BAB II ISI Modul 1 : Logika Matematika dan Matematika Diskrit a. Logika Matematika 1. Pengertian Logika Logika merupakan induk matematika. Rasionalnya, belajar logika berarti belajar berpikir dan bernalar secara logis yang merupakan kegiatan akal manusia dalam memanfaatkan pengetahuan yang diterima melalui panca indera, kemudian diolah agar dicapai suatu kebenaran. Dengan belajar logika, akan mampu memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, dan lain-lain. Dengan demikian, rasional mempelajari logika matematika adalah agar pembelajar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat, konsisten, dan benar 1. Kalimat dan Pernyataan Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut tata bahasa dan mengandung arti. Dalam logika matematika hanya dibicarakan kalimat-kalimat yang berarti menerangkan (kalimat deklaratif), yang disebut pernyataan. Pernyataan mungkin bernilai benar saja atau bernilai salah saja. Benar atau salahnya sebuah pernyataan disebut nilai kebenaran pernyataan itu, dan ditentukan oleh realitas yang dinyatakannya atau kesepakatan terdahulu. Logika yang kita bahas di sini adalah logika matematika dua nilai, yaitu nilai BENAR (B) dan nilai SALAH (S). Menurut jenisnya, suatu kalimat secara sederhana dapat dibagi seperti di bawah ini: 1 Pernyataan yang hanya menyatakan pikiran tunggal dan tidak mengandung kata hubung kalimat disebut pernyataan sederhana/pernyataan primer. Sedangkan pernyataan yang terdiri atas satu atau lebih pernyataan sederhana dengan bermacam macam kata hubung kalimat disebut pernyataan majemuk/pernyataan komposit. Dalam logika matematika, suatu pernyataan umumnya disimbolkan dengan huruf kecil, seperti a, b, c, . . . atau p, q, r, . . . atau kadangkala digunakan huruf besar A, B, C, . . . atau P, Q, R, . . . . Sedangkan nilai benar disimbolkan ”B” atau “1 (satu)” dan nilai salah disimbolkan dengan “S” atau “0 (nol)”. 2. Kalimat Terbuka Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat ditentukan nilai kebenarannya. Dalam matematika, kalimat terbuka bisa berbentuk persamaan (kalimat terbuka yang menggunakan tanda “=”) atau berbentuk pertidaksamaan (kalimat terbuka yang menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”, atau “≥”). Contoh: 1) π₯ + 1 = 3, kalimat terbuka yang berbentuk persamaan. 2) π₯2–2 < 5, kalimat terbuka yang berbentuk pertidaksamaan. Pernyataan, sebagaimana disinggung pada halaman sebelumnya adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah). Dalam logika matematika, pernyataan bisa berbentuk kesamaan (kalimat tertutup yang menggunakan tanda “=”), berbentuk ketidaksamaan (kalimat tertutup yang menggunakan tanda “≠”, “<”, “>”, “≤”, atau “≥”), atau berbentuk kalimat deklaratif biasa. Contoh: 1) 6 + 7 = 8, pernyataan yang berbentuk kesamaan, yang bernilai salah. 2) 42 + 13 > 20, pernyataan yang berbentuk ketidaksamaan, yang bernilai benar 3) Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah. Pernyataan bernilai Benar. 4) Kerajaan Demak terletak di Pulau Sumatra. Pernyataan bernilai Salah. 3. Tautologi Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk setiap substitusi pernyataan tunggalnya dinamakan tautologi. Dengan kata lain, tautologi merupakan pernyataan yang selalu bernilai benar dalam kondisi apapun. Tautologi digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan atau pembuktian matematis. Contoh: Misalnya kita akan mencari nilai kebenaran dari pernyataan (π∧π) ⇒π dengan tabel kebenaran. 2 4. Kontradiksi Jika tautologi adalah pernyataan yang selalu bernilai benar, maka sebaliknya kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap substitusi nilai kebenaran pernyataan tunggalnya. Contoh: Misalnya kita akan mencari nilai kebenaran dari pernyataan (π∧π) ∧ ~π dengan tabel kebenaran. Dari tabel kebenaran di atas terlihat setiap substitusi dari pernyataan (π∧π) ∧ ~ bernilai salah sehingga pernyataan (π∧π) ∧ ~π disebut kontradiksi. 5. Aljabar Proposisi Setiap pernyataan (proposisi) yang saling ekuivalen dapat dipertukarkan atau diganti antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah hukum-hukum aljabar proposisi yang ada. 1) Hukum Idempoten : a) π∨π ≡ π b) π∧π ≡ π 2) Hukum Asosiatif : a) (π∨π) ∨π ≡ π∨ (π∨π) b) (π∧π) ∧π ≡ π∧ (π∧π) 3) Hukum Komutatif : a) π∨π ≡ π∨π b) π∧π ≡ π∧π 3 4) Hukum Distributif : a) π∨ (π∧π) ≡ (π∨π) ∧ (π∨π) b) π∧ (π∨π) ≡ (π∧π)β(π∧π) 5) Hukum Identitas : a) π∨π΅ ≡ π΅ b) π∨π ≡ π c) π∧π΅ ≡ π d) π∧π ≡ π 6) Hukum Komplemen : a) π∨ ~π ≡ π΅ b) π∧ ~π ≡ π c) ~(~π) ≡ π d) ~π΅ ≡ π 7) Hukum Transposisi π⇒π ≡ ~π⇒ ~π 8) Hukum Implikasi π⇒π ≡ ~π∨π 9) Hukum Ekuivalensi a) π⇔π ≡ (π⇒π) ∧ (π⇒π) b) π⇔π ≡ (π∧π) ∨ (π∧π) 10) Hukum Eksportasi (π∧π) ⇒π ≡ π⇒ (π⇒π) 11) Hukum DeMorgan a) ~(π∨π) ≡ ~π∧ ~π b) ~(π∧π) ≡ ~π∨ ~π Catatan: π΅ = π΅ππππ, π = ππππβ Contoh 1: Buktikan bahwa ~(π⇒π) ≡ ~π. Penyelesaian: ~(π⇒π) ≡ ~(~π∨π) ≡ ~(~π) ∧ ~π ≡ π∧ ~π (Terbukti) Contoh 2: Buktikan bahwa (π∧π) ⇒π ≡ π΅. (π∧π) ⇒π ≡ ~(π∧π) ∨π ≡ (~π∨ ~π) ∨π ≡ (~π∨ ~π) ∨π ≡ ~π∨ (~π∨π) ≡ ~π∨π΅ ≡ π΅ (Terbukti) Contoh 3: Buktikan bahwa ~(π⇒ (π∨π)) adalah suatu kontradiksi. ~(π⇒ (π∨π)) ≡ ~(~π∨ (π∨π)) ≡ ~((~π∨π) ∨π) ≡ ~(π΅∨π) ≡ ~π΅ ≡ π (Terbukti) Karena ~(π⇒ (π∨π)) ≡ π maka ~(π⇒ (π∨π)) suatu kontradiksi. 6. Argumen Premis adalah suatu pernyataan yang bernilai benar, dianggap benar atau disepakati kebenarannya. Premis dapat berupa: aksioma, hipotesis, definisi, dalil/teorema atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya. Argumen adalah kumpulan dari satu atau 4 beberapa premis beserta kesimpulan/konklusinya yang diambil secara sahih/valid. Beberapa argumen dalam logika antara lain: 5 6 7 8 7. Aturan Bukti Bersyarat cara membuktikan keabsahan argumen dengan bukti formal. Salah satu cara yang digunakan dikenal dengan bukti formal dengan cara langsung dan disingkat dengan Bukti Langsung. Akan tetapi tidak semua argumen dapat dibuktikan dengan bukti langsung. Cara lain untuk membuktikan keabsahan argumen dengan bukti formal yaitu dengan Aturan Bukti Bersyarat (ABB). Catatan: Yang perlu diingat bahwa ABB dapat digunakan apabila konklusi argumen tersebut merupakan implikasi. Adapun langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti Bersyarat yaitu sebagai berikut. 1) Menulis premis-premis yang diketahui. 2) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan) dan konsekuennya merupakan konklusi dari argument (konklusi baru). 3) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru. Prosedur ABB dapat dilakukan karena didasarkan pada prinsip eksportasi bahwa π⇒ (π⇒π) ≡ (π∧π) ⇒π. Kita ingat bahwa ada hubungan yang erat antara argumen sah/valid dengan 9 implikasi logis sehingga kebenaran prosedur ABB mudah kita terima dengan penjelasan berikut. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa karena π⇒ (π΄⇒πΆ) ≡ (π∧π΄) ⇒πΆ maka argumen /∴π΄⇒πΆ sah/valid dan argumen π,/∴πΆ juga sah/valid. Keterangan di atas akan lebih mudah diterima dengan memperhatikan contoh berikut. 10 8. Reductio Ad Absordum (Bukti Tak Langsung) Selain dengan cara Aturan Bukti Bersyarat masih ada cara lain untuk membuktikan keabsahan argumen yaitu dengan Bukti Tak Langsung. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1) Menulis premis-premis yang diketahui. 2) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan). 3) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian ditunjukkan adanya kontradiksi. 4) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi dan Silogisme Disjungtif . Untuk lebih jelasnya ikutilah contoh berikut ini. Contoh: Buktikan keabsahan argumen berikut dengan Reductio Ad Absordum (Bukti Tak Langsung). 11 Catatan: 1) Langkah ke-13 menunjukkan adanya kontradiksi sebab π∧ ~π (menurut hukum komplemen) bernilai salah (False). 2) Setelah ditemukan adanya kontradiksi, langkah berikutnya menggunakan aturan penambahan dan silogisme disjungtif untuk membuktikan konklusi. 12 b. Matematika Diskrit 1. KOMBINATORIKA Materi kombinatorika, yang meliputi: binomial, barisan dan multiset, fungsi pembangkit, relasi rekursif, beserta contoh penerapannya a. Fungsi Pembangkit Fungsi pembangkit dapat digunakan untuk: memecahkan berbagai masalah counting, memecahkan relasi rekursif, dan membuktikan identitas kombinatorik. Beberapa formula yang sering digunakan dalam memecahkan masalah terkait fungsi pembangkit sebagai berikut: Khususnya, untuk π’ bilangan bulat negatif, misal π’ = −π berlaku persamaan berikut 13 14 15 Berikut ini diberikan teorema untuk menentukan barisan dari penjumlahan atau perkalian dua buah fungsi pembangkit. Fungsi pembangkit biasa dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kombinasi. Seperti dijelaskan pada contoh di bawah ini. Contoh 13: Tentukan banyaknya solusi dari π1 + π2 + π3 = 20, bila π1,π2,π3 bilangan bulat tak negatif dengan 5 ≤ π1 ≤ 10,5 ≤ π2 ≤ 8 dan 5 ≤ π3 ≤ 12. Penyelesaian. Menentukan solusi dari persamaan sama dengan masalah menentukan 16 berapa banyak obyek π1 terambil, berapa banyak obyek π2 terambil, dan berapa banyak obyek π3 terambil. Oleh karena itu, masalah ini sama dengan masalah menentukan kombinasi π dari πobyek. Fungsi pembangkit untuk kemungkinan terambilnya obyek π1 adalah (π₯5 + π₯6 + β―+ π₯10), fungsi pembangkit untuk kemungkinan terambilnya obyek π2 adalah (π₯5 + π₯6 + π₯7 + π₯8), dan fungsi pembangkit untuk kemungkinan terambilnya obyek π3 adalah (π₯5 + π₯6 + β―+ π₯12). Banyaknya solusi dinyatakan oleh koefisien π₯20 dalam ekspansi: (π₯) = (π₯5 + π₯6 + β―+ π₯10)(π₯5 + π₯6 + π₯7 + π₯8)(π₯5 + π₯6 + β―+ π₯12). Setiap bentuk π₯20 dalam perkalian ini didapat dengan mengalikan π₯π1 pada faktor pertama dengan π₯π2 pada faktor kedua dan π₯π3 pada faktor ketiga yang memenuhi: π1 + π2 + π3 = 20. Bila disederhanakan, fungsi pembangkit πΊ(π₯) menjadi: πΊ(π₯) = π₯5(1 + π₯ + β―+ π₯5)π₯5(1 + π₯ + π₯2 + π₯3)π₯5(1 + π₯ + π₯2 + β―+ π₯7). b. Multiset Definisi 3. Diberikan himpunan semesta π. Sebuah multiset π΄ pada π adalah sebuah himpunan dengan unsur-unsurnya dapat muncul lebih dari satu kali, yaitu π΄ = {π1.π1,2.π2,…,ππ.ππ} dengan unsur π1 muncul sebanyak π1 kali, unsur π2 muncul sebanyak π2 kali dan seterusnya sampai dengan unsur ππ muncul sebanyak ππ kali. Muliplisitas ππ merupakan sebuah fungsi dari π ke himpunan bilangan bulat positif. Berdasarkan Definisi 3, jelas bahwa himpunan klasik merupakan kasus khusus dari multiset, yaitu multiset dengan multiplisitas masing-masing unsur sama dengan 1. memahami, diperhatikan contoh-contoh berikut ini. Contoh 9. Untuk lebih (1) Himpunan {π,,,,π} merupakan multiset dengan unsur π muncul sebanyak 3 kali dan unsur π muncul sebanyak 2 kali. (2) Himpunan {1,1,1,3,3,5,5,5} merupakan multiset dengan unsur 1 muncul sebanyak 3 kali, unsur 3 muncul sebanyak 2 kali, dan unsur 5 muncul sebanyak 3 kali. (3) Himpunan {π,,} juga dapat disebut multiset dengan unsur π,π,π masing-masing muncul sebanyak 1 kali. (4) Himpunan {4.a,5.b,6.c,7.d} merupakan multiset dengan unsur π muncul sebanyak 4 kali, unsur π muncul sebanyak 5 kali, unsur π muncul sebanyak 6 kali, dan unsur π muncul sebanyak 7 kali Beberapa operasi dasar yang berlaku pada multiset sebagai berikut: Diberikan himpunan semesta π, multiset π΄ dan π΅ pada π dengan fungsi multiplisitas masingmasing ππ΄ dan ππ΅. 17 1. Gabungan π΄∪π΅ adalah multiset πΆ dengan fungsi multiplisitas ππΆ didefinisikan sebagai berikut (π₯) = max{ππ΄(π₯),ππ΅(π₯)} untuk setiap π₯∈π. 2. Irisan π΄ ∩ π΅ adalah multiset π· dengan fungsi multiplisitas ππ· didefinisikan sebagai berikut : ππ·(π₯) = min{ππ΄(π₯),ππ΅(π₯)}untuk setiap π₯∈π. 3. Multiset π΄ disebut termuat dalam multiset π΅, dinotasikan π΄⊆π΅, jika (π₯) ≤ ππ΅(π₯) untuk setiap π₯∈π. 4. Operasi selisih. 5 Selisih multiset π΄ − π΅ adalah multiset πΉ dengan fungsi multiplisitas ππΉ didefinisikan sebagai berikut (π₯) = ππ΄(π₯) − ππ΅(π₯) untuk setiap π₯∈π. Jika nilai selisih dalam (π₯) negatif, maka didefinisikan ππΉ(π₯) = 0. 6. Jumlahan multiset π΄ + π΅ adalah multiset π» dengan fungsi multiplisitas ππ» didefinisikan sebagai berikut (π₯) = ππ΄(π₯) + ππ΅(π₯) untuk setiap π₯∈π Sebagai ilustrasi, diperhatikan contoh berikut ini. Contoh 10. 1. Diberikan himpunan semesta π himpunan bilangan bulat positif. Diberikan multiset π΄ = {1,1,2,2,2,3} dan π΅ = {1,2,2,2,3,3,3,4} 1. Gabungan π΄∪π΅ = {1,1,2,2,2,3,3,3,4}. 2. Irisan π΄ ∩ π΅ = {1,2,2,2,3}. 3. Multiset π΄ termuat dalam multiset π΅. 4. Selisih π΄ − π΅ = {1} 5. Jumlahan π΄ + π΅ = {1,1,1,2,2,2,2,2,2,3,3,3,3,4} 2. Diberikan himpunan semesta π yang merupakan himpunan alfabet. Diberikan multiset π΄ = {2a,3b,c} dan π΅ = {a,2b,4d} 1. Gabungan π΄∪π΅ = {2a,3b,c,4d}. 2. Irisan π΄ ∩ π΅ = {a,2b}. 3. Selisih π΄ − π΅ = {a,b,c} 4. Jumlahan π΄ + π΅ = {3a,5b,c,4d} 3. Diberikan himpunan semesta π yang merupakan himpunan alfabet. Diberikan multiset π΄ = {5a,3b} dan π΅ = {6a,7b,3d} 1. Gabungan π΄∪π΅ = {6a,7b,3d}. 2. Irisan π΄ ∩ π΅ = {5a,3b}. 3. Selisih π΄ − π΅ = {} 4. Jumlahan π΄ + π΅ = {11a,10b,c,3d} 18 5. Multiset π΄ termuat dalam multiset π΅. c. Relasi Rekursif Definisi 4. Relasi Rekursif untuk barisan {ππ} didefinisikan sebagai sebuah persamaan yang menyatakan ππ dalam salah satu atau lebih suku-suku sebelumnya, yaitu π0,1,…,ππ−1, untuk semua π dengan π ≥ π0 dengan π0 bilangan bulat tak negatif. Selanjutnya, barisan {ππ} dikatakan sebagai solusi dari relasi rekursif ini bila ππ memenuhi relasi rekursif. Ilustrasi tentang relasi rekursif dijelaskan pada contoh-contoh berikut ini. Contoh 14. 1. Misal barisan {ππ} memenuhi relasi rekursif ππ = ππ−1 − ππ−2 untuk π = 2,3,4,… Serta diberikan nilai awal: π0 = 3 dan π1 = 5. Diperoleh: π2 = π1 − π0 = 5 − 3 = 2 π3 = π2 − π1 = 2 − 5 = −3 π4 = π3 − π2 = −3 − 2 = −5 π5 = π4 − π3 = −5 + 3 = −2 Dan seterusnya. Jelas bahwa ππ mengaitkan dua suku sebelumnya. 2. Apakah barisan {ππ} dengan ππ = 3π merupakan solusi dari relasi rekursif = 2ππ−1 − ππ−2 untuk π = 2,3,4,… dengan n bilangan bulat tak negatif? Penyelesaian: Dengan mensubtitusi ππ = 3π ke ruas kanan relasi rekursif, diperoleh: 2.3.(π − 1) − 3(n − 2) = 6n − 6 − 3n + 6 = 3n = ππ Dapat dibuktikan bahwa ππ = 3π memenuhi relasi rekursif. Jadi ππ = 3π merupakan solusi dari relasi rekursif. Relasi rekursif dapat digunakan untk memodelkan permasalahan real. Sebagai ilustrasi, diperhatikan contoh berikut ini. Contoh 15. 1. Barisan Fibonacci: Sepasang kelinci diletakkan di sebuah pulau. Pasangan kelinci ini tidak akan beranak sampai berumur 2 bulan, Setelah 2 bulan, setiap pasang kelinci akan menghasilkan sepasang kelinci lainnya setiap bulan. Misal ππ menyatakan banyaknya pasangan kelinci setelah π bulan, relasi rekursif untuk barisan {ππ} adalah ππ = ππ−1 + ππ−2 2. Masalah derangement: Misal π·π menyatakan banyak derangement dari π obyek berbeda. Diperhatikan kembali formula untuk menentukan π·π. Jelas bahwa π·0 = 1,π·1 = 0,π·2 = 1,π·3 = 2,π·4 = 9,π·5 = 44,π·6 = 265, dan seterusnya. Relasi rekusif untuk menentukan π·π sebagai berikut: π·π = (π − 1)−1 + π·π−2 Menentukan solusi dari sebuah relasi rekursif sama dengan menentukan rumus eksplisit dari barisan {ππ}. Metode untuk menentukan solusi dari sebuah relasi rekursif bergantung pada jenis relasi rekursif tersebut. Terdapat dua jenis relasi rekursif, yaitu relasi rekursif linear homogen dan relasi rekursif linear tak homogen. Definisi 5. Bentuk 19 umum relasi rekursif linear homogen berderajat π dengan koefisien-koefisien konstan sebagai berikut: ππ = π1ππ−1 + π2ππ−2 + β―+ ππππ−π (3) dengan π1,π2,…,ππ bilangan-bilangan real dan ππ ≠ 0. Untuk lebih memahami bentuk relasi rekursif linear homogen berderajat π dengan koefisien konstan, diperhatikan contoh berikut ini. 1. πn = (1.11)−1, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 1 2. ππ = 4ππ−2, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 2 3. π»π = 2π»π−1 − π»π−2 + π»π−3, merupakan relasi rekursif linear homogen berderajat 3 4. π»π = 2π»π−1 − π»π−2 + π»π−3 + π»π−4, merupakan relasi rekursif linear homogeny Langkah untuk menentukan solusi relasi rekursif homogen linear adalah dengan mensubtitusi bentuk ππ = ππ dengan π konstanta. Bentuk ππ = ππ solusi dari relasi rekursif (3) jika dan hanya jika ππ memenuhi relasi rekursif (3). Dengan cara mensubtitusi ππ = ππ ke relasi rekursif (3), diperoleh persamaan karakteristik sebagai berikut: ππ − π1ππ−1 + π2ππ−2 + β―+ ππ−1π − ππ = 0, dan akar dari persamaan tersebut di atas disebut akar-akar karakteristik. Bentuk solusi homogen dari relasi rekursif (3) dibedakan berdasarkan akar-akar persaam karakteristiknya d. Graf Konsep-konsep Dasar Teori Graf a. Pengertian Graf. Graf G adalah pasangan himpunan (π(πΊ),πΈ(πΊ)) atau cukup disingkat (π,πΈ), ditulis dengan notasi πΊ = (π(πΊ),πΈ(πΊ)) atau πΊ = (π,πΈ), yang dalam hal ini π adalah himpunan tidak-kosong dari titik (vertices atau nodes) dan πΈ adalah himpunan sisi (edge) yang menghubungkan satu atau dua titik, dengan πΈ mungkin merupakan himpunan kosong. Definisi ini menyatakan bahwa π tidak boleh kosong, sedangkan πΈ boleh kosong. Jadi sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi, tetapi titiknya harus ada, minimal satu. Graf yang tidak memiliki sisi dinamakan graf kosong (null graph). Graf kosong dengan π titik, dinotasikan dengan ππ. Titik pada graf dapat dilabel dengan huruf, seperti π,π,π,…, z atau π£1,π£2,β―,π£π atau dengan bilangan asli 1,2,3,…,π, sedangkan sisi yang menghubungkan titik π’ dengan titik π£ dinyatakan dengan pasangan (π’,π£) atau dinyatakan dengan lambang π1,π2,….,ππ. Dengan kata lain, jika π adalah sisi yang menghubungkan titik π’ dengan titik π£, maka π dapat ditulis sebagai π = (π’,). Sisi e tersebut dapat juga ditulis sebagai atau π£π’. b. Graf Bagian (Subgraf). Misalkan πΊ adalah graf dengan himpunan titik (πΊ) dan himpunan sisi (πΊ). Sebuah graf π» dengan himpunan titik (π») dan himpunan sisi (π»), disebut graf bagian (subgraf) dari graf πΊ, dinotasikan π»⊆πΊ, jika π(π») ⊆π(πΊ) dan πΈ(π») ⊆πΈ(πΊ). Jika (π») = (πΊ) dan πΈ(π») ⊆πΈ(πΊ), maka H disebut graf bagian rentang (spanning subgraph). Sifat-sifat dari graf bagian adalah sebagai berikut. 1) Setiap graf merupakan graf bagian dari dirinya sendiri. 2) Graf bagian dari suatu graf bagian πΊ merupakan graf 20 bagian dari πΊ. 3) Sebuah titik dalam graf πΊ merupakan graf bagian dari πΊ. 4) Sebuah sisi dari πΊ bersamaan dengan kedua titik ujungnya juga merupakan graf bagian dari πΊ. Berikut ini adalah contoh graf bagian dari sebuah graf. Pada Gambar 3, H adalah graf bagian rentang dari G dan K adalah graf bagian dari G tetapi bukan graf bagian rentang. c. Jalan, Jejak, Lintasan, Sirkuit, dan Sikel Misalkan πΊ adalah graf, maka jalan (walk) di πΊ adalah sebuah barisan berhingga π = π£0 π1 π£1 π2 π£2 …π£π−1 πππ£π … πππ£π yang sukusukunya bergantian titik dan sisi, sedemikian sehingga π£π−1 dan π£π adalah titik-titik akhir (titik ujung) sisi ππ untuk 1 ≤ π ≤ π di mana π£0 dan π£π berturut-turut disebut titik awal dan titik akhir jalan W. Titik-titik π£1,2,β―,π£π−1 disebut titik-titik internal jalan W. Panjang jalan W Adalah banyaknya sisi dalam W. Jadi panjang jalan W di atas adalah k. Jalan tertutup di πΊ adalah jalan yang titik awal dan akhirnya sama. Jejak (trail) di πΊ adalah jalan dengan semua sisinya π1,2,π3,…,ππ berbeda. Lintasan (path) di πΊ adalah jejak dengan semua titiknya π£1,2,π£3,…,π£π berbeda. Jejak tertutup (sirkuit) di πΊ adalah jejak yang titik awal dan akhirnya sama dan sikel (cycle) adalah sirkuit yang titik awal dan semua titik internalnya berbeda. Perhatikan Gambar 4 berikut. d. Graf Terhubung dan Tidak Terhubung Graf disebut terhubung (connected) jika setiap dua titik berbeda pada graf tersebut terdapat sebuah lintasan yang menghubungkan kedua titik tersebut. Komponen graf G adalah sebuah graf bagian terhubung maksimal (titik dan sisi) dari G. Graf H dikatakan graf bagian terhubung maksimal dari graf G, jika tidak ada graf bagian lain dari G yang 21 terhubung dan memuat H. Graf terhubung terdiri satu komponen. Apabila suatu graf tidak terhubung, maka graf tersebut terdiri dari beberapa komponen yang masingmasing komponennya adalah suatu graf terhubung atau suatu titik terisolir. Graf terhubung terdiri satu komponen, sedang graf tak terhubung terdiri paling sedikit dua komponen. Graf πΊ1 terdiri satu komponen dan graf πΊ2 terdiri empat komponen. e. Isomorfisme Graf Dua buah graf G dan H dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu antara titik-titik keduanya dan antara sisi-sisi keduanya sedemikian sehingga jika sisi π1 di G yang memiliki titik akhir π’1 dan π’2 maka berkorespondensi dengan sisi π2 di H yang memiliki titik akhir π£1 dan π£2, demikian sebaliknya . Graf G dan H isomorfik karena ada korespondesi satu-satu sebagai berikut: π’1 ↔ π£1,2 ↔ π£3,,π’3 ↔ π£5,π’4 ↔ π£2,π’5 ↔ π£4,π’6 ↔ π£6 f. Derajat Titik Misalkan π£ adalah titik dalam suatu graf πΊ. Derajat (degree) titik π£, disimbolkan (π£), adalah jumlah sisi yang terkait dengan titik π£ dan sisi suatu loop dihitung dua kali. Derajat total πΊ adalah jumlah derajat semua titik dalam πΊ. Derajat minimum dari graf πΊ dinotasikan dengan (πΊ) dan derajat maksimumnya dinotasikan dengan β(πΊ). 22 g. Matriks Ketetanggaan dan Matriks Keterkaitan Selain dengan gambar, sebuah graf G dapat disajikan dengan sebuah matriks. Matriks yang digunakan untuk menyajikan graf G tersebut diberi nama Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix) dan Matriks Keterkaitan (incidence matrix). Jenis-jenis Graf Tertentu a. Graf Lengkap (Graf Komplit) Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap titiknya mempunyai sisi ke semua titik lainnya atau semua titiknya bertetangga dengan semua titik lainnya. Graf lengkap dengan π titik dilambangkan dengan πΎπ. b. Graf Bipartisi Graf bipartisi πΊ adalah graf yang himpunan titiknya dapat dikelompokkan menjadi dua himpunan bagian π1 dan π2, sedemikian sehingga setiap sisi di dalam πΊ menghubungkan sebuah titik di π1 ke sebuah titik di π2, dan dinyatakan sebagai (π1,2). Dengan kata lain, setiap pasang titik π1 (demikian pula dengan titik-titik di π2) tidak bertetangga 23 c. Graf Teratur (Graf Reguler) Graf yang setiap titiknya mempunyai derajat yang sama disebut graf teratur atau graf reguler. Apabila derajat setiap titik adalah π, maka graf tersebut disebut sebagai graf teratur atau graf reguler derajat π atau dapat ditulis graf teratur-π (graf reguler-π). Jumlah sisi pada graf teratur adalah ππ 2 . Contoh graf teratur ditunjukkan di bawah ini. d. Graf Sikel Graf sikel adalah graf sederhana yang setiap titiknya berderajat dua. Graf sikel dengan n titik dilambangkan dengan πΆπ. e. Graf Planar dan Graf Bidang Graf G disebut graf planar (planar graph) jika G dapat digambar pada bidang datar sedemikan hingga sisi-sisinya tidak ada yang berpotongan kecuali mungkin pada titiktitik ujung dari sisi-sisi tersebut. Sedangkan graf bidang (plane graph) adalah graf yang digambar pada bidang datar sedemikan hingga sisi-sisinya tidak ada yang berpotongan kecuali mungkin pada titik-titik ujung dari sisi-sisi tersebut. Dengan demikian, graf planar adalah graf yang dapat digambar sebagai graf bidang. Graf bidang pasti graf planar tetapi sebaliknya tidak berlaku. 24 f. Graf Euler dan Graf semi-Euler Sebuah sirkuit di graf G yang memuat semua sisi G disebut sirkuit Euler. Jika graf G memuat sirkuit Euler, maka graf G disebut graf Euler. Sebuah jejak-buka yang memuat semua sisi graf disebut jejak Euler. Graf G disebut graf semi-Euler jika G memuat jejak Euler. g. Graf Hamilton dan Semi-Hamilton Misalkan G adalah sebuah graf. Sebuah sikel yang memuat semua titik di G disebut sikel Hamilton. Jika G memuat sikel Hamilton, maka G disebut graf Hamilton. Sebuah lintasan yang memuat semua titik di G disebut lintasan Hamilton. Sebuah graf G disebut graf semi-Hamilton jika graf G bukan graf Hamilton dan graf tersebut memuat lintasan Hamilton. Perhatikan tiga graf di bawah ini. h. Pohon Pohon (tree) adalah graf terhubung yang tidak memiliki sikel. Berikut adalah contohcontoh pohon. Sifat-sifat Pohon Misalkan G = (V, E) adalah graf sederhana dan banyak titiknya n buah. Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah ekivalen. 1) G adalah pohon. 2) Setiap pasang titik di G terdapat tepat satu lintasan. 3) G terhubung dan memiliki n – 1 buah sisi. 4) G 25 tidak mengandung sikel dan memiliki n – 1 buah sisi. 5) G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan. Pewarnaan Graf a. Pewarnaan Titik (Vertex Colouring) Misalkan G graf tanpa loop. Suatu pewarnaan-k (k-colouring) untuk graf G adalah suatu penggunaan sebagian atau semua k warna untuk mewarnai semua titik di G sehingga setiap pasang titik yang bertetangga (adjacent) diberi warna yang berbeda. Jika G mempunyai pewarnaan-k, maka dikatakan titik-titik di G dapat diwarnai dengan k warna (kcolourable). Bilangan khromatik (chromatic number) dari graf G, dinotasikan χ(G), adalah bilangan k terkecil sehingga G dapat diwarnai dengan k warna. Jadi, (πΊ) = min {π/ ada pewarnaan-π pada πΊ}. Biasanya warna-warna yang digunakan untuk mewarnai titik-titik suatu graf dinyatakan dengan 1, 2, 3, …, k. Jelas bahwa χ(G) ≤ |V(G)|. Sedangkan cara yang mudah untuk menentukan batas bawah dari χ(G) adalah dengan mencari graf bagian komplit yang terbesar di G. b. Pewarnaan Sisi (Edge Colouring) Misalkan G graf tanpa loop. Suatu pewarnaan sisi-k (k-edge colouring) untuk graf G adalah suatu penggunaan sebagian atau semua k warna untuk mewarnai semua sisi di G sehingga setiap pasang sisi yang mempunyai titik persekutuan diberi warna yang berbeda. Jika G mempunyai pewarnaan sisi-k, maka dikatakan sisi-sisi di G dapat diwarnai dengan k warna (k-edge colourable). Indeks khromatik (chromatic index) dari graf G, dinotasikan χ’(G), adalah bilangan k terkecil sehingga sisi-sisi di G dapat diwarnai dengan k warna. Biasanya warna-warna yang digunakan untuk mewarnai sisi-sisi suatu graf dinyatakan dengan 1, 2, 3, …, k. Jelas χ’(G) ≤ |V(G)|, dan jika derajat titik maksimum di G adalah β(πΊ), maka χ’(G) ≥ β(πΊ). c. Pewarnaan Peta (Map Colouring) Dalam pewarnaan peta, muncul pertanyaan: Paling sedikit berapa warna yang diperlukan untuk mewarnai sebarang peta sehingga daerah yang bertetangga diwarnai berbeda? Jika pada peta masing-masing daerah dipandang sebagai titik dan titik-titik yang mewakili dua daerah yang bertetangga dihubungkan oleh satu sisi, maka yang terjadi adalah graf dual dari peta tersebut 26 Modul 2 : Aljabar danProgram Linier Aljabar a. Perkalian Silang (Cross Product) Jika π = (π’1,2,π’3) dan π = (π£1,π£2,π£3) merupakan dua vektor di ruang vektor ππ, maka hasil perkalian silang π × π adalah didefinisikan sebagai vektor berikut π × π = (π’2π£3 − π’3π£2,3π£1 − π’1π£3,π’1π£2 − π’2π£1) atau dalam sistem determinan π × π = (| π’2 π’3 π£2 π£3|,−| π’1 π’3 π£1 π£3|,| π’1 π’2 π£1 π£2|) …… (1) Catatan Berdasar (1), cara mencai komponen π × π dapat dilakukan dengan cara berikut. 1. Dari matriks berordo 2×3; dengan menulis [ π’1 π’2 π’3 π£1 π£2 π£3] dengan baris pertama merupakan komponen dari π dan baris kedua merupakan komponen dari π. 2. Mencari komponen pertama dari π × π, dengan cara menghilangkan kolom pertama dan mencari nilai determinan, mencari komponen kedua dengan menghilangkan kolom kedua dan mencari nilai negatif dari determinannya; dan mencari komponen ketiga dengan menghilangkan kolom ketiga dan mencari nilai determinannya. Contoh : (Komponen vektor π × π) Carilah komponen dari π × π, dengan = (1,2,−2) dan π = (3,0,1). 27 Penyelesaian: Berdasar (1) atau dengan menggunakan matriks berordo 2x3; diperoleh × π = (|2 −2 0 1 |,−| 1 −2 3 1 |,| 1 2 3 0 |) = (2,−7,−6). b. Sudut Antara Dua Vektor Jika π dan π adalah vektor tak nol di R2 (atau di R3), dan jika θ adalah sudut antara π dan π, maka sudut π antara π dan π memenuhi 0 ≤ π ≤ π, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 8 berikut. Kita dapat menentukan sudut antara vektor π dan vektor π ditentukan dari π dan memanfaatkan aturan perkalian titik dari didefinisikan dengan π.π dengan dan π, yang dinotasikan dengan π.π dan = βπββπβcosπ ....... (1) Dengan θ adalah sudut antara π dan π. Berdasar (1), diperoleh cosπ =π.π βπββπβ ........ (2) untuk π dan π bukan nol. Untuk mencari sudut antara π dan π, yaitu sudut θ, dapat digunakan rumus (2). Perhatikan, π adalah sudut lancip jika .π jika jika π.π π adalah sudut tumpul -siku atau π = π 2 jika π.π = 0. c. Kombinasi Linear, Bebas Linear, dan Basis Kombinasi Linear Misalnya V = { π£1,π£2}; maka persamaan yang memiliki bentuk π = π1ππ, dalam hal ini π ditulis sebagai kombinasi linear dari ππ. Vektor π’ = π1ππ + π2ππ merupakan kombinasi linear dari ππ dan ππ; atau sering disebut vektor π’ sebagai kombinasi linear dari V. Definisi: Jika π adalah vektor pada ruang vektor V, maka π merupakan kombinasi linear dari vektor π£1, π£2, . . . , π£π dalam V jika π dapat dinyatakan dalam bentuk π = π1π£1 + π2π£2 +· · · +πππ£π dengan π1, π2, . . . , ππ adalah skalar. Skalar ini disebut koefisien kombinasi linear. Contoh (kombinasi linear) Perhatikan vektor π = (1,2,-1) dan π = (6,4,2) di R3. Tunjukkan bahwa π = (9,2,7) adalah kombinasi linear dari π dan π dan bahwa π’= (4,-1,8) bukan kombinasi linear dari π dan π. Penyelesaian: 28 Agar π = (9,2,7) dapat ditulis sebagai kombinasi linear dari π dan π, harus ada skalar k1 dan k2 sehingga memenuhi w= π1u + π2π; itu adalah, (9,2,7) = π1(1,2,−1) + π2(6,4,2) = (π1 + 6π2,2π1 + 4π2,−π1 + 2π2) Dengan menyamakan komponen yang sesuai memberikan π1 + 6π2 = 9 2π1 + 4π2 = 2 −π1 + 2π2 = 7 Selanjutknya, memecahkan sistem ini dengan menggunakan eliminasi Gauss, diperoleh nilai π1 = −3,π2 = 2, jadi π = −3π + 2π. Jadi π = (9,2,7) adalah kombinasi linear dari π dan π. Demikian pula untuk π′ apakah daapat ditulis sebagai kombinasi linear dari u dan v, harus ada skalar π1 dan π2 sedemikian rupa sehingga π′ = π1π + π2π yaitu, (4,−1,8) = π1(1,2,−1) + π2(6,4,2) = (π1 + 6π2,2π1 + 4π2,−π1 + 2π2) Menyamakan komponen yang sesuai memberikan π1 + 6π2 = 4 2π1 + 4π2 = −1 −π1 + 2π2 = 8 Sistem persamaan ini tidak konsisten (jelaskan!), jadi tidak ada skalar 1 dan π2. Jadi, π′ bukan kombinasi linear dari u dan v. d. Perkalian Titik (dot product) Jika π dan adalah vektor tak nol di R2 (atau di R3), dan jika θ adalah sudut antara π dan π, maka perkalian titik (bisa juga disebut hasil kali titik atau hasil kali dalam) dari dapat dinotasikan dengan π.π dan didefinisikan dengan π.π dan π, = βπββπβcosπ. Jika π = π atau π = π, maka diperoleh π. = 0; Untuk π ≠ π atau π ≠ π yang berarti π dan π saling tegak lurus. Untuk mencari sudut antara π dan π, yaitu sudut θ, dapat digunakan rumus berikut. cosπ =π.π βπββπβ, Untuk π dan bukan nol. Keterangan : π adalah sudut lancip jika π.π> 0 π adalah sudut tumpul jika jika π.π< 0 π adalah sudut siku-siku atau π = π 2 jika jika π.π = 0 e. Perkalian Vektor dengan Skalar Jika π adalah sebuah vektor tak nol di π2 atau ππ, dan jika π adalah skalar tak nol, maka didefinisikan perkalian skalar k dengan π (dituliskan dengan ππ) adalah vektor dengan panjang |π| kali dari panjang π dan arahnya sama dengan π jika π positif; dan berlawanan arah dengan π jika π negatif (Gambar 1.4). Jika π = 0 atau π = π, maka didefinisikan ππ = π f. Ruang Vektor Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor 1. Jika vektor – vektor u , v ∈ V , maka vektor u + v ∈ V 29 2. u + v = v + u 3. u + ( v + w ) = ( u + v ) + w 4. Ada 0 ∈ V sehingga 0 + u = u + 0 untuk semua u ∈ V , 0 : vektor nol 5. Untuk setiap u ∈ V terdapat – u ∈ V sehingga u + (– u ) = 0 6. Untuk sembarang skalar k , jika u ∈ V maka ku ∈ V 7. k ( u + v ) = k u + k v , k sembarang skalar 8. (k + l) u = k u + l u , k dan l skalar 9. k( l u ) = ( kl ) u 10. 1 u = u Contoh ruang vektor : 1. V adalah himpunan vektor euclidis dengan operasi standar (operasi penjumlahan dan operasi perkalian dengan skalar ) Notasi: Rn . 2. V adalah himpunan polinom pangkat n dengan operasi standar Bentuk umum polinom orde – n pn(x) = a0 + a1x +… + anxn qn(x) = b0 + b1x +… + bnxn Operasi standar pada polinom orde – n pn(x) + qn(x) = a0+ b0 + (a1 + b1)x +… + (an + bn)xn k pn = ka0 + ka1x +… + kanxn Notasi: Pn 3. V adalah himpunan matriks berukuran mxn dengan operasi standar (penjumlahan matriks dan perkalian matriks dengan skalar ) Notasi: Mmn g. Sub–ruang vektor Diketahui V ruang vektor dan U subhimpunan V. U dikatakan sub–ruang dari V jika memenuhi dua syarat berikut : 1. Jika u ,v ∈ U maka u + v ∈ U 2. Jika u ∈ U , untuk skalar k berlaku ku ∈ U h. Kombinasi linier Vektor v dikatakan merupakan kombinasi linier dari vektor – vektor v 1, v 2,…,v n bila v bisa dinyatakan sebagai : v = k1 v 1 + k2 v 2+…+ kn v n , k1,k2,…,kn adalah scalar Contoh Tunjukkan bahwa v =(3,9,-4,-2) merupakan kombinasi linier u1= (1,-2,0,3), u2 = (2,3,0,-1) dan u3= (2,-1,2,1) Jawab: Bila v merupakan kombinasi linier dari u1, u2, dan u3 maka dapat ditentukan x, y dan z sehingga: v = xu 1 + yu2 + zu3 (3,9,-4,-2) = x(1,-2,0,3)+ y(2,3,0,-1) + z (2,-1,2,1) (3,9,-4,-2) = (1x,-2x, 0x, 3x)+ (2y,3y,0y,-1y) + (2 z,-1z,2z,1z) i. Kebebasan Linier Vektor – vektor di S dikatakan bebas linier (linearly independent) jika persamaan 0 = k1 s 1 +k2 s 2+…+ kn sn hanya memiliki penyelesaian k1= k2 =…= kn = 0 jika ada penyelesaian 30 lain untuk nilai k1,k2,…,kn selain 0 maka dikatakan vektor –vektor di S bergantung linier (linearly dependent) j. Basis dan Dimensi Misalkan V ruang vektor dan S = { s 1, s 2 ,…, s n }. S disebut basis dari V bila memenuhi dua syarat , yaitu : 1. S bebas linier 2. S membangun V Basis dari suatu ruang vektor tidak harus tunggal tetapi bisa lebih dari satu. Ada dua macam basis yang kita kenal yaitu basis standar dan basis tidak standar k. Basis ruang baris dan basis ruang kolom Suatu matriks berukuran mxn dapat dipandang sebagai susunan bilangan yang tersusun dari bilangan dalam kolom 1 sampai kolom n atau dalam baris 1 sampai baris m.a11 a12 …a 1n a21 a22 ... a2n : : : am1 am1 ... amn Jika A = Maka A tersusun atas vektor –vektor baris r i dengan r i = (ai1,ai2,…,ain ) atau bisa juga dikatakan A tersusun atas vektor – vektor kolom c j = (c1j,c2j,…,cmj } dengan i = 1,2,…,m dan j =1,2,…,n Subruang Rn yang dibangun oleh vektor– vektor baris disebut ruang baris dari A Subruang Rm yang dibangun oleh vektor– vektor kolom disebut ruang kolom dari A l. Menentukan basis ruang kolom / baris Basis ruang kolom A didapatkan dengan melakukan OBE pada A, sedangkan basis ruang kolom A didapatkan dengan melakukan OBE pada At Banyaknya unsur basis ditentukan oleh banyaknya satu utama pada matriks eselon baris tereduksi. Dimensi ( ruang baris ) = dimensi ( ruang kolom ) = rank matriks m. Penjumlahan Vektor Jika v dan w adalah sebarang dua vektor tak nol, maka + π adalah vektor yang ditentukan sebagai berikut. Tempatkanlah vektor w sehingga titik awalnya berimpit dengan titik terminal v. Vektor + π dinyatakan oleh tanda panah dari titik awal v terhadap titik terminal w (Gambar 2a). Pada Gambar 2c memperlihatkan cara mengkonstruksi jumlah π + π dan π + π, sehingga mudah dimengerti bahwa penjumlahan dua vektor bersifat komutatif π + π = π + π 31 n. Pengurangan Vektor Pengurangan dari π dapat diperoleh secara geometris dengan metode jajar genjang yang ditunjukkan pada Gambar 3. Negatif dari vektor π, dilambangkan dengan −π, adalah vektor yang memiliki panjang yang sama namun kemudian diarahkan berlawanan (Gambar 1.3a), dan pengurangan π dari π, dilambangkan dengan π − π (Gambar 1.3c) dianggap sebagai penjumlahan π dan −π, yakni: π − π = π + (−π) o. Subruang Vektor Misalkan V ruang vektor, dan W himpunan bagian dari V. Jika W terhadap operasi tambah dan kali dengan skalar sebagaimana yang didefinisikan pada V, membentuk ruang vektor; maka W disebut subruang dari V. Penyebutan secara lebih singkat “W subruang V”. Untuk menunjukkan subruang vektor (misalnya apakah W subruang dari V) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut; tunjukkan bahwa himpunan W merupakan himpunan bagian dan V; tunjukkan W bukan himpunan kosong; pastikan operasi yang didefinisikan di W sama dengan operasi yang didefinisikan di V; selanjutnya periksa apakah pada W memenuhi 10 aksioma atau tunjukkankan W ruang vektor. Cara lain dengan menggunakan teorema: Jika W himpunan bagian yang tidak kosong dari ruang vektor V, dan operasi tambah dan kali dengan skalar yang didefinisikan di W sama dengan di V; maka W subruang dari V jika hanya jika W tertutup terhadap operasi tambah dan perkalian dengan skalar. Contoh (subruang) 1) Garis yang melalui (0,0) subruang dari R2. 2) Himpunan V adalah subruang dari ruang vektor V. 3) Himpunan yang anggotanya nol, A = {o} adalah subruang dari ruang vektor V. Program Linier a. Pertidaksamaan Linear Menurut Elkhateeb (2016), pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang dibangun dengan menggunakan satu atau lebih simbol ( <, >, ≤, ≥ ) untuk membandingkan 2 kuantitas. Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah 32 satu. Pertidaksamaan linear satu variabel dinyatakan dalam bentuk Pertidaksamaan linear 2 variabel dapat dinyatakan dalam 2 bentuk. Menyelesaikan pertidaksamaan artinya mencari nilai dari variabel yang membuat hubungan dua kuantitas dalam urutan yang benar. Nilai dari variabel yang membuat pertidaksamaan menjadi kalimat yang benar disebut penyelesaian pertidaksamaan. Himpunan semua penyelesaian dari pertidaksamaan disebut himpunan penyelesaian pertidaksamaan. Menyelesaikan pertidaksamaan linear dua variabel dengan cara sebagai berikut: a. Ubah tanda pertidaksamaan menjadi tanda sama dengan. Gambar garis (putus-putus jika tanda atau , tidak putus-putus jika tandanya yang tidak berada pada garis yang persamaannya atau ). b. Ambil titik uji dan cek apakah memenuhi pertidaksamaan. Jika memenuhi pertidaksamaan maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan titik-titik pada paruh bidang (half-plane) yang memuat . Jika tidak memenuhi pertidaksamaan maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan titik-titik pada paruh bidang (half-plane) di sisi lain garis . c. Arsir daerah yang tidak memenuhi pertidaksamaan. d. Himpunan penyelesaiannya dalam gambar berupa daerah sehingga disebut dengan daerah penyelesaian. Modul 3 : Analisis Real dan Persamaan Differensial Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi Definisi Turunan Salah satu masalah yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adalah gradien garis singgung. Perhatikan Gambar 1. 33 Teorema-teorema turunan Teorema 1. Jika π′(π) ada maka π kontinu pada π. Dari teorema tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap fungsi yang mempunyai turunan pada domainnya pasti kontinu pada domainnya tetapi fungsi kontinu tidak menjamin eksistensi turunan dari fungsi tersebut Teorema 2. Dipunyai πΎ suatu konstanta real dan π:πΌ → β, ⊂β. Jika (π₯) = πΎ∀π₯∈πΌ maka π′(π₯) = π[π(π₯)] ππ₯ = 0 ∀π₯∈πΌ. 2) Turunan dari penjumlahan dan perkalian fungsi dengan konstanta Teorema 3. Jika fungsi-fungsi π dan π mempunyai turunan di π₯∈π·π ∩ π·π maka (π + π)′(π₯) = π′(π₯) + π′(π₯) dan (πΎ.π)′(π₯) = πΎ.π′(π₯) dengan K sembarang bilangan real. 3) Turunan dari perkalian dan pembagian fungsi. Teorema 4. Jika fungsi-fungsi π dan π mempunyai turunan di π₯∈π·π ∩ π·π maka (π.π)′(π₯) = π(π₯).π′(π₯) + π′(π₯).π(π₯) dan (ππ)′(π₯) =π′(π₯).π(π₯) − π(π₯).π′(π₯) [π(π₯)]2, dengan syarat π(π₯) ≠ 0. 34 4) Turunan dari π₯π. Teorema 5. Jika π:πΌ → β, ⊂β dan (π₯) = π₯π dengan π bilangan bulat tak nol maka π′(π₯) = π[π₯π] ππ₯ = ππ₯π−1. 5) Turunan dari fungsi trigonometri. Dengan menggunakan definisi dan teorema-teorema turunan yang diberikan sebelumnya, diperoleh turunan untuk fungsi trigonometri sebagai berikut. Teorema 6. Turunan fungsi trigonometri diberikan berikut ini. (1) (sinπ₯) ππ₯ = cosπ₯ (2) (cosπ₯) ππ₯ = −sinπ₯ (3) (tanπ₯) ππ₯ = sec2 π₯ (4) (secπ₯) ππ₯ = secπ₯ .tanπ₯ (5) (cscπ₯) ππ₯ = −cscπ₯ .cotπ₯ (6) (cotπ₯) ππ₯ = −csc2 π₯ b. Aturan rantai Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi. Selengkapnya diberikan pada Teorema 7. Teorema 7. Jika π mempunyai turunan di π₯ dan π mempunyai turunan di (π₯) maka [(πβπ)(π₯)] ππ₯ = π[(πβπ)(π₯)] π[π(π₯)] . π[π(π₯)] ππ₯ = π′[π(π₯)].π′(π₯). Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers a. Turunan fungsi implisit Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda yaitu π¦ = (π₯) disebut fungsi eksplisit Dengan menggunakan aturan turuan fungsi implisit dapat diperoleh teorema perumuman turunan dari π₯π sebagai berikut. Teorema 8. Jika π:πΌ → β, ⊂β dan (π₯) = π₯ ππ dengan π dan π bilangan bulat tak nol maka π′(π₯) = π[π₯ππ]ππ₯ = ππ.π₯ππ −1. b. Turunan Fungsi Invers Fungsi invers adalah sebuah fungsi yang apabila dikomposisikan dengan fungsi semula akan menghasilkan fungsi identitas atau dapat dituliskan πβπ−1 = π−1 βπ = πΌ atau (πβπ−1)(π₯) = (π−1 βπ)(π₯) = π₯. Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah fungsi tersebut adalah fungsi injektif dan domain dari fungsi inversnya adalah Range dari fungsi semula. Dapat dituliskan dalam Teorema 9. Teorema 9. Jika π:πΌ → β, ⊂β dan π merupakan fungsi injektif maka π mempunyai invers yaitu π−1:π π → πΌ dengan π π menyatakan Range/daerah hasil π. Berikut teorema untuk menentukan turunan invers suatu fungsi. Teorema 10. Jika π mempunyai turunan pada πΌ⊂β dan π′(π₯) ≠ 0 pada πΌ maka π−1 mempunyai turunan pada π(πΌ) dan dapat ditentukan dengan (π−1)′(π₯) =1 π′[π−1(π₯)] atau ππ₯ππ¦ = 1 ππ¦ππ₯ 35 Dengan menggunakan teorema di atas dapat diperoleh turunan dari invers fungsi trigonometri yang diberikan berikut ini. . Persamaan Diferensial a. Pengertian Persamaan Diferensial Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat turunan terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas. Bila hanya ada satu variabel bebas yang diasumsikan, maka subyek disebut persamaan diferensial biasa. Sebagai contoh: 1. y’ + 3xy = 3x b. Notasi, Orde, dan Derajat Orde persamaan diferensial adalah turunan tertinggi yang termuat dalam persamaan tersebut. Persamaan diferensial (1.1) dan (1.2) adalah persamaan diferensial orde-n sebab turunan tertinggi yang terlibat dalam persamaan (1.1) dan (1.2) adalah turunan ke-n. Sebagai contoh, persamaan diferensial pada contoh nomor 1 dan 4 berorde satu, nomor 2 dan 5 berorde dua, serta nomor 3 berorde tiga. Derajat atau pangkat atau tingkat persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut. Persamaan diferensial pada notasi umum (1.2) berderajat satu. 36 Contoh lain: persamaan diferensial pada Contoh 1, 2, 3, 4, dan 5 berderajat satu. Di samping itu, persamaan diferensial ada yang disebut homogen dan tak homogen. Pada persamaan (1.2) bila b(x) = 0 merupakan persamaan diferensial linear c. Pengertian Solusi Persamaan Diferensial Suatu fungsi real f yang didefinisikan pada semua x dalam interval real I dan memiliki suatu turunan kedisebut solusi (1.1) pada I jika memenuhi dua syarat: akni, subtitusi f(x) dan berbagai turunannya untuk y dan berturut-turut turunan-turunan yang berkaitan menghasilkan (1.1) pada suatu kesamaan pada interval I. Solusi umum persamaan diferensial orde-n adalah solusi (baik dinyatakan secara eksplisit maupun implisit) yang memuat semua solusi yang mungkin pada suatu interval. Pada umumnya solusi umum persamaan diferensial biasa orde-n memuat n konstan. Suatu solusi persamaan diferensial disebut solusi khusus jika solusi tersebut bebas dari sebarang konstan. d. Menyusun Persamaan Diferensial Dalam mempelajari matematika terapan sering dijumpai model matematika yang berkaitan dengan persamaan diferensial. Misalnya dalam topik turunan suatu fungsi secara langsung sering diperoleh persamaan diferensial. Dalam menyelesaikan masalah kehidupan seharihari sering dijumpai model matematika yang berkaitan dengan persamaan diferensial. e. Persamaan Diferensian Dengan Variabel Terpisah Persamaan diferensial berbentuk y’ = f(x), dengan f suatu fungsi kontinu pada suatu interval real, dapat dicari penyelesaiannya dengan cara mengintegralkan ke dua ruas. Akan tetapi perhatikan bila persamaan diferensial berbentuk dx/dy = f(x,y), (1.3) yang turunannya adalah suatu fungsi dalam dua variabel x dan y. Untuk mencari penyelesaian (1.3) kadang tidak mudah. Bila f(x,y) dapat difaktorkan ke faktor-faktor yang hanya memuat x atau y, yakni dx/dy = f(x,y) = p(x) q(y). f. Persamaan Diferensial Bernoulli 37 Persamaan diferensial y’ + P(x)y = Q(x)yn , (1.13) disebut persamaan diferensial Bernoulli. Persamaan diferensial Bernoulli sangat mirip dengan bentuk persamaan diferensial linear orde-1 kecuali ruas kanan memuat faktor yn . Jika n = 1, persamaan diferensial Bernoulli merupakan persamaan diferensial dengan variabel terpisah, bila n = 0 merupakan persamaan diferensial linear order 1. Pada umumnya cara mencari solusi persamaan diferensial Bernoulli dengan cara mereduksi persamaan (1.13) ke dalam persamaan diferensial linear orde-1. Integral Tertentu a. Integral Tertentu Berikut ini didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann. Catatan: 1) β adalah panjang subselang ke-i, β , i = 1, 2, 3, …, n, sedangkan ∈, . 2) Dalam kasus selang [a,b] dibagi menjadi n bagian sama panjang, maka ββ→0⇔→∞ . 3) Pada bentuk , f disebut integran, a disebut batas bawah, dan b disebut batas atas. 4) Dalam kasus fungsi f kontinu pada selang [a,b] dan 0 pada [a,b], menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik f, garis x = a, garis x = b, dan sumbu X. 5) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol, dan negatif. b. Teorema-teorema Integral Tertentu Definisi integral tertentu dari fungsi f pada selang [a,b] dapat diperluas untuk kasus b = a atau a > b yang didefinisikan sebagai berikut 38 Suatu fungsi akan terintegral secara Riemann jika fungsi tersebut kontinu dan terbatas pada suatu selang sebagaimana dinyatakan dalam Teorema 5.8. 39 Aplikasi integral Materi aplikasi integral yag dibahas dalam modul ini antara lain adalah luas daerah pada bidang datar, volum benda putar, panjang busur grafik fungsi, dan luas permukaan benda putar. a. Luas Daerah pada Bidang Datar 40 41 b. Volum Benda Putar Suatu daerah D pada bidang datar apabila diputar dengan suatu poros tertentu akan menghasilkan suatu benda putar. Volum benda putar tersebut dapat dihitung menggunakan integral tertentu dengan beberapa metode yaitu : Metode Cakram, Metode Cincin, Metode Sel Silinder (Kulit Tabung) 42 Modul Daring 4.1.1. Objek-objek dalam Geometri Di dalam geometri beberapa relasi antara elemen harus diterima tanpa bukti. Relasi ini disebut aksioma atau postulat. Sedangkan relasi yang dapat dibuktikan disebut teorema atau dalil. Beda aksioma dengan postulat adalah aksioma berlaku untuk semua science sedangkan postulat berlaku untuk suatu science tertentu dan dapat dipandang sebagai aturan permainan. Suatu definisi harus reversible yaitu harus dapat dinyatakan dalam bentuk iff”. Sebuah garis adalah kumpulan titik-titik. Panjangnya tak terbatas, lurus, tidak mempunyai ketebalan, dan tidak mempunyai ujung. Garis adalah objek geometri yang tidak memiliki ukuran. Karena itu kita tidak dapat mengukur panjang dari suatu garis. Kita dapat menemukan ukuran dari jarak dua titik tersebut. Jika kita menarik garis dari titik A ke titik B kita menemukan ruas garis AB. Ruas garis AB disimbolkan dengan βββββ π΄π΅. Ruas garis merupakan himpunan titik-titik dengan kedudukan Dalam geometri Euclid, terdapat lima aksioma. Aksioma1:Dari dua buah titik yang berbeda dapat dibuat tepat sebuah garis. Aksioma 2: Suatu ruas garis yang terbatas, jika diperpanjang akan menghasilkan sebuah garis. Aksioma 3: Untuk mendeskripsikan suatu lingkaran diperlukan suatu pusat dan jari-jari. Aksioma 4: Semua sudut siku-siku sama satu dengan lainnya. Aksioma 5 : Jika suatu garis memotong dua garis lainnya sedemikian hingga sudut dalam yang terletak pada sisi yang sama jumlahnya kurang dari dua sudut siku-siku, dua garis tersebut jika diperpanjang akan berpotongan pada sisi dimana terletak sudut-sudut yang jumlahnya kurang dari dua sudut siku-siku tersebut. Aksioma yang berkaitan langsung dengan garis dan sudut, pada aksioma 1, 2 dan 4. Kita mengatakan bahwa tiga titik tak segaris, membentuk tepat satu bidang. Bidang adalah sebuah bangun datar, yakni bangun dengan himpunan titik-titik pada sebuah bidang, yang tidak semuanya pada satu garis (tidak kolinier). Titik, garis, sinar garis, ruas garis, dan bidang kesemuanya merupakan objek-objek geometri. Modul Daring 4.1.2. Hubungan Antara Titik, Garis, dan Bidang Keberadaan titik bisa berada dalam satu garis, di luar garis, dalam satu bidang yang sama, pada bidang yang tidak sama, dan sebagainya. Demikian juga garis dengan bidang, garis pada bidang, garis bisa sejajar dengan bidang, bersilangan, dan sebagainya. Definisi 1: Titik kolinier adalah titik-titik yang terletak pada satu garis. Definisi 2: Titik koplanar adalah titik-titik yang terletak pada bidang yang sama. Definisi 3: Garis-garis berpotongan ialah dua garis yang berpotongan pada satu titik. Definisi 4 : Garis-garis sejajar adalah garis-garis sebidang yang tidak mempunyai titik persekutuan. 43 Definisi 5: Garis-garis konkuren adalah tiga atau lebih garis koplanar yang mempunyai satu titik persekutuan. Bidang Datar dan Bangun Datar Teorema-teorema : Teorema 1. Sebuah bidang ditentukan oleh tiga titik sembarang. Teorema 2. Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik (di luar garis itu). Teorema 3. Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan. Modul Daring 4.1.3. Segitiga dan Unsur-unsurnya Pada segitiga ABC, DEF, dan GHJ, ditunjukan alas segitiga tersebut adalah sisi yang berlabel π, garis tinggi suatu segitiga adalah garis yang ditarik secara tegak lurus dengan alas atau perpanjangannya melalui sebuah titik di hadapan alas pada segitiga. Modul Daring 4.1.4. Penggolongan Segitiga Berdasarkan panjang sisi, segitiga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) segitiga sama sisi adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi yang kongruen, (2) segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi yang kongruen, dan (3) segitiga sembarang adalah segitiga yang tidak mempunyai sisi yang kongruen. Berdasarkan ukuran (besar sudut, segitiga dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) segitiga lancip yaitu segitiga yang memiliki tiga sudut yang lancip (besar sudut kurang dari 900 ), (2) segitiga siku-siku yaitu segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku (besar sudut 44 sama dengan 900 ), (3) segitiga tumpul yaitu segitiga yang mempunyai sebuah sudut tumpul ( besar sudut lebih dari 900 ), dan (4) segitiga sama sudut adalah segitiga yang mempunyai tiga sudut yang kongruen. Modul Daring 4.1.5. Teorema-teorema pada segitiga Segitiga merupkan bangun yang memiliki sifat-sifat yang banyak yang dapat dieksplore. Sifat-sifat ini dituangan daam bentuk teorema. Teorema: Jumlah besar sudut dalam suatu segitiga sama dengan 180° Teorema: Sudut luar sebuah segitiga sama dengan jumlah kedua sudutnya yang lain. Teorema: Jumlah sudut luar segitiga sama dengan 360° 1. Garis-garis Istimewa pada Segitiga dan melukisnya. Definisi:Garis berat adalah garis yang ditarik dari suatu titik segitiga ke pertengahan sisi di depannya. Definisi: Garis bagi ialah garis yang membagi sudut menjadi dua bagian yang sama. Definisi: Garis tinggi adalah garis yang ditarik dari satu titik secara tegak lurus ke sisi di depannya atau perpanjangan sisi di depannya Definisi: Sumbu suatu garis/sisi ialah garis yang tegak lurus pada pertengahangaris/sisi itu. Teorema: Garis bagi dalam dan garis bagi luar dari sudut yang sama, tegak lurus sesamanya. Modul daring 4.1.6. Kekongruenan Segitiga Teorema Pada dua segitiga, berlaku: 1. Dua segitiga sama dan sebangun, jika dua buah sisinya dan sudut apit sisi itu sama (S-SdS). (S= Sisi, Sd: Sudut) 2. Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu sisi sama dan kedua sudut pada sisi itu sama. (Sd-S-Sd) 3. Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu sisinya sama, sudut pada sisi itu dan sudut dihadapan sisi itu sama. (S-Sd-Sd) 4. Dua segitiga sama dan sebangung, jika segitiga itu siku-siku dan sebuah sisi siku-siku dan sisi miringnya sama. jika dua segitiga sama dan sebangun maka : 1. Sisi-sisi yangbersesuaian sama panjang 2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar Sisi-sisi yang bersesuaian ialah sisi-sisi di hadapan sudut yang sama besar, sedangkan sudut-sudut yang bersesuaian ialah sudut-sudut yang menghadap sisi-sisi yang sama panjang. Modul Daring 4.1.7. Teorema-teorema lain pada segitiga Berikut ini adalah teorema-teorema yang dapat Anda manfaatkan dan sering digunakan dalam menyeesaikan masalah-masalah geometri. Teorema: Dalam segitiga sama kaki sudut alasnya sama besar Teorema: Dalam segitiga sama kaki, ketiga garis istimewa dari puncak dan sumbu alas berimpit. 45 Teorema: Dalam segitiga siku-siku, garis berat ke sisi miring sama dengan setengah sisi miring. Teorema: Dalam segitiga siku-siku dengan sudut 30°sisi di hadapan sudut 30°itu samadengan setengah sisi miring. Modul Daring 4.1.8. Pengertian Segiempat 1. Macam-macam Segi Empat a. Jajar genjan adalah suatu segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar. b. Persegi Panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya siku-siku. c. Belah Ketupat d. Persegi adalah jajargenjang yang semua sisinya sama panjang dan satu sudutnya sikusiku. Persegi juga merupakan persegi panjang dengan empat sisi yang kongruen. e. Trapesium adalah suatu segi empat yang dua buah sisinya sejajar. Trapesium yang sisi tegakmya sama panjang disebut trapesium sama kaki. f. Layang-layang adalah bangun datar segiempat yang memiliki 2 pasang berbeda sisi berdekatan yang sama panjang. Modul Daring 4.1.9. Lingkaran 1. Pengertian Lingkaran H G Definisi: Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang bertemu pada kedua ujungnya, dan merupakan himpunan titik-titik yang jaraknya sama terhadap titik tertentu. Ruas garis GH disebut tali busur. 2. Jari-Jari, Tali Busur, dan Diameter Definisi : Jari-jari lingkaran adalah ruas garis yang menghubungkan sebuah titik pada lingkaran dengan titik pusat lingkaran. Beberapa istilah lain yang pelu ketahui juga adalah sebagai berikut. ο· Ruas garis yang ditarik dari pusat dan tegak lurus tali busur, disebut apotema. Jadi apotema ialah jarak dari titik pusat ke tali busur. ο· Sebagian dari lingkaran yang terletak di antara kedua ujung tali busur AB disebut busur ο· Juring dibatasi oleh dua jari jari dan busur. ο· Tembereng dibatasi oleh tali busur dan busur Modul Daring 4.1.10. Garis Singgung Lingkaran 46 Definisi: Garis singgung adalah garis yang mempunyai persekutuan dengan lingkaran pada dua buah titik yang berimpitan.Titik tersebut yang disebut sebagai titik singgung. 1. Garis singgung di sebarang titik pada lingkaran. 2. Aris singgung dari sebuah titik di luar lingkaran. a) Garis Singgung Persekutuan Definisi ο· Sebuah garis yang menyinggung dua buah lingkaran disebut garis singgung persekutuan ο· Jika pusat-pusat lingkaran terletak pada pihak yang sama pada garis singgung itu maka garis singgung itu dinamakan garis singgung luar persekutuan ο· Jika pusat-pusat lingkaran terletak sebelah menyebelah garis singgung, maka garis sinagung itu dinamakan singgung dalam persekutuan. Modul daring 4.1.11. Sudut Keliling, Sudut Pusat dan Busur Lingkaran Definisi: Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua jari-jari lingkaran. Sudut keliling ialah sudut yang dibentuk oleh dua tali busur yangberpotongan pada lingkaran.Besarnya sebuah busur lingkaran adalah besarnya sudut pusat padabusur itu. Dengan kata lain bahwa Sudut pusat = busurnya (busur tempat ia berdiri) Teorema: Tali-tali busur yang sama menahan busur-busur yang sama. Sudut-sudut pusat yang sama besar berdiri di atas busur yang sama. 1 Teorema: Sudut keliling = 2 busurnya ∠π΄ππ΅ = ππ’ππ’π‘ ππ’π ππ‘ ∠π΄πΆπ΅ = ππ’ππ’π‘ πΎπππππππ 47 Modul Daring 4.1.12. Teorema-teorema pada Lingkaran Teorema: Sudut yang dibentuk oleh sebuah garis singgung dan sebuah tali busuryang melalui titik persinggungan sama dengan setengah busur yangterletak di antara garis singgung dan tali busur itu. Teorema: Busur-busur lingkaran yang terletak di antara dua buah tali busuryang sejajar, sama panjangnya. Teorema: Jika dua buah tali busur berpotongan di dalam lingkaran, maka sudutyang dibentuknya sama dengan setengah jumlah busur yang terletakdi antara kaki-kaki sudut itu. Teorema: Jika dua buah tali busur berpotongan di luar lingkaran, maka sudutyang dibentuknya sama dengan setengah selisih busur-busur yangterletak di antara kaki-kaki sudut itu. GAMBAR STEREOMETRIS DAN GAMBAR PERSPEKTIF Pada kajian geometri ruang, ada 2 tipe gambar geometri, yaitu gambar perspektif dan gambar stereometris. Pada geometri ruang, gambar geometri yang digunakan adalah gambar Stereometris, artinya pangkal sudut pandang ada di jauh tak hingga. Selanjutnya, untuk kubus stereometris, ada beberapa contoh, sebagai berikut. Dari Gambar 3 tersebut ada beberapa hal yang dapat diperhatikan, yaitu: (1) Sudut surut; dan (2) Perbandingan Proyeksi. Gambar 3(A) menunjukkan sudut surut sebesar 600 . Sudut surut tersebut terbentuk antara bidang frontal horizontal ke kanan dan garis ortogonal ke belakang. Bidang Frontal adalah bidang lukis, sedangkan garis ortogonal adalah garis yang tegak lurus 3 4 dengan bidang frontal. Gambar 3(A) juga menunjukkan perbandingan proyeksi . Perbandingan proyeksi adalah perbandingan panjang antara panjang ruas garis ortogonal 48 dengan panjang ruas garis tersebut sesungguhnya. Perbandingan proyeksi sebesar 3 4 artinya,rusuk BC yang panjang sebenarnya adalah 4 cm, digambarkan sepanjang 3 cm. Pada geometri ruang, gambar kubus yang baik serupa dengan Gambar 3(F) dengan perbandinganproyeksi maksimum 1 dan 2 sudut surut 300 . OBJEK GEOMETRI, OBJEK ALJABAR, DAN OBJEK FISIK Tabel berikut menunjukkan perbandingan antara objek fisik, objek aljabar, dan objek Objek fisik Objek Aljabar Objek geometri π = {π₯ ∈ π : π₯ = 2} Titik Kelereng π: = {π₯ ∈ π : |π₯ − 5| < 2} Ruang Garis Pensil π: = {(π₯, π¦) ∈ π 2 : 0 ≤ π₯ ≤ 3 πππ 0 ≤ π¦ ≤ 5} Daerah/Bidang Kertas Tidak ada Garis π¦ = 2π₯ − 3 TITIK, GARIS, BIDANG Dalam geometri ruang diperlukan tiga buah aksioma: Aksioma 1. Melalui dua buah titik hanya dapat dilukis sebuah garis lurus saja. Aksioma 2. Jika sebuah garis lurus dan sebuah bidang datar mempunyai dua titik persekutuan, maka garis lurus itu terletak seluruhnya pada bidang datar itu. Aksioma 3. Tiga buah titik sembarang (artinya: ketiga titik itu tidak terletak pada sebuah garis lurus) selalu dapat dilalui oleh sebuah bidang datar. Dari aksioma-aksioma di atas didapatlah teorema-teorema di bawah ini: Teorema 1. Sebuah bidang ditentukan oleh tiga titik sembarang. Teorema 2. Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah garis dan sebuah titik (di luar garis itu). Teorema 3. Sebuah bidang ditentukan oleh dua buah garis berpotongan. Teorema 4. Jika dua buah bidang mempunyai satu titik persekutuan, maka kedua bidang itu mempunyai garis persekutuan yang melalui titik itu. 49 Teorema 5. Jika dua dari tiga garis potong tiga buah bidang berpotongan, maka garis potong yang ketiga melalui titik potong itu. Teorema 6. Jika dua dari garis potong itu sejajar, maka garis potong yang ketiga sejajar pula. KONSEP PERSEKUTUAN ANTAR OBJEK DALAM RUANG Dua objek dalam ruang memiliki persekutuan karena dua objek tersebut tidak sejajar. Dua garis sebidang akan memiliki persekutuan berupa titik potong karena kedua garis tersebut tidak sejajar. Jadi, jika dua objek dalam ruang memiliki persekutuan, dipastikan bahwa dua objek tersebut tidak sejajar. a) Persekutuan antara 2 bidang Perhatikan kubus ABCD.EFGH. garis AB merupakan garis persekutuan antara dua bidang ABFE dan ABCD. Hal inilah yang mendasari sifat rusuk, bahwa rusuk merupakan persekutuan dari 2 bidang. Suatu garis π merupakan persekutuan dari dua bidang U dan V jika terletak pada bidang U dan terletak pada bidang V, ditulis π ∈ πΛπ ∈ πβΉ π ∈ (π, π) b) Persekutuan antara 2 garis Dua garis dapat memiliki persekutuan jika terletak dalam 1 bidang. Oleh sebab itu, untuk menentukan titik persekutuan dua garis dalam ruang, langkah pertama adalah memastikan bahwa kedua garis tersebut terletak dalam 1 bidang yang sama. Demikian pula sebaliknya, jika dua garis memiliki titik persekutuan, maka dipastikan bahwa kedua garis itu terletak pada bidang yang sama. titik A terletak pada garis AB dan AD. Dengan demikian, titik A merupakan titik persekutuan antara 2 garis, disebut dengan titik potong. Akibatnya kedua garis AB dan AD terletak pada satu bidang, yaitu bidang ABCD. Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa A merupakan titik sudut kubus. Perhatikan bahwa garis AD merupakan persekutuan dari 2 bidang ABCD dan ADHE, dan garis AB merupakan persekutuan antara 2 bidang ABCD dan ABFE. Hal ini membangun silogisma bahwa titik A merupakan persekutuan dari 3 bidang ABFE, ABCD, dan ADHE. Hal inilah yang mendasari sifat dari titik sudut, bahwa sebuah titik sudut merupakan persekutuan dari 3 bidang. c) Persekutuan antara garis dan bidang Perhatikan kembali kubus ABCD.EFGH. Jelas bahwa titik A terletak pada garis AE dan pada bidang ABCD. Titik A merupakan persekutuan antara garis AE dan bidang ABCD, 50 ditulis dengan, (π΄ ∈ π΄πΈ)dan , (π΄πΈ ∈ π΄πππ) βΉ π΄ ∈ (π΄πΈ, π΄π΅πΆπ·) . Pada istilah umum, objek geometri ini disebut dengan titik tembus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa A adalah titik tembus AE pada bidang ABCD. Suatu titik P dapat dikatakan sebagai titik tembus garis m ke bidang U, jika garis m tidak sejajar dengan bidang U, P terletak pada m, dan P terletak pada V, dituliskan (π΄ ∈ π Λ π ∈ π) βΉ π ∈ (π, π) Ada 3 kajian dalam kesejajaran, yaitu kesejajaran dua garis, kesejajaran garis dan bidang, dan kesejajaran antara dua bidang. Akan tetapi bagian ini tidak hanya membahasa tentang kesejajaran semata, namun terintegrasi dengan bagian lain, misalnya persekutuan dna irisan. a) Dua garis Sejajar Teorema 1. Jika a // b dan b // c maka a // c Teorema 2. Jika (a // x + memotong l), dan (b // x + memotong l), dan (c // x + memotong l) maka a, b, c dan l pada satu bidang. Teorema 3. Jika (a // b) dan b menembus V maka a menembus V b) Garis sejajar bidang Teorema 4. Jika a // b dan bpada V maka a // V Teorema 5. Jika U β₯ a dan V β₯ a maka (U,V) β₯a c) Dua bidang sejajar Teorema 6. Jika (aβ₯c dan b β₯d), a dan b berpotongan, c dan d berpotongan maka bidang (a,b) β₯ bidang (c,d). Jika (a,b) = U dan (c,d)=V, maka U β₯ V Teorema 7. Jika U β₯V, ada a memotong U dan V, maka (a,U) β₯(a,V) Teorema 8. a memotong U dan U β₯V, maka a memotong V Teorema 9. Jika a β₯U dan U β₯V, maka a β₯V Teorema 10. Jika Uβ₯ a dan V β₯b, maka (U,V) β₯(a,b) Garis tegak lurus bidang Secara umum garis g tegak lurus dengan bidang U, jika terdapat 2 garis di bidang U, sebut m dan n, sehingga g⊥m dan g⊥n. Selanjutnya, akibat dari ketegaklurusan garis g ke bidang U adalah g tegak lurus dengan semua garis yang ada pada bidang U. Dua garis tegak lurus Untuk dua garis yang terletak pada satu bidang, tentu tidak sulit untuk menunjukkan ketegaklurusan antara dua garis tersebut. Pada kubus ABCD.EFGH, cukup mudah menunjukkan bahwa AB⊥BF, AC⊥BD, bahkan AO⊥CE, dengan O perpotongan AG dan FH. Pembuktian ketegaklurusan dua garis sebidang cukup menggunakan kesebangunan. Dua bidang tegak lurus 51 Bidang U tegak lurus bidang V, cukup dicari sebuah garis dalam bidang U yang tegak lurus pada bidang V, atau sebaliknya. Ingat kembali sebuah teorema yang menyatakan bahwa, melalui sebuah garis g yang tegak lurus bidang U, dapat dibangun bidang-bidang V1, V2, … yang tegak lurus dengan bidang U. JARAK DALAM RUANG a) Jarak antara 2 titik dalam ruang Untuk menemukan ukuran panjang CE, kalian dapat menggunakan teorema Pythagoras. Syaratnya adalah menemukan segitiga sikusiku sehingga CE adalah sisi miringnya. “Jarak antara P dan Q (dalam ruang) adalah panjang sisi miring PQ pada segitiga sikusiku PRQ (siku-siku di R)” b) Jarak antara titik dan garis Pada teorema sebelumnya, disampaikan bahwa melalui 1 titik di luar garis, hanya dapat tepat dibangun 1 garis yang tegak lurus dengan garis yang diketahui. Teorema ini yang digunakan untuk mencari jarak antara titik dan garis. c) Jarak titik dan bidang Pada dasarnya, jarak antara titik ke bidang serupa dengan konsep ketegaklurusan garis dan bidang. Sehingga jarak antara P ke bidang U adalah panjang ruas garis PQ, π ∈ π, PQ tegak lurus dengan 2 garis yang terletak pada pada bidang U d) Jarak antara 2 garis sejajar Jika π dan π adalah dua garis sejajar pada ruang, jarak π dan π adalah jarak antara titik P dan Q, dengan π ∈ π dan π ∈ π, dituliskan π(π, π) = π(ππ) dengan π ∈ π dan π ∈ π, serta ππ ⊥ π dan ππ ⊥ π .k,m, dan PQterletak pada satu bidang yang sama. Jadi, untuk mencari jarak antara dua garis sejajar, e) Jarak antara garis dan bidang Secara umum, jarak garis m ke bidang U adalah jarak garis m ke garis g di U, dengan πβπ, ditulis π (π, πΌ) = π (π, π)dengan π ∈ πΌ dan πβπ. f) Jarak antara 2 bidang sejajar Jarak antara 2 bidang U dan V, πβπ adalah panjang ruas garis PQ dengan ππ ⊥ π dan ππ ⊥ π, dengan π ∈ π dan π ∈ π . g) Jarak antara 2 garis bersilangan Untuk menentukan jarak antara dua garis yang bersilangan π dan β , ada dua cara yang bisa digunakan, yaitu: Membangun bidang U yang memuat g dan sejajar dengan h, 1. lalu menghitung jarak antara h dengan bidang U 2. Membangun dua bidang sejajar U dan V, dengan U memuat g dan V memuat h. Jarak antara g dan h ditentukan dengan menghitung jarak antara bidang U dan V. 52 SUDUT DALAM RUANG a) Sudut antara dua garis sudut antara garis g dan h yang saling bersilangan, dapat ditentukan dengan menentukan sudut g dan h’βh, dengan g dan h’ berpotongan. b) Sudut antara garis dan bidang untuk menentukan sudut garis g ke bidang U adalah menentukan sudut antara garis g dan proyeksi garis g pada bidang U. c) Sudut antara dua bidang Sudut antara bidang U dan bidang V adalah , yang terbentuk dari garis h di U, dan k di V, dengan kedua garis h dan k tegak lurus g, ditulis dengan ∠(π, π) = ∠(β, π), dengan β ⊥ π,π ⊥ π, dan π = (π, π). Persamaan dan Pertidaksamaan di R1 Persamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan ungkapan ”sama dengan”, sedangkan pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan ungkapan ” tidak sama”. Secara umum, persamaan/ pertidaksamaan dengan satu variabel dapat dinyatakan dalam bentuk ax + b = 0, ax + b > 0, ax + b < 0, ax + b 0 dengan a,b∈R,a≠0. Persamaan/pertidaksamaan dalam bentuk seperti ini disebut persamaan/ pertidaksamaan berderajat pertama dengan satu variabel. Solusi dari persamaan/ pertidaksa-maan satu variabel adalah bilangan yang menghasilkan pernyataan bernilai benar jika disubstitusikan pada variabel persamaan tersebut (Carico, 1980). Sedangkan grafik dari himpunan penyelesaian (HP) dari persamaan/pertidaksamaan berderajat pertama dengan satu variabel, merupakan objek geometri yang antara lain dapat berupa titik, ruas garis, sinar garis Jarak Berarah dan Nilai mutlak Definisi: Nilai mutlak dari bilangan real a dinotasikan dengan |a|, sama dengan a jika a ≥ 0, dan – a jika a < 0. Teorema: Penyelesaian dari |ax + b| = c, dengan c merupakan penyelesaian dari ax + b = c atau –(ax + b) = c Teorema: Penyelesaan dari |ax + b|>c, dengan c ≥ 0, merupakan penyelesaian dari -(ax + b)>c atau ax + b> c Teorema: Penyelesaian dari |ax + b| 0, merupakan penyelesaian dari -c 53 a) Jarak Dua Titik, dan Titik Pemisah di R2 Rumus jarak tak berarah antara dua titik pada sebuah bidang datar, dapat diperoleh dari teorema Pythagoras. . Teorema: Jarak antara π1 (π₯1 , π¦1 ) dan π2 (π₯2 , π¦2 ) adalah π = √(π₯2 −π₯1 )2 + (π¦2 −π¦1 )2 b) Kemiringan (Slope Formula) Definisi Kemiringan m dari sebuah garis yang memuat titik π1 (π₯1 , π¦1 ) dan π2 (π₯2 , π¦2 ) π¦ −π¦ adalah π = π₯2 −π₯1 , π₯1 ≠ π₯2 2 1 c) Inklinasidari suatu garis lurus Sudut inklinasi dari suatu garis lurus adalah sudut tak negatif terkecil dari arah positif sumbu x terhadap garis tersebut. Inklinasi suatu garis lurus dinyatakan dengan α. erdapat hubungan bahwa m = tan α Teorema: Misalkan m1 dan m2 adalah kemiringan dari garis g dan h. Untuk garis g dan h yang tak vertikal pada bidang, g sejajar h jika dan hanya jika ππ = ππ , g tegak lurus h jika dan hanya jika ππ . ππ = −π d) RumusTitik Pemisah (Point of Separation Formulas) Jika P merupakan titik tengah dari ruas garis P1P2, maka k = ½ dan diperoleh rumus titik tengah sebagai berikut, sebagai keadaan khusus dari teorema titik pemisah: x=½(x1+x2) dan y=½(y1+y2) Persamaan berderajat kedua di R2 a) Grafik dari persamaan berderajat pertama Dapat ditunjukkan bahwa grafik dari himpunan penyelesaian persamaan (1*) merupakan himpunan titik-titik yang tak terbatas (infinite set) yang terletak pada sebuah garis lurus (a straight line) dan “memenuhi” garis secara lengkap. Berdasar alasan sederhana karena merujuk kepada garis lurus (a line) sebagai grafiknya, maka persamaan (1*) dinamakan persaman linier (linear equation). Karena dua titik menentukan tepat sebuah garis lurus, maka untuk menentukan grafik dari persamaan linier, cukup menentukan dua penyelesaian dari persamaan. Kadang-kadang untuk mendapatkan dua penyelesaian yang termudah adalah menentukan komponen pertama atau kedua dengan nol, sehingga penyelesaiannya adalah (0, b) dan (a, 0). Dalam kasus seperti ini, maka a dan b dinamakan intersep x dan intersep y. b) Persamaan Linier Teorema: Jika sebuah garis dengan gradien m memuat titik (x1 ,y1), maka persamaan garis tersebut adalah y-y1=m(x-x1) Teorema: Jika sebuah garis dengan gradien m memiliki sebuah intersep y di b, maka persamaan garisnya adalah y=mx+b 54 c) Sistem Persamaan Himpunan penyelesaian dapat berupa: 1. Himpunan yang memuat satu pasangan berurutan, hal ini menunjukkan bahwa sistem mempunyai penyelesaian tunggal (unique) dan kedua garis berpotongan hanya pada satu titik di R^2. 2. Himpunan kosong, berarti sistem tidak mempunyai penyelesaian dan kedua garisnya sejajar, 3. Himpunan yang tak terbatas dalam kasus ini kedua garisnya berimpit. d) Sudut antara Dua Garis, dan Jarak Titik Terhadap Garis Teorema: Jika θ adalah sudut terkecil yang terbentuk dari sebuah garis dengan gradien m1 yang duputar berlawanan arah dengan jarum jam sehingga berimpit dengan garis bergradien π −ππ , ππ . ππ π .ππ π ππ , maka: πππ π½ = π+π ≠ −π e) Jarak titik terhadap garis Teorema: Jarak (d) antara titik P1(x1, y1) dengan garis Ax+By+C=0 adalah π = |π¨π + π©π + πͺ| √π¨π + π©π f) Membentuk persamaan dari kondisi geometri Pada sub materi ini, perhatian kita lebih tertuju pada masalah menemukan persamaanpersamaan dari beberapa himpunan titik tertentu pada sebuah bidang datar. g) Parabola Definisi: Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik pada sebuah bidang datar yang jaraknya terhadap sebuah garis yang tetap (direktrik), dan terhadap titik yang tetap (fokus), sama. Teorema: Persamaan baku dari suatu parabola yang mempunyai puncak titik asal dan fokusnya pada sumbu y positif, adalah x2 = 2py danParabola memiliki persamaan baku x2 = 2py jika dan hanya jika koordinat titik fokusnya (0,-p/2) dan persamaan direktris y = p/2 Teorema: Parabola memiliki persamaan baku y2 = 2px jika dan hanya jika koordinat titik fokusnya (p/2,0) dan persamaan direktris x = -p/2, dan Parabola memiliki persamaan baku y2 = -2px jika dan hanya jika koordinat titik fokusnya (-p/2,0), persamaan direktris y =p/2. h) Lingkaran, dan Ellips Definisi: Lingkaran adalah himpunan titik yang berjarak sama (r) dari sebuah titik tertentu (pusat lingkaran), pada sebuah bidang. Teorema:Sebuah lingkaran yang berpusat di O(0,0) dan berjari-jari r memiliki persamaan x2 + y2 = r2. Definisi:Elips adalah himpunan titik-titik pada bidang sehingga jumlah jarak dari dua titik tertentu (fokus) adalah tetap. 55 Teorema:Elips memiliki persamaan baku ππ ππ ππ + ππ = π , jika dan hanya jika pusatnya di O(0,0) dan kedua fokusnya berada pada sumbu x. Elips memiliki persamaan baku ππ ππ ππ + ππ = π , jika dan hanya jika pusatnya di O(0,0) dan kedua fokusnya berada pada sumbu y. i) Hiperbola Definisi: Hiperbola adalah himpunan titik-titik pada bidang sehingga selisih jarak Teorema: Hiperbola memiliki persamaan baku ππ ππ − ππ ππ = π , jika dan hanya jika pusatnya di O(0,0) dan kedua fokusnya berada pada sumbu x. Teorema: Hiperbola memiliki persamaan baku ππ ππ ππ − ππ = π , jika dan hanya jika pusatnya adalah (0,0), dan titik fokusnya berada pada sumbu y. Translasi dan Rotasi Sumbu a) Translasi Sumbu Teorema: Jika titik asal O’ dari sistem sumbu x’,y’ mempunyai kordinat (h, k) dalam sistem x, y, maka koordinat x’, y’ dari titik S dapat dikaitkan dengan koordinat x, y dari titik S oleh persamaan sebagai berikut. x= x’ + h atau x’ = x – h y = y’ + h atau y’ = y – k Teorema Jika suatu lingkaran mempunyai jari-jari r, dan pusatnya adalah titik (h, k), maka persamaannya adalah: (π₯ − β)2 + (π¦ − π)2 = π 2 Teorema Jika suatu parabola mempunyai puncak (h, k) dan sumbu simetrinya sejajar dengan sumbu koordinat, maka persamaannya adalah : 1) (π¦ − π)2 = 2π(π₯ − β) ππ‘ππ’(π₯ − β)2 = 2π(π¦ − π) 2) (π¦ − π)2 = −2π(π₯ − β) ππ‘ππ’(π₯ − β)2 = −2π(π¦ − π) Teorema Jika ellips mempunyai pusat (h, k) dan sumbu simetrinya sejajar dengan sumbusumbu koordinat, maka persamaannya adalah: 1) (π−β)π ππ + (π−π)π ππ = π , sumbu panjang horisontal, atau 2) (π−β)π ππ + (π−π)π ππ = π, sumbu panjang vertikal. Teorema Jika hiperbola mempunyai pusat (h, k) dan sumbu simetrinya sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat, maka persamaannya adalah: 56 1) (π−β)π ππ + (π−π)π ππ = π , sumbu simetri horizontal atau 2) (π−β)π ππ + (π−π)π ππ = π, sumbu simetri vertikal. Teorema Jika grafik dari persamaan π΄π₯ 2 + πΆπ¦ 2 + π·π₯ + πΈπ¦ + πΉ = 0 dengan A, C ≠ 0ada (exists), maka grafiknya merupakan: § parabola atau dua garis sejajar jika A = 0 atau C= 0 § lingkaran atau sebuah titik jika A = C § ellip atau sebuah titik, jika A C, dan A.C > 0 § hiperbola atau dua garis berpotongan, jika A.C < 0 b) Rotasi Sumbu Teorema: Jika sumbu-sumbu x, y diputar terhadap titik asal sebesar sudut menghasilnya sumbu x’, y’, maka koordinat x, y dan koordinat x’, y’ dari suatu titik Bentuk umum persamaan berderajat kedua dengan dua variabel, sering disebut dengan persaman kuadrat dengan variabel x, y adalah:π΄π₯ 2 + πΆπ¦ 2 + π·π₯ + πΈπ¦ + πΉ = 0 , dengan A, B, C semuanya tidak nol. Dengan menggunakan hubungan (formula) rotasi sumbu, diperoleh persamaan dalam x’, y: A’x’2 + B’x’y’ + C’y’2 + D’x’ + E’y’ + F’ = 0, dengan: A’ = A cos2 + B sin cos + C sin2 B’ = B cos – (A – C) sin C’ = A sin2 - B sin cos + C cos2 D’ = D cos + E sin E’ = E cos – D sin F’ = F, dan adalah sudut antara sumbu x dan sumbu x’ Jika dipilih α sedemikian sehingga B’ = 0, maka diperoleh persamaan: A’x’2 + C’y’2 + D’x’ + E’y’ + F’ = 0. Jika B’ = 0, maka diperoleh , dengan A - C ≠ 0. Perhatikan persamaan A’x’2 + C’y’2 + D’x’ + E’y’ + F’ = 0, tak memuat bentuk x’y’. Jika grafik dari persamaan ini, ada, maka grafiknya berupa: 1) Ellips 2) Parabola, 3) atau atau sebuah dua titik garis jika sejajar A’ jika tak A’ sama C’ dan A’.C’ atau C’ sama dengan > 0 nol. Sebuah hiperbola, atau dua garis yang berpotongan, jika A’.C’ < 0 Teorema: Jika grafik dari persamaan kuadrat dalam x, y di R2 Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0, dengan B 0, ada (exist), maka grafiknya berupa : 57 § Ellips, atau titik, jika B2– 4AC < 0 § Parabola, atau dua garis sejajar, jika B2 – 4AC = 0 § Hiperbola, atau dua garis berpotongan, jika B2 – 4AC > 0 Geometri Analit di R3 Persamaan berderajat pertama dengan tiga variabel di R3 Persamaan yang berbentuk Ax + By + Cz + D = 0, (3*) dengan A, B, C, D merupakan bilangan real dan A, B, C tak bersama-sama nol, dinamakan persamaan berderajat pertama dengan tiga variabel x, y, z di R3 Titik dan jarak dua titik di R3 TeoremaJarak antara titik P(a,b,c) dan titik P(p,q,r) adalah: π = √(π − π)2 + (π − π)2 + (π − π)2 Teorema Jika d adalah jarak antara P(a,b,c) dan Q(p,q,r), maka cosinus arah garis yang memuat titik P dan titik Q, adalah: πππ πΌ = π−π ,πππ π½ π = π−π π ,πππ π¦ = π−π π , dengan α, β, γberturut-urut merupakan sudut arah garis terhadap sumbu x, y, z. Teorema Jika cos u, cos v, cos w merupakan cosinus arah suatu garis maka berlaku: cos2 u + cos2 v + cos2 w = 1 Teorema Jika suatu garis memuat P(a,b,c) dan Q(p,q,r), maka bilangan arah garis tersebut adalah [l,m,n], dengan l=(a-p), m=(b-q), dan n=(c-r). Teorema Jika θ merupakan sudut antara dua garis yang masing-masing memiliki sudut arah a1, b1, c1 dan a2, b2, c2, maka Cos θ = cos a1 cos a2 + cos b1 cos b2 + cos c1 cos c2. Teorema Jika dua garis berturut-turut mempunyai bilangan arah [l1,m1,n1], dan [l2,m2,n2] maka kedua garis tersebut: § sejajar jika dan hanya l2 = kl1, m2 = k m1, n2 = k n1 dengan k ≠ 0. § saling tegak lurus jhj l1.l2 + m1.m2 + n1.n2 = 0 Bidang datar dan Normal Aksioma: Melalui tiga titik yang tidak segaris dapat ditentukan dengan tepat satu bidang datar. Teorema: Melalui sebuah titik, dapat dibuat tepat sebuah bidang datar yang tegak lurus terhadap garis yang ditentukan. Jarak titik terhadap bidang Teorema Jarak tak berarah d antara titik P1(x1,y1,z1) dan bidang dengan persamaan Ax + By + Cz + D = 0 adalah : π = |π¨ππ + π©ππ + πͺππ + π«| π¨π + π© π + πͺπ 58 Persamaan berderajat kedua di R3 Bentuk umum persamaan berderajat kedua dengan tiga variabel di Ax2+By2+Cz2+Dxy+Exz+Fyz+Gx+Hy+Ly+J=0 …(4*), dengan A,B,C,D,E,F, adalah G,H,I,J merupakan bilangan real, dan A, B, C tak bersama-sama nol. Jejak (trace) adalah suatu kurva yang terbentuk oleh perpotongan antara bidang-bidang koordinat dengan sebuah bidang lengkung (surfase). Sedangkan irisan (section) adalah suatu kurva yang terbentuk oleh perpotongan antara beberapa bidang datar dan suatu bidang lengkung. a) Silinder Definisi Silinder adalah suatu permukaan yang dibangun oleh sebuah garis lurus yang bergerak sejajar dengan satu garis tertentu, dan selalu memotong sebuah bidang berupa curva (Carico, 1980). Teorema Jika sebuah persamaan terdiri atas dua atau tiga variabel x, y, atau z, grafik di adalah sebuah silinder yang memiliki unsur-unsur sejaran dengan: § Sumbu x jika persamaan hanya memuat variabel y dan z, § Sumbu y jika persamaan hanya memuat variabel x dan z, § Sumbu z jika persamaan hanya memuat variabel x dan y Persamaan Silinder Untuk pembahasan selanjutnya, koefisien yang memuat perkalian dua buah variable (D, E, F) pada persamaa (4*) adalah nol, sehingga persamaan menjadi Ax2 +By2 +Cz2 +Gx +Hy +Iz +J =0 … (5*), dengan maksud untuk mengurangi tingkat kesulitan yang dihadapi. Jika pada persamaan (5*) hanya memuat dua variabel saja maka persamaan yang berbentuk : Ax2 + By2 + Gx + Hy + J = 0 … (6*), atau Ax2 + Cz2 + Hy + Iz + J = 0 … (7*), atau By2 + Cz2 + Hy + Iz + J = 0 … (8*) b) Bola Definisi Bola adalah himpunan titik-titik (x,y,z) di yangberjarak sama dari satu titik tertentu (Carico, 1980) Persamaan Bola Bentuk umum persamaan bola adalah Ax2 + By2 + Cz2 +Gx + Hy + Iz + J = 0, dengan A = B = C. Jika G, H, dan I semuanya nol, maka persamaan menjadi Ax2 + By2 + Cz2 + J = 0. Karena A = B = C, diperoleh persamaan . Grafik daripersamaan ini,merupakan bola yang mempunyai pusat titik asal (origin) dan berjari-jari √π c) Ellipsoida ( ellipsoid) 59 Definisi Jejak-jejak (traces) dari suatu bola pada setiap bidang koordinat merupakan lingkaran. Suatu bidang lengkung tertentu (bidang lengkung tertutup), yang mempunyai sekurang-kurangnya satu trace berupa ellips, dinamakan ellipsoida. π₯2 π¦2 π§2 Grafik dengan persamaan adalah π2 + π2 + π 2 = 1, (π, π, π ≠ 0) elipsoida yang berpusat pada O(0,0). Persamaan ellipsoida Bentuk umum persamaan ellipsoida adalah Ax2+By2+Cz2+Gx+Hy+Iz+J=0, dengan sekurang-kurangnya satu dari A, B, C tidak sama dengan yang lain dan hasil perkalian dua koefisien ini adalah bilangan positif.. Jika G, H, dan I semuanya nol, maka persamaan menjadi Ax2+By2+Cz2+J=0. Grafik daripersamaan ini,merupakan ellipsoida yang mempunyai pusat titik asal (origin) dan sumbu simetri sb. X, sb, y, dan sb.z. d) Paraboloida π₯2 π¦2 Definisi Grafik dengan persamaan π2 + π2 = π§, (π, π ≠ 0 adalah sebuah paraboloida yang berpuncak di O (0,0). e) Hiperboloida (hyperboloid) Definisi: Grafik dengan persamaan π₯2 π2 π¦2 π§2 + π2 − π 2 = 1, (π, π, π ≠ 0) adalah hiperboloid satu daun dengan sumbu mayor sumbu z. π₯2 π2 Grafik dengan persamaan − π¦2 π2 − π§2 π2 = 1, (π, π, π ≠ 0)adalah hiperboloid dua daun dengan sumbu mayor sumbu z. π₯2 π2 Grafik dengan persamaan Grafik dengan persamaan − π₯2 π2 π¦2 π2 = π§, (π, π ≠ 0 adalah sebuah hiperbolic paraboloid. π¦2 π§2 + π2 = π 2 , (π, π ≠ 0 adalah kerucut dengan sumbu mayor adalah sumbu z. Persamaan hiperboloida Bentuk umum persamaan ellipsoida adalah Ax2 + By2 + Cz2 +Gx + Hy + Iz + J = 0, dengan sekurang-kurangnya satu dari hasil perkalian dua koefisien x2, y2, z2 adalah bilangan negatif. 60 Modul 5: Teori Peluang, Statistika Deskriptif dan Statistika Inferensial A. Teori Peluang Peluang digunakan untuk menentukkan besarnya kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul padasuatu percobaan.Anggota-anggota dari ruang sampel disebut titik sampel. Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian sederhana yaitu kejadian yang hanya mempunyai satu titik sampel. Kejadian majemuk yaitu kejadian yang mempunyai lebih dari satu titik sampel.Operasi dasar pada kejadian yaitu gabungan, irisan dan komplemen. Dua kejadian A danB disebut saling lepas jika π¨ ∩ π© = ∅. Aturan perkalian: Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda,dan kejadian berikutnya(sebut kejadian kedua) terjadi dengan n 2 cara yang berbeda,dan seterusnya sampai kejadian k dapat terjadi dalam n k cara yang berbeda maka banyaknya keseluruan kejadian dapat terjadi secara berurutan dalam n1.n2.n3…n k cara yang berbeda. Permutasi adalah susunan berurutan dari semua ataus ebagian elemen suatu himpunan Banyaknya permutasir elemen yang diambil dari n elemen ditulis P(n,r) atau nPr atau πππ π! atau Pnr adalah n(n-1)(n-2)(n-3)… (n – r +1) = (π−π)! Banyaknya permutasi yang berlainan dari n elemen bila n1 diantaranya berjenis pertama, n2 berjenis kedua,… nk berjenis ke K π! adalah P(n, (n1,n2,n3… nk)) = π1!π2!π3!…ππ!dimanan1+n2+n3+…+nk=n Banyaknya permutasi n unsure berlainan yang disusun melingkar adalah (n-1)! Kombinasi adalah susunan unsur-unsur yang urutannya tidakdiperhatikan.Banyaknya π Kombinasi r elemen yang diambil dari n elemen ditulis C (n,r) atau nCr atau [ ] atau πΆππ π π! adalah π!(π−π)! Dengan r ≤ n. Jikasuatupercobaanmenghasilkannhasilyangtidakmungkin terjadi bersama-sama dan masing-masing mempunyai kesempatan yang sama untuk terjadi,maka peluang suatu kejadian A ditulis P(A) = π(π΄) dimana n(A) adalah banyaknya hasil dalam kejadian A. π Bila A dan dua kejadian sembarang, maka P(A∪B) = P(A)+P(B)–P(A∩B). BilaA dan B kejadian yang saling lepas (terpisah), maka P(AÈB)=P(A)+P(B). Bila A dan A’ kejadian yang saling berkomplemen,makaP(A’)=1–P(A). Kejadian A dan B dikatakan salingbebas jikadanhanyajika P(A).P(B)=P(A∩B). Menentukan peluang bersyarat bisa menggunakan ruang yang yang diperkecil sesuai syaratnya. Peluang bersyarat B jika diketahui A ditentukan oleh: π(π΅|π΄) = π(π΄∩π΅) bila P(A) > π(π΄) 0. Akibatnya P(A∩B) = P(A) π(π΅|π΄) 61 Aturan Bayes dapat ditulis : Jika kejadian-kejadian B1,B2,B3,…,Bk adalah partisi dari ruang sampel S dengan P(B1) ≠ 0, I = 1, 2, 3… k maka untuk setiap kejadian A dalam S dengan P(A) ≠ 0 berlaku: π(π΅π |π΄) = ππ(π΅π∩π΄) = ππ(π΅π).π(π΄|π΅π ) . ∑π=1 π(π΅π ∩π΄) ∑π=1 π(π΅π ).π(π΄|π΅π ) B. Satatistika Deskriptif Statistika banyakdimanfaatkan dalam berbagai aspek dan bidang kehidupan manusia seperti dalam bidang pendidikan, teknik,industri, ekonomi,kedokteran, asuransi,pertanian,pemerintahan,sosiologi,psikologi,farmasi serta berbagai ilmu alam dan social yang lainnya. Banyak permasalahan, baik dalam penelitian maupun pengamatan yang memerlukan pelaporan akan menghasilkan kumpulan datayang dinyatakan dan dicatat yang dikenal dengan statistik. Kata statistik digunakan untuk menyatakan kumpulan data yang dapat berupa angka yang dinamakan data kuantitatif maupun non angka yang dinamakan data kualitatif yang disusun dalam bentuk tabel dan atau diagram/grafik,yang menggambarkan dan mempermudah pemahaman akan angka dari masalah yang diamati. Pengamatan, penelitian,maupunrisetumumnyabertujuanuntukmemperoleh penjelasanataukesimpulan mengenai persoalan yang diteliti. Sebelum dibuat kesimpulan,data yang diperoleht erlebih dahulu dipelajari,dianalisis dan diolah dengan telitidan tepat sesuai dengan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.Hal ini berkaitan dengan suatu pengetahuan tersendiri yang diberi nama statistika.Statistika diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang metode atau prosedur yang berhubungan dengan pengumpulan data, organisasi data,pengujiandata,pengolahan data atau penganalisaan dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data tersebut. Statistika dalam pengertian sebagai ilmu dibedakan menjadi dua,yaitu:(1) Statistika Deskriptifyangbertujuanuntuk mendeskripsikanataumemberigambaran objekyangditelitisesuaidatayangadatanpamenarikkesimpulan maupun generalisasi.Statistikadeskriptifhanyaterbataspadapengumpulan, analisisdata.Dalamstatistikadeskriptif dikemukakancarapenyajiandatadalam bentuktabelmaupundiagram,penentuanrata-rata sertasimpanganbaku,dan(2) penyajiandan Statistika (mean), modus,median,rentang, Inferensial(Induktif) yangbertujuanuntuk penarikankesimpulan.Objekyangditelitidibahasdenganpenekanan pada interprestasidatadanpengambilan kesimpulan.Sebelummenarikkesimpulan dilakukansuatudugaan yangdapatdiperolehdenganstatistikadeskriptif. 1. Populasidan Sampel Populasi adalahhimpunankeseluruhanobyekyangdiselidiki.Populasiadalah totalitassemuanilaiyangmungkin,hasilmenghitungmaupunpengukuran,kuantitatif 62 maupunkualitatifmengenaikarakteristiktertentu darisemua anggotakumpulanyang lengkapdanjelasyangingindipelajarisifat-sifatnya.Himpunanbagiandaripopulasi dinamakan sampel. Karakteristik atau konstanta dari suatu populasi disebut parameter. Sedangkan suatu harga yang dihitungdari suatu sampel dinamakan statistik. Pengumpulan datadapatdilakukandengancarasensusataupunsampling. Apabilapengumpulandatamenggunakan populasi,tiadaterkecuali sensus,maka dikenaipenelitian(perlakuan). seluruhanggotadalam Sedangkansampling dilakukanapabilahanyasebagiansajaanggotapopulasiyangditeliti.Sensusseringkali dapat dilakukanmengingat tidak populasi yang beranggotasangatbanyak atau berukuran takhingga(populasitakhingga).Selainitusensusdianggaptidakpraktis, tidakekonomis,membutuhkan apabiladilakukan biayabesar,alokasiwaktuyanglama,sertadihindari percobaanyangbersifatmerusak.Dalamhalini,makametode samplinglebihdipilih. Statistikadigunakanuntukmenyimpulkanpopulasi.Analisastatistikadilakukan untukdapatmengambilkesimpulantentangparameterpopulasiberdasarkanobservasi sampel.Olehkarenaitu,sampelyangdiperoleh hendaknya dapatmemberikan gambaranyang“tepat”untukpopulasinya(representatif).Khususuntukpopulasiyang tidakterlaluheterogen,salahsatumacamsampelyangdianggap“representatif”adalah sampelrandom,observasi-observasidalamsampelindependensatudenganyanglain. Datasampelrandomadalahsampelyangpengambilannyasedemikianhinggasetiap elemenpopulasinyamempunyaikemungkinanyangsamauntukterambil. 2. SumberPengamatandalamStatistik Berikutsumberpengamatandalamstatistic a. Unitstatistikadalahindividuobjekatauorangyangakanditeliti,disurvey atau didata.Pertamaharusdiidentifikasikanobyekatauorangyangdapatmemberikan informasilebihbanyakterhadappermasalahanyangditeliti. b. Variabeladalah suatukarakteristik darisuatuobjekyangharganya untuktiap objekbervariasidapatdiamatiataudibilang,ataudiukur. 3. Macam-Macam Data Statistik Dalamprakteknya tidakbisadilepaskan daridatayangberupa angka, baikitudalamstatistikdeskriptifyangmenggambarkandata,maupunstatistikinferensi yangmelakukananalisisterhadapdata.Pembagiandatadibedakan atasbeberapahal berikut. 1) Menurutcaramemperolehnya,datadibedakanatas: a. Dataprimer, yaitudatayangdikumpulkandandiolahsendiriolehpeneliti (perorangan/lembaga)langsungdariobjeknya.Contoh:sensusyang dilaksanakanolehBPS. 63 b. Datasekunder,yaitudata yangdikutipataudiperolehdalambentukyang sudahjadi,sudahdikumpulkandandiolaholehsumberlaindanumumnya sudahdalambentukpublikasi.Contoh:perusahaanmemperolehdatadari laporan yangadadi BPS. 2) Menurutsumbernya a.Datainternal,yaitudatayangmenggambarkankeadaan/kegiatandidalamsuatu organisasi. b.Dataeksternal,yaitudata yangmenggambarkankeadaan/kegiatandiluarsuatu organisasi.Dataeksternaldimaksudkanuntukmenunjukkanfaktor-faktoryang mempengaruhihasilkaryasuatuorganisasi. 3)Menurutsifatnya a. Data Kualitatif, yaitu fakta yang dinyatakandalam bentuk bukan angka, misalnya,jenisgolongandarah,profesi,agama,dansebagainya.Datakualitatif dapatdikuantitatifkanantaralaindengancaramemberiskor,ranking,variabel boneka(dummy variabel),dan sebagainya.Datakualitatifmempunyaiciritidak bisadilakukanoperasimatematika,sepertipenambahan, pengurangan, perkaliandanpembagian.Datakualitatifdibagimenjadidua: 1. DataNominal Databertipenominaladalahdatadengantingkatpalingrendahdalamlevel pengukurandata.Skala nominaladalahskalapengukuranberupabilangan ataulambang-lambang untukmengelompokkansuatuobyek.Jikasuatu pengukurandatahanyamenghasilkansatudanhanyasatu-satunyakategori, makadata tersebutadalahdata nominal(data kategori).Misalproses pendataanJenisKelamin,statuspendidikan, jenisagamadansebagainya. DataNominaldalampraktekstatistikabiasanyaakandijadikan yaituprosesyangdisebutkategorisasi. kelaminlelakidi Misaldalampengisiandata,jenis kategorikansebagai‘1’dan Contohlaindatadarivariabel Katholik=3,Hindu=4,Budha=5). ‘angka’, perempuansebagai‘2’. jenisagama(Islam=1, Kristen=2, Kategoriinihanyasebagaitandasaja, jaditidakbisadilakukanoperasimatematika. 2. DataOrdinal Sepertipadadatanominal, adalahjugadatakualitatif namundengan level yanglebihtinggidaridatanominal. Jikapadadatanominal,semuadata kategoridianggapsama,makapadadataordinal,terdapattingkatandata denganurutanlebihtinggidanlebihrendah.Dengankatalainskalaordinal adalahskalapengukuranyangmengelompokkan 64 obyek-obyekkedalam kelas-kelasyangmempunyaihubunganurutan satu dengan yang lain. Hubunganantara kelas-kelasadalah lebihbaik,lebihdisukai,lebihtinggi, dansebagainya. Misaldatatentangsikapseseorangterhadapproduk tertentu.Dalampengukuransikapkonsumen,adasikapyang‘suka’,‘tidak suka’,sangat suka’ menyimbolkan danlainnya.Urutandata1sampai dengan5 kualitas.5=Sangatsuka,4=Suka,3=Sedang,2=Tidak Suka,1=Sangattidaksuka.Jadidisiniadapreferensiatautingkatan dimana data, datayangsatuberstatuslebihtinggiataulebihrendahdariyang lain.Namundataordinaljugatidakbisadilakukanoperasimatematika. b. Datakuantitatif, yaitufaktayangdinyatakandalambentukangkadalamarti sebenarnya.Misalnyatinggibadan,beratbadan,hasil jumlahkelahiran belajarmahasiswa, bayitiaptahundisuatunegara,danlainsebagainya. Jadi berbagaioperasimatematikabisadilakukanpadadatakuantitatif.Sepertipada datakualitatif,datakuantitatifjugabisadibagimenjadiduabagian: 1. Interval DataIntervalmenempatilevel pengukurandatayanglebih tinggidaridata ordinal,karenaselainbisabertingkaturutannya, dikuantitatifkan. jugaurutantersebutbisa Skalaintervaladalahskalapengukuranyang mengelompokkanobyek-obyekke hubunganurutandanperbedaaan dalamkelas-kelasyangmempunyai dalamjarak(interval)satudenganyang lain.Ciri-ciriskalainterval: (i) Unitpengukuransamadankonstan; (ii) Perbandinganantaraduaintervalsembarangadalahindependen denganunitpengukurandantitiknolnya; (iii) 2. Titiknoldanunitpengukuransembarang(arbitrary). DataRasio DataRasioadalahdatadengantingkatpengukuran jenisdatalainnya. palingtinggidiantara DataRasioadalahdatabersifat sesungguhnyadanbisadioperasikan secaramatematika(+,-,x,/).Skala rasioadalahskalapengukuranyangmengelompokkan dalamkelas-kelasyangmempunyai angkadalamarti obyek-obyekke hubunganurutandanberbedadalam jarakantaraobyekyangsatudenganyanglain.Perbedaan intervaladalahbahwadatarasiomempunyai dengandata titiknoldalamarti sesungguhnya.Misalberatbadandantinggibadanseseorang,pengukuranpengukurannyamempunyaiangkanol/0dalamartisesungguhnya. 65 Misal berat badan0berartimemangtanpaberat.Contohskalarasioadalahskala untukmengukurpanjang,luas,isi,berat,tinggi,dansebagainya. 4). Menurutwaktupengumpulannya a. DataCrossSection,yaitudatayangdikumpulkanpadasuatuwaktutertentu(at apoint of time)yangbisamenggambarkankeadaan/kegiatanpadawaktu tersebut. b. DataBerkala(TimeSeriesData),yaitudatayangdikumpulkandariwaktuke waktuuntukmemberikangambarantentangperkembangansuatukegiatandari waktukewaktu.Misalnya,perkembangan hargabarangkebutuhanpokok selama12bulanterakhir,banyaknyapengunjungtempatwisataselama5tahun terakhir,dsb. Data berkalaseringdisebutdata historis,biladigambarkan grafiknyamakaakanmenunjukkanfluktuasipergerakannaikturundata.Dari databerkaladapatdibuatgaristrendyangmenggambarkanperkembangandata. Garistrendtersebutbergunasebagaidasarpembuatanramalan(forecasting) yangbermanfaat untukdasarperencanaandanmemberikangambarandatadi masamendatang. 4. SyaratDatayangBaik Datayangtidaktepatapabiladigunakan makadapatmenghasilkan memperoleh untukdasarpengambilan keputusan kesimpulanyangkelirusertatidaktepatsasaran.Untuk kesimpulanyangtepatdanbenarmengenaisuatupermasalahan, datayangdikumpulkandalampengamatan harusnyatadanbenar.Syaratdatayang baikadalah a.Dataharusobyektifartinyadatasesuaidengankeadaansebenarnya; b.Dataharusmewakili(representatif); c.Kesalahanbaku(standarerror)haruskecil.Suatunilaiestimasiharusmemiliki tingkatketelitianyangtinggi; d.Kataharustepatwaktu(uptodate)terutamaapabiladatadigunakanuntuk tujuanpengendaliandanevaluasi; e.Dataharusrelevandenganmasalahyangakandipecahkanartinyadatayang dikumpulkanharusberhubungandenganmasalahyangdiamati. 5. Pengumpulan Data 66 maka Datayangdikumpulkanharusakuratdanrelevandenganpermasalahan diamati.Datadapat yang dikumpulkandenganberbagaicara.Carapengumpulandatayang seringdigunakandiantaranya: a. Wawancara(Interview) Wawancara merupakancarapengumpulan responden.Kelemahan datayangbersifatlangsungdari metodewawancaraantaralainadapadasegiwaktu danpenggunaandatayangcukupbesar.Sebelummelakukan wawancara perludibuatpedomanagardapatmemperolehketeranganyangrelevansesuai yangdiharapkan. b. Angket(Kuesioner) Angketadalahseperangkatdaftarpertanyaanyangdiisiolehrespondentanpa pengawasan,kemudiandikembalikan ataskemauansendiriolehresponden. Angketdigunakanbilajumlahrespondencukupbanyakataujangkauanlokasi yangjauhdanluas.Menurutjenisnya,angketdibedakan menjadiangket tertutup danangket terbuka. Angkettertutup apabilaangket tersebuttelah menyediakanpilihanjawabanyangdapatdipilihresponden.Sementara,pada angketterbukatidaktersediapilihanjawabandanrespondendiberikebebasan untukmenjawab. c. Pengamatan(Observasi) Observasidilakukanapabilapenelitimerasaperlumelihat,mengamati, melakukansendirikegiatanuntukmemperoleh pengamatanjuga perlu dibuat pedoman atau data.Dalamkegiatan untuk mempermudahpengamat mencatatdata yangdikehendaki. Pengertian statistik deskriptif berbeda dengan statistik inferensial. Pada statistik deskriptif penelitian hanya menggambarkan keadaan data apa adanya melalui parameter-parameter seperti mean, median, modus, distribusi frekuensi dan ukuran statistik lainnya. Pada statistika deskriptif, yang perlu disajikan adalah: 1. Ukuran pemusatan data (measures of central tendency). Ukuran pemusatan data yang sering digunakan adalah distribusi frekuensi. Ukuran statistik ini cocok untuk data nominal dan data ordinal (data kategorik). Sementara nilai mean adalah ukuran pemusatan data yang cocok untuk data continuous. Ukuran deskriptif lain untuk pemusatan data adalah median (nilai tengah) dan modus (nilai yang paling sering muncul). a. Rata-rata 67 Data diurutkan, ∑ππ=1 ππ π₯π π₯Μ = π b. Modus Modusdarisekumpulandataadalahnilaiyangseringmunculataunilaiyang mempunyaifrekuensitertinggidalamkumpulandatatersebut. Datatidakdikelompokkan,modusuntukdatakuantitatifditentukandengan menentukanfrekuensiterbanyakdarikumpulandatayangdiamati. π1 ) π1 +π2 Data dikelompokkan: ππ = π + π ( c. Median Median darisekumpulan dataadalahnilaiyangberadaditengahdari sekumpulandataitusetelahdisusundandiurutkannilainya. Datatidakdikelompokkan,jikajumlahdata datapalingtengah, datadengan ganjil,makamedianmerupakan jumlah genap,maka setelahdatadisusun menuruturutannilainya,medianadalahrata-ratahitungduadatatengah. 1 π−πΉ Data dikelompokkan ππ = π + π (2 π ) 2. Ukuran penyebaran data (measures of spread). Ukuran penyebaran data yang sering digunakan adalah standar deviasi. Ukuran penyebaran data ini cocok digunakan untuk data numerik atau continuous. Sementara untuk data kategorik, nilai range merupakan ukuran yang cocok. a. Kuartil Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi sekumpulan data menjadi empat bagian secara sama dan setelah diurutkan menurut nilainya. Data tidak dikelompokkan: Letak kuartil ke i= π (π+1) 4 dengan I = 1, 2 dan 3. Data dikelompokkan: 68 ππ −πΉ Letak kuartil ke i = π + π ( 4 π ) ππππππ π = 1, 2 3 b. Jangkauan/rentang Jangkauan = data terbesar - data terkecil Rentang antar kuartil = RAK = K3 – K1 c. Rata-rata simpangan Rata-rata simpangan adalah harga penyimpangan rata-rata tiap data terhadap rataratanya. Besar perbedaaan antara data dan rata-ratanya adalah harga mutlaknya. Data tidak dikelompokkan: π π = Data dikelompokkan: π π = ∑π π=1|π₯π −π₯Μ | π ∑π π=1|π₯π −π₯Μ | π dengan n = ∑ππ=1 ππ d. Variansi dan simpangan baku Variansi sampel didefinisikan sebagai jumlah kuadrat deviasi terhadap rata-rata sampel dibagi dengan n-1. Data tidak dikelompokkan: π 2 = Data dikelompokkan: π 2 = 1 ∑π (π₯ 1−π π=1 π 1 ∑π π (π₯ 1−π π=1 π π Simpangan baku = √π 2 C. STATISTIKA INFERENSIA 69 − π₯Μ )2 − π₯Μ )2 1. Pengertian Statistik inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistik inferensial membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi. Sejalan dengan pengertian statistik inferensial menurut Creswell, Muhammad Nisfiannoor berpendapat bahwa statistik inferensial adalah metode yang berhubungan dengan analisis data pada sampel untuk digunakan untuk penggeneralisasian pada populasi. Penggunaan statistic inferensial didasarkan pada peluang (probability) dan sampel yang dipilih secara acak (random). Konsep statistik inferensial yaitu: 1. Standard Error Peluang setiap sampel sangat identik dengan populasinya sangat kecil (nill) meskipun inferensi populasi didapat dari informasi sampel.Penerapan random sampling tidak menjamin karakteristik sampel sama persis dengan populasi. Variasi prediksi antara mean disebut sampling error. Sampling error ini tidak bisa dihindari dan ini bukan kesalahan peneliti. Yang menjadi persoalah adalah apakah error tersebut semata-mata hasil sampling error atau merupakan perbedaan yang bermakna yang akan pula ditemukan pada papulasi yang lebih besar. Ciri standard error adalah bahwa error yang terjadi bisaanya berdistribusi normal yang besarnya berbeda-bedadan error tersebut cenderung membentuk kurva normal yang menyerupai lonceng. Faktor utama yang mempengaruhi standard error adalah jumlah sampel. Semakin banyak sampelnya, semakin kecil standard errornya. Ini menunjukkan bahwasampel penelitian semakin akurat bila banyak sampelnya. Faktor utama yang mempengaruhi standard error adalah jumlah sampel. Semakin banyak sampelnya, semakin kecil standard error meannya yang berarti bahwa semakin kecil standard error-nya, semakin akurat mean sampel untuk dijadikan estimator untuk mean populasinya. 2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis adalah proses pengambilan keputusan dimana peneliti mengevaluasi hasil penelitian terhadap apa yang ingin dicapai sebelumnya. Misalnya, kita ingin menerapkan program baru dalam pelajaran membaca. Pada rencana penelitian dikemukanan hipotesis penelitian yang memprediksi perbedaan skor siswa yang menjalni program baru tadi dengan proglam lama, dan hipotesis nol (0), yang 70 memprediksikan skor kedua kelompok tidak akan berbeda. Setelah data dihitung mean dan standar deviasinya dan hasilnya menunjukkan skor siswa dengan program baru lebih tinggi (berbeda secara signifikan) daripada siswa yang mengikuti program lama, maka hipotesis penelitian diterima dan hipotesis nol ditolak. Yang berarti bahwa program baru tersebut efektif untuk diterapkan pada program membaca. Intinya, pengujian hipotesis adalah proses evaluasi hipotesis nol, apakah diterima tau ditolak. 3. Uji Signifikansi Uji signifikasi adalah cara mengetahui adanya perbedaan antara dua skor. Signifikansi merujuk pada tingkat statistik dari probabilitas dimana dengannya kita bisa menolak hipotesis nol. Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan tingkat probabilitas praseleksi yang dikenal dengan tingkat signifikansi (α). Tingkat probailitas ini dijadikan dasar untuk menolak atau tidak menolak hipotesis nol. Standar yang digunakan umumnya 0,05 kesempatan (5 dari 100). Adapula yang menggunakan 0.01. Semakin kecil nilai probabilitasnya, semakin kecil pula kemungkinan temuan tersebut diperoleh karena disebabkan oleh peluang. 2. Jenis-jenis Statistik Inferensial Terdapat dua jenis statistik inferensial: 1. Statistik Parametrik; yaitu teknik yang didasarkan pada asumsi bahwa data yang diambil mempunyai distribusi normal dan menggunakan data interval dan rasio. a. Uji-t Uji-t digunakan untuk menentukan apakah 2 kelompok skor memiliki perbedaan yang signifikan di tingkat probabilitas pilihan. Contohnya, Uji-tdapat digunakan untuk membandingkan skor membaca pada laki-laki dan skor membaca pada perempuan di sekolah A. Strategi dasar Uji-t adalah membandingkan perbedaan nyata antara mean kelompok (X1-X2) menentukan apakah ada perbedaan yang diharapkan berdasarkan peluang. Uji-t terdiri dari: - Uji-t untuk sampel independen digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua sampel independen. Sampel independen ditentukan tanpa adanya pemadanan jenis apapun. Software SPSS dapat digunakan untuk uji-t. - Uji-t untuk sampel non-independen digunakan untuk membandingkan dua kelompok terpilih berdasarkan beberapa kesamaan. Uji ini juga digunakan untuk membandingkan performansi kelompok dengan pretest danposttest atau dengan dua perlakuan berbeda. 71 tunggal b. Analisis Varians (ANOVA) Dalam Educational Research (2008), Cresswell mengartikan ANOVA sebagai teknik statistik yang digunakan untuk perbedaan yang ada pada lebih dari dua kelompok data. Adapun jenis analisis varians, yakni: 1. ANOVA sederhana (satu arah) digunakan untuk menentukan apakah skor dari dua kelompok atau lebih memiliki perbedaan secara signifikan pada tingkat probabilitasnya. Misalnya, pengukuran prestasi siswa berdasarkan tingkat ekonominya (tinggi, sedang, dan rendah), dimana tingkat ekonomi sebagai variabel kelompok dan tingkat ekonomi sebagai variabel dependennya. 2. Multi comparison adalah pengujian yang melibatkan perhitungan bentuk istimewa dari uji-t. Setiap kali uji signifikansi dilakukan, tingkat probabilitasnya kita terima. Misalnya, kita setuju kalau hasil yang akan didapatakan muncul hanya 5 kali kesempatan pada setiap 100 sampel. Hasil tersebut dikatakan bermakna dan bukan sekedar karena peluang semata. 3. ANOVA Multifaktor Desain factorial digunakan untuk meneliti dua variabel bebas atau lebih serta hubungan di antara variabel tersebut, maka ANOVA multifaktor adalah jenis analisis statistik yang paling sesuai. Hasilan alisisnya adalah rasioF terpisah untuk setiap variabel bebas dan satu rasio F untuk interaksi. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah gender dan tingkat ekonomi (tinggi, sedang, dan rendah) mempengaruhi prestasi mahasiswa. ANOVA multifaktor memungkinkan kita untuk menghitung kedua variabel bebas (gender dan tingkat ekonomi) dan variabel terikat (prestasi; IPK, skor bahasa, skor matematika, dsb). 4. Analysis of Covariance (ANCOVA) Analisis ini model ANOVA yang digunakan dengan cara berbeda dimana variabel bebas dihitung dengan memperhatikan rancangan penelitian. Bila penelitian memiliki 2 variabel bebas atau lebih, maka uji jenis inilah yang cocok digunakan melalui dua cara yakni: (1) sebagai teknik pengendalian variabel luar (extraneous variable) serta sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan uji statistik. ANCOVA bisa digunakan pada penelitian kausal komparatif maupun penelitian ekperimental yang melibatkan kelompok yang sudah ada dan kelompok yang dibentuk secara acak, dan (2) ANCOVA digunakan untuk memperkuat uji statistic dengan memperkecil varians dalam kelompok (error). Kekuatan yang dimaksudkan adalah kemampuan uji signifikansi untuk mengenali temuan riset sebenarnya, yang memungkinkan penguji menolak hipotesis 0 (nol) yang salah. 72 c. Regresi Jamak Regresi jamak digunakan pada data berbentuk rasio dan interval. Regresi jamak menggabungkan variabel yang diketahui secara terpisah untuk memprediksi (misalnya, hubungan antara) criteria dalam persamaan (rumus) prediksi atau dikenal dengan Multiple Regression Equation. Regresi jamak merupakan prosedur analisis untuk penelitian eksperimental, kausal komparatif, dan korelasional karena teknik ini tidak hanya untuk menentukan apakah ada hubungan antar variable tetapi juga untuk mengetahui besar (kuatnya) hubungan tersebut. Salah satu jenis regresi jamak adalah step-wise analysis yang memungkinakn kita memasukkan atau mengeluarkan variabel utama (predicator) ke dalam persamaan regresi tahap demi tahap. Regresi jamak juda menjadi dasar analisis jalur yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat interaksi variabel utama satu sama lain dan berkontribusi pada variabel terikat.Sementara dalam Emzir (2011) dikatakan bahwa regresi jamak merupakan perluasan dari regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kekuatan prediksi akan semakin terdukung dengan penambahan variabel. d. Korelasi Menurut Cohen, dkk., Teknik korelasi digunakan untuk mengetahui tiga hal pada dua variabel atau dua set data. Pertama, “Apakah ada hubungan antara dua variabel atau set data”. Bila jawabannya “ya”, maka dua hal berikutnya perlu kita cari yakni; “Bagaimana arah hubugan tersebut”; dan “Apa yang menjadi ukurannya?” Hubungan yang dimaksudkan adalah kencenderungan dua variabel atau set data berbeda secara konsisten. Dalam Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik (Wahana Komputer, 2009) dikatakan analisis korelasi dilakukan untuk menunjukkan keeratan hubungan kausal antara variabelvariabel. Jenis-jenis analisis korelasi, yaitu: Korelasi sederhana, yaitu , korelasi parsial, dan uji distance. 2. Statistik Non-parametrik Statistik nonparametrik adalah jenis statistic inferensial yang tidak mengharuskan data berdistribusi normal dan jenis data yang digunakan adalah data nominal dan ordinal. a. Chi Square Chi Square adalah suatu ukuran menyangkut perbedaan yang terdapat di antara frekwensi pengamatan dengan frekwensi teoritis/frekwensi harapan yang dinyatakan dengan symbol. Statistik nomparametrik yang digunakan untuk 73 menanalisis data yang berupa frekwensi atau persentase serta yang berbentu prporsi yang bisa dikonversi menjadi persentase. Chi square digunakan untuk membandingkan frekwensi yang muncul pada kategori atau kelompok berbeda. Dikenal dua kategori, yaitu; true categoryadalah apabila orang atau objek bersifat bebas pada setiap penelitian (laki-laki dan perempuan), dan artificial category yakni kategori yang secara operasional diartikan sebagai peneliti itu sendiri. Contohnya, mencari hubungan antara gender dengan keterampilan membaca pada sekolah A. Karena adanya variabel nominal (gender dan keterampilan membaca), maka data tersebut dianalisis dengan statistik nonparametrik dengan menggunakan teknik chi square. MODUL 6: MATEMATIKA 74 a. Kegiatan Belajar 1 Pengantar pemodelan Matematika Pada tingkat pra perguruan tinggi, matematika merupakan kegiatanpenelusuran pola dan hubungan, kreatifitas, kegiatan pemecahan masalah, dan alat komunikasi (Depdiknas, 2007). Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dan politik dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika merupakan alat yang digunakan dalam kehidupan manusia pada setiap hari (Court, 2006). Matematika adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan penyimpulan deduktif. Nilai utama matematika yang dikembangkan melalui proses deduktif adalah memberi kekuatan kepada manusia untuk mengorganisir ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk memprediksi kejadian-kejadian alam. Singkatnya matematika merupakan jembatan yang tangguh antara manusia dengan dunia di luar diri manusia. Kegiatan matematika banyak berubah dalam 50 tahun terakhir. Menurut pandangan evolusioner pengetahuan, matematika akan berubah dan berkembang. Oleh karena itu, matematikabukan sebagai sumber pengetahuan utama, tetapi memposisikan matematika sebagai alat yang memungkinkan orang untuk menggunakannya, memaknai pengalaman, meningkatkan penilaian prediktif, dan menawarkan penjelasan. Pada tahun 1960 muncul gagasan tentang penggunaan matematika di luar matematika untuk kepentingan di luar matematika. Di samping itu juga muncul gagasan untuk memanfaatkan penerapan matematika, model matematika, dan pemodelan matematika untuk belajar matematika. Gagasan kedua ini berkaitan dengan aktivasi matematika di luar konteks matematika untuk kepentingan di luar bidang matematika yaitu membantu murid sekolah (siswa) meningkatkan motivasi belajar matematika serta membantu pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan demikian proses belajar mengajar matematika dapat memanfaatkan penerapan, model, dan pemodelan matematika. Salah satu perwujudan gagasan ini adalahsebagaimana yang dikembangkan oleh Freudenthal. Ia mengembangkan pendekatan pembelajaran matematika yang disebut Realistic Mathematics Education (RME). Riset-riset level internasional menyajikan kajian pendekatan pemodelan dalam pembelajaran matematika dan menekankan pengaruhnya dalam belajar matematika (Blum,Galbraith, Henn, &Niss, 2007). Riset tentang peranan model dan pemodelan dalam pendidikan matematika juga mengemuka (Lesh & Doerr, 2003). Oleh karena itu pemodelan matematika harus menjadi salah satu kegiatan utama dalam pembelajaran matematika. Pengertian Pemodelan Matematika 75 Istilah model dapat berarti suatu miniature yang mewakili sesuatu atau suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung. Model tidak hanya sebuah penyederhanaan tetapi juga merupakan gambaran yang benar, bersifat objektif, dan mendekati realitas. Model matematika merepresentasikan situasi di dunia nyata, yaitu situasi di luar matematika. Biasanya situasi itu harus disederhanakan, dibangun strukturnya dan dibuat lebih tepat dan akurat yang akan mengarahkan kepada model dari situasi tersebut. Pemodelan adalah sebuah aktivitas, yaitu aktivitas kognitif yang mana kita berpikir dan menyususn model untuk mendeskripsikan bagaimana perilaku suatu alat atau objek. Pemodelan matematika dapat diartikan sebagai proses penyusunan model, yang berangkat dari situasi nyata menjadi model matematika, atau merupakan keseluruhan dari penerapan proses pemecahan masalah atau suatu jenis pengkaitan antara dunia nyata dengan matematika. Pemodelan matematika menghasilkan suatu model yang merupakan deskripsi atau representasi situasi yang diambil dari disiplin matematika. Hasil dari proses tersebut berupa model matematika. Model dalam bidang sain akan menjadi model matematika apabila model tersebut mendeskripsikan atau merepresentasikan situasi dunia nyata dengan konstruksi matematis yang mencakup konsep matematika, operasi, relasi, dan termasuk simbol-simbolnya. Proses dari model sain menjadi model matematika juga mencakup proses identifikasi dan penggunaan bentuk-bentuk atau struktur-struktur matematika seperti ruang dan ukuran yang membawa pengetahuan yang dalam untuk penyelesaian suatu masalah atau untuk memahami situasi tertentu (Lehrer &Schauble, 2000).Model matematika sebagai hasil dari proses pemodelan adalah ungkapan masalah yang diekspresikan dengan menggunakan bahasa matematika. Bahasa matematika memiliki ciri antara lain menggunakan banyak simbol, tidak emotif, singkat, padat, dan tidak bermakna ganda. Suatu model matematika berada pada berbagai cabang matematika seperti aljabar, geometri, dan statistic. Harus diingat bahwa matematika yang tercakup dalam model harus dapat dinalar atau masuk akal (reasonable) dalam dua hal yaitu tidak hanya masalah ketelitiannya yang terkait dengan bidangnya, tetapi juga mereprsentasikan situasi dunia nyata. Menurut Dear (1995), belajar melalui pemodelan matematika tidak hanya berkaitan dengan penerapan praktis, tetapi juga bersesuaian dengan hubungan filosofis dan historis dalam proses membangun pengetahuan yang bersifat sain dan bersifat matematis. Secara filosofis, matematika bersifat abstrak, kebenaran bertumpu pada kesepakatan, konsisten, bersifat koheren, (Hardi Suyitno, 2011) Langkah-langkah dalam Pemodelan Matematika 76 Secara sederhana langkah-langkah pemodelan dapat dijelaskan melalui skema pada Gambar 6.1.1. Gambar 6.1.1 Pemodelan Matematika (Diadaptasi dariThe Psychology of Learning Mathematics, Richard R. Skemp,1975,p.238). Langkah-langkah pemodelan matematika secara singkat adalah berikut: a. memahami masalah di bidang yang bersangkutan, b. menyusun model matematika, c. menyelesaikan model matematika (mencari jawaban model), d. menafsirkan jawaban model menjadi jawaban atas masalah yang nyata. Proses pemodelan matematika oleh Blum dan Leiss (2009) digambarkan seperti pada Gambar6.1.2. Gambar 6.1.2 Pemodelan matematika Memperhatikan pendapat Skemp dan Blum/Leiss, langkah-langkah pemodelanmatematika adalah: a. memahami terhadap masalah yang dihadapi, b. menyederhanakan masalah atau menyusun struktur, misalnya dengan membuat table, diagram, atau skema 77 c. menyusun model matematika melalui proses abstraksi dan idealisasi, d. menyelesaikan model matematika dengan melakukan operasi dan manipulasi untuk memperoleh jawaban model, e. menafsirkan jawaban model berdasar pada masalah yang sebenarnya, f. memvalidasi apakah jawaban menjawab pertanyaan masalah sebenarnya, g. menyajikan model yang mungkin berlaku lebih luas Dalam rangka memperoleh model yang lebih baik maka perlu dimanfaatkan diagram, data, dan informasi yang lain. Proses abstraksi adalah adalah pemilihan beberapa sifat yang sama yang dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu himpunan dan pemilihan sifat yang sama tersebut berdasarkan pada kebutuhan. Abstraksi merupakan proses menyusun formula dari pengertian atau konsep yang digeneralisir dari sifat-sifat yang dimiliki bersama dalam suatu himpunan objek dengan mengabaikan perbedaan yang ada pada objek-objek tersebut (Borowski dan Borwein, 2007). Dalam penyusunan model matematika, di samping abstraksi juga idealisasi, yaitumenganggap bahwa sesuatu itu sempurna, misalnya menganggap permukaan meja adalah bidang datar, tepian meja sebagai garis lurus yang sempurna, dsb. Idealisasi adalah menganggap representasi dari sesuatu sebagai sesuatu yang ideal. Dalam proses penyusunan model matematika dari masalah yang sederhana langkah pertama adalah memahami informasi yang terkandung dalam masalah nyata. Dalam rangka pemecahanan masalah ada hal-hal yang sudah diketahui dengan jelas dan ada hal-hal yang diperlukan tetapi belum diketahui. Hal-hal yang belum diketahui atau hal-hal yang ditanyakan akan menjadi variable dalam penyusunan model, sedangkan hal-hal yang diketahui dengan pasti akan menjadi konstanta. Langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan antar variable dan konstanta serta memilih symbol-simbol untuk setiap variable. Selanjutnya menyusun formula hubungan antar variable dan konstanta. Penulisan model matematika harus memperhatikan keakuratan simbol serta makna dibalik simbol, sehingga model matematika tersebut benarbenar merepresentasikan data-data yang ada.Kadang-kadang dalam suatu masalah, pemecahannya berkaitan dengan waktu. Model matematika yang terkait dengan waktu dikenal dengan istilah model dinamik, sedang yang tidak terkait dengan waktu dikenal dengan istilah model static. Pada masalah-masalah yang complex formulasinya tidak sederhana, proses penyusunannya mungkin berulang-ulang dan perlu simulasi serta memerlukan bantuan computer. Contoh-contoh Model Matematika dari berbagai bidang Contoh 6.1.1 Endang dan Retno tinggal dirumah yang sama di Ungaran dan keduanya bersekolah di SD Sukamaju. Pada hari minggu Endang berangkat dari rumah ke sekolah naik sepeda pukul 78 10.00WIB kecepatannya 3 km/jam. Pada waktu dan rute yang sama Retno berangkat dari Sekolah ke rumah naik sepeda dengan kecepatan 2 km/jam. Pada pukul berapa keduanya berpapasan. Menyusun model Tahap 1 Menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan. Diketahui Amir naik sepeda berangkat dari rumah pukul 10.00 dengan kecepatan 3 km/jam. Bolang naik sepeda berangkat dari sekolah pukul 10.00 dengan kecepatan 2 km/jam. Pertanyaannya: Pada pukul berapa keduanya berpapasan. Tahap 2. Membuat model matematikanya menggunakan rumus bahwa jarak merupakan hasil kali antara kecepatan dengan waktu yang diperlukan Misalkan kecepatan Endang bersepeda V1 km/jam dan kecepatan Retno V2 km/jam, jarak rumah dengan sekolah adalah s km, dan lamanya waktu yang diperlukan sejak keberangkatan sehingga Endang dan Retno berpapasan adalah t jam. Diperoleh hubungan V1t + V2t = s (V1 + V2)t = s Dalam hal ini diketahui V1 = 3 km/jam dan V2 = 3 km/jam, sehingga diperoleh model matematika 2t + 3t = s 5t = s. Apabila diketahui jarak antara rumah dengan sekolah diketahui, maka waktu kapan mereka berpapasan juga dapat ditentukan. Contoh 6.1.2. Masalah nyata Lilik akan membuat kotak terbuka dengan bahan selembar karton berbentuk persegi. Kotak didesain dengan memotong karton dengan cara sebagaimana dapat dilihat pada Gambar Masalahnya adalah bagaimana cara memotong karton agar terbentuk kotak yang terbesar. Menyusun model 79 Langkah pertama membuat sket gambar sebagaimana terlihat pada Gambar 6.1.1 Langkah kedua menegaskan informasi yang dimiliki dan selanjutnya menentukan variable-variabel. Langkah ketiga menentukan hubungan antar variable Misalkan panjang sisi kertas bahan s cm, tinggi kotak direncanakan x cm. dan volume kotak yang terjadi V cm3. Hubungan V, s, dan x adalah V = 4 x3 - 4sx2 + s2x Jadi model matematikanya Vmaks = ?, untuk V = 4 x3- 4sx2+ s2x Apabila ditentukan bahwa panjang karton 20 cm, maka model matematika menjadi Vmaks = ?, untuk V = 4 x3- 80 x2+ 400x 80 b. Kegiatan Belajar 2 Prinsip-prinsip Pemodelan Matematika untuk Sekolah Ruang lingkup matematika ada dua, yaitu: berhubungan dalam struktur abstrak dan ide, dan menghasilkan model yang berfungsi untuk menggambarkan lingkungan. Kajian terhadap matematika meliputi kajian untuk perkembangan teori-teori dalam matematika dan kajian untuk penerapan matematika dalam kaitannya dengan ilmu lainnya. 1. Pembelajaran matematika berorientasi terapan Kajian terapan matematika merupakan kajian yang sangat luas karenaketerkaitannya dengan berbagai ilmu/kajian lainnya. Terdapat empat definisi dari matematika terapan (Pollak 1977): • Matematika terapan klasik (cabang klasik analisis, bagian analisis yang berlaku untuk fisika) • Matematika dengan aplikasi praktis yang signifikan (statistik, aljabar linier, ilmu komputer, analisis). • Pemodelan satu kali (siklus pemodelan hanya dilewati sekali). • Pemodelan (siklus pemodelan diulang beberapa kali). Kajian tentang pembelajaran matematika berorientasi terapan dimulai sejak tahun 1976 saat diselenggarakan ICME-3 di Karlsruhe, Jerman. 2. Siklus pemodelan matematika dalam pembelajaran matematika Blum dan Leiß (2006) mengembangkan metode pemecahan masalah siklus pemodelan matematika dengan tujuh fase yang mengarahpada berdasarkan kompetensi kognitif,yaitu: membangun(1), menyederhanakan(2),mematematisasi(3), mengerjakan secara matematis(4), menafsirkan(5),memvalidasi (6) dan mengekspos (7). Terdapat beberapa model yang bisa digunakan selain model dari Blum dan Leiß(2005) tersebut. Meskipun secara umum, seluruh proses pemodelan sering digambarkan sebagai siklus, tetapi penggunaanya bergantung pada pada kelompok sasaran, topik penelitian, minatpenelitian, dan tujuan.Model dari dari Blum dan Leiß (2005) cocok digunakan untuk matematisasi kompleks, sedangkan untuk matematisasi mendukung aktifitas siswa tunggal, misalnya untuk dalam menyelesaikan masalah pemodelan di kelas, model dari Schupp (1988) seperti pada Gambar 2 dapat digunakan sebagai alternatif (Greefrath dan Vorhölter, 2016). 81 Gambar 2. Siklus pemodelan matematika oleh Schupp (1988). Dalam penyelesaian permasalahan berdasarkan siklus pemodelan matematika dibutuhkan keahlian dan ketelitian dalam mengubah kalimat-kalimat yang menjadi informasi tentang suatu kejadian atau suatu obyek di dunia nyata menjadi sebuah model nyata. Dari model nyata tersebut, dilakukan proses identifikasi terhadap variabel dan besaran yang terlibat, hal-hal yang diketahui, dan tujuan untuk didefinisikan secara matematis sehingga terbentuk persamaan-persamaan matematika yang dapat diselesaikan secara matematis. Hasilnya kemudian diinterpretasikan sebagai solusi dari permasalahan nyata dalam soal tersebut. Ilustrasi proses penyelesaian soal pemodelan matematika sederhana disajikan dalam Gambar 3. 82 Gambar 3. Proses penyelesaian masalah dengan siklus pemodelan matematika(Greefrath dan Vorhölter, 2016). Dalam proses pengidentifikasian variabel dan besaran yang terlibat, hal yang harusdiperhatikan adalah satuan harus disamakan sehingga dalam proses perhitungan matematika dalam penyelesaian modelnya tidak terjadi salah perhitungan. Dalam proses penyelesaian model matematikanya juga diusahakan mencari cara yang lebih cepat dan lebih sedikit proses perhitungan untuk meminimalkan kesalahan perhitungan karena semakin banyak perhitungan yang dilakukan maka kemungkinan terjadinya kesalahan perhitungan akan semakin besar.Secara umum, kompetensi pemodelan dapat dideskripsikan secara rinci denganbeberapa sub-kompetensi yang dikembangkan melalui siklus pemodelan, yaitu: • kompetensi untuk memahami masalah dunia nyata dan membangun model realitas; • kompetensi untuk membuat model matematika dari model dunia nyata; • kompetensi untuk memecahkan masalah matematika dalam model matematika; • kompetensi untuk menafsirkan hasil matematika ke dalam model dunia nyata atau situasinyata; • kompetensi untuk menguji solusi dan, jika perlu, untuk melakukan proses pemodelan lainnya.(Kaiser,2007) Desain soal bertipe Pemodelan Matematika Sederhana Matematika ada di sekitar kita. Berjalan di dunia dengan mata terbuka maka akan menemukan matematika di mana-mana (Blum 2006). Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal/masalah yang menggunakan matematika sebagai alat untuk menyelesaikannya. Permasalahan-permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk mendesain soal untuk pelajaran matematika dengan beberapa kriteria yang harus terpenuhi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mengikuti siklus pemodelan matematika dengan kategori sederhana. 1. Kriteria soal bertipe pemodelan matematika Menurut Reit dan Ludwig (2013) soal pemodelan matematika memuat beberapa kriteria, yaitu: konteks yang otentik (Maaß 2007), nilai numerik yang realistis (Müller dkk. 2007), karakter pemecahan masalah (Maaß 2007), format naturalistik untuk pertanyaan, keterbukaan terkait dengan ruang lingkup permasalahan. Untuk membantu pendesainan soal pemodelan, Maaß (2010) mengidentifikasi lima faktor yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan soal 83 pemodelan yaitu: ruang lingkup proses pemodelan, jumlah data yang diberikan, sifat dari hubungan tugas dengan realitas, situasi kontekstual, dan jenis model yang digunakan. 2. Contoh soal bertipe pemodelan matematika sederhana Contoh pertama adalah soal tentang berat badan. Berat badan. Seorang anak dan ibunya ditimbang secara bersamaan menunjukkanberat 73 kg. Anak tersebut dan ayahnya ditimbang secara bersamaan menunjukkan berat 91 kg. Ayah dan ibu dari anak tersebut ditimbang secara bersamaan menunjukkan berat 122 kg. Berapa berat badan ketiga orang tersebut jika ditimbang secara bersamaan? Untuk menyelesaikan soal tersebut dapat diawali dengan melakukan identifikasi variabel, besaran, dan tujuan untuk didefinisikan secara matematis dan membentuk persamaanpersamaan, kemudian diselesaikan dan hasilnya diinterpretasikan ke dalam situasi nyata. Contoh soal kedua adalah soal tentang pasta gigi (Gambar 4) yang didesain oleh Reit (2016). Pasta gigi. Menyikat gigi adalah bagian dari rutinitas sehari-hari kita. DapatkahAnda memberikan rumus umum untuk berapa hari kira-kira sebuah pasta gigi dipakai hingga habis? Berikan alasan secara matematis! Soal ini merupakan soal terbuka yang mengarahkan pada pencarian formula umum untuk mengetahui berapa lama pasta gigi akan habis jika dipakai. Untuk menyelesaikan soal ini diperlukan asumsi tentang ukuran sikat gigi dan tempat pasta gigi. Penyelesaian soal bertipe Pemodelan Matematika 1. Proses penyelesaian soal pemodelan matematika Secara garis besar, proses penyelesaian soal bertipe pemodelan matematika adalah melakukan pengidentifikasian, pendefinisian, penyusunan dan menyelesaian model matematis, dan menginterpretasikan hasilnya kedalam situasi nyata. 1. Variabel dan besaran Masalah Pengidentifikasian yang terlibat nyata Hal-hal yang 2. diberikan 84 3. Tujuan Pengnterpretas ian Pendefinisian 1. Variabel matematika 2. Persamaan-persamaan Solusi Matematis Penyelesaian matematika 3. Persamaan tujuan Gambar Proses pemecahan soal bertipe pemodelan matematika sederhana 2. Contoh penyelesaian soal pemodelan matematika Contoh penyelesaian soal pemodelan matematika sederhana pada bagian ini dibahas dengan menyelesaikan beberapa soal yang telah disajikan pada bagian sebelum ini. Penyelesaian soal tentang berat badan. Penyelesaian soal tentang berat badan inidiawali dengan pengidentifikasian dan pendefinisian. No Pengidentifikasian Pendefinisian Variabel yang terlibat : Berat (kg). Variabel matematika: a. Berat badan anak b. Berat badan ibu c. Berat badan ayah Tulis A : Berat badan anak B : Berat badan ibu C : Berat badan ayah Hal-hal yang diketahui/diberikan Sistem persamaan matematika: 1 2 dalam soal: a. Berat badan anak dan ibu adalah 73 kg b. Berat badan anak dan ayah adalah 91 kg c. Berat badan ayah dan ibu adalah 122 kg 3 (1) A + B = 73 (2) A + C = 91 (3) B + C = 122 A + B + C = …. Tujuan: Berat total ketiga orang. Selanjutnya dilakukan proses penyelesaian sistem persamaan matematika: Persamaan (2) dikurangi persamaan (1) diperoleh C – B = 18 ….(4). Persamaan (4) ditambah persamaan (3) diperoleh 2C = 140 menghasilkan C = 70. Jadi diperoleh A = 91 – 70 = 21 dan B = 73 – 21 = 52. 85 Jadi A + B + C = 21 + 52 + 70 = 143 Tahap akhir dari proses penyelesaian hasil ini adalah menginterpretasikan matematis ke dalam situasi nyata, yaitu dengan menarik kesimpulan: Jadi berat badan total ketiga orang tersebut adalah 143 kg. Penyelesaian diatas dapat disusun dalam sebuah penyelesaian formal sebagai berikut: Misalkan: A : Berat badan anak (kg), B : Berat badan ibu (kg), dan C : Berat badan ayah (kg). Dipuyai A + B = 73, A + C = 91, dan B + C = 122. Jelas A + B = 73 A + C = 91 B + C = 122 + A + B + C = 143 Jadi berat badan total ketiga orang tersebut adalah 143 kg. 3. Pemanfaatan teknologi dalam penyelesaian soal pemodelan matematika Software matematis yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penyelesaian soal pemodelan matematika, diantaranya adalah Computer Algebra Systems (CAS), Dynamic Geometry Systems (DGS), dll. Contoh penyelesaian soal bertipe pemodelan matematika yang dapat diselesaikan dengan software matematis misalnya soal tentang volum buah pir. Penyelesaian soal tentang volum buah pir. Gambar 9 menunjukkan cara untuk menghitung volume benda putar di GeoGebra. Pertama-tama, foto buah pir dimasukkan kedalam latar belakang Geogebra. Ukuran panjang buah pir sebenarnya ditunjukkan dengan skala pada sistem koordinat kartesius dengan satuan cm. Kemudian tandai kontur buah pir dengan titik-titik dan buat grafik fungsi polinomial yang sesuai dengan titik-titik tersebut, misalnya grafik fungsi f. Tentukan titik potong – titik potong grafik terhadap sumbu-X, missal: Z1 dan Z2, dengan menuliskan Z = Root[f]. Untuk mengetahui volum buah pir, dapat dilakukan dengan menentukan volum benda putar yang dibentuk oleh perputaran grafik f terhadap sumbu-X dengan rumus: V=∫KKML . [ ( )]+ 86 . Dalam Geogerbra ditulis: Integral[π f(x)^2, x(Q_1), x(Q_2)]. Diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa volum buah pir tersebut adalah 256.09 cm3. Gambar Menggunakan GeoGebra® untuk membantu menyelesaikan soal bertipe pemodelan matematika. Kegiatan Belajar 3 1. Analisis Galat a. Solusi Analitik dan Solusi Numerik Metode numerik merupakan suatu metode untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan menggunakan sekumpulan aritmatik sederhana dan operasi logika pada sekumpulan bilangan atau data numerik yang diberikan. Metode komputasi yang digunakan disebut algoritma. Proses penyelesaiannya mungkin memerlukan puluhan bahkan sampai jutaan operasi, tergantung pada kompleksitas masalah yang harus diselesaikan, tingkat keakuratan yang diinginkan dan seterusnya. Pendekatan yang digunakan dalam metode numerik tidak keluar dari dasar pemikiran analitis, namun teknik perhitungan yang mudah yaitu hanya menggunakan proses aljabar yang dasar seperti penjumlahan dan perkalian. Mengingat bahwa algoritma yang dikembangkan dalam metode numerik adalah algoritma pendekatan maka dalam algoritma tersebut akan muncul istilah iterasi yaitu pengulangan proses perhitungan. Dengan kata lain perhitungan dengan metode numerik adalah perhitungan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk terus-menerus memperoleh hasil yang semakin mendekati nilai penyelesaian yang sebenarnya. Hasil yang dihasilkan dari perhitungan numerik disebut hasil numerik/hampiran/aproksimasi. b. Pengertian Galat/error 87 Dengan menggunakan metode pendekatan semacam ini, akan muncul perbedaan antara solusi eksak dan solusi numerik. Selisih nilai hasil perhitungan tersebut disebut dengan galat (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar, tentunya ini tidak diharapkan. Sehingga pendekatan metode numerik selalu membahas tingkat kesalahan dan tingkat kecepatan proses yang akan terjadi. Misalnya nilai yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Dengan menggunakan meteran, suatu lingkaran dengan diameter 7 cm menghasilkan keliling lingkaran 22 cm. Hasil numerik akan memberikan nilai 3,14 jika dibulatkan sampai dua angka desimal. Maka selisih antara 22/7 dengan 3,14 disebut sebagai galat. c. Sumber-sumber Galat Secara umum terdapat beberapa sumber penyebab galat dalam perhitungan numerik 1) Galat pembulatan Perhitungan dengan metode numerik hampir selalu menggunakan bilangan riil. Masalah timbul bila komputasi numerik dikerjakan oleh mesin (dalam hal ini komputer) karena semua bilangan riil tidak dapat disajikan secara tepat di dalam komputer. Keterbatasan komputer dalam menyajikan bilangan riil menghasilkan galat yang disebut galat pembulatan. Sebagai contoh 1/6 = 0.166666666… tidak dapat dinyatakan secara tepat oleh komputer karena digit 6 panjangnya tidak terbatas. Komputer hanya mampu merepresentasikan sejumlah digit (atau bit dalam sistem biner) saja. Bilangan riil yang panjangnya melebihi jumlah digit (bit) yang dapat direpresentasikan oleh komputer dibulatkan ke bilangan terdekat. Misalnya sebuah komputer hanya dapat merepresentasikan bilangan riil dalam 6 digit angka berarti, maka representasibilangan 1/6 = 0.1666666666… di dalam komputer 6-digit tersebut adalah 0.166667. Galat pembulatannya adalah 1/6 – 0.166667 = -0.000000333. 2) Galat Pemotongan Galat pemotongan adalah galat yang ditimbulkan oleh pembatasan jumlah komputasi yang digunakan pada proses metode numerik. Banyak metode dalam metode numerik yang penurunan rumusnya menggunakan proses iterasi yang jumlahnya tak terhingga, sehingga untuk membatasi proses penghitungan, jumlah iterasi dibatasi sampai langkah ke n. 3) Galat Total Galat akhir atau galat total atau pada solusi numerik merupakan jumlah galat pemotongan dan galat pembulatan. 4) Galat eksperimental. Galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur dan sebagainya. 5) Galat Pemrograman 88 Galat yang terdapat di dalam program sering dinamakan dengan kutu (bug). Dan proses penghilangan galat dinamakan penirkutuan (debugging). d. Galat Mutlak dan Galat Relatif Hubungan antara hasil yang eksak atau yang sebenarnya, hasil aproksimasinya serta galatnya dapat dirumuskan sebagai berikut : Nilai sebenarnya (true value) = aproksimasi + galat Galat numerik adalah ketidaksesuaian (dispency) antara yang sebenarnya dan aproksimasi: t = nilai sejati – aproksimasi Didefinisikan galat mutlak sebagai nilai mutlak selisi antara nilai eksak (x) dengan nilai aproksimasi ( ) :Ι = |π₯ − π₯Μ | Kelemahan definisi ini adalah bahwa tingkat besaran dari nilai yang diperiksa sama sekali tidak diperhatikan, misalnya galat satu sentimeter akan jauh lebih berarti jika yang diukur adalah paku bukan jembatan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dihitung galat relatif, yang dihitung dengan membandingkan nilai galat dengan nilai sebenarnya. Galat relatif pecahan = Galat Nilai sebenarnya 2. Metode Numerik Secara Umum Disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Elektro, dan sebagainya. Seringkali model matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal alias rumit. Model matematika yang rumit ini adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang sudah umum untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution). Yang dimaksud dengan metode analitik adalahmetode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku (lazim). Sebagai contoh ilustrasi, tinjau sekumpulan persoalan matematik di bawah ini. Bagaimana cara anda menyelesaikannya? (i) Tentukan akar-akar persamaan polinom: 23.4x7 - 1.25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2- x + 100 = 0 89 (ii) Tentukan harga x yang memenuhi persamaan: 5 x 1 27.8e (iii) (120x2 cos 17x 65 - 12c + 12d + 4.8e - 5.5f + 100g = 18 - c + 16d + 8e - 5f - 10g = 17 - 6c - 2d + 4e + 6.5f - 13g = 19 + 8c - 7d + 14e + 8.4f + 16g = 6 + 17c + 6d + 12e - 7.5f + 18g = 9 + 11c + 9d - 5e - 25f - 10g = 0 + 1.8c + 12d - 7e + 2.5f + g = -5 Tentukan nilai maksimum fungsi tiga matra (dimension): x sin( x) 3 f(x,y) = cos x(0.08 cos(x)) + sin(3xy - 1) - tan( ( xy) 2 4 (v) 2 x) Selesaikan sistem persamaaan lanjar (linear): 1.2a - 3b 0.9a + 3b 4.6a + 3b 3.7a - 3b 2.2a + 3b 5.9a + 3b 1.6a + 3b (iv) x 1 ) y Bila diperoleh tabulasi titik-titik (x,y) sebagai berikut (yang dalam hal ini rumus fungsi y = f(x) tidak diketahui secara eksplisit): x 2.5 y = f(x) 1.4256 3.0 1.7652 3.5 2.0005 4.4 2.8976 6.8 3.8765 Hitung taksiran nilai y untuk x = 3.8! (vi) Berdasarkan titik-titik data pada tabel persoalan (v) di atas, berapa nilai f '(3.5) dan nilai f "(3.5) ? (vii) Hitung nilai integral-tentu berikut: 2.5 ( (45.3e7x 1.2 10 0 4 ( )d 4 2 ) x x 1) x 90 (viii) Diberikan persamaan differensial biasa (PDB) dengan nilai awal: ln(21t 40) y 150y " + 2y't = + 120 ; y '(0) = 0, y (0) = 1.2 t 2 Hitung nilai y pada t = 1.8! Menghadapi soal-soal seperti di atas, anda mungkin menyerah, atau mungkin mengatakan bahwa soal-soal tersebut tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang biasa anda kenal. Soal (i) misalnya, biasanya untuk polinom derajat 2 orang masih dapat mencari akarakar polinom dengan rumus abc yang terkenal itu yaitu b x 1,2 = b 2 4ac 2a (P.1.1) namun, untuk polinom derajat > 2, seperti pada soal (i), tidak terdapat rumus aljabar untuk menghitung akar polinom. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan memanipulasi polinom, misalnya dengan memfaktorkan (atau menguraikan) polinom tersebut menjadi perkalian beberapa suku. Semakin tinggi derajat polinom, jelas semakin sukar memfaktorkannya. Ada juga beberapa alternatif lain. Yang pertama dengan cara coba-coba seperti metode pembagiansintetis Horner.Dengan metode ini, polinom dibagi dengan sebuah bilangan.Jika sisa pembagiannya nol, maka bilangan tersebut adalah akar polinom. Cara kedua adalah secara grafik, yaitu dengan merajah kurva fungsi di atas kertas grafik, kemudian berdasarkan gambar kurva, kita mengambil tarikan akar secara kasar, yaitu titik poyong kurva dengan sumbu-x. Tahap-TahapMemecahkan Persoalan Secara Numerik Ada enam tahap yang dilakukan dakam pemecahan persoalan dunia nyata dengan metode numerik, yaitu 1. Pemodelan Ini adalah tahap pertama. Persoalan dunia nyata dimodelkan ke dalam persamaan matematika (lihat contoh ilustrasi pada upabab 1.2) 2. Penyederhanaan model Model matematika yang dihasilkan dari tahap 1 mungkin saja terlalu kompleks, yaitu memasukkan banyak peubah (variable) atau parameter. Semakin kompleks model matematikanya, semakin rumit penyelesaiannya. Mungkin beberapa andaian dibuat sehingga beberapa parameter dapat diabaikan. Contohnya, faktor gesekan udara diabaikan sehingga koefisian gesekan di dalam model dapat dibuang. Model matematika yang diperoleh dari penyederhanaan menjadi lebih sederhana sehingga solusinya akan lebih mudah diperoleh. 3. Formulasi numerik 91 Setelah model matematika yang sederhana diperoleh, tahap selanjutnya adalah memformulasikannya secara numerik, antara lain: a. menentukan metode numerik yang akan dipakai bersama-sama dengan analisis galat awal (yaitu taksiran galat, penentuan ukuran langkah, dan sebagainya). Pemilihan metode didasari pada pertimbangan: - apakah metode tersebut teliti? - apakah metode tersebut mudah diprogram dan waktu pelaksanaannya cepat? - apakah metode tersebut tidak peka terhadap perubahan data yang cukup kecil? b. 4. menyusun algoritma dari metode numerik yang dipilih. Pemrograman Tahap selanjutnya adalah menerjemahkan algoritma ke dalam program komputer dengan menggunakan salah satu bahasa pemrograman yang dikuasai. 5. Operasional Pada tahap ini, program komputer dijalankan dengan data uji coba sebelum data yang sesungguhnya. 6. Evaluasi Bila program sudah selesai dijalankan dengan data yang sesungguhnya, maka hasil yang diperoleh diinterpretasi. Interpretasi meliputi analisis hasil run dan membandingkannya dengan prinsip dasar dan hasil-hasil empirik untuk menaksir kualitas solusi numerik, dan keputusan untuk menjalankan kembali program dengan untuk memperoleh hasil yang lebihbaik 92 93 94