Uploaded by User16557

AditiyaPijarRahardian SP Farter Infeksi kanker dan gangguan nutrisi 155070507111017

advertisement
Aditiya Pijar Rahardian
155070507111017
Latar Belakang
Nucleoside reverse-transkripse inhibitor (NRTIs) merupakan salah satu obat antiretroviral (ART)
yaitu pilihan terapi pada HIV. Penggunaan NRTIs memiliki beberapa efek yang tidak
diinginkan/ adverse effect. Dalam 2 case report yang berbeda ini dibahas mengenai 2 efek
yang tidak diinginkan dari penggunaan Triumeq (Abacavir/Dolutegravir/Lamivudine) yaitu
toksisitas pada hepar serta rhabdomiolisis.
Kasus 1
Pria latin berusia 47 tahun penderita HIV mengalami hepatotoksik setelah 8 bulan
menggunakan Triumeq. Hasil cek lab menunjukan peningkatan aspartate aminotransferase
(AST) 180 U/L, alanine aminotransferase (ALT) 343 U/L, dan bilirubin 0,8 mg/dL, pada tahap ini
pasien asimtomatik, selama 6 minggu selanjutnya terjadi peningkatan dari AST, ALT, dan
Bilirubin menjadi 725 U/L, 1004 U/L, dan 2,1 mg/dL. Pasien mengalami gejala anoreksia,
muntah, urin menjadi hitam, lemah, kotoran berwarna coklat (Clay-like stool). Kemudian
penggunaan Triumeq dihentikan dan hasil lab hepar pasien yaitu ALT, AST, dan Bilirubin
kembali turun dan menjadi normal setelah 8 minggu tanpa penggunaan ART.
Setelah dilakukan penelusuran riwayat sosial, pasien tidak memiliki faktor resiko
terhadap hepatotoksik hanya pada kadar TSH pasien yang rendah yaitu 0,071 U/mL, tapi enzim
pada liver tidak meningkat ketika TSH menjadi normal. Setelah penghentian terapi ART selama
8 minggu pasien kembali melakukan terapi ART menggunakan Genvoya
(Elvitegravir/cobicistat/emtricitabine/tenofovir/alafenamide). Selama penggunaan Genvoya
AST dan ALT pasien tetap normal pada kadar 23 U/L dan 20 U/L dan bilirubin pada kadar 0,5
mg/dL, keadaan normal tersebut dipantau selama 5 bulan dan tidak terjadi perubahan
signifikan.
Dalam penelusuran kasus hepatotoksik pada penggunaan kombinasi abacavirdolutegravir- lamivudine, ditelusuri riwayat masing-masing obat. Kasus abacavir sebagai
pemicu hepatotoksik sangat langka, kebanyakan kasus gangguan hepar yang berhubungan
dengan abacavir, kondisi hepar akan pulih kembali dalam 4 minggu setelah penghentian
penggunaan. Dan hanya ada 4 kasus mengenai terapi HIV dengan abacavir yang berhubungan
dengan hepatotoksik.
Dalam penelusuran mengenai dolutegnavir yang memicu hepatotoksik tidak
ditemukan kasusnya sama sekali. Dalam uji klinis dolutegnavir, insiden peningkatan enzim
transaminase sangat langka. Pada uji fase III, <1% pasien mengalami peningkatan enzim
transaminase >10x. penelusuran lamivudine yang memicu hepatotoksik juga sangat langka.
Kasus 2
Pria hispanik berusia 57 tahun dengan riwayat penyakit human immunodeficiency
virus (HIV), hepatitis C (HCV). Mengeluhkan nyeri bilateral bawah dan punggung bagian bawah
2 hari sebelumnya. Pasien sebelumnya dalam keadaan normal, dan pasien tidak mengalami
gejala-gejala lain selain nyeri. Pasien menggunakan kombinasi abacavir-dolutegravirlamivudine (Triumeq) sebagai terapi ART dan omeprazole 40mg untuk nyeri lambung. Triumeq
digunakan 2 bulan sebelum pasien mengalami keadaannya sekarang. Setelah dilakukan
pemeriksaan lab menyeluruh dengan kondisi yang normal, dan hanya mengalami gejala
rhabdomiolisis oleh karena itu pasien diberikan infus NaCl intravena 0,9%, dan berada pada
ICU. Kemudian dipantau kadar CK pasien yang mulai menurun dari 98,061 U/L menjadi 10,000
U/L pada hari ke-3. Dan kembali menurun menjadi 838 U/L pada hari ke-7 dihari keluar dari
rumah sakit.dan dengan follow-up seminggu kemudian dipantau kadar CK stabil pada 179U/L.
kemudian dimulai kembali terapi ART dengan Genvoya
(Elvitegravir/cobicistat/emtricitabine/tenofovir/alafenamide) dan kondisi tetap stabil tanpa
ada kelanjutan timbulnya gejala rhabdimiolisis
Berdasarkan riset studi kasus lain yang menghubungkan triumeq dengan
rhabdomiolisis tidak ditemukan salah satu dari 3 komponen kombinasi obat triumeq yang
memiliki riwayat dapat menimbulkan rhabdomiolisis, dan kasus yang paling mendekati adalah
kejadian peningkatan CK pada pasien dengan overdosis triumeq, namun dalam kasus ini pasien
tidak mengalami overdosis obat.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari kedua kasus yang menggunakan triumeq sebagai terapi ART
dam memicu adverse effect, pemberian triumeq pada pasien HIV merupakan lini terapi primer
dan kombinasi obat ini dapat menimbulkan banyak adverse effect, sehingga klinisi perlu
mempertimbangkan dan memonitor fungsi tubuh pasien secara terus menerus agar adverse
effect yang muncul dapat segera ditangani.
Daftar Pustaka
Saad M, Paul Kelly, et al. Case report of triumeq associated rhabdomyolisis in HIV infected
patient. Medical Open. 2019; 98:17.
Christensen E, Jain R, et al. Triumeq-induced liver toxicity in a HIV-infected patient. IDSA.
2017;4:3.
Download