Uploaded by common.user12116

Lapis Penetrasi Macadam

advertisement
Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari batu
(agregat) pokok dan batu (agregat) pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis, apabila akan
digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
1.1. Fungsi
LAPEN dapat berfungsi sebagai :
a. Lapisan Permukaan
b. Lapisan pondasi
1.2. Sifat-sifat
LAPEN mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Kurang kedap air (permeabilitas sedang).
b. Kekuatan utama didapat dari saling mengunci (interlocking) antara batuan pokok dan
pengunci.
c. Mempunyai nilai struktural.
d. Cukup kenyal.
e. Mempunyai permukaan yang kasar.
1.3. Penggunaan
LAPEN dapan diletakkan diatas berbagai jenis/kondisi perkerasan lama maupun baru untuk
lalu lintas ringan sampai sedang.
II. BAHAN
Bahan yang digunakan untuk LAPEN terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat
penutup (untuk permukaan) dan aspal.
2.1. Agregat
Agregat yang digunakan harus agregat dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Keausan agregat bila diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran (PB.0206-76)
adalah 40%.
b. Indeks kepipihan (B.S.) maksimum 25%.
c. Kelekatan terhadap aspal (PB.0205-76) lebih besar dari 95%.
d. Bagian-bagian batu yang lunak (ASTM C-235) maksimum 5%.
e. Gumpalan-gumpalan lempung (ASSHTO T-12) maksimum 0,25%.
f. Gradasi dibedakan :
- Ukuran butir maksimum agregat pokok adalah k.l. 2/3 tebal lapisan yang direncanakan.
Gradasi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup adalah sebagaimana tertera di
bawah ini :
TABEL 2.1. : Ukuran Agregat
Tebal
Tipe
Lapisan
(7 – 10 cm)
(5 – 8 cm)
(4 – 5 cm)
Batu
Agregat pokok
Melewati :
75 mm
60 mm
50 mm
40 mm
25 mm
18 mm
100
90 – 100
35 – 70
0 – 15
0–5
–
–
100
95 – 100
35 – 70
0 – 15
0–5
–
–
Agregat
Pengunci
Melewati :
25 mm
18 mm
9 mm
100
95 – 100
0–5
100
95 – 100
0–5
Agregat
Penutup
Melewati :
12 mm
9 mm
4 mm
2 mm
100
85 – 100
10 – 30
0 – 10
100
85 – 100
10 – 30
0 – 10
100
95 – 100
–
0 – 15
100
95 – 100
0–5
100
85 – 100
10 – 30
0 – 10
2.2. Aspal
a. Aspal yang digunakan pada umunya aspal keras Pen. 40, Pen 60, Pen. 80 memenuhi
persyaratan sebagaimana tertera di bawah ini :
TABEL 2.2. : Persyaratan Aspal Keras
Jenis
Cara
pemeriksaan pemeriksaan
Penetrasi
(25˚C, 5
detik)
Titik
lembek
(ring &
ball)
Titik nyala
(dev. Open
cup)
Kehilangan
berat
(163˚C, 5
jam)
PA.
0301 – 76
PA.
0302 – 76
PA.
0303 – 76
PA.
0304 – 76
Pesyaratan
Pen. 40
Pen. 60
Pen. 80
SATUAN
Min Maks Min Maks Min Maks
0,1 mm
40
59
60
79
80
99
˚C
51
63
48
58
46
54
˚C
200
-
200
-
225
% berat
-
0,4
-
0,4
-
0,6
Kelarutan
(CCL4 Atau
CS2)
Daktilisasi
(25˚C, 5
cm/menit)
Penetrasi
setelah
kehilangan
berat
Berat Jenis
(25˚C)
PA.
0305 – 76
PA.
0306 – 76
PA.
0301 – 76
PA.
0307 – 76
% berat
99
-
99
-
99
cm
75
-
100
-
100
%semula
75
-
75
-
75
gr/cc
1
-
1
-
1
-
b. Aspal cair RC-250, RC-800, atau RC-3000 yang memenuhi persyaratan sebagaimana tertera
dibawah ini :
TABEL 2.3. : Persyaratan aspal cair
Pesyaratan
Jenis
Cara
RC. 250
RC. 800
RC.3000
SATUAN
pemeriksaan pemeriksaan
Min Maks Min Maks Min Maks
Kekentalan
PA. 0308 kinematik
250 500 800 1600 3000 6000
cst
76
(60˚C)
Titik nyala
(tag Open
cup)
Destilasi
(terhadap isi
destilasi
360˚C)
sampai
225˚C
sampai
260˚C
sampai
315˚C
PA. 0309 76
PA. 0310 76
sisa destilasi
(360˚C)
Penetrasi
residu
(25˚C, 5
detik)
PA. 0301 76
27
63
48
35 -
15 -
60 -
58
46
˚C
-
% isi
45 -
25 -
% isi
80 -
75 -
70 -
% isi
65 -
75 -
80 -
% isi
80
120
80
-
54
120
20
120
0,1 mm
Daktilitas
(25˚C, 5
cm/menit)
Kelarutan
(CCL4 Atau
CS2)
Pelekat
dalam air
(permk.
Batuan)
Kadar air
c.
PA. 0306 76
100
-
100
-
100
-
PA. 0305 76
99
-
99
-
99
-
% berat
PA. 0312 76
80
-
80
-
80
-
% luas
PA. 0311 76
-
0,2
-
0,2
-
0,2
%
cm
Aspal emulsi anionik (RS-1, RS-2) atau kationik (CRS-1, CRS-2) yang memenuhi
persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini :
TABEL 2.4. : Persyaratan aspal emulsi anionik
Pesyaratan
Jenis
Cara
RS-1
RS-2
SATUAN
pemeriksaan pemeriksaan
Min Maks Min Maks
Kekentalan
furol (25˚C)
AASHTO
T-59
20
100
-
-
detik
Kekentalan
furol (50˚C)
AASHTO
T-59
-
-
75
400
detik
Sisa
Destilasi
AASHTO
T-59
57
-
62
-
% isi
Pengendapan
(5 hari)
AASHTO
T-59
-
3
-
3
selisih
persen
Pengendapan
emulsi (35
ml dari 0,02
NCaCl2)
AASHTO
T-59
60
-
50
-
%
AASHTO
T-59
-
10
-
10
%
100
200
100
200
0,1 mm
Daktilitas
(25˚C, 5
cm/menit)
Analisa
saringan
(tertahan
no.200)
PA. 0301 76
Daktilitas
PA. 0306 residu (25˚C,
76
5 cm/menit)
40
-
40
-
cm
AASHTO
T-44
97
-
97
-
% berat
Kadar air
TABEL 2.5. : Persyaratan aspal emulsi kationik
Persyaratan
Jenis Pemeriksaan
1. Kekentalan Furol
(50oC)
2. Sisa Destilasi
Cara
Pemeriksaan
AASHTO
T-54
AASHTO
T-55
3. Pengendapan
(5 hari)
4. Analisa saringan
(tertahan no.20)
5. Muatan listrik
AASHTO
T-56
AASHTO
T-57
Crs-1
Mak.
Min. Mak.
20
100
100
400
detik
60
-
65
-
%isi
-
5
-
5
-
10
-
10
AASHTO
AASHTO
Positif
o
(25 C, 5 detik)
8. Daktilitas residu
(25oC,
5cm/menit)
9. Kelarutan
(C2H3Cl3)
selisih
persen
%
Positif
-
3
-
3
%isi
PA.0301-76
100
250
100
250
0,1
mm
PA.0306-76
40
-
40
-
cm
97
-
97
-
%berat
T-59
7. Penestrasi residu
Satuan
Min.
T-58
6. Destilasi minyak
Crs-2
AASHTO
T-44
III. PERENCANAAN
Untuk mendapatkan LAPEN yang baik, perlu dilakukan suatu perencanaan.
3.1. Data perencanaan
a. Tebal rencana
b. Ukuran agregat yang ada dan mungkin diperoleh
c.
Jenis aspal yang tersedia
3.2. Penentuan jumlah agregat dan aspal
Jumlah agregat dan aspal dapat ditentukan sebagaimana tertera dibawah ini :
Tabel 3.1
LAPEN sebagai lapisan permukaan
Agregat Pokok
Tabel lapisan
LAPEN (cm)
kg/m
7-10
2
5-8
4-5
Agregat
Agregat
Aspal
Aspal
pengunci
Penutup
(kg/m2)
(kg/m2)
(kg/m2)
(kg/m2)
10
200
8,5
25
1,5
14
9
180
7,5
25
1,5
14
8
160
6,5
25
1,5
14
6
25
1,5
14
5,5
25
1,5
14
8
152
7
140
7
133
5,2
25
1,5
14
6
114
4,4
25
1,5
14
5
105
3,7
25
1,5
14
2,5
25
1,5
14
5
80
Tabel 3.2
LAPEN sebagai lapisan pondasi
Agregat Pokok
Tebal Lapisan
LAPEN (cm)
Kg/m2
Agregat
Aspal
Pengunci
(kg/m2)
(kg/m2)
7-10
5-8
4-5
8,5
200
-
-
8,5
25
7,5
180
-
-
7,5
25
6,5
160
-
-
6,5
25
6,5
-
152
-
6,0
25
5,5
140
-
-
5,5
25
5,5
-
133
-
5,2
25
4,4
-
114
-
4,4
25
3,7
-
105
-
3,7
25
3,7
-
-
80
2,5
25
IV. PELAKSANAAN
4.1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dibagi kedalam peralatan ditempat penyimpanan bahan (stock
pile) dan peralatan di lapangan yang dilaksanakan secara mekanik atau manual.
4.1.1. Peralatan ditempat penyimpanan/penimbunan bahan
a. Cara mekanik
-
Dump truck
-
Ketel aspal
-
Loader
b. Cara manual
-
Sekop
-
Truck
4.1.2. Peralatan di lapangan
Cara manual
Tandem roller 6 – 8 ton atau three wheel roller 6 – 8 ton.
Self propelled pneumetic tired roller 10 – 12 ton (jika diperlukan).
Sapu, sikat, dan karung.
Pengki.
Emrat.
Sekop, kereta dorong, dan alat bantu lainnya.
Ketel aspal.
4.2. Persiapan lapangan
Sebelum penghamparan dilaksanakan permukaan yang akan dilapis LAPEN harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Bentuk permukaan kearah memanjang dan memenuhi lintang harus telah dipersiapkan sesuai
dengan perencanaan.
b. Permukaan harus bebas sari bahan – bahan yang tidak dikehendaki misalnya debu dan bahan
– bahan lainnya.
c. Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat, harus cukup lembab (tidak terlalu
kering)
Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus kering.
d. Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis serap pengikat (prime
coat) sebanyak minimum 0,5 liter/m2.
e. Permukaan yang menggunakan bahan pengikat dapat diberi lapis pengikat (tack coat)
sebanyak maksimum 0,5 liter/m2.
4.3. Pengangkutan
Untuk mengangkut agregat dan aspal.
-
Agregat :
Dalam pengerjaan LAPEN yang bersifat manual dilakukan dengan truck, dan untuk cara
mekanik dengan dump truck.
-
Aspal :
Untuk pengangkutan aspal pengerjaan LAPEN cara manual dilakukan dengan truck, dan
untuk mekanik dengan asphalt distributor.
4.4. Penghamparan dan pemadatan.
Untuk penghamparan dan pemadatan dapat dilakukan baik secara manual atau mekanik.
4.4.1. Mekanik
a. Penaburan agregat pokok.
Penaburan agregat/truck bergerak melalui permukaan jalan yang sudah disiap kan sambil
menghampar agregat pokok dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga jumlah per satuan
luas yang direncanakan terpenuhi.
b. Pemadatan agregat pokok.
Sebaiknya agregat pokok, dipadatkan dengan mesin gilas besi roda tiga, 6 – 8 ton dengan
kecepatan k.l. 3 km/jam sampai kedudukan agregat menjadi rata dan stabil (jumlah lintasan
minimum adalah 6 lintasan).
c. Penyemprotan aspal pada agregat pokok.
- Temperatur harus dijaga agar tetap pada temperatur yang disyaratkan.
- Kecepatan asphalt distributor dan daya semprot harus harus diatur sedemikian rupa agar
jumlah aspal per m2 yang direncanakan tercapai.
- Pasang lembaran kertas penutup pada tempat-tempat penyemprotan dimulai dan berakhir
yang diperlukan untuk mendapatkan batas-batas penyemprotan yang rapih.
- Pasang tanda (benang) pada batas-batas samping pengaspalan sebagai petunjuk operator.
- Asphalt distributor ditempatkan dibelakang kertas peutup yang pertama.
- Asphalt distributor dijalankan pada kertas penutup dan pipa penyiram dibuka.
-
Asphalt distributor bergerak maju dengan kecepatan tetap sesuai dengan jumlah
penyemprotan aspal yang ditetapkan, sampai ke lembar kertas penutup akhir, lalu pipa
penyiram ditutup.
- Tachometer harus kelihatan oleh operator asphalt distributor.
- Lembaran kertas kemudian disingkirkan.
- Bagian-bagian yang tidak kena/kurang aspal akibat tersumbatnya nozel, perlu diperbaiki
dengan penyemprotan aspal dengan tangan.
d. Penebaran agregat pengunci.
Penebaran agregat pengunci dilakukan setelah penyemprotan aspal dengan cara seperti
penebaran agregat pokok.
e. Pemadatan agregat pengunci.
Sebaiknya agregat pengunci dipadatkan dengan mesin gilas tandem 6 – 8 ton dengan
kecepatan k.l. 3 km/jam, sampai kedudukan agregat pengunci tertanam dengan baik.
f. Apabila LAPEN digunakan sebagai lapis permukaan dilakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut :
- Penyemprotan aspal dilakukan sebagai mana penyemprotan aspal pada agregat pokok.
- Penebaran agregat penutup dilakukan sebagaimana penebaran agregat pengunci.
- Pemadatan sebaiknya dilakukan menggunakan self propelled pneumatic tired roller 10 – 12
ton. 4 – 6 lintasan dengan kecepatan 5km/jam sampai permukaan rata.
4.4.2. Manual
Agregat dan aspal yang akan digunakan harus sudah tersedia di lokasi penghamparan
sebelum pekerjaan dimulai.
Pengaturan penyimpanan agregat dan aspal harus sedemikian rupa agar terjaga kebersihan
dan kemudahan pelaksanaan pekerjaan.
a. Penebaran agregat pokok.
Penebaran agregat pokok dapat dilakukan dengan pengki sedemikian rupa rupa sehingga
merata dan sesuai dengan jumlah agregat (persatuan luas) yang direncanakan.
b. Pemadatan agregat pokok.
Pemadatan agregat pokok dilakukan sebagaimana pemadatan pada cara mekanik.
c. Penyemprotan aspal dapat dilakukan dengan ember semprot (emrat), pada temperatur yang
disyaratkan sedemikian rupa sampai merata dan jumlah per m2 yang direncanakan tercapai.
d. Penebaran agregat pengunci.
Penebaran agregat pengunci dilakukan setelah penyemprotan aspal, dengan cara seperti
penebaran agregat pokok pada temperatur aspal di permukaan sebagaimana yang disyaratkan.
e. Pemadatan agregat pengunci.
Sebaiknya agregat pengunci dipadatkan dengan mesin gilas tendem 6 – 8 ton dengan
kecepatan k.l. 3 km/jam, sampai kedudukan agregat pengunci tertanam dengan baik.
f. Apabila LAPEN digunakan sebagai lapis permukaan, dilakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut :
-
Penyemprotan aspal dilakukan sebagaimana penyemprotan aspal pada agregat pokok.
-
Penebaran agregat penutup, dilakukan sebagaimana penebaran agregat pengunci.
-
Pemadatan sebaiknya dilakukan menggunakan self propelled pneumatic tired roller 10 – 12
ton. 4 – 6 lintasan dengan kecepatan 5km/jam sampai permukaan rata.
4.5. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu harus dilakukan untuk mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan
perencanaan.
Pengendalian mutu meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Penyimpan atiap fraksi agregat di tempat penimbunan harus diletakkan secara terpisah agar
satu sama lainnya tidak tercampur dan terjaga kebersihannya.
b. Penyimpanan aspal harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocorankebocoran dan terlindung dari pengaruh air.
c. Temperatur pemanasan aspal
Temperatur pemanasan aspal harus dijaga sesuai dengan yang disyaratkan sebagai berikut :
-
Aspal keras pen 40, pen 60, dan pen 80 dipanaskan maksimum 176˚C (135˚C - 170˚C)
-
Aspal emulsi jenis RS-1 dipanaskan 24˚C-55˚C, RS-2 dipanaskan 43˚C-71˚C.
-
Aspal cair jenis RC-2 (RC-250) dipanaskan 60˚C-100˚C, RC-4 (RC-3000) dipanaskan 82˚C107˚C, RC-3 (RC-8000) dipanaskan 77˚C-115˚C, MC-4 (MC 3000-6000) dipanaskan 80˚C130˚C.
-
Untuk pekerjaan penyemprotan aspal keras pen 40, pen 60, atau pen 80 harus mempunyai
temperatur 135˚C-176˚C.
d. Jumlah agregat
Tebal tebaran lepas setiap lapis harus diukur sesuai dengan yang diperoleh dari hasil
penebaran percobaan di lapangan.
e. Pemadatan
Pemadatan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat adanya gerakan-gerakan
agregat dibawah mesin gilas.
f. Kerataan permukaan saat pemadatan.
Kerataan permukaan setiap tahap pemadatan harus di pehatikan. Apabila terdapat bagian
bagian permukaan yang kurang rata, harus diberi tebaran tambahan.
g. Kerataan permukaan pemadatan agregat pokok.
Kerataan permukaan dapat diukur dengan straight edge (mistar perata) panjang 3 m dan
perbedaannya tidak boleh melebihi 8 mm.
h. Sambungan melintang dan memanjang perlu mendapat perhatian.
4.6. Lalu lintas
LAPEN bisa dibuka untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah setelah 2 jam pemadatan akhir
selesai dan dibuka untuk kecepatan normal 4 jam.
DAFTAR ISTILAH
1.
Lapisan penetrasi macadam (LAPEN) ialah suatu lapis perkerasan yang terdiri dari batu
(agregat) pokok dan batu (agregat) pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis, apabila akan
digunkan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan penutup.
2.
Aspal cair adalah yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir bebrbentuk cair.
3.
R.C. (Rapid Curing Asphalt) adalah aspal cair yang berupa campuran (pelarut) antar aspal
semen dengan pelarut jenis gasoline yang mempunyai daya menguap tinggi.
4.
Aspal emulsi adalah aspal cair yang berupa campuran (pelarut) antara aspal semen, air, dan
emulsi.
5.
Aspal semen atau aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang didapat dari residu hasil
detilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara.
6.
Tack Coat adalah lapisan aspal cair diatas lapis permukaan jalan yang masih beraspal
sebelum lapis permukaan perkerasan yang baru (dalam rangka perkuatan/overlay) dihampar
diatasnya dan berfungsi sebagai pengikat kedua lapis tersebut.
7.
Prime Coat adalah lapisan aspal cair berviscositas rendah diletakkan diatas lapis pondasi
sebelum lapis permukaan dihampar diatasnya.
Aspal cair ini dapat meresap kedalam lapis pondasi mengisi rongga dan memperkeras
permukaan serta mengisi lapis pondasi dan lapis permukaan.
8.
Agregat adalah batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lainnya baik berupa hasil
alam maupun hasil pengolahan (penyaringan, pemecahan) yang merupakan bahan utama
konstruksi jalan, betonm pondasi (ballast), jalan kereta api dan lainnya sebagainya.
9.
Emrat adalah suatu alat penyiram aspal yang dibuat dari kaleng atau ember dengan lubang
dibagian bawanya dan menggunakan tangkai kayu.
10. Pengki adalah suatu alat untuk penebar agregat secara manual pada hamparan yang belum
rata.
Download