DRAFT Aspek Politik, Ekonomi, dan Sosial Green Growth di Kalimantan Timur Hartanto Keinsyafan terhadap Limit to Growth Pertanyaan mendasar yang kerap kali muncul di benak penulis adalah “dapatkah kemakmuran ekonomi diperoleh dengan memarjinalkan faktor alam yang kemudian dianggap tidak penting?”. Industrialisasi yang tumbuh dan peningkatan skala kegiatan ekonomi berdampak buruk pada ekosistem. Alam berada di bawah tekanan pertumbuhan populasi manusia dan pertumbuhan ekonomi. Pada abad ke-20, 142 miliar ton minyak bumi, 265 miliar ton batubara, 38 miliar ton besi, 760 juta ton aluminium, serta 480 juta ton tembaga telah dikonsumsi. Ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar 3% per tahun hingga tahun 2030 dan lebih dari 9 miliar manusia diperkirakan akan hidup di bumi pada tahun 2050. Dari data tersebut pertumbuhan ekonomi akan tetap memberikan dampak yang buruk pada lingkungan. Ekonomi memang perlu berkelanjutan. Hal itu terjadi jika secara bersamaan memenuhi semua kebutuhan manusia dan pada saat yang sama menyadari adanya batasan untuk mempertahankan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa depan. Meskipun harga sumber daya alam naik, karena peningkatan dalam konsumsi sumber daya alam. Tetapi, alam tetap memiliki keterbatasan. Sebagaimana dinyatakan dalam Buku Limits to Growth, pertumbuhan ekonomi tidak dapat berlanjut tanpa batas karena keterbatasan kapasitas lingkungan. Ihwal Kalimantan Timur Kurang lebih telah 3 Tahun penulis tinggal di Kota Samarinda, ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Banyak perbincangan dilalui oleh penulis dengan penduduk, pejabat pemerintah dan stakeholders yang ada tentang berbagai DRAFT aspek, khususnya aspek ekonomi. Dari perbincangan tersebut dapat disarikan bahwa Sejak 1990 hingga saat ini, Kalimantan Timur bergantung pada sektor ekonomi berbasis sumber daya alam tak terbarukan. Selama kurang lebih 20 tahun sektor kehutanan menjadi tulang punggung ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi saat itu mampu mencapai 7,42% per tahun. Pergeseran basis sektor ekonimi terjadi pada era 90an dimana sektor pertambangan mulai menjadi basis ekonomi wilayah yang menggantikan sektor kehutanan. Periode 1990-2000, sektor pertambangan, migas dan industri pengilangan minyak bumi dan gas alam cair mulai mengambil alih dominasi ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi relatif lebih rendah yakni maksimal sebesar 5,71% per tahun. Memasuki Tahun 2000, sektor tambang non-migas yakni batubara menggeser posisi sektor tambang migas. Saat ini, sektor pertambangan batu bara tak lagi dapat diandalkan untuk menopang perekonomian Kalimantan Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur sangat terpengaruh oleh fluktuasi industri pertambangan. Pada Tahun 2015 dan 2016, pertumbuhan ekonomi di Kaltim tercatat -1,20% dan -0,36%, seiring dengan kinerja sektor pertambangan yang juga tercatat minus. Kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian mencapai 46,33%. Dengan demikian, ketika sektor ini terkontraksi maka secara garis besar akan menekan pertumbuhan ekonomi. Potensi sumber daya alam yang melimpah masih rentan memengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Fluktuasi harga komoditas bahkan menjadi kendala utama dalam percepatan ekonomi. Sektor ekonomi utama Kalimantan Timur, yakni pertambangan batu bara diprediksi masih akan stagnan hingga Tahun 2019. Di sisi lain, Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi paling mematikan bagi warganya. Sejak era kolonial sudah melakukan ekploitasi pada alam. Melalui eksplorasi dan gas alam dan hingga saat ini terjadi, kekayaan alam terus dikeruk. Luas wilayah yang dimiliki 12,7 juta hektare. Dari angka itu, 46 DRAFT persen atau setara 5,2 juta hektare diperuntukkan tambang. Sementara, luas perkebunan hanya 3,37 juta hektare. Tidak lebih dari 4,27 juta hektare adalah ruang hidup yang harus dibagi untuk rumah ibadah, rumah sakit dan sekolah, jalan dan pasar, serta taman bermain dan permukiman untuk penduduk 3,4 juta jiwa. Kalimantan Timur dengan segala bentuk kebijakan baik pusat dan lokal berencana menciptakan ruang hidup yang buruk hingga menakutkan bagi masyarakatnya. Penulis menyakini bahwa segala jenis izin ekstraksi akan memberi daya rusak, mengancam, melanggar hukum, dan mematikan kehidupan. Resolusi Masa Depan Untuk mewujudkan Green Growth di Kalimantan Timur, tentunya perlu memperhatikan beberapa aspek yang menurut penulis sangat penting, yakni politik, ekonomi serta sosial. (1) Aspek Politik. Kebijakan memainkan peran kunci dalam mewujudkan green growth, para pengambil kebijakan dapat membangun strategi green growth, dengan bantuan komitmen mereka. Sebagai contoh, Kazakhstan melakukan pergeseran menuju green growth dengan mengintegrasikan green growth dengan green economy dengan bantuan Strategi Nasional untuk Sustainable Development, strategi manajemen regional, dan program-program yang diinisiasi oleh Negara. Demikian pula, Cina dan Korea Selatan memiliki rencana green growth untuk 5 tahun yang didukung oleh kebijakan green industry berdasarkan green technology. Contoh lain adalah Inggris, di mana ekonomi rendah karbon diusulkan dalam buku putih energy yang berjudul "Masa depan Energi Kita: Menciptakan Ekonomi Rendah Karbon" yang telah diterbitkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 2003. Pengambil kebijakan dapat menggunakan instrumen kebijakan untuk meningkatkan green growth dengan pajak karbon, penyesuaian pajak karbon dan perdagangan karbon virtual. DRAFT (2) Aspek Ekonomi. Green growth dapat diwujudkan terutama melalui inovasi dalam green technology; kewirusahaan; Eco Industrial Park dan rantai pasokan hijau. Green growth dapat dicapai melalui inovasi yang dapat menghasilkan proses produksi dan produk yang ramah lingkungan. Inovasi dalam green technology dapat ditingkatkan dengan instrumen kebijakan hak paten, universitas sebagai lembaga penghasil pengetahuan dapat dilibatkan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi melalui kemitraan universitas lintassektoral dan kolaborasi antara universitas dan pemangku kepentingan sosial. Kewirausahaan dapat mendorong teknologi keberlanjutan yang inovatif dan pasar teknologi bersih. Kewirausahaan dapat memainkan peran penting dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan. Pasar teknologi hijau dan pasar produk hijau dapat didukung oleh eco labeling karena dapat memengaruhi permintaan konsumen akan produk-produk tersebut. Tidak hanya produk tetapi juga proses produksi harus ramah lingkungan sehingga green growth dapat tercapai. Eco Industrial Park dan rantai pasokan hijau dapat meningkatkan kinerja keberlanjutan proses produksi secara keseluruhan. (3) Aspek Sosial. Green growth dapat dicapai jika didukung dan dianut oleh individu. Individu memainkan peran kunci dalam mendorong perubahan menuju keberlanjutan karena mereka dapat memengaruhi proses produksi maupun produk serta kebijakan dan institusi melalui permintaan dan kesadaran mereka. Individu dan organisasi, sebagai sustainable leaders, dapat bertindak sebagai agen perubahan untuk keberlanjutan dan dapat mendorong green growth. Munculnya agen perubahan ini dapat didukung terutama melalui pendidikan formal dan informal serta melalui media. Aspek politik, sosial dan ekonomi saling terkait dan saling mendukung. Aspek politik dan ekonomi saling terkait karena instrumen kebijakan dapat memengaruhi keputusan perusahaan untuk berinvestasi dalam proses produksi yang ramah lingkungan. Untuk alasan ini, ketiga aspek harus dipertimbangkan bersama-sama agar green growth di Kalimantan Timur dapat diwujudkan. DRAFT Profil Penulis Dr. (C). Hartanto, S.I.P, M.A. Lahir di Brebes, 4 Juni 1983. S-1 (2000), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dengan predikat Lulusan Terbaik. S-2 (2007), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM, Program Studi Ilmu Politik konsentrasi studi Hubungan Internasional. S-3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran, Program Studi Hubungan Internasional, konsentrasi Hubungan Internasional, (2015-saat ini). Visiting research di National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) Singapura (2008). Mengikuti summer school “peace building and conflict resolution” Mahathir Global Peace School, Perdana Foundation, Malaysia (2013). Alumni INDEF School of Political Economy XVII, Kalimantan Timur (2019). Pekerjaan sebagai Dosen Tetap Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Respati Yogyakarta dan Dosen Tamu di berbagai Universitas. Minat pengkajian penulis adalah pada bidang kebijakan ekonomi politik sumber daya alam.