BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faal Hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi sistem dan juga dari sistem porta. Hati merupakan organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh karena itu hati mempunyai berbagai macam fungsi diantaranya fungsi vaskuler, ekskresi, metabolisme, dan fungsi lainnya Dalam fungsi ekskresi maka hati akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, sehingga ada banyak pula tes yang mengukur reaksi faal hati.Yangdisebut sebagai “tes faal hati”. Dari sekian banyak tes faal hati hanya beberapa tes atau pemeriksaan yang benar-benar mengukur faal hati. Beberapa kriteria yang dapat dipakai antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, yang dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesis, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi yang abnormal. Sehubungan dengan banyaknya ganguan faal hati dan jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa penyakit hati, maka kami menyususn makalah dengan judul “Faal Hati”. Karena cara yang praktis dan mudah sangat membantu dalam memilah dan memilih pemeriksaan laboratorium, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti dari penyakit hati tersebut, sehingga pengobatan yang tepat pun dapatdiberikan. 1 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi dari hati? 1.2.2 Gangguan apa saja yang terjadi pada faal hati? 1.2.3 Apa saja yang menjadi parameter umum pemeriksaan faal hati? 1.2.4 Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan gangguan pada faal hati? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi hati. 1.3.2 Mengatahui gangguan pada faal hati. 1.3.3 Mengetahui parameter umumpemeriksaan faal hati. 1.3.4 Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan gangguan pada faal hati. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomidan Fisiologi Hati 2.1.1 Anatomi Hati Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1.500 gram atau 2,5% dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus. Gambar: Anatomi Hati Bagian Dalam 3 Gambar: Letak Organ Hati dalam Tubuh dan Bagiannya Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral. b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh. Jaringan hati tersusun dari sel parenkim (60%), sel system fagosotik monosit-makrofag (lebih dikenal sebagai Reticulo-EndothelialSystem, RES) yaitu sel-sel kupfer (30%), dan sisanya adalah jaringan vaskuler, saluran empedu dan jaringan penunjang sekitar 10%. Sel-sel hati berderet radialis dipisahkan oleh sinusoid dengan sel-sel kupfer pada dindingnya. 4 Secara anatomis, organ hati terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hati dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hati). Permukaan lobus kanan dapat mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Secara Mikroskopis, hati dibungkus oleh simpai yangg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yang disebut kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hati mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hati seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempenganlempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh selsel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hati tersebut tebalnya satu sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli terhadap satuvena sentralisyang merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hati). Di bagian tepi di antara lobulilobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/triad yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yang terletak di antara sel-sel hati dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. 5 2.1.2 Fisiologi Hati Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20-25% oksigen darah. Beberapa fungsi hati yang utama diantaranya: 1. Fungsi Vaskular Fungsi vaskular hati yaitu untuk menyimpan dan menyaring darah. Dalam fungsi vaskularnya hati adalah sebuah tempat mengalir darah yang besar. Hati juga dapat dijadikan tempat penimpanan sejumlah besar darah. Hal ini diakibatkan hati merupakan suatu organ yang dapat diperluas. Aliran limfe dari hati juga sangat tinggi karena pori dalam sinusoid hati sangat permeable. Selain itu di hati juga terdapat sel Kupffer (derivat sistem retikuloendotelial atau monosit-makrofag) yang berfungsi untuk menyaring darah. Sebagai fungsi hemodinamik, hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam arteri hepatica ± 25% dan di dalam vena porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hati dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock. Hati merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah. 2. Fungsi Metabolik a. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat Pembentukan, perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein saling berkaitan satu sama lain. Metabolisme karbohidrat berfungsi mengatur kadar glukosa darah dengan proses glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesis. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan 6 glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mejadi glukosa disebut glikogenolisis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphatshunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs). Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain: Glukoneogenesis, sintesisglukosa dari beberapa substratasam amino, asam laktat, asam lemak non ester dan gliserol. Pada manusia dan beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat mengkonversi gliserol menjadi glukosa.Lintasan dipercepat oleh hormoninsulin seiring dengan hormontri-iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori.Siklus Cori, yang disebut berdasarkan penemunya, Carl Cori dan Gerty Cori, adalah siklus energi yang dibentuk antara lintasan yang menghasilkan tiga senyawa yaitu asam laktat, asam piruvat dan alanina, dengan lintasan glukoneogenesis. Siklus Cori yang pertama ditemukan terjadi antara jaringan otot dan hati yang membentuk siklus. Asam laktat yang disintesis oleh sel otot di lintasan glikolisisakan diserap oleh hati dan diubah menjadi glukosa. Sekresi glukosa oleh hati pada lintasan glukoneogenesis kemudian diserap oleh sel otot untuk diubah kembali menjadi asam laktat. 7 b. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak Lemak merupakan sumber energy bagi otot dan jaringan lainnya.Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen : 1. Senyawa 4 karbon-keton bodies 2. Senyawa 2 karbon-activeacetate(dipecah menjadi asam lemak dan gliserol) 3. Pembentukan kolesterol 4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid 5. Diubah menjadi glukosa pada saat kelaparan dan pada diabetes yang tidak terkontrol Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kolesterol. Dimana serum kolesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid. c. Fungsi hati sebagai metabolisme protein Hati mensintesis banyak macam protein plasma dari asam amino kecuali gamma globulin. Dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahanbahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan α-globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan “endproduct” metabolisme protein. α-globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.Albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000. Selain itu hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk pembuluh darah, yang beraksi adalah faktor ekstrinsik, bila ada hubungan dengan katup jantung, yang 8 beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi. d. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin dan mineral Hati mampu menyimpan vitamin A, (cadangan 1-2 tahun) , vitamin D (cadangan 1-4 bulan), vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun) dan mineral (tembaga, besi). Besi disimpan oleh hati dalam bentuk feritin. Vitamin dan besi disalurkan ke tubuh apabila kadar zat-zat tersebut turun. 3. Fungsi Pertahanan Tubuh a. Fungsi hati sebagai detoksikasi Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis. b. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi α-globulin sebagai imun liversmechanism. 4. Fungsi Ekskresi a. Membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus b. Bilirubin, cholesterol, garam empedu Metabolisme bilirubin: Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. 9 Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi bilirubin. Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis. Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya. Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta10 glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik. 2.2 Gangguan Faal Hati Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati: 1. Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati. 2. Adanya sumbatan saluran empedu. Berikut beberapa jenis gangguan hati: 1) Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis atau sirosis hati atau pengerasan pada hati merupakan kelainan bentuk dan fungsi hati sebagai salah satu organ besar manusia yang menetralisir racun dalam tubuh.Seseorang dengan sirosis mengalami pergantian jaringan hati yang normal dengan jaringan parut yang merusak sel hati sehingga hati tidak dapat berfungsi secara normal.Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah.Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali.Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati tidak dapat berfungsi dengan normal.Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati. Gambar: Perbandingan hati yang sehat dengan yang tekena Sirosis 11 Gejala: Beberapa gejala umum yang dialami penderita sirosis hepatis adalah : Sering merasa lelah Mual dan muntah Kehilangan nafsu makan Berat badan berkurang Gangguan pencernaan Terjadi pendarahan pada perut atau saluran esophagus Gatal pada tubuh Mudah mengalami memar dan pendarahan Warna kulit perlahan menguning (jaundice) Penyebab: Penggunaan akohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama Hepatitis B dan C Obat-obatan tertentu Terlalu sering terkena paparan racun seperti arsenik Kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis) Penumpukan lemak dalam hati (nonalcoholic fatty liver disease) Penyakit hati yang disebabkan sistem kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis) Patofisiologi: Pada kondisi normal, hati merupakan sistem filtrasi darah yang menerima darah yang berasal dari vena mesenterika, lambung, limfe, dan pankreas masuk melalui arteri hepatika dan vena porta. Darah masuk ke hati melalui triad porta yang terdiri dari cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu. Kemudian masuk ke dalam ruang sinusoid lobul hati. 12 Darah yang sudah difilter masuk ke dalam vena sentral kemudian masuk ke vena hepatik yang lebih besar menuju ke vena cava inferior (Sease et al, 2008). Pada sirosis, adanya jaringan fibrosis dalam sinusoid mengganggu aliran darah normal menuju lobul hati menyebabkan hipertensi portal yang dapat berkembang menjadi varises dan asites. Berkurangnya sel hepatosit normal pada keadaan sirosis menyebabkan berkurangnya fungsi metabolik dan sintetik hati. Hal tersebut dapat memicu terjadinya ensefalopati hepatik dan koagulopati (Sease et al, 2008). Klasifikasi berbagai sirosis yang sering dilakukan adalah sebagai berikut: a) Sirosis pascahepatits yang dapat terjadi akibat infeksi virus hepatitis B, C atau hepatitis kronik aktif tipe autoimun. b) Sirosis alkoholik yang dapat terjadi akibat minum alkohol berlebihan. Penghentian minum alkohol dapat memulihkan penyakit ini. c) Sirosis biliaris primer, ditandai oleh peradangan kronis dan obliterasi fibros saluran empedu intrahepatik yang diperkirakan bersifat autoimun. 2) Hepatitis Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toksin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Penyebab: Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. 13 Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obatobatan seperti: Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hati adalah: Obat anastesi Obat antibiotik Obat antiinflamasi Obat antimetabolik dan imunosupresif Antituberkulosa obat psikotropik Lain-lain, contoh phenothiazine. Patofisiologi : Perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran besar dan berwarna normal, namun kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi terasa nyeri di tepian. Secara histologi terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda. Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat menyebabkan gagalhati fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005) Jenis Virus penyebab hepatitis: a. Hepatitis A Virus (HAV) Virus hepatitis A terutama menyebar melalui vecal oral.Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan.Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. b. Hepatitis B Virus (HBV) Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.Penularan biasanya 14 terjadi di antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. c. Hepatitis C Virus (HCV) Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah.Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama.Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C. d. Hepatitis D Virus (HDV) Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat.Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. e. Hepatitis E Virus (HEV) Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang. f. Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis : Virus Mumps Virus Rubella Virus Cytomegalovirus Virus Epstein-Barr Virus Herpes 15 Tahap-tahap penyakit hepatitis virus. a) Tahap awal (belum tampak kuning). Pada tahap awal keluhan penderita sering tak khas, dapat berupa demam, sakit kepala, rasa lesu, lemah, cepat lelah, tak nafsu makan, mual, muntah, diare atau sembelit. Kadang kadang terasa nyeri di perut bagian kanan atas. b) Tahap kuning Pada tahap ini kulit dan mata penderita mulai tampak kuning diikuti warna air seni yang kuning gelap. Biasanya kalau sudah tampak kuning, beberapa keluhan mulai berkurang atau menghilang. Warna kuning bertambah dalam waktu 5 – 10 hari. Bila kuningnya hebat maka akan timbul rasa gatal. Selain itu hati dan limpa juga membengkak dan terasa nyeri. Keluhan penderita hepatitis C umumnya lebih ringan dan penderita sering tidak tampak kuning. c) Tahap penyembuhan Pada tahap ini mual dan muntah mulai menghilang dan nafsumakan timbul kembali.Rasa lemah dan lelah bisa menentap untuk beberapa hari. Warna kuning di mata secara berangsur mulai menghilang (bisa sampai 2 minggu). 2.3 Pemeriksaan Faal Hati Tujuan Pemeriksaan: 1. Sebagai pemeriksaan penyaring (ada atau tidak ada kelainan faal hati atau sel hati). 2. Membantu menegakkan diagnosis 3. Membantu membuat diagnosis banding 4. Membantu membuat prognosis 5. Mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan 6. Membedakan jenis-jenis ikterus (kuning) 16 2.3.1 Tes faal hati Tes Faal (TFH) dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tes Faal Sintesis Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, globulin, kadar ammonia, masa protrombin dan cholesterol. a. Pemeriksaan kadar albumin Gangguan faal sintesis albumin terjadi hipoalbuminemia, menunjukkan adanya kerusakan hati. Pada proses/penyakit akut keadaan ini kurang nyata, sebaiknya pada penyakit kronis/degeneratif (wastingdiseases) sering dijumpai. b. Pemeriksaan kadar globulin Peningkatan globulin menunjukkan adanya hepatitis aktif atau menuju sirosis. c. Pemeriksaan kadar ammonia Peningkatan ammonia menunjukkan kegagalan hati dalam mengubah ammonia menjadi urea. d. Faktor-faktor koagulasi Tes PT (Prothrobin Time) atau nama lain dari masa protrombin plasma (MPP), setelah pemberian vitamin K secara parenteral: Masa protrombin plasma memanjang pada gangguan hepatoseluler dan kolestasis (terhentinya aliran empedu). Pada kolestasis maka pemberian vitamin K parenteral akan memperbaiki PT. Sebaiknya pada gangguan hepatoseluler maka pemberian vitamin K tidak akan memperbaiki hasil PT. 2. Tes Faal Ekskresi (terkonjugasi di hati = direk) 17 a. Pemeriksaanpigmen empedu dalam darah: Bilirubin total Bilirubin direk, dan Ratio direk/ indirek b. Pemeriksaan pigmen empedu dalam feses/urin: Warna Bilirubin, dan Urobilinogen. c. Tes retensi BSP (bromsulfonflalien) Tes ini bersifat infasif karena larutan BSP disuntikkan intravena dan setelah 45 menit barulah dilakukan pungsi vena lalu kadar BSP yang direntensi dalam darah diukur. Normal retensi: <5%. Ada bahaya anafilaksis, selain itu bila ekstravasasi terjadi iritasi jaringan sampai nekrosis. Tes ini digunakan khusus misalnya pada diagnosis Sindroma Dubin Johnson, yaitu ditemukan setelah 45 menit retensi normal atau meningkat ringan, tetapi setelah 2 jam meningkat tinggi karena adanya gangguan ekskresi. Cara Kerja: 1. Suntikkan BSP secara intravena 5 mg/kg BB. 2. 45 menit kemudian ukur sisa BSP dalam sirkulasi darah. 3. Jika residu BSP dengan sirkulasi darah >5%, berarti ada gangguan uptake/ ekskresi. 3. Tes lainnya 18 a. Pemeriksaan aktivitas ALT dan AST (serum aminotransferase) Tes ini sangat peka pada peningkatan permeabilitas atau kerusakan ringan dinding sel. ALT (alanin transaminase) atau SGPT (serum glutamate pyruvate transaminase). ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT (GPT), LDH5 meningkat aktivitasnya dalam darah. AST (aspartat transaminase) atau SGOT (serum glutamate oxcaloacetat transaminase)AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik penyakit hati dan GLDH(glutamate dehidrogenase) bersifat unikoluker terletak dalam mitochondria. Enzim ini peka karena itu baik untuk deteksi dini kerusakan sel hati. Cortison dan sulfonil urea dosis terapi dapat menurunkan GLDH. b. Pemeriksaan aktivitas ALP serum Tes adanya kolestasis, meningkat pada obstruksi hati.ALP sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan di banyak jaringan lain. Peningkatan ALP dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat. Pada kolestasis terutama bila penyebabnya ekstrahepatik, aktivitasnya meningkat nyata (ekskresi, 19 sintesis, regurgitasi). Pada kerusakan hepatoseluler peningkatannya hanya ringan c. Pemeriksaan aktivitas GGT Merupakan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit hati alkoholik atau penyakit hati toksis karena zatzat kimia, obat dan alcohol.Meningkat terutama pada alkoholik. d. Alfafetoprotein (AFP) Kadarnya meningkat pada hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, maupun hepatoma.Pada penyembuhan hepatitis kadarnya juga mungkin meningkat ringan.Bila kadarnya terus meningkat terutama bila ≥2000 ng/mL, AFP dapat dianggap diagnostic sebagai penanda tumor (tumor marker) untuk hepatoma.Kadarnya juga meningkat pada tumor embrional, kehamilan. 2.4. Pengobatan dan Pencegahan Pengobatan dapat dilakukan sesuai penyebabnya. Pencegahan dapat dilakukan mulai dari: 1. Menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. 2. Pola hidup yang sehat 3. Hindari obat terlarang, alcohol, bahan beracun 4. Hindari menggunakan alat-alat milik orang lain yang berpotensi menularkan seperti alat suntik 5. Jangan menggunakan obat secara berlebihan. 6. Cukup nutrisi / gizi 7. Suntik immuno globulin pada gejala hepatitis A 20 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Hati merupakan organ terbesar, dengan berat sekitar 1500gr yang berlokasi di kuadrat atas kanan Hati berfungsi sebagai fungsi vascular, metabolisme (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,dan faktor koagulasi), fungsi pertahanan tubuh, dan fungsi ekskresi. Gangguan pada faal hati dapat berupa: sirosis hati, hepatitis, kolestasis & jaundice, asites, hemokromatosis, kanker hati dan sebagainya. Tes faal hati: 1. Tes Faal Sintesis a. kadar ammonia b. Tes Pemeriksaan kadar albumin c. Pemeriksaan kadar globulin. 2. Pemeriksaan faal Ekskresi (terkonjugasi di hati= direk) a. Pemeriksaan pigmen empedu dalam darah: bilirubin total, bilirubin direk, dan ratio direk/ indirek b. Pemeriksaan pigmen empedu dalam feses/urin: warna, bilirubin, dan urobilinogen. c. Tes retensi BSP (bromsulfonflalien) 3. Tes Lainnya: a. Pemeriksaan aktivitas ALT dan AST (serum aminotransferase) b. Pemeriksaan aktivitas ALP serum c. Pemeriksaan aktivitas GGT d. Alfafetoprotein (AFP) 21 3.2 Saran Berdasarkan makalah yang kami buat, penulis menyarankan khususnya kepada mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dan dan untuk masyarakat umumnya agar dapat menjaga kesehatan dengan baik, menjaga pola hidup sehat, supaya terhindar dari penyakit-penyakit yang berbahaya terutama gangguan pada hati. 22 DAFTAR PUSTAKA Dib, N., Oberti, F., Cales, P., 2006. Current management of the complications of portal hypertension : Variceal bleeding and ascites. CMAJ Brandt, Carl. J dan Ove Schaffalitzky de Muckadell. 2005. Cirrhosis of the Liver. www.netdoctor.co.uk Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika Sease, J.M., Timm, E.G., and Stragano, J.J., 2008. Portal hypertension and cirrhosis. In: J.T. Dipiro, R.L. Talbert, G.C Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey (Eds.). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Ed. 7th, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-hati.html tanggal 7 Januari 2019) (diakses 23