MENGAPA LANTAI JEMBATAN RANGKA BAJA CEPAT RUSAK???? Ir. Lanny Hidayat, MSi Abstrak Jumlah jembatan rangka baja pada saat ini merupakan salah satu jenis jembatan yang terbanyak di Indonesia. Sebagian besar terletak pada jalan nasional, terutama pada ruas jalan diluar pulau Jawa. Seringkali kerusakan jembatan mencari “kambing hitam” atau siapa yang dapat dipersalahkan, walaupun tidak terlepas dari kesalahan pada saat pelaksanaan pemasangan rangka baja dan lantai betonnya. Persoalan atau kerusakan yang terjadi pada jenis rangka baja, menjadi salah satu alasan untuk tidak menggunakan rangka baja atau mengganti jembatan rangka baja yang sudah rusak dengan jenis jembatan lain. Mungkin sudah banyak penelitian atau tulisan yang mencari penyebab permasalahan ini, tetapi masalah ini ternyata belum juga dapat diselesaikan. Sehingga masyarakat bertanya “Mengapa lantai beton pada jembatan rangka baja koq cepat rusak??” Apabila kita cermati permasalahan kerusakan pada jembatan jenis rangka baja ini, dapat dikatakan bukan pada tahap perencanaan atau fabrikasinya tetapi lebih cenderung pada proses pelaksanaannya, yang disebabkan kekurangtahuan pelaksana tentang sifat sambungan dan beton yang harus dilaksanakan. Pada makalah ini akan dibahas dampak dan akibat dari kekurangpahaman pelaksana terhadap desain dan sifat sambungan pada rangka baja, karena hal ini sangat berkaitan erat dengan kerusakan struktur rangka baja (terjadinya lendutan, getaran yang berlebihan) sehingga menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat dan menjadi tidak layan, selain itu akan dibahas juga permasalahan mengapa kerusakan pada lantai beton jembatan rangka baja sangat umum terjadi, yang pastinya sangat berkaitan dengan cara pelaksanaan dan pengecoran beton, curing dan lain sebagainya serta penyelesaian masalahnya. Diharapkan makalah ini dapat membantu untuk mencari penyebab dan menyelesaikan persoalan pelaksanaan rangka baja yang sesuai dengan mutu dan tidak terjadi kembali kerusakan seperti pada masa yang lalu. 1. PENDAHULUAN Jembatan yang merupakan prasarana transportasi yang sangat penting, seringkali menjadi masalah yang mengganggu kelancaran lalu lintas kendaraan. Permasalahan yang sering terjadi secara umum terletak pada kerusakan lantai jembatan, yang menimbulkan ketidak nyamanan pengguna jalan dan bahkan dapat menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan. Jumlah jembatan yang tercatat pada tahun 2003 sekitar 32.000 buah yang terletak pada jalan nasional dan propinsi atau sepanjang 522.500 meter. Jumlah tersebut belum termasuk jembatan yang berada pada jalan kabupaten dan kota dan jalanjalan lainnya, yang dapat dipastikan mencapai jumlah yang berlipat dibanding jumlah jembatan pada jalan nasional dan propinsi. Dari jumlah yang tercatat tersebut jembatan rangka baja mempunyai jumlah yang cukup signifikan sekitar 3000 buah jembatan atau sepanjang 185.000 meter. Apabila dari jumlah jembatan rangka baja tersebut mempunyai nilai kondisi 3, yang pada umumnya kerusakan terletak pada lantai jembatan, sebanyak 50%, maka, betapa banyaknya jembatan di Indonesia ini yang mengganggu kelancaran lalu lintas. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas mengapa hal tersebut dapat terjadi. 2. KONDISI JEMBATAN RANGKA BAJA SAAT INI Nilai kondisi jembatan rangka baja terpasang secara umum dapat dikatakan baik, walau, dari data dapat disebutkan bahwa jumlah jembatan rangka baja dengan nilai kondisi ≥ 3 yaitu jembatan yang memerlukan perbaikan dan harus dipantau dengan intensif karena sudah mengganggu kelancaran lalu lintas). Jumlah jembatan rangka baja dengan lantai jembatan mempunyai nilai kondisi ≥ 3 sebanyak 376 buah jembatan yang tersebar pada seluruh propinsi dan sekitar 598 bentangan jembatan atau sekitar 20.350 meter panjang jembatan. Nilai kerusakan lantai tersebut apabila dibandingkan dengan jumlah rangka baja mencapai 12% terhadap panjang jembatan atau 14% terhadap jumlah jembatan. Hal tersebut sudah merupakan nilai yang cukup kritis terhadap kelancaran lalu lintas dan kenyamanan pengguna jalan. Kerusakan tersebut terjadi pada ruas jalan nasional dan propinsi yang sangat penting artinya bagi kelancaran perekonomian negara. Jumlah yang cukup besar tersebut belum termasuk yang berada pada ruas jalan kabupaten dan kota. Apabila jumlah jembatan yang mengalami kerusakan tersebut ditambah dengan nilai kerusakan lantai jembatan sama dengan 2 atau kondisi lantai jembatan yang memerlukan pemeliharaan berkala atau perbaikan ringan, maka jumlah kerusakan lantai jembatan rangka baja mencapai 40.520 meter atau 726 buah jembatan. Angka tersebut mencapai 2 x lipat atau 25% terhadap panjang total jembatan. Sehingga timbul pertanyaan mengapa kondisi lantai jembatan rangka baja tersebut mengalami kerusakan sedemikian parahnya. Untuk itu perlu dicari penyebabnya. 3. PERMASALAHAN KERUSAKAN Permasalahan kerusakan lantai jembatan rangka baja yang menggunakan bahan beton merupakan salah satu kerusakan yang langsung terlihat oleh pengguna jalan yaitu masyarakat. Dengan melihat jumlah kerusakan lantai jembatan yang rusak dengan nilai kondisi > 2, sebanyak 25 % dari jumlah panjang jembatan, maka sangat ironis, begitu tidak nyamannya pengguna jalan dalam melewati ruas-ruas jalan nasional dan propinsi ini. Berikut akan dibahas secara umum mengenai penyebabpenyebab kerusakan yang mungkin menjadi pemicu kerusakan lantai beton jembatan. 3.1. PERENCANAAN vs PELAKSANAAN Perencanaan suatu jembatan secara umum dapat dikatakan selalu mengikuti peraturan, pedoman atau manual yang tersedia, dan dapat dengan mudah di periksa kebenarannya. Tetapi apabila perencanaan tersebut sudah menjadi acuan dalam pelaksanaan, maka banyak hal yang tidak tertulis atau tergambar dengan jelas, apa yang harus dilakukan oleh pelaksana di lapangan. Hal ini sering menimbulkan kesalahan Pelaksana dalam menawar pekerjaan (memang tidak semua Pelaksana demikian), karena kurangnya informasi penting yang harus diperhatikan oleh seorang Pelaksana. Jenis sambungan pada rangka baja dihitung berdasarkan slip critical friction type atau baut geser dengan mempertimbangkan kondisi kritis baut tersebut. Lapangan atau pengawas sering kurang mengerti apa yang dimaksud dengan jenis sambungan seperti itu, dan bagaimana penerapannya di lapangan. Di lapangan, penyambungan baut yang mempunyai jenis perhitungan seperti itu, permukaan pelat yang akan disambung harus dibersihkan dan dikasarkan tanpa merusak lapisan pelindungnya, baru kemudian baut dipasang dan dikencangkan. Kondisi dilapangan, apapun kondisi pelat baja atau profil baja yang akan dipasang, .ya dipasang saja. Baik kotor maupun bersih, dikasarkan atau tidak, tidak pernah menjadi suatu permasalahan. Tetapi apabila kondisi ini diijinkan di lapangan, maka akan terjadi lawan lendut (camber) pada jembatan rangka baja yang tidak tercapai. Besaran camber yang tidak tercapai, akan mengakibatkan lendutan atau getaran dan goyangan yang berlebihan pada rangka baja, yang kemudian akan menimbulkan kerusakan pada lantai beton jembatan rangka baja, yang akan terlihat secara langsung oleh pengguna jalan. Jadi disini ada suatu gap atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan, kurangnya komunikasi antara pengawas dan pelaksana, karena kekurang tahuan atau kekurang pahaman tentang manual pemasangan rangka baja yang harus dipelajari dan dipahami sebelum dilakukan pemasangan. Di lapangan, pemasangan atau perakitan rangka baja seringkali di sub kontrakkan, dan pelaksananya juga secara umum bekerja sebagaimana biasanya saja, dan bukan seharusnya. 3.2. CARA PELAKSANAAN DI LAPANGAN Pelaksanaan rangka baja selain pekerjaan perakitan komponen dengan menggunakan baut, juga masalah pengecoran beton pada lantai jembatan, yang saat ini menjadi topik utama dan menjadi sorotan masyarakat. Pelaksanaan lantai beton jembatan rangka baja dibantu dengan adanya corrugated steel plate (pelat baja gelombang), sehingga tidak memerlukan perancah yang juga dapat mengakibatkan kerusakan pada beton. Tetapi CSP yang tidak dipasang dan dikencangkan sesuai dengan persyaratannya, juga akan mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap lantai beton jembatan rangka bajanya. Banyak contoh di lapangan yang memperlihatkan kerusakan lantai jembatan yang diawali oleh kekurang kencangan baut pengikat antara CSP dengan gelagar memanjang pada sistem lantai jembatan ranaka baja, yang mengakibatkan kerusakan pada beton lantai jembatan yang parah Pelaksanaan perakitan atau pemasangan rangka baja memang suatu hal yang umum dan ada sub kontraktor tersendiri yang sering melakukan pemasangan tersebut. Tetapi sebagaimana diuraikan di atas, adanya kekurang pahaman tentang sifat perencanaan baut dengan apa yang seharusnya dilaksanakan di lapangan. Masih terjadi kekurangpahaman tentang beton, yaitu antara beton karakteristik yang digunakan dalam perhitungan dan beton yang harus dihasilkan di lapangan. Pada spesifikasi (Balitbang, tahun 2007) sudah dijelaskan tentang pengendalian mutu dan hasil yang dicapai untuk suatu beton karakteristik tertentu. 3.3. LANTAI BETON JEMBATAN Lantai beton pada jembatan rangka baja inilah yang menjadi permasalahan dan menjadi salah satu permasalahan dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Pada desain lantai beton jembatan dirancang beton dengan beton karakteristik 30 Mpa, tetapi di lapangan secara umum dapat dikatakan mereka membuat dengan mutu yang lebih rendah terhadap mutu beton yang disyaratkan. Pada spesifikasi (Balitbang 2007) dijelaskan tentang pengendalian mutu, bahwa apabila suatu struktur didesain dengan beton karakteristik 30 Mpa, maka di lapangan harus dihasilkan beton dengan mutu paling tidak 39 Mpa, karena adanya deviasi akibat masalah pelaksanaan yang mungkin dapat terjadi di lapangan. Penerimaan hasil juga disyaratkan yaitu rata-rata beton dari benda uji yang diambil di lapangan harus sesuai dengan hasil job mix (campuran untuk pelaksanaan), dan tidak boleh ada satupun benda uji mempunyai mutu kurang dari 85% terhadap job mix beton yang sudah disepakati. Apabila terdapat satu benda uji mempunyai mutu beton yang kurang dari 85% tersebut, maka harus dilakukan pengambilan benda uji terhadap beton yang dicor, dengan cara core drill. Benda uji core drill tersebut harus mempunyai rata-rata mutu lebih besar dari 85% job mix dan tidak boleh ada satupun yang mempunyai mutu kurang dari 75% terhadap hasil job mix. Apabila masih terdapat kesalahan lagi, maka dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan alat khusus dan adanya pengurangan pembayaran terhadap mutu beton yang dihasilkan tersebut. Apa yang terjadi di lapangan?. Mutu beton yang dihasilkan mempunyai mutu yang kurang dari persyaratan, tetapi tetap diterima dan dibayar sesuai dengan mutu yang tinggi, padahal mereka tidak melaksanakan hal tersebut. Selain itu, masih banyak persyaratan pengecoran di lapangan yang berkaitan dengan penguapan, suhu udara yang tinggi, yang dapat mengakibatkan keretakan pada tahap awal pengerasan beton. Kemudian masalah waktu setting di lapangan, yang kurang dipahami oleh pelaksana, dimana beton seharusnya sudah tidak boleh dicor karena waktu setting sudah terlampaui, tetapi masih dicorkan juga. Hal ini mengakibatkan terjadinya kleretakan yang cukup parah pada lantai jembatan. Hal lain yang seringkali mengakibatkan keretakan pada lantai beton adalah masalah curing (perawatan beton). Kapan curing harus mulai dilaksanakan? Permasalahan ini juga merupakan salah satu sumbangan kerusakan lanta beton yang cukup besar, karena tanpa curing yang benar dan tepat waktu serta cukup, maka mutu beton tidak dapat dicapai. 3.4. PERKERASAN ASPAL Perkerasan aspal sebagai pelindung permukaan beton juga seringkali menyumbangkan faktor menambah parahnya kerusakan lantai beton jembatan. Kerataan dan kerapihan pelaksanaan perkerasan aspal di atas lantai jembatan yang kurang baik, menimbulkan dampak atau kejut yang bertambah sehingga getaran yang terjadi meningkat dan kerusakan betonpun dapat bertambah parah. Sehingga, walaupun perkerasan aspal di atas permukaan lantai ebton merupakan salah satu pekerjaan yang minor, tetapi tetap akan menyumbang kerusakan yang parah atau memperparah kerusakan keretakan lantai beton jembatan. 3.5. PENGGUNA JALAN Ternyata juga, pengguna jalan menyumbangkan atau dapat memperparah kerusakan pada lantai beton jembatan, walaupun sumbangannya tidak akan langsung terlihat secara signifikan tanpa adanya kerusakan yang lainnya. Memang dengan adanya beban berlebih (overload), dapat mengakibatkan retak pada lantai jembatan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dengan melihat beberapa penyebab kerusakan lantai beton jembatan akibat: a. Tidak adanya komunikasi yang baik antara perencana dan pelaksana/pengawas b. Sifat pengencang (baut) tidak sesuai antara desain dan pelaksanaan c. pengencangan baut yang tidak sesuai dengan persyaratan d. Camber tidak tercapai e. Mutu beton dan persyaratannya yang tidak sesuai dengan spesifikasi f. Kekasaran permukaan aspal yang kasar yang menambah faktor dinamis (kejut) pada struktur lantai g. Pengguna dengan beban berlebih Maka, perlu adanya penyegaran atau penjelasan dari pembina teknis kepada para pelaksana di lapangan tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan di lapangan, dan dilengkapi dengan monitoring dan evaluasi hasil pekerjaannya, yang berkaitan dengan perakitan, pemasangan, pelaksanaan pengecoran lantai beton agar mutu produk sesuai dengan persyaratan dan tidak lupa bahwa pemeliharaan rutin dan berkala wajib dilaksanakan dengan tepat. https://books.google.co.id/books?id=uNgolSaDssUC&pg=PA46&lpg=PA46&dq=jembatan+busur+bet on&source=bl&ots=R1ezhftiVM&sig=V3yRz2yRp9mnWbnOSMPFEGoR9Y&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwiq5oX05bXdAhUJRo8KHZ5XDboQ6AE wAnoECAAQAQ#v=onepage&q=jembatan%20busur%20beton&f=false https://news.detik.com/berita-jawa-timur/3163523/jembatan-sepanjang-menghubungkan-sidoarjosurabaya-diperbaiki