REFLEKSI KASUS STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ANDRI PRISTA PRAJA 20184030088 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019 REFLEKSI KASUS STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1. IDENTIFIKASI KASUS Kegiatan stase keperawatan gawat darurat berlangsung selama 4 minggu di ruang instalasi gawat darurat (IGD) dan ruang intensive care unit (ICU) Rumah Sakit Muhammadiyah Temanggung. Selama praktik tersebut saya menemukan kejadian yang menyentuh perasaan saya. Kejadian tersebut terjadi saat saya melakukan shift malam di ruang IGD. Pada saat itu pukul 03.00 dokter jaga tidak ada di ruangan lalu datang pasien dengan keluhan muntah darah 1x dan mengalami sesak nafas. SpO2 pasien 83% dan perawat memberikan terapi oksigenasi NRM 10 liter/menit tanpa menunggu advice dari dokter. Perawat pada saat itu mencoba terus untuk menghubungi dokter jaga via telpon namun tidak ada respon sehingga pasien tidak diberikan terapi apapun kecuali oksigen melalui NRM 10 liter selama kurang lebih 1 jam. Kurang lebih pukul 04.00 dokter jaga datang dan langsung bertanya pada pasien tentang keluhannya. Tak lama kemudian dokter jaga menyuruh perawat untuk menggantikan NRM menjadi nasal kanul dengan nada yang kurang enak dan menyalahkan perawat. 2. PERASAAN Ketika mendapatkan kasus seperti ini saya merasa kurang nyaman dengan perlakuan dokter jaga yang melakukan hal tersebut kepada perawat namun di sisi lain saya juga merasa bingung apakah yang dilakukan perawat tersebut sudah benar atau belum terkait pemberian terapi oksigen dan melakukan tindakan tanpa menunggu advice dokter. 3. EVALUASI a. Sisi positif Sisi positif dari kasus tersebut yaitu pasien tertolong dengan pemberian terapi oksigen yang telah diberikan perawat sehingga dalam waktu 1 jam pernafasan pasien mulai membaik dan saturasi pun kembali normal. b. Sisi negatif Sisi negatif dari kasus tersebut yaitu tidak adanya komunikasi yang baik antar petugas kesehatan untuk melakukan tindakan kepada pasien. Sehingga perawat pun melakukan tindakan mandiri sesuai kompetensinya yang menerapkan prinsip life saving. 4. ANALISIS Pada pasien dengan gangguan pernafasan yang mampu mengancam jiwa perawat diperbolehkan untuk melakukan tindakan diluar kewenangannya jika tidak ada dokter di ruangan sesuai dengan PERMENKES nomor 148 tahun 2010 tentang izin penyelenggaraan praktek perawat pasal 10 yang berbunyi “Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang dan tidak ada dokter di tempat kejadian perawat dapat melakukan pelayanan diluar kewenangannya”. Hal tersebut bahkan sudah cukup untuk memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan keperawatan khususnya dalam lingkup keperawatan gawat darurat. Namun dalam hal ini juga perawat harus melakukan tindakan sesuai ilmu pengetahuan. Dalam lingkup pelayanan rumah sakit seharusnya dokter harus selalu siap diruangan atau bisa dihubungi melalui via telpon agar komunikasi antar tenaga kesehatan tetap terjaga. Pada kasus ini dokter jaga pergi keluar dari rumah sakit pada jam kerja dan sulit untuk dihubungi sehingga hal tersebut mampu memunculkan masalah di ruangan sehingga perawat terpaksa harus segera memberikan tindakan sebagai upaya untuk menyelamatkan pasien. Jika memang pemberian tindakan yang dilakukan mandiri oleh perawat kurang tepat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya tidak perlu untuk menyalahkan atau bahkan mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat perawat tidak nyaman karena masalah tersebut bisa muncul akibat dari kesalahan bersama. Antar tenaga kesehatan diwajibkan untuk selalu menjaga komunikasi, menghormati antar profesi serta menjaga nama baik antar tenaga kesehatan demi terciptanya ruang kerja yang harmonis 5. KESIMPULAN Perawat diperbolehkan untuk melakukan tindakan diluar kewenangannya jika tidak ada dokter di ruangan sesuai dengan PERMENKES nomor 148 tahun 2010 tentang izin penyelenggaraan praktek perawat pasal 10 yang berbunyi “Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang dan tidak ada dokter di tempat kejadian perawat dapat melakukan pelayanan diluar kewenangannya”. Perawat serta tenaga kesehatan lainnya harus senantiasa menjaga komunikasi, menghormati antar profesi dan selalu menjaga nama baik antar tenaga kesehatan. 6. RENCANA TINDAKAN Rencana tindak lanjut dari kasus tersebut adalah mencoba mendiskusikan terlebih dahulu dengan kepala ruangan yang ada di ruangan instalasi gawat darurat dan bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik jika kasus tersebut terjadi lagi di kemudian hari. Saya juga menyarankan kepada perawat-perawat yang ada di ruang IGD untuk selalu mengupgrade ilmu keperawatannya sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan perawat melakukan tindakannya dengan benar dan tidak membahayakan pasien.