STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI SEJAHTERA, KOTA BATU MAGANG KERJA Oleh: Ramadhan Primadana 115040201111194 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2014 2 STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI SEJAHTERA, KOTA BATU MAGANG KERJA Oleh: Ramadhan Primadana 115040201111194 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2014 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG KERJA STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI SEJAHTERA, KOTA BATU Disetujui Oleh : Malang, .........................2014 Pembimbing Utama, Pembimbing Lapang Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc Rahmad Hardiyanto, ST. NIK. 86052304310020 Mengetahui, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Ketua Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo SU. NIP. 19550403 198303 1 003 iv DATA PRIBADI PESERTA MAGANG KERJA SEMESTER 2013/2014 Nama : RAMADHAN PRIMADANA NIM : 115040201111194 Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 18 April 1993 Jurusan : HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN Program Studi : Agroekoteknologi Memperoleh Magang Semester : 7 (tujuh) Alamat Asal : Jalan Gajah Barat VII Rt. 20 Rw. 06 No. 31 B Magersari, Sidoarjo Nomor HP : 085784511112 Dosen Pembimbing Utama : Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc Lokasi Magang Kerja : UD. Bumiaji Sejahtera, Batu Komoditi : Jambu Kristal Alamat Tempat Magang Kerja : Jalan Kopral Kasdi No. 75, Dusun Banaran Desa Bumiaji, Kota Batu v RINGKASAN RAMADHAN PRIMADANA. 115040201111194. STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI U.D. BUMIAJI SEJAHTERA, KOTA BATU. Di bawah bimbingan Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc., sebagai pembimbing utama dan Rakhmad Hardiyanto, ST., sebagai pembimbing lapang. Jambu Kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah unggulan yang memiliki prospek pasar yang cukup tinggi di masa mendatang. Jambu ini memasuki wilayah Indonesia pada tahun 1998 yang melalui Misi Teknik Taiwan (Taiwan Technical Mission in Indonesia). Tanaman Jambu Kristal mulai berkembang pada tahun 2004 di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, Jambu Kristal ini sudah dikembangkan di beberapa provinsi di Indonesia. Untuk menjaga keaslian bibit jambu Kristal diperlukan upaya perlindungan terhadap keaslian bibit jambu ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan sertifikat sebagai identitas keaslian benih yang tersebar di Indonesia. UD. Bumiaji Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan Jambu Kristal dan mengembangkan pembibitan bersertifikat. Pada tahun 2015 Indonesia akan menghadapi Asean Economic Community (AEC). Proses sertifikasi pada bibit tanaman Jambu Kristal merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri. Upaya ini juga ditujukan untuk menjaga keaslian varietas jambu hasil mutasi tersebut. Namun, proses budidaya serta sertifikasi Jambu Kristal tidak lepas dari permasalahan Hama dan Penyakit yang dapat mengganggu jalannya proses sertifikasi suatu produk. Hal ini perlu dipelajari lebih lanjut terhadap upaya apakah yang dapat dilakukan untuk pengendalian proses pembibitan sekaligus sertifikasi tanaman Jambu Kristal. Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di UD. Bumiaji Sejahtera yang beralamat di Jalan Kopral Kasdi Nomor 75, Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Magang Kerja dimulai pada tanggal 7 Juli 2014 sampai dengan tanggal 4 Oktober 2014. Kegiatan ini dilakukan dengan metode utama yakni dengan pastisipasi aktif, diskusi dan wawancara serta metode sekunder berupa kajian literatur. Kegiatan magang di UD Bumiaji Sejahtera meliputi dua kegiatan pokok yakni kegiatan rutin dan kegiatan tentatif. Kegiatan rutin meliputi kegiatan budidaya, mulai dari perawatan jambu Kristal, sanitasi, pemupukan dan pembibitan. Selanjutnya, kegiatan tentatif yang meliputi kegiatan wisata, pemasaran dan pengendalian hama dan penyakit. vi SUMMARY RAMADHAN PRIMADANA. 115040201111194. THE STUDY OF FARMING SYSTEM AND THE CONTROL OF PEST AND DISEASE SEEDLING IN CRYSTAL GUAVA (Psidium guajava L.) at U.D. BUMIAJI SEJAHTERA, BATU CITY. Supervised by Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc., as the main advisor and Rakhmad Hardiyanto, ST., as the field advisor. Crystal Guava (Psidium guajava L.) is one of the major fruit that having big prospect market in the future. This guava entered Indonesia in 1998 which following Taiwan Technical Mission in Indonesia. This plant developed well in Indonesia since 2004. By the time at the recently years Crystal Guava developed in a wider province in Indonesia. To keep safe the originality of Crystal Guava it needed the method to protect it. One of solution that we can use is the national certification of this plant breeding to keep the originality of Crystal Guava vegetation seedling. UD. Bumiaji Sejahtera is one of Personal Company that dedicated to developing Crystal Guava and it certification vegetative seedling. At 2015 Indonesia will face the Asean Economic Community. The certification process of Crystal Guava is one effort to increasing the national quality of goods. This aim of certification process is also for keep the originality this mutation gene from Crystal Guava. But, this farming system for Crystal Guava is still remains the major problems like Pest and Diseases that would be faze the certification process. It means that need to studied more what is the certification and how to control the vegetative breeding and also the management of certification process. The Internship program carried out at UD. Bumiaji Sejahtera, located on Kopral Kasdi street, number 75, Banaran village, Bumiaji, Batu City. This Internship program held on July 7th, 2014 to October 4th, 2014. This internship program is using discussion, participating work, and interview as the main methods also studying kind of literature for the second method. The Internship program at UD. Bumiaji Sejahtera divide by two main activity. The first is daily activity like farming system of Crystal Guava (treatment, sanitation, watering, fertilizing, and seedling) and the second is tentative activity like guiding the tourism program, marketing and the management of Pest and Diseases. vii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga Laporan Magang Kerja yang berjudul “STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI U.D. BUMIAJI SEJAHTERA, KOTA BATU.” Dapat terselesaikan dengan sangat baik. Kegiatan Magang Kerja ini merupakan bagian dari kegiatan akademik mahasiswa S1 sebagai kegiatan wajib pada semester tujuh. Kegiatan magang kerja ini berorientasi pada kegiatan kerja bidang pertanian yang meliputi berbagai macam aspek didalamnya. Keluaran dari kegiatan magang kerja ini diharapkan mahasiswa dapat mengenal dan mengerti seluk-beluk pekerjaan bidang pertanian baik nasional maupun swasta. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bambang Tri Raharjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Karena berkat bimbingan dan arahan beliau, kegiatan magang jurusan HPT semakin baik pelaksanaannya dari tahun ke tahun. Kemudian ucapan terima kasih juga kepada Bapak Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc. sebagai pembimbing utama yang senantiasa memberikan bimbingan dalam kegiatan magang penulis. Serta kedua orang tua yang selalu memberikan doa restu dan dukungan kepada penulis selama kegiatan magang ini berlangsung. Tak lupa juga segenap Pimpinan Mas Rakhmad Hardiyanto, ST., juga seluruh mandor, staf dan pekerja di UD. Bumiaji Sejahtera yang selama kegiatan magang selalu memberikan arahan dan ilmu yang berharga. Malang, November 2014 Penulis, viii ix DAFTAR ISI No Teks Halaman LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i DATA PRIBADI................................................................................................... ii RINGKASAN ....................................................................................................... iii SUMMARY .......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3 Sejarah Jambu Kristal .............................................................................. 3 Botani Jambu Kristal ................................................................................ 3 Ekologi Jambu Kristal .............................................................................. 5 Hama dan Penyakit pada Jambu Kristal ................................................... 6 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Jambu Kristal ............................ 14 III. METODE ....................................................................................................... 19 Tempat dan Waktu .................................................................................. 19 Metode Pelaksanaan ................................................................................. 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 22 Profil UD Bumiaji Sejahtera ..................................................................... 22 Teknik Perbanyakan Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera ................. 24 a. Cangkok .............................................................................................. 24 b. Okulasi ................................................................................................ 27 Hama dan penyakit pada Bibit Jambu Kristal .......................................... 28 x Proses Sertifikasi Bibit Jambu Kristal ...................................................... 29 V. PENUTUP ....................................................................................................... 37 Kesimpulan .............................................................................................. 37 Saran ......................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38 LAMPIRAN ......................................................................................................... 41 xi DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman 1. Tanaman Jambu Kristal .............................................................................5 2. Gambar Ulat Daun ...................................................................................12 3. Gambar Ulat Jengkal ................................................................................12 4. Gambar Ulat Bulu ....................................................................................13 5. Gambar Ulat Kantong ..............................................................................13 6. Gambar Belalang......................................................................................14 7. Gambar Penggerek Buah .........................................................................14 8. Gambar Kumbang ....................................................................................15 9. Gambar Puntul .........................................................................................15 10. Gambar Kutu Daun ..................................................................................16 11. Gambar Lalat Buah ..................................................................................16 12. Gambar Antraknosa .................................................................................17 13. Gambar Bercak Daun ...............................................................................17 14. Gambar Karat Merah ...............................................................................18 15. Gambar Layu............................................................................................18 16. Gambar Busuk Buah ................................................................................19 17. Gambar Struktur Organisasi UD. Bumiaji Sejahtera ...............................23 18. Gambar Skema Tahapan Cangkok ...........................................................24 19. Gambar Skema Tahapan Okulasi .............................................................27 20. Gambar Dacus dorsalis ............................................................................29 21. Gambar Serangan D. dorsalis ..................................................................29 22. Gambar Kumbang Kubah ........................................................................29 23. Gambar Proses Sertifikasi ........................................................................30 24. Gambar Bibit Cangkok Mati ....................................................................31 25. Gambar Bibit Cangkok Bergeser Akarnya ..............................................31 26. Gambar Bibit Abnormal 1........................................................................32 27. Gambar Bibit Abnormal 2........................................................................32 xii 28. Gambar Bibit Abnormal 3........................................................................32 29. Gambar Okulasi 1 ....................................................................................33 30. Gambar Okulasi 2 ....................................................................................33 31. Gambar Okulasi 3 ....................................................................................33 32. Gambar Pupuk Anorganik dan ZPT.........................................................36 DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman 1. Lampiran 1 .............................................................................................. 40 2. Lampiran 2 .............................................................................................. 41 3. Lampiran 3 .............................................................................................. 42 4. Lampiran 4 .............................................................................................. 43 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penjelasan Perlunya Magang Kerja Magang kerja merupakan kegiatan non akademik yang bersifat wajib bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kegiatan magang kerja ini dilakukan pada saat semester ke-7 atau semester lanjut dengan persyaratan tertentu. Kegiatan ini merupakan perwujudan pengenalan kehidupan kerja bagi para mahasiswa. Selama magang, mahasiswa akan diperkenalkan tentang dunia kerja khususnya bidang pertanian dan segala seluk-beluknya yang berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari selama di bangku perkuliahan. Kegiatan magang kerja ini merupakan sarana bagi para mahasiswa yang sedang menempuh ilmu secara teoritis dan aplikatif untuk nantinya bisa di terapkan di tempat kerja. Kegiatan magang kerja juga merupakan tahap sebagai masa pengenalan dengan sistem kerja di bidang pertanian khususnya agar mahasiswa dapat langsung menyesuaikan diri dan bekerja secara profesional di tempat kerja. Kegiatan magang kerja juga diharapkan mampu mendongkrak motivasi dan kreasi mahasiswa untuk memulai usaha di bidang pertanian kedepan, sehingga industri kreatif bidang pertanian yang modern dan kreatif dapat berkembang dan maju. Alasan Pemilihan Obyek Magang Kerja UD. BumiAji Sejahtera merupakan tempat pengembangan agrowisata yang menjadi pioneer di wilayah Bumiaji, Kota Batu. Tempat ini berkembang dari tahun ke tahun dengan mengembangkan sistem yang dijalankan dengan manajemen yang semakin baik. Penulis memilih tempat ini atas sepengetahuan dari rekan sejawat yang melaksanakan pgogran fieldtrip mata kuliah Manajemen agroekosistem yang bertempat di UD.BumiAji Sejahtera. Penulis menilai, tempat ini mempunyai mekanisme pengoperasian dan promosi yang menarik, dengan kondisi yang terus berkembang, penulis juga ingin mengetahui perkembangan sistem manajemen yang dijalankan baik dari menajemen di lahan perkebunan dan manejemen perusahaan yang sedang dikembangkan oleh pemilik. Penulis juga ingin mengembangkan tanaman Jambu Kristal pada lahan sendiri yang notabene cocok ditanaman di berbagai tempat dengan ketinggian berbeda sebagai upaya penerapan secara langsung dari hasil kegiatan magang kerja ini di waktu yang akan datang. Tujuan Tujuan umum kegiatanmagang kerja ini adalah : 1. Mengenal dan mengetahui profil dari UD. Bumiaji Sejahtera Kota Batu 2. Mengenal dan mengetahui sistem budidaya bibit Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera Kota Batu. 3. Mengenal dan mengetahui proses pembibitan Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera Kota Batu. 4. Mengetahui tahapan sertifikasi benih dari bibit Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera Kota Batu. II. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Jambu Kristal Jambu Kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung – Taiwan. Jambu Kristal diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan. Jambu Kristal sebetulnya tidak benar – benar tanpa biji tetapi jumlah bijinya kurang dari 3 persen bagian buah. Sebelum Jambu Kristal diperkenalkan di Indonesia sudah terlebih dahulu ditemukan jenis jambu tanpa biji lainnya yaitu jambu sukun. Jenis jambu sukun juga merupakan jenis jambu tanpa biji, tetapi yang membedakan jambu sukun dengan Jambu Kristal adalah pada jambu sukun jika pohon ditanaman dan berbuah didekat jambu biji maka akan cenderung berbiji kembali sedangkan pada Jambu Kristal hal tersebut tidak terjadi. Jambu Kristal memang sangat menarik, berikut ini adalah gambaran tentang jambu dan struktur jambu secara umum (Trubus, 2010) Botani Jambu Tanaman jambu biji merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae. Jambu biji yang berbentuk bulat dan berbentuk buah pir dahulu dianggap sebagai spesies terpisah; P. pomiferum L. dan P. pyriferum L., tetapi sekarang hal tersebut dianggap sebagai variasi saja (Morton 1987). Secara taksonomi jambu biji dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Soedarya 2010): Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledonae; Ordo : Myrtales; Famili : Myrtaceae; Genus : Psidium; Spesies : Psidium guajava L. Jambu biji merupakan tanaman semak atau perdu, tingginya dapat mencapai 9 meter (Nakasone & Paull 1999). Batang muda berbentuk segiempat berwarna hijau atau merah muda, dengan rambut berwarna keabu-abuan (Rismunandar 1989). Batang tua bulat dan keras, kulit batang licin berwarna coklat kemerahan dengan lapisan yang tipis dan mudah terkelupas jika sudah mengering. Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batangnya berwarna hijau dan berair. 5 Tanaman jambu biji memiliki kanopi yang pendek, percabangannya bebas dari bawah ke atas, sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Tunas tersebut dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bibit. Pertumbuhan tunas tanaman jambu biji bersifat indeterminan, dan batang/cabang jambu biji dapat tumbuh terus memanjang yang kadang-kadang dapat menekan pertumbuhan tunas lateral (Ashari 2006). Daun jambu biji mengeluarkan aroma jika diremas, berwarna hijau, mempunyai daun tunggal dan bertangkai pendek. Kedudukan daunnya dapat bersilangan, letak daunnya berhadapan dan bertulang daun menyirip. Bentuk daunnya bulat atau bulat telur dengan pinggiran rata melingkar dan ujung meruncing. Menurut Rismunandar (1989) ada korelasi antara bentuk daun dengan bentuk buahnya jambu biji yang berdaun kecil-kecil buahnya pun kecil (jambu kerikil). Jika bentuk daunnya bulat, buahnya pun bulat. Pohon yang daunnya memanjang dan agak lancip ujungnya, buahnya berbentuk buah pir. Bunga jambu biji berwarna putih, berbau agak wangi, tumbuh di ketiak daun atau pada pucuk ranting, tunggal atau dalam kelompok kecil (Morton 1987). Bunga merupakan bunga sempurna yaitu benang sari (sekitar 250 helai) dan putik terdapat pada satu bunga.menurut Sujiprihati (1985) mahkota bunga jambu biji Bangkok berjumlah 4-10 helai, dengan bentuk daun mahkota bulat telur. Bunga akan mekar penuh pada pagi hari. Waktu yang diperlukan dari kuncup hingga mekar penuh antara 14-29 hari (Sujiprihati 1985). Penyerbukan bunga tanaman jambu biji bersifat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang (Nakasone & Paull 1999), berlangsung dengan sendirinya atau dibantu oleh faktor luar yaitu angin, serangga, dan manusia (Rismunandar 1989). Buah jambu biji memiliki variasi yang besar baik dalam ukuran buah, bentuk buah, maupun warnanya (Panhwar 2005). Buah berdompolan, bentuknya globose, bulat telur, lonjong atau berbentuk buah pir, dengan ukuran beragam diameter sekitar 2,5-10 cm (Nakasone & Paull 1999) bergantung pada sifat bawaan, umur pohon, kesuburan tanah, dan ketersediaan air (Rismunandar 1989). 6 Kulit buahnya halus atau tidak rata, berwarna hijau tua ketika masih muda dan berubah menjadi hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah masak. Daging buahnya berwarna putih, kuning, pink atau merah dengan sel-sel batu sehingga bertekstur kasar, berasa asam sampai manis, dan beraroma “musky” ketika masak (Soetopo 1992). Daging dalamnya bertekstur lunak, dan berwarna lebih gelap dan berasa lebih manis dibanding daging luarnya, secara normal dipenuhi biji-biji yang keras berwarna kuning sekitar 1-2% (Panhwar 2005). Ada korelasi antara ukuran buah dengan jumlah biji yang dikandungnya, kisaran biji pada jambu biji Bangkok yaitu 150-750 biji (Sujiprihati 1989). Biji jambu biji dapat bertahan lama (± 12 bulan) dalam penyimpanan pada kondisi suhu rendah (8°C) dalam kelembaban rendah. Buah jambu biji matang 90 sampai 150 hari setelah pembungaan (Morton 1987), menurut Nakasone & Paull (1999) buah jambu biji matang 120-220 hari setelah pembungaan bergantung pada temperatur selama perkembangan buah. Periode pematangan buah buah setelah antesis juga bervariasi pada setiap varietas. Jambu biji Bangkok memerlukan waktu 5-6 bulan sejak antesis sampai buah dapat dipanen (Sujiprihati 1985). Gambar 1. Tanaman jambu kristal (Abdurrahman, 2012) Ekologi Tanaman jambu biji dapat tumbuh di berbagai tempat dan kapan saja (Rismunandar 1989), tumbuh baik pada dataran menengah (Utami 2008). Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah; lempung, 7 berat, kapur, rawa, agak berpasir, tanah berkerikil di dekat aliran sungai maupunpada tanah kapur (Utami 2008). Tanaman jambu biji juga sangat toleran terhadap kondisi cekaman lingkungan, misalnya kekeringan, lahan berbatu, pH rendah, dan sebagainya. Di daerah tropis jambu tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada temperatur 15 sampai 45°C, tanaman jambu biji yang masih kecil dapat mati pada suhu -2,78 sampai -2,22°C. Hasil terbaik diperoleh pada suhu 23-28°C dengan curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun. Rasa buah jambu biji pada musim hujan kurang manis dibandingkan dengan buah hasil panen pada musim kemarau. Tampaknya hal ini disebabkan pengaruh intensitas sinar matahari, karena tanaman jambu biji menyukai sinar matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jambu biji termasuk tipe C3 (Nakasone & Paull 1999), lama penyinaran optimum yang dibutuhkan adalah 15 jam per hari (Nakasone & Paull 1999; Utami 2008). Tanaman jambu cukup toleran terhadapkisaran pH 4,2-8,2 serta terhadap salinitas. Pada tanah yang kurang subur pun, misalnya berbatu-batu, masih mampu tumbuh, sekalipun hasilnya akan berkurang (Ashari, 2006) Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Hama Ulat Daun Ulat daun (Srapsicrates rhothia) sering menyerang dan memakan daun jambu biji. Gejala serangan ditandai dengan banyaknya daun yang rusak serta tidak utuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan produksi berkurang. Pengamatan tanaman sangat penting agar gejala serangan dapat diketahui sedini mungkin. Predator hama ini adalah burung, kelelawar, belalang sembah, dan tawon (Irul, 2010). 8 Gambar 2. Ulat Daun (Irul, 2010) Ulat Jengkal Ulat jengkal (Odonestis vitis) sering ditemukan memakan daun jambu. Ulat ini berwarna coklat dan cara berjalannya dengan mengangkat badan. Daun yang dimakan menjadi rusak dan tidak utuh. Ulat jengkal juga menyerang bunga yang masih kuncup dan buah. Akibat serangan hama tersebut adalah produksi buah berkurang dan kualitasnya menjadi rendah. Predator ulat jengkal antara lain belalang sembah, tawon, burung, kelelawar, dan tupai (Deptan, 2012). Gambar 3. Ulat Jengkal (Deptan, 2012) Ulat berbulu Ulat berbulu (Euproctis sp.) merupakan hama pemakan daun jambu. Ulat ini mempunyai bulu yang sangat panjang dan banyak. Bila terkena kulit manusia, akan menimbulkan gatal-gatal. Ulat berbulu memakan dari pinggir terlebih dahulu, kemudian bagian lainnya sehingga daun menjadi compang-camping atau 9 rusak. Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu, bahkan seluruh daun habis dan akhirnya produksi buah berkurang (Solopos, 2014). Gambar 4. Ulat Berbulu (Solopos, 2014) Ulat kantong Disebut ulat kantong karena seluruh tubuhnya diselimuti kantong yang merupakan tempat persembunyian dan perlindungan dari bahaya. Ulat ini memakan lapisan epidermis daun sampai habis sehingga hanya menyisakan tulang daunnya. Akibatnya, daun menjadi kering dan berwarna kecoklatan. Bahkan, daun berguguran bila serangannya berat. Hama ini juga menyerang kulit buah sehingga buah akan berwarna cokelat (Waryanto, 2011). Gambar 5. Ulat Kantong (Waryanto, 2011) Belalang Belalang (Valanga nigricornis) sering memakan daun jambu biji sehingga menimbulkan daun rusak atau tidak utuh. Jenis belalang di antaranya belalang besar berwarna cokelat dan belalang hijau tanpa bulu. Akibat serangan belalang, 10 daun menjadi rusak berat sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, buah berkurang, dan kualitas buah kurang baik (Joko, 2012). Gambar 6. Belalang (Joko, 2012) Penggerek Buah Penggerek buah (Heliothis armigera) merupakan hama penggerek buah jambu biji. Gejala serangannya terlihat pada kotoran yang ada pada permukaan kulit jambu biji dan buah berlubang. Buah yang terserang akan busuk atau rontok dan kualitasnya jelek sehingga produksi berkurang (Agroatlas, 2009). Gambar 7. Penggerek Buah (Agroatlas, 2009) Kumbang Kumbang (Maladera sp.) merupakan hama penting tanaman jambu biji. Kumbang tersebut berwarna cokelat dengan mantel luar yang tebal dan mengilap. Gejala serangannya terlihat pada daun jambu biji yang berlubang atau rusak sehingga pertumbuhan terganggu (Elizabeth, 2011). 11 Gambar. 8. Kumbang (Elizabeth, 2011) Puntul Puntul (Helopeltis theobromae Miller) sering menyerang bunga masih kuncup, daun muda, buah jambu biji yang masih muda atau tua. Gejala yang ditimbulkan buah terlihat puntul-puntul/benjol, pada bunga terdapat bintik hitam cukup besar, pada daun muda berlubang. Akibat serangannya, buah menjadi tidak normal dan produksi serta kualitas buah cukup rendah (Dropdata, 2012). Gambar 9. Puntul (Dropdata, 2012) Kutu-kutuan Kutu-kutuan yang biasa menyerang tanaman jambu biji antara lain Aphids (Aphis gossypii), Thrips (Selenothrips rubrocinctus Giard dan Scirtothrips dorsalis Hood), serta Mealybug (Pseudococcus citriculus). Kutu-kutuan tersebut dapat menyerang bagian pucuk daun, buah dan bunga. Hama tersebut menghisap cairan tanaman jambu biji. Saat musim kemarau, populasinya meningkat pesat 12 karena tidak ada hujan. Hama ini biasa bersembunyi di bawah daun. Air seni dari kutu-kutuan biasanya manis sehingga disukai semut. Sisa air seni dalam jumlah banyak yang merata dipermukaan daun dapat menimbulkan cendawan atau lebih dikenal embun jelaga.(Parimin, 2005) Gambar 10. Kutu Daun (Tamba, 2010) Lalat buah Lalat buah merupakan hama penting tanaman jambu. Lalat buah yang menggangu berasal dari golongan Bactrocera sp., Dacus doesalis. Tingkat kerusakan yang ditimbulkannya tinggi. Gejala serangan tampak getah mengering di permukaan buah. Kadang tampak lubang kecil kehitaman bekas tusukan. Buah keriput dan rontok.(Widodo danSutiyoso, 2010) Gambar 11. Lalat Buah (USDA, 2012) Penyakit Antraknosa Antraknosa merupakan penyakit umum pada tanaman jambu biji, yang tersebar luas di semua daerah penanamannya.Patogen penyebab antraknosa dapat 13 menyerang semua bagian tanaman, terutama pada buah namun tidak menyerang akar (Semangun 1994). Bagian tanaman seperti pucuk, daun muda dan ranting akan mudah terjangkit penyakit ini ketika masih lunak. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu mati ujung (die back), busuk buah, kanker buah, dan bercak daun (Misra 2004). Penyebab penyakit antraknosa yaitu cendawan Colletotrichum gloeosporioides (teleomorph: Glomerella cingulata), di India cendawan penyebabnya adalah Colletotrichum psidii Curzi (Misra 2004). Pada bagian tanaman yang sakit dalam cuaca lembab dan teduh cendawan membentuk spora (konidium) dalam jumlah yang besar, yang terikat dalam massa lendir berwarna merah jambu (Semangun, 1994). Gambar 12. Antraknosa pada Jambu (Tamba, 2010) Bercak Daun Bercak pada daun jambu biji umumnya tidak merugikan secara langsung, namun beberapa cendawan penyebabnya dapat menyerang buah juga maka daun yang sakit dapat memegang peranan penting sebagai sumber infeksi. Bercak daun dapat disebabkan antara lain oleh Cercospora spp., Pestalotiopsis sp., dan Colletotrichum sp. (Semangun 1994). Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan Cercospora psidii Rangel mula- mula terdapat bercak bercak bulat atau kurang teratur bentuknya, berwarna merah kecoklatan. Bercak akan mengering bagian tengahnya berubah menjadi berwarna putih. Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak tidak teratur berwarna putih yang dikelilingi oleh tepi kecoklatan (Semangun 1994). 14 Gambar 13. Bercak (Daun Halil, 2013) Karat Merah Karat merah disebabkan oleh alga hijau yang dapat menyebabkan bercak pada daun dan kadang-kadang pada buah. Penyebab penyakit ini adalah Cephaleuros spp. yang dapat menyerang berbagai bagian tanaman yaitu daun, buah, ranting, dan batang (Misra 2004). Gambar 14. Karat Merah (Rosyidi, 2012) Penyakit Layu Penyakit layu memiliki kecepatan perkembangan gejala yang bervariasi. Pada sindrom yang cepat, layu pertama muncul pada daun yang berada di ujung percabangan pada kanopi paling tinggi. Dalam 2-4 minggu, semua daun menjadi layu dan kering, batang terlihat seperti hangus. Perkembangan buah terhambat dan buah mengeras (mumifikasi) pada batangnya. Layu akan berkembang cepat dari batang yang mati ke batang yang sehat, akhirnya tanaman mati (Lim & Manicom 2003). Di Taiwan, cendawan penyebabnya diidentifikasi sebagai Myxosporium 15 psidii. Di India juga penyebab penyakit layu yang teridentifikasi bermacammacam, antara lain Fusarium oxysporum f. sp. psidii (Misra 2004). Gambar 15. Layu (Endro, 2008) Busuk Buah Busuk buah dapat terjadi di pertanaman maupun pada buah jambu biji dalam simpanan. Beberapa patogen yang menyebabkan busuk buah di pertanaman antara lain Phomopsis psidii menyebabkan busuk pangkal buah, Phytophthora, Fusarium, dan Curvularia. Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. dan Colletotrichum dapat menginfeksi jambu biji di pertanaman dan juga pada jambu biji di penyimpanan (Semangun 1994). Gambar 16. Busuk Buah (Tamba, 2010) Pengendaliaan Hama dan Penyakit Pengendalian Secara Budidaya 16 Pengendalian hama secara budidaya bertujuan mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama dan kerusakan tanaman. Kecuali itu, diusahakan juga agar lingkungan daat mendorong fungsinya musuh alami sebagai pengendali hama yang efektif. Pengendalian secara budidaya merupakan usaha pengendalian preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan serangan kendalinya. Saat ini dalam rangka sistem PHT teknik pengendalian hama secara bercocok tanam mencangkup pengertian yang lebih luas yaitu pengelolaan ekologi lingkungan pertanaman. Sebagaian besar pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi 4 sesuai dengan sasaran yang akan dicapai yaitu: a. Mengurangi kesesuaian ekosistem b. Mengganggu kontiunitas penyediaan keperluan hidup hama c. Mengalihkan populasi hama menjauhi tanaman d. Mengurangi dampak kerusakan tanaman (Pedigo, 1996) Pengurangan kesesuaian ekosistem seperti keperluan kehidupan hama antara lain makanan, habitat tempat hidup, tempat peletakan telur dan untuk persembunyiaan. Dengan begitu maka populasi hama dapat dihambat. Adapun caranya sebagai berikut: a. Sanitasi dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman singgang, tunggul tanaman atau bagian lain yang tersisa setelah panen. b. Penghancuran atau modifikasi inang atau habitat pengganti yang berada disekitar tanaman utama. Serangga hama sering kali berada di rerumputan, tanaman gulma, atau semak-semak sekitar lahan pertanian untuk peletakan telur, bersembunyi dan mendapatkan makanan. c. Pengerjaan tanah dapat juga dimanfaatkan untuk pengendalian hama terutama ditujukan untuk pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. a. Pengelolaan air dengan mengatur sistem irigasi dan drainase dapat digunakan untuk mengendalikan hama yang ada dalam tanah maupun dipermukaan tanah.(Untung, 2006) 17 Tanaman Tahan Penanaman vaeietas tahan hama secara luas dan seragam dapat mendorong keseragaman genetik besar pada ekosistem persawahan sehingga akhirnya sifat ketahanan suatu varietas tidak berjalan lama. Teknik pengembangan tanaman tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan terjadi secara koevolusioner di alam. Tanaman tahan tidak lepas dari ketahanan genetik yang terdapat mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama yaitu: a. Ketidaksukaan atau nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagai pakan atau sebagai tempat peletakan telur. b. Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang merugikan, bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat serangga memakan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu. c. Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka.(Untung, 2006) Pengendalian Fisik Pengendalikan fisik merupakan usaha kita menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat menimbulkan kematian atau mengurangi populasi hama. Beberapa penerapannya sebagai berikut: a. Perlakuan panas dan kebasahan dapat mempengaruhi penyebaran, fekunditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. b. Penggunaan lampu perangkap untuk menangkap serangga nocturnal yang tertarik rangsangan cahaya. 18 c. Penggunaan gelombang suara secara teoritik ada 3 metode pengendalian yang diusulkan yaitu: 1) penggunaan intensitas suara yang sangat tinggi sehingga dapat merusak serangga, 2) penggunaan suara lemah guna mengusir serangga, 3) merekam dan mendengarkan suara yang diproduksi serangga guna mengganggu serangga sasaran. Penggunaan gelombang elektromagnetik dapat mengurangi populasi hama burung yang menyerang tanaman bijibijian. d. Penghalang atau barier adalah berbagai ragam bentuk faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan serangga hama sehingga hama tidak mengganggu petani.(Untung, 2006) Pengendalian Mekanik Pengendalian mekanik bertujuan mematikan atau memindahkan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lainnya. Ada beberapa praktik pengendalian mekanik yang sering dilakukan yaitu: a. Pengambilan dengan tangan baik dalam bentuk hama maupun bagian tanaman yang terserang b. Gropyokan biasanya dilakukan untuk mengendalikan tikus yaitu dengan membunuh tikus yang berada di dalam dan di luar sarang. c. Memasang perangkap sesuai dengan jenis hama dan fase hama. Sering juga pada alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik, melekatkan dan membunuh serangga hama. d. Pengusiran dengan mengusir hama yang sedang berada di pertanaman atau sedang menuju pertanaman. e. Cara lain memisahkan dengan bagian mengoyang-goyang tanaman yang pohon, terserang, menggunakan alat penghisap.(Untung, 2006) Pengendalian hayati menyikat, memukul mencuci, maupun 19 Pengendalian hayati pada dasarnya merupakan pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama. Pengendalian hayati sangat dilandasi oleh pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan dinamis ekosistem. Dalam pengendalian hama, tujuan mengunakan agens pengendali hayati adalah untuk merestorasi dan meningkatkan hubungan antara hama dan musuh alami dengan memproduksi dan/atau membuat kondisi habitat yang lebih baik sehingga hubungan hama dan musuh alami menjadi lebih kuat. Di dalam pengendalian hayati penting untuk diketahui adalah bahwa kata “pengendalian” bukan berarti eradikasi, tetapi lebih dimaksudkan untuk penekanan populasi hama sampai pada titik tertentu dimana populasi hama tidak merusak secara ekonomi.(Habazar dan Yaherwandi, 2006) Pengendalian hayati berbeda dengan penegndalian alami (natural control). Pengendalian alami diartikan sebagai suatu proses untuk memelihara fluktuasi densitas populasi suatu organisme pada batas-batas atas dan bawah dalam suatu waktu tertentu oleh gabungan aksi-aksi faktor lingkungan abiotik dan biotik. Pengertian pengendali alami dalam berbagai istilah yang lain, antara lain keseimbangan alami (balance of natural), keseimbangan populasi (population balance), dan regulasi alami (natural regulation).(Sembel, 2010) Teknik pengendalian hayati dengan introduksi yaitu upaya memasukkan (mengimpor) musuh alami eksotik untuk mengendalikan hama, khususnya hama eksotik. Untuk penentuan lokasi asal musuh alami, pertama kali harus dilakukan kompilasi data (deteksi) mengenai hama target selanjutnya digunakan untuk mendeteksi musuh alami dan lokasi donor. Bila sudah berada di agroekosistem, maka musuh alami perlu dikonservasi dan diaugmentasi. Konservasi adalah upaya untuk mempertahankan keberadaan musuh alami di habitat sedangkan augmentasi dimaksudkan untuk meningkatkan populasi sehingga kinerjanya sebagai agens hayati semakin tinggi. Konservasi umumnya dilakukan melalui manipulasi lingkungan (pengelolaan habitat) sedangkan augmentasi biasanya dilakukan 20 melalui pembiakan musuh alami tersebut (pabrifikasi). Walaupun mudah dibedakan secara teori, dalam praktik konservasi dan augmentasi dapat dilaksanakan dalam satu kesatuan tindakan (augservasi) (Susilo, 2007). Agens pengendali hayati dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu: a. Parasitoid serangga b. Antropoda predator dan invertebrata lainnya c. Patogen dan predator d. Patogen dan nematoda yang menyerang antropoda (bakteri, virus, fungi, protozoa, nematoda) e. Patogen dan herbivora yang menyerang gulman (Van Driesche dan Bellows, 1996). 21 III. METODE Tempat dan Waktu Kegiatan magang kerja ini dilakukan pada tanggal 7 Juli 2014 sampai 4 Oktober 2014. Kegiatan magang ini bertempat di U.D. BumiAji Sejahtera di Jalan Kopral Kasdi Nomor 75, Desa Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Lokasi ini terletak pada kordinat 669500.44 m E dan 9131071.50 m S di Citra satelit. Kemudian terletak pada garis lintang (latitude): -7.858316o dan garis bujur (longitude): 112.537746o. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang kerja ini ditempuh dengan mengikuti kegiatan magang secara menyeluruh dari aspek budidaya dan aspek pengendalian OPT yang ada di U.D. BumiAji Sejahtera. Adapun metode kegiatan yang akan dilakukan antara lain: Orientasi Perusahaan dan Lapang. Orientasi perusahaan dan lapang dilakukan untuk mempercepat adaptasi dalam melakukan magang kerja di Areal pertanaman Jambu Kristal. Orientasi ini mencakup pengenalan terhadap pekerja lapang, Pimpinan perusahaan dan mitra kerja U.D. BumiAji Sejahtera serta termasuk peraturan dan etika yang berlaku di tempat magang kerja yang harus dipatuhi. Selain itu pengenalan areal pertanaman Jambu Kristal juga diperlukan untuk lebih mengenal dan memahami kondisi lokasi kegiatan magang kerja. Diskusi dan Wawancara. Diskusi dan wawancara dilakukan dengan pekerja lapang, Pimpinan perusahaan serta pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan magang. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat tentang praktek budidaya yang dilakukan di areal pertanaman Jambu Kristal serta pengendalian OPT yang dilakukan di lahan tersebut. Materi yang akan diangkat untuk kegiatan Diskusi dan wawancara antara lain (1) kegiatan pemeliharaan Jambu Kristal (2) teknik yang dilakukan untuk pengadaan bibit, (3) 22 pengelolaan tanah dan air, (4) teknik perawatan masa generative tanaman ketika akan berbuah, dan(5) mekanisme pengendalian OPT di lahan, Selain itu informasi tentang jenis tanaman Jambu Kristal yang dibudidayakan. tanaman Jambu Kristal juga diperlukan untuk mengenal berbagai kultivar tanaman Jambu Kristal yang dibudidayakan di Kebun U.D. BumiAji Sejahtera sehingga wawancara juga dilakukan terkait dengan inventarisasi kultivar tanaman Jambu Kristal yang telah dilakukan perusahaan pada tahun sebelumnya. Inventarisasi kultivar tanaman Jambu Kristal tersebut mencakup: plot (blok), tahun tanam, jumlah tahun tanam (tahun), nama kultivar, luas blok (ha), jumlah tanaman menghasilkan (TM), dan jumlah tanaman belum menghasilkan (TBM). Partisipasi Aktif. Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung kegiatan budidaya dan pengendalian hama tanaman Jambu Kristal di Kebun Jambu Kristal U.D. BumiAji Sejahtera. Kegiatan budidaya tanaman Jambu Kristal secara umum adalah mulai persiapan tanam sampai panen. Tetapi kegiatan budidaya yang akan dilakukan dan diamati hanya pada proses pemeliharaan saja. Hal ini dikarenakan kondisi Kebun Jambu Kristal U.D. BumiAji Sejahtera Kota Batu sudah ditanami tanaman Jambu Kristal. Sehingga informasi tentang teknik persiapan tanam, pengolahan tanah, pembibitan sampai penanaman tanaman Jambu Kristal dapat diperoleh dari diskusi dan wawancara dengan pihak perusahaan. Kegiatan pemeliharaan yang dimaksud meliputi: pemupukan, pengairan, perompesan, pelengkungan, pemangkasan, pengamatan dan pengendalian hama, serta pemanenan. Kegiatan pemupukan yang akan diamati adalah jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemberian pupuk, cara pemupukan, dan indikator tanaman Jambu Kristal yang perlu dilakukan pemupukan. Kegiatan pengairan diikuti dengan mengamati jenis air yang digunakan, waktu pengairan, dan sistem pengairan yang digunakan, termasuk cara mengetahui kebutuhan air tanaman Jambu Kristal. Kegiatan pemangkasan tangkai yang berlebihan, pengaturan tajuk, dan perawatan lain yang akan diamati secara langsung adalah cara dan waktu kegiatan tersebut. Dan tidak 23 menutup kemungkinan kegiatan lain akan dilakukan seperti kegiatan manejemen tanaman yang bermasalah misalkan tanaman sudah mengalami penurunan produksi, investasi serangga hama dari lahan pertanaman sekitar ataupun tergannggu produksinya akibat pengaruh dari tanaman lain di lahan tersebut. Pengendalian OPT juga diikuti secara langsung dengan mengamati berbagai teknik yang digunakan oleh pihak perusahaan. Pengendalian OPT tanaman Jambu Kristal yang akan diamati di areal lahan adalah pengendalian mekanis, fisik, biologi, dan kimiawi. Tidak menutup kemungkinan pengendalian lain juga dilakukan selain pengendalian tersebut. Pengumpulan Data. Data yang digunakan dalam kegiatan magang kerja ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui orientasi perusahaan dan lapang, diskusi dan wawancara, serta partisipasi aktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen yang berkaitan dengan keadaan umum di U.D. Bumi Aji Sejahtera, seperti tata guna lahan, keadaan wilayah, sarana dan prasarana, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan keadaan tanaman serta studi pustaka. 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil UD Bumiaji Sejahtera Nama Perusahaan : Bumiaji Sejahtera Pemilik/Owner : Imam Ghozali, ST., MM. Direktur/CEO : Rakhmad Hardiyanto, ST Alamat : Jalan Kopral Kasdi 75 dusun Banaran, Bumiaji, Kota Batu Telepon : (0341) 594 286 HP : 081 7960 4950 Nomor Ijin Usaha : 510/218/422.208/SIUP MI-025/2013 Visi Perusahaan a. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra agritourism Kota Wisata Batu pada 2014 b. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra home industry makanan olahan Kota Wisata Batu pada 2014 Misi Perusahaan a. Menciptakan sumber daya manusia jujur, kreatif, inovatif dan berjiwa entrepreneur b. Mengeksplorasi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat Letak Lahan Perusahaan Di UD.Bumiaji Sejahtera yang bergerak pada bidang pertanian, pariwisata dan home industri. Pada perusahaan ini yang diutamakan adalah pada bidang agrotourism (wisata pertanian), komoditas utama yang diandalkan untuk agrowisata adalah tanaman jambu kristal (Psidium guajava). Lahan yang dimiliki UD.Bumiaji Sejahtera total keseluruhan lahan 24.000 m2, dengan rician lahan : 1. Lahan di daerah Junggo, Kecamatan Bumiaji, Batu :15.000 m2 25 2. Lahan di daerah Dayakan, Kecamatan Bumiaji, Batu : 2.500 m2 3. Lahan di daerah Keramat, Kecamatan Bumaji, Batu : 2.000 m2 4. Lahan di daerah Banaran, Kecamatan Bumiaji, Batu : 4.500 m2 Luas lahan produktif untuk jambu kristal sebanyak 2.600 m2 yang terletak pada dua tempat yang berbeda yaitu pada kebun Dayakan (2.500 m2) dan kebun Keramat (100m2). Sedangkan sisa lahan yang lain pada kebun Keramat ditanami tumpang sari jambu kristal belum produktif, jeruk manis dan berbagai macam sayuran. Pada lahan Junggo setengah dari total lahan ditanami apel dan setengahnya ditanami berbagai macam sayuran. Untuk lahan Banaran Barat masih dalam proses penumbuhan hasil okulasi antara pohon awal jambu merah dan diokulasi jambu kristal serta dilakukan tumpangsari dengan berbagai sayuran.Struktur Organisasi Perusahaan Adapun struktur organisasi UD. Bumiaji Sejahtera berdasarkan profil UD. Bumiaji Sejahtera disajikan dalam diagram berikut : UD. Bumiaji Sejahtera Direktur/CEO Pemilik Manager HRD dan Keuangan Kepala Agroindustri dan Pemasaran Hasil Karyawan Kepala Kebun Buah Karyawan Kepala Kebun Sayur Karyawan Pemasaran Sayur 26 Gambar 27. Struktur Organisasi UD. Bumiaji Sejahtera 27 Proses Pembibitan tanaman jambu kristal a. Perbanyakan tanaman jambu kristal a. Cangkok Perbanyakan vegetative yang pertama dikembangkan di UD. Bumiaji Sejahterah adalah dengan menggunakan metode cangkok. Metode ini dikembangkan dengan alasan karena tanaman induk di lokasi kebun utama sudah berumur cukup tua yakni berkisar 6-8 tahun. Tanaman induk tersebut telah memiliki banyak percabangan dari cabang utama. Dahulunya, percabangan pada pohon jambu Kristal induk tersebut belum dimanfaatkan atau dikomersilkan seperti untuk pembibitan. Fokusnya adalah untuk membuat tanaman induk bersertifikat. Setelah sertifikan untuk pohon induk atau F1 dikeluarkan pada tahun 2012 maka, Bapak Rakhmad selaku Direktur berinisiatif untuk mengembangkan usaha dengan menjual bibit tanaman melalui metode cangkok untuk dijual. Respon pasar cukup tinggi ketika bibit cangkok mulai diproduksi secara masal. Pada awalnya, Bapak Rakhmad sebagai direktur hanya mencoba mengedukasi hasil bibit cangkoknya untuk diberikan secara Cuma-Cuma kepada petani sekitar untuk dicoba ditanam. Selang beberapa waktu, ternyata respon petani sekitar Bumijai cukup bagus terhadap bibit cangkok tersebut, kemudian diusulkan untuk memproduksi bibit cangkok tanaman jambu Kristal secara masal. Kemudian Bapak Yono ditunjuk sebagai petani ahli di bidang cangkok. 28 Gambar 18. Skema Tahapan Cangkok Tahapan cangkok untuk tanaman jambu Kristal ini terbilang cukup mudah, seperti pencangkokan tanaman pada umumnya. Di UD. Bumiaji Sejahtera menggunakan media yang berbeda untuk tempat tumbuhnya akar pada percabangan batang yakni campuran antara tanah + arang sekam + sabut kelapa (cocopeat). Komposisi media ini dikembangkan oleh UD. Bumiaji Sejahtera sendiri karena dengan teknologi ini dianggap hasil perakaran jambu Kristal pada percabangan batang dapat tumbuh lebih baik. Adapun tahapan pencangkokan tanaman Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera adalah sebagai berikut: a. Memlih dahan tanaman yang berdiameter ± 3 cm. panjang dahan ± 70-100 cm dan dahan tumbuh tegak. Dapat juga dipilih dahan atau percabangan yang sudah tumbuh bunga ataupun sudah berbuah. b. Menyayat kulit cabang secara melingkar sepanjang 3 – 5 cm. kulit cabang yang di sayat sebaiknya berada tepat di bawah kuncup daun hingga kambium pada bagian bawah kulit terlihat. c. Mengkerat kulit dengan ujung pisau. Kikis kambium yang mungkin masih melekat pada bagian kayu, dan buang lendir yang membasahinya. d. Mengeringkan bagian dahan yang telah di kupas dengan membiarkannya selama 2 – 5 hari. e. Membungkus dahan yang telah terbuka dengan tanah dan serabut kelapa. Dan ikat bagian bawah lembaran pembungkus ± 6 cm di bawah sayatan. f. Memasukkan tanah basah yang telah dicampur pupuk kancang ke dalam pembungkus. 29 g. Merapikan sehingga dahan yang terkelupas tertutup tanah seluruhnya. Kemudian ikat bagian atas lembaran pembungkus. h. Menyiram secara teratur pada pagi dan sore hari terutama jika tidak terjadi hujan. i. Cangkokan yang telah tumbuh akar bisa dipotong kemudian dipindahkan pada media tanah + sekam padi (1:3) pada polybag dengan campuran tanah gembur dan pupuk kandang. j. Lakukan perawatan dengan memberikan pupuk NPK lengkap (10:10:10) dan selama tiga hari sekali diberikan ZPT. k. Setelah umur cangkokan pada polybag mencapai 3 bulan, maka cangkokan telah siap untuk dipindahkan ke lahan yang siap untuk ditanami. Keuntungan bibit cangkok: a. Sifat tanaman sama seperti induknya b. Perbanyakan relatif lebih cepat daripada menggunakan okulasi c. Batang cangkok bisa dipilih tanaman yang berbunga, sehingga didapatkan bibit tanaman yang sudah berbuah Kekurangan bibit cangkok: a. Pembibitan cangkok lebih mudah mati b. Perakaran kurang kuat menopang sehingga membutuhkan waktu adaptasi lebiih lama pada penanaman di lahan baru. c. Membutuhkan perawatan lebih saat pemindahan bibit b. Okulasi a. Pilih batang bawah dari tanaman jambu merah yang telah berumur 5 bulan. b. Ambil mata tunas tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon jambu kristal induk percabangan kedua sampai pada percabangan terkecil berdiameter ± 3 cm. 30 c. Buat sayatan kulit batang yang terbuka bagian cambium pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang sesuai dengan mata tempel jambu kristal. d. Masukkan mata tempel ke dalam sayatan batang jambu merah sehingga menempel dengan baik. e. Bungkus dengan melilitkan plastik pada mata tunas yang ditempelkan. f. Setelah 1 bulan, lilitan plastik tempelan dapat dibuka dan disemprot dengan ZPT. g. Potong batang atas yang masih berupa jambu merah sehingga bibit siap dipindahkan 1 2 6 5 3 4 Gambar 19. Skema Tahapan Okulasi Keuntungan bibit okulasi: a. Perakaran tanaman yang kuat, karena berasal dari biji jambu merah 31 b. Dapat diproduksi masal lebih cepat c. Batang cangkok bisa dipilih tanaman yang berbunga, sehingga didapatkan bibit tanaman yang sudah berbuah Kekurangan bibit okulasi: a. Tingkat keberhasilan tumbuhnya mata tunas bari sangat kecil yaitu pada rasio 1:10 b. Butuh pemangkasan intensif pada percabangan jambu merah sebagai batang bawah apabila muncul Hama dan Penyakit Bibit Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera Hama 1. Lalat buah Dacus dorsalis (Diptera : tephritidae) Hama utama pada lahan pembibitan di UD. Bumiaji Sejahtera adalah lalat buah (Dacus dorsalis). Serangan lalat buah pada pembibitan dapat dikatakan sebagai serangan yang cukup mengkhawatirkan. Karena investasi lalat buah tersebut berupa telur ke dalam buah, dapat membuat buah menjadi busuk danmenghitam pada gejala yang laten. Serangan lalat buah ditandai dengan getah mongering di permukaan buah yang merupakan jalan masuknya imago Dacus dorsalis untuk meletakkan telur di dalam daging buah. Terkadang dapat dilihat pula lubang kecil kehitaman. Bekas suntikan lalat buah ketika meletakkan telur di bawah permukaan kulit buah. Telur menetas menjadi larva yang menggerogoti daging buah. Kerap ditemukan permukaan buah kelihatan mulus tapi begitu dibelah bagian dalam buah penuh dengan lubang kecil bahkan membusuk. Pada kondisi lain, buah menjadi keriput dan ujungnya menjadi rontok(Faridah, 2011) 32 Gambar 20. Dacus dorsalis Gambar 21. serangan D. dorsalis (dok. pribadi, 2014) 2. Kumbang kubah Hippodamia convergens (Coleoptera: Coccinellidae) Kumbang ini menyerang bagian daun yang masih berwarna hijau muda. Pada tempat pembibitan. Seringkali bibit yang terserang tersebar dibagian tengah petakan. Tanda yang muncul adalah daun akan berlubang berbentuk oval atau membulat. Panjang tubuhnya 4-7 mm; sayap depan berwarna orange hingga merah, dengan spot hitam mencapai 13 buah, ada yang memiliki spot lebih sedikit, beberapa tidak memiliki spot. Thoraks berwarna hitam dengan dua garis putih konvergen, bagian pinggir berwarna putih (Clark, 2011) Gambar 22. Kumbang kubah Penyakit 33 Pembibitan jambu kristal di UD. Bumiaji Sejahtera secara umum tidak ditemukan penyakit pada dua proses pembibitan yakni cangkok maupun okulasi. Gejala yang sering ditemukan pada bibit tanaman jambu Kristal adalah gejala kekurangan unsur makro seperti kekurangan unsur P dan K. untuk penangannnya sendiri seringkali dilakukan pemupukan kimiawi bermerk dagang “cantik” dengan komposisi N:P:K (10:10:10). Proses Sertifikasi Bibit Jambu Kristal a. Tahapan umum sertifikasi benih Tahapan umum untuk pendaftaran sertifikat benih tanaman adalah sebagai berikut: 1. Pendaftaran pemohon (penangkar benih) 2. Peninjauan lapang terhadap benih yang akan didaftarkan 3. Penyerahan berkas pendaftaran ke BPSB 4. Proses pembibitan oleh pemohon (penangkar benih) 5. Penyerahan sampel tanaman ke BPSB untuk pengamatan 6. Seleksi benih yang sudah ditanam oleh pemohon (penangkar benih) 7. Perhitungan benih/bibit yang lolos seleksi 8. Pemberian label sertifikasi disesuaikan dengan nomor benih yang lolos seleksi 34 9. Pelaporan kepada BPSB terhadap sebaran penjualan benih yang ditangkarkan sebagai data penyebaran benih (BPSB-TPH.dok) a b Gambar 23. Proses Sertifikasi : (a) Pemeriksaan (b) Label Sertifikasi b. Kendala saat pelaksanaan sertifikasi Dalam proses sertifikasi benih tanaman, proses yang berlangsung sangat bergantung pada jenis tanaman itu sendiri dan juga proses pembenihan apa yang dipilih untuk didaftarkan. Pada pembibitan jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera dilakukan dua pendaftaran bibit secara vegetative yaitu secara cangkok dan okulasi. Sejak pencangkokan dan proses okulasi pada 5 Desember 2013, proses untuk mendaftarkan bibit jambu Kristal ini mengalami beberapa kendala diantaranya : 1. Matinya tanaman yang sudah dipindahkan ke polybag (cangkok) 35 Gambar 24. Bibit Cangkok Mati (dok. pribadi, 2014) 2. Bibit mati akibat akat yang mengalami pergeseran (cangkok) Gambar 25. Bibit Cangkok Bergeser Akarnya (dok. pribadi, 2014) 3. Bibit tumbuh abnormal (okulasi) a. Batang terlalu kecil, sedangkan pucuknya terlalu besar Gambar 26. Bibit Abnormal 1 (dok. pribadi, 2014) b. Batangnya besar sedangkan pucuknya terlalu kecil 36 Gambar 27. Bibit Abnormal 2(dok. pribadi, 2014) c. Batang dan pucuk terlalu kecil Gambar 28. Bibit Abnormal 3(dok. pribadi, 2014) 4. Tumbuhnya tunas jambu merah (okulasi) Gambar 29. Okulasi 1(dok. pribadi, 2014) 37 5. Mata tunasnya tidak dapat tumbuh kuncup (okulasi) Gambar 30. Okulasi 2(dok. pribadi, 2014) 6. Matinya mata tunas setelah batang atas dipangkas (okulasi) Gambar 31. Okulasi 3(dok. pribadi, 2014) c. Manajemen penanganan pada proses sertifikasi a. Penaganan terhadap Hama Gunakan perangkap antraktan untuk mengatasi lalat buah. Contoh antraktan yang dapat digunakan adalah metal eugenol dan cue lure. Teteskan pada kapas lalu letakkan dalam botol plastic bekas. Perangkap itu mengeluarkan bau seperti aroma buah atau feromon seks 38 yang dapat menarik lalat buah. Pasang perangkap pada ranting atau cabang tanaman berketinggian 2-3m diatas permukaan tanah Metil eugenol merupakan zat yang bersifat volatile atau menguap dan melepaskan aroma wangi. Susunan kimia metil eugenol terdiri dari unsur C, H, dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikonsumsi. Dengan demikian, jika mencium aroma metil eugenol, lalat buah jantan akan berusahan mencari sumber aroma tersebut dan memakannya. Radius aroma antraktan dari metil eugenol ini mencapai 20-100 m, tetapi jika di bantu angin, jangkauannya bisa mencapai 3 km. Di dalam tubuh lalat buah jantan, metil eugenol di proses menjadi zat pemikat yang akan berguna dalam proses perkawinan. Dalam proses perkawinan tersebut, lalat buah betina akan memilih lalat buah jantan yang telah mengonsumsi metil eugenol karena lalat buah jantan tersebut mampu mengeluarkan aroma yang berfungsi sebagai sex pheromone (daya pikat seksual). Di alam, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai jenis tanaman, seperti treggula dan selasih. Lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dengan cara mengisap bunga atau daun tanaman penghasil metil eugenol sehingga tidak jarang dilihat kerumunan lalat buah yang sedang mengerumuti tanaman penghasil metil eugenol. (Kardinan, 2003) Cara lain yang dapat digunakan adalan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif sipermetrin seperti Ripcord 5 EC, Bravo 50 EC, dan Sidametrin 50 EC. Konsentrasinya 1-1,5 cc per liter air. Lakukan penyemprotan pada pagi hari. Selang penyemprotan antara 35 hari. Sebulan sebelum panen, penyemprotan harus dihentikan. (Trubus Exo, 2014) b. Perawatan bibit yang abnormal 39 Bibit yang abnormal yang sudah didaftarkan untuk sertifikasi, biasanya akan disortir namun, tidak dimusnahkan. Para pengawas dari BPSB menghimbau untuk tetap dilakukan perawatan dan dapat didaftarkan kembali untuk sertifikatnya pada waktu yang akan datang. Bibit yang tidak lolos seleksi akan dirawat sesuai dengan kebutuhan bibit masing-masing. Bibit yang mengalami abnormalitas akan diberikan pupuk NPK lengkap perbandingan (10:10:10) dengan merk dagang “cantik”. Pupuk tersebut diaplikasikan pada tanaman yang tidak lolos seleksi dengan dosis dua kali lipat dari dosis biasa yaitu 500 g pupuk dicairkan dengan 50 liter air. Kemudian untuk bibit yang tidak dapat tumbuh pucuk, diberi perlakuan dengan menambahkan ZPT bermerk dagang “decamond” yang diaplikasikan pada dosis 10ml untuk dilarutkan pada 40 L air. Kemudian disemprotkan dengan penyemprot gendong dengan pengoperasian secara manual. Pupuk NPK tersebut diaplikasikan secara khusus untuk bibit yang tidak lolos sertifikasi pada rentan waktu seminggu sekali dan diamati perkembangannya. Kemudian untuk ZPT tersebut diaplikasikan dalam rentan waktu tiga hari sekali untuk bibit yang mengalami kematian sementara dan juga yang tumbuh abnormal. Hal ini dimaksudkan agar merangsang pertumbuhan akar tanaman khususnya pada bibit cangkok. Selain pemberian pupuk dan ZPT pada kedua jenis bibit tersebut. perawatan juga dilakukan dengan melakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang dan dialirkan dengan pompa air secara manual. Bibit jambu ini secara rutin disiram selama dua kali sehari yakni pada pagi dan sore hari dengan ketentuan apabila sinar matahari dirasa terlalu terik. Apabila intensitas cahaya matahari tidak terlalu tinggi, maka penyiraman dilakukan sekali dalam satu hari. 40 Penyiraman ini dilakukan dengan tujuan menjaga kelembaban pada masing-masing bibit dan menjaga kesegaran bibit yang akan dijual. a b Gambar 32. Pupuk Anorganik(a) dan ZPT (b) (dok. pribadi, 2014) Perawatan lain adalah menyiangi gulma yang ada di sekitar polybag. Hal ini dilakukan agar mengurangi persaingan antara bibit jambu dan gulma. Kemudian juga dilakukan pemangkasan tunas jambu merah yang bermunculan disekitar batang bawah pada bibit jambu Kristal 41 V. PENUTUP KESIMPULAN UD. Bumiaji sejahterah merupakan suatau perusahaan perorangan (PO) yang bergerak pada bidang agrowisata. Komoditas utama yang menjadi andalan di tempat ini adalah jambu Kristal (Psidium guajava L.) yang digunakan wisata petik dengan didampingi beberapa komoditas sayuran yang beragam. Tanaman jambu Kristal (Psidium guajava L.) di UD. Bumiaji Sejahtera dibudidayakan secara vegetatif buatan dengan dua metode yaitu cangkok dan okulasi. Semua bibit vegetatif di tempat ini sudah didaftarkan pada BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) sector Bedali, Lawang-Kabupaten Malang sebagai badan nasional pengelola sertifikasi benih nasional. Bibit yang didaftarkan berjumlah 2000 bibit baik cangkok dan okulasi dan sejumlah 1200 bibit lolos seleksi awal dan terdapat 900 bibit yang akhirnya bersertifikat “Benih Sebar” setelah mengalami proses dari BPSB SARAN Pemberian sertifikat benih pada bibit tanaman jambu Kristal ini sangat penting dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing komoditas tanaman dalam negeri dalam rangka AEC (Asean Economic Community) pada tahun 2015. Namun demikian penanganan atau control terhadap benih yang didaftarkan perlu ditingkatkan dari manajemen mutu bibit dan aspek budidaya terutama agar benih yang didaftarkan dapat tumbuh seragam dan tidak banyak yang tidak lolos dan mendapatkan sertifikat. 42 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Nail. 2012. Cara Membudidaya Tanaman Jambu Kristal. http://www.aggressiveoptiontrader.com/2012/08/cara-membudidayatanaman-jambu-kristal/. Diakses tanggal 16 Juni 2014 (Online). Agroatlas. 2009. http://www.agroatlas.ru/en/content/pets/helicoverpa_armigera/. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Ashari S. 2006. Hortikultura: AspekBudidaya. Edisirevisi. Jakarta: UI-Press. Deptan. 2012. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Dropdata. 2012. http://www.dropdata.org/cocoa/icm_bkp.htm. Diakses tanggal 23 Juni 2014. Elizabeth. 2011. http://woodswalksandwildlife.blogspot.com/2011/08/. Diakses tanggal 23 Juni 2014. Faridah, Didah. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga, Bogor. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Habazar, Trimuti dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati “Hama dan Penyakit Tumbuhan”. Andalas University Press. Padang Irul. 2010. http://jaboninvestasiemas.blogspot.com/2010_06_01_archive.html. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online) Joko. 2012. http://biologiglobal.blogspot.com/2012_12_01_archive.html. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Lim TK, Manicom BC. 2003. Diseases of guava. Di dalam: Ploetz RC, editor. 2003. Diseases of Tropical Fruit Crops. Wallingford, UK: CABIPublishing. Misra AK. 2004. Guava diseases: their symptoms, causes and management. Di dalam: Naqvi SAMH, editor. Diseases of Fruits and Vegetables Diagnosisand Management Volume II.Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Hlm81-119. Morton J. 1987. Guava. Di dalam: Morton JF & Miami FL, editor. Fruits of WarmClimates. Creative Resources Systems, Inc. Hlm 356363.Http://www.hort.purdue. edu/newcrop/morton/guava.html. 43 Muttaqien. 2012. http://pupusdaun.wordpress.com/2012/07/27/jambu-sukunkristal/. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online) Nakasone HY, Paull RE. 1999. Tropical Fruits. Wallingford: CAB International. Panhwar F. 2005. Genetically evolved of guava (Psidiumgaajava) and its future in Pakistan.Virtual Lybrary Chemistry. Http://www.ChemLin.com. Parimin. 2005. JambuBiji :PenebarSwadaya. ”BudidayadanRagamPemanfaatannya”. Jakarta Pedigo, L. P. 1996. Entomology and Pest Management. Second Edition. Prentice Hall Inc. USA. 679p Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Penerbit Andi. Yogyakarta. Rismunandar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Bandung: SinarBaru. Rosyidi, Umar. 2012. http://organ lk.blogspot.com/2012/11/Kambu-biji.html. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Sembel, Dantje T. 2010. Pengendalian Hayati “Hama-hama serangga tropis dan gulma”. Penerbit Andi. Yogyakarta. Soedarya AP. 2010. Agribisnis Guava (JambuBatu). Bandung: PustakaGrafika. Soetopo L. 1992. PsidiumguajavaL. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE,editor. Plant Resources of South-East Asia: Edible Fruits and Nuts. Bogor:Prosea Foundation. Hlm 266-270. Solopos, 2014. http://www.solopos.com/2011/04/19/ribuan-ulat-bulu-ditemukandi-baturetno-94002. Diakses pada 23 Juni 2014 (Online). Sujiprihati S. 1985. Studi keragaman berbagai sifat agronomis dan pola pembungaan/pembuahan jambu Bangkok. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memperdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta Tamba, Mariati. 2010. http://cybex.deptan.go.id/category/bidang/holtikultura/ tanaman-buah/jambu-biji. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online) Trubus. 2010. www.trubus-online. co.id/trindo3/buah/page-6.html. Diakses tanggal 14 Mei 2013 (Online). Trubus EXO, 2014. Jambu Kristal. PT. Trubus Swadaya: Jakarta 44 Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). UGM Press. Yogyakarta. USDA, 2012. Htpp://www.ars.usda.gov/is/AR/archive/feb12/pests0212.htm. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Utami IS. 2008. Budidaya Jambu Merah: Mujarab Atasi Demam Berdarah. Kanisius. Yogyakarta Van Driesche, R. G. dan Bellows, T. S. 1996. Biological Control. India: CBS Publisher dan Distributors. Waryato, 2012. http://planters-hamakelapasawit.blogspot.com/2012/11/ulatkantong.html. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online). Widodo dan Sutiyoso. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman “Deteksi Dini dan Penanggulangan”. PT. Trubus Swadaya. Depok. 45 LAMPIRAN Lampiran 1 46 47 Lampiran 2 48 Lampiran III 49 50 Lampiran IV