Uploaded by Muhammad Putra

BAB 2 Skripsi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
Manajemen merupakan suatu bidang ilmu dalam mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan kehidupan, manusia, pekerjaan dan waktu untuk
mencapai tujuan tertentu. Umumnya manajemen ini banyak digunakan oleh
sebuah organisasi untuk merencanakan, mengendalikan, mengaktualisasikan,
mengontrol dan mengevaluasi hasil-hasil dari kinerja organisasi tersebut.
1. Pengertian Manajemen
Menurut T. H. Nelson yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi
(2013, p. 5) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : “Manajemen
adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan
orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan
menjualnya dengan menguntungkan”
Menurut James Stoner yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi
(2013, p. 6) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : Manajemen
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut G.R. Terry yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013,
p. 5) manajemen dapat diartikan sebagai berikut : “Manajemen adalah
7
8
proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan usaha
mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya.”
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya manajemen adalah serangkaian aktivitas (termasuk
perencanaan,
dan
pengambilan
keputusan,
pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber
daya organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien dan efektif.
2.
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu
dan melekat didalam proses manajemen dan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi
manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrial Perancis
bernama Henry Fayol pada abad ke 20. Ketika itu, ia menyebutkan lima
fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
empat yang dikutip oleh Sarinah dan Muljadi (2013, p. 51) dapat
diuraikan sebagai berikut:
9
a. Planning (Perencanaan), adalah memikiran apa yang akan dikerjakan
dengan
sumber
yang
dimiliki.
Perencanaan
dilakukan
untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik
untuk memenuhi tujuan itu.
b. Organizing (Pengorganisasian), dilakukan dengan tujuan membagi
suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian
mempermudah
manajer
dalam
melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
c. Actuating (Penggerakkan), adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
d. Controlling (Pengawasan), adalah salah satu fungsi manajemen yang
merupakan pengukuran dan korekso semua kegiatan di dalam rangka
memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi
dapat terencana dengan baik.
3. Unsur-unsur Manajemen
Menurut Kosasih dan Soewedo (2007, p. 5) agar manajemen
dapat mencapai tujuan atau sasarannya, diperlukan alat atau sarana
manajemen yang dikenal dengan 7 M uraiannya sebagai berikut:
a. Men, yaitu orang yang mengelola manajemen.
10
b. Money, yaitu dana yang diperlukan untuk membiayai suatu operasi
dan investasi
c. Methods, yaitu cara atau sistem untuk mencapai tujuan (cara
berproduksi, sistem akuntansi, prosedur-prosedur dan sebagainya).
d. Material, yaitu bahan-bahan yang diperlukan (bahan baku, bahan
pembantu dan sebagainya).
e. Machines, yaitu mesin atau peralatan untuk proses produksi serta alat
kantor, komputer dan sebagainya.
f. Market, yaitu pasar untuk menyalurkan hasil produksi.
g. Management Information System, yaitu sistem informasi yang sangat
diperlukan untuk pengambilan keputusan.
B. Clearance In Kapal
Peraturan Menteri Perhubungan Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2018, clearance adalah suatu proses pengawasan yang
dilakukan oleh syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan
pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal, awak berlayar dan muatannya
secara teknis-administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan
keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Setiap kapal
yang berlayar wajib memiliki Port Clearance yang dikeluarkan oleh
Syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan
kewajiban lainnya.
11
Pengertian Clearance menurut Capt. RP. Suyono, M. Mar 2007 dalam
buku Shipping Clearance In adalah penyelesaian segala sesuatu yang
berkaitan tentang dokumen – dokumen kapal, muatan dan awak kapal pada
saat kedatangan kapal di pelabuhan.
Sebelum kapal tiba, prinsipal (pemilik kapal) mengadakan kontak
atau komunikasi dengan pihak perusahaan / agen yang ditunjuk, untuk
pemberitahuan laporan kedatangan kapal. Biasanya pemberitahuan ini
dilaksanakan 1 – 2 hari sebelum kapal tiba agar pihak perusahaan pelayaran
dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Prinsipal sebelum
membuat Letter Of Appointment (surat persetujuan) yang ditunjuk kepada
perusahaan pelayaran. Surat ini dibuat dengan maksud apabila kapal
membutuhkan sesuatu maka kapal dapat meminta pada agen yang ditunjuk
oleh principal. Setelah mengetahui kapal akan datang maka perusahaan
pelayaran membuat rencana operasi kedatangan kapal yang diajukan pada
instansi-instansi yang terkait didalam lingkungan kerja pelabuhan, antara
lain:
1. PT. Pelindo ( Persero )
2. Karantina Kesehatan
3. Imigrasi
4. Bea dan Cukai
5. Syabandar
6. Otoritas Pelabuhan
12
7. Divisi Kepanduan
8. Kesehatan Pelabuhan
9. TNI AL dan Polisi Pelabuhan
Setelah perusahaan pelayaran menerima master cable dari nakhoda
mengenai kepastian kedatangan kapal yang berisi jam dan tanggal, maka
seterusnya diajukan permohonan pengguna jasa untuk kapal ke pihak
instansi yang terkait di bagian Divisi Usaha dengan dilampirkan master cable,
Letter Of Appointment dan laporan kedatangan kapal. Hal ini berlaku 24 jam
sebelum kapal berada di pelabuhan.
Permohonan tersebut (Blanko Model I A) di bagi menjadi 4 (empat)
kolom yaitu :
1. Data-data kapal
2. Permohonan Jasa Labuh atau Jasa Tambat
3. Permohonan Air Tawar
4. Permohonan Jasa Pandu maupun Tunda
Apabila permohonan tersebut disetujui oleh pihak instansi yang
terkait maka akan mengeluarkan surat keputusan pemberitahuan pemakaian
fasilitas dermaga. Setelah mendapat ijin berlabuh, agen menghubungi pandu
untuk menata fasilitas pandu guna membantu nakhoda kapal dengan
memberikan informasi tentang keadaan perairan dari luar pelabuhan menuju
dermaga pelabuhan yang telah ditentukan.
13
C. Dokumen Penunjang Clearance In Kapal
Dokumen-dokumen tersebut dibawah ini harus dipersiapkan
sebelum tiba di pelabuhan, khusus untuk kapal-kapal asing yang pertama kali
di ageni di Pelabuhan Tanjung Priok.
1. Sebelum kapal tiba di pelabuhan, agen menyiapkan dokumen-dokumen
sebagai berikut :
a. PKKA (Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing) dari seacomm.
b. PPKB (Pusat Pelayanan Kapal dan Barang) dari port authority.
c. RKSP (Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut) diajukan oleh agen ke
Bea & Cukai.
d. Memorandum Pemeriksaan Dokumen Kapal diajukan ke Harbor
master.
e. Letter of appointment (surat persetujan) dari owners/kapal.
f. Tonnage certificate (copy) dari owners/kapal.
g. Master cable dari Nahkoda yang mengatakan bahwa kapal akan
masuk ke pelabuhan.
h. ISSC (International Ship Security Certificate) dari owners
i.
Ship Particular dari owners/kapal.
j.
Crew List sebagai Laporan pemberitahuan ke imigrasi.
k. Cargo Manifest bill of lading (copy) dari owners/ charterers sebagai
laporan ke Bea & Cukai dan port authority.
14
2. Dokumen yang disiapkan pada saat kapal tiba di pelabuhan :
a. Crew List
b. Crew Personal Effect
c. Voyage Memo
d. Ammunition List atau Dangerous Cargo List
e. Store List dan Provision List
D. Clearance Out (Perizinan Kapal Keluar)
Menurut Bambang Widiatmoko (2014) Clearance out adalah suatu
proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang
akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa Kapal,
awak kapal, dan muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan
lingkungan maritim.
Pengertian clearance out menurut R.P. Suyono (2007, p. 22) adalah
pemeriksaan surat-surat kapal oleh Syahbandar, agar kapal dapat keluar dari
suatu pelabuhan.
Menurut D.A Lasse (2014, p. 26) Clearance Out berlangsung setelah
semua unsur terkait memberikan clearance menurut bidangnya masingmasing bahwa kapal, muatan, dan penumpang memenuhi ketentuan
keamanan dan keselamatan, dan terhadap semua kewajiban yang
disyaratkan telah dinyatakan laik untuk berlayar, maka Syahbandar
memberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
15
1. Dokumen yang diperlukan/dipersiapkan pada saat keberangkatan kapal:
a. Master Sailing declaration adalah surat pernyataan yang dibuat oleh
Nakhoda yang menerangkan bahwa kapal, muatan, dan awak
kapalnya telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan
pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim untuk berlayar ke
pelabuhan tujuan.
b. Cargo Manifest tadalah dokumen yang berisikan semua informasi
yang berkaitan dengan barang yang diangkut oleh kapal pada saat
kedatangan maupun keberangkatan.
c. Port Clearance Out adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar.
d. Immigration Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Kantor Imigrasi kepada setiap kapal yang akan berlayar.
e. Quarantine Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Kantor Karantina Pelabuhan kepada setiap kapal yang akan berlayar.
f. Custom Clearance adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh
Kantor Bea dan Cukai kepada setiap kapal yang akan berlayar.
g. Light Dues (copy) adalah tarif kapal selama berlabuh di pelabuhan.
h. PPKB (Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang) out dari Port
Authority.
16
2. Alur kapal keluar pada sistem inaportnet:
a. Membuat LKK (Laporan Kedatangan Kapal)
b. Membuat Warta Kapal:
1)
Input ulang manifest muat seperti data awal.
2)
Input ulang crew list.
3)
Input ulang data penumpang naik.
4)
Input data kewajiban (VTS, Jasa Rambu, Sailing Declaration,
Clearance Kesehatan).
5)
Input data pandu keluar (tanggal dan jam permintaan pandu
keluar).
6)
Kirim data warta tersebut agar timbul Surat Persetujuan Berlayar
dan Layanan Kedatangan Kapal (LKK).
7)
Minta persetujuan Otoritas Pelabuhan agar Layanan Kedatangan
Kapal (LKK) di ubah status menjadi disetujui.
8)
Jika Layanan Kedatangan Kapal (LKK) sudah disetujui cetak Billing
Labuh.
9)
Jika Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) labuh sudah dibayar
dan status lunas, cetak kwitansi Labuh.
10) Buat PPKB Keberangkatan di idpcs.id dan minta penetapan ke
Pusat Pelayanan Satu Atap ext 8080 / 8081.
17
11) Minta persetujuan Otoritas Pelabuhan untuk disetujuinya
Layanan Kedatangan Keberangkatan Kapal (LK3) (Sertakan Foto
kwitansi labuh dan data penumpang naik).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa clearance
out adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh agen perusahaan
pelayaran dan diawasi oleh syahbandar kepada kapal yang akan berlayar
meninggalkan pelabuhan yang telah memenuhi persyaratan teknis,
administratif, keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan
maritim.
E. Operasi Pelayanan Jasa Angkutan Laut
Menurut Sukendra (2012), persiapan yang harus dilakukan sebelum
kapal tiba adalah sebagai berikut:
1. Tipe Kapal
Panjang kapal keseluruhan (Length Over All), sarat depan dan sarat
belakang (draft).
2. Dermaga
Panjang dermaga disesuaikan dengan panjang kapal, kesiapan dermaga
sebelum kapal tiba atau dermaga harus dipastikan dalam kondisi siap
disandarkan.
Memeriksa kade meter untuk menentukan peletakan tali tross dan spring
kapal (depan dan belakang kapal) dan jarak antar kapal depan dan
belakang 20 m.
18
3. Pemberitahuan Kunjungan Kapal (PKK)
PKK untuk semua kapal harus dibuat secara online pada sistem Pelindo
untuk dapat dibuatkan rencana penambatan kapal.
4. Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB)
Permintaan pelayanan kapal dan barang dibuat sebelum kapal tiba agar
kapal mendapatkan pelayanan berupa jasa labuh, pandu, tunda, tambat
dan juga truk sampah.
5. Setelah kapal sandar, dokumen kapal harus dilaporkan kepada petugas
syahbandar 1x24 jam untuk diperiksa masa berlakunya (clearance in).
6. Rencana Kegiatan Kapal di dermaga
a. Untuk melakukan pembongkaran muatan.
b. Untuk melakukan pemuatan.
c. Untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
d. Untuk
mengadakan
perbaikan
atau
docking
atau
memuat
perlengkapan.
e. Untuk mengisi air tawar, bahan makanan dan mengisi bahan bakar
f. Pergantian crew kapal.
7. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
Jika seluruh kegiatan kapal sudah dilaksanakan maka langkah untuk
penerbitan surat persetujuan berlayar adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan ulang dokumen kapal.
b. Pengesahan crew list (daftar awak kapal).
19
c. Pemeriksaan buku pelaut dan buku sijil.
d. Pemeriksaan nota jasa rambu.
e. Melampirkan manifest muat (penumpang dan muatan).
f. Cek fisik kapal (penumpang dan muatan).
g. Membuat PPKB keberangkatan kapal.
Jadi dengan demikian perencanaan clearance out adalah strategi
yang diperlukan agar terjadinya kelancaran terhadap pengurusan
dokumen-dokumen kapal yang akan meninggalkan pelabuhan dan diawasi
oleh Syahbandar dengan memberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
F. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2009, p. 18). Tingkat keberhasilan suatu
kinerja meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan, menurut
Siswanto (dalam Muhammad Sandy, 2015, p.11) kinerja ialah prestasi
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepadanya.
2. Standar Kinerja
Standar kinerja merupakan tingkat kinerja yang diharapkan
dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding (benchmark) atau
20
tujuan atau target tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar
kerja yang baik harus realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan
jelas sehingga bermanfaat baik bagi organisasi maupun para karyawan
(Abdullah, 2014, p. 114).
Standar kinerja menurut Wilson (dalam Da Silva, 2012, p. 53)
adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat
diselesaikan, dan merupakan pembanding (benchmark) atas tujuan atau
target yang ingin dicapai, sedangkan hasil pekerjaan merupakan hasil
yang diperoleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai
persyaratan pekerjaan atau standar kinerja.
3. Fungsi Standar Kinerja
Standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan Abdullah (2014,
p.115) memilik fungsi antara lain:
a. Sebagai tolak ukur (benchmark) untuk menentukan keberhasilan dan
ketidakberhasilan kinerja ternilai.
b. Memotivasi karyawan agar bekerja lebih keras untuk mencapai
standar. Untuk menjadikan standar kinerja yang benar-benar dapat
memotivasi karyawan perlu dikaitkan dengan reward atau imbalan
dalam sistem kompensasi. Memberikan arah pelaksanaan pekerjaan
yang harus dicapai, baik kuantitas maupun kualitas.
21
c. Memberikan pedoman kepada karyawan berkenaan dengan proses
pelaksanaan pekerjaan guna mencapai standar kinerja yang
ditetapkan.
4. Persyaratan Standar Kinerja
Agar dapat digunakan sebagai tolak ukur (benchmark), maka
standar kinerja harus memiliki persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan-persyaratan standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan
Abdullah ( 2014, p. 115-116) antara lain:
a. Terdapat hubungan yang relevan dengan strategi organisasi.
b. Mencerminkan keseluruhan tanggung jawab karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
c. Memperhatikan pengaruh faktor-faktor di luar kontrol karyawan.
d. Memperhatikan teknologi dan proses produksi.
e. Sensitif, dapat membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima.
f. Memberikan tantangan kepada karyawan.
g. Realistis, dapat dicapai oleh karyawan.
h. Berhubungan dengan waktu pencapaian standar.
i.
Dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur pencapaian standar.
j.
Standar harus konsisten.
k. Standar harus adil.
22
l.
Standar harus memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan
ketenagakerjaan.
5. Penilaian Kinerja
Terdapat kurang lebih 2 (dua) syarat utama yang diperlukan guna
melakukan penilaian kinerja yang efektif, yaitu 1) adanya kriteria kinerja
yang dapat diukur secara objektif ; dan 2) adanya objektivitas dalam
proses evaluasi (Gomes, 2003, p. 136). Sedangkan dari sudut pandang
kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang Siagian (2008, p. 223-224)
menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,
kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen,
seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa,
serta berbagai aspek lain dalam proses manajemen SDM.
Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus
dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan
secara rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan
secara sistematik. Dengan demikian, dalam melakukan penilaian atas
prestasi kerja para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinyu
23
antara para pejabat pimpinan dan bagian kepegawaian. Untuk
mempertegas dan memperjelas bagaimana penilaian kinerja dalam suatu
organisasi dapat menghasilkan individu-individu yang berkualitas maka
Malayu S P Hasibuan (dalam Yani, 2012, p. 118) menyatakan bahwa
penilaian kinerja adalah menilai rasio dengan standar kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.
Menurut Simamora (2004, p. 458) penilaian kinerja adalah suatu
proses dengannya suatu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja
individu.
Kegiatan
ini
dapat
memperbaiki
keputusan-keputusan
personalia dan dapat memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka serta memungkinkan perusahaan
untuk mengetahui seberapa baik seseorang karyawan bekerja jika
dibandingkan dengan standar-standar organisasi. Terdapat beberapa
indikator penilaian kinerja yaitu;
a. Loyalitas
Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi pada
perusahaan-perusahaan dimana mereka akan diberikan posisi yang
baik. Hal ini dapat dilihat melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang
mereka miliki.
24
b. Semangat kerja
Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang
kondusif. Hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan dalam
menjalankan tugas pada suatu organisasi.
c. Kepemimpinan
Pimpinan merupakan leader bagi setiap bawahannya, bertanggung
jawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan.
Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan dalam mengambil
keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk mengeluarkan
ide, pendapat, dan gagasan demi keberhasilan perusahaan.
d. Kerja sama
Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan
kekeluargaan antara karyawan sehingga memungkinkan karyawan
untuk bekerja sama dalam lingkungan perusahaan.
e. Prakarsa
Prakarsa perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan
ataupun dalam lingkungan perusahaan.
f. Tanggung jawab
Tanggung jawab harus dimiliki oleh setiap karyawan baik bagi mereka
yang berada pada leveljabatan yang tinggi atau pada level yang
rendah.
25
g. Pencapaian target
Dalam pencapaian target biasanya perusahaan mempunyai strategistrategi tertentu dan masing-masing.
6. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Bagi perusahaan penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat
antara lain evaluasi antar individu dalam organisasi, pengembangan dari
diri setiap individu, pemeliharaan sistem dan dokumentasi (Belarmino ,
2013, p. 62-63).
a. Evaluasi antar individu dalam organisasi
Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu
dalam organisasi dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi
yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi.
b. Pengembangan dari diri setiap individu dalam organisasi
Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan
karyawan yang memiliki kinerja rendah yang membutuhkan
pengembangan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan.
c. Pemeliharaan sistem
Berbagai sistem yang ada dalam organisasi memiliki sub sistem yang
saling berkaitan antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya.
Oleh karena itu perlu dipelihara dengan baik.
26
d. Dokumentasi
Penilaian kinerja akan memberi manfaat sebagai dasar tindak lanjut
dalam posisi pekerjaan karyawan di masa akan datang. Hal ini
berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Menurut Werther dan Davis (1996, p. 342) dalam buku
Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis (Suwatno, et al,
2011, p.196) penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat
bagi perusahaan dan karyawan yang dinilainya, antara lain:
1) Performance Improvement. Memungkinkan karyawan dan manajer
untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan
kinerja.
2) Compensation Adjustment. Membantu para pengambil keputusan
untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji
atau sebaliknya.
3) Placement Decision. Menentukan promosi, transfer dan demotion.
4) Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan pelatihan
dan pengembangan bagi karyawan agar kinerja mereka lebih optimal.
5) Career Planning and Development. Memandu untuk menentukan
jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai.
6) Staffing Process Deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan
karyawan.
27
7) Informational Inaccuracies and Job-Design Errors. Mengetahui
ketidaktepatan informasi dan kesalahan perancangan pekerjaan.
8) Equal Employment Opportunity. Kesempatan yang sama dalam
pekerjaan.
9) External Challenges. Tantangan-tantangan eksternal.
10) Feedback. Umpan balik bagi karyawan dan perusahaan.
Syarat efektifnya penilaian kinerja menurut Cascio (1992, p. 270273) dalam Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis
(Suwatno, et al, 2011, p. 196) antara lain:
1) Penilai (assessor)
2) Keterkaitan (relevance)
3) Kepekaan (sensitivity)
4) Keterandalan (reliability)
5) Kepraktisan (practicallity)
6) Dapat diterima (acceptability).
7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP dalam Abdullah, 2014, p. 145).
Sementara itu menurut Lohman (2003) dalam Abdullah (2014, p.
145) indikator kinerja adalah suatu variabel yang digunakan untuk
28
mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisinesi proses atau
operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.
Menurut Surya Dharma (2012, p. 83), mengemukakan bahwa
indikator kinerja sebagai berikut :
a. Konsisten
b. Tepat
c. Menantang
d. Dapat diukur
e. Dapat dicapai
f. Disepakati
g. Dihubungkan dengan waktu
h. Berorientasikan kerja kelompok.
G. Waktu Tunggu Kapal (Waiting Time)
Pengertian Waiting Time adalah waktu tunggu yang dikeluarkan oleh
kapal untuk menjalani proses kegiatan di dalam area perairan Pelabuhan,
bertujuan untuk mendapatkan pelayanan sandar di Pelabuhan atau Dermaga,
guna melakukan kegiatan bongkar dan muat barang di suatu Pelabuhan.
Misalnya, Kapal yang tengah mengantri di perairan Lampu mengajukan
permohonan sandar kepada PT Pelindo III Cabang Tanjung Emas Semarang
pada pukul 10.30 WIB. Kemudian petugas pandu datang menjemput Kapal
pukul 11.30 WIB maka waiting time nya selama 1 jam. Jadi keterlambatan
selama 1 jam dapat dikatakan sebagai waktu terbuang ( non produktif ) yang
29
harus di emban oleh pihak kapal, pihak pengusaha pelayaran atau pengirim
barang (shipper) yang telah menggunakan jasa fasilitas Pelabuhan, yang
dikarenakan oleh faktor – faktor tertentu di Pelabuhan. Adapun Indikator
kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa Pelabuhan terdiri dari :
1. Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan adalah jumlah
waktu terpakai untuk Kapal bergerak dari lokasi lego jangkar sampai ikat
tali di tambatan.
2. Effective Time (ET) atau waktu efektif adalah jumlah waktu efektif yang
digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat selama Kapal di
tambatan.
3. Idle Time (IT) adalah waktu tidak efektif atau tidak produktif atau
terbuang selama kapal berada di tambatan disebabkan pengaruh cuaca
dan peralatan bongkar muat yang rusak.
4. Not Operation Time (NOT) adalah waktu jeda, waktu berhenti yang
direncanakan selama Kapal di Pelabuhan. (persiapan bongkar/muat dan
istirahat kerja)
5. Berth Time (BT) adalah waktu tambat sejak first line sampai dengan last
line.
6. Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat penggunaan dermaga adalah
perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang
tersedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam prosentase.
30
7. Turn around Time ( TRT) adalah waktu kedatangan Kapal berlabuh jangkar
di dermaga serta waktu keberangkatan Kapal setelah melakukan kegiatan
bongkar muat barang ( TA s/d TD).
H. On Time Performance
Setiap moda transportasi memiliki ketetapan waktu atau yang sering
di istilahkan yaitu on time performance. Bila dilanggar on time performance
tidak berlaku. Sebab, bila terjadi keterlambatan, penumpang yang
menggunakan moda transportasi tersebut harus menyesuaikan kembali
jadwal mereka untuk sampai ke tujuan. Dalam hal ini khususnya moda
transportasi laut untuk kapal laut (muatan) dan kapal penumpang sangat
membutuhkan on time performance. Meski tak bisa berlaku secepat pesawat
ataupun kereta api, nyatanya on time performance menjadi faktor yang amat
diperhitungkan karna pada kapal penumpang tak hanya manusia, tapi juga
berupa kendaraan berukuran besar ataupun muatan-muatan.
Selain itu faktor-faktor yang membuat on time performance sulit terealisasi,
yaitu:
1. Faktor alam dan lingkungan, lebih menentukan keberangkatan yang
belum tentu bisa sesuai jadwal yang sudah di tetapkan semua pelabuhan.
2. Faktor kegiatan operasional kapal, sudah bukan hal baru bila kapal sering
mengalami kerlambatan yang sudah ditentukan, itu terjadi akibat
kepengurusan dokumen saat kapal sandar dan kegiatan bongkar muat.
31
On time performance adalah suatu keadaan dimana waktu
keberangkatan dan waktu kedatangan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Adapun beberapa hal yang menyangkut masalah on time performance, yaitu:
1. Estimated time of departure
2. Actual time departure
3. Estimated time of arrival
4. Actual time arrival
5. Total departure
Hal-hal tersebut haruslah sangat diperhatikan karena hal tersebut
dapat sangat berpengaruh terhadap on time performance suatu pelayaran.
On Time Performance Menurut Asad Y. Nasar di dalam Jurnal
Manajemen Transportasi Ferial dan Osman Volume 9 No. 2, tahun 2008
(2008 : 116), On Time Performance adalah catatan dari ketepatan waktu
perusahaan kapal pada keberangkatan dan kedatangan kapal. Suatu
pelayaran dapat dikatakan baik jika on time performance yang dicapai selalu
memenuhi jadwal. Untuk menghasilkan performance yang baik maka
kerjasama antara satu bagian dengan bagian lain haruslah baik pula.
On time performance mempunyai arti bahwa pelayaran berangkat
sesuai dengan jadwal yang di tentukan. Menurut Asad Y.Nasr yang di kutip
dari jurnal Ferial dan Osman Arofat on time performance adalah catatan
dari ketepatan waktu perusahaan pelayaran
pada keberangkatan dan
32
kedatangan. Persentase yang tidak dipengaruhi oleh keterlambatanketerlambatan apapun alasannya tau jenis keterlambatan itu.
I. Kajian Relevan
Tabel 2.1 Kajian Relevan
No
1.
2
Nama dan Judul
Penelitian
Dimas Atmojaya
(2013), SEKOLAH
TINGGI
MANAJEMEN
TRANSPORTASI
Arief Adrian
(2011) SEKOLAH
TINGGI
MANAJEMEN
TRANSPORTASI
Variabel
PERENCANAAN
CLEARANCE OUT (X),
PELAKSANAAN
PENJADWALAN
KEBERANGKATAN
KAPAL (Y)
FAKTOR
PENGHAMBAT
CLEARANCE IN (X),
PADA DIVISI
KEAGENAN KAPAL (Y)
Metodologi
penelitian
Metode Penelitian
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah metode
observasi,
wawancara, dan
studi kepustakaan.
Metode analisis yang
digunakan adalah
metode analisi
Regresi Linier
Sederhana, Koefisien
Korelasi, Koefisien
Determinan atau
Koefisien Penentu,
Uji Hipotesis
Metode fishbone,
five why keys,
tindakan efektif atau
solusi permasalahan
utama
Hasil Penelitian
Dari hasil analisis
dan pembahasan
dalam bab IV, maka
dapat disimpulkan
bahwa adanya
pengaruh dengan
arah hubungan
positif searah antara
perencanaan
clearance out KM.
Ciremai.
Dari hasil analisis
dan pembahasan
dalam bab IV, maka
dapat disimpulkan
bahwa adanya
pengaruh dengan
arah hubungan
positif searah antara
perencanaan
clearance in
Sumber: diolah penulis, 2018
J. Kerangka Teori
Hal
penting
menanggapi
karyawan
sebagai
aset.
Dengan
memperlakukan karyawan sebagai aset, otomatis ada peningkatan Individual
dari karyawan tersebut karena memacu kinerja menjadi lebih baik.
33
Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, maka pengembangan
kerangka pikir dapat dilihat seperti dibawah ini:
Pengaruh Clearance (X)
On Time Perfomance (Y)
Sumber: diolah penulis
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan hipotesis bahwa diduga
ada terdapat pengaruh yang signifikan antara proses cleareance terhadap on
time performance kapal KM. Dobonsolo pada PT. Pelni Cabang Tanjung Priok ,
Jakarta Tahun 2018.
Download
Study collections