Makalah Etika Profesi Pengayaan Materi Etika Profesi Semester Gasal 2018/2019 Studi Kasus Etika Profesi di Bidang Ketenagalistrikan Disusun Oleh 1. Tugiyanto 16506134036 2. Pupung Pamuji Nugroho 16506134037 3. Dea Rahmaiya Suci Trisqia 16506134038 4. Muhammad Rizqi Maulana 16506134039 TEKNIK ELKETRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Latar belakang Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos, Yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu atau masyarakat untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai dengan kahlian mereka. Dalam dunia kerja Etika Profesi sangat diperlukan guna menjaga kepuasan dan kenyamanan pelanggaan atau konsumen. Hal ini juga memiliki tujuan untuk menarik perhatian pelanggan atau konsumen untuk menggunakan jasa kita kembali atau berlangganan barang atau jasa yang kita tawarkan. Namun walaupun hal ini merupakan hal yang penting tetap saja terdapat penyimpangan dan penlanggaran. Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh Tenaga Profesional Kelistrikan sehingga merugikan orang lain. Seperti pemasangan instalasi listrik yang tidak memenuhi standar dan pekerjaan - pekerjaan lainnya dalam bidang kelistrikan. Dari penyimpangan atau pelanggaran tersebut sebagian besar masayarakat merasa tidak puas dengan hasil kerja tenaga profesional kelistrikan tersebut. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan studi kasus terhadap etika profesi di bidang ketenagalistrikan. B. Materi Pokok dan Contoh Kasus I. Etika Profesi Tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masing-masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. Keadilan Menuntut agar seseorang mampu menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang berkaitan dengan profesi tersebut. Prinsip Otonomi Seorang profesional membutuhkan kebebasan sepenuhnya untuk menjalan-kan profesinya. Integritas Moral Seorang profesional dituntut untuk memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesi, dirinya, dan masyarakat. II. Kode etik Etika profesi Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak benar & tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar/salah, perbuatan apa yang harus dilakukan & perbuatan apa yang harus dihindari. Kode etik merupakan suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman estetika melakukan suatu kegiatan/suatu pekerjaan. Sebagai bentuk aturan yang tertulis, yang secara sistematik dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada & ketika dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi berbagai macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik tersebut. pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan dari kode etik : A. Secara Individu Agar profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa (user, klien, pelanggan). Akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. B. Secara Organisasi Menjunjung tinggi martabat profesi. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. Pedoman berperilaku. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Supaya profesional memberikan jasa yang sebaik-¬baiknya kepada pelanggan/ pengguna. Melindungi perbuatan dari yang tidak profesional. Beberapa contoh kode etik perusahaan di bawah ini (Business Ethics book, 2013): 1. Kode etik untuk manajer pemasaran: Berikut ini adalah kode etik untuk manajer pemasaran Berurusan dengan kejujuran dan keadilan penuh Dalam setiap tahap pengembangan produk, semua standar harus dipertahankan Ikuti semua prinsip hak dan kewajiban dalam proses pertukaran Strategy Strategi penetapan harga yang adil 2. Kode etik insinyur: Beberapa kode etik insinyur telah dikembangkan oleh National Society of Professional Engineers yang menuntut para profesional untuk: Hindari merekayasa usaha yang tidak aman Jangan membocorkan informasi rahasia Anjurkan konsekuensinya, jika saran teknis ditolak oleh orang yang tidak teknis. III. Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5 Thn 1999 ) Perjanjian yang Dilarang 1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1) Kegiatan yang Dilarang 1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). IV. Perlindungan Konsumen (UU No.8 /1999) Hak bagi konsumen 1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; 2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. hak atas informasi yang benar mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; 4. hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/atau jasa yang digunakan; 5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar adan jujur serta tidak diskriminatif; 8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak seagaimana mestinya; 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban konsumen 1. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/jasa, demi kenyamanan dan keselamatan; 2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; 3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. V. Hak dan kewajiban pelaku usaha Hak pelaku usaha 1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; 2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; 3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; 4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; 5. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban pelaku usaha 1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; 3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; 5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; 6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; 7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Perbuatan yang dilarang Bagi Pelaku Usaha 1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundangan-undangan; 2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud. 3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar 4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran. VI. Contoh Kasus Monopoli yang Dilakukan Oleh PT. PLN (Sumber : https://www.linkarnews.com/mobile/detailberita/1806/mendagri--ptpln-seharusnya-tidak-monopoli-listrik) PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah: 1. Fungsi PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri. 2. Krisis listrik memuncak saat PT. PLN memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang. Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi. Monopoli PT. PLN ditinjau dari beberapa teori pendekatan dasar : 1. Teori Etika Individual Rights Teori etika individual rights mengemukakan bahwa setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati, dan harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain. Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata yang merupakan hak masyarakat sebagai konsumen . Jadi menurut teori etika individual rights tidak etis dalam kegiatan usahanya. 2. Teori Etika Justice Berbeda dengan etika individual rights, etika justice mengemukakan bahwa para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, baik secara perseorangan ataupun secara kelompok. Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN sebagai perusahaan pembangkit, distribusi, dan transmisi milik negara yang utama dinilai masih etis mengenggam kekuasaan tertinggi seperti mempunyai kuasa memberi keputusan pengaturan harga listrik walaupun piak swasta jua diizinkan berpartisipasi bila ditinjau dari teori justice. 3. Teori Etika Utilitarian Etika utilitarian adalah teori etika yang menilai setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara - cara yang dapat memberi manfaat sebesar­-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah - rendahnya. Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarian dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung pada PT. PLN. C. Ringkasan Materi Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi. Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan merata, ada baiknya Pemerintah membuka kesempatan bagi investor untuk mengembangkan usaha di bidang listrik. Akan tetapi Pemerintah harus tetap mengontrol dan memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat. Atau Pemerintah dapat memperbaiki kinerja PT. PLN saat ini, sehingga menjadi lebih baik demi tercapainya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33. Tidak hanya tindakan organisasi yang penting dalam menghadapi banyak masalah, tetapi individu juga memainkan peran penting. Pemerintah dan lembaga pendidikan juga mendapat tempat dalam memimpin jalan bagi anggota organisasi yang aktif di lingkungan lokal dan global. Penggunaan pemikiran kritis adalah bagian penting dari pengambilan keputusan etis terutama di bidang yang ambigu. Sementara pengembangan karakter pribadi penting, itu harus dikaitkan dengan kompetensi dalam memahami risiko dan pendekatan untuk mengelola etika dan kepatuhan dalam konteks organisasi yang kompleks (Business Ethics journal, 2012). D. Daftar Pustaka Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang – Undang RI Nomor 5, Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang – Undang RI Nomor 8, Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen. Baktiar, A., Susanty A. & Massay F. (2010). Analisis kualitas pelayanan yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan mengunakan metode servqual dan model kano (Studi Kasus ; PT. PLN UPJ Semarang Selatan). J@TI Undip, Vol V, No 2, 77-78 Isnanto, R.Rizal. (2009). Etika Profesi. Semarang : Universitas Diponegoro Mehrdad, S., Saedinia, M., & Aghaei, M . (2012). Business Ethics. International Journal of Scientific and Reaserac Publications, Vol 2, Issue 1 (January 2012), 35 Jaipur National University. (2013). Business Ethics. Jaipur : Jaipur National University. LPPCommunity. (2009). Etika bisnis: Monopoli – Kasus PT. Perusahaan Listrik Negara. Diambil pada tanggal 30 Desember 2018, https://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopolikasus-pt-perusahaan-listrik-negara/ dari