isi - arumnaning

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan adalah suatu gedung atau ruangan untuk menyimpan buku dan
terbitan lain yang disimpan dengan susunan tertentu atau klasifikasi untuk diginakan
pembaca bukan untuk dijual.Perpustakaan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat karena di Indonesia saat sekarang ini sudah banyak perpustakaan yang
didirikan dengan fasilitas yang menarik para pemustaka.
Perpustakaan di dunia kini dari tahun ke tahun berkembang lebih pesat dan
semakin maju. Contohnya perpustakaan yang berada di Alexandria, yang merupakan
perpustakaan terbesar di zamannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Perpustakaan Alexandria ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan jatuh dan bangkitnya perpustakaan
Alexandria?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah perpustakaan Alexandria.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor jatuh dan bangkitnya perpustakaan Alexandria.
1
BAB II
ISI
1. AWAL PENDIRIAN PERPUSTAKAAN
Perpustakaan Alexandria diketahui dan mulai dicatat pertama kali dalam
sejarah modern justru melalui penemuan inkripsi kuno yang ditulis Tiberius
Claudius Balbius dari Roma, Italia pada tahun 56 SM. Dia menyebutkan sebuah
perpustakaan yang sangat besar telah dibangun di Alexandria, Mesir. Alexandria
dibawah pemerintahan Dinasti Ptolemy, menurut Atlas Of The Greek World,
merupakan pusat perdagangan dan budaya dunia. Keluarga Ptolemy adalah
kalangan intelektual. Ptolemy I Soter adalah ahli sejarah, Ptolemy II Philadelphus
adalah ahli hewan, Ptolemy III Eurgetes adalah ahli literatur, sedangkan Ptolemy
IV adalah penulis naskah drama. Masing-masing memilih ilmuwan terkemuka
sebagai pembimbing anak-anaknya dan memberi dorongan kepada para
cendekiawan untuk tinggal di Alexandria.
Ptolemy I Soter mendirikan kuil untuk para musai, dan mendirikan tempat
belajar didalam kuil tersebut yang disebut musaeum (cikal bakal kata museum),
dimana itu adalah tempat orang-orang terpelajar melakukan pertemuan kelompok
dan berbagi pengetahuan mereka, sehingga banyak yang menganggap
Perpustakaan Alexandria dibangun oleh Ptolemy I Soter. Pendapat ini tidak salah
karena Musaeum menjadi Perpustakaan Utama Kerajaan.
Perpustakaan-perpustakaan kerajaan diperkirakan dibangun sempurna
pada awal abad ke-3 SM oleh Ptolemy II Philadelphus, yang dikabarkan membeli
seluruh perpustakaan Aristoteles, namun di masa Ptolemy III Eurgetes-lah
perpustakaan berkembang pesat. Ptolemy III Eurgetes merupakan putra dari
Ptolemy II Philadelphus yang naik takhta setelah ayahnya meninggal pada tahun
246 SM. Dibawah kendali Ptolemy III Eurgetes, koleksi Perpustakaan Alexandria
meningkat pesat. Seluruh warga pendatang Alexandria diwajibkan memberikan
beberapa buku pada perpustakaan.Ptolemy III Eurgetes juga memerintahkan
mencari perangkat untuk untuk mendukung aktivitas perpustakaan.Agar mendapat
kualitas terbaik, Ptolemy III Eurgetes mencarinya keseluruh wilayah Mediterania,
2
Rhodes, hingga Athena.Pada masa Ptolemy III Eurgetes di tahun 246 SM,
terdapat beberapa lokasi perpustakaan. Perpustakaan utama yaitu Musaeum yang
dibangun oleh Ptolemy Iyang berada di dekat istana kerajaan dan yang satu lagi,
perpustakaan yang lebih kecil berada di tempat pemujaan Dewa Serapis, yang
dikenal dengan namaSerapeum yang dibangun oleh Ptolemy II Philadelphus.
Perpustakaan Serapeum inilah yang bertahan berabad-abad lamanya hingga
peristiwa yang dinamakan Penghancuran Perpustakaan Alexandria itu benarbenar terjadi. Selain itu ada juga perpustakaan lain yang bernama perpustakaan
Cesarion..
2. KOLEKSI BUKU
Sebanyak 43.000 manuskrip gulung yang berada di Serapeum dapat
diakses oleh khalayak umum, sedangkan 500.000 manuskrip lainnya yang di
simpan di musaeum terbatas hanya untuk kalangan pengajar, cendekiawan, dan
keluarga raja. Manuskrip-manuskrip ini kian bertambah jumlahnya sehingga
menembus angka 700.000 manuskrip. Sebagai perbandingan, Perpustakaan
Sorbonne pada abad 14 yang merupakan perpustakaan terbesar pada masanya
hanya memiliki koleksi 1700 buku. Semua buku di perpustakaan disusun menurut
temanya. Beberapa catatan sejarah menyebutkan beberapa koleksi Perpustakaan
Alexandria yang berharga antara lain koleksi syair-syair terkenal seperti Homer,
Hesiod, Sappho, Appolonius, Theocritus, dan Aratos. Koleksi drama terkenal
antara lain berasal dari Sophocles, Euripedes, dan Aristophanes. Khusus koleksi
filsafat terdapat buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan Philon.Sedangkan
untuk kategori sejarah, perpustakaan ini memiliki koleksi Hecataeus dari Abdera
dan Herodotus.Juga ada buku-buku fisika seperti buku karya Archimedes,
Hipparchus, dan Hypatia.Perpustakaan ini juga memiliki koleksi buku-buku
kedokteran diantaranya Medicine Corpus karya Hippocrates, dan Anatomi karya
Herophilus.Satu-satunya salinan Undang-undang Roma Purba yang ditulis 700
tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus juga dikoleksi disini. Di perpustakaan
inilah, pada masa pemerintahan Ptolemy II Philadelphus, 72 cendekiawan Yahudi
menerjemahkan kitab-kitab bahasa Ibrani kedalam bahasa Yunani dan
3
menghasilkan karya Septuaginta yang termasyur itu. Septuaginta adalah
terjemahan Perjanjian Lama kedalam bahasa Yunani, yang lalu disalin dan
disebarkan ke berbagai negara. Hingga kini salinan-salinannya tetap menjadi
rujukan.
Selain mengoleksi buku-buku, perpustakaan ini juga bekerja keras untuk
membuat sejarah Mesir lengkap.Bahkan, upaya ini melibatkan banyak sejarawan
dari berbagai negara.Diodorus, sejarawan terkenal pada masa tersebut merekam
usaha tersebut dalam laporannya yang berbunyi, “Bukan hanya pemuka Mesir
saja yang bekerja keras menyusun sejarah Mesir, tapi juga orang-orang Yunani
yang berasal dari tempat-tempat yang jauh seperti Thebes.Dibawa pengarahan
Ptolemy dari Lagos, mereka bekerja sangat cermat.”Diketahui beberapa di antara
sejarawan Yunani yang dimaksud adalah Manethon dan Hecateaus dari Abdera.
4
3. TOKOH-TOKOH YANG PERNAH BELAJAR DAN MENGABDI
Perpustakaan Alexandria sangat berpengaruh pada munculnya tokohtokoh penting di bidang sejarah, sastra, astronomi, dan kedokteran pada masa itu
yang tulisan-tulisan mereka sangat berpengaruh hingga di era modern.
1) Archimedes, ilmuwan ternama dunia itu adalah salah-satu dari
begitu banyak ilmuwan dimasanya yang belajar di Perpustakaan
Aleandria.
2) Aristarchus dari Samos (Astronom abad ketiga SM. Orang pertama
yang berspekulasi bahwa planet-planet mengitari matahari.
Menggunakan trigonometri untuk menghitung jarak dan ukuran
matahari dan bulan)
3) Claudius Ptolemaeus (Astronom abad kedua yang tulisannya
tentang geografi dan astronomi diakui sebagai naskah standar)
4) Euklides (matematikawan abad keempat SM dan juga bapak
Geometri serta pelopor ilmu optik.Karyanya yang berjudul
"Elements", menjadi standar ilmu geometri sampai abad ke-19)
5) Galen (dokter abad ke-2 Masehi yang ke-15 jilid bukunya menjadi
naskah standar selama 12 abad).
Selain menghasilkan begitu banyak ilmuwan terkemuka, kedigdayaan
Perpustakaan Alexandria sebagai perpustakaan terbaik pada masa itu juga dapat
dilihat dari para pustakawan dan editor-nya. Editor alias Kepala Perpustakaan
Alexandria merupakan jabatan bergengsi dimasa itu.Tidak sembarang orang yang
bisa menduduki jabatan tersebut.Meski lokasi perpustakaan berada di Mesir, tapi
kepala kepala perpustakaan tidak mesti orang Mesir.
Editor pertama perpustakaan ini adalah Demetrius Phalareus. Seorang
editor terkenal yang berasal dari Yunani bernama Erasthostenes yang lahir di
Syrene (275 SM).Erasthostenes adalah seorang murid cerdas yang menempuh
pendidikan di Alexandria dan Athena.Ia adalah filsuf, ahli matematika, dan
astronom pada masa Raja Ptolomy III. Selama menjabat sebagai kepala
perpustakaan, ia berhasil mengembangkan metode bilangan prima dan metode
pengukuran keliling bumi. Ia banyak mengamati berbagai kejadian sederhana di
5
bumi, misalnya setiap tanggal 21 Juni, semua dasar sumur di Shina (Aswan)
pinggiran sungai Nil terkena cahaya matahari, artinya matahari benar-benar tegak
lurus. Ditanggal yang sama di Alexandria, Erathostenes melihat tugu-tugu
membentuk bayangan karena sinar matahari, sehingga membuat dia percaya
bahwa bumi berbentuk bulat. Erosthotenes mengalami kebutaan pada tahun 195
SM, namun ia tetap semangat mempelajari ilmu dan menyebarkannya ke
khalayak
hingga
dia
wafat
setahun
kemudian
(194
SM).
Hingga
kini, Erosthotenes diakui sebagai orang yang pertama kali menghitung keliling
bumi dengan cukup akurat.
Selain Erosthotenes, Perpustakaan Alexandria juga pernah dipimpin oleh
editor sekelas Kalimakhus, seorang pujangga yang menjadi kepala perpustakaan
abad ke-3 SM. Ia adalah orang yang pertama kali menyusun Indeks untuk
Perpustakaan Aleksandria. Karyanya ini menjadi sebuah mahakarya yang
membentuk kanon kesusastraan Yunani klasik.
Beberapa editor terkenal lainnya adalah Zenodotus dari Ephesus (3 SM),
Aristophanes dari Byzantium (2 SM), Didymus Chalcentrerus (seorang ahli tata
bahasa pada abad ke-1 SM), dan yang juga paling terkenal adalah 72 cendekiawan
Yahudi yang menyusun Septuaginta.
Jika dilihat dari asal para editor ini maka dapat disimpulkan bahwa
Perpustakaan Alexandria memiliki reputasi yang sangat tinggi karena mampu
menarik banyak orang pandai dari berbagai belahan dunia.Terbukti banyak orang
non-Mesir yang bersedia yang bersedia menjadi editor alias kepala perpustakaan.
Hal ini dimungkinkan karena penguasa memang memposisikan Alexandria
sebagai kota intelektual. Di kota ini banyak diselenggarakan berbagai pertemuan
intelektual, tempat orang-orang bertukar pikiran mengenai sejarah, filsafat, sastra,
ilmu eksakta, dll. Perpustakaan ini juga menjalin hubungan dengan perpustakaan
lain. Salah satunya dengan Perpustakaan Pergamun (Yunani) yang dibangun
oleh Raja Eumenes II.Ilmuwan kedua perpustakaan ini saling bertukar ilmu dan
pemikiran.
6
4. KEHANCURAN PERPUSTAKAAN ALEXANDRIA
Berdasarkan catatan sejarah, para sejarawan berpendapat bahwa
perpustakaan utama Musaeum terbakar sehingga perpustakaan Serapeum menjadi
perpustakaan utama.Penulis Kristen, Tertullian (155-230 M) menulis dalam
bukunya The Apology bahwa buku-buku dalam perpustakaan para raja Ptolemy
itu disimpan dalam perpustakaan Serapeaum, termasuk juga salinan dari
Septuaginta.Surat-surat dari Aristeas (seorang Yahudi Alexandria) pada abad 1 M
juga mendukung pendapat ini, dia menulis bahwa manuskrip-manuskrip dari
Perpustakaan Utama Kerajaan telah dipindahkan ke perpustakaan Musaeum. St.
Yohanes Chrysostom juga diketahui merujuk pada koleksi perpustakaan
Serapeaum dalam pidatonya pada penduduk Antiokhia karena perpustakaan itu
memiliki versi asli dari Septuaginta.
Sungguh sangat disayangkan, kemegahan perpustakaan besar ini berkalikali dihantam nasib buruk.Para sejarawan berpendapat ada beberapa peristiwaperistiwa yang diduga merusak bahkan menghancurkan perpustakaan ini.
Pertama adalah pembakaran kota Alexandria oleh Julius Caesar saat dia
berperang dengan Ptolemy XIII pada tahun 48 SM (berdasarkan Kronik Perang
Alexandria karya Titus Livius). Caesar memerintahkan pembakaran terhadap
kendaraan-kendaraan kerajaan namun apinya menjalar ke seluruh bagian kota dan
juga melalap perpustakaan. Namun sejarawan modern membantah hal ini karena
lokasi Perpustakaan Alexandria bukan terletak di dekat pelabuhan. Hal yang
membatalkan tuduhan pada Caesar adalah buku Geography karya Strabo, yang
mengunjungi Alexandria pada tahun 25 SM dimana bukunya menggunakan
referensi
yang
berada
didalam
Perpustakaan
Alexandria
yang
artinya
Perpustakaan itu masih ada pada saat itu. Para penuduh Caesar menggunakan
dasar tulisan dari beberapa penulis klasik yaitu Life Of Caesar olehPlutarch yang
ditulis pada abad 1 M, Attic Nights oleh Aulus Gellius (Abad 2 M), dan beberapa
sejarawan lain yang menyebutkan bahwa pasukan Caesar tidak sengaja membakar
perpustakaan tersebut, namun kemungkinan besar para sejarawan ini keliru atas
arti kata Yunani dari Bibliothekas yang berarti kumpulan buku dan Bibliotheka
yang artinya Perpustakaan, sehingga mereka berpikir pembakaran buku-buku
7
yang disimpan didekat pelabuhan Alexandria adalah pembakaran Perpustakaan
Alexandria.
Kedua adalah penyerangan yang dilakukan bangsa Aurelian pada abad 3
SM. Selain kejadian-kejadian diatas, beberapa pendapat yang masih merupakan
dugaan menyebutkan bahwa kaum Kristen juga turut bertanggung-jawab
kehancuran perpustakaan ini. Pendapat ini muncul karena ada kejadian pada tahun
272 M dan 391 M dimana terjadi huru-hara di kota Alexandria saat terjadi bentrok
antara penganut pagan dan penganut Kristen dimana orang Kristen berusaha
menghapus
paganisme
dari
Alexandria
yang
menyebabkan
terjadinya
penghancuran Perpustakaan Serapeum itu. Dugaan ini didasari oleh catatan
sejarah dimana Paus Theophilus dari Alexandria memerintahkan dihancurkannya
kuil-kuil pagan termasuk Serapeaum karena perpustakaan itu merupakan
perpustakaan kuil. Namun perlu diketahui, Serapeaum disebut perpustakaan kuil
karena dibangun berdekatan dengan kuil namun bukan dibangunan yang sama,
sehingga para sejarawan modern menolak pendapat ini karena berkeyakinan
pembakaran kuil tidak mempengaruhi perpustakaan disebelahnya, karena
perpustakaan Serapeaum selain menyimpan berbagai buku pagan, perpustakaan
ini juga menyimpan berbagai buku sains, filsafat Yahudi dan Kristen, dan juga
sejarah yang menguatkan kisah-kisah sejarah yang tercatat di Alkitab. Hingga
abad ke 6 M, masih ditemukan catatan-catatan sejarah sebagai referensi yang
menguatkan bahwa perpustakaan serapeaum masih ada, termasuk juga catatan
dari filsuf Alexandria abad ke 5 M, Ammonius, dalam buku-bukunya, yang
mengambil beberapa rujukan dari beberapa buku di Perpustakaan Serapeaum
termasuk dari dua salinan The Categories yang dikarang oleh Aristoteles.
Pendapat lainnya yang juga masih merupakan dugaan adalah tindakan
Khalifah Umar Bin Khattab, saat invasi ke Alexandria dibawah komando Amr Ibn
Al Aas yang merebut Alexandria pada tahun 640 M, sehingga diduga
menyebabkan musnahnya Perpustakaan Alexandria. Amr Ibn Al Aas melaporkan
pada Umar Bin Khattab tentang Perpustakaan Alexandria tersebut, dan menunggu
perintah selanjutnya. Sembari menunggu perintah Umar Bin Khattab, Amr Ibn Al
Aas mengijinkan beberapa cendekiawan untuk mengunjungi perpustakaan
8
tersebut.Adapun termasuk dalam para cendekiawan itu adalah Philoponus murid
Ammonius dan Philaretes murid Philoponus (penulis buku medis tentang detak
jantung). Saat surat dari Umar Bin Khattab tiba maka, seperti dikutip,
demikianlah jawabannya, “Jika apa yang ditulis sesuai dengan Kitab Tuhan,
buku-buku itu tidak diperlukan. Jika tidak sesuai, buku-buku tersebut tidak
diinginkan.Hancurkan.” Pendapat ini didukung oleh buku-buku karangan para
penulis muslim sendiri. Al Qifti dalam bukunya, History Of Wise menuliskan
bahwa pembakaran buku-buku itu berlangsung dalam enam bulan, sedangkan
buku-buku yang terselamatkan hanyalah buku-buku Aristoteles, Euclid (pakar
matematika), dan Ptolemy. Para sejarawan muslim lainnya pun setuju dengan
pendapat ini. Mereka adalah Al Makrizi dalam bukunya Sermons adan Lessons in
the Mention of Plans and Lessons in the Mention of Plans and Monument, Ibn Al
Nadim dalam bukunya The Index, dan juga dalam buku History Of
IslamicUrbanization karya Georgy Zeidan.
Namun, dua tindakan tersebut (oleh pengikut Kristen dan oleh Umar Bin
Khattab) merupakan dugaan yang terus diperdebatkan, meskipun latar belakang
sejarahnya berasal dari sejarah yang sebenarnya.
9
5. KEBANGKITAN PERPUSTAKAAN ALEXANDRIA
Perpustakan baru ini dibangun di dekat lokasi perpustakaan lama, kota
Alexandria. Diresmikan oleh Presiden Mesir Husni Mubarak tahun 2002.
Perpustakaan besar ini mampu menampung delapan juta buku. Direktur
Perpustakaan Alexandria Ismail Serageldin, pada peresmian perpustakan bertekad
akan mengembangkan perpustakaan ini sebagai pusat belajar untuk sains dan
teknologi, ilmu humaniora, seni dan kebudayaan serta pembangunan.
Pembangunan ini memakan biaya 230 juta dolar Amerika. Dananya
diperoleh secara patungan. Diantara donatur adalah Arab Saudi yang
menyumbang 65 juta dolar, dan Norwegia 3,44 juta dolar (dalam bentuk mebel).
Perpustakaan berbiaya 230 juta dolar Amerika itu berbentuk unik. Bangunannya
menyerupai silinder, dengan banyak jendela. Dinding bagian Selatan dihias
potongan batu granit. Permukaan bebatuan yang tidak rata, ditulisi simbol huruf
seluruh dunia. karena letaknya di tepi laut Mediterania, bila malam tiba, kesan
dramatis muncul dari permukaan air yang memantulkan cahaya lampu jalan yang
berwarna keemasan. Konon, bangunan yang dirancang oleh kantor arsitek
Snohetta, Norwegia ini mendekati bentuk aslinya. Perpustakaan Alexandria
memiliki banyak koleksi berharga. Di antaranya 5.000 koleksi penting berupa
manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M-18 M. Juga ada
catatan penting Napoleon berjudul Description de’lEgypte, yang menceritakan
peristiwa Prancis menyerbu kota Alexandria.
10
BAB III
KESIMPULAN
Perpustakaan Alexandria atau Perpustakaan Iskandariah adalah perpustakaan terbesar dan
kebanggaan warga Mesir. Perpustakaan Alexandria didirikan pada awal abad ke-3 oleh
Ptolomeus II dari Mesir. Perpustakaan Alexandria berdiri untuk menarik perhatian orang-orang
bijak agar datang ke Mesir. Sempat jatuh karena peperangan antara Arab dan Mesir pada tahun
47 SM dan dibangun kembali pada Oktober 2002 dengan nama Bibliotek Alexandria.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumberwebsite:
www.wikipedia.com/perpustakaanalexandria
www.artikelpustakawan.wordpress.com
Sumber foto:
www.godreads.com
www.trabalibros.com
www.artikelpustakawan.wordpress.com
www.hivietnam.net
http://deleigeven.blogspot.co.id/2014/04/perpustakaan-alexandria-kemegahan-ilmu_23.html
12
Download