta emosional kepada
orang lain.
Contoh : permintaan akan masukan, pemecahan masalah, pujian, pemberian informasi
tentang diri sendiri, dan aktivitas mendengarkan. Perilaku pemberian dukungan
terutama terkait dengan pekerjaan.
Macam Gaya Kepemimpinan berdasarkan perilaku perintah dan perilaku
pemberian dukungan :
1.
Gaya Pertama (S1) : Gaya perintah tinggi-pemberian dukungan rendah,
disebut juga Gaya memerintah
Gaya dimana Pemimpin memfokuskan komunikasi pada pencapaian tujuan,
dan menghabiskan jumlah waktu yang lebih sedikit dengan menggunakan perilaku
pemberian dukungan.
2. Gaya Kedua (S2) : Gaya perintah tinggi dan pemberian dukungan tinggi atau
disebut sebagai pendekatan pelatihan.
Gaya dimana pemimpin memfokuskan komunikasi pada pencapaian tujuan
dan pemenuhan kebutuhan sosial-emosi pengikut. Gaya ini meminta Pemimpin
untuk melibatkan dirinya dengan pengikut, dengan memberi dukungan dan
meminta masukan dari pengikut. Tetapi Gaya ini adalah perluasan dari S1 karena
hal itu tetap menuntut Pemimpin untuk membuat keputusan akhir tentang apa
dan bagaimana pencapaian tujuan.
3. Gaya 3 (S3) : Gaya dimana menuntut Pemimpin untuk mengambil Gaya
pemberi dukungan tinggi dan gaya perintah rendah.
Pada Gaya ini Pemimpin tidak hanya berfokus pada tujuan, tetapi menggunakan
perilaku pemberi dukungan yang membuat karyawan menunjukkan
keterampilannya untuk melaksanakan tugas yang ditetapkan. Gaya mendukung
ini mencakup mendengarkan, memuji, meminta masukan, dan memberi umpan
balik. Pemimpin menggunakan gaya ini dengan memberi pengikut control atas
keputusan dari hari ke hari, tetapi tetap bersedia untuk membantu pemecahan
masalah. Pemimpin S3 cepat untuk memberi pengakuan dan dukungan sosial
kepada pengikut.
4. Gaya 4 (S4) adalah Gaya perilaku perintah rendah dan Gaya pemberian
dukungan rendah
Dalam pendekatan ini, Pemimpin menawarkan lebih sedikit masukan tugas
dan dukungan sosial, meningkatkan motivasi dan keyakinan diri karyawan dalam
kaitannya dengan tugas. Pemimpin yang menggunakan pendekatan delegasi ini
mengurangi keterlibatan dirinya dalam perencanaan, pengawasan hal hal yang
rinci, dan klarifikasi tujuan. Setelah kelompok sepakat dengan apa yang
dilakukan, gaya ini membiarkan pengikut untuk bertanggung jawab atas
penyelesaian pekerjaan dengan cara yang mereka anggap sesuai. Seorang
pemimpin yang menggunakan gaya S4 mengontrol pengikut dan menahan diri
untuk tidak ikut campur dengan memberi dukungan sosial yang tidak perlu.
Tingkat Perkembangan Pengikut
Bagian besar kedua dari model kepemimpinan situasional adalah terkait dengan
tingkat perkembangan pengikut.
Tingkat perkembangan adalah tingkatan dimana pengikut memiliki kompetensi dan
komitmen yang penting untuk mencapai tugas atau aktivitas tertentu.
Dengan kata lain, hal itu mengindikasikan apakah seseorang menguasai ketrampilan
untuk melakukan tugas tertentu dan apakah orang itu telah mengembangkan sikap
yang positif terkait dengan tugas.
Karyawan ada di tingkat perkembangan yang tinggi bila mereka tertarik dan yakin
dengan pekerjaan mereka dan tahu cara melakukan tugasnya. Karyawan ada di tingkat
perkembangan yang rendah bila mereka memiliki sedikit keterampilan untuk
melaksanakan tugas, tetapi percaya bahwa mereka memiliki motivasi atau keyakinan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Karyawan/Pengikut dikelompokkan menjadi :
D1 : Karyawan rendah dalam kompetensi dan tinggi dalam komitmen
D2 : Karyawan mempunyai sejumlah kompetensi tetapi memiliki komitmen yang
rendah
D3 : Karyawan memiliki kompetensi sedang hingga tinggi, tetapi tidak memiliki
komitmen
D4 : Karyawan memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. (Karyawan dengan pengembangan tertinggi).
Penggunaan Pendekatan Situasional
Di dalam Kepemimpinan Pemdekatan Situasional yang dilakukan oleh Pemimpin
dalam penerapannya adalah mengidentifikasi dan memetakan terlebih dahulu tipe
atau kategori karyawan/Pengikutnya. Apakah katyawan/pengikutnya termasuk
kategori D1, D2, D3, atau D4 ?
Setelah terpetakan, maka Pemimpin kemudian dapat menerapkan pendekatan
situasional sesuai dengan hasil pemataan karyawan tersebut.
Contoh : - Untuk karyawan dengan kategori D1 (kompetensi rendah komitmen
tinggi) maka Gaya Kepemimpinan yang harus diterapkan adalah Gaya S1 (perintah
tinggi pemberian dukungan rendah)
- Untuk karyawan dengan kategori D2 (memiliki sejumlah kompetensi tetapi
memiliki komitmen yang rendah) maka Gaya yang harus diterapkan adalah Gaya S2
(perintah tinggi-pemberian dukungan tinggi).
VIII
TEORI
KONTINGENSI
Teori Kontingensi : Teori kesesuaian pemimpin (Fiedler & Chemers, 1974), yang berarti
berusaha menyesuaikan pemimpin dengan situasi yang tepat. Hal ini disebut dengan
kontingensi, karena teori ini menyatakan bahwa keefektifan pemimpin tergantung pada
seberapa sesuai gaya pemimpin dengan situasi sekitar.
Gaya Kepemimpinan
Di dalam kerangka kerja teori kontingensi, gaya kepemimpinan digambarkan sebagai
termotivasi tugas dan hubungan.
Untuk mengukur gaya pemimpin, Fiedler mengembangkan skala LPCn(Least Preferred
Coworker/rekan kerja yang paling tidak dipilih). Pemimpin yang memiliki nilai tinggi di
skala ini digambarkan sebagai pemimpin yang termotivasi hubungan, dan mereka yang
memiliki nilai rendah pada skala tersebut diidentifikasi sebagai pemimpin yang
termotivasi tugas.
Variabel Situasional
Teori kontingensi menyatakan bahwa situasi dapat dicirikan di dalam tiga factor berikut :
hubungan pemimpin-pengikut, struktur tugas, dan kekuatan posisi.
a. Hubungan pemimpin-pengikut mencakup suasana kelompok dan tingkat keyakinan,
kesetiaan, dan daya tarik yang dirasakan pengikut untuk pemimpin mereka. Bila
suasana kelompok positif dan pengikut mempercayai, menyukai, dan bekerja dengan
baik bersama pemimpin, hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai baik. Di
sisi lain, bila suasana yang ada tidak menyenangkan dan konflik muncul di dalam
kelompok, hubungan pemimpin-pengikut didefinisikan sebagai buruk.
b. Struktur tugas adalah tingkatan di mana tuntutan akan tugas jelas dan diutarakan.
Tugas yang benar-benar terstruktur cenderung memberi lebih banyak kendali bagi
pemimpin, sementara tugas yang tidak jelas dan tidak pasti mengurangi kendali serta
kontrol pemimpin.
Suatu tugas dianggap terstruktur ketika :
a.
Tuntutan tugas diutarakan secara jelas dan diketahui oleh orang-orang yang diminta
untuk melakukan tugas itu
b.
Pola penyelesaian tugas memiliki sejumlah alternatif
c.
Penyelesaian tugas bisa ditunjukkan secara jelas
d.
Hanya ada jumlah terbatas dari solusi yang tepat untuk tugas itu.
c. Kekuatan Posisi, adalah jumlah otoritas yang dimiliki pemimpin untuk menghukum
atau memberi imbalan pengikut. Hal itu mencakup kekuasaan sah individu yang
didapat sebagai hasil dari posisi yang mereka miliki di organisasi.
Download