1 PENDAHULUAN Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu dari 10 jenis komoditas penting yang ditetapkan oleh KKP. Komoditas udang vaname ini diproyeksikan mengalami peningkatan produksi tiap tahun sebesar 16%. Target produksi udang vaname untuk tahun 2018 telah ditetapkan sebesar 800.000 ton udang (KKP, 2018). Jenis bakteri yang sering memicu terjadinya penyakit ditambak adalah bakteri Vibrio sp. Bakteri Vibrio sp. berada di dalam lingkungan perairan secara alami dan merupakan jenis bakteri yang mendominasi selama kegiatan budidaya udang. Bakteri Vibrio sp. memiliki sifat patogen oportunistik, yaitu organisme yang dapat berubah dari sifat saprofitik (pengurai) menjadi patogen apabila kondisi lingkungan dan inang yang memburuk. Peningkatan dan fluktuasi bakteri Vibrio sp. menjadi penyebab utama penyakit pada tambak pembesaran udang Dominasi dan kelimpahan bakteri Vibrio sp. yang tidak stabil pada tambak menunjukkan kondisi yang beresiko terhadap masalah kesehatan udang. Oleh karena itu, keberadaan bakteri ini harus senantiasa dipantau selama masa pemeliharaan melalui penghitungan Total Plate Count (TPC). MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Akhir (KPA) ini adalah mengikuti seluruh kegiatan yang berhubungan mengenai dinamika populasi bakteri Vibrio sp. di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara serta meningkatkan keterampilan Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo dalam memonitoring dinamika bakteri virbio dengan penghitungan total plate count (TPC) pada pembesaran udang vannamei. Tujuan dari Praktek Kerja Akhir (KPA) ini adalah untuk mengetahui kegiatan dan memperoleh pengetahuan tentang dinamika populasi bakteri Vibrio sp. pada pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan penghitungan total plate count (TPC) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Hasil dan pembahasan Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode TPC (Total Plate Count), yang mana pada metode TPC ini digunakan untuk menghitung jumlah total koloni bakteri dalam satu sampel dengan menggunakan teknik pengenceran dan cawan yang dihitung adalah mengandung 30 - 300 koloni bakteri (Waluyo, 2010). Metode ini menggunakan cara tuang/penuangan (Pour plate). Pada penelitian TPC ini tidak mengidentifikasi jenis bakteri, namun hanya menghitung jumlah total koloni bakteri saja. Kelebihan dari teknik ini adalah mikroba yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. 2 Dari hasil analisa kelimpahan total bakteri pada sampel air budidaya menunjukkan populasi bakteri Vibrio sp. dalam air selama 8 minggu tertinggi terjadi pada minggu ke 4 di tambak K3 dengan total Vibrio sp. 5,2 x 104 cfu/mL dan terendah pada minggu ke 4 di tambak K2 dengan total Vibrio sp. 2,0 x 102 cfu/mL sedangkan total bakteri tertinggi pada minggu ke 4 tambak K3 dengan total bakteri 1,3 x 105 cfu/mL sedangkan terendah minggu pertama pada tambak K3 dengan total bakteri 8,0 x 102 CFU/mL. Menurut Taslihan dkk (2004), ambang batas minimal keberadaan bakteri Vibrio sp. dalam air adalah 104 CFU/ml, sedangkan batas minimal bakteri umum diperairan adalah 106 CFU/ml. Jika ambang batas ini dilampaui maka kematian massal udang budidaya dalam tambak dapat terjadi. Hasil monitoring kelimpahan bakteri Vibrio sp. pada air pembesaran udang vannamei menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri telah melebihi ambang batas minimal bakteri di perairan yaitu 104 = 10000 CFU/ml, sehingga rentan terhadap serangan penyakit Vibriosis. Kelimpahan ini terjadi akibat kondisi lingkungan perairan yang tidak baik disebabkan oleh musim hujan dan banyaknya bahan organic sisa pakan pada air tambak Pada dasarnya semua bakteri bersifat menguntungkan, akan tetapi bisa membahayakan jika populasi bakteri Vibrio sp. lebih mendominasi dari pada bakteri umum. Dikarenakan sedikitnya keberadaan bakteri pengurai bahan organic dalam air yang akan menyebabkan bakteri Vibrio sp. akan tumbuh pesat. Bakteri dapat tumbuh dengan mengurai bahan organik dalam air seperti nitrat, nitrit dan amoniak. Jumlah bakteri umum yang diperoleh pada air pembesaran udang vannamei menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri belum melewati ambang batas minimum bakteri umum diperairan yaitu 106 = 1000000 CFU/ml. Artinya jumlah bakteri umum yang ada di perairan masih dalam jumlah sewajarnya,. 1. Suhu Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa selama pelaksanaan pemeliharaan udang, hasil pengukuran suhu di sore hari lebih tinggi dibanding suhu di pagi hari. Hal ini terjadi karena pada saat sore hari cahaya matahari yang masuk ke perairan membuat suhu air pada petakan mengalami peningkatan. Suhu dalam petak tambak ini sangat mempengaruhi metabolisme tubuh udang. Akibat langsung dari suhu yang tinggi adalah dapat menyebabkan aktivitas metabolisme semakin meningkat. Hal ini dikarenakan udang berupaya untuk menyesuaikan kondisi tubuh terhadap lingkungan sekitar melalui proses metabolism 2. salinitas Menurut Haliman dan Adijaya (2005) yang berpendapat bahwa setelah udang vannamei berumur lebih dari 2 bulan, pertumbuhan relatif baik pada kisaran 5-30 ppt, sesuai dengan hasil yang ada di lapangan salinitas tertinggi mencapai 26 ppt. Hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan udang vannamei dikarenakan meningkatnya salinitas tidak berlangsung drastis namun secara bertahap sehingga udang vannamei dapat beradaptasi dengan salinitas di lingkungan.