Uploaded by Rizki Mendung Ariefianto

ITS-Undergraduate-12904-Paper

advertisement
STUDI PEMBANGUNAN PLTMH SUMBERAN 16,4 KW DI DUSUN
SUMBERAN PACET MOJOKERTO JAWA TIMUR
Hudan Guntur Anggono
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111
kecepatan pembangunan sektor-sektor
industri,
pertanian,
pertambangan,
pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Pembangunan sektor-sektor ini adalah
sangat vital bagi tercapainya tujuan
pembangunan
seperti
menciptakan
kesempatan
kerja,
meningkatkan
pendapatan nasional, mengubah struktur
ekonomi dan lain-lain. Di samping itu
tersebarnya tenaga listrik di kalangan
masyarakat luas, yang membutuhkan
tenaga listrik untuk keperluan seharihari akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Dusun Sumberan, Pacet, Mojokerto
memiliki komoditas unggulan yakni
bawang merah dengan kapasitas poduksi
mencapai 851 Ton/tahun. Dalam proses
produksi, biaya operasional untuk
kebutuhan
membeli
insektisida
merupakan
biaya
yang
terbesar.
Sebagaimana kita tahu pengunaan
insektisida yang besar dapat mencemari
lingkungan dan berdampak pada
kesehatan manusia. Perlu adanya
teknologi pertanian yang efisien dan
ramah lingkungan serta meningkatkan
produksi dan kesejahteraan petani, yaitu
dengan sistem Light Trap (neonisasi).
Pembangunan mikrohidro di dusun
Sumberan difungsikan untuk light trap
atau pengendali hama sebagai pengganti
pestisida. Biasanya kebutuhan pestisida
kimia ini menghabiskan biaya sangat
besar sekitar Rp 13 jutaan setiap masa
tanam. Dan yang mengesankan, ketika
dilakukan studi kelayakan oleh PPLH
Seloliman dan tim, ternyata kondisi
sungai dusun Sumberan yang tidak begitu
besar tersebut diperkirakan mampu
menghasilkan energi listrik kurang lebih
16,4 KW. Ini sangat luar biasa jika bisa
diinterkoneksikan ke jaringan PLN,
Abstrak
Penyediaan energi yang memadai
serta ramah lingkungan merupakan salah satu
persyaratan untuk pembangunan sosial
ekonomi yang berkelanjutan. Akan tetapi
adanya kemajuan ekonomi, pertumbuhan
penduduk, dan tingginya tingkat konsumsi
telah menghadapkan Indonesia dengan
berbagai permasalahan energi yang terus
menerus membesar. Apabila penggunaan
bahan bakar berbasis fosil tetap berlangsung
seperti yang berlaku saat ini, maka kerusakan
lingkungan akan menjadi tidak terhindarkan
lagi. Diperlukan suatu studi komprehensif
mengenai pemamfaatan potensi energi
terbarukan
sebagai
energi
alternatif.
Pembangunan mikrohidro di dusun Sumberan
difungsikan untuk Light Trap atau pengendali
hama sebagai pengganti pestisida PLTMH
Sumberan dapat menghasilkan daya sebesar
16,4 KW. Potensi tenaga air yang
dibangkitkan sungai Kromong II untuk
pembangunan PLTMH Sumberan di dusun
Sumberan,
Pacet,
Mojokerto
dengan
menggunakan ketinggian jatuh yang bisa
dimanfaatkan (Hnet) sebesar 7,1 meter dan
debit rata-rata saluran dengan pembangkit
beroperasi maksimum selama 4 bulan sebesar
0,45 m3/s.
Kata Kunci : PLTMH, Energi Terbarukan,
Light Trap
.
1. PENDAHULUAN
Sektor tenaga listrik memegang
peranan yang penting sekali dalam
pembangunan. Kegunaan dan intensitas
penggunaan tenaga listrik bertambah luas,
baik sebagai prasarana produksi maupun
sebagai alat pemenuhan kebutuhan seharihari bagi rumah tangga keluarga.
Sebagai faktor produksi tersedianya
tenaga listrik yang cukup menentukan laju
1
karena untuk light trap masyarakat hanya
membutuhkan 4-5 KW saja
Dari uraian tersebut, permasalahan yang
timbul sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi ketenagalistrikan
di Mojokerto?
2. Bagaimana Proyeksi kebutuhan listrik
di Pacet Mojokerto dan desa Sajen?
3. Bagaimana Analisa Teknoekonomi,
Lingkungan, Sosial dan Kelayakan
Investasi PLTMH Sumberan?
4. Apakah layak dibangun PLTMH
Sumberan?
5. Bagaimana Pengaruh system Light
Trap pada pertanian masyarakat?
elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut
paling banyak digunakan oleh PLN.
2.1.1 Sektor Rumah Tangga
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik sektor rumah tangga maka
dipergunakan beberapa persamaan berikut ini:
Pt  Pt 1 1  i t  ........................................(2.1)
dimana :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
(jiwa)
Pt-1 = jumlah penduduk pada tahun t-1
(jiwa)
it = tingkat pertumbuhan penduduk
(%) pada tahun t
Pel.R t  RE t xH t .......................................(2.2)
dimana :
Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah
tangga pada tahun t (jiwa)
REt = rasio elektrifikasi pada tahun
t (%)
Ht = jumlah rumah tangga pada
tahun t
 Pel.R t  Pel.R t  Pel.R t 1 ..........................(2.3)
dimana:
Pel.R = penambahan pelanggan
rumah tangga baru pada
tahun t
Pel.Rt =
jumlah pelanggan pada
tahun t (jiwa)
Pel.Rt-1 = jumlah pelanggan pada
tahun t-1 (jiwa)
ER t   ER t 1 x 1  G t     Pel.R t xKSt  .........(2.4)
dimana :
ERt =
konsumsi
energi
listrik
pelanggan rumah tangga tahun t
(jiwa)
ERt-1 = konsumsi energi listrik
pelanggan rumah tangga tahun t1 (jiwa)
Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi
energi listrik pelanggan rumah
tangga pada tahun t (%)
KSt = konsumsi spesifik pelanggan
rumah tangga baru tahun t (Wh)
Permasalahan yang dibahas dalam tugas
akhir ini dibatasi pada Peramalan kebutuhan
listrik di desa Sajen akan dikembangkan
secara jangka panjang berdasarkan kebutuhan
daya yang semakin meningkat. Daerah yang
dibahas dibatasi hanya PLN Wilayah desa
Pacet. Dari sisi teknis hanya menjelaskan
mengenai peralatan. Layout dan prinsip kerja
PLTMH
,
serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dan membahas mengenai
dampak lingkungan, ekonomi, sosial dari
pembangunan PLTMH tersebut.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini
adalah
mempelajari
dan
menganalisa
pemenuhan
tenaga
listrik
di
desa
Sajen,menganalisa pembangunan PLTMH
Sumberan yang digunakan untuk pertanian
dengan sistem Ligth Trap dan pengaruhnya
terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Dari hasil pembahasan Pembangunan
PLTMH Sumberan di Pacet - Mojokerto ini,
maka diharapkan dapat memberikan masukan
untuk PT. PLN, Pemerintah daerah ataupun
pihak swasta untuk memanfaatkan energi
terbarukan sebagai sumber energi dari
pembangkit listrik guna mengatasi krisis
BBM sekaligus krisis Energi Listrik di Pacet Mojokerto.
ENERGI LISTRIK
2.1 Metode DKL 3.0
Metode DKL 3 merupakan metode
menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap
pelanggan dengan memperhitungkan rasio
2.1.2 Sektor Komersil
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi listrik sektor komersil maka
2
dipergunakan beberapa persamaam berikut
ini:
Pel.K t  RPKxPel.R t ..............................(2.5)
dimana :
Pel.Kt = jumlah pelanggan komersil
pada tahun t (jiwa)
RPK = rasio pelanggan komersil (%)
Pel.Rt =
jumlah
pelanggan
rumah tangga pada tahun t (jiwa)
EK t  EK t 1 x 1  G t  ..............................(2.6)
dimana :
EKt = konsumsi
energi
listrik
pelanggan komersil tahun t
(jiwa)
EKt-1 = konsumsi
energi
listrik
pelanggan komersil tahun t-1
(Wh)
Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi
energi listrik pelanggan komersil
pada tahun t (%)
Pel.It = jumlah pelanggan industri
pada tahun t
Pel.It-1= jumlah pelanggan industri
pada tahun t-1
Gt = pertumbuhan PDRB sektor
industri (%)
  e1.G t  
.............................(2.10)
 EI t 1 1 

EI t
  100  
dimana:
e1 = elastisitas pelanggan terhadap
sektor industri (%)
EIt =
konsumsi
energi
listrik
pelanggan industri tahun t (Wh)
EIt-1=
konsumsi
energi
listrik
pelanggan industri tahun t-1
(Wh)
2.2 Analisa Ekonomi
Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu
dilakukan analisa dari investasi tersebut
sehingga akan diketahui kelayakan suatu
proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi.
Ada beberapa metode penilaian proyek
investasi, yaitu :
2.1.3 Sektor Publik
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi
listrik
sektor
publik
maka
dipergunakan beberapa persamaan berikut ini:
Pel.Pt  RPPxPel.R t .................................(2.7)
dimana :
Pel.Pt = jumlah pelanggan publik pada
tahun t
RPP = rasio pelanggan publik (%)
Pel.Rt = jumlah pelanggan rumah
tangga pada tahun t (jiwa)
EPt  EPt 1x 1  G t  ..................................(2.8)
dimana :
EPt =
konsumsi
energi
listrik
pelanggan publik tahun t (Wh)
EPt-1 = konsumsi energi listrik
pelanggan publiuk tahun t-1
(Wh)
Gt = tingkat pertumbuhan konsumsi
energi listrik pelanggan publik
pada tahun t (%)
2.2.1 Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari
keseluruhan Discounted Cash Flow atau
gambaran ongkos total atau pendapatan total
proyek dilihat dengan nilai sekarang (nilai
pada awal proyek). Secara matematik rumus
NPV dapat ditulis sebagai berikut :
n
CIFt
NPV  
 COF ........................(2.11)
t
t 0
(1  k)
dimana :
k
= Discount rate yang digunakan
COF = Cash ou tflow/Investasi
CIFt = Cash in flow pada periode t
N
= Periode terakhir cash flow
diharapkan
2.2.2 Return Of Investment (ROI)
ROI adalah laba atas investasi. ROI
adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang
pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah
uang yang diinvestasikan. ROI dapat
dirumuskan dengan persamaan:
2.1.4 Sektor Industri
Untuk menghitung peramalan kebutuhan
energi
listrik
sektor
industri
maka
dipergunakan beberapa persamaan berikut ini:
Pel.I t  Pel.I t 1 x 1  G t  ............................(2.9)
dimana :
n
ROI 
 Bennefit
t
 InvestmentCost
t
................(2.13)
InvestmentCost
Bennefit t  CIFt  COFt ...............................(2.14)
3
Dimana:
pernah menjadi salah satu daerah penghasil
bawang putih terbesar di Jawa Timur.
Menurut hasil regrestrasi dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan
Pacet sampai dengan bulan Maret 2010
jumlah penduduk Kecamatan Pacet berjumlah
55.549 jiwa
Desa Sajen termasuk salah satu desa dari
20 desa yang terdapat di Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.
Desa ini terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun
Sajen, Treceh, Sumberan dan Podorejo. Desa
Sajen mempunyai luas wilayah kurang lebih
284,356 Ha yang terbagi dalam 4
pemanfaatan lahan, yaitu tanah sawah seluas
182,47 Ha, tanah kering yang terdiri untuk
ladang dan pemukiman seluas 51,8 Ha, tanah
untuk fasilitas umum seperti tanah kas desa
(ganjaran), lapangan, perkantoran pemerintah
desa seluas 37,63 Ha serta tanah hutan seluas
12,447 Ha. Desa Sajen termasuk desa sekitar
hutan yang mengandalkan hasil pertanian di
lahan basah dan kering. Desa Sajen
berbatasan dengan Desa Kesiman Tengah dan
Desa Kemiri di sebelah utara, Kawasan Hutan
(HGU) di sebelah selatan, Kawasan Hutan
(HGU) di sebelah barat dan Desa Pacet di
sebelah timur.
n

tahunke  t
Bennefit  JumlahKeuntungansampai
t
t
InvestmentCostBiayaInvestasi
CIFt  pemasukantahunke  t
COFt  pengeluarantahunke  t
2.2.3 Benefit-Cost Ratio (BCR)
Benefit-Cost
Ratio
adalah
rasio
perbandingan antara pemasukan total
sepanjang waktu operasi pembangkit dengan
biaya investasi awal. Dirumuskan dalam
persamaan:
n
 CIF
t
BCR t 
1
.........................(2.15)
InvestmentCost
2.2.4 Payback Period (PP)
Payback Period adalah lama waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan dana
investasi. Dirumuskan dalam persamaan:
PP 
InvestmentCost
...........................(2.16)
AnnualCIF
Dimana:
InvestmentCostBiayaInvestasi
AnnualCIF Pemasukanpertahun
Investasi yang ideal adalah investasi
dengan payback priode terpendek.
3. Kecamatan Pacet dan Desa Sajen
Pacet adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kecamatan ini terletak di sebelah
timur Kota Mojokerto, berbatasan dengan
kecamatan Trawas di bagian timur,
kecamatan Kutorejo di bagian utara,
kecamatan Gondang di barat dan bagian
selatan berbatasan dengan hutan wilayah
Batu. Luas Wilayah Pacet adalah 45.16 Km2
dan terdapat 20 desa dengan total jumlah
penduduk pacet sebesar 55.549 jiwa.
Pacet terletak ±600 dari permukaan laut.
Hal tersebut menempatkan Pacet sebagai
daerah wisata yang perlu diperhitungkan di
Jawa Timur. Pemandian air panas dan kolam
renang terdapat di Pacet. Air terjun dan wana
wisata merupakan pilihan lain bagi penikmat
panorama alam yang sejuk dan bebas polusi.
Pacet selain daerah wisata juga merupakan
daerah pertanian yang cukup subur, karena
terletak diantara tiga gunung berapi. Pacet
3.1 Aksesibilitas
Dusun/Desa Sajen (Lokasi Rencana
PLMH Sumberan) terletak ± 30 km ke arah
tenggara dari ibukota Kabupaten Mojokerto,
Propinsi Jawa Timur. Untuk mencapai
Dusun/Desa Sajen, dari ibukota Kabupaten
Mojokerto dapat menggunakan kendaraan
roda empat atau roda dua selama 1 jam
langsung ke Dusun/Desa Sajen sebelum Kota
Kecamatan Pacet yang masih memerlukan
waktu 5 menit atau berjarak 2 km dari
Dusun/Desa Sajen. Lokasi rencana PLTMH
Sumberan dapat dicapai 2 menit dengan
berjalan kaki karena terletak 50 m dari jalan
utama di daerah pemukiman Dusun/Desa
Sajen. Jalan dari ibukota Kabupaten
Mojokerto ke Dusun/Desa Sajen hingga ke
Kota Kecamatan Pacet adalah jalan beraspal.
Sedangkan jalan menuju lokasi PLTMH di
Dusun/Desa Sajen merupakan jalan tanah
yang dikeraskan.
4
Desa Sajen terletak pada ketinggian 700
meter di atas permukaan laut dengan
temperatur rata-rata 260C. Kondisi topografi
secara umum desa tersebut adalah berbukitbukit. Air yang akan digunakan untuk rencana
PLTMH Sumberan berasal dari saluran irigasi
Kromong II yang bersumber dari Sungai
Kromong. Saluran irigasi yang mengalir ke
arah utara ini terletak di daerah pemukiman
Dusun Sajen, Desa Sajen dekat perbatasan
dengan Desa Pacet. Berdasarkan observasi
lapangan, kondisi kemiringan tanah di
sepanjang aliran irigasi Sajen agak curam
terutama di sekitar lokasi rencana PLTMH.
Sedangkan keadaan tanah sepanjang irigasi
tersebut merupakan tanah agak keras yang
digunakan untuk jalan.
desa di daerah pemukiman Dusun Sumberan.
Tinggi jatuhan air (gross head) untuk PLTMH
Sumberan 7.1 m.
4.2 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi
Listrik dengan metode DKL 3.0
Model yang digunakan dalam metode
DKL 3.0 untuk menyusun prakiraan adalah
model sektoral. Prakiraan kebutuhan tenaga
listrik model sektoral digunakan untuk
menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik
pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi
yang digunakan pada model sektoral adalah
metode gabungan antara kecenderungan,
ekonometri dan analitis.
Pendekatan yang digunakan dalam
menghitung kebutuhan listrik adalah dengan
mengelompokkan pelanggan menjadi empat
pelanggan yaitu : Pelanggan Rumah Tangga,
Pelanggan Bisnis, Pelanggan Industri,
Pelanggan Publik.
Tabel 1
Proyeksi Energi Terjual (KWh), Jumlah
Pelanggan per Sektor dengan Metode DKL
4. ANALISA
4.1 Kondisi Eksisting Energi Terbarukan
Sumber air untuk PLTMH Sumberan
merupakan aliran air irigasi bagi masyarakat
setempat. Pengukuran debit air serta
informasi
masyarakat
menunjukkan
ketersediaan sumber daya air tersedia
sepanjang tahun dalam jumlah yang memadai.
Curah hujan rata-rata di daerah itu 1.872 mm
dengan jumlah bulan hujan 6 bulan setiap
tahun. Desa Sajen termasuk desa dekat hutan
yaitu tepatnya di lereng Gunung Welirang dan
Arjuna serta Taman Hutan Raya R Soeryo.
Sumber air untuk irigasi Kromong II
diperoleh dari Sungai Kromong yang
memiliki catchment area di kawasan hutan
raya tersebut. Pengukuran sesaat pada musim
kemarau mendapatkan debit aliran air irigasi
Kromong II sebanyak 0,453 m3/detik. Potensi
konflik penggunaan air irigasi tersebut
terutama berkaitan dengan kegiatan pertanian
sepanjang daerah intake hingga tail race tidak
ada karena air untuk PLTMH dikembalikan
lagi ke saluran irigasi yang sama.
Topografi daerah Dusun Sumberan,
khususnya sekitar aliran irigasi Kromong II,
memiliki potensi yang cukup untuk
mendapatkan tinggi jatuhan air yang memadai
untuk pembangunan PLTMH. Tinggi jatuhan
air (head) untuk PLTMH Sumberan terdapat
pada lokasi sejauh 50 meter dari jalan utama
4.3 Analisa PLTMH Sumberan
4.3.1 Aspek Teknis
Komponen utama perhitungan daya
yang biasa dibangkitkan oleh suatu PLTMH
adalah potensi debit air yang tersedia (Q) dan
tinggi jatuh (Hnet).
Berdasarkan data lapangan, debit air
di irigasi Kromong II, di dusun Sumberan
desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Mojokerto Propinsi Jawa Timur bervariasi.
Untuk debit tertinggi terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 1405 liter/s. Sedangkan dari
hasil pengukuran ketinggian jatuh yang bisa
dimanfaatkan (Hnet) sebesar 7.1 meter
dengan panjang pipa penstock 70 meter.
5
gaya yang bekerja pada runner ini akan
memutar poros turbin
P = g.Hnet.Qd. çtot
dimana:
P
= daya output (kW)
Hnet
= tinggi jatuh air bersih
(meter)
Qd = debit desain (m3/detik)
g
= Konstanta gravitasi bumi
(9.81 m/s2)
çtot = efisiensi total (%)
Tabel 3
Spesifikasi Turbin Dan
Generator
Komponen
Spesifikasi
Jumlah pembangkit
1
Tipe turbin
Cross – flow T
14
Diameter runner
300 mm
Kecepatan putar turbin 573 / 750 rpm
Efisiensi maksimal
80 %
dari turbin
Tipe generator
Synchronous
Drive
Belt datar
Kapasitas generator
30 KVA
Kecepatan putar
1500 rpm
generator
Efisiensi maksimal
90 %
generator
Tabel 2
Daya Potensi Sungai Kromong II
Daya
Debit
Head
Output
(liter/detik)
(m)
(kW)
63,87
1405
7.1
7.1
59,37
1306
7.1
22,27
494
7.1
15,45
349
7.1
10,45
231
4.3.2 Aspek Sosial
Propinsi Jawa Timur berada pada posisi
ke-20 tingkat IPM dari 33 propinsi yang ada
di Indonesia. Nilai IPMnya sebesar 69.2%
dan reduksi Shortfallnya sebesar 2.39. Nilai
IPM
Kabupaten
Mojokerto
sebesar
71.99%.Tingkat kesejahteraan masyarakat
Jawa Timur apabila diukur dengan indikator
IPM terus mengalami peningkatan. Dimana
IPM Jawa Timur pada tahun 2008 sebesar
70,38 dan meningkat pada tahun 2009
mencapai 70,98, yang berada pada urutan 18
secara nasional. Jumlah Kabupaten/Kota yang
Angka IPM-nya diatas rata-rata Jawa Timur
sebanyak 19 Kabupaten/Kota, sedangkan
yang dibawah rata-rata Jawa Timur juga
sebanyak 19 Kabupaten/Kota. Angka IPM
tertinggi ada di Kota Blitar sebesar 77,12
sedangkan yang terendah di Kabupaten
Sampang sebesar 58,23
.
Gambar 1
Skema dan Layout PLTMH
PLTMH ini menggunakan turbin jenis
Cross Flow. Turbin dengan pengontrol aliran
otomatis ini cocok untuk lokasi-lokasi proyek
di Indonesia. Turbin digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.
Turbin impuls bekerja dengan cara : tekanan
air dikonversikan (diubah) menjadi energi
kinetik (gerak) di adaptor. Turbin reaksi
bekerja dengan cara : tekanan air langsung
diubah menjadi gaya pada permukaan runner,
4.3.3 Aspek Ekonomi
Biaya total pembangkitan energi listrik
merupakan penjumlahan dari biaya modal,
biaya bahan bakar serta biaya operasi dan
perawatan. Karenanya dalam perhitungan
6
biaya pembangkitan energi listrik, harus
dihitung satu persatu dari ketiga biaya diatas.
Perencanaan
pembangunan
PLTMH
Sumberan dengan kapasitas total 16,4 KW
diasumsikan dengan capacity factor / factor
kapasitas 80 % serta memiliki life time /
umur pembangkit 25 tahun. Dengan
melakukan perhitungan maka didapatkan data
seperti pada tabel 4.
Metode Net Present Value (NPV) ini
menghitung jumlah nilai sekarang dengan
menggunakan Discount Rate tertentu dan
kemudian
membandingkannya
dengan
investasi awal (Initial Invesment). Selisihnya
disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif,
maka usulan investasi tersebut diterima, dan
apabila negatif ditolak.
NPV PLTMH Sumberan dengan suku
bunga 6 % pada tahun ke 25 sebesar Rp 832
juta diperoleh hasil perhitungan CIF sebesar
159 juta/tahun Untuk suku bunga 9 %
diperoleh hasil perhitungan CIF sebesar Rp
132 juta/tahun dengan NPV sebesar Rp 96
juta Sehingga investasi dengan kedua macam
suku bunga tersebut layak dilakukan.
Tabel 4
Biaya Pembangkitan Energi Listrik
PLTMH Sumberan
4.3.3.2 Payback Periode (PP)
Payback Periode adalah lama waktu yang
dibutuhkan agar nilai investasi yang
diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.
Lama waktu PP PLTMH Sumberan
dengan suku bunga 6% adalah 7,5 tahun dan
9% adalah 9 tahun sedangkan 12 % adalah 12
tahun
Untuk menghitung semua variable dalam
analisa ekonomi, terlebih dahulu dihitung
total energi output PLTMH Sumberan dalam
1 tahun. Diasumsikan factor kapasitas (CF)
pembangkit sebesar 0.80 dan Semua energi
tersebut terpakai 360 hari dalam 1 tahun
karena adanya gangguan dan perbaikan.
4.3.4 Aspek Lingkungan
KWHoutput  Pinstall xCFx24 jamx365hari
Prakiraan
dampak
penting
dalam
pembangunan PLTMH Sumberan Upaya
pemantauan lingkungan untuk kegiatan
Pembangunan PLTM ini prakiraan dampak
yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat)
tahapan:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Konstruksi
3. Tahap Operasional
4. Tahap Pasca Operasi
Pengelompokan yang baik dan benar
dengan memperhatikan perubahan lingkungan
dan sumber dampak yang terjadi, akan dapat
meremdam dan menekan dampak negatif
yang mungkin terjadi bahkan mungkin dapat
merubah berbalik menjadi positif.
Secara umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan ini adalah pengelolaan rencana
kegiatan yang akan membuat pengaruh
(dampak) terhadap lingkungan, mulai dari
tahap kegiatan Persiapan, konstruksi dan
pasca konstruksi sehingga dampak yang
terjadi dapat ditekan seminimal mungkin.
= 16,4 KW x 0,8 x 24 x 365
= 115 KWh/tahun
Jumlah pendapatan pertahun/ cash in flow
(CIF) dapat dihitung dari KWhoutput dan
selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
dengan biaya pembangkitan (BP) atau dengan
kata lain keuntungan penjualan (KP).
Pembangkit
ini
direncanakan
akan
dihubungkan dengan saluran menengah
distribusi 20 KV. Menurut Keputusan Menteri
ESDM No.1122K/ 30/ MEM/ 2002 dan
Peraturan Menteri ESDM No. 002 Tahun
2006 tentang harga patokan penjualan listrik
PLTMH, harga penjualan listrik PLTMH
dengan Kapasitas terinstall 1-10 MW adalah
80% dari biaya pokok penyediaan listrik
setempat. Untuk daerah Jawa Timur, biaya
pokok penyediaan listrik tegangan menengah
sebesar Rp 855/kWh.
4.3.3.1 Net Present Value (NPV)
7
Dengan dibangunnya PLTMH Sumberan,
diharapkan tersedianya media pendidikan
(model) tentang energi alternatif yang ramah
lingkungan, yang tidak menambah terjadinya
pencemaran udara dari hasil pembakaran
bahan bakar fosil. Dapat meningkatkan
kesadaran dan keterlibatan masyarakat luas
dalam pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan. Meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat melalui usaha produktif berbasis
sumber daya alam lokal dan kelistrikan yang
bersumber dari PLTMH. Sumber daya alam
(air) dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan. Adanya listrik yang berkualitas
dan dapat mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat dusun Sumberan. Menurunnya
tingkat penggunaan berbahan bakar minyak
dan emisi gas buang Terbukanya peluang
pengembangan usaha-usaha yang mengelola
potensi lokal dengan memanfaatkan energi
listrik.Sehingga
dapat
meningkatkan
kesejahteraan.
3.
4.
5.
6.
5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisa,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Potensi tenaga air yang dibangkitkan
sungai
Kromong
II
untuk
pembangunan PLTMH Sumberan di
dusun Sumberan, Pacet, Mojokerto
dengan menggunakan ketinggian
jatuh yang bisa dimanfaatkan (Hnet)
sebesar 7,1 meter dan debit rata-rata
saluran
dengan
pembangkit
beroperasi maksimum selama 4 bulan
sebesar 0,45 m3/s adalah 16,4 KW.
Daya terbangkit terbesar pada rumah
pembangkit sebesar 63,87 KW terjadi
pada bulan Januari sampai bulan
Maret dikarenakan pada bulan-bulan
tersebut musim hujan dan debit air
sangat tinggi.
2. Rasio elektrifikasi Pacet sebesar
66,17% dihitung dari jumlah rumah
tangga total (Ht) dikalikan dengan
rasio elektrifikasi (REt). Jumlah
pelanggan rumah tangga pada tahun
2009 sebesar 11815 dan jumlah
rumah tangga total pada tahun 2009
sebesar 17852.
Biaya produksi energi listrik PLTMH
Sumberan dengan menggunakan suku
bunga 6 % adalah Rp 932/kWh
sedangkan biaya investasi metode on
Grid yang dibutuhkan sebesar Rp 1,2
milyar
Dengan penambahan penambahan
CIF baru yang dihasilkan dari
penjualan air minum isi ulang dan
penjualan listrik yang digunakan
untuk Light Trap sebesar Rp.
168.000.000 tiap tahun maka
pembangunan
PLTMH
tidak
mengalami kerugian dalam jangka
waktu yang lama.
Bahwa dengan suku bunga 6%, dana
investasi dapat dikembalikan pada
tahun ke-8 sejak dibangunya PLTMH
Setelah
pembangkit
PLTMH
Sumberan
dibangun
dapat
meningkatkan
perekonomian
penduduk karenaefisiensi penggunaan
Light Trap 0,26% dari hasil pertanian
7.
5.2 SARAN
1. Karena masih banyak potensi tenaga
air yang belum dibangkitkan di
Indonesia, khususnya di Propinsi Jawa
Timur, maka diharapkan adanya
kajian kembali mengenai pemanfaatan
potensi tersebut untuk pembangkit
listrik dengan kapasitas yang lebih
besar.
2. Biaya investasi yang sangat tingi dari
pembangunan PLTMH, menyebabkan
perlunya dukungan dari pemerintah
baik dalam pemberian bantuan subsidi
atau usaha dalam pencarian investor.
Bentuk subsidi yang dapat diberikan
adalah subsidi biaya modal yang
diberikan pada awal pembangunan
pembangkit atau subsidi silang yang
diberikan setiap tahun guna memenuhi
target Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
listrik setempat.
8
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
[1]. Adam Harvey, Micro-Hydro Design
Manual, A Guide to Small-Scale Water
Power
Schemes,
Intermediate
Technology Development Group, UK,
1993
[2]. APJ PT PLN (PERSERO) Wilayah
Mojokerto
[3]. Arismunandar,
Artono.
Pegangan
Teknik Tenaga Listrik
Jilid I
Pembangkitan Dengan Tenaga Air,
Praditya Paramita, 1982.
[4]. A. Ratna, Renewable Energy And
Energy
Efficiency
Development,
Infrastructure Summit, November 2006.
[5]. Anya P. Damastuti, Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohido
[6]. Biaya Pokok Penyediaan Listrik 2008,
PLN.
[7]. Data
beban,
(http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/k
elistrikan/ index.php?pageID=4)
[8]. Hydroturbines, pico-hydro, mini hydro,
and micro-hydro solutions.
[9]. Intoduction
to
microhydro
(www.hydrogeneration.co.uk).
[10]. Kabupaten Mojokerto dalam Angka
2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Mojokerto, 2008.
[11]. Kadir, Abdul, Energi Sumber Daya,
Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi,
Edisi Kedua, Universitas
Indonesia, 1995.
[12]. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi
Listrik, Erlangga, 2005.
[13]. Peraturan Menteri ESDM No. 26912/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) Listrik Propinsi di
Indonesia.
[14].
Profil
Daerah
Mojoketo,
(http://www.mojokertokota.go.id)
[15].
Kelompok kerja Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup Seloliman
[16]. Santoso, M. Djoko, Diktat kuliah
Pembangkit Tenaga Listrik.
Penulis bernama lengkap
Hudan Guntur Anggono,
dilahirkan di Malang pada
tanggal 26 Mei 1988
merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada
tahun 2005 penulis lulus
dari SMUN 1 Manado.
Penulis melanjutkan studi
pada tahun 2005 di Jurusan Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS,
dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu pada
tahun 2008 melanjutkan studi S1 di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
jurusan Teknik Elektro bidang studi Sistem
Tenaga. Penulis dapat dihubungi melalui alamat
email [email protected]
9
Download