PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN BAGI BALITA GIZI KURANG DITJEN BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2011 Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dana BOK kegiatan PMT Pemulihan dapat digunakan untuk pembelian bahan makanan dan atau makanan lokal termasuk bahan bakar guna menyiapkan PMT pada saat memasak bersama. Transport petugas puskesmas dan atau kader dalam rangka penyelenggaraan PMT Pemulihan dapat menggunakan dana operasional posyandu. Pemberian Makanan Tambahan adalah program intervensi bagi balita yang menderita kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut. Sedangkan pengertian makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, diberikan kepada balita gizi buruk selama masa pemulihan (Kemenkes RI, 2011). Secara umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Pemberian makanan tambahan juga memiliki tujuan untuk menambah energi dan zat gizi esensial. Sedangkan tujuan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada bayi dan balita gizi buruk, antara untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi yang optimal. Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan Makanan tambahan ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999). Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, Vitamin C dan folat), anak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001). Sasaran Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran prioritas penerima PMT Pemulihan. Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan sasaran penerima PMT Pemulihan. Cara Penentuan Sasaran : Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut : 1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di TFC/Pusat Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS 2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut (2 T) 3. Balita kurus 4. Balita Bawah Garis Merah (BGM) Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan 1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. 2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran. 3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga. 4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buahbuahan setempat. 5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut. 6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan /makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa: a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan) b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga. Kader merupakan ujung tombak pelaksana program kesehatan di masyarakat. Sehingga setiap akhir bulan selalu diadakan rapat koordinasi kader kesehatan di tingkat Kecamatan Srandakan untuk membahas evaluasi program kegiatan yang sudah berjalan dan mengatur jadwal program kegiatan yang akan dilakukan bulan berikutnya. Pertemuan kader bulan ini dilaksanakan di Puskesmas Srandakan pada hari Jumat, 29 September 2017 yang dihadiri 44 ketua kader. Kader kesehatan aktif di Kecamatan Srandakan sejumlah 402 kader dari 44 Posyandu. Rapat koordinasi kader kesehatan difasilitasi oleh programer Promkes, Gizi, Kesling dan Bidan Desa bekerja sama dengan TP-PKK. Anggara Pembelajaan Biaya Desa (APBDes) Pemerintahan Desa Kasturi memiliki total pemasukan anggaran Dana Desa sebesar Rp. 1,277,172,581. Pendapatan dana tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 10,500,000 dan pendapatan transfer sebesar Rp. 1,266,672,581. Pendapatan transfer tersebut salah satunya berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp. 339,297,200. Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa diharapkan menjadi ajang pembuktian bagi pemerintahan sejauh mana mampu mengimplementasikan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk percepatan pembangunan. Sekitar 10% dana desa harus dialokasikan untuk program kesehatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No : HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang rencana strategis kementerian kesehatan yang mendorong desa untuk mengalokasi dan memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Di desa Kasturi terdapat satu program terkait dengan bidang kesehatan yaitu pembangunan, pengelolaan dan pembinaan posyandu. Dalam program tersebut diperlukan dana desa sebesar Rp.28.150.000, dengan begitu dapat dinyatakan bahwa pengelolaan terkait bidang kesehatan kurang dari putusan Alokasi Dana Desa yaitu sebesar 10% atau sekitar Rp.33.929.720. Alokasi yang terdapat didalam Program Pembangunan, Pengelolaan, dan Pembinaan Posyandu dibagi menjadi beberapa kegiatan, diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. Jamuan pertemuan rakor posyandu Jamuan makan rakor posyandu PMT posyandu Jamuan ringan pelaksana posyandu (kader) Perjalanan Dinas Kader Posyandu