Geologi Struktur (Billings, 1972) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 HUBUNGAN ANTARA GEOLOGI STRUKTUR DENGAN GEOLOGI Istilah geologi (geology) dewasa ini dianggap sinonim dengan istilah solid earth sciences. Ilmu bumi (earth sciences) adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang berbagai aspek dan fenomena bumi. Kelompok ilmu tersebut terdiri dari beberapa disiplin seperti geologi, geofisika, meteorologi, dan sebagian oseanografi. Para ahli geologi terutama mempelajari bagian padat bumi. Solid earth sciences adalah ilmu-ilmu tentang sifat fisika, sifat kimia, dan berbagai proses yang bekerja di bumi dan benda ruang angkasa lain; asal-usul, perkembangan, penyebaran, dan kegunaan berbagai material penyusun bumi serta lahan secara keseluruhan; serta tentang interaksi antara bagian padat bumi dengan atmosfir dan hidrosfir (Bove, 1969). Geologi merupakan ilmu yang mempunyai ruang lingkup luas sehingga kemudian dibagi menjadi beberapa cabang. Walau demikian, pembagian itu sebenarnya bersifat arbitrer. Karena itu, tidak mengherankan apabila banyak ahli geologi memiliki spesialisasi dalam dua atau lebih cabang ilmu geologi. Bahkan, lingkup kajian beberapa ahli geologi bertumpang-tindih dengan lingkup kajian ahli-ahli fisika, kimia, dan biologi. Geologi struktur (structural geology) adalah ilmu tentang arsitektur batuan hasil deformasi. Menurut sebagian ahli, tektonika (tectonics) dan geologi tektonik (tectonic geology) adalah istilah-istilah yang sinonim dengan istilah geologi struktur. Menurut sebagian ahli lain, keduanya tidak sinonim karena geologi struktur terutama menujukan perhatiannya pada geometri batuan, sedangkan tektonika menujukan perhatiannya pada gaya-gaya internal bumi dan pergerakan yang mengakibatkan terbentuknya struktur (Wilson, 1961). Gaya-gaya internal bumi menyebabkan terjadinya pergerakan yang mempengaruhi batuan padat dan, pada gilirannya, menyebabkan terbentuknya sesar (fault), lipatan (fold), kekar (joint), dan foliasi (foliation). Pergerakan magma, karena sering berasosiasi dengan perpindahan (displacement) tubuh batuan, juga termasuk dalam ruang lingkup kajian geologi struktur. Deformasi yang terjadi pada berbagai benda-benda luar angkasa, serta efek-efek tumbukan (collison) antar benda ekstraterestrial, juga merupakan objek geologi struktur. 1 Geologi Struktur (Billings, 1972) Tujuan geologi struktur adalah untuk menentukan dan menjelaskan arsitektur batuan yang ditemukan di lapangan. Pengamatan laboratorium hanya memiliki arti sekunder dalam studi geologi struktur. Pemecahan masalah struktur di lapangan sebenarnya hanya merupakan satu bagian dari keseluruhan pekerjaan lapangan. Untuk dapat melakukan penelitian struktur dengan baik, kita perlu memiliki dasar-dasar pengetahuan yang mantap dalam cabang-cabang ilmu geologi yang lain. Sebagai contoh, kita tidak akan dapat meneliti struktur batuan sedimen yang terlipat dan/atau tersesarkan tanpa memiliki pengetahuan stratigrafi. Sedimentasi memberikan banyak penting informasi mengenai peristiwaperistiwa tektonik yang berlangsung pada tempat yang berdekatan dengan cekungan pengendapan batuan berlapis. Pengetahuan paleontologi sangat diperlukan oleh ahli geologi struktur yang meneliti batuan yang mengandung fosil. Petrologi memberikan banyak informasi mengenai sejarah struktur batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Mineralogi diperlukan karena sebagian besar batuan disusun oleh mineral. Vulkanologi memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari struktur batuan vulkanik dan struktur yang berkembang di wilayah gunungapi. Geomorfologi diperlukan oleh para ahli geologi struktur yang mempelajari daerah beraktivitas tektonik resen, di tempat mana topografi merupakan ungkapan langsung dari tatanan struktur di daerah tersebut. Bahkan, untuk daerah yang telah lama dikenai oleh aktivitas tektonik, geomorfologi dapat memberikan informasi penting mengenai struktur di daerah tersebut. Banyak ilmu, misalnya geofisika, menyumbangkan metoda dan alat untuk memecahkan masalah geologi struktur. Geofisika antara lain mencakup seismologi, studi gravitasi, studi kelistrikan bumi, dan magnetisme. Seismologi banyak membantu memecahkan masalah geologi struktur. Selain itu, seismologi merupakan sumber informasi utama mengenai khuluk interior bumi yang merupakan sumber energi tektonik. Mekanika batuan (rock mechanics) banyak memberikan informasi mengenai sifat-sifat fisik batuan dan kebenaan sifat-sifat itu dalam deformasi batuan dan proyek rekayasa. Paleomagnetisme mempelajari medan magnet purba dan kebenaan tektoniknya. Geokimia pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-prinsip kimia untuk memecahkan berbagai masalah geologi. Ruang lingkup kajian geokimia bertumpang-tindih dengan beberapa cabang ilmu geologi seperti mineralogi, petrologi, dan pelapukan. Geokronologi membahas tentang penentuan saat-saat terjadinya peristiwa geologi. Selama satu setengah abad terakhir, penentuan umur formasi geologi didasarkan pada hasil analisis fosil yang ada didalamnya. Akhir-akhir ini banyak digunakan metoda penanggalan lain seperti analisis tree rings dan lempung warwa. Salah satu metoda 2 Geologi Struktur (Billings, 1972) penanggalan penting adalah penanggalan radiogenik (radiogenic dating) yang secara teoritis dapat digunakan untuk menentukan umur setiap peristiwa geologi dalam satuan tahun. Ilmu geologi berevolusi dari hasil-hasil pengamatan yang dilakukan di daratan. Meskipun permukaan laut sejak lama menarik perhatian para ilmuwan, namun baru-baru ini saja batuan padat yang terletak di bawah kolom air itu mulai diteliti secara seksama. Osenografi merupakan ilmu yang merupakan hasil penggabungan beberapa disiplin ilmu lain, terutama fisika, kimia, biologi, dan geologi. Para ahli geologi struktur secara khusus tertarik pada struktur lantai samudra serta kerak dan selubung bumi yang terletak dibawahnya. Evolusi lantai samudra merupakan salah satu topik bahasan geologi struktur yang menarik. Pada beberapa tahun terakhir, para ahli geologi—terutama para ahli mineralogi, petrologi, geologi struktur, dan geomorfologi—terlibat dalam geologi bulan (lunar geology). 1.2 TUJUAN GEOLOGI STRUKTUR Menurut Goguel (1962), para ahli geologi struktur dihadapkan pada 3 (tiga) permasalahan utama, yaitu: 1. Jenis struktur apa yang berkembang pada suatu daerah? 2. Kapan struktur tersebut terbentuk? 3. Di bawah kondisi fisik yang bagaimana struktur tersebut terbentuk? Untuk menjawab pertanyaan pertama, para ahli geologi struktur harus dapat menentukan bentuk dan ukuran tubuh batuan. Apakah tubuh batuan itu merupakan massa tabuler-datar yang menutupi suatu daerah yang luas, berupa massa tabuler yang terlipat membentuk gelombang yang panjangnya beberapa kilometer, atau berupa massa silindris yang mempunyai diameter ribuan meter dan tinggi beberapa kilometer? Geologi lapangan sangat penting artinya dalam penelitian berbagai cabang geologi. Hal itu merupakan salah satu ciri pembeda antara geologi dengan disiplin ilmu lain. Dalam penyelidikan seperti itu, ketepatan penentuan lokasi singkapan sangat penting artinya dan untuk dapat menentukan lokasi suatu singkapan secara tepat diperlukan adanya peta dasar yang akurat. Sebagian besar permukaan bumi telah dipetakan dan disajikan dalam bentuk peta topografi. Dengan adanya peta topografi, para ahli geologi struktur dapat menentukan lokasi suatu singkapan secara akurat. Foto udara juga sangat bermanfaat dalam kegiatan geologi lapangan. Foto udara, yang dibuat dengan cara melakukan pemotretan langsung dari udara, pada dasarnya merupakan sebuah peta. Dalam beberapa hal, foto udara memiliki kelebihan tersendiri dibanding peta topografi karena foto itu tidak saja memperlihatkan semua gejala alami dan gejala artifisial dengan akurasi yang tinggi, namun juga memperlihatkan kehadiran objek-objek tertentu yang tidak terlihat dalam 3 Geologi Struktur (Billings, 1972) peta topografi, misalnya pepohonan, hutan, padang terbuka, dsb. Di lain pihak, foto udara tidak memperlihatkan kontur topografi. Selain itu, untuk daerah berbukit-bukit atau pegunungan, skala yang diperlihatkan oleh foto udara tidak sama di setiap tempat. Apabila bekerja di daerah yang peta topografi atau foto udaranya belum ada, setiap ahli geologi harus mampu membuat peta dasar, biasanya dengan menggunakan plane-table methods. Pembahasan tentang metoda-metoda penelitian lapangan berada di luar ruang lingkup buku ini. Mereka yang ingin mengetahui lebih banyak berbagai metoda lapangan geologi dipersilahkan untuk menelaah buku-buku geologi lapangan seperti yang disusun oleh Compton (1962) dan Lahee (1961). Keberhasilan penelitian geologi lapangan antara lain ditentukan oleh jumlah fakta penting yang diperoleh. Pada setiap singkapan seorang ahli geologi mencatat data apapun yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkannya. Idealnya, dia tidak perlu melakukan penelitian lebih dari satu kali pada suatu singkapan. Hal itu terutama penting artinya apabila singkapan itu terletak di tempat yang terpencil. Sebenarnya, apabila penelitian lapangan dirancang secara cermat dan seksama, setiap ahli geologi tidak perlu lagi melakukan penelitian berkali-kali pada tempat yang sama, kecuali apabila dia melakukan beberapa termin penelitian yang tujuannya berbeda-beda. Pemetaan geologi menuntut kecakapan dan kebijaksanaan. Pemetaan geologi menuntut daya observasi yang tajam dan pengetahuan yang memadai tentang jenis data yang diperlukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Pengalaman dan kebijaksanaan merupakan hal yang esensil, terutama ketika seorang ahli geologi mulai mengevaluasi data yang didapatkan dari ribuan singkapan. Dalam menyusun deduksi mengenai struktur geologi yang berkembang di daerah penelitiannya, seorang ahli geologi lapangan harus menggunakan metoda hipotesis kerja berganda (multiple working hypothesis) (Chamberlin, 1897). Sejalan dengan terus berlangsungnya penelitian lapangan, seorang ahli geologi lapangan harus terus-menerus mengajukan sebanyak mungkin tafsiran yang sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Setelah itu, dia harus memformulasikan cara-cara untuk menguji kesahihan setiap tafsiran tersebut (Gilbert, 1886) dengan cara memeriksa kesesuaian antara tafsiran itu dengan semua data yang ada serta memeriksa kesahihan prediksi yang diturunkan dari setiap tafsiran itu. Banyak tafsiran di kemudian hari akan ditinggalkan karena terbukti tidak sesuai dengan fakta baru. Sebaliknya, akan ada tafsiran baru yang lebih sesuai dengan semua fakta tersebut. Tafsiran akhir yang diperoleh kemungkinan akan jauh berbeda dengan hipotesis yang diajukan pada awal pelaksanaan penelitian. 4 Geologi Struktur (Billings, 1972) Sebenarnya terlalu naif untuk mengatakan bahwa seorang ahli geologi pertama-tama hendaknya hanya bekerja dengan “fakta”, sedangkan tafsiran baru diajukan kemudian setelah semua fakta diperoleh. Sebenarnya, apabila memiliki sekian banyak tafsiran tentatif selama bekerja di lapangan, seorang ahli geologi lapangan akan tahu cara-cara untuk menguji setiap tafsiran itu dengan fakta. Selain itu, adanya hipotesis-hipotesis tersebut akan membawa dia untuk sampai pada singkapan-singkapan kritis. Apabila tidak dituntun oleh hipotesis-hipotesis tersebut, dia mungkin tidak akan pernah mencari singkapan-singkapan tersebut. Di lain pihak, seorang ahli geologi lapangan hendaknya tidak pernah menganggap suatu hipotesis tentatif sebagai sebuah teori karena hal itu dapat mendorongnya untuk mengabaikan fakta-fakta yang sebenarnya bertentangan dengan hipotesis itu. Meskipun sebagian besar data geologi struktur di masa lalu diperoleh dari hasil pengamatan langsung, baik yang dilakukan di permukaan bumi maupun dalam lubang-lubang pertambangan, namun makin lama makin banyak data struktur yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak langsung. Sebagai contoh, para ahli geologi perminyakan (petroleum geologist) banyak mendapat-kan informasi struktur dari hasil pemelajaran lubang bor dan data geofisika. Geologi bawah permukaan (subsurface geology) sebenarnya tidak hanya mencakup metoda-metoda geologi struktur, namun juga mencakup metoda-metoda paleontologi, stratigrafi, sedimentologi, dan geofisika. Foto udara (Ray, 1960) tidak hanya bermanfaat sebagai peta dasar, namun sering memperlihatkan gejala struktur yang tidak disangka-sangka. Selain itu, sebuah peta geologi dapat dibuat dari peta tersebut—dengan tambahan kontrol lapangan yang tidak terlalu banyak—apabila foto itu berasal dari daerah yang relatif terbuka dan tatanan geologi strukturnya tidak terlalu rumit. Foto udara yang spektakuler dapat diperoleh dari hasil pemotretan satelit yang mengelilingi bumi (Pesa, 1968). Akhir-akhir ini para ahli pengindraan jarak jauh (remote sensing) mengembangkan beberapa teknik foto udara yang memungkinkan direkam-nya radiasi sinar gamma dan sinar inframerah yang dipantulkan oleh permukaan bumi. (Rydstrom, 1967) Selain itu, para ahli pengindraan jarak jauh juga telah mengembangkan teknik pemakaian radar untuk membuat citra permukaan bumi (Rydstrom, 1967). Peta-peta geologi bulan, yang pada dasarnya merupakan peta struktur, telah dibuat berdasarkan foto-foto yang dibuat oleh satelit dan teleskop (Wilhelms, 1968). Teknik-teknik khusus juga telah dikembangkan untuk mempelajari dasar laut (Menard, 1964; Shepard, 1959) dan bulan (Abelson, 1970). Tujuan kedua dari geologi struktur adalah menentukan urut-urutan umur berbagai struktur. Misalnya seorang peneliti menemukan satu antiklin, satu sesar, dan satu retas di suatu daerah. Pertanyaannya adalah: 5 Geologi Struktur (Billings, 1972) bagaimana umur relatif dari ketiga struktur tersebut? Antiklin mungkin merupakan struktur tertua dan retas kemungkinan merupakan struktur termuda. Namun mungkin saja sesar merupakan struktur tertua, sedangkan antiklin merupakan struktur termuda. Disamping itu banyak pula kemungkinan lain, bahkan di beberapa daerah, urut-urutan kronologis struktur mungkin sangat kompleks. Seorang ahli geologi struktur tidak hanya menujukan perhatiannya pada urut-urutan peristiwa di daerah penelitiannya, namun dia juga mungkin ingin mengetahui sejarah geologi daerah tersebut dalam konstelasi sejarah geologi dari bumi secara keseluruhan. Penempatan sejarah geologi suatu daerah dalam kerangka sejarah bumi dapat dilaksanakan dengan menggunakan metoda penanggalan paleontologi (Kummel, 1970) atau metoda penanggalan radiogenik (Hamilton, 1965). Tujuan ketiga dari geologi struktur adalah menentukan proses-proses fisika yang menghasilkan struktur. Pada temperatur dan tekanan berapa suatu struktur terbentuk, dan bagaimana penyebaran stress pada saat itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebaiknya dijawab terlebih dahulu sebelum seorang ahli geologi struktur menafsirkan sebab-musabab terbentuknya struktur tersebut. Tanpa mengetahui distribusi stress pada saat struktur itu terbentuk, seorang ahli geologi struktur tidak akan dapat menentukan apakah suatu lipatan terbentuk akibat kontraksi bumi, arus konveksi yang mengalir di bawah kerak bumi, atau akibat injeksi magma. Geologi eksperimental menghasilkan banyak data yang bermanfaat untuk memahami proses-proses tektonik. Hingga sejauh ini, banyak sifat fisik batuan yang telah diteliti oleh para ahli (Clark, 1966). Meskipun para ahli menemukan banyak kesukaran dalam membuat simulasi kondisi-kondisi alami dan menganalisis pengaruh dari semua faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur deformasi, namun banyak hal telah dapat dicapai dengan digunakannya beberapa peralatan canggih (Donath, 1970). Dalam beberapa percobaan, para ahli mencoba untuk mereproduksikan struktur deformasi dalam model-model berskala kecil untuk mengetahui jenis-jenis struktur apa saja yang akan terbentuk akibat diterapkannya gaya-gaya tertentu. Contoh klasik dari percobaan seperti itu adalah pembentukan lipatan ketika material berlapis ditekan secara perlahanlahan oleh suatu piston. Walau demikian, kebenaan percobaan-percobaan tersebut masih dipertanyakan karena dalam banyak kasus para peneliti ternyata mengganti-ganti material atau kondisi percobaan sedemikian rupa sehingga akhirnya mereka mendapatkan hasil yang diharapkannya. Sebenarnya kita dapat merekonstruksikan model-model skala kecil yang 6 Geologi Struktur (Billings, 1972) merupakan simulasi dari kondisi-kondisi alami dengan cara menerapkan berbagai prinsip rekayasa secara tepat (Hubbert, 1937; Ramberg, 1967). 1.3 RUANG LINGKUP BUKU INI Sebelum dapat menganalisis struktur suatu rantai pegunungan, kita harus mendapatkan informasi yang teliti tentang kondisi geologi pada sekian banyak daerah kecil yang merupakan bagian dari rantai pegunungan tersebut. Daerah-daerah kecil itu mungkin memiliki luas mulai dari sekitar 50 mil2 hingga sekitar 200 mil2, namun daerah itu mungkin pula berupa suatu lapangan migas atau suatu lokasi pertambangan. Penelitian terhadap tatanan struktur dari daerah-daerah yang relatif kecil seperti itu merupakan langkah pertama untuk menyelesaikan masalah struktur pada rantai pegunungan itu (Bucher, 1950). Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah sintesis fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian pada daerah-daerah kecil untuk mendapatkan suatu gambaran terpadu mengenai struktur dan sejarah tektonik kerak bumi. Sintesis itu terutama perlu didasarkan pada pengetahuan mengenai literatur geologi struktur karena tidak ada seorang pun yang dapat melakukan penelitian mendetil pada sekian banyak daerah kecil. Namun perlu dicamkan bahwa sebelum mencoba untuk menyusun sintesis seperti itu, setiap ahli geologi struktur perlu menelaah terlebih dahulu kehandalan dan kebenaan berbagai informasi yang telah diterbitkan selama itu. Untuk dapat melakukan penilaian seperti itu, ahli geologi tersebut sudah barang tentu perlu memiliki sekian banyak pengalaman dalam melakukan penelitian struktur yang mendetil. Contoh-contoh sintesis geologi struktur klasik adalah karya Edward Suess (diterbitkan sejak 1904 hingga 1924), Beloussov (1962), Bucher (1933), dan Umbgrove (1947). Buku ini hanya akan membahas struktur-struktur deformasi lokal. Meskipun penting dan menarik, sintesis struktur pada suatu daerah yang luas merupakan topik bahasan geologi struktur tingkat lanjut sehingga kurang tepat untuk disajikan dalam buku yang bersifat elementer ini. Selain itu, sintesis struktur baru dapat dilaksanakan apabila seseorang telah menguasai prinsip-prinsip struktur lokal. Pemelajaran geologi struktur akan terasa kering dan tidak akan terlalu terasa manfaatnya apabila tidak disertai dengan pembahasan tentang gayagaya yang terlibat dalam pembentukan struktur. Dalam praktek sebenarnya, setiap ahli geologi struktur biasanya memulai penelitiannya dengan melakukan pengamatan lapangan. Setelah itu dia mencoba untuk menyusun berbagai tafsiran mengenai struktur-struktur deformasi yang ditemukannya. 7 Geologi Struktur (Billings, 1972) Terakhir, dia akan mencoba untuk menafsirkan khuluk gaya-gaya yang menyebabkan terbentuknya struktur-struktur tersebut. Pengamatan dan pemerian biasanya dilakukan sebelum penafsiran. Karena itu, logis kiranya apabila pembahasan mengenai mekanika pembentukan struktur deformasi juga dibahas pada bagian akhir sebuah buku yang bersifat elementer seperti ini. Walau demikian, penulis melihat bahwa hasil yang lebih memuaskan akan diperoleh apabila kita membahas setiap kategori struktur sebagai suatu satuan, memerikannya, kemudian membahas tentang gaya-gaya yang terlibat dalam pembentukannya. Karena itu, setelah bab ini, kita akan membahas terlebih dahulu prinsip-prinsip mekanika agar pembahasan mengenai asalusul setiap kategori struktur pada bab-bab berikutnya dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi. RUJUKAN Abelson, PH (ed.) 1970. The moon issue. Science 167:480-792. Beloussov, VV. 1962. Basic Problems in Geotectonics. New York: McGraw-Hill. 816 h. Bishop, MS. 1960. Subsurface Mapping. New York: John Wiley & Sons. 198 h. Bove, AN (ed.) 1969. Earth-Science Newsletter (NAS-NAE-NRC) No. 5. Hlm. 4. Bucher, WH. 1933. The Deformation of the Earth’s Crust. Princeton: Princeton University Press. 518 h. Bucher, WH. 1950. Megatectonics and geophysics. AGU Trans. 31:495507. Chamberlin, TC. 1897. The method of multiple working hypotheses. Jour. Geol. 5:837-848. Clark, SP, Jr. 1966. Handbook of Physical Constants. GSA Mem. 97. 587 h. Compton, RR. 1962. Manual of Field Geology. New York: John Wiley & Sons. 378 h. Donath, FA. 1970. Some information squeezed out of rock. Amer. Scientist 58:54-72. Gilbert, GK. 1886. The inculcation of scientific method, with an illustration drawn from Quaternary geology of Utah. Amer. Jour. Sci. Ser. 3. 31:284299. Goguel, J. 1962. Tectonics. San Fransisco: W. H. Freeman & Co. 384 h. [Diterjemahkan oleh Hans E. Thalmann dari edisi Bahasa Perancis yang diterbitkan pada 1952]. 8 Geologi Struktur (Billings, 1972) Hamilton, EI. 1965. Applied Geochronology. London: Academic Press. 267 h. Hubbert, MK. 1937. Theory of scale models as applied to the study of geologic strucutres. GSA Bull. 48:1459-1520. Kummel, B. 1970. History of the Earth. edisi-2. San Fransisco: W. H. Freeman & Co. 707 h. Lahee, FH. 1961. Field Geology. edisi-6. New York: McGraw-Hill. 926 h. Menard, HW. 1964. Marine Geology of the Pacific. New York: McGraw-Hill. 271 h. Pesa, A. 1968. Gemini Space Photographs of Libya and Tibesti. Tripoli: Petroleum Exploration Society of Libya. Ramberg, H. 1967. Gravity, Deformation, and the Earth’s Crust. London: Academic Press. 214 h. Ray, RG. 1960. Aerial Photographs in Geologic Interpretation and Mapping. USGS Prof. Paper 373. 230 h. Rydstrom, HP. 1967. Interpreting geology from radar imagery. GSA Bull. 78:429-436. Shepard, FP. 1959. The Earth Beneath the Sea. Baltimore: John Hopkins University Press. Suess, E. 1904-1924. The Face of the Earth. 5 jilid. Oxford: Clarendon Press. Umbgrove, JHF. 1947. The Pulse of the Earth. edisi-2. The Hague: Martinus Nijhoff. 358 h. Wilhelms, DE. 1968. Geological Map of Mare Vaporum Quadrangle: Geological Atlas of the Moon, I-54g (LAC 59). USGS. Wilson, G. 1961. The tectonic significance of small-scale structures and their importance to the geologist in the field. Annales de la Société Géologique de Belgique. Tome 84. Hlm. 423-548. 9