BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Manajemen merupakan suatu bidang ilmu dalam mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan, manusia, pekerjaan dan waktu untuk mencapai tujuan tertentu. Umumnya manajemen ini banyak digunakan oleh sebuah organisasi untuk merencanakan, mengendalikan, mengaktualisasikan, mengontrol dan mengevaluasi hasil-hasil dari kinerja organisasi tersebut. 1. Pengertian Manajemen Menurut T. H. Nelson yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013, p. 5) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : “Manajemen adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan” Menurut James Stoner yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013, p. 6) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut G.R. Terry yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013, p. 5) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : “Manajemen adalah 7 8 proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen adalah serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. 2. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu dan melekat didalam proses manajemen dan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrial Perancis bernama Henry Fayol pada abad ke 20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013, p. 51) dapat diuraikan sebagai berikut: 9 a. Planning (Perencanaan), adalah memikiran apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. b. Organizing (Pengorganisasian), dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. c. Actuating (Penggerakkan), adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. d. Controlling (Pengawasan), adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan pengukuran dan korekso semua kegiatan di dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi dapat terencana dengan baik. 3. Unsur-unsur Manajemen Menurut Kosasih dan Soewedo (2007, p. 5) agar manajemen dapat mencapai tujuan atau sasarannya, diperlukan alat atau sarana manajemen yang dikenal dengan 7 M uraiannya sebagai berikut: a. Men, yaitu orang yang mengelola manajemen. 10 b. Money, yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai suatu operasi dan investasi c. Methods, yaitu cara atau sistem untuk mencapai tujuan (cara berproduksi, sistem akuntansi, prosedur-prosedur dan sebagainya). d. Material, yaitu bahan-bahan yang diperlukan (bahan baku, bahan pembantu dan sebagainya). e. Machines, yaitu mesin atau peralatan untuk proses produksi serta alat kantor, komputer dan sebagainya. f. Market, yaitu pasar untuk menyalurkan hasil produksi. g. Management Information System, yaitu sistem informasi yang sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan. B. Clearance In Kapal Peraturan Menteri Perhubungan Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2018, clearance adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal, awak berlayar dan muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Port Clearance yang dikeluarkan oleh Syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya. 11 Pengertian Clearance menurut Capt. RP. Suyono, M. Mar 2007 dalam buku Shipping Clearance In adalah penyelesaian segala sesuatu yang berkaitan tentang dokumen – dokumen kapal, muatan dan awak kapal pada saat kedatangan kapal di pelabuhan. Sebelum kapal tiba, prinsipal (pemilik kapal) mengadakan kontak atau komunikasi dengan pihak perusahaan / agen yang ditunjuk, untuk pemberitahuan laporan kedatangan kapal. Biasanya pemberitahuan ini dilaksanakan 1 – 2 hari sebelum kapal tiba agar pihak perusahaan pelayaran dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Prinsipal sebelum membuat Letter Of Appointment (surat persetujuan) yang ditunjuk kepada perusahaan pelayaran. Surat ini dibuat dengan maksud apabila kapal membutuhkan sesuatu maka kapal dapat meminta pada agen yang ditunjuk oleh principal. Setelah mengetahui kapal akan datang maka perusahaan pelayaran membuat rencana operasi kedatangan kapal yang diajukan pada instansi-instansi yang terkait didalam lingkungan kerja pelabuhan, antara lain: 1. PT. Pelindo ( Persero ) 2. Karantina Kesehatan 3. Imigrasi 4. Bea dan Cukai 5. Syabandar 6. Otoritas Pelabuhan 12 7. Divisi Kepanduan 8. Kesehatan Pelabuhan 9. TNI AL dan Polisi Pelabuhan Setelah perusahaan pelayaran menerima master cable dari nakhoda mengenai kepastian kedatangan kapal yang berisi jam dan tanggal, maka seterusnya diajukan permohonan pengguna jasa untuk kapal ke pihak instansi yang terkait di bagian Divisi Usaha dengan dilampirkan master cable, Letter Of Appointment dan laporan kedatangan kapal. Hal ini berlaku 24 jam sebelum kapal berada di pelabuhan. Permohonan tersebut (Blanko Model I A) di bagi menjadi 4 (empat) kolom yaitu : 1. Data-data kapal 2. Permohonan Jasa Labuh atau Jasa Tambat 3. Permohonan Air Tawar 4. Permohonan Jasa Pandu maupun Tunda Apabila permohonan tersebut disetujui oleh pihak instansi yang terkait maka akan mengeluarkan surat keputusan pemberitahuan pemakaian fasilitas dermaga. Setelah mendapat ijin berlabuh, agen menghubungi pandu untuk menata fasilitas pandu guna membantu nakhoda kapal dengan memberikan informasi tentang keadaan perairan dari luar pelabuhan menuju dermaga pelabuhan yang telah ditentukan. 13 C. Dokumen Penunjang Clearance In Kapal Dokumen-dokumen tersebut dibawah ini harus dipersiapkan sebelum tiba di pelabuhan, khusus untuk kapal-kapal asing yang pertama kali di ageni di Pelabuhan Tanjung Priok. 1. Sebelum kapal tiba di pelabuhan, agen menyiapkan dokumen-dokumen sebagai berikut : a. PKKA (Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing) dari seacomm. b. PPKB (Pusat Pelayanan Kapal dan Barang) dari port authority. c. RKSP (Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut) diajukan oleh agen ke Bea & Cukai. d. Memorandum Pemeriksaan Dokumen Kapal diajukan ke Harbor master. e. Letter of appointment (surat persetujan) dari owners/kapal. f. Tonnage certificate (copy) dari owners/kapal. g. Master cable dari Nahkoda yang mengatakan bahwa kapal akan masuk ke pelabuhan. h. ISSC (International Ship Security Certificate) dari owners i. Ship Particular dari owners/kapal. j. Crew List sebagai Laporan pemberitahuan ke imigrasi. k. Cargo Manifest bill of lading (copy) dari owners/ charterers sebagai laporan ke Bea & Cukai dan port authority. 14 2. Dokumen yang disiapkan pada saat kapal tiba di pelabuhan : a. Crew List b. Crew Personal Effect c. Voyage Memo d. Ammunition List atau Dangerous Cargo List e. Store List dan Provision List D. Clearance Out (Perizinan Kapal Keluar) Menurut Bambang Widiatmoko (2014) Clearance out adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa Kapal, awak kapal, dan muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Pengertian clearance out menurut R.P. Suyono (2007, p. 22) adalah pemeriksaan surat-surat kapal oleh Syahbandar, agar kapal dapat keluar dari suatu pelabuhan. Menurut D.A Lasse (2014, p. 26) Clearance Out berlangsung setelah semua unsur terkait memberikan clearance menurut bidangnya masingmasing bahwa kapal, muatan, dan penumpang memenuhi ketentuan keamanan dan keselamatan, dan terhadap semua kewajiban yang disyaratkan telah dinyatakan laik untuk berlayar, maka Syahbandar memberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). 15 1. Dokumen yang diperlukan/dipersiapkan pada saat keberangkatan kapal: a. Master Sailing declaration adalah surat pernyataan yang dibuat oleh Nakhoda yang menerangkan bahwa kapal, muatan, dan awak kapalnya telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim untuk berlayar ke pelabuhan tujuan. b. Cargo Manifest tadalah dokumen yang berisikan semua informasi yang berkaitan dengan barang yang diangkut oleh kapal pada saat kedatangan maupun keberangkatan. c. Port Clearance Out adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar. d. Immigration Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi kepada setiap kapal yang akan berlayar. e. Quarantine Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Kantor Karantina Pelabuhan kepada setiap kapal yang akan berlayar. f. Custom Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Kantor Bea dan Cukai kepada setiap kapal yang akan berlayar. g. Light Dues (copy) adalah tarif kapal selama berlabuh di pelabuhan. h. PPKB (Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang) out dari Port Authority. 16 2. Alur kapal keluar pada sistem inaportnet: a. Membuat LKK (Laporan Kedatangan Kapal) b. Membuat Warta Kapal: 1) Input ulang manifest muat seperti data awal. 2) Input ulang crew list. 3) Input ulang data penumpang naik. 4) Input data kewajiban (VTS, Jasa Rambu, Sailing Declaration, Clearance Kesehatan). 5) Input data pandu keluar (tanggal dan jam permintaan pandu keluar). 6) Kirim data warta tersebut agar timbul Surat Persetujuan Berlayar dan Layanan Kedatangan Kapal (LKK). 7) Minta persetujuan Otoritas Pelabuhan agar Layanan Kedatangan Kapal (LKK) di ubah status menjadi disetujui. 8) Jika Layanan Kedatangan Kapal (LKK) sudah disetujui cetak Billing Labuh. 9) Jika Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) labuh sudah dibayar dan status lunas, cetak kwitansi Labuh. 10) Buat PPKB Keberangkatan di idpcs.id dan minta penetapan ke Pusat Pelayanan Satu Atap ext 8080 / 8081. 17 11) Minta persetujuan Otoritas Pelabuhan untuk disetujuinya Layanan Kedatangan Keberangkatan Kapal (LK3) (Sertakan Foto kwitansi labuh dan data penumpang naik). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa clearance out adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh agen perusahaan pelayaran dan diawasi oleh syahbandar kepada kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan yang telah memenuhi persyaratan teknis, administratif, keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim. E. Operasi Pelayanan Jasa Angkutan Laut Menurut Sukendra (2012), persiapan yang harus dilakukan sebelum kapal tiba adalah sebagai berikut: 1. Tipe Kapal Panjang kapal keseluruhan (Length Over All), sarat depan dan sarat belakang (draft). 2. Dermaga Panjang dermaga disesuaikan dengan panjang kapal, kesiapan dermaga sebelum kapal tiba atau dermaga harus dipastikan dalam kondisi siap disandarkan. Memeriksa kade meter untuk menentukan peletakan tali tross dan spring kapal (depan dan belakang kapal) dan jarak antar kapal depan dan belakang 20 m. 18 3. Pemberitahuan Kunjungan Kapal (PKK) PKK untuk semua kapal harus dibuat secara online pada sistem Pelindo untuk dapat dibuatkan rencana penambatan kapal. 4. Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB) Permintaan pelayanan kapal dan barang dibuat sebelum kapal tiba agar kapal mendapatkan pelayanan berupa jasa labuh, pandu, tunda, tambat dan juga truk sampah. 5. Setelah kapal sandar, dokumen kapal harus dilaporkan kepada petugas syahbandar 1x24 jam untuk diperiksa masa berlakunya (clearance in). 6. Rencana Kegiatan Kapal di dermaga a. Untuk melakukan pembongkaran muatan. b. Untuk melakukan pemuatan. c. Untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. d. Untuk mengadakan perbaikan atau docking atau memuat perlengkapan. e. Untuk mengisi air tawar, bahan makanan dan mengisi bahan bakar f. Pergantian crew kapal. 7. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Jika seluruh kegiatan kapal sudah dilaksanakan maka langkah untuk penerbitan surat persetujuan berlayar adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan ulang dokumen kapal. b. Pengesahan crew list (daftar awak kapal). 19 c. Pemeriksaan buku pelaut dan buku sijil. d. Pemeriksaan nota jasa rambu. e. Melampirkan manifest muat (penumpang dan muatan). f. Cek fisik kapal (penumpang dan muatan). g. Membuat PPKB keberangkatan kapal. Jadi dengan demikian perencanaan clearance out adalah strategi yang diperlukan agar terjadinya kelancaran terhadap pengurusan dokumen-dokumen kapal yang akan meninggalkan pelabuhan dan diawasi oleh Syahbandar dengan memberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). F. Kinerja 1. Definisi Kinerja Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009, p. 18). Tingkat keberhasilan suatu kinerja meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan, menurut Siswanto (dalam Muhammad Sandy, 2015, p.11) kinerja ialah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 2. Standar Kinerja Standar kinerja merupakan tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding (benchmark) atau 20 tujuan atau target tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar kerja yang baik harus realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan jelas sehingga bermanfaat baik bagi organisasi maupun para karyawan (Abdullah, 2014, p. 114). Standar kinerja menurut Wilson (dalam Da Silva, 2012, p. 53) adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat diselesaikan, dan merupakan pembanding (benchmark) atas tujuan atau target yang ingin dicapai, sedangkan hasil pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai persyaratan pekerjaan atau standar kinerja. 3. Fungsi Standar Kinerja Standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan Abdullah (2014, p.115) memilik fungsi antara lain: a. Sebagai tolak ukur (benchmark) untuk menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan kinerja ternilai. b. Memotivasi karyawan agar bekerja lebih keras untuk mencapai standar. Untuk menjadikan standar kinerja yang benar-benar dapat memotivasi karyawan perlu dikaitkan dengan reward atau imbalan dalam sistem kompensasi. Memberikan arah pelaksanaan pekerjaan yang harus dicapai, baik kuantitas maupun kualitas. 21 c. Memberikan pedoman kepada karyawan berkenaan dengan proses pelaksanaan pekerjaan guna mencapai standar kinerja yang ditetapkan. 4. Persyaratan Standar Kinerja Agar dapat digunakan sebagai tolak ukur (benchmark), maka standar kinerja harus memiliki persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan-persyaratan standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan Abdullah ( 2014, p. 115-116) antara lain: a. Terdapat hubungan yang relevan dengan strategi organisasi. b. Mencerminkan keseluruhan tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. c. Memperhatikan pengaruh faktor-faktor di luar kontrol karyawan. d. Memperhatikan teknologi dan proses produksi. e. Sensitif, dapat membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. f. Memberikan tantangan kepada karyawan. g. Realistis, dapat dicapai oleh karyawan. h. Berhubungan dengan waktu pencapaian standar. i. Dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur pencapaian standar. j. Standar harus konsisten. k. Standar harus adil. 22 l. Standar harus memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan. 5. Penilaian Kinerja Terdapat kurang lebih 2 (dua) syarat utama yang diperlukan guna melakukan penilaian kinerja yang efektif, yaitu 1) adanya kriteria kinerja yang dapat diukur secara objektif ; dan 2) adanya objektivitas dalam proses evaluasi (Gomes, 2003, p. 136). Sedangkan dari sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang Siagian (2008, p. 223-224) menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai aspek lain dalam proses manajemen SDM. Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara sistematik. Dengan demikian, dalam melakukan penilaian atas prestasi kerja para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinyu 23 antara para pejabat pimpinan dan bagian kepegawaian. Untuk mempertegas dan memperjelas bagaimana penilaian kinerja dalam suatu organisasi dapat menghasilkan individu-individu yang berkualitas maka Malayu S P Hasibuan (dalam Yani, 2012, p. 118) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah menilai rasio dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menurut Simamora (2004, p. 458) penilaian kinerja adalah suatu proses dengannya suatu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan dapat memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka serta memungkinkan perusahaan untuk mengetahui seberapa baik seseorang karyawan bekerja jika dibandingkan dengan standar-standar organisasi. Terdapat beberapa indikator penilaian kinerja yaitu; a. Loyalitas Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi pada perusahaan-perusahaan dimana mereka akan diberikan posisi yang baik. Hal ini dapat dilihat melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang mereka miliki. 24 b. Semangat kerja Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang kondusif. Hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan dalam menjalankan tugas pada suatu organisasi. c. Kepemimpinan Pimpinan merupakan leader bagi setiap bawahannya, bertanggung jawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk mengeluarkan ide, pendapat, dan gagasan demi keberhasilan perusahaan. d. Kerja sama Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan kekeluargaan antara karyawan sehingga memungkinkan karyawan untuk bekerja sama dalam lingkungan perusahaan. e. Prakarsa Prakarsa perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan ataupun dalam lingkungan perusahaan. f. Tanggung jawab Tanggung jawab harus dimiliki oleh setiap karyawan baik bagi mereka yang berada pada leveljabatan yang tinggi atau pada level yang rendah. 25 g. Pencapaian target Dalam pencapaian target biasanya perusahaan mempunyai strategistrategi tertentu dan masing-masing. 6. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Bagi perusahaan penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara lain evaluasi antar individu dalam organisasi, pengembangan dari diri setiap individu, pemeliharaan sistem dan dokumentasi (Belarmino , 2013, p. 62-63). a. Evaluasi antar individu dalam organisasi Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam organisasi dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi. b. Pengembangan dari diri setiap individu dalam organisasi Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan karyawan yang memiliki kinerja rendah yang membutuhkan pengembangan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan. c. Pemeliharaan sistem Berbagai sistem yang ada dalam organisasi memiliki sub sistem yang saling berkaitan antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya. Oleh karena itu perlu dipelihara dengan baik. 26 d. Dokumentasi Penilaian kinerja akan memberi manfaat sebagai dasar tindak lanjut dalam posisi pekerjaan karyawan di masa akan datang. Hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Menurut Werther dan Davis (1996, p. 342) dalam buku Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis (Suwatno, et al, 2011, p.196) penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi perusahaan dan karyawan yang dinilainya, antara lain: 1) Performance Improvement. Memungkinkan karyawan dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja. 2) Compensation Adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya. 3) Placement Decision. Menentukan promosi, transfer dan demotion. 4) Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan agar kinerja mereka lebih optimal. 5) Career Planning and Development. Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai. 6) Staffing Process Deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan karyawan. 27 7) Informational Inaccuracies and Job-Design Errors. Mengetahui ketidaktepatan informasi dan kesalahan perancangan pekerjaan. 8) Equal Employment Opportunity. Kesempatan yang sama dalam pekerjaan. 9) External Challenges. Tantangan-tantangan eksternal. 10) Feedback. Umpan balik bagi karyawan dan perusahaan. Syarat efektifnya penilaian kinerja menurut Cascio (1992, p. 270273) dalam Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis (Suwatno, et al, 2011, p. 196) antara lain: 1) Penilai (assessor) 2) Keterkaitan (relevance) 3) Kepekaan (sensitivity) 4) Keterandalan (reliability) 5) Kepraktisan (practicallity) 6) Dapat diterima (acceptability). 7. Indikator Kinerja Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP dalam Abdullah, 2014, p. 145). Sementara itu menurut Lohman (2003) dalam Abdullah (2014, p. 145) indikator kinerja adalah suatu variabel yang digunakan untuk 28 mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisinesi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Menurut Surya Dharma (2012, p. 83), mengemukakan bahwa indikator kinerja sebagai berikut : a. Konsisten b. Tepat c. Menantang d. Dapat diukur e. Dapat dicapai f. Disepakati g. Dihubungkan dengan waktu h. Berorientasikan kerja kelompok. G. Waktu Tunggu Kapal (Waiting Time) Pengertian Waiting Time adalah waktu tunggu yang dikeluarkan oleh kapal untuk menjalani proses kegiatan di dalam area perairan Pelabuhan, bertujuan untuk mendapatkan pelayanan sandar di Pelabuhan atau Dermaga, guna melakukan kegiatan bongkar dan muat barang di suatu Pelabuhan. Misalnya, Kapal yang tengah mengantri di perairan Lampu mengajukan permohonan sandar kepada PT Pelindo III Cabang Tanjung Emas Semarang pada pukul 10.30 WIB. Kemudian petugas pandu datang menjemput Kapal pukul 11.30 WIB maka waiting time nya selama 1 jam. Jadi keterlambatan selama 1 jam dapat dikatakan sebagai waktu terbuang ( non produktif ) yang 29 harus di emban oleh pihak kapal, pihak pengusaha pelayaran atau pengirim barang (shipper) yang telah menggunakan jasa fasilitas Pelabuhan, yang dikarenakan oleh faktor – faktor tertentu di Pelabuhan. Adapun Indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa Pelabuhan terdiri dari : 1. Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan adalah jumlah waktu terpakai untuk Kapal bergerak dari lokasi lego jangkar sampai ikat tali di tambatan. 2. Effective Time (ET) atau waktu efektif adalah jumlah waktu efektif yang digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat selama Kapal di tambatan. 3. Idle Time (IT) adalah waktu tidak efektif atau tidak produktif atau terbuang selama kapal berada di tambatan disebabkan pengaruh cuaca dan peralatan bongkar muat yang rusak. 4. Not Operation Time (NOT) adalah waktu jeda, waktu berhenti yang direncanakan selama Kapal di Pelabuhan. (persiapan bongkar/muat dan istirahat kerja) 5. Berth Time (BT) adalah waktu tambat sejak first line sampai dengan last line. 6. Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat penggunaan dermaga adalah perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang tersedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam prosentase. 30 7. Turn around Time ( TRT) adalah waktu kedatangan Kapal berlabuh jangkar di dermaga serta waktu keberangkatan Kapal setelah melakukan kegiatan bongkar muat barang ( TA s/d TD). H. On Time Performance Setiap moda transportasi memiliki ketetapan waktu atau yang sering di istilahkan yaitu on time performance. Bila dilanggar on time performance tidak berlaku. Sebab, bila terjadi keterlambatan, penumpang yang menggunakan moda transportasi tersebut harus menyesuaikan kembali jadwal mereka untuk sampai ke tujuan. Dalam hal ini khususnya moda transportasi laut untuk kapal laut (muatan) dan kapal penumpang sangat membutuhkan on time performance. Meski tak bisa berlaku secepat pesawat ataupun kereta api, nyatanya on time performance menjadi faktor yang amat diperhitungkan karna pada kapal penumpang tak hanya manusia, tapi juga berupa kendaraan berukuran besar ataupun muatan-muatan. Selain itu faktor-faktor yang membuat on time performance sulit terealisasi, yaitu: 1. Faktor alam dan lingkungan, lebih menentukan keberangkatan yang belum tentu bisa sesuai jadwal yang sudah di tetapkan semua pelabuhan. 2. Faktor kegiatan operasional kapal, sudah bukan hal baru bila kapal sering mengalami kerlambatan yang sudah ditentukan, itu terjadi akibat kepengurusan dokumen saat kapal sandar dan kegiatan bongkar muat. 31 On time performance adalah suatu keadaan dimana waktu keberangkatan dan waktu kedatangan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Adapun beberapa hal yang menyangkut masalah on time performance, yaitu: 1. Estimated time of departure 2. Actual time departure 3. Estimated time of arrival 4. Actual time arrival 5. Total departure Hal-hal tersebut haruslah sangat diperhatikan karena hal tersebut dapat sangat berpengaruh terhadap on time performance suatu pelayaran. On Time Performance Menurut Asad Y. Nasar di dalam Jurnal Manajemen Transportasi Ferial dan Osman Volume 9 No. 2, tahun 2008 (2008 : 116), On Time Performance adalah catatan dari ketepatan waktu perusahaan kapal pada keberangkatan dan kedatangan kapal. Suatu pelayaran dapat dikatakan baik jika on time performance yang dicapai selalu memenuhi jadwal. Untuk menghasilkan performance yang baik maka kerjasama antara satu bagian dengan bagian lain haruslah baik pula. On time performance mempunyai arti bahwa pelayaran berangkat sesuai dengan jadwal yang di tentukan. Menurut Asad Y.Nasr yang di kutip dari jurnal Ferial dan Osman Arofat on time performance adalah catatan dari ketepatan waktu perusahaan pelayaran pada keberangkatan dan 32 kedatangan. Persentase yang tidak dipengaruhi oleh keterlambatanketerlambatan apapun alasannya tau jenis keterlambatan itu. I. Kajian Relevan Tabel 2.1 Kajian Relevan No 1. 2 Nama dan Judul Penelitian Dimas Atmojaya (2013), SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPORTASI Arief Adrian (2011) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPORTASI Variabel PERENCANAAN CLEARANCE OUT (X), PELAKSANAAN PENJADWALAN KEBERANGKATAN KAPAL (Y) FAKTOR PENGHAMBAT CLEARANCE IN (X), PADA DIVISI KEAGENAN KAPAL (Y) Metodologi penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisi Regresi Linier Sederhana, Koefisien Korelasi, Koefisien Determinan atau Koefisien Penentu, Uji Hipotesis Metode fishbone, five why keys, tindakan efektif atau solusi permasalahan utama Hasil Penelitian Dari hasil analisis dan pembahasan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dengan arah hubungan positif searah antara perencanaan clearance out KM. Ciremai. Dari hasil analisis dan pembahasan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dengan arah hubungan positif searah antara perencanaan clearance in Sumber: diolah penulis, 2018 J. Kerangka Teori Hal penting menanggapi karyawan sebagai aset. Dengan memperlakukan karyawan sebagai aset, otomatis ada peningkatan Individual dari karyawan tersebut karena memacu kinerja menjadi lebih baik. 33 Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, maka pengembangan kerangka pikir dapat dilihat seperti dibawah ini: Pengaruh Clearance (X) On Time Perfomance (Y) Sumber: diolah penulis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran K. Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis menggunakan hipotesis bahwa diduga ada terdapat pengaruh yang signifikan antara proses cleareance terhadap on time performance kapal KM. Dobonsolo pada PT. Pelni Cabang Tanjung Priok , Jakarta Tahun 2018.