Rangkuman tentang sampah A. Pengertian Sampah Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumberhasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). Sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.Sampah dapat dibagi atas beberapa berdasarkan sumber, sifat/komposisinya, dan bentuknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah). Selain itu, Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai (Radyastuti, W. Prof.Ir. 1996) dan menurut Basriyanta, MT, sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berasal dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari institusi/kantor/sekolah dll. Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu a. Sampah organic Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisasisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. b. Sampah Anorganik Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang, hasil olahan baan hayati dan sebagainya. Sampah anorganik dibedakan menjadi : 1. 2. 3. 4. sampah logam dan produk-produk olahanya sampah plastic sampah kertas sampah kaca dan keramik, 5. sampah deterjen Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme (unbiodegradable). Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik dan kaleng. Sedangkan sesuai dengan UU No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah dibedakan menjadi : a. sampah rumah tangga; b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan c. sampah spesifik. (1) Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. (2)Sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. (3) Sampah spesifik meliputi: sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya danberacun; sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodi B. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan, yaitu mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah). Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, antara lain: 1) Hirarki Sampah, hirarki limbah merujuk kepada "3M" mengurangi sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah. 2) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka setelah kehidupan serta selama manufaktur. 3) prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengelolaan sampah, antara lain sebagai berikut: 1. Metode Pembuangan (Penimbunan Darat) Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik (hasanbasri.wetpaint.com/page/Solusi+Penyelesaian+Sampah). 2. Metode Daur Ulang Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, antara lain: 1) Pengolahan kembali secara fisik Metode ini paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang. 2) Pengolahan Biologis Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan. 3) Pemulihan Energi Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. 3. Produksi Bersih dan Prinsip 4R Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu: 1) Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. 2) Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. 3) Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri nonformal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. 4) Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa didegradasi secara alami (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah). C. Cara Membuat Pupuk Kompos Dari Sampah Ada cara membuat kompos dari sampah rumah tangga sederhana yang bisa dilakukan dalam skala kecil dan siapa pun bisa mencobanya. Bahan-bahan yang diperlukan pun sangat mudah didapatkan atau bahkan sudah ada di kebanyakan rumah tangga. Cara pembuatan kompos secara garis besar ada dua cara: aerob dan anaerob. Cara aerob disebut juga cara pengomposan sederhana karena tidak memerlukan bahan aktivator sehingga cukup menggunakan bahan-bahan organik melalui proses alami. Manfaatkan sayuran sisa dari dapur dan dedaunan kering di kebun untuk membuat kompos di rumah. Cara pembuatan pupuk kompos secara aerob sangatlah mudah dan murah sehingga Anda bisa mencobanya sendiri. Anda pun bisa menghemat karena tak perlu lagi membeli pupuk kompos untuk kebun dan pot tanaman di rumah. Persiapan bahan-bahan Salah satu kunci utama keberhasilan pembuatan kompos terletak pada bahan-bahannya. Berikut ini beberapa tips seputar bahan kompos: Sampah organik berwarna cokelat dan hijau sangat dianjurkan. Bahan berwarna hijau mencakup sisa sayuran dan buah dari dapur, potongan rumput dan dedaunan hijau dari kebun. Bahan berwarna cokelat mencakup dedaunan kering, ranting kecil, sekam, dan sebagainya. Bahan-bahan yang perlu dihindari: 1. Bahan makanan yang terkontaminasi minyak dan santan 2. Produk yang terbuat dari susu 3. Bahan hewani seperti tulang, sisa ikan, ayam, dan daging 4. Kulit keras seperti kulit kacang, salak, dan durian 5. Abu rokok dan arang Cara membuat pupuk kompos sederhana Cari wadah yang cukup besar untuk proses pengomposan. Jika ada, pilih wadah yang memiliki tutup, atau Anda bisa juga memakai terpal untuk menutup wadah agar terlindung dari air hujan. Berikut ini cara membuat kompos organik: 1. Lubangi bagian dasar wadah yang akan digunakan untuk proses pengomposan. Lubang-lubang ini berguna sebagai ventilasi udara dan menyalurkan kelebihan air. 2. Cara membuat pupuk kompos dari daun kering diawali dengan pencampuran 3 bahan dengan perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut terdirii atas sampah organik hijau, sampah organik cokelat, dan kompos yang sudah jadi. Masukkan campuran ketiga bahan tersebut ke dalam wadah pengomposan. 3. Siram dengan air hingga kelembapan mencapai sekitar 30%. Tutup wadah secara rapat namun tidak perlu sampai kedap udara. 4. Tambahkan ketiga jenis sampah organic tersebut dari waktu ke waktu dengan komposisi seimbang seperti langkah di atas. Tambahkan air jika perlu untuk menjaga kelembapan. 5. Jika kompos akan digunakan sebagai media tanam, tambahkan tanah di setiap lapisannya. 6. Proses pengomposan memakan waktu sekitar dua bulan. 7. Kompos akan siap ketika warnanya berubah kehitaman dan mudah terurai. 8. Ayak kompos jika perlu agar hasilnya lebih halus. D. Pengolahan Limbah Sampah Anorganik Limbah dan sampah merupakan efek samping negatif dari kegiatan manusia yang tidak bisa dihindari. Sementara ini satu-satunya solusi adalah dengan cara mengolah limbah.Pada dasarnya limbah dan sampah diolah dengan dua tujuan. Yang pertama adalah diolah agar lebih aman ketika dibuang atau diolah kembali agar dapat digunakan kembali.Menurut jenisnya sampah dibagi juga menjadi dua macam yaitu organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah-sampah seperti limbah rumah tangga, sayursayuran yang tidak layak konsumsi, sisa makanan, daun-daunan, dan lain sebagainya.Untuk pengolahan limbah organik adalah seperti sebagai pakan ternak, dibuat pupuk kompos, dibuat biogas dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sampah anorganik biasanya terdiri dari botol bekas, kaleng, kertas, dan plastik.Kali ini kita akan membahas beberapa cara pengolahan limbah anorganik lebih dalam macammacamnya dan juga manfaatnya.Berbeda dengan sampah organik, untuk pengolahan sampah anorganik hanya bisa dilakukan oleh sampah anorganik yang sejenis saja. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengolahan, harus dipisahkan terlebih dahulu setiap jenis sampahnya agar lebih mudah dalam pengolahannya. Diloak. Siapa bilang sampah anorganik seperti barang-barang bekas tidak memiliki nilai jual. Beberapa sampah anorganik jika diloak dalam jumlah banyak maka dihargai dengan harga yang lumayan.Beberapa sampah anorganik yang masih laku untuk diloak adalah seperti ban bekas, botol bekas, majalah bekas, koran bekas, kertas bekas, TV tua dan bekas, sepeda usang, hingga besi-besi tua.Lebih mudahnya barangbarang yang laku di pasar loak adalah besi, kertas, ban, dan sejenisnya. Beberapa perkakas tua seperti lemari tua, panci-panci bekas, dan sepeda bekas sangat laku untuk loak.Kini anda dapat dengan mudah memanggil tukang loak untuk mengambil barang-barang bekas tua anda. Jadi anda tidak repot untuk membawanya ke pasar loak. Daur Ulang. Jika anda ingin memiliki penghasilan lebih dari sampah-sampah anorganik, daur ulang merupakan salah satu solusinya. Beberapa jenis sampah anorganik yang dapat didaur ulang adalah seperti sampah plastik, sampah logam, sampah kaca dan sampah kertas.Biasanya sampah-sampah yang didaur ulang bisa dijadikan kerajinan. Kini banyak kerajinan yang terbuat dari sampah-sampah kertas dan kaca yang didaur ulang.Tentu saja anda harus tahu prosesnya juga perlengkapan yang dibutuhkan untuk mendaur ulang sampah tersebut. Kemudian anda juga perlu sedikit kreasi untuk menciptakan kerajinan dari bahan-bahan yang sudah didaur ulang tersebut. Pembakaran. Beberapa orang beranggapan bahwa membakar sampah dapat merusak ozon karena asap yang dihasilkan olehnya. Memang hal ini benar adanya. Akan tetapi terdapat beberapa cara untuk mengurangi bahaya kerusakan lingkungan dari membakar sampah.Salah satunya adalah dengan dibakar dalam insinerator. Namun sebaiknya sampah-sampah yang dibakar merupakan sampah-sampah yang tidak berbahaya yaitu salah satunya adalah plastik.Salah satu manfaat pembakaran sampah adalah panasnya bisa digunakan untuk kegiatan industri sebagai tenaga panas. Beberapa industri memanfaatkan pembakaran sampah untuk sumber energi seperti pembangkit uap, listrik, bahkan air panas.Setiap proses pengolahan limbah anorganik sebaiknya diolah menurut jenis-jenisnya. Berbeda dengan sampah organik yang bisa dicampur, sampah anorganik hanya bisa diolah jika jenisnya sama.Jika anda tidak bisa atau tidak mampu untuk mengolah sampah anorganik anda, anda tetap bisa berkontribusi untuk dalam proses pengolahan limbah.Salah satu caranya adalah dengan memilah sampah menurut jenisnya. Kemudian menjadikan bank sampah yang disalurkan ke pengrajin-pengrajin yang memang membutuhkan bahan baku sampah.Hindari mencampur sampah anorganik dan sampah organik karena bisa mempersulit pengolahannya. Dan yang terpenting adalah buanglah sampah pada tempatnya. Tahapan-tahapan pengelolaan Tahapan-tahapan pengelolaan terdiri atas beberapa proses, mencakup proses dimulai dari sumber sampah, hingga proses pembuangan ke TPA. Diharapkan, dengan adanya pengelolaan sampah anorganik ini, tidak lagi menjadikan TPA sebagai satu-satunya cara pemecahan permasalahan sampah, melainkan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah adalah sebagai berikut (Aswadi, 2011) (Syahidah Amini Alwi) a. pemilahan Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik dan kaleng, sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa dipakai kembali dapat dibuang. b. pewadahan Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan. Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik menurut jenisnya/bahan, agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara sebelum dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan pernafasan, maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) Tertutup, (2) Tidak mudah rusak dan kedap air, (3) Mudah dan cepat dikosongkan serta diangkut, (4) Ekonomis dan mudah diperoleh. E. Ecovillage Ecovillage adalah konsep tata ruang dan wilayah yang memperhatikan kualitas penduduk dan kualitas ekologis secara holistik karena melibatkan semua dimensi kehidupan makhluk hidup. Dengan demikian, pengembangan ecovillage akan sangat baik jika diprakarsai oleh swadaya masyarakat desa. Ecovillage merupakan pembangunan kawasan pedesaan yang mempertimbangkan pencapaian kualitas individu, keluarga, masyarakat serta kualitas lingkungan alam yang berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan masyarakat desa mengalami peningkatan kesejahteraan tanpa harus merusak lingkungan. Selanjutnya diharapkan juga akan terjadi arus balik dari kota ke desa yang dapat mengurangi masalah kependudukan, masalah energi, serta masalah sosial perkotaan yang semakin kompleks. Mewujudkan kemandirian masyarakat desa dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya di desa adalah tujuan utama dari pengembangan ecovillage. Pengembangan ecovillage harus didukung oleh seluruh komunitas masyarakat desa, karena ecovillage adalah gerakan untuk merubah perilaku masyarakat di sebuah kampung atau desa. Sasarannya adalah pendirian kampung percontohan yang terintegrasi antara pengelola sampah dengan pertanian yang menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat tersebut. Ecovillage mencakup empat aspek, yaitu ekologi, sosial, spriritual, dan ekonomi (https://id.wikipedia.org/wiki/Ecovillage ). Ecovillage memiliki manfaat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Memudahkan mencapai kualitas hidup di suatu daerah Membantu meningkatkan kesejahtraan masyarakat Memberikan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat Mengembangkan potensi SDA dan SDM disuatu daerah. Meningkatkan tarap hidup masyarakat lebih baik yang sadar akan lingkungan. F. Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Sampah Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari. Jumlah sampah yang semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara bertanggung jawab. Selama tahapan penanganan sampah banyak kegiatan dan fasilitas yang bila tidak dilakukan/disediakan dengan benar akan menimbulkan dampak yang berpotensi mengganggu lingkungan (http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkan-akibat-masalahsampah/). Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan akibat masalah sampah, antara lain: 6. Perkembangan faktor penyakit Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan faktor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara/Container juga merupakan tempat berkembangnya faktor tersebut karena alasan yang sama. Sudah tentu ini akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Faktor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekuensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA (http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulk-anakibat-masalahsampah/). 7. Pencemaran Udara Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui. Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara dari hasil pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat, SOx, NOx, hidrokarbon, HCl, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya (http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkan-akibatmasalah-sampah/). 8. Pencemaran Air Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lumpur terutama pada saat turun hujan. Aliran lumpur ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lumpur yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lumpur yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah. Pencemaran air juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lumpur yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota yang ada (www.simpuldemokrasi.com/.../1451-sampah-danpersoalannya.html). 9. Pencemaran Tanah Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya. 10. Gangguan Estetika Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai. Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. (mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-dan-permasalahannya/) 11. Kemacetan Lalu lintas Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum. 12. Gangguan Kebisingan Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder). Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada. 13. Dampak Sosial Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap menentang dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap menentang ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk menghindarinya (http://www.jala-sampah.or.id/index.htm).