KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua,sihingga telah seleseinya makalah ini. Dalam pembuatan makalah anatomi tumbuhan ini tidak lepas bantuan dari berbagai pihak,maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teamn-teman yang telah membantu. Kami menyadari bahwa manusia tak luput dari kekurangan.mungkin dalam penyusunan ini banyak kekurangan baik dari segi sisi maupun penulisannya.maka dari itu kami mohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang sengaja maupun tak sengaja.saran dan kritik dari pembaca sengat kami butuhka. Tanpa ada kritikan maupun saran dari pembaca tak mungkin tau dan bisa tuk memperbaikinya. Sumedang, 02 mei 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………………......I DAFTAR ISI……………………………………………………………………………........II BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang…………………………………...………………………………………...1 1.2 Rumusan masalah …………………………………...………………………………….....2 1.3 Tujuan ..................................................................................................................................3 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian hormon………………………………...……………..………….……………..4 2.2 Pengertian hormon giberelin…………………………...…………………….…………….5 2.3 Sejarah penemuan hormon giberelin……............……………...………………………......6 2.4 karakteristik kimia giberelin…………………………...…………………………………...7 2.5 Peranan hormon giberelin……………………………...………………………….……......8 2.6 Pengaruh giberelin terhadap pertumbuhan tanaman……..……………………….………..9 2.7 Biosintesis hormon giberelin……………….………...…………………………….……...10 2.8 Metabolisme giberelin………………………………...…………………………………..11 2.9 Pemacuan pertumbuhan tumbuhan utuh oleh giberelin………….…………………….......12 2.10 Macam-macam giberelin………………………………...……………………………......13 2.11 Efek samping buruk giberelin………………………...…………………………………...14 BAB III PENUTUP 3.1 Saran ………………………...……………………….…………………….………………15 3.2Kesimpulan………………………...……………………………….…………………….....16 DAFTAR PUSTAKA…………………...………………………...……….……………..........III BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya. 1.2 Rumusan masalah a. Apa yang dimkasud dengan giberelin ? b. bagaimana sejarah hormone giberelin? c. Bagaimana efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman? d. bagaimana biosintesis giberelin ? e. bagaimana karakteristik kimia giberelin? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian giberelin b. Untuk mengetahui sejarah hormone giberelin c. Untuk mengetahui efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman d. Untuk mengetahui biosintesis giberelin e. Untuk mengetahui karakteristik kimia giberelin BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hormon Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Hormon tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis. Menurut definisi tersebut hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat berikut, yaitu : (1) senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri, (2) harus dapat ditraslokasikan, (3) tempat sintesis dan kerja berbeda, (4) aktif dalam konsentrasi rendah. Dengan batasan-batasan tersebut vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon. Dikenal 5 golongan fitohormon yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Wattimena G.A. 1988: 8). Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, dengan mempengaruhi pembelahan sel, perpanjangan sel, dan diferensiasi sel. Menurut Meyer et al. (1973) dan Bidwell (1979), suatu hormon tidak hanya berperan atau bekerja dalam satu macam proses fisiologi, namun kadang-kadang dalam pengaturan berbagai proses (Retno Wahyuningtyas, 1994: 8). Setiap hormon mempunyai efek ganda tergantung pada : tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya. Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi rendah, tetapi sejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ suatu tumbuhan 2.2 Pengertian Hormon giberelin Dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan hormone merupakan factor internal yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup suatu tumbuhan . giberelin merupakan turunan entgiberelin . Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon. Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" [2]. Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa [1] Yabuta disebut isolat giberelin. [1] 2.3 Seejarah Penemuan Hormon Giberelin Giberelin pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh seorang ahli penyakit tanaman dari jepang bernama E. Kurosawa . Hormin ini diisolasi dari jamur Gibberella fujikuroi yang merupakan parasit dari tanaman padi. Tanaman tersebut sering tak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati karena kelemahan ini dan kerusakan oleh parasit. Sejak Tanya penyakit tahun 1890-an orang jepang menyebutnya penyakit bakanae (kecambah tolol) Pada tahun 1926 , beberapa ahli patologi tumbuhan mendapatkan bahwa ekstrak cendawan tersebut yang disemprotkan ke tanaman padi menimbulkan gejala yang sama dengan endawan itu sendiri . hal itu menunjukkan bahwa bahan kimia tertentu menimbulkan penyakit tersebut . Pada tahun 1930-an, T yabuta dan T hayasi memisahkan satu senyawa aktif dari cendawan tersebut , yang mereka namakan giberelin . hingga tahun 1990 telah ditemukan 84 jenis giberelin pada berbagai jenis cendawan dan tumbuhan . dari jumlah itu, 73 jenis berasal dari tumbuhan tingkat tinggi , 25 jenis daricendawan giberella dan 14 dari keduannya . Hormon giberelin secara alami terdapat pada bagian tertentu tumbuhan yaitu pada buah dan biji saat berkecambah. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis jamur Giberella fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang berkebangsaan Jepang di tahun 1930-an. Ketika itu, ia sedang mengamati penyakit Banane pada tumbuhan padi. Padi yang terserang oleh sejenis jamur memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga batangnya mudah patah. Jamur ini kemudian diberi nama Gibberella fujikuroi yang menyekresikan zat kimia bernama giberelin. Giberelin ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui banyak berperan dalam pembentukan bunga, buah, serta pemanjangan sel tumbuhan. Kubis yang diberi hormon giberelin dengan konsentrasi tinggi, akan mengalami pemanjangan batang yang mencolok. Hormon giberilin 2.4 Karakteristik Kimia Giberelin Giberelin termasuk senyawa isoprenoid dan merupakan diterpen yang disintesis dari unitunit asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat (Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah, 1996 : 334), senyawa isoprene memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Gambar 5. Struktur GA3 (Salisbury dan Ross, 1995: 51) Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’. Semua giberelin dengan 19 atom adalah asam monokarbosiklik yang mengandung grup COOH pada posisi 7 dan mempunyai sebuah laktonering. Gambar 6. Struktur Ent-Gibberellane (gibban skeleton) (Salisbury dan Ross, 1995: 51) Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa.Glukosa merupakan sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali. (Anonymousa,2011) 2.5 Peranan Hormon Giberelin Hormon gibberellins hampir bisa ditemukan di seluruh bagian tanaman , baik akar, batang, daun, bunga maupun buah. Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini : a. Bersama dengan auksin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel b. Merangsang pertumbuhan batang dan daun c. Menghilangkan sifat kerdil tanaman d. Pada konsentrasi tinggi , merangsang pertumbuhan akar e. Merangsang pembentukan bunga pada tanaman hari panjang (long day plant ) f. merangsang perkecambahan serbuk sari dari peertumbuhan buluh serbuk sari g. menghambat pertumbuhan akar adventif h. mematahkan dormansi sebagian besar jenis biji . i. Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk menginduksi perkecambahan. j. Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan benih. k. Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual). l. Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah. m. Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk. n. Peran Giberelin pada Perkecambahan Pembungaan Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan. Genetik Dwarsfism Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin. Pematangan Buah Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin. Perkecambahan Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio. Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Bijibiji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji. Stimulasi aktivitas kambium dan xylem Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem. Dormansi Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas. 2.6 Pengaruh Giberelin Terhadap Pertumbuhan Tanaman Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein. Menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel. Hal itu dapat dibuktikan pada tumbuhan kerdil, jika diberi giberelin akan tumbuh normal, jika pada tumbuhan normal diberi giberelin akan tumbuh lebih cepat. Fungsi hormon giberelin dapat dirangkum sebagai berikut: • Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya • Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi • Memacu aktivitas cambium • Menghasilkan buah yang tidak berbiji • Membantu perkecambahan biji Pengaruh Giberelin pada Pertumbuhan Batang. Giberelin seperti halnya auksin memegang peranan penting dalam pertumbuhan batang, namun dapat menyebabkan pertumbuhan batang menjadi terlalu panjang. Sebaris jagung kerdil dapat dibuat supaya tumbuh seperti jagung biasa dengan memberinya giberelin berkali-kali. Anehnya, pertumbuhan jagung biasa tidak dapat ditingkatkan dengan giberelin. Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein (Zainal Abidin, 1982: 44). Kebanyakan tanaman memberikan respon terhadap pemberian GA3 dengan pertambahan panjang batang. Pengaruh GA3 terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel-sel pada ruas-ruas tersebut bertambah besar (Wattimena, 1987 : 23-24 ). Peran giberelin dalam pemanjangan batang merupakan hasil dari 3 proses. Proses pertama adalah pembelahan di daerah ujung batang. Dari hasil penelitian Lui dan Loy (1976) menunjukkan pembelahan sel diakibatkan oleh stimulus giberelin terhadap sel yang berada pada fase G1 agar segera memasuki fase S dan memperpendek fase S. Proses kedua adalah giberelin memacu pertumbuhan sel dengan cara meningkatkan hidrolilis amilum, fruktan dan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa sehingga dapat digunakan untuk respirasi yang menghasilkan energi. Energi tersebut kemudian akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dan komponen-komponen sel lain sehingga proses pembentukan sel dapat berlangsung dengan cepat. Giberelin juga menurunkan potensial air sehingga air dapat masuk ke dalam sel dengan lebih cepat dan terjadi pembentangan sel. Proses ketiga adalah giberelin meningkatkan plastisitas dinding sel (Salisbury & Ross, 1985: 61). Giberelin juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies akan masa dingin untuk menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi). Giberelin secara luas juga dikenal dapat mengubah ekspresi jenis kelamin. Biasanya fertilisasi diperlukan sebelum pertumbuhan buah dimulai tetapi pada beberapa kasus buah berkembang meskipun dengan tidak adanya fertilisasi. Proses tersebut dikenal sebagai partenokarpi. (Rismunandar, 1988) menyatakan partenokarpi terdiri atas dua kata yaitu parthenos yang berarti perawan (belum dibuahi sel telurnya) dan karpos yang berarti buah. Partenokarpi meliputi perkembangan buah tanpa penyerbukan, kemudian diperluas semua menjadi perkembangan buah tanpa fertilisasi baik setelah terjadinya penyerbukan maupun tanpa penyerbukan (Retno Wahyuningtyas, 1994: 23). Pertumbuhan partenokarpi buah dipicu oleh hormon giberelin, tanaman-tanaman yang mengalami perkembangan buah tanpa adanya fertilisasi tetapi perkembangan buahnya di picu oleh hormon giberelin adalah tomat, apel dan buah persik (Mulyani dan Kartasapoetra, 1989: 61). Bradley dan Crane (1962) memperlihatkan bahwa buah persik partenokarpi yang dihasilkan oleh pemrosesan giberelin adalah serupa dengan buah persik normal dalam ukuran dan rasio jumlah sel terhadap ukuran sel (Mulyani dan Kartasapoetra, 1989: 83). Telah banyak diuraikan giberelin dalam hubungannya dengan partenokarpi. Hasil penelitian Barker dan Collin (1965) menunjukkan bahwa GA3 lebih efektif dalam terjadinya partenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil penelitian Clore menunjukkan bahwa pencelupan klaster anggur jenis Delaware pada saat sebelum berbunga (prebloom) dan sesudah berbunga (post bloom) dalam larutan GA3 dapat dihasilkan 88-96% beri yang tak berbiji. Begitu pula Delvin dan Demoranville (1967) meneliti cranberry, dan Mdlibowska (1966) meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. (Zainal Abidin, 1982: 47). Rismunandar (1988) menyatakan bahwa penggunaan GA3 konsentrasi 10 ppm disemprotkan pada seluruh malai bunga tomat, konsentrasi 25 ppm untuk tanaman terong, konsentrasi 50 ppm untuk buah mentimun, disemprotkan langsung seluruh tanaman pada saat malai berbunga, menghasilkan buah-buah tak berbiji (Retno Wahyuningtyas, 1994: 25) 2.7 Biosintesis Hormon Giberelin Giberelin adalah senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat pengontrol perkecambahan.Giberelin dibutuhkan untuk pembebasan αamilase yang menghasilkan hidrolisis tepung dan perkecambahan. Adapun respon positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas, bahkan kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat racun. Penggunaan giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin pada tanaman tingkat tinggi adalah meristematik daun,akar dan perkecambahan. Giberelin sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat perbengaruh sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Selain itu giberelin mempunyai peranan dalam mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein. Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat meningkatkan hasil tanaman. Perendaman giberelin selain menambah tinggi tanaman juga menambah luas daun yang berarti terdapat peninggatan aktivitas fotosintesa. Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung dalam tunas, daun dan akar. Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari enzim-enzim hidrolotik pada proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-mula datang dari observasi perubahan-perubahan kimia yang terjadi pada biji jelai selama proses malting (perubahan pati ke gula). Pada proses ini biji jelai itu menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses perkecambahab ini pati di ubah menjadi gula. Biji jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai malt yang dipakai untuk menumbuhkan ragi yang kemudian merubah gula menjadi alkohol. Giberelin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel auleron, lapisan sel-sel paling luar endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protase ditranspor ke embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah. Aktifnya enzim α-amilase akan semakin meningkatkan perombakan karbohidrat menjadi gula reduksi. Gula reduksi tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan sebagian lagi translokasi ke titik-titik tumbuh penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat penting karena respirasi akan menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk proses-proses metabolisme benih. 2.8 Metabolisme Giberelin Giberelin adalah senyawa isoprenoid,khususnya berupa di terpen yang di sintesis dari unit asetad asetil Koenzim A melalui lintasan asam mevalonat yaitu senyawa 20- karbon,bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon pada giberelin.senyawa itu di ubah menjadi kapalilpiro fosfat yang memiliki system 2 cincin.dan senyawa terahir tersebut kemudian di ubah menjadi kauren yang mempunyai system Empat cincin.perubahan kauren lebih lanjut di sepanjang lintasan meliputi oksidasi yang terjadi di retikulum endosplasma,menghasilkan senyawa antara kaurenol(jenis alkohol),kaurenal (jenis aldehid)dan asam kaurenoad.setiap senyawa teroksidasi lebih lanjut. Senyawa pertama dengan system cincin gibrelin yang sejati adalah aldehit GA12 suatu molekul 20-karbon . Dari senyawa itu terbentuk giberelin 20-karbon dan giberelin 19-karbon , barangkali terdapat di ER juga . Aldehid-GA12 terbentuk dengan cara menerobos salah satu karbon cincin B pada asam kaurenoat dan mengerutkan cincin tersebut. Semua tumbuhan mungkin menggunakan reaksi yang sama dalam membentuk aldehit- GA12 tapi dari titik ini dalam lintasan,spesies yang berdeda menggunakan paling sedikit 3 lintasan yang berbeda untuk membentuk giberelin yang berbeda.Tapi pada umumnya gugus aldehid yang meruak ke bawah dari cincin B aldehid GA12 teroksidasi menjadi gugus karboksil yang penting untuk aktivitas biologis semua giberelin. Umumnya giberelin 19-karbon lebih aktif dari pada giberelin 20 karbon dan gugus yang hilang dari molekul 20-karbon adalah karbon yang menempel antara cincin A da n cincin baldehid GA12. Karbon tersebut teroksidasi menjadi guugus karboksil . yang kemudian terlepas menjadi karbondioksida . Pada sebagian besar giberelin, system cincin kelima (lakton) dibentuk dari karbon 19 gugus karboksil pada aldehid GA12 untuk menghasilkan GA9 . Perubahan lainnya pada system cincin dapat pula terjadi . Misalnya, GA1 memiliki satu gugus hidroksil yang menempel pada cincin A dan satu gugus lainnya menempel diantara cincin Cdan D . Seperti yang akan diuraikan , GA1 nampakknya sangat penting bagi pemanjangan batang . Zat pelambat pertumbuhan tertentu yang di perdagangkan , yang menghambat pemanjangan batang dan menyebabkan pengkerdilan , bekerja antara lain dengan menghambat sintesis giberelin .GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang paling lambat terurai, namun selama pertumbuhan aktif , sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui proses hidroksilasi , menghasilkan produk yang tidak aktif . Giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar tidak aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan pada saat dan temugpat yang tepat . konjugat yang dikenal meliputi glukosida , yang glukosanya dihubungkan dengan ikatan eter pada salah satu gugus – OH atau dengan ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut . proses metabolic penting lainnya ialah perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif . misalnya , tajuk cemara douglas , yang dalam responnya terhadap giberelin menunjukkan sedikit pertumbuhan vegetative , dapat secara efektif menghidroksilasi GA4 menjadi GA34 yang jauh kurang aktif . Bagian tumbuhan yang menghasilakan giberelin adalah organ tempat ditemukannya giberelin . Tapi bisa jadi giberelin tersebut dipindahkan dari organ lain . Organ tumbuhan yang paling tinggi adalah biji . ekstrak-eksrak bebas sel dari biji beberapa spesies dapat mensintesis giberelin . Hasil giberelin biji yang paling banyak didapatkan dari hasil biosintesis . Daun muda di duga menjadi tempat utama sistetis giberelin seperti halnya auksin. Hipotesis ini sesuai dengan kenyataan bahwa jika ujung tajuk dan daun muda di pangkas dan tumbul batangnya di beri giberelin atau auksin, pemanjangan panjang terpacung jika di bandingkan dengan batang terpotong yang tak di beri hormon. Daun muda memacu pemanjangan batang karena daun muda mengirim kedua jenis hormone tersebut ke batang. Pengangkutan giberelin selain melalui difusi, juga melalui xylem dan floem dan tidak polar. Cara giberelin di angkut secara efektif dari daun muda untuk menghasilkan pemanjangan batang. 2.9 Pemacuan pertumbuhan tumbuhan utuh oleh Giberelin Diantara hormon tumbuhan yang di kenal giberelin mempunyai kemampuan kemammpuan khusus memecu pertumbuhan tumbuhan utuh pada banyak spesies,terutama tumbuhan kerdil atau tumbuhan dwitahunan yang berada dalam fase roseta.giberelin biasanya lebih banyak mendorong pemanjangan batang utuh dari pada potongan batang sehingga efeknya berlawanan dengan efek auksin. Demontrasi pemanjangan yang di sebabkan pertubuhan oleh suatu bahan larut dalam eter yang di ekstrak dari biji kacang kacangan,yang di lakukan petama kali oleh Jhon W Mitchell, dan beberapa kawan nya(1957) mereka tidak begitu yakin tentang apa yang menyebabakan pemacuan pertumbuhan yang tidak lazim tersebut,namun berhasil menunjukkan bahwa IAA buksnlah dengan penyebabanya,sekarang kita mengetahui bahwa biji kacang kacangan terdapat banyak Giberelin. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan beberapa monokotil memberikan respons dengan cara tumbuh lebih cepat ketika di beri perlkuan giberelin,namun beberapa spesies,dari suku pinaceae memperhatikan sedikit respons pertumbuhan terhadap GA3,atau tidak tidakada respon sama sekali,sebaliknya tumbuhan tersebut menunjukkan respons yang baik terhadap camputan GA4 dan GA7. Kubis dan spesies lainnya yang berbentuk roseta artinya yang sampai setinggi 2m dan kemudian berbunga setelah di beri GA3,Sedangkan tumbuhan yang tidak di beri perlakuan tetap pendek dan vegetatif tumbuhan kacang semak pendek bisa menjadi tinngi menjalar ke atas,dan mutan genetik kerdil pada padi,jagung,dan kapri menjadi berfenotip tinggi seperti ciri farietas yang normal,bila di beri GA3. Semangka ,mentimun air. Dan menytimun memanjang paling cepat dalam responnya,terhadap giberelin tanpa gugus hidrosil lkarbon 13(GA4GA7,GA9,) kapri meteor kerdil peka terhadap GA3 Pada konsentrasi sekecil 10-9 gram,.(1 nano gram),sehingga pertumbuhannya sejak lama di gunakan sebagai bahan uji,biologi giberelin. Padi kerdil (Kultivar tanginbu) bahkan menunjukkan respon terhadap 3,5 pikogram (3.5x10-12g) GA3 2.10 Macam-Macam Giberelin Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif. Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’. 2.11 Efek samping buruk Giberelin Giberelin adalah salah satu jenis ZPT yang banyak beredar kios-kios pertanian. Telah kita ketahui manfaat giberelin sangat banyak dalam dunia pertanian. Manfaat yang paling sering kita gunakan adalah untuk mengatasi tanaman yang kerdil dan untuk menyerempakkan pembungaan pada tanaman. Namun Giberelin juga bisa memberikan efek yang kurang baik pada tanaman padi. Dari beberapa fungsi Giberelin ada fungsi lain. Yaitu fungsi giberelin untuk memperpanjang masa perkawinan padi. Tehnik ini sebenarnya saya dapat dari orang PT Tanindo subur prima ketika mereka membuat benih padi hibrida. Untuk memperoleh benih padi hibrida kita harus mengawinkan antara padi jantan dan padi betina. Namun sayangnya padi jantan mempunyai sifat lebih cepat keluar malai dan lebih cepat menyelesaikan masa perkawinannya.. Untuk mengatasi ini kita harus mengaplikasikan giberelin pada padi jantan sekitar 7 - 10 ppm supaya bisa memperlama masa perkawinan. Secara teori giberelin berfungsi untuk merangsang perpanjangan dan pembelahan sel-sel tanaman. Dari kedua fungsi tersebut giberelin akan mempunyai respon pada tanaman menunda pematangan buah alias memperlama proses pematangan sehingga buah tidak cepat rontok. Nah fungsi tidak cepat merontokkan ini yang akan kita gunakan untuk memperlama bunga jantan pada tanaman padi bertahan pada malainya. Semakin lama tepung sari dan putik bisa bertahan pada malai secara otomatis proses perkawinan tanaman (pembungaan) akan semakin lama. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp . . Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut 3.2 Saran menggunakan hormone giberelin dalam pertanian karena giberelin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman mengatur pemberian giberelin pada tanaman sesuai dengan kebutuhannya selain memperhatikan factor-faktor internal , seorang petani harus rmemperhatikan factor-faktor eksternalnya juga . seperti air, suhu , kelembapan dll . DAFTAR PUSTAKA Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik (Terjemahan : Kuswata Kartawinata, Sarkat Danimiharja dan Usep Soetisna). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Mul Mulyani Sutedjo dan Kartasapoetra, A. G. 1989. Fisiologi Tanaman 1. Jakarta : Bumi Aksara. Retno Wahyuningtyas. 1994. Pembentukan dan Perkembangan Buah Tanaman Pare Pahit (Momordica charantia Linn.) dengan Perlakuan Auxin dan Giberelin. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Salisbury, F.B and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan : Dian R Lukman dan Sumaryono). Bandung : Penerbit ITB.