Uploaded by allenaveskha

Akuntansi Syariah Salam

advertisement
AKUNTANSI SALAM
AKUNTANSI SYARIAH
Diajukan untuk melengkapi Program Perkuliahan Pada Program Studi
Pasca Sarjana S-2 Magister Terapan Keuangan Perbankan Syariah
Disusun oleh :
Aulia
175168001
Rizky Fadhillah
175168009
PROGRAM STUDI S-2 MAGISTER TERAPAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH
PASCA SARJANA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
Bab I
Pendahuluan
A. Pengertian Salam
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai penjual atau pembeli dalam suatu transaksi
salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam parallel.
Dalam kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan:
Salaf dalam fiqih mu’amalah merupakan istilah lain untuk akad bai’ as-salam.
Bai’ as-salam adalah jual beli barang yang diserahkan dikemudian hari
sementara pembayaran dilakukan dimuka.
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
dilakukan dimuka, dengan syarat-syarat tertentu.
Salam paralel adalah dua transaksi bai’ as-salam yang dilakukan oleh para
pihak secara simultan.
Beberapa istilah dan pengertian yang dikaitkan dengan Akuntansi Salam,
dinyatakan dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam sebagai berikut:
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman
dikemudian hari oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Nilai Wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset
yang dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length
transaction) yang melibatkan pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai.
Dari pengertian dan karakteristik tersebut dapat dilihat bahwa sebelum barang
diserahkan kepada pemesan (karena masih dalam proses produksi) harga barang harus
dibayar lunas oleh pemesan atau pembeli. Harga barang yang dibayar seluruhnya diawal
merupakan bantuan modal kepada produsen untuk memproduksi barang, oleh karena
itu transaksi salam terkandung unsur tolong-menolong. Modal salam yang diberikan
oleh pemesan kepada produsen dapat berbentuk uang tunai (kas) atau non kas (barang)
yang bermanfaat untuk memproduksi barang tersebut.
Rukun salam adalah:
1. Muslam/pembeli
2. Muslam ilaih/penjual
3. Muslam fiihi/ barang atau hasil produksi
4. Modal atau uang
5. Sighat/ijab qabul
Syarat-syarat
salam (Muamalat Institute, Perbankan Syariah, hal 51) adalah:
1. Pihak yang berakad
2. Ridha kedua belah pihak dan tidak ingkar janji
3. Cakap hukum
B. Karakteristik Salam
Karakteristik prinsip salam yang tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor:
05 / DSN-MUI / IV / 2000 Tentang Jual Beli Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai
berikut:
Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran:
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Kedua : Ketentuan tentang Barang
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
Ketiga : Ketentuan tentang Salam Paralel (‫)ال س لم ال موازي‬
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari,
dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
Keempat: Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas
dan jumlah yang telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan
harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan
ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan,
atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka
ia memiliki dua pilihan:
a. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya
b. Menunggu sampai barang tersedia.
Kelima : Pembatalan Kontrak
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan
kedua belah pihak.
Keenam : Perselisihan
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka persoalannya
diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
C. Jenis Salam
Dalam transaksi salam entitas syariah dapat bertindak sebagai penjual (pembuat atau
pabrikan), yaitu jika entitas syariah menerima pesanan untuk membuat suatu barang
dari pemesan, dan entitas syariah dapat bertindak sebagai pembeli (pabrikan atau
pemesan), yaitu jika entitas syariah melakukan pemesanan untuk dibuatkan barang oleh
pabrikan atau produsen. Jika transaksi salam, dimana entitas syariah menerima pesanan
dari pembeli (entitas syariah sebagai pembuat) kemudian atas pesanan tersebut entitas
syariah melakukan pemesanan kembali kepada produsen (entitas syariah sebagai
pemesan), sehingga kedudukan entitas syariah sebagai pembuat sekaligus sebagai
pemesan pada pihak lain, maka transaksi tersebut merupakan salam parallel.
a. Transaksi salam lembaga keuangan syariah sebagai pembuat
Gambar 1 : Ilustrasi Alur Transaksi Salam LKS Sebagai Pembuat
Dalam transaksi ini LKS Amanah Gusti menerima pesanan dari bulog sebagai pembeli
akhir. Dalam contoh diatas diketahui dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan persediaan beras Bulog (sebagai pemesan/pembeli)
memesan kepada LKS sebagai pembuat atas gabah beras pandanwangi type A
kadar air 12%. Atas pesanan tersebut bulog membayar keseluruhan harga gabah
tersebut dimuka pada saat akad kepada LKS Amanah Gusti sebagai pembuat.
2. Dalam transaksi ini kedudukan LKS Amanah Gusti sebagai pembuat, LKS Amanah
Gusti menerima pesanan Bulog sebagai pembeli akhir dan menerima
pembayaran harga seluruhnya dimuka pada saat akad.
3. Barang selesai dan LKS Amanah Gusti menyerahkan pesanan dari Bulog
b. Transaksi salam lembaga keuangan syariah sebagai pembeli
Gambar 2 : Ilustrasi Alur Transaksi Salam LKS Sebagai Pembeli
Dari gambar diatas dijelaskan bahwa:
1. LKS Amanah Gusti sebagai pemesan melakukan negosiasi dan kesepakatan
dengan KUD Berkah sebagai produsen atas jual beli barang. Yang perlu
disepakati antara spesifikasi secara rinci barang yang dipesan baik kualitas dan
kuantitas, penyerahan barang dan cara pembayaran barang tersebut (misalnya
INTANI-2 kadar air 12% kualitas A,sebanyak 10 ton)
2. Setelah disepakati kedua pihak, LKS Amanah Gusti sebagai pihak pemesan segera
melakukan pembayaran harga barang yang dipesan kepada KUD Berkah sebagai
produsen. Untuk selanjutnya KUD Berkah melakukan produksi atas barang yang
dipesan.
3. Tahap akhir KUD Berkah menyerahkan barang Bank Syariah Amanah Gusti
sebagai pemesan, setelah produksi barang yang dipesan selesai. Hutang KUD ke
bank syariah adalah ”barang sesuai pesanan” (bukan hutang uang seharga
barang) dan jika dilakukan penyerahan barang sesuai pesanan dalam akad maka
selesai kewajiban KUD kepada bank syariah terlepas harga saat penyerahan.
c. Salam paralel (entitas syariah sebagai pembuat dan pembeli)
Gambar 3 : Ilustrasi Alur Transaksi Salam Paralel, LKS Sebagai pembuat dan pembeli
Atas gambar tersebut dalam dijelaskan sebagai berikut:
a. Bulog sebagai badan yang bertanggung jawab untuk pemenuhan kebutuhan pangan
memesan barang (misalnya INTANI-2 kadar air 12% kualitas A sebanyak 10 ton)
kepada Bank Syariah sebagai produsen(alur 1a). Untuk itu dilakukan negosiasi antara
Bulog sebagai pemesan dengan Bank Syariah Amanah Gusti sebagai produsen,
khususnya yang berkaitan dengan barang dan cara pembayaran. Setelah diperoleh
kesepakatan Bulog sebagai pemesan harus segera melakukan pembayaran harga
barang yang disepakati, sebagai modal salam (alur 2a)
b. Karena Bank Syariah Amanah Gusti tidak memiliki lahan yang cukup maka Bank
Syariah Amanah Gusti melakukan pemesanan barang yang sama kepada KUD Berkah
sebagai pihak produsen yang memiliki lahan yang cukup (alur 1b.). Untuk itu Bank
Syariah Amanah Gusti melakukan negosisasi dan kesepakatan antara lain tentang
spesifikasi barang yang dipesan (sama dengan yang dipesan bulog) dan pembayaran
yang dilakukan. Setelah disepakati Bank Syariah Amanah Gusti segera melakukan
pembayaran harga barang sebagai modal salam (alur 2b)
c. Tahap akhir KUD Berkah sebagai produsen menyerahkan barang pesanan kepada
Bank Syariah Amanah Gusti sebagai pemesan (alur 3a). Dan Bank Syariah sebagai
produsen menyerahkan barang pesanan kepada Bulog sebagai pemesan (alur 3b).
Hutang bank syariah ke bulog adalah ”barang sesuai pesanan” (bukan hutang uang
seharga barang) dan jika dilakukan penyerahan barang sesuai pesanan dalam akad
maka selesai kewajiban bank syariah kepada bulog terlepas harga saat
penyerahan.Begitu juga hutang KUD kepada bank syariah. Sesuai ketentuan
syariahnya dalam salam paralel tersebut tidak boleh menjadi satu akad. Antara
Bulog dengan Bank Syariah Amanah Gusti sebagai produsen dibuat satu akad (akad
pertama) dan antara Bank Syariah Amanah Gusti sebagai pemesan dengan KUD
Berkah sebagai produsen juga dibuat satu akad (akad kedua). Kedua akad tersebut
tidak boleh saling berpengaruh. Misalnya KUD Berkah gagal dalam menyerahkan
barang pesanan tidak boleh membawa dampak penundaan penyerahan barang Bank
Syariah kepada Bulog.
D. Cakupan Akuntansi Salam
Cakupan akuntansisalam dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam adalah
sebagai berikut:
a. Pernyataan ini diterapkan untuk:
1) Lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi salam baik sebagai penjual
maupun pembeli; dan
2) Pihak-pihak yang melakukan transaksi salam dengan lembaga keuangan syariah
b. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad salam
c. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain adalah:
1) Perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundangundangan yang berlaku;
2) Lembaga keuangan syariah non bank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan
dana pensiun; dan
3) Lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk menjalankan transaksi salam
E. Landasan Syariah
1. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282:
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu
tertentu, buatlah secara tertulis...".
2. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
3. Hadis Nabi saw.:
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban).
4. Hadis riwayat Bukhari dari Ibn 'Abbas, Nabi bersabda:
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui" (HR.
Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955], jilid 2, h. 36).
5. Hadis Nabi riwayat jama’ah:
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kezaliman…”
6. Hadis Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibu Majah, dan Ahmad:
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan
harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”
7. Hadis Nabi riwayat Tirmizi:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram” (Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf).
8. Ijma. Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (ijma’) atas kebolehan jual beli dengan
cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh masyarakat (Wahbah,
4/598).
9. Kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
F. Implementasi Transaksi Salam
Sebagai ilustrasi transaksi syariah dengan akad salam pada kehidupan sehari-hari
dapat dilihat pada kemitraan antara Perusahaan Rokok Gudang Garam dengan petani
tembakau. Untuk memperoleh tembakau yang berkualitas (terlepas fatwa tentang
haramnya rokok) PR Gudang Garam memberikan modal kepada petani tembakau
melalui kelompok tani, bibit tembakau, pupuk, obat-obatan pembasmi serangga
tembakau serta sejumlah uang. Pada saat panen nanti petani tembakau harus
menyerahkan ke PR Gudang Garam sejumlah tembakau dengan kualitas tertentu
(kualitas, kuantitas tembakau yang harus diserahkan sudah disepakati sejak awal akad).
Hutangnya petani tembakau kepada PR Gudang Garam adalah sejumlah tembakau
dengan kualitas tententu (bukan jumlah nominal uangnya). Jika diperhatikan contoh
tersebut merupakan implementasi transaksi syariah dengan akad salam. Transaksi
serupa juga dilakukan salah satu perusahaan pakan ternak kepada pengusaha mikro
binaannya, terkait dengan pengemukan ayam potong. Begitu juga pada masa
pemerintahan yang lalu, satu hektar sawah petani diberikan bibit, pupuk, obat-obatan
dan uang tunai sebagai modal kerja dan saat panen petani harus menyerahkan sejumlah
gadah tententu dengan kualitas yang telah disepakati diawal akad – yang dikenal
dengan kredit usaha tani – itupun merupakan transaksi dengan mempergunakan akad
salam. Dalam perbankan syariah saat ini transaksi dengan akad salam ini tidak digemari
karena para pelaksana perbankan syariah belum bisa lepas dari paradigma
konvensional. Dalam transaksi salam ini baru akan menghasilkan jika barang yang dibeli
diterima dan kemudian dijual dengan harga pasar, dimana yang ini memerlukan waktu
yang cukup lama, yaitu selama proses pembuatan barang dan masa penjualan
berikutnya.
Yang perlu diperhatikan dalam menjalankan transaksi salam ini adalah pelaksana
perbankan syariah hendaknya memahami seluk beluk pada bidang pertanian, hambatan
atau kendala yang dihadapi dalam bidang pertanian seperti misalnya kapan musim
tanam, penyakit apa yang dihadapi dan sebagainya karena bank syariah harus terima
barang yang dipesan bukan uangnya.
Bab II
Pembahasan
A. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59
mengatur pengakuan dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sebagai penjual
sedangkan PSAK 103 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk
pembeli dan untuk penjual.
B. Penyajian
1. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
2. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
3. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.
C. Pengungkapan
Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
1. besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
2. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
1. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
D. Akuntansi Pembeli
1. Akun-akun pada Pembeli
a. Akun-akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
1) Piutang Salam
2) Persediaan (Aset Salam)
3) Piutang kepada Petani
b. Akun-akun Laporan Laba Rugi
1) Keuntungan Penyerahan Aset Salam
2) Kerugian Penyerahan Aset Salam
Contoh:
Pada tanggal 15 April 2007, LKS “Amanah Gusti” melakukan pesanan “Jagung Hibrida”
kepada Kelompok Petani “Ngudit Rejeki” dengan kualifikasi sebagai berikut:
Nama Barang Pesanan
: Jagung
Jenis barang pesanan
: Hibrida, Bisi-16 Super type A
Jumlah barang
: 100 ton
Jumlah modal/harga
Jangka waku penyerahan
Penyerahan modal
:
:
:
Agunan
Cara penyerahan
:
:
Syarat pembayaran
:
Rp 800.000,00 per ton
4 bulan
Uang tunai sejumlah Rp 60.000.000,00 Bibit
jagung hibrida Bisi-16 Super type A sebanyak
500 kg dan 5 ton pupuk dengan nilai wajar saat
penyerahan sebesar Rp 20.000.000,00.
Sebidang sawah seluas 2 ha.
Secara bertahap yaitu:
Tahap 1 – tgl 15 Agustus sebesar 25 ton
Tahap 2 – tgl 20 Agustus sebesar 25 ton
Tahap 3 – tgl 25 Agustus sebesar 25 ton
Tahap 4 – tgl 30 Agustus sebesar 25 ton
Dilunasi pada saat akad ditanda tangani kedua
belah.
2. Akuntansi Penyerahan Modal Salam Kepada Produsen (Pembuat)
a. Jika Penyerahan modal salam dalam bentuk uang tunai (kas)
Dari ilustrasi contoh diatas, tanggal 15 April 2007 LKS Amanah Gusti
penyerahan modal salam atas harga barang yang dipesan kepada Kelompok
Petani “Ngudi Rejeki”, yaitu “jagung hibrida bisi-16 super type A” dalam bentuk
uang tunai sebesar Rp 80.000.000,00
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Piutang salam
Rp 80.000.000,00
(100 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super type A)
Cr. Kas/ rekening petani
Rp 80.000.000,00
b. Jika Penyerahan modal salam dalam bentuk non kas (barang)
1) Nilai wajar saat penyerahan lebih tinggi dari nilai tercatatnya
Misal tanggal 15 April 2007 LKS Amanah Gusti penyerahan modal salam oleh
Kelompok Petani “Ngudi Rejeki”, atas pesanan jagung hibrida bisi-16 super
type A, seharga Rp 80.000.000,00 yang terdiri dari:
a) Uang kas sebesar Rp 60.000.000,00
b) Modal non kas (bibit dan pupuk) sebesar Rp 20.000.000,00 yang dibeli
dengan harga perolehan sebesar Rp 18.000.000,00
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
a) Pada saat LKS membeli barang keperluan modal saham sebesar Rp
18.000.000,00
Dilakukan jurnal:
Dr. Persediaan/Aset Saham
Rp 18.000.000,00
Cr. Kas
Rp 18.000.000,00
b) Pada saat LKS Amanah Gusti oenyerahan modal kas dan non kas kepada
Kelompok Petani “Ngudi Rejeki” dilakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Piutang salam
Rp 80.000.000,00
(100 ton jagung Hibtida Bisi-16 Super type A)
Cr. Kas/rekening petani
Rp 60.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Saham
Rp 18.000.000,00
Cr. Keuntungan penyerahan aset
Rp 2.000.000,00
saham
2) Nilai wajar saat penyerahan lebih rendah dari nilai tercatatnya Misalnya
harga perolehan modal non kas (bibit dan pupuk) yang diserahkan kepada
Kelompok Petani “Ngudi Rejeki” tersebut oleh LKS Amanah Gusti membeli
sebesar Rp 25.000.000,00.
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
a) Pada saat pembeli barang modal salam jurnal yang dilakukan adalah:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Rp 25.000.000,00
Cr. Kas/Rekening pemilik brg
Rp 25.000.000,00
b) Pada saat penyerahan modal salam kepada Kelompok Petani “Ngudi
Rejeki” jurnal yang dilakukan adalah:
Dr. Piutang salam
Rp 80.000.000,00
(100 ton jagung Hibtida Bisi-16 Super type A)
Dr. Kerugian penyertaan Aset salam
Rp 5.000.000,00
Cr. Kas/Rekening petani
Rp 60.000.000,00
Cr. Persediaan/Aset Salam
Rp 25.000.000,00
3. Penerimaan Barang Pesanan dari Produsen (Pembuat)
1) Penerimaan Barang Salam dengan Kualitas Sama dengan Kontrak
Tanggal 1 Agustus 2007 diterima barang pesanan salam sebanyak 25 ton jagung
hibrida sesuai dengan kualitikasi yang telah disepakati akad, yaitu hibrida Bisi-16
Super type A dengan harga kontrak sebesar Rp 20.000.000,00
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Pada saat pembeli barang modal salam jurnal yang dilakukan adalah:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Rp 20.000.000,00
Cr. Piutang Salam
Rp 20.000.000,00
(25 ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super type A)
2) Penerimaan Barang Salam dengan Kualitas Berbeda dengan Kontrak.
a. Penerimaan Barang dengan Kualitas yang Berbeda dengan Akad dan Nilai
Wajar sama dengan Nilai Akad.
Pada tahap pertama diterima barang pesanan sesuai dengan akad dinilai
sesuai nilai yang disepakati yaitu sebanyak 25 ton Jagung Hibrida Bisi-16
Super B (kualitas berbeda) dengan nilai wajar/harga pasar Rp 20.000.000,00
(harga pasar Rp 800.000,00 per ton, sama dengan harga dalam kontrak)
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Pada saat pembeli barang modal salam jurnal yang dilakukan adalah:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Rp 20.000.000,00
Cr. Piutang Salam
Rp 20.000.000,00
(25 on Jagung Hibrida Bisi-16 Super type A)
b. Penerimaan Barang dengan Kualitas yang Berbeda dengan Akad dan Nilai
Wajar Lebih Tinggi dari Nilai Akad
Dalam ilustrasi contoh di atas misalnya penyerahan tahap kedua sebanyak 25
ton Jagung Hibrida Bisi-16 Super B (kualitas berbeda) dengan nilai
wajar/pasar Rp 25.000.000,00 (harga padar Rp 1.000.000,00 per ton,
sedangkan harga dalam kontrak Rp 800.000,00)
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Rp 20.000.000,00
Cr. Piutang Salam
Rp
20.000.000,00
(25 on Jagung Hibrida Bisi-16 Super type B)
c. Penerimaan Barang dengan Kualitas yang Berbeda dengan Akad dan Nilai
Wajar Lebih Rendah dari Nilai Akad
Dalam contoh di atas penyerahan tahap ketiga sebanyak 25 ton Jagung
Hibrida Bisi-16 Super B dengan nilai wajar/pasar Rp 16.000.000,00 (harga
pasar Rp 640.000,00 per ton, sedangkan harga dalam kontrak sebesar Rp
80.000.000,00).
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Rp 16.000.000,00
Dr. Kerugian penyerahan brg Rp 4.000.000,00
salam
Cr. Piutang Salam
Rp 20.000.000,00
4. Pada Saat Jatuh Tempo Tidak ada Penerimaan Barang
Penyerahan tahap keempat sebanyak 25 ton jagung Hibrida Bisi-16 type A seharga
Rp 20.000.000,00 tidak dapat diserahkan saat tanggal jatuh tempo, sehingga perlu
diambil alternatif:
a. Kontrak diperpanjang
b. Kontrak dibatalkan
c. Jaminan dijual
5. Denda
Sesuai kesepakatan dalam akad yang dilakukan antara LKS Amanah Gusti sebagai
pemesan dan Kelompok Petani “Ngudi Rejeki” sebagai penjualm atas kelalaian
Kelompok Petani “Ngudi Rejeki” dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000,00 Sehingga
dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Rekening Petani “Ngudi Rejeki”
Rp 1.000.000,00
Cr. Rekening Dana Kebajikan
Rp 1.000.000,00
E. Akuntansi Penjual (Produsen/Pembuat)
1. Akun-akun pada Penjual
a. Akun-akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
1) Hutang Salam (Kewajiban Salam)
2) Persediaan (Aset Salam)
3) Hutang kepada LKS
b. Akun-akun Laporan Laba Rugi
1) Keuntungan Penyerahan Aktiva
2) Kerugian Penyerahan Aktiva
3) Kerugian Salam
4) Keuntungan Salam
Contoh:
Pada tanggal 12 Maret 2007, LKS Amanah Gusti menerima pesanan dari
Pabrik Tepung “Rasapati” untuk mengadaan Patioka Ketela Pohon dengan
data-data sebagai berikut:
Nama brang pesanan
: Patioka (Tepung Ketela Pohon)
Jenis barang pesanana : Ketela Pohon, kualitas A
Jumlah
: 100 ton
Harga
: Rp 5.000.000,00 per ton
Jangka waktu penyerahan
: 3 bulan
Syarat pembayaran
harga barang
: Pada saat akad ditanda tangani seluruh
2. Penerimaan Modal Salam dari Pembeli/Pemesan
a. Penerimaan Modal Salam dalam Bentuk Kas/Tunai
Pada tanggal 12 Maret 2007 LKS Amanah Gusti penerimaan dana dari Pabrik
Tepung “Rasapati” sebesar Rp 500.000.000,00 atas pesanan tepung patioka
(tepung ketela pohon) sebanyak 100 ton Sehingga dihasilkan jurnal sebagai
berikut:
Dr. Kas/Rekening Pabrik Tepung Rp 500.000.000,00
Cr. Hutang Salam
Rp 500.000.000,00
b. Penerimaan Modal Salam dalam Bentuk Non Kas (Barang)
Pada tanggal 12 Maret 2007 LKS sebagai penjual menerima pembayaran harga
salam sebesar Rp 500.000.000,00 yang terdiri dari:
Uang Tunai (Kas)
Modal non kas (Barang berupa) :
Nama Barang
Alat Pertanian
5 ton Pupuk
100 lt obat-obatan
Rp 100.000.000,00
Harga Wajar
Rp 200.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Jumlah modal non kas (barang)
Rp 400.000.000,00
Jumlah Modal salam (kas dan non kas)
Rp 500.000.000,00
Sehingga dihasilkan jurnal
berikut:
Dr. Persediaan/Aset Salam
Dr. Kas
Cr. Kewajiban Salam
sebagai
Rp 400.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Rp 500.000.000,00
c. Penyerahan Barang Salam kepada Pembeli/Pemesan
1) Penyerahan Barang dengan Kualitas yang sama dengan Akad
Pada tanggal 10 Juni 2007 diserahkan barang salam berupa 100 ton patioka,
kualitas A (sesuai kualitas dalam akad) seharga Rp 500.000.000,00 Sehingga
dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Hutang salam
Rp 500.000.000,00
(100 ton Patioka, ketela pohon kualitas A)
Cr. Persediaan
Rp 500.000.000,00
2) Penyerahan Barang dengan Kualitas yang Berbeda
Diserahkan pembeli berang salam berupa 100 ton Patioka ketela pohon
kualitas B (tidak sesuai dengan kualitas dalam akad) sebanyak 100 ton
dengan harga wajar Rp 475.000.000,00 (nilai akad sebesar Rp
500.000.000,00)
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Hutang salam
Rp 500.000.000,00
Cr. Persediaan
Rp 500.000.000,00
F. Akuntansi Salam Paralel
Salam Paralel dapat dilakukan dengan syarat:
1. Akad kedua antara bank dan pembuat terpisah dari akad pertama antara bank dan
pembeli akhir, dan
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Contoh penerapan Akad Salam Paralel:
Untuk meningkatkan usaha petani, Departemen Pertanian memiliki program “Petani
Mandiri” dengan ketentuan bahwa setiap satu ha sawah diberikan:
Bibit padi INTANI-2 5 kg
Pupuk Urea 300 kg
Obat-obatan 1 Lt
Modal Kerja Rp 5 juta
5 Kg
300 Kg
1 Lt
Rp 5 Juta
Dari hasil penelitian dan kajian yang mendalam dengan batuan tersebut, dapat
meningkatkan produktifitas petani yaitu setiap satu ha sawah dapat menghasilkan 2,5
ton gabah INTANI-2 kadar air 12%. Untuk melaksanakan program tersebut Departemen
Pertanian membutuhkan 200 ton Gabah INTANI-2 kadar 12% untuk mengisi gudang
BULOG dan telah menunjuk LKS Amanah Ummat sebagai pelaksana program dan
disepakati setiap satu ha sawah petani diminta untuk menyerahkan gabah INTANI-2
kadar air 12% sebanyak 2 ton seharga Rp 10 juta. Untuk keperluan tersebut LKS Amanah
Ummat memesan kepada Kelompok Tani Usaha Mandiri 200 ton gabah INTANI-2 kadar
air 12% sebagai coordinator dari petani anggotanya yang memiliki sawah sebanyak 100
ha yang harus diserahkan paling lambat enem bulan setelah tanda tangani akad.
Atas pemesanan tersebut LKS Amanah Ummat menyerahkan kepada Kelompok Tani
Usaha Mandiri untuk setiap satu ha sawah (sesuai ketentuan Deptan):
Nama Barang Jumlah
Bibit padi INTANI-2 5 Kg
Pupuk Urea 300 kg
Obat-obatan 1 Lt
Modal Kerja Rp 5 juta
Jumlah
5 Kg
300 Kg
1 Lt
Rp 5 Juta
Barang-barang kebutuhaan petani tersebut di atas dibeli oleh bank syariah dan memiliki
nilai wajar saat penyerahan sebagai berikut:
Nama Barang
Kwtas
Harga wajar
Nilai tercatat
Bibit padi INTANI-2
5 Kg
Rp 0,5 juta
Rp 0,5 juta
Pupuk Urea
300 kg
Rp 2 juta
Rp 1,5 juta
Obat-obatan
1 Lt
Rp 1 juta
Rp 1 juta
Jumlah
Rp 3,5 juta
Rp 3 juta
Dari ilustrasi tersebut di atas LKS melakukan jurnal atas transaksi itu sebagai berikut:
1. Penerimaan harga barang (moda) dari BULOG sebesar : 200 ton/2 x Rp
10.000.000,00 = Rp 1.000.000.000,00
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas
Rp 1.000.000.000,00
Cr. Hutang Salam
Rp 1.000.000.000,00
(200
n gabah INTANI-2 k.a 12%)
2. Pembelian barang untuk modal non kas oleh LKS untuk keperluan pertanian
sebanyak 100 ha sawah, dan setiap satu ha dibutuhkan:
Nama Barang
Bibit padi INTANI-2
Pupuk Urea
Obat-obatan
Jumlah
Kwtas
5 Kg
300 kg
1 Lt
Nilai tercatat
Rp 0,5 juta
Rp 1,5 juta
Rp 1 juta
Rp 3 juta
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. persediaan
Rp 300.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Suplier
Rp 300.000.000,00
3. Penyerahan modal oleh LKS KUD untuk 100 ha sawah dalam bentuk kas sebesar Rp
5.000.000.000,00 dan modal non kas dengan nilai wajar saat penyerahan sebesar Rp
3.500.000.000,00 setiap ha sawah dengan rincian sebagai berikut:
Nama Barang
Kwtas
harga wajar
Nilai tercatat
Bibit padi INTANI-2
5 Kg
Rp 0,5 juta
Rp 0,5 juta
Pupuk Urea
300 kg
Rp 2 juta
Rp 1,5 juta
Obat-obatan
1 Lt
Rp 1 juta
Rp 1 juta
Jumlah modal non kas
Rp 3,5 juta
Rp 3 juta
Modal kas (uang tunai)
Rp 5 juta
Jumlah modal
Rp 8,5 juta
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Piutang salam
Rp 850.000.000,00
(200 ton gabah INTANI 2 ka 12%)
Cr. Kas
Rp 500.000.000,00
Cr. Persediaan
Rp 300.000.000,00
Cr. Keuntungan penyerahan aktiva
Rp 50.0000.000,00
4. Penerimaan gabah dengan kadar air 12% sebanyak 200 ton dari KUD oleh LKS (sesuai
pesanan) dengan nilai kontrak sebesar Rp 850.000.000,00
Dr. Persediaan
Rp 850.000.000,00
Cr. Piutang salam
Rp 850.0000.000,00
(200 ton gabah INTANI 2 ka 12%)
5. Dilakukan penyerahan barang pesanan Bulog gabah INTANI-2 kadar 12% sebanyak
200 ton (sesuai spesifikasi dalam kontrak) oleh LKS dengan nilai kontrak sebesar Rp 1
milyard.
Sehingga dihasilkan jurnal sebagai berikut:
Dr. Hutang salam
Rp 1.000.000.000,00
(200 ton gabah INTANI 2 ka 12%)
Cr. Persediaan
Rp 850.000.000,00
Cr. Keuntungan salam
Rp 150.000.000,00
Bab III
Kesimpulan
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Di Indonesia, transaksi salam sudah diatur melalui fatwa DSN-MUI No. 05/DSNMUI/IV/2000 tentang jual beli salam, selain itu juga pada akuntansinya diatur pada PSAK
103 tentang Akuntansi Salam.
Akuntansi salam merupakan salah satu akad diperbankan syariah yang
merambah sector riil dengan cara kerjasama kepada produsen. Namun akad ini kurang
populer dan jarang diaplikasikan pada entitas syariah terutama perbankan syariah.
Padahal sebenarnya akad ini sangat membantu dalam perekonomian masyarakat.
Daftar Pustaka
Wiroso. Revisi November 2010. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta:IAI
Download