Uploaded by User14491

Billings 01 - Pendahuluan

advertisement
Geologi Struktur (Billings, 1972)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 HUBUNGAN ANTARA GEOLOGI STRUKTUR DENGAN GEOLOGI
Istilah geologi (geology) dewasa ini dianggap sinonim dengan istilah
solid earth sciences. Ilmu bumi (earth sciences) adalah ilmu-ilmu yang
membahas tentang berbagai aspek dan fenomena bumi. Kelompok ilmu
tersebut terdiri dari beberapa disiplin seperti geologi, geofisika, meteorologi,
dan sebagian oseanografi. Para ahli geologi terutama mempelajari bagian
padat bumi.
Solid earth sciences adalah ilmu-ilmu tentang sifat fisika, sifat kimia,
dan berbagai proses yang bekerja di bumi dan benda ruang angkasa
lain; asal-usul, perkembangan, penyebaran, dan kegunaan berbagai
material penyusun bumi serta lahan secara keseluruhan; serta tentang
interaksi antara bagian padat bumi dengan atmosfir dan hidrosfir
(Bove, 1969).
Geologi merupakan ilmu yang mempunyai ruang lingkup luas
sehingga kemudian dibagi menjadi beberapa cabang. Walau demikian,
pembagian itu sebenarnya bersifat arbitrer. Karena itu, tidak mengherankan
apabila banyak ahli geologi memiliki spesialisasi dalam dua atau lebih cabang
ilmu geologi. Bahkan, lingkup kajian beberapa ahli geologi bertumpang-tindih
dengan lingkup kajian ahli-ahli fisika, kimia, dan biologi.
Geologi struktur (structural geology) adalah ilmu tentang arsitektur
batuan hasil deformasi. Menurut sebagian ahli, tektonika (tectonics) dan
geologi tektonik (tectonic geology) adalah istilah-istilah yang sinonim dengan
istilah geologi struktur. Menurut sebagian ahli lain, keduanya tidak sinonim
karena geologi struktur terutama menujukan perhatiannya pada geometri
batuan, sedangkan tektonika menujukan perhatiannya pada gaya-gaya
internal bumi dan pergerakan yang mengakibatkan terbentuknya struktur
(Wilson, 1961). Gaya-gaya internal bumi menyebabkan terjadinya pergerakan
yang mempengaruhi batuan padat dan, pada gilirannya, menyebabkan
terbentuknya sesar (fault), lipatan (fold), kekar (joint), dan foliasi (foliation).
Pergerakan magma, karena sering berasosiasi dengan perpindahan
(displacement) tubuh batuan, juga termasuk dalam ruang lingkup kajian
geologi struktur. Deformasi yang terjadi pada berbagai benda-benda luar
angkasa, serta efek-efek tumbukan (collison) antar benda ekstraterestrial,
juga merupakan objek geologi struktur.
1
Geologi Struktur (Billings, 1972)
Tujuan geologi struktur adalah untuk menentukan dan menjelaskan
arsitektur batuan yang ditemukan di lapangan. Pengamatan laboratorium
hanya memiliki arti sekunder dalam studi geologi struktur.
Pemecahan masalah struktur di lapangan sebenarnya hanya
merupakan satu bagian dari keseluruhan pekerjaan lapangan. Untuk dapat
melakukan penelitian struktur dengan baik, kita perlu memiliki dasar-dasar
pengetahuan yang mantap dalam cabang-cabang ilmu geologi yang lain.
Sebagai contoh, kita tidak akan dapat meneliti struktur batuan sedimen yang
terlipat dan/atau tersesarkan tanpa memiliki pengetahuan stratigrafi.
Sedimentasi memberikan banyak penting informasi mengenai peristiwaperistiwa tektonik yang berlangsung pada tempat yang berdekatan dengan
cekungan pengendapan batuan berlapis. Pengetahuan paleontologi sangat
diperlukan oleh ahli geologi struktur yang meneliti batuan yang mengandung
fosil. Petrologi memberikan banyak informasi mengenai sejarah struktur
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Mineralogi diperlukan
karena sebagian besar batuan disusun oleh mineral. Vulkanologi memberikan
pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari struktur batuan vulkanik dan
struktur yang berkembang di wilayah gunungapi. Geomorfologi diperlukan
oleh para ahli geologi struktur yang mempelajari daerah beraktivitas tektonik
resen, di tempat mana topografi merupakan ungkapan langsung dari tatanan
struktur di daerah tersebut. Bahkan, untuk daerah yang telah lama dikenai
oleh aktivitas tektonik, geomorfologi dapat memberikan informasi penting
mengenai struktur di daerah tersebut.
Banyak ilmu, misalnya geofisika, menyumbangkan metoda dan alat
untuk memecahkan masalah geologi struktur. Geofisika antara lain mencakup
seismologi, studi gravitasi, studi kelistrikan bumi, dan magnetisme.
Seismologi banyak membantu memecahkan masalah geologi struktur. Selain
itu, seismologi merupakan sumber informasi utama mengenai khuluk interior
bumi yang merupakan sumber energi tektonik. Mekanika batuan (rock
mechanics) banyak memberikan informasi mengenai sifat-sifat fisik batuan
dan kebenaan sifat-sifat itu dalam deformasi batuan dan proyek rekayasa.
Paleomagnetisme mempelajari medan magnet purba dan kebenaan
tektoniknya. Geokimia pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-prinsip
kimia untuk memecahkan berbagai masalah geologi. Ruang lingkup kajian
geokimia bertumpang-tindih dengan beberapa cabang ilmu geologi seperti
mineralogi, petrologi, dan pelapukan. Geokronologi membahas tentang
penentuan saat-saat terjadinya peristiwa geologi. Selama satu setengah abad
terakhir, penentuan umur formasi geologi didasarkan pada hasil analisis fosil
yang ada didalamnya. Akhir-akhir ini banyak digunakan metoda penanggalan
lain seperti analisis tree rings dan lempung warwa. Salah satu metoda
2
Geologi Struktur (Billings, 1972)
penanggalan penting adalah penanggalan radiogenik (radiogenic dating)
yang secara teoritis dapat digunakan untuk menentukan umur setiap
peristiwa geologi dalam satuan tahun.
Ilmu geologi berevolusi dari hasil-hasil pengamatan yang dilakukan di
daratan. Meskipun permukaan laut sejak lama menarik perhatian para
ilmuwan, namun baru-baru ini saja batuan padat yang terletak di bawah
kolom air itu mulai diteliti secara seksama. Osenografi merupakan ilmu yang
merupakan hasil penggabungan beberapa disiplin ilmu lain, terutama fisika,
kimia, biologi, dan geologi. Para ahli geologi struktur secara khusus tertarik
pada struktur lantai samudra serta kerak dan selubung bumi yang terletak
dibawahnya. Evolusi lantai samudra merupakan salah satu topik bahasan
geologi struktur yang menarik. Pada beberapa tahun terakhir, para ahli
geologi—terutama para ahli mineralogi, petrologi, geologi struktur, dan
geomorfologi—terlibat dalam geologi bulan (lunar geology).
1.2 TUJUAN GEOLOGI STRUKTUR
Menurut Goguel (1962), para ahli geologi struktur dihadapkan pada 3
(tiga) permasalahan utama, yaitu:
1. Jenis struktur apa yang berkembang pada suatu daerah?
2. Kapan struktur tersebut terbentuk?
3. Di bawah kondisi fisik yang bagaimana struktur tersebut terbentuk?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, para ahli geologi struktur harus
dapat menentukan bentuk dan ukuran tubuh batuan. Apakah tubuh batuan itu
merupakan massa tabuler-datar yang menutupi suatu daerah yang luas,
berupa massa tabuler yang terlipat membentuk gelombang yang panjangnya
beberapa kilometer, atau berupa massa silindris yang mempunyai diameter
ribuan meter dan tinggi beberapa kilometer?
Geologi lapangan sangat penting artinya dalam penelitian berbagai
cabang geologi. Hal itu merupakan salah satu ciri pembeda antara geologi
dengan disiplin ilmu lain. Dalam penyelidikan seperti itu, ketepatan penentuan
lokasi singkapan sangat penting artinya dan untuk dapat menentukan lokasi
suatu singkapan secara tepat diperlukan adanya peta dasar yang akurat.
Sebagian besar permukaan bumi telah dipetakan dan disajikan dalam bentuk
peta topografi. Dengan adanya peta topografi, para ahli geologi struktur dapat
menentukan lokasi suatu singkapan secara akurat. Foto udara juga sangat
bermanfaat dalam kegiatan geologi lapangan. Foto udara, yang dibuat
dengan cara melakukan pemotretan langsung dari udara, pada dasarnya
merupakan sebuah peta. Dalam beberapa hal, foto udara memiliki kelebihan
tersendiri dibanding peta topografi karena foto itu tidak saja memperlihatkan
semua gejala alami dan gejala artifisial dengan akurasi yang tinggi, namun
juga memperlihatkan kehadiran objek-objek tertentu yang tidak terlihat dalam
3
Geologi Struktur (Billings, 1972)
peta topografi, misalnya pepohonan, hutan, padang terbuka, dsb. Di lain
pihak, foto udara tidak memperlihatkan kontur topografi. Selain itu, untuk
daerah berbukit-bukit atau pegunungan, skala yang diperlihatkan oleh foto
udara tidak sama di setiap tempat. Apabila bekerja di daerah yang peta
topografi atau foto udaranya belum ada, setiap ahli geologi harus mampu
membuat peta dasar, biasanya dengan menggunakan plane-table methods.
Pembahasan tentang metoda-metoda penelitian lapangan berada di luar
ruang lingkup buku ini. Mereka yang ingin mengetahui lebih banyak berbagai
metoda lapangan geologi dipersilahkan untuk menelaah buku-buku geologi
lapangan seperti yang disusun oleh Compton (1962) dan Lahee (1961).
Keberhasilan penelitian geologi lapangan antara lain ditentukan oleh
jumlah fakta penting yang diperoleh. Pada setiap singkapan seorang ahli
geologi mencatat data apapun yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkannya. Idealnya, dia tidak perlu melakukan penelitian lebih dari satu
kali pada suatu singkapan. Hal itu terutama penting artinya apabila singkapan
itu terletak di tempat yang terpencil. Sebenarnya, apabila penelitian lapangan
dirancang secara cermat dan seksama, setiap ahli geologi tidak perlu lagi
melakukan penelitian berkali-kali pada tempat yang sama, kecuali apabila dia
melakukan beberapa termin penelitian yang tujuannya berbeda-beda.
Pemetaan geologi menuntut kecakapan dan kebijaksanaan. Pemetaan
geologi menuntut daya observasi yang tajam dan pengetahuan yang
memadai tentang jenis data yang diperlukan untuk memecahkan suatu
permasalahan. Pengalaman dan kebijaksanaan merupakan hal yang esensil,
terutama ketika seorang ahli geologi mulai mengevaluasi data yang
didapatkan dari ribuan singkapan. Dalam menyusun deduksi mengenai
struktur geologi yang berkembang di daerah penelitiannya, seorang ahli
geologi lapangan harus menggunakan metoda hipotesis kerja berganda
(multiple working hypothesis) (Chamberlin, 1897). Sejalan dengan terus
berlangsungnya penelitian lapangan, seorang ahli geologi lapangan harus
terus-menerus mengajukan sebanyak mungkin tafsiran yang sesuai dengan
fakta-fakta yang ada. Setelah itu, dia harus memformulasikan cara-cara untuk
menguji kesahihan setiap tafsiran tersebut (Gilbert, 1886) dengan cara
memeriksa kesesuaian antara tafsiran itu dengan semua data yang ada serta
memeriksa kesahihan prediksi yang diturunkan dari setiap tafsiran itu. Banyak
tafsiran di kemudian hari akan ditinggalkan karena terbukti tidak sesuai
dengan fakta baru. Sebaliknya, akan ada tafsiran baru yang lebih sesuai
dengan semua fakta tersebut. Tafsiran akhir yang diperoleh kemungkinan
akan jauh berbeda dengan hipotesis yang diajukan pada awal pelaksanaan
penelitian.
4
Geologi Struktur (Billings, 1972)
Sebenarnya terlalu naif untuk mengatakan bahwa seorang ahli geologi
pertama-tama hendaknya hanya bekerja dengan “fakta”, sedangkan tafsiran
baru diajukan kemudian setelah semua fakta diperoleh. Sebenarnya, apabila
memiliki sekian banyak tafsiran tentatif selama bekerja di lapangan, seorang
ahli geologi lapangan akan tahu cara-cara untuk menguji setiap tafsiran itu
dengan fakta. Selain itu, adanya hipotesis-hipotesis tersebut akan membawa
dia untuk sampai pada singkapan-singkapan kritis. Apabila tidak dituntun oleh
hipotesis-hipotesis tersebut, dia mungkin tidak akan pernah mencari
singkapan-singkapan tersebut. Di lain pihak, seorang ahli geologi lapangan
hendaknya tidak pernah menganggap suatu hipotesis tentatif sebagai sebuah
teori karena hal itu dapat mendorongnya untuk mengabaikan fakta-fakta yang
sebenarnya bertentangan dengan hipotesis itu.
Meskipun sebagian besar data geologi struktur di masa lalu diperoleh
dari hasil pengamatan langsung, baik yang dilakukan di permukaan bumi
maupun dalam lubang-lubang pertambangan, namun makin lama makin
banyak data struktur yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak langsung.
Sebagai contoh, para ahli geologi perminyakan (petroleum geologist) banyak
mendapat-kan informasi struktur dari hasil pemelajaran lubang bor dan data
geofisika. Geologi bawah permukaan (subsurface geology) sebenarnya tidak
hanya mencakup metoda-metoda geologi struktur, namun juga mencakup
metoda-metoda paleontologi, stratigrafi, sedimentologi, dan geofisika.
Foto udara (Ray, 1960) tidak hanya bermanfaat sebagai peta dasar,
namun sering memperlihatkan gejala struktur yang tidak disangka-sangka.
Selain itu, sebuah peta geologi dapat dibuat dari peta tersebut—dengan
tambahan kontrol lapangan yang tidak terlalu banyak—apabila foto itu berasal
dari daerah yang relatif terbuka dan tatanan geologi strukturnya tidak terlalu
rumit. Foto udara yang spektakuler dapat diperoleh dari hasil pemotretan
satelit yang mengelilingi bumi (Pesa, 1968). Akhir-akhir ini para ahli
pengindraan jarak jauh (remote sensing) mengembangkan beberapa teknik
foto udara yang memungkinkan direkam-nya radiasi sinar gamma dan sinar
inframerah yang dipantulkan oleh permukaan bumi. (Rydstrom, 1967) Selain
itu, para ahli pengindraan jarak jauh juga telah mengembangkan teknik
pemakaian radar untuk membuat citra permukaan bumi (Rydstrom, 1967).
Peta-peta geologi bulan, yang pada dasarnya merupakan peta struktur, telah
dibuat berdasarkan foto-foto yang dibuat oleh satelit dan teleskop (Wilhelms,
1968). Teknik-teknik khusus juga telah dikembangkan untuk mempelajari
dasar laut (Menard, 1964; Shepard, 1959) dan bulan (Abelson, 1970).
Tujuan kedua dari geologi struktur adalah menentukan urut-urutan
umur berbagai struktur. Misalnya seorang peneliti menemukan satu antiklin,
satu sesar, dan satu retas di suatu daerah. Pertanyaannya adalah:
5
Geologi Struktur (Billings, 1972)
bagaimana umur relatif dari ketiga struktur tersebut? Antiklin mungkin
merupakan struktur tertua dan retas kemungkinan merupakan struktur
termuda. Namun mungkin saja sesar merupakan struktur tertua, sedangkan
antiklin merupakan struktur termuda. Disamping itu banyak pula kemungkinan
lain, bahkan di beberapa daerah, urut-urutan kronologis struktur mungkin
sangat kompleks.
Seorang ahli geologi struktur tidak hanya menujukan perhatiannya
pada urut-urutan peristiwa di daerah penelitiannya, namun dia juga mungkin
ingin mengetahui sejarah geologi daerah tersebut dalam konstelasi sejarah
geologi dari bumi secara keseluruhan. Penempatan sejarah geologi suatu
daerah dalam kerangka sejarah bumi dapat dilaksanakan dengan menggunakan metoda penanggalan paleontologi (Kummel, 1970) atau metoda
penanggalan radiogenik (Hamilton, 1965).
Tujuan ketiga dari geologi struktur adalah menentukan proses-proses
fisika yang menghasilkan struktur. Pada temperatur dan tekanan berapa
suatu struktur terbentuk, dan bagaimana penyebaran stress pada saat itu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebaiknya dijawab terlebih dahulu sebelum
seorang ahli geologi struktur menafsirkan sebab-musabab terbentuknya
struktur tersebut. Tanpa mengetahui distribusi stress pada saat struktur itu
terbentuk, seorang ahli geologi struktur tidak akan dapat menentukan apakah
suatu lipatan terbentuk akibat kontraksi bumi, arus konveksi yang mengalir di
bawah kerak bumi, atau akibat injeksi magma.
Geologi eksperimental menghasilkan banyak data yang bermanfaat
untuk memahami proses-proses tektonik. Hingga sejauh ini, banyak sifat fisik
batuan yang telah diteliti oleh para ahli (Clark, 1966). Meskipun para ahli
menemukan banyak kesukaran dalam membuat simulasi kondisi-kondisi
alami dan menganalisis pengaruh dari semua faktor yang terlibat dalam
pembentukan struktur deformasi, namun banyak hal telah dapat dicapai
dengan digunakannya beberapa peralatan canggih (Donath, 1970).
Dalam beberapa percobaan, para ahli mencoba untuk
mereproduksikan struktur deformasi dalam model-model berskala kecil untuk
mengetahui jenis-jenis struktur apa saja yang akan terbentuk akibat
diterapkannya gaya-gaya tertentu. Contoh klasik dari percobaan seperti itu
adalah pembentukan lipatan ketika material berlapis ditekan secara perlahanlahan oleh suatu piston. Walau demikian, kebenaan percobaan-percobaan
tersebut masih dipertanyakan karena dalam banyak kasus para peneliti
ternyata mengganti-ganti material atau kondisi percobaan sedemikian rupa
sehingga akhirnya mereka mendapatkan hasil yang diharapkannya.
Sebenarnya kita dapat merekonstruksikan model-model skala kecil yang
6
Geologi Struktur (Billings, 1972)
merupakan simulasi dari kondisi-kondisi alami dengan cara menerapkan
berbagai prinsip rekayasa secara tepat (Hubbert, 1937; Ramberg, 1967).
1.3 RUANG LINGKUP BUKU INI
Sebelum dapat menganalisis struktur suatu rantai pegunungan, kita
harus mendapatkan informasi yang teliti tentang kondisi geologi pada sekian
banyak daerah kecil yang merupakan bagian dari rantai pegunungan
tersebut. Daerah-daerah kecil itu mungkin memiliki luas mulai dari sekitar 50
mil2 hingga sekitar 200 mil2, namun daerah itu mungkin pula berupa suatu
lapangan migas atau suatu lokasi pertambangan. Penelitian terhadap tatanan
struktur dari daerah-daerah yang relatif kecil seperti itu merupakan langkah
pertama untuk menyelesaikan masalah struktur pada rantai pegunungan itu
(Bucher, 1950).
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah sintesis fakta-fakta yang
diperoleh dari hasil penelitian pada daerah-daerah kecil untuk mendapatkan
suatu gambaran terpadu mengenai struktur dan sejarah tektonik kerak bumi.
Sintesis itu terutama perlu didasarkan pada pengetahuan mengenai literatur
geologi struktur karena tidak ada seorang pun yang dapat melakukan
penelitian mendetil pada sekian banyak daerah kecil. Namun perlu dicamkan
bahwa sebelum mencoba untuk menyusun sintesis seperti itu, setiap ahli
geologi struktur perlu menelaah terlebih dahulu kehandalan dan kebenaan
berbagai informasi yang telah diterbitkan selama itu. Untuk dapat melakukan
penilaian seperti itu, ahli geologi tersebut sudah barang tentu perlu memiliki
sekian banyak pengalaman dalam melakukan penelitian struktur yang
mendetil. Contoh-contoh sintesis geologi struktur klasik adalah karya Edward
Suess (diterbitkan sejak 1904 hingga 1924), Beloussov (1962), Bucher
(1933), dan Umbgrove (1947).
Buku ini hanya akan membahas struktur-struktur deformasi lokal.
Meskipun penting dan menarik, sintesis struktur pada suatu daerah yang luas
merupakan topik bahasan geologi struktur tingkat lanjut sehingga kurang
tepat untuk disajikan dalam buku yang bersifat elementer ini. Selain itu,
sintesis struktur baru dapat dilaksanakan apabila seseorang telah menguasai
prinsip-prinsip struktur lokal.
Pemelajaran geologi struktur akan terasa kering dan tidak akan terlalu
terasa manfaatnya apabila tidak disertai dengan pembahasan tentang gayagaya yang terlibat dalam pembentukan struktur. Dalam praktek sebenarnya,
setiap ahli geologi struktur biasanya memulai penelitiannya dengan
melakukan pengamatan lapangan. Setelah itu dia mencoba untuk menyusun
berbagai tafsiran mengenai struktur-struktur deformasi yang ditemukannya.
7
Geologi Struktur (Billings, 1972)
Terakhir, dia akan mencoba untuk menafsirkan khuluk gaya-gaya yang
menyebabkan terbentuknya struktur-struktur tersebut. Pengamatan dan
pemerian biasanya dilakukan sebelum penafsiran. Karena itu, logis kiranya
apabila pembahasan mengenai mekanika pembentukan struktur deformasi
juga dibahas pada bagian akhir sebuah buku yang bersifat elementer seperti
ini. Walau demikian, penulis melihat bahwa hasil yang lebih memuaskan akan
diperoleh apabila kita membahas setiap kategori struktur sebagai suatu
satuan, memerikannya, kemudian membahas tentang gaya-gaya yang terlibat
dalam pembentukannya. Karena itu, setelah bab ini, kita akan membahas
terlebih dahulu prinsip-prinsip mekanika agar pembahasan mengenai asalusul setiap kategori struktur pada bab-bab berikutnya dapat dilaksanakan
dengan lebih baik lagi.
RUJUKAN
Abelson, PH (ed.) 1970. The moon issue. Science 167:480-792.
Beloussov, VV. 1962. Basic Problems in Geotectonics. New York:
McGraw-Hill. 816 h.
Bishop, MS. 1960. Subsurface Mapping. New York: John Wiley & Sons.
198 h.
Bove, AN (ed.) 1969. Earth-Science Newsletter (NAS-NAE-NRC) No. 5.
Hlm. 4.
Bucher, WH. 1933. The Deformation of the Earth’s Crust. Princeton:
Princeton University Press. 518 h.
Bucher, WH. 1950. Megatectonics and geophysics. AGU Trans. 31:495507.
Chamberlin, TC. 1897. The method of multiple working hypotheses. Jour.
Geol. 5:837-848.
Clark, SP, Jr. 1966. Handbook of Physical Constants. GSA Mem. 97. 587
h.
Compton, RR. 1962. Manual of Field Geology. New York: John Wiley &
Sons. 378 h.
Donath, FA. 1970. Some information squeezed out of rock. Amer. Scientist
58:54-72.
Gilbert, GK. 1886. The inculcation of scientific method, with an illustration
drawn from Quaternary geology of Utah. Amer. Jour. Sci. Ser. 3. 31:284299.
Goguel, J. 1962. Tectonics. San Fransisco: W. H. Freeman & Co. 384 h.
[Diterjemahkan oleh Hans E. Thalmann dari edisi Bahasa Perancis yang
diterbitkan pada 1952].
8
Geologi Struktur (Billings, 1972)
Hamilton, EI. 1965. Applied Geochronology. London: Academic Press. 267
h.
Hubbert, MK. 1937. Theory of scale models as applied to the study of
geologic strucutres. GSA Bull. 48:1459-1520.
Kummel, B. 1970. History of the Earth. edisi-2. San Fransisco: W. H.
Freeman & Co. 707 h.
Lahee, FH. 1961. Field Geology. edisi-6. New York: McGraw-Hill. 926 h.
Menard, HW. 1964. Marine Geology of the Pacific. New York: McGraw-Hill.
271 h.
Pesa, A. 1968. Gemini Space Photographs of Libya and Tibesti. Tripoli:
Petroleum Exploration Society of Libya.
Ramberg, H. 1967. Gravity, Deformation, and the Earth’s Crust. London:
Academic Press. 214 h.
Ray, RG. 1960. Aerial Photographs in Geologic Interpretation and
Mapping. USGS Prof. Paper 373. 230 h.
Rydstrom, HP. 1967. Interpreting geology from radar imagery. GSA Bull.
78:429-436.
Shepard, FP. 1959. The Earth Beneath the Sea. Baltimore: John Hopkins
University Press.
Suess, E. 1904-1924. The Face of the Earth. 5 jilid. Oxford: Clarendon
Press.
Umbgrove, JHF. 1947. The Pulse of the Earth. edisi-2. The Hague:
Martinus Nijhoff. 358 h.
Wilhelms, DE. 1968. Geological Map of Mare Vaporum Quadrangle:
Geological Atlas of the Moon, I-54g (LAC 59). USGS.
Wilson, G. 1961. The tectonic significance of small-scale structures and
their importance to the geologist in the field. Annales de la Société
Géologique de Belgique. Tome 84. Hlm. 423-548.
9
Download