Uploaded by User14569

MANFAAT, HUBUNGAN DAN DAMPAK PROGRAM PROMOSI KESEHATAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

advertisement
MANFAAT, HUBUNGAN DAN DAMPAK PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
PAPER
Disusun sebagai tugas ujian mata kuliah Teori Promosi, Perilaku dan Sosiologi
Kesehatan dan Aplikasinya
Oleh
Ayu Laela Fitriyani
NIM S021808011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
HIV adalah jenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih
yang menyebabkan turunnya kekbalan tubuh manusia (Kemenkes,2014). HIV erat
kaitanya dengan AIDS, dimana AIDS sendiri adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Menurut
data WHO (2017) 36.9 juta orang hidup dengan menderita HIV dan hanya 59%
penderita yang
memperoleh pengobatan hingga 2017.
Di Indonesia, HIV AIDS
pertama kali di temukan dibali 1987 dan hingga saat ini sudah menyebar ke 386
kota/kabupaten dan 22.869 dilaporkan menderita HIV dengan 1876 menderita AIDS
pada 2014. Usia produktif 25-49 tahun merupakan usia terbanyak penderita HIV
dengan penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita dengan faktor resiko
tertinggi yaitu heteroseksual. Kota kota besar seperti Jakarta dan Jawa Timur
menduduki peringkat tertinggi terjadinya penularan HIV (KEMENKES,2014).
Peningkatan pelaksanaan program pengendalian HIV di Indonesia menjadi
tolak ukur keberhasilan program yang dibuat oleh pemerintah guna menurunkan dan
meniadakan infeksi baru HIV, menurunkan hingga meniadakan kematian yang
disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS dan meniadakan diskriminasi
terhadap ODHA. Upaya terus dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari hulu ke hilir,
diantaranya dengan memberikan pembekalan yang cukup kepada bangsa mengenai
pendidikan moral, pendidikan agama, pendidikan mengenai kesehatan reproduksiserta
pengetahuan bahaya penggunaan NAPZA, karena hal itu merupakan pintu masuk dari
HIV. Upaya lain dengan melakukan pencegahan kepada populasi yang masih
melakukan perilaku beresiko dengan memperhatikan jalur transmisi seksual, jarum
suntik dan penularan dari ibu kepada anak yang dikandung. Upaya tersebut dilakukan
dengan penggunaaan kondom secara konsisten, pengobatan infeksi menular seksual,
program layanan alat suntik steril dan terapi rumatan metadon.
Upaya pencegahan dimanyarakat ditujukan untuk mencegah penularan
terutama bagi orang yang belum tertular dan membantu orang yang terinfeksi untuk
tidak menularkan kepada orang lain. Beberapa bahan yang memberikan resiko
penularan infeksi yaitu darah, cairan bercampur darah yang kasat mata, cairan yang
bepotensi terinfeksi antaranya semen, vagina, serebrospinal, sinovia, pleura, peritoneal,
pericardial dan amnion, adanya virus yang terkonsentrasi juga menjadi bahan
penularan HIV.
Namun dalam pelaksanaanya terdapat berbagai hambatan juga dampak yang
dirasakan oleh penderita disamping manfaat yang diterima. Dalam paper ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai hal tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh para peneliti.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah manfaat, dampak dan hambatan promosi kesehatan tentang penyakit HIV?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui manfaat, dampak dan hambatan promosi kesehatan tentang penyakit
HIV.
BAB II
ISI
A. MANFAAT, DAMPAK DAN HAMBATAN PROMOSI KESEHATAN HIV
Dalam aktivitas promosi kesehatan memiliki manfaat yang dapat dirasakan
oleh masyarakat baik langsung mauupun tidak langsung. Diantaranya beberapa
manfaat dari upaya pencegahan di masyarakat ditujukan untuk mencegah penularan
terutama bagi orang yang belum tertular dan membantu orang yang terinfeksi untuk
tidak menularkan kepada orang lain (Depkes,2016). Menurut penelitian Rahayu
(2008) promosi kesehatan ini ditujukan untuk menggugah kesadaran memberikan
atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan baik bagi dirinya sediri, keluarga maupun masyarakat. Disisi lain dalam
penelitiannya Saputra (2011) mengungkapkan bahwa promosi kesehatan diharapkan
membawa perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan, namun pada
penelitiaan nya hanya mencapai peningkatan pengetahuan bila dibarengi dengan
metode dan media yang digunakan. Kegiatan promosi kesehatan juga berguna
sebagai pendekatan perilaku yang ditujukan kepada faktor predisposisi melalui
pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan (PS, T. L.,
Shaluhiyah, Z., & Suryoputro, A. , 2012). Dalam penelitian terbarunya Sugiarto, H.,
Shaluhiyah, Z., & Widjanarko, B. (2018) menyatakan bahwa promosi kesehatan bagi
penderita yang sudah terdiagnosis positif akan membuat penderita bisa mulai menerima
kenyataan dengan melihat segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan hal yang
dapat dijadikan pelajaran bagi penderita dimasa mendatang.
Jadi, dapat disimpulkan manfaat promosi kesehatan HIV sebagai berikut:
1. Mencegah penularan terutama bagi orang yang belum tertular.
2. Membantu orang yang terinfeksi untuk tidak menularkan kepada orang lain.
3. Menggugah kesadaran memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat.
4. Membawa perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan.
5. Pendekatan perilaku yang ditujukan kepada faktor predisposisi.
6. Bagi penderita yang sudah terdiagnosis positif akan membuat penderita bisa mulai
menerima kenyataan.
Setiap individu yang diberikan perlakuan baik penyuluhan atau upaya
pencegahan HIV dengan metode lain akan berdampak pada kehidupan sehariharinya baik dampak positif maupun negatif. Beberapa penelitian mengemukakan
dampak sebagai sesuatu yang penting dalam kondisi individu. Dampak positif
menurut Anasari, T., & Trisnawati, Y. (2018) dalam promosi kesehatan ini adalah
mendapat dukungan keluarga dan orang terdekat yang juga disampaikan oleh Sugiarto, H.,
Shaluhiyah, Z., & Widjanarko, B. (2018) yaitu medapatkan dukungan sosial yaitu
pemberian bantuan baik verbal maupun non verbal seperti kasih sayang , perhatian,
penilaian, dan nasehatat yang positif. Dampak positif lainnya seperti berusaha tetap
sehat dan bisa bertahan hidupnya pasien HIV positif. Namun ada juga dampak
negatifnya yaitu penderita harus menanggung beban semakin berat baik intervensi
penytakit HIV pada tubuhnya juga tekanan psikologis. Adanya stigma yang
mengalangi seseorang untuk melakukan aktivitas sosial dan menjadi orang yang
lebih menutup diri. Adanya promosi kesehatan kepada sekelompok penderita
menurut Handayani, S., & Mardhiati, R. (2018) diharapkan berdampak terbentuknya
kelompok yang dapat saling menolong antar sesama. Sedangkan menurut Hidayah,
U., Sari, P., & Susanti, A. I. (2018) kegiatan promosi kesehatan HIV pada non penderita
dapat membuat seseorang memperbaiki perilaku dikehidupannya. Setiarini, S. (2018) juga
menyebutkan promosi bagi non penderita bedampak pada tindakan mereka sehingga lebih
berhati-hati agar tidak terjerumus HIV.
Jadi dampak dari promosi kesehatan HIV adalah sebagai berikut:
1. Mendapat dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekat.
2. Berusaha tetap sehat dan bisa bertahan hidupnya pasien HIV positif.
3. Harus menanggung beban intervensi penytakit HIV pada tubuhnya juga tekanan
psikologis.
4. Adanya stigma yang mengalangi seseorang untuk melakukan aktivitas sosial.
5. Menjadi orang yang lebih menutup diri.
6. Terbentuknya kelompok yang dapat saling menolong antar sesama.
7. Pada non penderita dapat membuat seseorang memperbaiki perilaku dikehidupannya.
8. Bagi non penderita membuat lebih berhati-hati agar tidak terjerumus HIV.
Hambatan merupakan hal yang biasa ditemui dalam upaya pengendalian tidak
hanya pada kasus penyakit HIV namun pada segala jenis penyakit. Melalui penelitian yang
telah dilakukan hambatan-hambatan yang dialami diantaranya faktor hambatan yang
ditemui oleh petugas dilapangan yaitu norma/stigma buruk yang berkembang
dimasyarakat mengenai HIV/AIDS, masyarakat menganggap bahwa HIV adalah
penyakit yang berujung kematian. Dari ketakutan tersebut masyarakat menghindari
seluruh hal terkait HIV/AIDS. Stigma buruk tersebut membuat upaya promosi ini
tidak ditanggapi serius oleh masyarakat. Ditemukan juga hambatan pada kurangnya
kordinasi antara anggota Pokja dan instansi-instansi terkait penanggulangan
HIV/AIDS. Juga hambatan yaitu pasien atau ODHA yang tertutup sehingga sulit
untuk diberikan pendampingan sosial (SAPUTRA, R. O., & Niswah, F. ,2018). Adanya
persepsi stigma dan diskriminasi dari petugas kesehatan masih menjadi hambatan
menurut Dinda, A., Solehati, T., & Lukman, M. (2018). Menurut penelitian Khasanah, P.
U., & Subowo, A. (2018) hambatan
– hambatan, seperti kurangnya partisipasi
masyarakat jika sosialisasi tentang HIV dan AIDS bahkan harus memakai uang agar
orang mau datang untuk mengikuti sosialisasi. Juga banyaknya orang yang memiliki
faktor risiko menghindar saat dilakukan konseling. Menurut Kurdi, F. (2018) promosi
kesehatan di lokallisasi memiliki hambatan dari pihak lain yang tidak mendukung
pencegahan ini salah satunya adalah pelanggan yang masih keras kepala untuk tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Hambatan lain pencegahan yang dilakukan dari
pemerintah disebabkan oleh keberadaan lokalisasi di beberapa wilayah yang
menjadi salah satu sumber utama penularan dan penyebaran penyakit, belum
tersedianya pusat rehabilitasi serta pelayanan ARV di semua Puskesmas, kerja sama
lintas sektoral yang kurang, dukungan dana pemerintah yang minim, serta Peraturan
Daerah (Perda) penanggulangan HIV & AIDS yang belum tersedia, hal ini
disampaikan oleh Puadi, A. R. A., & Qomaruddin, M. B. (2018).
Jadi hambatan pada promosi kesehatan HIV adalah sebagai berikut;
1. Norma/stigma buruk mengenai HIV/AIDS sehingga masyarakat menghindari
seluruh hal terkait HIV/AIDS.
2. Stigma buruk membuat upaya promosi ini tidak ditanggapi serius oleh
masyarakat.
3. Kurangnya kordinasi antara anggota Pokja dan instansi-instansi terkait
penanggulangan.
4. Pasien atau ODHA yang tertutup sehingga sulit untuk diberikan pendampingan
sosial.
5. Persepsi stigma dan diskriminasi dari petugas kesehatan.
6. Kurangnya partisipasi masyarakat jika sosialisasi tentang HIV dan AIDS.
7. Menghindar saat dilakukan konseling.
8. Adanya pihak lain yang tidak mendukung pencegahan ini salah satunya adalah
pelanggan.
9. Dari pemerintah disebabkan oleh keberadaan lokalisasi.
10. Dari pemerintah belum tersedianya pusat rehabilitasi.
11. Dari pemerintah kerja sama lintas sektoral yang kurang,
12. Dari pemerintah dukungan dana pemerintah yang minim.
13. Peraturan Daerah (Perda) penanggulangan HIV & AIDS yang belum tersedia.
BAB III
KESIMPULAN
1. Manfaat promosi kesehatan HIV sebagai berikut:
a. Mencegah penularan terutama bagi orang yang belum tertular.
b. Membantu orang yang terinfeksi untuk tidak menularkan kepada orang lain.
c. Menggugah kesadaran memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat.
d. Membawa perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan.
e. Pendekatan perilaku yang ditujukan kepada faktor predisposisi.
f. Bagi penderita yang sudah terdiagnosis positif akan membuat penderita bisa mulai
menerima kenyataan.
2. Dampak dari promosi kesehatan HIV adalah sebagai berikut:
a. Mendapat dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekat.
b. Berusaha tetap sehat dan bisa bertahan hidupnya pasien HIV positif.
c. Harus menanggung beban intervensi penytakit HIV pada tubuhnya juga tekanan
psikologis.
d. Adanya stigma yang mengalangi seseorang untuk melakukan aktivitas sosial.
e. Menjadi orang yang lebih menutup diri.
f.
Terbentuknya kelompok yang dapat saling menolong antar sesama.
g. Pada non penderita dapat membuat seseorang memperbaiki perilaku dikehidupannya.
h. Bagi non penderita membuat lebih berhati-hati agar tidak terjerumus HIV.
3. Hambatan pada promosi kesehatan HIV adalah sebagai berikut;
a. Norma/stigma buruk mengenai HIV/AIDS sehingga masyarakat menghindari
seluruh hal terkait HIV/AIDS.
b. Stigma buruk membuat upaya promosi ini tidak ditanggapi serius oleh
masyarakat.
c. Kurangnya kordinasi antara anggota Pokja dan instansi-instansi terkait
penanggulangan.
d. Pasien atau ODHA yang tertutup sehingga sulit untuk diberikan pendampingan
sosial.
e. Persepsi stigma dan diskriminasi dari petugas kesehatan.
f. Kurangnya partisipasi masyarakat jika sosialisasi tentang HIV dan AIDS.
g. Menghindar saat dilakukan konseling.
h. Adanya pihak lain yang tidak mendukung pencegahan ini salah satunya adalah
pelanggan.
i. Dari pemerintah disebabkan oleh keberadaan lokalisasi.
j. Dari pemerintah belum tersedianya pusat rehabilitasi.
k. Dari pemerintah kerja sama lintas sektoral yang kurang,
l. Dari pemerintah dukungan dana pemerintah yang minim.
m. Peraturan Daerah (Perda) penanggulangan HIV & AIDS yang belum tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Anasari, T., & Trisnawati, Y. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengetahuan
Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dengan Hiv Dalam Mengkonsumsi Arv Di Rsud
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bidan Prada: Jurnal Publikasi
Kebidanan Akbid Ylpp Purwokerto, 9(1).
Budiman, N. A., Istiarti, T., & Syamsulhuda, B. M. (2008). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Wanita Pekerja Seks (Wps) Jalanan Dalam Upaya
Pencegahan Ims Dan Hiv/Aids Di Sekitar Alun-Alun Dan Candi Prambanan
Kabupaten Klaten. The Indonesian Journal Of Health Promotion (Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia), 3(2), 120-126.
Departemen Kesehatan, R. I. (2016). Pedoman Nasional Monitoring Dan Evaluasi Program
Pengendalian Hiv Dan Aids. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Dinda, A., Solehati, T., & Lukman, M. (2018). Persepsi Dan Isyarat Bertindak Ibu Rumah
Tangga Tentang Tes Dan Konseling Hiv Di Kecamatan Mampang Prapatan
Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5(1), 1-9.
Fauziyah, F., Shaluhiyah, Z., & Prabamurti, P. N. (2018). Respon Remaja Lelaki Suka
Lelaki (Lsl) Dengan Status Hiv Positif Terhadap Pencegahan Penularan Hiv
Kepada Pasangan. The Indonesian Journal Of Health Promotion (Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia), 13(1), 17-31.
Handayani, S., & Mardhiati, R. (2018). Keberlanjutan Peran Dukungan Sebaya Di Dalam
Sistem Penanggulangan Hiv Di Tingkat Provinsi Dan Kota/Kabupaten Indonesia.
Perilaku Dan Promosi Kesehatan, 1(1), 44-53.
Hidayah, U., Sari, P., & Susanti, A. I. (2018). Gambaran Pengetahuan Remaja Mengenai
Hiv/Aids Setelah Mengikuti Program Hebat Di Smp Negeri Kota Bandung. Jurnal
Sistem Kesehatan, 3(3).
Khasanah, P. U., & Subowo, A. (2018). Evaluasi Program Penanggulangan Hiv Dan Aids
(Studi Pada Layanan Konseling Dan Tes Hiv Dalam Penanggulangan Hiv Dan
Aids Di Kecamatan Semarang Utara). Journal Of Public Policy And Management
Review, 7(2), 108-126.
Kurdi, F. (2018). Hambatan Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus
(Hiv)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (Aids) Oleh Pekerja Seks
Komersial (Psk) Di Lokalisasi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(2).
Puadi, A. R. A., & Qomaruddin, M. B. (2018). Peran Komisi Penanggulangan Aids Daerah
(Kpad) Dalam Penanggulangan Hiv & Aids Di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Jurnal Promkes, 4(2), 117-128.
Ps, T. L., Shaluhiyah, Z., & Suryoputro, A. (2012). Perilaku Ibu Hamil Untuk Tes Hiv Di
Kelurahan Bandarharjo Dan Tanjung Mas Kota Semarang. The Indonesian
Journal Of Health Promotion (Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia), 7(2), 153164.
Rahayu, D. (2008). Efektivitas Promosi Kesehatan Dengan Metode Peer Educator
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Hiv/Aids (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Ri, K. (2014). Infodatin: Situasi Dan Analisis Hiv-Aids. Jakarta Selatan: Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan Ri.
Saputra, N. (2011). Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Hiv Aids Dengan Metode
Curah Pendapat Dan Ceramah Menggunakan Media Audio Visual Terhadap
Pengetahuan Siswa Sman 4 Tangerang Selatan.
Saputra, R. O., & Niswah, F. (2018). Upaya Komisi Penanggulangan Aids Dalam
Menanggulangi Hiv Dan Aids Di Kota Surabaya. Publika, 6(1).
Setiarini, S. (2018). Pengaruh Promosi Kesehatan Metode Penyuluhan Tentang Hiv/Aids
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Di Sma N 5 Padang. Menara Ilmu,
11(78).
Widodo, E. (2009). Praktik Wanita Pekerja Seks (Wps) Dalam Pencegahan Penyakit
Infeksi Menular Seksual (Ims) Dan Hiv&Aids Di Lokalisasi Koplak, Kabupaten
Grobogan. The Indonesian Journal Of Health Promotion (Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia), 4(2), 94-102.
Download