MASALAH PENYUSUNAN KALIMAT BAHASA INDONESIA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH PROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA Yang dibina oleh Dr. Hasan Busri, M. Pd Oleh : Elsari Dyah Rohma 21601071082 M. Rais Habibi 21601071093 M. Nasa’i 21601071109 UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JULI 2019 BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86). Penyusunan kalimat bahasa indonesia yang salah menjadikan kalimat yang ditulis atau dikemukakan menjadi tidak efektif. Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni kesalahan internal dan kesalahan eksternal. Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atas lingkungannya. Kalimat harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih.menyarankan agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, objek kalimat harus Problematika B.I | 1 disertakan jika predikatnya berupa kata kerja transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya. Sebuah kalimat dikatakan benar jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data yang terkumpul diperoleh gambaran bahwa terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu (1) kesalahan kelengkapan kalimat, (2) kalimat partisipial dan (3) kalimat tidak logis. Problematik penggunaan bahasa Indonesia ini sulit untuk diselesaikan, malahan terus berkembang. Ada beberapa faktor mengakibatkannya. Ada kecenderungan bahwa bahasa yang menyimpang itu lebih populer dan lebih sederhana pengucapannya. Problematika B.I | 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing-masing tuturan itu. Keterpahaman menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lainnya adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frase, dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasangagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. 2.2. Identifikasi Masalah Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia 2.1.1. Masalah Persoalan Struktur Kalimat Dalam penggunaan kalimat banyak terjadi kesalahan dalam penyusunannya, yang mengakibatkan terjadinya persoalan struktur kalimat misalnya, penggunaan kata berlebihan dapat mengganggu struktur kalimat tersebut dan penggunaan kata atau ejaan yang tidak baku. 2.1.2. Masalah Persoalan Makna Kalimat Dalam penggunaan kalimat bahasa Indonesia banyak terjadi persoalan yang mengakibatkan pemaknaan dalam kalimat tersebut menjadi tidak jelas/ambigu. 2.1.3. Masalah Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat Sering terjadi dalam kalimat menggunakan konjungsi yang tidak tepat, seharusnya tidak perlu menambahkan konjungsi, tetapi masih ada yang menambahkan. Problematika B.I | 3 2.1.4. Masalah Kelogisan dalam Kalimat Kelogisan dalam kalimat ialah ide kalimat itu sendiri dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Biasanya, masih banyak kalimat yang digunakan memiliki makna tidak logis. 2.1.5. Masalah Kecermatan dalam Kalimat Dalam penggunaan kalimat dibutuhkan kecermatan, agar tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pemilihan kata. Akan tetapi, para pengguna bahasa masih banyak menggunakan kalimat yang kurang tepat sehingga menimbulkan tafsiran ganda. 2.1.6. Masalah Keparalelan dalam Kalimat Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, baik dari segi kategorinya maupun imbuhan yang digunakan. Maksudnya, kalau bentuk pertama merupakan nomina, maka kategori kata yang sederajat juga nomina. Kalau bentuk pertama merupakan verba, bentuk kedua, ketiga, dan seterusnya juga verba. 2.3. Analisis Masalah Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia 2.3.1. Analisis Masalah Struktur Kalimat a. Penggunaan diksi yang tidak tepat Contoh: Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah. Pada kalimat diatas terdapat kata yang digaris bawah yakni panjatkan, kata tersebut termasuk pemilihan diksi yang tidak tepat, tetapi dalam penggunaan bahasa masih banyak digunakan, utamanya dalam penggunaan bahasa lisan. Perbaikan: Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kepada Allah. Dalam perbaikan kalimat ada kata yang digaris bawah, kata tersebut perbaikan dari pemilihan diksi yang tidak tepat pada kalimat diatas. b. Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat Contoh: Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. Problematika B.I | 4 Kalimat dalam tabel tersebut menggunakan kata berlebihan, yang mengakibatkan struktur kalimat tersebut tidak efektif. Kata yang digaris bawah tersebut seharusnya ada salah satu yang tidak perlu digunakan. Perbaikan: Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. Atau Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah. Dua Perbaikan dari kalimat tersebut menghilangkan salah satu kata yang digaris bawah. c. Penggunaan kata yang tidak baku Contoh: Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. Dalam kalimat tersebut terdapat kata yang bergaris bawah, kata tersebut adalah kata yang tidak baku yang biasa digunakan oleh pengguna bahasa. Perbaikan: Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk. Dalam Perbaikan tersebut kata yang bergaris bawah adalah bentuk kata yang salah diatas. d. Pemakaian kata hubung dan ejaan yang tidak tepat Contoh: Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan. Dalam kalimat tersebut terdapat beberapa kata yang digaris bawah, kata tersebut adalah kata hubung yang tidak tepat penempatannya dan ejaan yang tidak tepat, biasanya kalimat seperti ini biasa digunakan dalam pemakaian bahasa lisan. Perbaikan: Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan. Kata yang digaris bawah dalam kalimat tersebut adalah Perbaikan ejaan yang tidak tepat pada kalimat diatas, juga kata hubung yang terletak diawal kalimat dihilangkan atau dipindahkan tidak lagi diawal kalimat. Problematika B.I | 5 2.3.2. Analisis Masalah Persoalan Makna Kalimat a. Keambiguan dalam kalimat Contoh: Itulah istri Pak Camat yang baru. Dalam kalimat tersebut terdapat kembiguan makna, terdapat dua kemungkinan makna, yang pertama yakni Pak Camat baru, dan yang kedua yakni istri Pak Camat baru. b. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Sejak dari usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya. Dalam kalimat tersebut menggunakan dua kata yang artinya sama, yaitu sejak dan dari. Hal ini biasa digunakan pengguna bahasa utamanya dalam bahasa lisan, pengguna bahasa bisa menggunakan salah satu dari kata yang memiliki arti sama. Perbaikan: Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya. Dalam perbaikan kalimat tersebut ada kata yang dihilangkan yaitu kata dari, karna kata tersebut memiliki makna yang sama dengan kata sejak. 2.3.3. Analisis Masalah Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat a. Penggunaan Konjungsi Contoh; Karena dia sakit maka dia tidak masuk sekolah. Penggunaan konjungsi pada kalimat tersebut seharusnya tidak perlu, tanpa konjungsi maka kalimat tersebut lebih efektif dan terstruktur. Perbaikan: Karena sakit dia tidak masuk sekolah. Perbaikan kalimat diatas dilakukan dengan menghilangkan konjungsi maka, yang tidak perlu digunakan. b. Penggunaan konjungsi dan preposisi di depan kalimat yang menjadikan subjek tidak ada. Contoh 1: Dalam seminar itu membicarakan kenakalan remaja. Problematika B.I | 6 Pada kalimat tersebut tidak memiliki subjek, hal ini sudah biasa digunakan oleh penngguna bahasa atau sudah dianggap lazim. Akan tetapi, kalimat tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Perbaikan: Dalam seminar itu Pak Hasan Membicarakan kenakalan remaja. Kalimat pada tabel diatas merupakan perbaikan dari kalimat yang tidak memiliki subjek tersebut, dengan menambahkan subjek kalimat tersebut bisa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Contoh 2: Kepada yth. Kepala … Kalimat tersebut banyak digunakan dalam pemakaian bahasa, baik lisan maupun tulisan. Sebenarnya dalam kaidah bahasa Indonesia struktur yang seperti itu tidak ada. Perbaikan: Yth. Kepala … Kalimat yang benar dengan menghilangkan kata kepada. Ada penggunaan yang lebih logis dari kalimat tersebut misalnya, yang saya hormati walikota Malang. Dalam pemakaian bahasa baik lisan maupun tulisan penulisan maupun pengucapan nama orang dan jabatan perlu diperhatiakan juga. Contoh: Presiden Jokowi Bapak presiden Jokowi Pada tabel di atas, keduanya jika digunakan dalam penulisan atau pengucapan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Akan tetapi, pengguna bahasa masih banyak yang menggunakannya. Maka hal tersebut yang termasuk dalam permasalahan penggunaan kalimat bahasa Indonesia. Perbaikan: Presiden RI Bapak Jokowi Pada tabel diatas, keduanya adalah bentuk yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Problematika B.I | 7 2.3.4. Analisis Masalah Kelogisan dalam Kalimat Contoh 1: Waktu dan tempat disilahkan. Dari segi kalimat hal tersebut tidak salah. Namun, ketidalogisan terjadi pada kalimat tersebut, karena yang disilahkan disini sebenarnya bukan waktu dan tempat tetapi pembicara. Contoh 2: Yang membawa HP harap dimatikan. Kalimat ini tidak logis, karena berarti orang yang membawa HP diharap untuk dimatikan dalam artian dibunuh. Padahal maksudnya HP harap dimatikan. Contoh 3: Saya mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Kalimat ini tidak logis, karena yang diajar mata kuliah, bukan siswa. Padahal, maksud dari kalimat tersebut yang diajar adalah siswa. 2.3.5. Analisis Masalah Kecermatan dalam Kalimat a. Ketepatan dalam struktur kalimat Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapat beasiswa. Penggunaan kata yang di atas menyebabkan kalimat bermakna ganda, yang terkenal itu mahasiswa atau perguruan tinggi. Kalimat seperti diatas masih sering kita temukan dalam pemakaian bahasa baik lisan maupun tulis. Hal tersebut yang tidak sesuai dengan kaidan bahasa Indonesia dan termasuk dalam permasalahan penyusan kalimat. b. Pemilihan kata Contoh: Sebagian toko tertutup sehingga para korban gempa mengkonsumsi makanan sesuai dengan ketersediaan yang ada. Penggunaan kata tertutup merupakan pemilihan kata yang mengakibatkan dapat bermakna ganda, buka (tetap berjualan) atau tutup (tidak berjualan), atau terhalang oleh sesuatu. Kalimat seperti diatas masih sering kita temukan dalam pemakaian bahasa baik lisan maupun tulis. Hal tersebut Problematika B.I | 8 yang tidak sesuai dengan kaidan bahasa Indonesia dan termasuk dalam permasalahan penyusan kalimat. Kata tertutup bisa diganti oleh kata tutup agar tidak menimbulkan pemaknaan ganda. c. Penggunaan ejaan Contoh: Menurut cerita Ibu Sari adalah orang pandai di desa itu. Kekurangan penggunaan tanda koma pada kalimat di atas menyebabkan makna menjadi kabur, apakah orang pandai di desa itu Ibu Sari atau Sari. Kalimat seperti diatas masih sering kita temukan dalam pemakaian bahasa baik lisan maupun tulis. Hal tersebut yang tidak sesuai dengan kaidan bahasa Indonesia dan termasuk dalam permasalahan penyusan kalimat. Agar tidak menimbulkan makna ganda tanda koma dapat diletakkan, misalnya: Menurut cerita, Ibu Sari adalah orang pandai di desa itu. atau: Menurut cerita Ibu, Sari adalah orang pandai di desa itu. Dua contoh kalimat yang sudah ditambkan tanda koma tersebut contoh agar suatu kalimat tidak menimbulkan makna ganda. 2.3.6. Analisis Masalah Kecermatan dalam Kalimat Contoh 1: Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. Kedua kata yang bergaris bawah pada kalimat di atas adalah predikat. Namun kedua kata yang sejenis tersebut tidak paralel. Kata dibekukan adalah verba yang berafiks di--kan, sedang kenaikan adalah nomina yang berafiks ke--an. Seharusnya, kedua kata tersebut paralel. Perbaikan: Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Pada perbaikan diatas kedua predikat tersebut sudah parallel, dengan mengganti kenaikan menjadi dinaikkan yang berafiks di-kan seperti dibekukan. Permasalahan seperti diatas sering ditemukan utamanya dalam kegiatan berbahasa lisan. Problematika B.I | 9 Contoh 2: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kata bergaris bawah yang merupakan bagian dari predikat pada kalimat di atas tidak paralel. Kata bergaris pertama dan ketiga adalah nomina berafiks peng--ansedang kata berafiks kedua adalah verba berafiks meng-. Kalimat di atas dapat diperbaiki dengan mengubah kata bergaris bawah kedua menjadi nomina berimbuhan peng--an seperti berikut ini. Perbaikan: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Predikat dalam kalimat tersebut sudah paralel, karena dilakukan perubahan predikat yang berafiks tidak paralel/sejajar pada kalimat tersebut. 2.4. Sebab Timbulnya Masalah Afiksasi Bahasa Indonesia Bahasa memiliki sifat yang dinamis, termasuk juga bahasa Indonesia. Walaupun diakatakan mempunyai sistem dalam pemakaiannya selalu timbul masalah-masalah, baik masalah yang berhubungan dengan pengucapan bunyi bahasa, bentukan kata, penulisan, dan pemakain kalimat. Hal tersebut disebabkan karena sifat bahasa yang selalu berkembang seiring perkembangan pikiran dan budaya pemakai bahasa yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang menjadi dasar pokok permasalahn dalam penyusunan kalimat bahasa Indonesia diantaranya: 1. Adanya pengaruh bahasa lisan yang tidak efektif yang terbiasa digunakan oleh pengguna bahasa. 2. Pengaruh bahasa asing yang menyebabkan penyusan kalimat tidak terstruktur atau tidak logis. 3. Pengaruh bahasa daerah (integrasi, alih kode, campur kode, dll) yang menyebabkan ketidakcermatan dalam penyusanan kalimat. 4. Penekanan kalimat yang tidak tepat dapat menimbulkan keambiguan makna pada kalimat. Problematika B.I | 10 5. Pengaruh kesalahan dalam penempatan tanda baca yang juga menyebabkan menimbulkan makna ganda. 6. Pemilihan diksi yang tidak tepat akan menimbulkan ketidalogisan makna pada kalimat. 2.5. Solusi untuk Masalah Afiksasi Bahasa Indonesia Solusi dari berbagai masalah dalam penggunaan afiksasi sebagai berikut: 1. Adanya kaidah penyusunan kalimat yang jelas yang mencakup luas tentang penyusan kalimat bahasa Indonesia. 2. Pada saat menggunakan bahasa utamanya lisan sebaiknya diperhatikan kembali struktur kalimat yang akan digunakan. 3. Diadakannya pembinaan yang lebih intensif melalui pembelajaran tentang penyusanan kalimat bahasa Indonesia, baik dalam segi penggunaan pengucapan atau penulisan. 4. Membiasakan diri menggunakan kalimat dengan struktur yang benar. 5. Seharusnya ada beberapa panduan khusus dalam penyusunankalimat, sehingga dalam kaidah-kaidah bahasa yang ada tidak akan permasalahan dalam penggunaannya. 6. Lebih meningkatkan peran ahli linguitik dengan memberikan informasi mengenai pemakain bahasa Indonesia yang baku. Problematika B.I | 11 BAB III KESIMPULAN Problematika B.I | 12 DAFTAR RUJUKAN Problematika B.I | 13