Uploaded by User16719

LaporanMagangR.Primadana

advertisement
STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI
SEJAHTERA, KOTA BATU
MAGANG KERJA
Oleh:
Ramadhan Primadana
115040201111194
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2014
2
STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI
SEJAHTERA, KOTA BATU
MAGANG KERJA
Oleh:
Ramadhan Primadana
115040201111194
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA
STUDI BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI UD. BUMIAJI
SEJAHTERA, KOTA BATU
Disetujui Oleh :
Malang, .........................2014
Pembimbing Utama,
Pembimbing Lapang
Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc
Rahmad Hardiyanto, ST.
NIK. 86052304310020
Mengetahui,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Ketua
Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo SU.
NIP. 19550403 198303 1 003
iv
DATA PRIBADI
PESERTA MAGANG KERJA SEMESTER 2013/2014
Nama
: RAMADHAN PRIMADANA
NIM
: 115040201111194
Tempat, Tanggal Lahir
: Sidoarjo, 18 April 1993
Jurusan
: HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
Program Studi
: Agroekoteknologi
Memperoleh Magang Semester
: 7 (tujuh)
Alamat Asal
: Jalan Gajah Barat VII Rt. 20 Rw. 06 No.
31 B Magersari, Sidoarjo
Nomor HP
: 085784511112
Dosen Pembimbing Utama
: Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc
Lokasi Magang Kerja
: UD. Bumiaji Sejahtera, Batu
Komoditi
: Jambu Kristal
Alamat Tempat Magang Kerja
: Jalan Kopral Kasdi No. 75, Dusun Banaran
Desa Bumiaji, Kota Batu
v
RINGKASAN
RAMADHAN PRIMADANA. 115040201111194. STUDI BUDIDAYA DAN
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BIBIT
JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI U.D. BUMIAJI SEJAHTERA,
KOTA BATU. Di bawah bimbingan Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc., sebagai
pembimbing utama dan Rakhmad Hardiyanto, ST., sebagai pembimbing
lapang.
Jambu Kristal (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah unggulan
yang memiliki prospek pasar yang cukup tinggi di masa mendatang. Jambu ini
memasuki wilayah Indonesia pada tahun 1998 yang melalui Misi Teknik Taiwan
(Taiwan Technical Mission in Indonesia). Tanaman Jambu Kristal mulai
berkembang pada tahun 2004 di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, Jambu
Kristal ini sudah dikembangkan di beberapa provinsi di Indonesia. Untuk menjaga
keaslian bibit jambu Kristal diperlukan upaya perlindungan terhadap keaslian
bibit jambu ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan sertifikat sebagai identitas keaslian benih yang tersebar di Indonesia.
UD. Bumiaji Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan
Jambu Kristal dan mengembangkan pembibitan bersertifikat.
Pada tahun 2015 Indonesia akan menghadapi Asean Economic
Community (AEC). Proses sertifikasi pada bibit tanaman Jambu Kristal
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri. Upaya
ini juga ditujukan untuk menjaga keaslian varietas jambu hasil mutasi tersebut.
Namun, proses budidaya serta sertifikasi Jambu Kristal tidak lepas dari
permasalahan Hama dan Penyakit yang dapat mengganggu jalannya proses
sertifikasi suatu produk. Hal ini perlu dipelajari lebih lanjut terhadap upaya
apakah yang dapat dilakukan untuk pengendalian proses pembibitan sekaligus
sertifikasi tanaman Jambu Kristal.
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di UD. Bumiaji Sejahtera yang
beralamat di Jalan Kopral Kasdi Nomor 75, Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu. Magang Kerja dimulai pada tanggal 7 Juli 2014 sampai dengan
tanggal 4 Oktober 2014. Kegiatan ini dilakukan dengan metode utama yakni
dengan pastisipasi aktif, diskusi dan wawancara serta metode sekunder berupa
kajian literatur.
Kegiatan magang di UD Bumiaji Sejahtera meliputi dua kegiatan pokok
yakni kegiatan rutin dan kegiatan tentatif. Kegiatan rutin meliputi kegiatan
budidaya, mulai dari perawatan jambu Kristal, sanitasi, pemupukan dan
pembibitan. Selanjutnya, kegiatan tentatif yang meliputi kegiatan wisata,
pemasaran dan pengendalian hama dan penyakit.
vi
SUMMARY
RAMADHAN PRIMADANA. 115040201111194. THE STUDY OF
FARMING SYSTEM AND THE CONTROL OF PEST AND DISEASE
SEEDLING IN CRYSTAL GUAVA (Psidium guajava L.) at U.D.
BUMIAJI SEJAHTERA, BATU CITY. Supervised by Fery Abdul Choliq,
SP., M.Sc., as the main advisor and Rakhmad Hardiyanto, ST., as the field
advisor.
Crystal Guava (Psidium guajava L.) is one of the major fruit that having
big prospect market in the future. This guava entered Indonesia in 1998 which
following Taiwan Technical Mission in Indonesia. This plant developed well in
Indonesia since 2004. By the time at the recently years Crystal Guava developed
in a wider province in Indonesia. To keep safe the originality of Crystal Guava it
needed the method to protect it. One of solution that we can use is the national
certification of this plant breeding to keep the originality of Crystal Guava
vegetation seedling. UD. Bumiaji Sejahtera is one of Personal Company that
dedicated to developing Crystal Guava and it certification vegetative seedling.
At 2015 Indonesia will face the Asean Economic Community. The
certification process of Crystal Guava is one effort to increasing the national
quality of goods. This aim of certification process is also for keep the originality
this mutation gene from Crystal Guava. But, this farming system for Crystal
Guava is still remains the major problems like Pest and Diseases that would be
faze the certification process. It means that need to studied more what is the
certification and how to control the vegetative breeding and also the management
of certification process.
The Internship program carried out at UD. Bumiaji Sejahtera, located on
Kopral Kasdi street, number 75, Banaran village, Bumiaji, Batu City. This
Internship program held on July 7th, 2014 to October 4th, 2014. This internship
program is using discussion, participating work, and interview as the main
methods also studying kind of literature for the second method.
The Internship program at UD. Bumiaji Sejahtera divide by two main
activity. The first is daily activity like farming system of Crystal Guava
(treatment, sanitation, watering, fertilizing, and seedling) and the second is
tentative activity like guiding the tourism program, marketing and the
management of Pest and Diseases.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya sehingga Laporan Magang Kerja yang berjudul “STUDI
BUDIDAYA DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PADA BIBIT JAMBU KRISTAL (Psidium guajava L.) DI U.D. BUMIAJI
SEJAHTERA, KOTA BATU.” Dapat terselesaikan dengan sangat baik.
Kegiatan Magang Kerja ini merupakan bagian dari kegiatan akademik
mahasiswa S1 sebagai kegiatan wajib pada semester tujuh. Kegiatan magang kerja
ini berorientasi pada kegiatan kerja bidang pertanian yang meliputi berbagai
macam aspek didalamnya. Keluaran dari kegiatan magang kerja ini diharapkan
mahasiswa dapat mengenal dan mengerti seluk-beluk pekerjaan bidang pertanian
baik nasional maupun swasta.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Bambang Tri Raharjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Karena berkat bimbingan dan arahan beliau, kegiatan magang jurusan HPT
semakin baik pelaksanaannya dari tahun ke tahun. Kemudian ucapan terima kasih
juga kepada Bapak Fery Abdul Choliq, SP., M.Sc. sebagai pembimbing utama
yang senantiasa memberikan bimbingan dalam kegiatan magang penulis. Serta
kedua orang tua yang selalu memberikan doa restu dan dukungan kepada penulis
selama kegiatan magang ini berlangsung. Tak lupa juga segenap Pimpinan Mas
Rakhmad Hardiyanto, ST., juga seluruh mandor, staf dan pekerja di UD. Bumiaji
Sejahtera yang selama kegiatan magang selalu memberikan arahan dan ilmu yang
berharga.
Malang, November 2014
Penulis,
viii
ix
DAFTAR ISI
No
Teks
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i
DATA PRIBADI................................................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
SUMMARY .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Sejarah Jambu Kristal .............................................................................. 3
Botani Jambu Kristal ................................................................................ 3
Ekologi Jambu Kristal .............................................................................. 5
Hama dan Penyakit pada Jambu Kristal ................................................... 6
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Jambu Kristal ............................ 14
III. METODE ....................................................................................................... 19
Tempat dan Waktu .................................................................................. 19
Metode Pelaksanaan ................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 22
Profil UD Bumiaji Sejahtera ..................................................................... 22
Teknik Perbanyakan Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera ................. 24
a. Cangkok .............................................................................................. 24
b. Okulasi ................................................................................................ 27
Hama dan penyakit pada Bibit Jambu Kristal .......................................... 28
x
Proses Sertifikasi Bibit Jambu Kristal ...................................................... 29
V. PENUTUP ....................................................................................................... 37
Kesimpulan .............................................................................................. 37
Saran ......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
LAMPIRAN ......................................................................................................... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Halaman
1. Tanaman Jambu Kristal .............................................................................5
2. Gambar Ulat Daun ...................................................................................12
3. Gambar Ulat Jengkal ................................................................................12
4. Gambar Ulat Bulu ....................................................................................13
5. Gambar Ulat Kantong ..............................................................................13
6. Gambar Belalang......................................................................................14
7. Gambar Penggerek Buah .........................................................................14
8. Gambar Kumbang ....................................................................................15
9. Gambar Puntul .........................................................................................15
10. Gambar Kutu Daun ..................................................................................16
11. Gambar Lalat Buah ..................................................................................16
12. Gambar Antraknosa .................................................................................17
13. Gambar Bercak Daun ...............................................................................17
14. Gambar Karat Merah ...............................................................................18
15. Gambar Layu............................................................................................18
16. Gambar Busuk Buah ................................................................................19
17. Gambar Struktur Organisasi UD. Bumiaji Sejahtera ...............................23
18. Gambar Skema Tahapan Cangkok ...........................................................24
19. Gambar Skema Tahapan Okulasi .............................................................27
20. Gambar Dacus dorsalis ............................................................................29
21. Gambar Serangan D. dorsalis ..................................................................29
22. Gambar Kumbang Kubah ........................................................................29
23. Gambar Proses Sertifikasi ........................................................................30
24. Gambar Bibit Cangkok Mati ....................................................................31
25. Gambar Bibit Cangkok Bergeser Akarnya ..............................................31
26. Gambar Bibit Abnormal 1........................................................................32
27. Gambar Bibit Abnormal 2........................................................................32
xii
28. Gambar Bibit Abnormal 3........................................................................32
29. Gambar Okulasi 1 ....................................................................................33
30. Gambar Okulasi 2 ....................................................................................33
31. Gambar Okulasi 3 ....................................................................................33
32. Gambar Pupuk Anorganik dan ZPT.........................................................36
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks
Halaman
1. Lampiran 1 .............................................................................................. 40
2. Lampiran 2 .............................................................................................. 41
3. Lampiran 3 .............................................................................................. 42
4. Lampiran 4 .............................................................................................. 43
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penjelasan Perlunya Magang Kerja
Magang kerja merupakan kegiatan non akademik yang bersifat wajib bagi
mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kegiatan magang kerja ini
dilakukan pada saat semester ke-7 atau semester lanjut dengan persyaratan
tertentu. Kegiatan ini merupakan perwujudan pengenalan kehidupan kerja bagi
para mahasiswa. Selama magang, mahasiswa akan diperkenalkan tentang dunia
kerja khususnya bidang pertanian dan segala seluk-beluknya yang berhubungan
dengan teori yang sudah dipelajari selama di bangku perkuliahan.
Kegiatan magang kerja ini merupakan sarana bagi para mahasiswa yang
sedang menempuh ilmu secara teoritis dan aplikatif untuk nantinya bisa di
terapkan di tempat kerja. Kegiatan magang kerja juga merupakan tahap sebagai
masa pengenalan dengan sistem kerja di bidang pertanian khususnya agar
mahasiswa dapat langsung menyesuaikan diri dan bekerja secara profesional di
tempat kerja. Kegiatan magang kerja juga diharapkan mampu mendongkrak
motivasi dan kreasi mahasiswa untuk memulai usaha di bidang pertanian kedepan,
sehingga industri kreatif bidang pertanian yang modern dan kreatif dapat
berkembang dan maju.
Alasan Pemilihan Obyek Magang Kerja
UD. BumiAji Sejahtera merupakan tempat pengembangan agrowisata
yang menjadi pioneer di wilayah Bumiaji, Kota Batu. Tempat ini berkembang dari
tahun ke tahun dengan mengembangkan sistem yang dijalankan dengan
manajemen yang semakin baik. Penulis memilih tempat ini atas sepengetahuan
dari rekan sejawat yang melaksanakan pgogran fieldtrip mata kuliah Manajemen
agroekosistem yang bertempat di UD.BumiAji Sejahtera. Penulis menilai, tempat
ini mempunyai mekanisme pengoperasian dan promosi yang menarik, dengan
kondisi yang terus berkembang, penulis juga ingin mengetahui perkembangan
sistem manajemen yang dijalankan baik dari menajemen di lahan perkebunan dan
manejemen perusahaan yang sedang dikembangkan oleh pemilik. Penulis juga
ingin mengembangkan tanaman Jambu Kristal pada lahan sendiri yang notabene
cocok ditanaman di berbagai tempat dengan ketinggian berbeda sebagai upaya
penerapan secara langsung dari hasil kegiatan magang kerja ini di waktu yang
akan datang.
Tujuan
Tujuan umum kegiatanmagang kerja ini adalah :
1.
Mengenal dan mengetahui profil dari UD. Bumiaji Sejahtera Kota Batu
2.
Mengenal dan mengetahui sistem budidaya bibit Jambu Kristal di UD.
Bumiaji Sejahtera Kota Batu.
3.
Mengenal dan mengetahui proses pembibitan Jambu Kristal di UD. Bumiaji
Sejahtera Kota Batu.
4.
Mengetahui tahapan sertifikasi benih dari bibit Jambu Kristal di UD. Bumiaji
Sejahtera Kota Batu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Jambu Kristal
Jambu Kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan
pada tahun 1991 di District Kao Shiung – Taiwan. Jambu Kristal diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan. Jambu Kristal sebetulnya
tidak benar – benar tanpa biji tetapi jumlah bijinya kurang dari 3 persen bagian
buah. Sebelum Jambu Kristal diperkenalkan di Indonesia sudah terlebih dahulu
ditemukan jenis jambu tanpa biji lainnya yaitu jambu sukun. Jenis jambu sukun
juga merupakan jenis jambu tanpa biji, tetapi yang membedakan jambu sukun
dengan Jambu Kristal adalah pada jambu sukun jika pohon ditanaman dan
berbuah didekat jambu biji maka akan cenderung berbiji kembali sedangkan pada
Jambu Kristal hal tersebut tidak terjadi. Jambu Kristal memang sangat menarik,
berikut ini adalah gambaran tentang jambu dan struktur jambu secara umum
(Trubus, 2010)
Botani Jambu
Tanaman jambu biji merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae.
Jambu biji yang berbentuk bulat dan berbentuk buah pir dahulu dianggap sebagai
spesies terpisah; P. pomiferum L. dan P. pyriferum L., tetapi sekarang hal tersebut
dianggap sebagai variasi saja (Morton 1987). Secara taksonomi jambu biji dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Soedarya 2010):
Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas :
Dicotyledonae; Ordo : Myrtales; Famili : Myrtaceae; Genus : Psidium; Spesies :
Psidium guajava L.
Jambu biji merupakan tanaman semak atau perdu, tingginya dapat
mencapai 9 meter (Nakasone & Paull 1999). Batang muda berbentuk segiempat
berwarna hijau atau merah muda, dengan rambut berwarna keabu-abuan
(Rismunandar 1989). Batang tua bulat dan keras, kulit batang licin berwarna
coklat kemerahan dengan lapisan yang tipis dan mudah terkelupas jika sudah
mengering. Bila kulitnya dikelupas akan terlihat bagian dalam batangnya
berwarna hijau dan berair.
5
Tanaman jambu biji memiliki kanopi yang pendek, percabangannya bebas
dari bawah ke atas, sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Tunas
tersebut dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bibit. Pertumbuhan tunas
tanaman jambu biji bersifat indeterminan, dan batang/cabang jambu biji dapat
tumbuh terus memanjang yang kadang-kadang dapat menekan pertumbuhan tunas
lateral (Ashari 2006).
Daun jambu biji mengeluarkan aroma jika diremas, berwarna hijau,
mempunyai daun tunggal dan bertangkai pendek. Kedudukan daunnya dapat
bersilangan, letak daunnya berhadapan dan bertulang daun menyirip. Bentuk
daunnya bulat atau bulat telur dengan pinggiran rata melingkar dan ujung
meruncing. Menurut Rismunandar (1989) ada korelasi antara bentuk daun dengan
bentuk buahnya jambu biji yang berdaun kecil-kecil buahnya pun kecil (jambu
kerikil). Jika bentuk daunnya bulat, buahnya pun bulat. Pohon yang daunnya
memanjang dan agak lancip ujungnya, buahnya berbentuk buah pir. Bunga jambu
biji berwarna putih, berbau agak wangi, tumbuh di ketiak daun atau pada pucuk
ranting, tunggal atau dalam kelompok kecil (Morton 1987).
Bunga merupakan bunga sempurna yaitu benang sari (sekitar 250 helai)
dan putik terdapat pada satu bunga.menurut Sujiprihati (1985) mahkota bunga
jambu biji Bangkok berjumlah 4-10 helai, dengan bentuk daun mahkota bulat
telur. Bunga akan mekar penuh pada pagi hari. Waktu yang diperlukan dari
kuncup hingga mekar penuh antara 14-29 hari (Sujiprihati 1985). Penyerbukan
bunga tanaman jambu biji bersifat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang
(Nakasone & Paull 1999), berlangsung dengan sendirinya atau dibantu oleh faktor
luar yaitu angin, serangga, dan manusia (Rismunandar 1989).
Buah jambu biji memiliki variasi yang besar baik dalam ukuran buah,
bentuk buah, maupun warnanya (Panhwar 2005). Buah berdompolan, bentuknya
globose, bulat telur, lonjong atau berbentuk buah pir, dengan ukuran beragam
diameter sekitar 2,5-10 cm (Nakasone & Paull 1999) bergantung pada sifat
bawaan, umur pohon, kesuburan tanah, dan ketersediaan air (Rismunandar 1989).
6
Kulit buahnya halus atau tidak rata, berwarna hijau tua ketika masih muda dan
berubah menjadi hijau sampai hijau kekuning-kuningan setelah masak. Daging
buahnya berwarna putih, kuning, pink atau merah dengan sel-sel batu sehingga
bertekstur kasar, berasa asam sampai manis, dan beraroma “musky” ketika masak
(Soetopo 1992). Daging dalamnya bertekstur lunak, dan berwarna lebih gelap dan
berasa lebih manis dibanding daging luarnya, secara normal dipenuhi biji-biji
yang keras berwarna kuning sekitar 1-2% (Panhwar 2005). Ada korelasi antara
ukuran buah dengan jumlah biji yang dikandungnya, kisaran biji pada jambu biji
Bangkok yaitu 150-750 biji (Sujiprihati 1989). Biji jambu biji dapat bertahan lama
(± 12 bulan) dalam penyimpanan pada kondisi suhu rendah (8°C) dalam
kelembaban rendah. Buah jambu biji matang 90 sampai 150 hari setelah
pembungaan (Morton 1987), menurut Nakasone & Paull (1999) buah jambu biji
matang 120-220 hari setelah pembungaan bergantung pada temperatur selama
perkembangan buah. Periode pematangan buah buah setelah antesis juga
bervariasi pada setiap varietas. Jambu biji Bangkok memerlukan waktu 5-6 bulan
sejak antesis sampai buah dapat dipanen (Sujiprihati 1985).
Gambar 1. Tanaman jambu kristal (Abdurrahman, 2012)
Ekologi
Tanaman jambu biji dapat tumbuh di berbagai tempat dan kapan saja
(Rismunandar 1989), tumbuh baik pada dataran menengah (Utami 2008).
Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah; lempung,
7
berat, kapur, rawa, agak berpasir, tanah berkerikil di dekat aliran sungai
maupunpada tanah kapur (Utami 2008). Tanaman jambu biji juga sangat toleran
terhadap kondisi cekaman lingkungan, misalnya kekeringan, lahan berbatu, pH
rendah, dan sebagainya. Di daerah tropis jambu tumbuh di dataran rendah hingga
ketinggian 1500 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada temperatur 15
sampai 45°C, tanaman jambu biji yang masih kecil dapat mati pada suhu -2,78
sampai -2,22°C. Hasil terbaik diperoleh pada suhu 23-28°C dengan curah hujan
1.000-2.000 mm/tahun. Rasa buah jambu biji pada musim hujan kurang manis
dibandingkan dengan buah hasil panen pada musim kemarau. Tampaknya hal ini
disebabkan pengaruh intensitas sinar matahari, karena tanaman jambu biji
menyukai sinar matahari penuh tanpa naungan. Tanaman jambu biji termasuk tipe
C3 (Nakasone & Paull 1999), lama penyinaran optimum yang dibutuhkan adalah
15 jam per hari (Nakasone & Paull 1999; Utami 2008). Tanaman jambu cukup
toleran terhadapkisaran
pH 4,2-8,2 serta terhadap salinitas. Pada tanah yang
kurang subur pun, misalnya berbatu-batu, masih mampu tumbuh, sekalipun
hasilnya akan berkurang (Ashari, 2006)
Hama dan Penyakit Tanaman Jambu
Hama
Ulat Daun
Ulat daun (Srapsicrates rhothia) sering menyerang dan memakan daun
jambu biji. Gejala serangan ditandai dengan banyaknya daun yang rusak serta
tidak utuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan produksi berkurang.
Pengamatan tanaman sangat penting agar gejala serangan dapat diketahui sedini
mungkin. Predator hama ini adalah burung, kelelawar, belalang sembah, dan
tawon (Irul, 2010).
8
Gambar 2. Ulat Daun (Irul, 2010)
Ulat Jengkal
Ulat jengkal (Odonestis vitis) sering ditemukan memakan daun jambu. Ulat
ini berwarna coklat dan cara berjalannya dengan mengangkat badan. Daun yang
dimakan menjadi rusak dan tidak utuh. Ulat jengkal juga menyerang bunga yang
masih kuncup dan buah. Akibat serangan hama tersebut adalah produksi buah
berkurang dan kualitasnya menjadi rendah. Predator ulat jengkal antara lain
belalang sembah, tawon, burung, kelelawar, dan tupai (Deptan, 2012).
Gambar 3. Ulat Jengkal (Deptan, 2012)
Ulat berbulu
Ulat berbulu (Euproctis sp.) merupakan hama pemakan daun jambu. Ulat ini
mempunyai bulu yang sangat panjang dan banyak. Bila terkena kulit manusia,
akan menimbulkan gatal-gatal. Ulat berbulu memakan dari pinggir terlebih
dahulu, kemudian bagian lainnya sehingga daun menjadi compang-camping atau
9
rusak. Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu,
bahkan seluruh daun habis dan akhirnya produksi buah berkurang (Solopos,
2014).
Gambar 4. Ulat Berbulu (Solopos, 2014)
Ulat kantong
Disebut ulat kantong karena seluruh tubuhnya diselimuti kantong yang
merupakan tempat persembunyian dan perlindungan dari bahaya. Ulat ini
memakan lapisan epidermis daun sampai habis sehingga hanya menyisakan tulang
daunnya. Akibatnya, daun menjadi kering dan berwarna kecoklatan. Bahkan, daun
berguguran bila serangannya berat. Hama ini juga menyerang kulit buah sehingga
buah akan berwarna cokelat (Waryanto, 2011).
Gambar 5. Ulat Kantong (Waryanto, 2011)
Belalang
Belalang (Valanga nigricornis) sering memakan daun jambu biji sehingga
menimbulkan daun rusak atau tidak utuh. Jenis belalang di antaranya belalang
besar berwarna cokelat dan belalang hijau tanpa bulu. Akibat serangan belalang,
10
daun menjadi rusak berat sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, buah
berkurang, dan kualitas buah kurang baik (Joko, 2012).
Gambar 6. Belalang (Joko, 2012)
Penggerek Buah
Penggerek buah (Heliothis armigera) merupakan hama penggerek buah
jambu biji. Gejala serangannya terlihat pada kotoran yang ada pada permukaan
kulit jambu biji dan buah berlubang. Buah yang terserang akan busuk atau rontok
dan kualitasnya jelek sehingga produksi berkurang (Agroatlas, 2009).
Gambar 7. Penggerek Buah (Agroatlas, 2009)
Kumbang
Kumbang (Maladera sp.) merupakan hama penting tanaman jambu biji.
Kumbang tersebut berwarna cokelat dengan mantel luar yang tebal dan mengilap.
Gejala serangannya terlihat pada daun jambu biji yang berlubang atau rusak
sehingga pertumbuhan terganggu (Elizabeth, 2011).
11
Gambar. 8. Kumbang (Elizabeth, 2011)
Puntul
Puntul (Helopeltis theobromae Miller) sering menyerang bunga masih
kuncup, daun muda, buah jambu biji yang masih muda atau tua. Gejala yang
ditimbulkan buah terlihat puntul-puntul/benjol, pada bunga terdapat bintik hitam
cukup besar, pada daun muda berlubang. Akibat serangannya, buah menjadi tidak
normal dan produksi serta kualitas buah cukup rendah (Dropdata, 2012).
Gambar 9. Puntul (Dropdata, 2012)
Kutu-kutuan
Kutu-kutuan yang biasa menyerang tanaman jambu biji antara lain Aphids
(Aphis gossypii), Thrips (Selenothrips rubrocinctus Giard dan Scirtothrips
dorsalis Hood), serta Mealybug (Pseudococcus citriculus). Kutu-kutuan tersebut
dapat menyerang bagian pucuk daun, buah dan bunga. Hama tersebut menghisap
cairan tanaman jambu biji. Saat musim kemarau, populasinya meningkat pesat
12
karena tidak ada hujan. Hama ini biasa bersembunyi di bawah daun. Air seni dari
kutu-kutuan biasanya manis sehingga disukai semut. Sisa air seni dalam jumlah
banyak yang merata dipermukaan daun dapat menimbulkan cendawan atau lebih
dikenal embun jelaga.(Parimin, 2005)
Gambar 10. Kutu Daun (Tamba, 2010)
Lalat buah
Lalat buah merupakan hama penting tanaman jambu. Lalat buah yang
menggangu berasal dari golongan Bactrocera sp., Dacus doesalis. Tingkat
kerusakan yang ditimbulkannya tinggi. Gejala serangan tampak getah mengering
di permukaan buah. Kadang tampak lubang kecil kehitaman bekas tusukan. Buah
keriput dan rontok.(Widodo danSutiyoso, 2010)
Gambar 11. Lalat Buah (USDA, 2012)
Penyakit
Antraknosa
Antraknosa merupakan penyakit umum pada tanaman jambu biji, yang
tersebar luas di semua daerah penanamannya.Patogen penyebab antraknosa dapat
13
menyerang semua bagian tanaman, terutama pada buah namun tidak menyerang
akar (Semangun 1994). Bagian tanaman seperti pucuk, daun muda dan ranting
akan mudah terjangkit penyakit ini ketika masih lunak. Gejala yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu mati ujung (die back), busuk buah, kanker
buah, dan bercak daun (Misra 2004). Penyebab penyakit antraknosa yaitu
cendawan Colletotrichum gloeosporioides (teleomorph: Glomerella cingulata), di
India cendawan penyebabnya adalah Colletotrichum psidii Curzi (Misra 2004).
Pada bagian tanaman yang sakit dalam cuaca lembab dan teduh cendawan
membentuk spora (konidium) dalam jumlah yang besar, yang terikat dalam massa
lendir berwarna merah jambu (Semangun, 1994).
Gambar 12. Antraknosa pada Jambu (Tamba, 2010)
Bercak Daun
Bercak pada daun jambu biji umumnya tidak merugikan secara langsung,
namun beberapa cendawan penyebabnya dapat menyerang buah juga maka daun
yang sakit dapat memegang peranan penting sebagai sumber infeksi. Bercak
daun dapat disebabkan antara lain oleh Cercospora spp., Pestalotiopsis sp., dan
Colletotrichum sp. (Semangun 1994). Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan
Cercospora psidii Rangel mula- mula terdapat bercak bercak bulat atau kurang
teratur bentuknya, berwarna merah kecoklatan. Bercak akan mengering bagian
tengahnya berubah menjadi berwarna putih. Bercak-bercak dapat bersatu
membentuk bercak tidak teratur berwarna putih yang dikelilingi oleh tepi
kecoklatan (Semangun 1994).
14
Gambar 13. Bercak (Daun Halil, 2013)
Karat Merah
Karat merah disebabkan oleh alga hijau yang dapat menyebabkan bercak
pada daun dan kadang-kadang pada buah. Penyebab penyakit ini adalah
Cephaleuros spp. yang dapat menyerang berbagai bagian tanaman yaitu daun,
buah, ranting, dan batang (Misra 2004).
Gambar 14. Karat Merah (Rosyidi, 2012)
Penyakit Layu
Penyakit layu memiliki kecepatan perkembangan gejala yang bervariasi.
Pada sindrom yang cepat, layu pertama muncul pada daun yang berada di ujung
percabangan pada kanopi paling tinggi. Dalam 2-4 minggu, semua daun menjadi
layu dan kering, batang terlihat seperti hangus. Perkembangan buah terhambat dan
buah mengeras (mumifikasi) pada batangnya. Layu akan berkembang cepat dari
batang yang mati ke batang yang sehat, akhirnya tanaman mati (Lim & Manicom
2003). Di Taiwan, cendawan penyebabnya diidentifikasi sebagai Myxosporium
15
psidii. Di India juga penyebab penyakit layu yang teridentifikasi bermacammacam, antara lain Fusarium oxysporum f. sp. psidii (Misra 2004).
Gambar 15. Layu (Endro, 2008)
Busuk Buah
Busuk buah dapat terjadi di pertanaman maupun pada buah jambu
biji dalam simpanan. Beberapa patogen yang menyebabkan busuk buah di
pertanaman antara lain Phomopsis psidii menyebabkan busuk pangkal buah,
Phytophthora, Fusarium, dan Curvularia. Cendawan Botryodiplodia theobromae
Pat. dan Colletotrichum dapat menginfeksi jambu biji di pertanaman dan juga
pada jambu biji di penyimpanan (Semangun 1994).
Gambar 16. Busuk Buah (Tamba, 2010)
Pengendaliaan Hama dan Penyakit
Pengendalian Secara Budidaya
16
Pengendalian hama secara budidaya bertujuan mengelola lingkungan
tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangan hama dan kerusakan tanaman. Kecuali itu, diusahakan juga agar
lingkungan daat mendorong fungsinya musuh alami sebagai pengendali hama
yang efektif. Pengendalian secara budidaya merupakan usaha pengendalian
preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan serangan kendalinya.
Saat ini dalam rangka sistem PHT teknik pengendalian hama secara bercocok
tanam mencangkup pengertian yang lebih luas yaitu pengelolaan ekologi
lingkungan pertanaman. Sebagaian besar pengendalian secara budidaya dapat
dikelompokan menjadi 4 sesuai dengan sasaran yang akan dicapai yaitu:
a. Mengurangi kesesuaian ekosistem
b. Mengganggu kontiunitas penyediaan keperluan hidup hama
c. Mengalihkan populasi hama menjauhi tanaman
d. Mengurangi dampak kerusakan tanaman (Pedigo, 1996)
Pengurangan kesesuaian ekosistem seperti keperluan kehidupan hama
antara lain makanan, habitat tempat hidup, tempat peletakan telur dan untuk
persembunyiaan. Dengan begitu maka populasi hama dapat dihambat. Adapun
caranya sebagai berikut:
a. Sanitasi dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
singgang, tunggul tanaman atau bagian lain yang tersisa setelah panen.
b. Penghancuran atau modifikasi inang atau habitat pengganti yang berada
disekitar tanaman utama. Serangga hama sering kali berada di rerumputan,
tanaman gulma, atau semak-semak sekitar lahan pertanian untuk peletakan
telur, bersembunyi dan mendapatkan makanan.
c. Pengerjaan tanah dapat juga dimanfaatkan untuk pengendalian hama terutama
ditujukan untuk pengendalian instar hama yang berada dalam tanah.
a. Pengelolaan air dengan mengatur sistem irigasi dan drainase dapat digunakan
untuk mengendalikan hama yang ada dalam tanah maupun dipermukaan
tanah.(Untung, 2006)
17
Tanaman Tahan
Penanaman vaeietas tahan hama secara luas dan seragam dapat mendorong
keseragaman genetik besar pada ekosistem persawahan sehingga akhirnya sifat
ketahanan suatu varietas tidak berjalan lama. Teknik pengembangan tanaman
tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan sifat ketahanan dan
terjadi secara koevolusioner di alam. Tanaman tahan tidak lepas dari ketahanan
genetik yang terdapat mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama
yaitu:
a. Ketidaksukaan
atau
nonpreference
merupakan
sifat
tanaman
yang
menyebabkan suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman
baik sebagai pakan atau sebagai tempat peletakan telur.
b. Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang merugikan,
bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat serangga memakan dan
mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu.
c. Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman
tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau
mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi
hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka.(Untung, 2006)
Pengendalian Fisik
Pengendalikan fisik merupakan usaha kita menggunakan atau mengubah
faktor lingkungan fisik sehingga dapat menimbulkan kematian atau mengurangi
populasi hama. Beberapa penerapannya sebagai berikut:
a. Perlakuan panas dan kebasahan dapat mempengaruhi penyebaran, fekunditas,
kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama.
b. Penggunaan lampu perangkap untuk menangkap serangga nocturnal yang
tertarik rangsangan cahaya.
18
c. Penggunaan gelombang suara secara teoritik ada 3 metode pengendalian yang
diusulkan yaitu: 1) penggunaan intensitas suara yang sangat tinggi sehingga
dapat merusak serangga, 2) penggunaan suara lemah guna mengusir serangga,
3) merekam dan mendengarkan suara yang diproduksi serangga guna
mengganggu serangga sasaran. Penggunaan gelombang elektromagnetik
dapat mengurangi populasi hama burung yang menyerang tanaman bijibijian.
d. Penghalang atau barier adalah berbagai ragam bentuk faktor fisik yang dapat
menghalangi atau membatasi pergerakan serangga hama sehingga hama tidak
mengganggu petani.(Untung, 2006)
Pengendalian Mekanik
Pengendalian mekanik bertujuan mematikan atau memindahkan hama
secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lainnya.
Ada beberapa praktik pengendalian mekanik yang sering dilakukan yaitu:
a. Pengambilan dengan tangan baik dalam bentuk hama maupun bagian
tanaman yang terserang
b. Gropyokan biasanya dilakukan untuk mengendalikan tikus yaitu dengan
membunuh tikus yang berada di dalam dan di luar sarang.
c. Memasang perangkap sesuai dengan jenis hama dan fase hama. Sering juga
pada alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik, melekatkan dan
membunuh serangga hama.
d. Pengusiran dengan mengusir hama yang sedang berada di pertanaman atau
sedang menuju pertanaman.
e. Cara
lain
memisahkan
dengan
bagian
mengoyang-goyang
tanaman
yang
pohon,
terserang,
menggunakan alat penghisap.(Untung, 2006)
Pengendalian hayati
menyikat,
memukul
mencuci,
maupun
19
Pengendalian hayati pada dasarnya merupakan pemanfaatan dan
penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama. Pengendalian
hayati sangat dilandasi oleh pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang
pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan dinamis ekosistem.
Dalam pengendalian hama, tujuan mengunakan agens pengendali hayati adalah
untuk merestorasi dan meningkatkan hubungan antara hama dan musuh alami
dengan memproduksi dan/atau membuat kondisi habitat yang lebih baik sehingga
hubungan hama dan musuh alami menjadi lebih kuat. Di dalam pengendalian
hayati penting untuk diketahui adalah bahwa kata “pengendalian” bukan berarti
eradikasi, tetapi lebih dimaksudkan untuk penekanan populasi hama sampai pada
titik tertentu dimana populasi hama tidak merusak secara ekonomi.(Habazar dan
Yaherwandi, 2006)
Pengendalian hayati berbeda dengan penegndalian alami (natural control).
Pengendalian alami diartikan sebagai suatu proses untuk memelihara fluktuasi
densitas populasi suatu organisme pada batas-batas atas dan bawah dalam suatu
waktu tertentu oleh gabungan aksi-aksi faktor lingkungan abiotik dan biotik.
Pengertian pengendali alami dalam berbagai istilah yang lain, antara lain
keseimbangan alami (balance of natural), keseimbangan populasi (population
balance), dan regulasi alami (natural regulation).(Sembel, 2010)
Teknik pengendalian hayati dengan introduksi yaitu upaya memasukkan
(mengimpor) musuh alami eksotik untuk mengendalikan hama, khususnya hama
eksotik. Untuk penentuan lokasi asal musuh alami, pertama kali harus dilakukan
kompilasi data (deteksi) mengenai hama target selanjutnya digunakan untuk
mendeteksi musuh alami dan lokasi donor. Bila sudah berada di agroekosistem,
maka musuh alami perlu dikonservasi dan diaugmentasi. Konservasi adalah upaya
untuk mempertahankan keberadaan musuh alami di habitat sedangkan augmentasi
dimaksudkan untuk meningkatkan populasi sehingga kinerjanya sebagai agens
hayati semakin tinggi. Konservasi umumnya dilakukan melalui manipulasi
lingkungan (pengelolaan habitat) sedangkan augmentasi biasanya dilakukan
20
melalui pembiakan musuh alami tersebut (pabrifikasi). Walaupun mudah
dibedakan secara teori, dalam praktik konservasi dan augmentasi dapat
dilaksanakan dalam satu kesatuan tindakan (augservasi) (Susilo, 2007).
Agens pengendali hayati dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Parasitoid serangga
b. Antropoda predator dan invertebrata lainnya
c. Patogen dan predator
d. Patogen dan nematoda yang menyerang antropoda (bakteri, virus, fungi,
protozoa, nematoda)
e. Patogen dan herbivora yang menyerang gulman (Van Driesche dan Bellows,
1996).
21
III. METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang kerja ini dilakukan pada tanggal 7 Juli 2014 sampai 4
Oktober 2014. Kegiatan magang ini bertempat di U.D. BumiAji Sejahtera di Jalan
Kopral Kasdi Nomor 75, Desa Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Lokasi
ini terletak pada kordinat 669500.44 m E dan 9131071.50 m S di Citra satelit.
Kemudian terletak pada garis lintang (latitude): -7.858316o dan garis bujur
(longitude): 112.537746o.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang kerja ini ditempuh dengan mengikuti kegiatan magang
secara menyeluruh dari aspek budidaya dan aspek pengendalian OPT yang ada di
U.D. BumiAji Sejahtera. Adapun metode kegiatan yang akan dilakukan antara
lain:
Orientasi Perusahaan dan Lapang. Orientasi perusahaan dan lapang
dilakukan untuk mempercepat adaptasi dalam melakukan magang kerja di Areal
pertanaman Jambu Kristal. Orientasi ini mencakup pengenalan terhadap pekerja
lapang, Pimpinan perusahaan dan mitra kerja U.D. BumiAji Sejahtera serta
termasuk peraturan dan etika yang berlaku di tempat magang kerja yang harus
dipatuhi. Selain itu pengenalan areal pertanaman Jambu Kristal juga diperlukan
untuk lebih mengenal dan memahami kondisi lokasi kegiatan magang kerja.
Diskusi dan Wawancara. Diskusi dan wawancara dilakukan dengan
pekerja lapang, Pimpinan perusahaan serta pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan magang. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih
akurat tentang praktek budidaya yang dilakukan di areal pertanaman Jambu
Kristal serta pengendalian OPT yang dilakukan di lahan tersebut. Materi yang
akan diangkat untuk kegiatan Diskusi dan wawancara antara lain (1) kegiatan
pemeliharaan Jambu Kristal (2) teknik yang dilakukan untuk pengadaan bibit, (3)
22
pengelolaan tanah dan air, (4) teknik perawatan masa generative tanaman ketika
akan berbuah, dan(5) mekanisme pengendalian OPT di lahan,
Selain itu informasi tentang jenis tanaman Jambu Kristal yang
dibudidayakan. tanaman Jambu Kristal juga diperlukan untuk mengenal berbagai
kultivar tanaman Jambu Kristal yang dibudidayakan di Kebun U.D. BumiAji
Sejahtera sehingga wawancara juga dilakukan terkait dengan inventarisasi kultivar
tanaman Jambu Kristal yang telah dilakukan perusahaan pada tahun sebelumnya.
Inventarisasi kultivar tanaman Jambu Kristal tersebut mencakup: plot (blok),
tahun tanam, jumlah tahun tanam (tahun), nama kultivar, luas blok (ha), jumlah
tanaman menghasilkan (TM), dan jumlah tanaman belum menghasilkan (TBM).
Partisipasi Aktif. Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara
langsung kegiatan budidaya dan pengendalian hama tanaman Jambu Kristal di
Kebun Jambu Kristal U.D. BumiAji Sejahtera. Kegiatan budidaya tanaman Jambu
Kristal secara umum adalah mulai persiapan tanam sampai panen. Tetapi kegiatan
budidaya yang akan dilakukan dan diamati hanya pada proses pemeliharaan saja.
Hal ini dikarenakan kondisi Kebun Jambu Kristal U.D. BumiAji Sejahtera Kota
Batu sudah ditanami tanaman Jambu Kristal. Sehingga informasi tentang teknik
persiapan tanam, pengolahan tanah, pembibitan sampai penanaman tanaman
Jambu Kristal dapat diperoleh dari diskusi dan wawancara dengan pihak
perusahaan. Kegiatan pemeliharaan yang dimaksud meliputi: pemupukan,
pengairan,
perompesan,
pelengkungan,
pemangkasan,
pengamatan
dan
pengendalian hama, serta pemanenan.
Kegiatan pemupukan yang akan diamati adalah jenis pupuk, dosis pupuk,
waktu pemberian pupuk, cara pemupukan, dan indikator tanaman Jambu Kristal
yang perlu dilakukan pemupukan. Kegiatan pengairan diikuti dengan mengamati
jenis air yang digunakan, waktu pengairan, dan sistem pengairan yang digunakan,
termasuk cara mengetahui kebutuhan air tanaman Jambu Kristal. Kegiatan
pemangkasan tangkai yang berlebihan, pengaturan tajuk, dan perawatan lain yang
akan diamati secara langsung adalah cara dan waktu kegiatan tersebut. Dan tidak
23
menutup kemungkinan kegiatan lain akan dilakukan seperti kegiatan manejemen
tanaman yang bermasalah misalkan tanaman sudah mengalami penurunan
produksi, investasi serangga hama dari lahan pertanaman sekitar ataupun
tergannggu produksinya akibat pengaruh dari tanaman lain di lahan tersebut.
Pengendalian OPT juga diikuti secara langsung dengan mengamati
berbagai teknik yang digunakan oleh pihak perusahaan. Pengendalian OPT
tanaman Jambu Kristal yang akan diamati di areal lahan adalah pengendalian
mekanis, fisik, biologi, dan kimiawi. Tidak menutup kemungkinan pengendalian
lain juga dilakukan selain pengendalian tersebut.
Pengumpulan Data. Data yang digunakan dalam kegiatan magang kerja
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui orientasi
perusahaan dan lapang, diskusi dan wawancara, serta partisipasi aktif. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen yang berkaitan dengan
keadaan umum di U.D. Bumi Aji Sejahtera, seperti tata guna lahan, keadaan
wilayah, sarana dan prasarana, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan keadaan
tanaman serta studi pustaka.
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil UD Bumiaji Sejahtera
Nama Perusahaan
: Bumiaji Sejahtera
Pemilik/Owner
: Imam Ghozali, ST., MM.
Direktur/CEO
: Rakhmad Hardiyanto, ST
Alamat
: Jalan Kopral Kasdi 75 dusun Banaran, Bumiaji, Kota Batu
Telepon
: (0341) 594 286
HP
: 081 7960 4950
Nomor Ijin Usaha
: 510/218/422.208/SIUP MI-025/2013
Visi Perusahaan
a. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra agritourism Kota Wisata Batu pada
2014
b. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra home industry makanan olahan Kota
Wisata Batu pada 2014
Misi Perusahaan
a. Menciptakan sumber daya manusia jujur, kreatif, inovatif dan berjiwa
entrepreneur
b. Mengeksplorasi
potensi
pariwisata
dan
ekonomi
kreatif
berbasis
pemberdayaan masyarakat
Letak Lahan Perusahaan
Di UD.Bumiaji Sejahtera yang bergerak pada bidang pertanian, pariwisata
dan home industri. Pada perusahaan ini yang diutamakan adalah pada bidang
agrotourism (wisata pertanian), komoditas utama yang diandalkan untuk
agrowisata adalah tanaman jambu kristal (Psidium guajava). Lahan yang dimiliki
UD.Bumiaji Sejahtera total keseluruhan lahan 24.000 m2, dengan rician lahan :
1. Lahan di daerah Junggo, Kecamatan Bumiaji, Batu
:15.000 m2
25
2. Lahan di daerah Dayakan, Kecamatan Bumiaji, Batu
: 2.500 m2
3. Lahan di daerah Keramat, Kecamatan Bumaji, Batu
: 2.000 m2
4. Lahan di daerah Banaran, Kecamatan Bumiaji, Batu
: 4.500 m2
Luas lahan produktif untuk jambu kristal sebanyak 2.600 m2 yang terletak pada
dua tempat yang berbeda yaitu pada kebun Dayakan (2.500 m2) dan kebun
Keramat (100m2). Sedangkan sisa lahan yang lain pada kebun Keramat ditanami
tumpang sari jambu kristal belum produktif, jeruk manis dan berbagai macam
sayuran. Pada lahan Junggo setengah dari total lahan ditanami apel dan
setengahnya ditanami berbagai macam sayuran. Untuk lahan Banaran Barat masih
dalam proses penumbuhan hasil okulasi antara pohon awal jambu merah dan
diokulasi
jambu
kristal
serta
dilakukan
tumpangsari
dengan
berbagai
sayuran.Struktur Organisasi Perusahaan
Adapun struktur organisasi UD. Bumiaji Sejahtera berdasarkan profil UD.
Bumiaji Sejahtera disajikan dalam diagram berikut :
UD. Bumiaji Sejahtera
Direktur/CEO
Pemilik
Manager HRD dan
Keuangan
Kepala Agroindustri
dan Pemasaran Hasil
Karyawan
Kepala Kebun Buah
Karyawan
Kepala Kebun Sayur
Karyawan
Pemasaran Sayur
26
Gambar 27. Struktur Organisasi UD. Bumiaji Sejahtera
27
Proses Pembibitan tanaman jambu kristal
a. Perbanyakan tanaman jambu kristal
a. Cangkok
Perbanyakan vegetative yang pertama dikembangkan di UD.
Bumiaji Sejahterah adalah dengan menggunakan metode cangkok.
Metode ini dikembangkan dengan alasan karena tanaman induk di
lokasi kebun utama sudah berumur cukup tua yakni berkisar 6-8 tahun.
Tanaman induk tersebut telah memiliki banyak percabangan dari
cabang utama. Dahulunya, percabangan pada pohon jambu Kristal
induk tersebut belum dimanfaatkan atau dikomersilkan seperti untuk
pembibitan. Fokusnya
adalah
untuk
membuat
tanaman
induk
bersertifikat. Setelah sertifikan untuk pohon induk atau F1 dikeluarkan
pada tahun 2012 maka, Bapak Rakhmad selaku Direktur berinisiatif
untuk mengembangkan usaha dengan menjual bibit tanaman melalui
metode cangkok untuk dijual.
Respon pasar cukup tinggi ketika bibit cangkok mulai diproduksi
secara masal. Pada awalnya, Bapak Rakhmad sebagai direktur hanya
mencoba mengedukasi hasil bibit cangkoknya untuk diberikan secara
Cuma-Cuma kepada petani sekitar untuk dicoba ditanam. Selang
beberapa waktu, ternyata respon petani sekitar Bumijai cukup bagus
terhadap
bibit
cangkok
tersebut,
kemudian
diusulkan
untuk
memproduksi bibit cangkok tanaman jambu Kristal secara masal.
Kemudian Bapak Yono ditunjuk sebagai petani ahli di bidang cangkok.
28
Gambar 18. Skema Tahapan Cangkok
Tahapan cangkok untuk tanaman jambu Kristal ini terbilang
cukup mudah, seperti pencangkokan tanaman pada umumnya. Di UD.
Bumiaji Sejahtera menggunakan media yang berbeda untuk tempat
tumbuhnya akar pada percabangan batang yakni campuran antara tanah
+ arang sekam + sabut kelapa (cocopeat). Komposisi media ini
dikembangkan oleh UD. Bumiaji Sejahtera sendiri karena dengan
teknologi ini dianggap hasil perakaran jambu Kristal pada percabangan
batang dapat tumbuh lebih baik. Adapun tahapan pencangkokan
tanaman Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera adalah sebagai
berikut:
a.
Memlih dahan tanaman yang berdiameter ± 3 cm. panjang dahan ±
70-100 cm dan dahan tumbuh tegak. Dapat juga dipilih dahan atau
percabangan yang sudah tumbuh bunga ataupun sudah berbuah.
b.
Menyayat kulit cabang secara melingkar sepanjang 3 – 5 cm. kulit
cabang yang di sayat sebaiknya berada tepat di bawah kuncup daun
hingga kambium pada bagian bawah kulit terlihat.
c.
Mengkerat kulit dengan ujung pisau. Kikis kambium yang mungkin
masih melekat pada bagian kayu, dan buang lendir yang
membasahinya.
d.
Mengeringkan bagian dahan yang telah di kupas dengan
membiarkannya selama 2 – 5 hari.
e.
Membungkus dahan yang telah terbuka dengan tanah dan serabut
kelapa. Dan ikat bagian bawah lembaran pembungkus ± 6 cm di
bawah sayatan.
f.
Memasukkan tanah basah yang telah dicampur pupuk kancang ke
dalam pembungkus.
29
g.
Merapikan sehingga dahan yang terkelupas tertutup tanah
seluruhnya. Kemudian ikat bagian atas lembaran pembungkus.
h.
Menyiram secara teratur pada pagi dan sore hari terutama jika tidak
terjadi hujan.
i.
Cangkokan yang telah tumbuh akar bisa dipotong kemudian
dipindahkan pada media tanah + sekam padi (1:3) pada polybag
dengan campuran tanah gembur dan pupuk kandang.
j.
Lakukan perawatan dengan memberikan pupuk NPK lengkap
(10:10:10) dan selama tiga hari sekali diberikan ZPT.
k.
Setelah umur cangkokan pada polybag mencapai 3 bulan, maka
cangkokan telah siap untuk dipindahkan ke lahan yang siap untuk
ditanami.
Keuntungan bibit cangkok:
a. Sifat tanaman sama seperti induknya
b. Perbanyakan relatif lebih cepat daripada menggunakan okulasi
c. Batang cangkok bisa dipilih tanaman yang berbunga, sehingga
didapatkan bibit tanaman yang sudah berbuah
Kekurangan bibit cangkok:
a. Pembibitan cangkok lebih mudah mati
b. Perakaran kurang kuat menopang sehingga membutuhkan waktu
adaptasi lebiih lama pada penanaman di lahan baru.
c. Membutuhkan perawatan lebih saat pemindahan bibit
b. Okulasi
a. Pilih batang bawah dari tanaman jambu merah yang telah berumur 5
bulan.
b. Ambil mata tunas tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal
dari pohon jambu kristal induk percabangan kedua sampai pada
percabangan terkecil berdiameter ± 3 cm.
30
c. Buat sayatan kulit batang yang terbuka bagian cambium pada batang
bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang
sesuai dengan mata tempel jambu kristal.
d. Masukkan mata tempel ke dalam sayatan batang jambu merah
sehingga menempel dengan baik.
e. Bungkus dengan melilitkan plastik pada mata tunas yang
ditempelkan.
f. Setelah 1 bulan, lilitan plastik tempelan dapat dibuka dan disemprot
dengan ZPT.
g. Potong batang atas yang masih berupa jambu merah sehingga bibit
siap dipindahkan
1
2
6
5
3
4
Gambar 19. Skema Tahapan Okulasi
Keuntungan bibit okulasi:
a. Perakaran tanaman yang kuat, karena berasal dari biji jambu merah
31
b. Dapat diproduksi masal lebih cepat
c. Batang cangkok bisa dipilih tanaman yang berbunga, sehingga didapatkan
bibit tanaman yang sudah berbuah
Kekurangan bibit okulasi:
a. Tingkat keberhasilan tumbuhnya mata tunas bari sangat kecil yaitu pada
rasio 1:10
b. Butuh pemangkasan intensif pada percabangan jambu merah sebagai
batang bawah apabila muncul
Hama dan Penyakit Bibit Jambu Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera
Hama
1. Lalat buah Dacus dorsalis (Diptera : tephritidae)
Hama utama pada lahan pembibitan di UD. Bumiaji Sejahtera adalah lalat
buah (Dacus dorsalis). Serangan lalat buah pada pembibitan dapat
dikatakan sebagai serangan yang cukup mengkhawatirkan. Karena
investasi lalat buah tersebut berupa telur ke dalam buah, dapat membuat
buah menjadi busuk danmenghitam pada gejala yang laten.
Serangan lalat buah ditandai dengan getah mongering di
permukaan buah yang merupakan jalan masuknya imago Dacus dorsalis
untuk meletakkan telur di dalam daging buah. Terkadang dapat dilihat
pula lubang kecil kehitaman. Bekas suntikan lalat buah ketika meletakkan
telur di bawah permukaan kulit buah. Telur menetas menjadi larva yang
menggerogoti daging buah. Kerap ditemukan permukaan buah kelihatan
mulus tapi begitu dibelah bagian dalam buah penuh dengan lubang kecil
bahkan membusuk. Pada kondisi lain, buah menjadi keriput dan ujungnya
menjadi rontok(Faridah, 2011)
32
Gambar 20. Dacus dorsalis
Gambar 21. serangan D. dorsalis
(dok. pribadi, 2014)
2. Kumbang kubah Hippodamia convergens (Coleoptera: Coccinellidae)
Kumbang ini menyerang bagian daun yang masih berwarna hijau muda.
Pada tempat pembibitan. Seringkali bibit yang terserang tersebar dibagian
tengah petakan. Tanda yang muncul adalah daun akan berlubang
berbentuk oval atau membulat.
Panjang tubuhnya 4-7 mm; sayap depan berwarna orange hingga
merah, dengan spot hitam mencapai 13 buah, ada yang memiliki spot lebih
sedikit, beberapa tidak memiliki spot. Thoraks berwarna hitam dengan dua
garis putih konvergen, bagian pinggir berwarna putih (Clark, 2011)
Gambar 22. Kumbang kubah
Penyakit
33
Pembibitan jambu kristal di UD. Bumiaji Sejahtera secara umum tidak
ditemukan penyakit pada dua proses pembibitan yakni cangkok maupun okulasi.
Gejala yang sering ditemukan pada bibit tanaman jambu Kristal adalah gejala
kekurangan unsur makro seperti kekurangan unsur P dan K. untuk penangannnya
sendiri seringkali dilakukan pemupukan kimiawi bermerk dagang “cantik” dengan
komposisi N:P:K (10:10:10).
Proses Sertifikasi Bibit Jambu Kristal
a.
Tahapan umum sertifikasi benih
Tahapan umum untuk pendaftaran sertifikat benih tanaman adalah sebagai
berikut:
1. Pendaftaran pemohon (penangkar benih)
2. Peninjauan lapang terhadap benih yang akan didaftarkan
3. Penyerahan berkas pendaftaran ke BPSB
4. Proses pembibitan oleh pemohon (penangkar benih)
5. Penyerahan sampel tanaman ke BPSB untuk pengamatan
6. Seleksi benih yang sudah ditanam oleh pemohon (penangkar benih)
7. Perhitungan benih/bibit yang lolos seleksi
8. Pemberian label sertifikasi disesuaikan dengan nomor benih yang lolos
seleksi
34
9. Pelaporan kepada BPSB terhadap sebaran penjualan benih yang
ditangkarkan sebagai data penyebaran benih (BPSB-TPH.dok)
a
b
Gambar 23. Proses Sertifikasi : (a) Pemeriksaan (b) Label Sertifikasi
b. Kendala saat pelaksanaan sertifikasi
Dalam proses sertifikasi benih tanaman, proses yang berlangsung
sangat bergantung pada jenis tanaman itu sendiri dan juga proses
pembenihan apa yang dipilih untuk didaftarkan. Pada pembibitan jambu
Kristal di UD. Bumiaji Sejahtera dilakukan dua pendaftaran bibit secara
vegetative yaitu secara cangkok dan okulasi. Sejak pencangkokan dan
proses okulasi pada 5 Desember 2013, proses untuk mendaftarkan bibit
jambu Kristal ini mengalami beberapa kendala diantaranya :
1. Matinya tanaman yang sudah dipindahkan ke polybag (cangkok)
35
Gambar 24. Bibit Cangkok Mati (dok. pribadi, 2014)
2. Bibit mati akibat akat yang mengalami pergeseran (cangkok)
Gambar 25. Bibit Cangkok Bergeser Akarnya (dok. pribadi, 2014)
3. Bibit tumbuh abnormal (okulasi)
a. Batang terlalu kecil, sedangkan pucuknya terlalu besar
Gambar 26. Bibit Abnormal 1 (dok. pribadi, 2014)
b. Batangnya besar sedangkan pucuknya terlalu kecil
36
Gambar 27. Bibit Abnormal 2(dok. pribadi, 2014)
c. Batang dan pucuk terlalu kecil
Gambar 28. Bibit Abnormal 3(dok. pribadi, 2014)
4. Tumbuhnya tunas jambu merah (okulasi)
Gambar 29. Okulasi 1(dok. pribadi, 2014)
37
5. Mata tunasnya tidak dapat tumbuh kuncup (okulasi)
Gambar 30. Okulasi 2(dok. pribadi, 2014)
6. Matinya mata tunas setelah batang atas dipangkas (okulasi)
Gambar 31. Okulasi 3(dok. pribadi, 2014)
c. Manajemen penanganan pada proses sertifikasi
a. Penaganan terhadap Hama
Gunakan perangkap antraktan untuk mengatasi lalat buah. Contoh
antraktan yang dapat digunakan adalah metal eugenol dan cue lure.
Teteskan pada kapas lalu letakkan dalam botol plastic bekas.
Perangkap itu mengeluarkan bau seperti aroma buah atau feromon seks
38
yang dapat menarik lalat buah. Pasang perangkap pada ranting atau
cabang tanaman berketinggian 2-3m diatas permukaan tanah
Metil eugenol merupakan zat yang bersifat volatile atau menguap
dan melepaskan aroma wangi. Susunan kimia metil eugenol terdiri
dari unsur C, H, dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau
dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikonsumsi. Dengan demikian,
jika mencium aroma metil eugenol, lalat buah jantan akan berusahan
mencari sumber aroma tersebut dan memakannya. Radius
aroma
antraktan dari metil eugenol ini mencapai 20-100 m, tetapi jika di
bantu angin, jangkauannya bisa mencapai 3 km.
Di dalam tubuh lalat buah jantan, metil eugenol di proses menjadi
zat pemikat yang akan berguna dalam proses perkawinan. Dalam
proses perkawinan tersebut, lalat buah betina akan memilih lalat buah
jantan yang telah mengonsumsi metil eugenol karena lalat buah jantan
tersebut mampu mengeluarkan aroma yang berfungsi
sebagai sex
pheromone (daya pikat seksual).
Di alam, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai
jenis tanaman, seperti treggula dan selasih. Lalat buah jantan
memperoleh metil eugenol dengan cara mengisap bunga atau daun
tanaman penghasil metil eugenol sehingga tidak jarang dilihat
kerumunan lalat buah yang sedang mengerumuti tanaman penghasil
metil eugenol. (Kardinan, 2003)
Cara lain yang dapat digunakan adalan dengan menyemprotkan
insektisida berbahan aktif sipermetrin seperti Ripcord 5 EC, Bravo 50
EC, dan Sidametrin 50 EC. Konsentrasinya 1-1,5 cc per liter air.
Lakukan penyemprotan pada pagi hari. Selang penyemprotan antara 35 hari. Sebulan sebelum panen, penyemprotan harus dihentikan.
(Trubus Exo, 2014)
b. Perawatan bibit yang abnormal
39
Bibit yang abnormal yang sudah didaftarkan untuk sertifikasi,
biasanya akan disortir namun, tidak dimusnahkan. Para pengawas dari
BPSB menghimbau untuk tetap dilakukan perawatan dan dapat
didaftarkan kembali untuk sertifikatnya pada waktu yang akan datang.
Bibit yang tidak lolos seleksi akan dirawat sesuai dengan kebutuhan
bibit masing-masing.
Bibit yang mengalami abnormalitas akan diberikan pupuk NPK
lengkap perbandingan (10:10:10) dengan merk dagang “cantik”. Pupuk
tersebut diaplikasikan pada tanaman yang tidak lolos seleksi dengan
dosis dua kali lipat dari dosis biasa yaitu 500 g pupuk dicairkan dengan
50 liter air. Kemudian untuk bibit yang tidak dapat tumbuh pucuk,
diberi perlakuan dengan menambahkan ZPT bermerk dagang
“decamond” yang diaplikasikan pada dosis 10ml untuk dilarutkan pada
40 L air. Kemudian disemprotkan dengan penyemprot gendong dengan
pengoperasian secara manual.
Pupuk NPK tersebut diaplikasikan secara khusus untuk bibit yang
tidak lolos sertifikasi pada rentan waktu seminggu sekali dan diamati
perkembangannya. Kemudian untuk ZPT tersebut diaplikasikan dalam
rentan waktu tiga hari sekali untuk bibit yang mengalami kematian
sementara dan juga yang tumbuh abnormal. Hal ini dimaksudkan agar
merangsang pertumbuhan akar tanaman khususnya pada bibit cangkok.
Selain pemberian pupuk dan ZPT pada kedua jenis bibit tersebut.
perawatan juga dilakukan dengan melakukan penyiraman. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan selang dan dialirkan dengan pompa
air secara manual. Bibit jambu ini secara rutin disiram selama dua kali
sehari yakni pada pagi dan sore hari dengan ketentuan apabila sinar
matahari dirasa terlalu terik. Apabila intensitas cahaya matahari tidak
terlalu tinggi, maka penyiraman dilakukan sekali dalam satu hari.
40
Penyiraman ini dilakukan dengan tujuan menjaga kelembaban pada
masing-masing bibit dan menjaga kesegaran bibit yang akan dijual.
a
b
Gambar 32. Pupuk Anorganik(a) dan ZPT (b) (dok. pribadi, 2014)
Perawatan lain adalah menyiangi gulma yang ada di sekitar
polybag. Hal ini dilakukan agar mengurangi persaingan antara bibit
jambu dan gulma. Kemudian juga dilakukan pemangkasan tunas jambu
merah yang bermunculan disekitar batang bawah pada bibit jambu
Kristal
41
V. PENUTUP
KESIMPULAN
UD. Bumiaji sejahterah merupakan suatau perusahaan perorangan (PO)
yang bergerak pada bidang agrowisata. Komoditas utama yang menjadi andalan di
tempat ini adalah jambu Kristal (Psidium guajava L.) yang digunakan wisata petik
dengan didampingi beberapa komoditas sayuran yang beragam.
Tanaman jambu Kristal (Psidium guajava L.) di UD. Bumiaji Sejahtera
dibudidayakan secara vegetatif buatan dengan dua metode yaitu cangkok dan
okulasi. Semua bibit vegetatif di tempat ini sudah didaftarkan pada BPSB (Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih) sector Bedali, Lawang-Kabupaten Malang
sebagai badan nasional pengelola sertifikasi benih nasional. Bibit yang
didaftarkan berjumlah 2000 bibit baik cangkok dan okulasi dan sejumlah 1200
bibit lolos seleksi awal dan terdapat 900 bibit yang akhirnya bersertifikat “Benih
Sebar” setelah mengalami proses dari BPSB
SARAN
Pemberian sertifikat benih pada bibit tanaman jambu Kristal ini sangat
penting dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing komoditas tanaman
dalam negeri dalam rangka AEC (Asean Economic Community) pada tahun 2015.
Namun demikian penanganan atau control terhadap benih yang didaftarkan perlu
ditingkatkan dari manajemen mutu bibit dan aspek budidaya terutama agar benih
yang didaftarkan dapat tumbuh seragam dan tidak banyak yang tidak lolos dan
mendapatkan sertifikat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Nail. 2012. Cara Membudidaya Tanaman Jambu Kristal.
http://www.aggressiveoptiontrader.com/2012/08/cara-membudidayatanaman-jambu-kristal/. Diakses tanggal 16 Juni 2014 (Online).
Agroatlas. 2009. http://www.agroatlas.ru/en/content/pets/helicoverpa_armigera/.
Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online).
Ashari S. 2006. Hortikultura: AspekBudidaya. Edisirevisi. Jakarta: UI-Press.
Deptan. 2012. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/. Diakses tanggal 23 Juni 2014
(Online).
Dropdata. 2012. http://www.dropdata.org/cocoa/icm_bkp.htm. Diakses tanggal 23
Juni 2014.
Elizabeth. 2011. http://woodswalksandwildlife.blogspot.com/2011/08/. Diakses
tanggal 23 Juni 2014.
Faridah, Didah. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava
L.) di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga, Bogor.
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Habazar, Trimuti dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati “Hama dan
Penyakit Tumbuhan”. Andalas University Press. Padang
Irul.
2010. http://jaboninvestasiemas.blogspot.com/2010_06_01_archive.html.
Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online)
Joko. 2012. http://biologiglobal.blogspot.com/2012_12_01_archive.html. Diakses
tanggal 23 Juni 2014 (Online).
Lim TK, Manicom BC. 2003. Diseases of guava. Di dalam: Ploetz RC, editor.
2003. Diseases of Tropical Fruit Crops. Wallingford, UK:
CABIPublishing.
Misra AK. 2004. Guava diseases: their symptoms, causes and management. Di
dalam: Naqvi SAMH, editor. Diseases of Fruits and Vegetables
Diagnosisand Management Volume II.Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers. Hlm81-119.
Morton J. 1987. Guava. Di dalam: Morton JF & Miami FL, editor. Fruits of
WarmClimates. Creative Resources Systems, Inc. Hlm 356363.Http://www.hort.purdue. edu/newcrop/morton/guava.html.
43
Muttaqien. 2012. http://pupusdaun.wordpress.com/2012/07/27/jambu-sukunkristal/. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online)
Nakasone HY, Paull RE. 1999. Tropical Fruits. Wallingford: CAB International.
Panhwar F. 2005. Genetically evolved of guava (Psidiumgaajava) and its future in
Pakistan.Virtual Lybrary Chemistry. Http://www.ChemLin.com.
Parimin. 2005. JambuBiji
:PenebarSwadaya.
”BudidayadanRagamPemanfaatannya”.
Jakarta
Pedigo, L. P. 1996. Entomology and Pest Management. Second Edition. Prentice
Hall Inc. USA. 679p
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rismunandar. 1989. Tanaman Jambu Biji. Bandung: SinarBaru.
Rosyidi, Umar. 2012. http://organ lk.blogspot.com/2012/11/Kambu-biji.html.
Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online).
Sembel, Dantje T. 2010. Pengendalian Hayati “Hama-hama serangga tropis dan
gulma”. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soedarya AP. 2010. Agribisnis Guava (JambuBatu). Bandung: PustakaGrafika.
Soetopo L. 1992. PsidiumguajavaL. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE,editor.
Plant Resources of South-East Asia: Edible Fruits and Nuts. Bogor:Prosea
Foundation. Hlm 266-270.
Solopos, 2014. http://www.solopos.com/2011/04/19/ribuan-ulat-bulu-ditemukandi-baturetno-94002. Diakses pada 23 Juni 2014 (Online).
Sujiprihati S. 1985. Studi keragaman berbagai sifat agronomis dan pola
pembungaan/pembuahan jambu Bangkok. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memperdayakan Musuh Alami
Hama Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta
Tamba, Mariati. 2010. http://cybex.deptan.go.id/category/bidang/holtikultura/
tanaman-buah/jambu-biji. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online)
Trubus. 2010. www.trubus-online. co.id/trindo3/buah/page-6.html. Diakses
tanggal 14 Mei 2013 (Online).
Trubus EXO, 2014. Jambu Kristal. PT. Trubus Swadaya: Jakarta
44
Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua).
UGM Press. Yogyakarta.
USDA,
2012. Htpp://www.ars.usda.gov/is/AR/archive/feb12/pests0212.htm.
Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online).
Utami IS. 2008. Budidaya Jambu Merah: Mujarab Atasi Demam Berdarah.
Kanisius. Yogyakarta
Van Driesche, R. G. dan Bellows, T. S. 1996. Biological Control. India: CBS
Publisher dan Distributors.
Waryato,
2012.
http://planters-hamakelapasawit.blogspot.com/2012/11/ulatkantong.html. Diakses tanggal 23 Juni 2014 (Online).
Widodo dan Sutiyoso. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman “Deteksi Dini dan
Penanggulangan”. PT. Trubus Swadaya. Depok.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1
46
47
Lampiran 2
48
Lampiran III
49
50
Lampiran IV
Download