PENGARUH PENAMBAHAN TRASS MURIA TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK DAN SERAPAN AIR PADA MORTAR SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: M. Tri Wibowo NIM. 5150402022 Teknik Sipil S1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Tras Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Dan Serapan Air Pada Mortar telah disetujui oleh dosen pembimbing Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Semarang, Februari 2007 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Hery Suroso, S. T, M. T NIP. 132068585 Dr. Ir Iman Satyarno, ME NIP.131851323 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan judul : Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Dan Serapan Air Pada Mortar Oleh Nama : M. Tri Wibowo NIM : 5150402022 Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Tanggal : Susunan Dewan Penguji, Penguji I Penguji II Dr. Ir.Iman Satyarno.ME NIP.131851323 Drs.Hery Suroso ST.MT NIP.132068585 Mengetahui Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil Prof. Dr. Soesanto, M.Pd NIP.130875753 Drs. Lashari, MT NIP. 131741402 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah Semarang, Februari 2007 M. Tri Wibowo MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Muliakanlah orang orang yang sekalian kamu belajar ilmu dari padanya Berlarilah selagi orang lain berjalan maka kamu akan mendapatkan hasil yang lebih. Run Man!!! Run! Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapak dan ibuku yang slalu membibingku dalam kehidupanku, Mbak Dwi, Mbak Nurul yang selalu menyayangiku, Sahabat karibku Okky, Rizyal n Rinow serta temen yang memotivasiku Ucil, Anton, Meeng n Desi, Sahabat sahabat TS 02 yang selalu kompak, Semua orang yang telah mengkritik, mendidik dan membantu dalam kehidupanku. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala keberkahan, kenikmatan dan senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana teknik pada program study Teknik Sipil di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Serapan Air Pada Mortar saya harapkan dapat menjadi sumbangsih saya khususnya bagi mahasiswa teknik sipil dan masyarakat. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dukungan moril sehingga memudahkan dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. 2. Bapak Prof. Dr. Soesanto, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 3. Bapak Drs. Lashari, M. T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. 4. Bapak Drs. Heri Suroso, S. T, M. T, selaku Pembimbing II Saya ucapkan terimakasih atas bimbingan yang diberikan. 5. Bapak Dr. Ir. Iman Satyarno,ME selaku Pembimbing I. Saya ucapkan terimakasih atas bimbingan dan kritik yang diberikan selama ini. 6. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu selesainya skripsi ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Semoga Allah SWT memberikan barokhah kepada mereka semua. Akhir kata, saya berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita. Mohon maaf jika terdapat kesalahan yang saya lakukan. Semarang, Penulis Februari 2007 SARI M. Tri Wibowo. 2007. Pengaruh Penambahan Trass Muria Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Serapan Air pada Mortar. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Hery Suroso, S.T, M.T dan Dr. Ir.Iman Satyarno, ME Kata kunci: mortar, trass muria, kuat tekan, kuat tarik, serapan air Mortar merupakan bahan bangunan yang berfungsi untuk merekatkan pasangan batu bata, batako dan plesteran. Bahan ikat utama mortar selama ini adalah semen portland dan kapur. Perlu adanya alternatif bahan ikat lain sebagai bahan alternatif pengganti semen portland khususnya untuk konstruksi non struktural. Trass merupkan salah satu jenis pozzolan yang sebagian besar terdiri dari unsur unsur silikat dan aluminat yang reaktif, seperti semen. Oleh karenanya trass dipilih sebagai alternatif bahan ikat tambahan dalam campuran pembuatan mortar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar pengaruh penambahan trass Muria terhadap kuat tekan, kuat tarik dan serapan air pada mortar. Dari penelitian ini diharapkn dapat meningkatkan nilai ekonomis trass dan mengurangi ketergantungan penggunaan semen portland. Penelitian menggunakan komposisi campuran dengan perbandingan berat bahan susun mortar yang terdiri dari trass, semen portland (PC)dan pasir (Psr). Perbandingan komposisi campuran yang dipakai adalah 0,0Trass:1PC:5,92Psr; 0,11Trass : 1PC : 5,92Psr; 0,21Trass : 1PC : 5,92Psr; 0,27Trass : 1PC : 5,92Psr; 0.32Trass : 1PC : 5,92Psr; 0,37Trass : 1PC : 5,92Psr; 0.43Trass : 1PC : 5,92Psr dan 0,53Trass : 1PC : 5,92Psr. Sampel yang diuji memiliki 2 macam bentuk yaitu bentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm untuk pengujian kuat tekan dan serapan air mortar sedangkan bentuk seperti angka delapan dengan ukuran 75 mm x 50 mm x 25 mm dengan panjang sisi tengah 25 mm untuk pengujian kuat tarik mortar Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan terbesar terjadi pada perbandingan campuran 0,21Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 116,81 kg/cm2, sedangkan nilai kuat tekan terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,53Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 72,53 kg/cm2 termasuk dalam type mortar S. Nilai kuat tarik terbesar terjadi pada perbandingan campuran 0,21Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 13,57 kg/cm2, sedangkan nilai kuat tarik terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,53Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 11,40 kg/cm2. Nilai serapan air terbesar terjadi pada perbandingan campuran 0,53Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 11,06%, sedangkan nilai serapan air terkecil terjadi pada perbandingan campuran 0,0Trass:1PC:5,92Psr yaitu sebesar 9,00%. Semakin banyak penggunaan trass dalam perbandingan campuran, nilai serapan air semakin besar. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iii PERNYATAAN ......................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi SARI ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Permasalahan ............................................................................. 3 C. Pembatasan Masalah................................................................... 3 D. Tujuan Penelitian........................................................................ 4 E. Manfaat Penelitian...................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 6 A. Agregat Halus ............................................................................ 6 1. Pengertian Agregat Halus .................................................... 6 2. Berat Jenis Agregat Halus..................................................... 7 3. Gradasi Agregat Halus.......................................................... 8 4. Berat Satuan Agregat Halus .................................................. 9 5. Kandungan Lumpur Agregat Halus....................................... 9 6. Kekekalan Butir Agregat Halus ............................................ 9 7. Kadar Air Agregat Halus ...................................................... 10 8. Modulus Halus Butir............................................................. 11 B. Trass .......................................................................................... 11 C. Semen Portland........................................................................... 14 D. Air ............................................................................................. 15 E. Mortar ........................................................................................ 16 1. Pengertian Mortar................................................................. 17 2. Jenis Mortar.......................................................................... 17 3. Sifat Sifat Mortar .............................................................. 19 4. Pengujian Mortar ................................................................. 20 F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 24 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 27 A. Bahan Susun Mortar................................................................... 27 B. Alat Penelitian............................................................................ 28 C. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 31 1. Pemeriksaan Bahan Susun Mortar ........................................ 31 1.1 Semen portland............................................................... 31 1.2 Pasir .............................................................................. 31 1.3 Trass ............................................................................. 35 1.4 Air ................................................................................. 37 2. Proses Pembuatan Benda Uji Mortar ................................... 37 2.1 Perhitungan dan penimbangan dahan susun mortar ......... 37 2.2 Pembuatan pasta mortar.................................................. 37 2.3 Uji sebar pasta mortar..................................................... 38 2.4 Pembuatan benda uji mortar............................................ 39 3. Perawatan Benda Uji Mortar ................................................ 39 4. Pengujian Mortar.................................................................. 40 4.1 Pengujian kuat tekan mortar ........................................... 40 4.2 Pengujian serapan air mortar .......................................... 40 4.3 Pengujian kuat tarik mortar............................................. 41 5. Perhitungan Hasil Penelitian................................................. 41 D. Variabel Penelitian .................................................................... 45 E. Analisa Data .............................................................................. 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 46 A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Mortar .................................... 46 1. Semen Portland ................................................................... 46 2. Trass ................................................................................... 46 2.1 Berat jenis dan kadar air trass ......................................... 46 2.2 Berat satuan trass............................................................ 47 3. Pasir .................................................................................... 47 3.1 Gradasi pasir .................................................................. 47 3.2 Berat jenis pasir ............................................................ 48 3.3 Berat satuan pasir ........................................................... 48 3.4 Kandungan lumpur pasir................................................. 49 3.5 Kekekalan butir pasir ..................................................... 49 4. Air ....................................................................................... 49 B. Nilai Sebar dan Faktor Air Semen ............................................. 50 C. Perhitungan Kebutuhan Bahan Tiap 1 M3 Adukan Mortar (Mix Design) Benda Uji..................................... 51 D. Kuat Tekan Mortar .................................................................... 52 E. Serapan Air Mortar .................................................................... 55 F. Kuat Tarik Mortar ..................................................................... 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 62 A. Simpulan .................................................................................... 62 B. Saran ........................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Gradasi agregat halus ................................................................. 7 Tabel 2.2. Persyaratan mutu trass dan semen merah (PUBI-1982) .............. 13 Tabel 2.3. Kandungan senyawa kimia trass Muria ( Dinas Pertambangan Jawa Tengah ) ......................................... 12 Tabel 2.4. Persyaratan kimia trass (abu terbang klas N)............................... 14 Tabel 2.5 Laju kenaikan desak beton rata-rata (%) ..................................... 25 Tabel 2.6 Hasik kuat desak beton trass....................................................... 26 Tabel 3.1. Variabel Penelitian ..................................................................... 45 Tabel 4.1 Syarat batas gradasi pasir............................................................ 47 Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan uji sebar mortar............................................. 50 Tabel 4.3. Kebutuhan bahan tiap m3 adukan mortar.................................... 51 Tabel 4.4. Hasil Pengujian kuat tekan mortar ............................................. 52 Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan serapan air dan jumlah pasta mortar .............. 56 Tabel 4.6. Hasil pengujian kuat tarik mortar ............................................... 59 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Benda uji kuat tekan mortar .................................................... 22 Gambar 2.2. Benda uji tarik mortar............................................................... 24 Gambar 3.1. Pengujian Kuat Tekan Mortar .................................................. 40 Gambar 3.2. Alat uji tarik mortar (Cement Briquettes )................................. 41 Gambar 4.1. Pemeriksaan gradasi pasir muntilan .......................................... 48 Gambar 4.2. Hubungan kuat tekan dengan perbandingan campuran antara 0 Tras:1PC:5,92Psr s/d 0,53Tras:1PC:5,92Psr .............. 53 Gambar 4.3. Hubungan serapan air dengan perbandingan campuran antara 0Tras:1PC:5,92Psr s/d 0,53Tras:1PC:5,92Psr....................... 54 Gambar 4.4. Hubungan kuat tarik mortar dengan perbandingan campuran antara 0Tras:1PC:5,92Psr s/d 0,53Tras:1PC:5,92Psr................ 60 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jenis Pemeriksaan Dan Pengujian ............................................ 67 Lampiran 2. Pemeriksaan Berat Jenis Tras Muria ......................................... 68 Lampiran 3. Pemeriksaan Kadar Air Tras Muria.......................................... 69 Lampiran 4. Pemeriksaan Berat Satuan Tras Muria ..................................... 70 Lampiran 5. Pemeriksaan Berat Jenis Pasir Muntilan.................................... 71 Lampiran 6. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Pasir Muntilan...................... 72 Lampiran 7. Pemeriksaan Kekekalan Butir Pasir Muntilan dengan Menggunakan Larutan MgSO4 .................................... Lampiran 8. Pemeriksaan Kekekalan Butir Pasir Muntilan 73 dengan Menggunakan Larutan Na2SO4 ................................................ 74 Lampiran 9. Pemeriksaan Berat Satuan Pasir Muntilan................................ 75 Lampiran 10. Pemeriksaan Gradasi Butir Pasir Muntilan............................... 76 Lampiran 11. Rencana Kebutuhan Bahan ..................................................... 78 Lampiran 12. Uji Sebar Mortar dan Faktor Air Semen .................................. 80 Lampiran 13. Pengujian Kuat Tekan Mortar ................................................ 81 Lampiran 14. Pengujian Serapan Air Mortar ............................................... 83 Lampiran 15. Pengujian Kuat Tarik Mortar ................................................ 85 Lampiran 16. Gambar Pengujian .................................................................. 87 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortar merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan sebagai bahan plesteran, pekerjaan pasangan dan pekerjaan lainnya. Bahan ikat yang digunakan secara umum adalah semen portland. Penggunaan semen portland sebagai bahan pengikat dalam mortar secara langsung dapat mempengaruhi nilai teknis dan ekonomis dari bangunan sehubungan dengan kualitas, harga dan proporsi campuran yang digunakan. Pengurangan semen portland akan berdampak pada penurunan kualitas bangunan yang pada akhirnya akan membahayakan struktur bangunan. Beberapa usaha telah banyak dilakukan untuk menggurangi pengunaan semen portland dalam pembuatan mortar, seperti halnya dengan menambahkan bahan kimia maupun bahan mineral lainnya dengan mutu yang dihasilkan sama. Bahan mineral atau bahan tambang banyak ditemukan di Indonesia. Salah satu bahan mineral atau bahan tambang yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan adalah trass alam. Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana (http://www.garut.go.id/static/sda/pertambangan.php). Secara umum trass memiliki bahan penyusun kimia yaitu SiO2, P2O5, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, SO3 (Hijhoff, 1970). Trass merupakan salah satu jenis pozzolan, yang termasuk dalam pozzolan alami. Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif ( Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982 ). Penggunaan Pozzolan dalam mortar maupun beton bertujuan agar kapur bebas (Ca(OH)2) yang tersisa dari reaksi antara air dan semen dapat bereaksi dengan unsur yang terkandung dalam Pozzolan dan akan membentuk gel yang mempunyai sifat seperti semen. Trass alam banyak ditemukan di daerah daerah di Indonesia, diantranya yaitu Jawa Barat (Nagrek,Lembang, Leuwiliang, Sukabumi), Jawa Tengah (G. Muria, G. Slamet, sekitar Yogyakarta), Bali (Kab. Klungkung, Gianyar, Bangli), Sumatera (Lampung, Bukit Tinggi, dan lain-lain), Nusa Tenggara (P. Flores), Sulawesi (Sulsel, Minahasa) (www.kimpraswil.go.id ). Kegunaan trass adalah untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Pada saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, namun secara lokal telah dimanfaatkan penduduk untuk pembuatan batako (http://www.garut.go.id/static/sda/pertambangan.php). Pemilihan trass sebagai bahan ikat tambahan dalam pembuatan mortar merupakan bagian dari usaha untuk memecahkan permasalahan ketergantungan pada semen portland, karena saat ini trass hanya di pakai sebagai campuran dalam pembuatan batako. Trass alam diperoleh dengan memecah batu menjadi butiran yang diiginkan dengan cara meledakkan, memecah, menyaring, dan seterusnya. Berdasarkan kajian di atas, perlu adanya penelitian akan pemanfaatan trass sebagai bahan ikat ataupun bahan pengisi pada campuran mortar dengan komposisi yang bervariasi, sehingga dapat mengurangi penggunaan pasir dan bahan ikat semen tanpa mengabaikan persyaratan yang ditentukan dalam pembuatan mortar. B. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian adalah seberapa besar pengaruh penambahan trass terhadap kuat tekan, kuat tarik dan serapan air pada mortar dengan variasi campuran yang telah ditentukan. C. Pembatasan Masalah Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan, kuat tarik dan serapan air pada mortar dengan penambahan trass. Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Konsentrasi variasi campuran bahan susun mortar sesuai yang tercantum dalam variabel penelitian. 2. Benda uji mortar dengan ukuran 50 x 50x 50 mm untuk uji tekan dan serapan air dan 75 x 50 x 25mm untuk uji tarik. 3. Pengujian kuat tekan, kuat tarik dan serapan air pada mortar berumur 90 hari. 4. Setiap pengujian satu variasi dibuat 8 benda uji. 5. Semen Portland yang dipakai adalah Semen Tonasa Type I dengan berat semen tiap kemasan 50 kg. 6. Trass yang dipakai adalah trass dari daerah Muria Kabupaten Kudus. 7. Pemeriksaan terhadap pasir meliputi pemeriksaan gradasi, berat jenis pasir, berat satuan, kandungan lumpur pasir dan kekekalan butir pasir. 8. Pemeriksaan terhadap trass meliputi pemeriksaan berat jenis trass, kadar air trass dan berat satuan trass. D. Tujuan Penelitian Tujuaan melakukan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sifat karakteristik bahan susun mortar meliputi : pengujian gradasi pasir, berat jenis pasir, berat satuan pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, berat jenis trass, kadar air trass dan berat satuan trass. 2. Mengetahui kuat tekan, kuat tarik dan nilai serapan air pada mortar dengan bahan ikat tambahan trass pada variasi campuran yang telah direncanakan. E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang bermanfaaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat di antaranya adalah : 1. Dapat diketahui pengaruh dari penambahan trass dalam pembuatan mortar. 2. Secara akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan mortar. 3. Hasil penelitian ini diharapkan trass yang berada didaerah Muria Kudus ataupun pada daerah lain dapat dimanfaatkan secara optimal baik sebagai campuran mortar maupun bahan beton lainnya. 4. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat megatasi kelangkaan semen portland dan mengurangi penggunaan semen portland sebagai bahan ikat utama. BAB II LANDASAN TEORI A. Agregat Halus 1. Pengertian Agregat Halus Menurut SNI 03-6820-2002 (2002), agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai butiran sebesar 4,76 mm. Menurut Moerdwiyono (1998) agregat halus terdiri dari butiran-butiran 0,02 2 mm yang didapat dari disintegrasi batuan alam (natural sand) atau didapat dari memecahnya (artificial sand). Menurut Nevill (1997) agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut: a. Susunan butir agregat halus mempunyai kehalusan antara 2,0 b. 3,0. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. c. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10% berat, sedangkan jika dipakai magnesium sulfat yang hancur maksimum 15% berat. d. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering). Jika kadar lumpur melebihi 5% pasir harus dicuci. Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 03-6821-2002 yakni dengan modulus halus 1,5 sampai 3,8. Tabel syarat batas gradasi agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Gradasi agregat halus Lubang Ayakan Zone 1 (mm) Bawah Atas 10 100 100 4,8 90 100 2,4 60 95 1,2 30 70 0,6 15 34 0,3 5 20 0,15 0 10 Berat tembus kumulatif (%) Zone 2 Zone 3 Bawah Atas Bawah Atas 100 100 100 100 90 100 90 100 75 100 85 100 55 100 75 100 35 59 60 79 8 30 12 40 0 10 0 10 Zone 4 Bawah Atas 100 100 95 100 95 100 90 100 80 100 15 50 0 15 Keterangan : Zone 1 = Pasir Kasar Zone 2 = Pasir Agak Kasar Zone 3 = Pasir Halus Zone 4 = Pasir Agak Halus 2. Berat Jenis Agregat Halus Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan masa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Berdasarkan hal ini maka agregat dibedakan menjadi (Tjokrodimuljo,1996): a. Agregat normal, dengan berat jenisnya antra 2,3 ~ 2,7. b. Agregat berat dengan berat jenis lebih dari 2,8. c. Agregat ringan dengan berat jenis kurang dari 2,0. Karena pada umumnya agregat mengandung pori pori yang ada dalam butiran / tidak saling berhubungan, maka berat jenis agregat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu : a. Berat jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori. b. Berat jenis semu, jika volume benda padatnya termasuk pori pori tertutupnya. 3. Gradasi Agregat Halus Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir butir agregat memiliki ukuran yang sama ( seragam ) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga pori porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkn suatu butiran yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit, dan ini berarti hanya membutuhkan bahan ikat sedikit saja ( bahan ikat mengisi pori antara butir butir agregat,bila volume pori sedikit berarti bahan ikat sedikit pula ). Menurut peraturan di Inggris ( British Standart ) yang juga dipakai di Indonesia saat ini ( dalam SK SNI T-15-1990-03 ) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok menurut gardasinya yaitu pasir kasar (daerah I), pasir agak kasar (daerah II), pasir agak halus (daerah III), dan pasir halus (daerah IV) 4. Berat Satuan Agregat Halus Berat satuan agregat adalah berat agregat dalam satu satuan volume, dinyatakan dalam kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan dihitung berdasar berat agregat dalam suatu tempat tertentu, sehingga yang dihitung volumenya adalah volume padat (meliputi pori tertutup) dan volume pori terbuka. Berat satuan pasir digolongkan dalam agregat normal, dengan berat satuan agregat normal berkisar antara 1,2 1,6 (Tjokrodimuljo,1996) 5. Kandungan Lumpur Agregat Halus Syarat mutu berdasarkan ASTM 33 86 menyatakan bahwa : a. Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200) dalam % berat maksimum untuk : i. beton yang mengalami abrasi = 3% ii. jenis beton lainnya = 5% b. Kadar gumpalan tanah liat atau partikel yang mudah direpihkan maksimum 3%. c. Kandungan arang atau lignit, bila tampak permukaan beton dipandang penting kandungan maksimum 5%. Beton jenis lainnya kandungan maksimum sebesar 1 %. 6. Kekekalan Butir Agregat Halus Sifat ketahanan agragat terhadap perubahan cuaca disebut ketahanan cuaca atau kekekalan. Suatu agregat dikatakan tidak kekal apabila terjadi perubahan volume yang mengakibatkan memburuknya sifat beton. Hal ini, dapat muncul dalam bentuk perubahan setempat hingga terjadi retakan permukaan atau disintegrasi pada suatu kedalaman yang cukup besar. Kerusakan yang terjadi dapat bervariasi dari kenampakan yang berubah sampai keadaan struktural membahayakan. 7. Kadar air Agregat Halus Keadaan air dalam agregat dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu (Tjokrodimuljo,1996) : a. Kering tungku; benar benar tdak berair ini berarti dapat secara penuh menyerap air. b. Kering udara; butir butir agregat kering permukaannya tetapi mengandung sedikit air didalam porinya. Oleh karena itu pasir dalam tingkat ini masih dapat sedikit menyerap air. c. Jenuh kering muka; pada tingkat ini tidak ada air dipermukaan tetapi butir butirnya berisi sejumlah air yang bisa diserap. d. Basah; pada tingkat ini butir butir mengandung banyak air, baik dipermukaan maupun di dalam butiran, sehingga bila dipakai untuk campuran akan memberi air. Volume pasir biasanya mengembang bila sedikit mengandung air. Pengembangan volume itu disebabkan karena adanya lapisan tipis (selaput permukaan air) air disekitar butir butir pasir. Ketebalan lapisan air itu bertambah dengan bertambahnya kandugan air didalam pasir, dan ini berarti pengembangan volume secara keseluruhan. Akan tetapi pada suatu kadar air tertentu, volume pasir mulai berkurang dengan bertambahnya kadar air. Pada kadar air tertentu pula, besar penambahan volume pasir itu menjadi nol, berarti volume pasir menjadi sama dengan volume pasir kering. 8. Modulus Halus Butir Modulus halus butir adalah suatu indek yang dipakai untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir butir agregat. Modulus halus butir ini didefinisikan sebagai jumlah besar komulatif dari butir butir agregat yang tertinggal diatas suatu set ayakan dan kemudian dibagi seratus. Makin besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa makin besar butir butir agregatnya. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus butir antara 1,5 sampai 3,8 B. Trass Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Kegunaan trass adalah untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam (http://www.garut.go.id/static/sda/pertambangan.php). Pozolan alam atau yang lazim disebut Trass, adalah hasil lapukan batuan gunung berapi yang banyak mengandung silika, yang dalam keadaan halus bila dicampur dengan kapur dan air setelah beberapa waktu akan membentuk masa yang padat, keras dan tidak larut dalam air .Trass merupakan bahan pozolan alam karena sebagian besar terdiri dari unsur unsur silika dan atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI 1982). Trass dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti semen portland, umumnya berkisar antara 10 sampai 35 persen dari berat semen. Bahan tambahan ini dapat membuat beton lebih tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari pada beton normal dan pada umur 28 hari kuat tekannya lebih rendah dari beton normal, namun setelah tiga bulan ( 90 hari ) kuat tekannya dapat sedikit lebih tinggi. Trass mengandung unsur silikat dan aluminat dimana apabila unsur tersebut bereaksi dengan kapur bebas yang merupakan hasil sampingan proses hidarsi antara semen dan air menjadi kalsium silikat hidrat (Tobermorite). Secara sederhana proses kimianya dapat ditulis sebagai berikut : CH + S + H C S H C A .................................................................. (2-1) Dan CH + A + H H .................................................................. (2-2) Keterangan : CH = kalsium hidroksida ( kapur bebas ) S = silikon dioksida (SiO2) A = alumunium oksida ( Al2O3) C-S-H = kalsium silikat hidrat Trass digunakan untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Trass sebagai bahan untuk campuran adukan pasangan dan plesteran dinding harus memenuhi syarat. Persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh trass dan semen merah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Persyaratan mutu trass dan semen merah (PUBI-1982) No. Uraian/Sifat yang di Uji 1 Kadar air bebas, ....................... % 2 Kehalusan, sisa diatas • Ayakan 2,5 .................. % • Ayakan 0,21 .................. % 3 Waktu pengikatan .................... % 4 Kuat tekan pada umur 14 hari ......kg/cm2 5 Kuat tarik pada umur 14 hari....... kg/cm2 Syarat Mutu Mutu I Mutu II Mutu III <6 6 8 9 10 0 < 10 1 100 16 0 10 0 30 30 50 2 3 75 100 12 16 50 75 8 12 Trass dapat diperoleh pada bebarapa daerah di Indonesia (www.kimpraswil.go.id ), yaitu antara lain di: Jawa Barat (Nagreg, Lembang, Leuwiliang, Sukabumi); Jawa Tengah (G. Muria, G. Slamet, sekitar Yogyakarta); Bali (Kab. Klungkung, Gianyar, Bangli); Sumatera (Lampung, Bukit Tinggi, dan lain-lain); Nusa Tenggara (P. Flores); Sulawesi (Sulsel, Minahasa). Trass yang digunakan pada penelitian ini adalah trass yang berasal dari daerah Jawa Tengah . Khususnya trass yang berasal dari Gunung Muria, Kudus. Trass Muria memiliki bahan penyusun kimia yaitu SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, MnO, TiO2, P2O5, SO3. Jumlah kandungan senyawa kimia trass Muria dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah ini. Tabel 2.3 Kandungan senyawa kimia Trass Muria (Dinas Pertambangan Jawa Tengah) No Komposisi Jumlah Kandungan (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 SO3 52,70 28,60 4,33 0,50 0,02 1,29 1,64 0,20 0,28 0,05 0,98 Persyaratan kimia trass (abu terbang klas N) menurut SK SNI S 15 1990 F ditunujukkan pada Tabel 2.4 berikut : Tabel 2.4 Persyaratan kimia trass (abu terbang klas N) No Senyawa Kadar ( % ) 70 Jumlah oksida SiO +Al O minimum 1 2 2 3 SO3 maksimum 5 2 Hilang pijar maksimum 6 3 Kadar air maksimum 3 4 Total alkali dihitung sebagai Na2O 1.5 5 maksimum C. Semen Portland Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis (dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan gips sebagai bahan tambahan (SK SNI S-04-1989, 1989: 1). Persentasi dari oksida berikut : oksida yang terkandung didalam semen portland adalah sebagai 1. Kapur ( CaO) : 60 66 % 2. Silika (SiO2) : 16 25 % 3. Alumina (Al2O3) : 3 4. Besi 8 % : 1 - 5 % Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik dalam perbandingan unsur unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya. Senyawa senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk senyawa senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu pendinginan terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk amorf. Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi (Tjokrodimulyo, 1996). Reaksi kimia semen bersifat exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110 kalori/gram. Akibatnya dari reaksi exothermic terjadi perbedaan temperatur yang sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil (microcrack) pada beton. Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini juga masih belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat kompleks. Rumus kimia yang dipergunakan juga masih bersifat perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C2S dan C3S dapat ditulis sebagai berikut; 2C3S + 6H2O è (C3S2H3) + 3Ca(OH)2 ........................................... (2-3) 3C2S + 6H2O è (C3S2H3) + Ca(OH)2 ........................................... (2-4) D. Air Air mempunyai 2 fungsi, yang pertama untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan dan yang kedua berfungsi sebagai pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar memudahkan pencetakan. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat sehingga mudah dipadatkan. Di dalam penggunaannya, air tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton atau mortar. Air yang digunakan untuk pembuatan mortar/beton harus bersih dan tidak mengandung minyak, tidak mengandung alkali, garam-garaman, zat organis yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Air tawar yang biasanya diminum baik air diolah oleh PDAM atau air dari sumur yang tanpa diolah dapat digunakan untuk membuat mortar. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. Air tersebut harus memenuhi syarat menurut SKSNI S-04-1989-F, persyaratan air sebagai bahan bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Tidak mengandung lumpur atau benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter. 2. Tidak mengandung garam-garaman yang merusak beton (asam dan zat organik) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1.000 ppm sebagai SO3. 3. Air harus bersih. 4. Derajat keasaman (pH) normal ± 7. 5. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual. 6. Jika dibanding dengan kekuatan tekan adukan beton yang memakai air suling, penurunan kekuatan adukan yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari 10%. 7. Semua air yang mutunya meragukan dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaian. 8. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat di atas, air tidak boleh mengandung khlorida lebih dari 50 ppm. E. Mortar 1. Pengertian Mortar Mortar adalah campuran yang terdiri dari agregat halus, bahan pengikat dan air dengan cara diaduk sampai homogen. Mortar sering digunakan sebagai bahan plesteran, pekerjaan pasangan dan banyak pekerjan lainnya. Bahan perekat yang digunakan dapat bermacam macam, yaitu tanah liat, kapur, semen merah ( bata merah yang dihaluskan ) maupun semen portland (Tjokrodimuljo,K.,1996). 2. Jenis Mortar Tjokrodimulyo (1996) membagi mortar berdasarakan jenis bahan ikatnya menjadi empat jenis 2.1 Mortar lumpur Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir, tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak retak setelah mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat. Mortar ini biasanya dipakai sebagai bahan tembok atau bahan tungku api didesa. 2.2 Mortar kapur Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir mula mula dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air diberikan secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai kelecakan baik ). Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah pasir umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk pembuatan tembok bata. 2.3 Mortar Semen Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan volume pasir berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini kekuatannya lebih besar dari pada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom atau bagian lain yang menahan beban. Karena mortar ini rapat air maka juga dipakai untuk bagian luar dan yang berada dibawah tanah. Pasir dan semen mula mula dicampur secara kering sampai merata diatas suatu tempat yang rata dan rapat air. Kemudian sebagian air yang diperlukan ditambahkan kemudian diaduk lagi. 2.4 Mortar Khusus Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan menambahkan asbestos fibers, jute fibers ( serat rami ), butir kayu, serbuk gergajian kayu dan sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas atau peredam suara. Selain itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan menambahkan bubuk bata-api dengan aluminous cement, dengan perbandingan satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasanya dipakai untuk tungku api dan sebagainya. 3. Sifat Sifat Mortar Mortar harus memenuhi standar untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Mortar yang baik harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut: a. Murah. b. Tahan lama (awet) dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca. c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkut, dipasang dan diratakan). d. Melekat dengan baik dengan bata, batako, batu dan sebagainya. e. Cepat kering dan keras. f. Tahan terhadap rembesan air. g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang. Pemakaian mortar pada bangunan tertentu diisyaratkan untuk memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk bangunan yang bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar yang kuat tekan minimumnya 3,0 Mpa. Yang perlu diperhatikan dalam mortar: a. Mudah dikerjakan (workability). b. Sifat penyusutan (shrinkage) yang kecil, dan. c. Kekuatan (strength) yang cukup. 4. Pegujian Mortar Tujuan dari pengujian mortar adalah untuk mendapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan, serapan air dan nilai lekatan mortar pada umur tertentu yang digunakan untuk mengetahui mutu mortar. 4.1 Kuat Tekan Mortar Kuat tekan adalah kemampuan mortar untuk menahan gaya luar yang datang pada arah sejajar serat yang menekan mortar. Mortar yang digunakan untuk bahan bangunan harus mempunyai kekuatan terutama untuk pasangan dinding batu bata, pasangan batako atau pasangan dinding yang lainnya (Susilowati,A.dkk 1996,dalam Bintang (2005)). Pasangan dinding menerima beban tekan yang diakibatkan oleh pengaruh dari atas, angin atau gaya samping lainnya. Di Indonesia sampai sekarang belum ada persyaratan yang mengisyaratkan kekuatan adukan mortar, hanya untuk kondisi tertentu dianjurkan menggunakan jenis campuran tertentu pula. Beberapa negara sudah mencantumkan kekuatan adukan mortar. Menurut ASTM C 270 standar mortar berdasarkan kekuatannya dibedakan sebagai berikut : a. Mortar tipe M Mortar tipe M adalah adukan dengan kuat tekan yang tinggi, dipakai untuk dinding bata bertulang, dinding dekat tanah, pasangan pondasi, adukan pasangan pipa air kotor, adukan dinding penahan dan adukan untuk jalan. Kuat tekan minimumnya adalah 175 kg/cm2. b. Mortar tipe N Mortar tipe N adalah adukan kuat tekan sedang, dipakai bila tidak disyaratkan menggunakan tipe M, tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya gaya samping. Kuat tekan minimumnya adalah 124 kg/cm2. c. Mortar tipe S Mortar tipe S adalah adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk pasangan terbuka diatas tanah. Kuat tekan minimumnya adalah 52,5 kg/cm2. d. Mortar tipe O Mortar tipe O adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk konstruksi dinding yang tidak menahan beban yang lebih dari 7 kg/cm2 dan gangguan cuaca tidak berat. Kuat tekan minimumnya adalah 24,5 kg/cm2 . e. Mortar tipe K Mortar tipe K adalah adukan dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk pasangan dinding terlindung dan tidak menahan beban, serta tidak ada persyaratan mengenai kekuatan. Kuat tekan minimumnya adalah 5,25 kg/cm2. Menurut Tjokrodimulyo (1996), uji kuat tekan dilakukan dengan membuat kubus mortar berukuran 50 mm sampai 100 mm. Pengujian dilakukan setelah mortar mengeras dengan menggunakan mesin uji tekan. Nilai kuat tekan didapat dengan membagi besar beban maksimum (N) dengan luas tampang (mm2). Gambar 2.1 menunjukkan kubus mortar ukuran 50 mm yang akan diuji kuat tekannya. 50mm 50mm 50mm Gambar 2.1 Benda uji kuat tekan mortar 4.2 Serapan Air Mortar Serapan air pada mortar dipengaruhi oleh porositas agregat yang dipakai dalam pembuatan mortar maupun porositas pasta semen itu sendiri. serapan air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat mempunyai ukuran dengan variasi cukup besar. Pori pori tersebar diseluruh butiran, beberapa merupakan pori pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang lain terbuka terhadap permukan butiran. Beberapa jenis agregat yang sering dipakai mempunyai pori tertutup sekitar 0% sampai 20% dari volume butirnya (Tjokrodimuljo,1996). Menurut Tjokrodimuljo (1996) bahwa dalam adukan beton atau mortar, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori pori diantara agrerat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butir butiran gregat saling terikat kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat. Penyebab semakin meningkatnya daya serap air adalah semakin meningkatnya porositas mortar semen sebagai akibat kelebihan air yang tidak bereaksi dengan semen. Air ini akan menguap atau tinggal dalam mortar semen yang akan menyebabkan terjadinya pori pori ( capillary pores) pada pasta semen sehingga akan menghasilkan pasta yang porous, hal ini akan menyebabkan semakin berkurangnya kekedapan air mortar semen. 4.3 Kuat Tarik Mortar Kuat tarik adalah ukuran kuat mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya yang cenderung untuk memisahkan sebagian mortar akibat tarikan. Uji kuat tarik dilakukan dengan membuat mortar dalam bentuk angka delapan. Benda uji ini setelah keras kemudian ditarik dengan benda uji cemen briqquettes. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum ( N ) dibagi dengan luas penampang yang terkecil (mm2 ) ( Tjokrodimuljo,1996). Kelemahan struktur berbahan dasar beton/mortar adalah kuat tarik yang rendah sehingga akan segera retak jika mendapatkan tegangan tarik (Sudarmoko,2000). Beberapa peneliti terdahulu telah mengadakan percobaan percobaan untuk memperbaiki sifat kurang baik, yaitu kuat tarik dan lentur dengan cara penambahan bahan tambah, baik yang bersifat kimiawi maupun fisikal pada adukan. Gambar benda uji tarik mortar dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut : Gambar 2.2. Benda uji tarik mortar F. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Kawigraha dan Sudiyanto ( 2003) tentang pemanfaatan batuan pozolan untuk pembangunan rumah sederhana, diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan pozolan dan kapur sebagai bahan baku pembangunan rumah dapat dilakukan sepanjang bahan baku memenuhi syarat. Semen berbasis pozolan merupakan alternatif untuk mengurangi harga bangunan yang berarti pula dapat mengurangi biaya pembangunan rumah. Dari hasil penelitian Hidayat, dkk (1995), tentang mutu trass, kapur dan semen pozolan kapur di daerah Kudus dan Grobogan diperoleh hasil bahwa trass yang mutunya memenuhi SK SNI 04 1989 F, adalah yang berasal dari Desa Krajan mencapai mutu I, dari Desa Rahtawu II hanya mencapai mutu III, sedangkan yang berasal dari daerah lainnya (Tanjungrejo, Lasem, Purwore jo) tidak memenuhi syarat. Menurut Prasetyo (2000) bahwa pengaruh penambahan trass terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang diberi perawatan tekanan uap (steam curing) dengan variasi trass mulai dari 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, 25 %, 30 % dari berat semen yang telah ditentukan dalam rencana adukan (mix design). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan trass berpengaruh terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang di beri perawatan tekanan uap. Kuat tekan beton optimum terjadi pada penambahan trass 17 % yaitu sebesar 165,207 kg/cm2 atau meningkat sebesar 43 % dari beton yang tidak ditambahkan trass 115,198 kg/cm2. Modulus elastisitas optimum terjadi pada penambahan trass 13 % yaitu sebesar 107.507 kg/cm2 atau meningkat sebesar 9,3 % dari beton yang tidak ditambahkan trass sebesar 98.327 kg/cm2 (http://digilib.umm.ac.id/). Dari penelitian Majid (2001), tentang kajian kuat desak beton dengan menggunakan trass alam sebagai subtitusi semen dengan variasi prosentase trass 0%, 5%, !0%, 15%, 20%, 25% dan 30%, diperoleh hasil bahwa penggunaan trass alam dari Banjarnegara pada pembuatan beton dapat meningkatkan laju kenaikan kuat desak beton pada umur 7 hari sampai 14 hari. Pada umur setelah 14 hari hingga 28 hari laju kenaikan kuat desak beton cenderung menurun. Laju kenaikan kuat desak beton trass dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5 Laju kenaikan kuat desak beton rata-rata (%) Umur (hari) 7 ke 14 14 ke 28 Kuat desak beton rata-rata 3 benda uji BT-5% BTBTBT10% 15% 20% 43,689 51,565 43,233 75,892 80,268 43,696 16,876 39,051 2,857 2,179 BN BT25% 49,517 15,881 BT30% 64,649 2,758 Dar hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan trass sampai prosentase 30% masih dapat untuk menghasilkan beton mutu kelas II yaitu beton dengan kuat desak 10Mpa sampai 20 Mpa. Penggantian semen dengan trass sampai 20% masih dapat menghasilkan beton yang disyaratkan yaitu 20 Mpa, sedangkan penggantian semen lebih dari 20% kuat desaknya kurang dari beton yang disyaratkan. Hasil penelitian kuat desak beton trass dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut: Tabel 2.6 Hasil kuat desak beton trass Umur BN (hari) 15,29 7 21,97 14 31,57 28 Kuat desak beton rata-rata 3 benda uji BT-5% BT-10% BT-15% BT-20% BT-25% 14,70 22,28 26,04 13,59 22,33 31,05 13,73 24,15 24,84 11,20 20,19 20,63 10,36 15,49 17,95 BT-30% 9,25 15,23 15,65 BAB III METODE PENELITIAN A. Bahan Susun Mortar Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Air Air yang digunakan dalam penelitian diambil dari jaringan air bersih dari Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. Secara visual air tersebut berwarna jernih, tidak berasa dan tidak berbau. 2. Semen Semen yang digunakan adalah semen portland type I produksi PT. Tonasa. Menurut Tjokrodimuljo (1996) berat jenis semen adalah 3,15 gram/cm3. 3. Agregat Halus Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 4. Trass Trass yang digunakan adalah trass Muria diambil dari Kabubaten Kudus, Jawa Tengah. B. Alat Penelitian Alat 1. Ayakan alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : a. Ayakan dengan diameter berturut-turut 4,8 mm, 2,40 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm yang dilengkapi dengan tutup pan dan alat penggetar dengan merk Tatonas. b. Ayakan dengan diameter 0,075 mm dengan merk Tatonas, untuk pemeriksaan trass yang akan digunakan sebagai bahan ikat tambahan dan digunakan untuk pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir. 2. Timbangan Timbangan dengan merk Radjin, kapasitas 5 kg,digunakan untuk mengukur berat contoh mortar. 3. Gelas ukur Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml, digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir. 4. Baskom dan cawan Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan susun adukan mortar (pasir,semen,air dan trass) 5. Picknometer Picknometer, digunakan untuk mencari berat jenis pasir dengan kapasitas 500 gram. 6. Oven Oven dengan merk Memmert, digunakan untuk memanaskan benda uji. 7. Bejana baja Bejana baja dengan diameter 225 mm, tinggi 244 mm, digunakan untuk mengetahui berat satuan pasir dalam kondisi dipadatkan maupun tidak dipadatkan dilengkapi dengan tongkat penumbuk panjang 60 cm, diameter 15 mm. 8. Desikator Desikator, digunakan untuk mendinginkan bahan benda uji setelah dikeluarkan dari oven. 9. Mangkok dan sendok Mangkok dan sendok digunakan untuk mengaduk pasta mortar 10. Cetakan mortar Cetakan kubus mortar dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm yang digunakan untuk pengujian kuat tekan pada benda uji kubus dan cetakan seperti angka delapan dengan ukuran 75 mm x 50 mm x 25 mm yang digunakan untuk pengujian tarik. 11. Jangka sorong. Jangka sorong, digunakan untuk mengukur semua dimensi benda uji 12. Mesin aduk beton Mesin merk The Creteanggle Multi Flow dengan motor listrik, berkapasitas 60 liter, digunakan untuk mengaduk mortar segar 13. Kerucut kronik Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka (Saturated Surface Dry ) pasir. 14. Alat uji tekan dan uji tarik Alat uji tekan dan uji tarik yang digunakan adalah mesin uji desak ( Compression Tension Machine) merk indotest dengan kapasitas kuat tekan 150 ton dengan kecepatan pembebanan 100 KN/ menit. 15. Meja sebar ( Flow Table ) Meja sebar berfungsi untuk mengetahui konsistensi (kelecakan) adukan mortar sebelum dicetak. Meja sebar yang digunakan adalah Compressive Of Hydraulic Mortar buatan Tatonas. Meja sebar terdiri atas : a. Alas meja yang berbentuk lingkaran dan terbuat dari kuningan dengan diameter 300 mm dan ketebalan 20 mm. Pada permukaan alas terdapat empat garis yang masing masing membentuk sudut 450 yang digunakan untuk pembacaan nilai sebar mortar semen yang diuji. b. Kerucut kuningan yang mempunyai diameter atas 69,8 mm dan diameter bawah 102 mm dengan ketinggian 50,8 mm. c. Jangka sorong khusus yang terbuat dari kuningan dengan skala yang menunjukan prosentase penyebaran adukan mortar. d. Penumbuk yang terbuat dari kuningan, yang digunakan untuk pemadatan mortar yang akan diuji didalam kerucut kuningan yang diletakkan di atas alas meja sebar. C. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univesitas Negeri Semarang. Adapun tahap tahap pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap perhitungan kebutuhan bahan susun adukan mortar, tahap pembuatan benda uji, perawatan dan pelaksanaan pengujian. 1. Pemeriksaan Bahan Susun Mortar 1.1 Semen portland Dalam penelitian ini, pemeriksaan semen hanya dilakukan dengan pemeriksaan visual. Semen diamati warna dan kehalusan butirnya, kemudian jika terdapat gumpalan maka gumpalan semen tersebut dihancurkan sehingga butirannya benar-benar halus. 1.2 Pasir 1.2.1 Pemeriksaan Gradasi Pasir Tujuan untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dan modulus kehalusan pasir. Alat yang digunakan yaitu satu set ayakan 4,8mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6mm, 0,3mm, 0,15mm, timbangan, alat penggetar. Langkah-langkah pemeriksaan gradasi halus pasir adalah sebagai berikut : a. Mengeringkan pasir dalam oven dengan suhu 1100 C sampai beratnya tetap. b. Mengeluarkan pasir dalam oven didinginkan dalam desikator selama 3 jam. c. Menyusun ayakan sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan paling atas yaitu : 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15mm. d. Memasukkan pasir dalam ayakan paling atas, tutup dan diayak dengan cara digetarkan selama 10 menit kemudian pasir didiamkan selama 5 menit agar pasir tersebut mengendap. e. Pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan ditimbang beserta wadahnya. f. Gradasi pasir yang diperoleh dengan menghitung komulatif prosentase butir-butir pasir yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai modulus halus butir pasir dihitung dengan menjumlahkan prosentase komulatif butir yang tertinggal kemudian dibagi seratus. 1.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis Pasir Langkah-langkah pemeriksaan berat jenis pasir adalah sebagai berikut: a. Mengeringkan pasir dalam tungku pemanas (oven) dengan suhu 1100 C sampai beratnya tetap, selanjutnya pasir didinginkan pada suhu ruang kemudian rendam pasir dalam air selama 24 jam. b. Setelah 24 jam air rendaman dibuang dengan hati-hati agar butiran pasir tidak ikut terbuang. Pasir di biarkan diatas nampan dan di keringkan sampai keadaan jenuh kering muka. Untuk pemeriksaan jenuh kering muka dilakukan dengan memasukkan pasir pada kerucut terpancung dan di padatkan dengan menumbuk sebanyak 25 kali. Pada saat kerucut diangkat pasir akan runtuh tetapi masih berbentuk kerucut. c. Memasukkan pasir tersebut dalam piknometer sebanyak 500 gr (W0), kemudian masukkan air dalam piknometer hingga mencapai 90% isi piknometer, memutar dan mengguling - gulingkan piknometer sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya. d. Merendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan dengan suhu standar 250 C. e. Menambahkan air sampai tanda batas kemudian ditimbang (W1). f. Pasir dikeluarkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C sampai beratnya tetap kemudian didinginkan dalam desikator. Kemudian pasir ditimbang ( W2 ) g. Piknometer dibersihkan lalu diisi air sampai penuh kemudian ditimbang (W3). 1.2.3 Pemeriksaan Kandungan Lumpur Langkah - langkah pemeriksaan kandungan lumpur adalah sebagai berikut: a. Mengambil pasir yang telah kering oven selama 24 jam dengan suhu 1100 C seberat 100 gr ( W1). b. Mencuci pasir dengan air bersih yaitu dengan memasukkkan pasir kedalam gelas ukur 250 cc setinggi 12 cm diatas permukaan pasir. Kemudian diguling-gulingkan 10 kali dan didiamkan selama 2 menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada pasir yang ikut terbuang, langkah ini dilakukan sampai air tampak jernih. c. Menuangkan pasir kedalam cawan kemudian membuang sisa air dengan pipet setelah itu pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam. d. Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dalam oven dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar kemudian pasir ditimbang (W2). 1.2.4 Pengujian Berat Satuan Pasir a. Bejana yang akan digunakan ditimbang dulu (W1). b. Contoh pasir pada kadar air 18,040 % dimasukkan ke dalam silinder baja yang diketahui berat dan volumenya. c. Silinder baja berisi pasir ditimbang dan dicatat beratnya (W2). d. Berat bejana berisi air juga ditimbang (W3). 1.2.5 Pengujian Kekekalan Butir Pasir Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat kekal pasir dari cuaca. Alat yang digunakan antara lain : saringan 0,075 mm, timbangan, gelas ukur. Bahan bahan yang digunakan yaitu pasir, larutan jenuh Na2SO4 dan larutan jenuh MgSO4. Langkah - langkah pemeriksaan kekekalan butir pasir adalah sebagai berikut: a. Mengambil sampel agregat yang telah dicuci dan keringkan dalam oven sebanyak 300 gr selama 24 jam. Setelah 24 jam pasir dikeluarkan dari oven dan dibiarkan dingin kemudian masukkan pasir dalam 3 buah gelas sehingga masing masing gelas berisi 100 gr dan diisi larutan jenuh Na2SO4 dan MgSO4. pada masing masing gelas. b. Setelah itu direndam selam 24 jam kemudian sampel pasir dicuci diatas ayakan 0,075 mm hingga air tampak jernih. c. Sisa sampel yang tersisa dimasukkan kembali dalam oven hingga beratnya tetap lalu ditimbang. 1.3 Trass Pemeriksaan trass dilakukan dengan secara visual yaitu trass yang masih berupa batuan dihaluskan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Trass yang dipakai sebagai bahan ikat tambahan harus lolos ayakan 0.075 mm. Pengujian berat satuan trass dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada pengujian pasir. 1.3.1 Pengujian Berat Jenis Trass Pengujian berat jenis tras dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengambil sampel trass yang telah dikeringkan dalam oven dengan waktu 24 jam. b. Mengambil sampel trass 2 bagian dengan berat masing-masing 500 gr. c. Menimbang masing-masing piknometer (W1 gram), pastikan piknometer dalam keadaan kering saat ditimbang. d. Memasukkan sampel trass ke dalam piknometer, kemudian timbang piknometer + trass tersebut (W2 gram). e. Menuangkan air ke dalam piknometer sedikit-demi sedikit hingga menutupi atau membasahi semua trass yang ada, kira-kira ½ dari piknometer. Goyang-goyangkan piknometer agar semua sampel terbasahi oleh air, namun jangan ada yang tertumpah. f. Menutup piknometer dan diamkan selama 2 24 jam. g. Setelah didiamkan, menghilangkan gelembung udara yang ada dengan merebusnya di atas kompor, setelah gelembung udaranya hilang, dinginkan sehingga suhunya sama dengan suhu ruangan. Menambahkan air lagi sampai memenuhi piknometer dan keringkan permukaan piknometer. h. Menimbang piknometer + trass + air tersebut (W3 gram), kemudian mengukur suhunya (t o C). i. Membuang air dan sampel trass yang ada dalam piknometer kemudian dibersihkan, selanjutnya mengisi piknometer dengan air destilasi yang bersih hingga penuh. Usahakan tenggang waktunya tidak terlalu lama sehingga suhunya bisa dipertahankan. Mengeringkan permukaan piknometer dengan kain atau lap. j. Timbang piknometer berisi air (W4) 1.3.2 Pengujian Kadar Air Trass Pengujian kadar air tras dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengambil sampel trass 3 bagian dengan berat masing-masing sebesar 100 gr (W1). b. Menuangkan trass dalam cawan yang telah ditimbang terlebih dahulu beratnya (W3) setelah itu tras dikeringkan dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam. c. Setelah 24 jam cawan yang berisi trass dikeluarkan darioven dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar kemudian cawan berisii trass ditimbang (W2). 1.4 Air Pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual yaitu air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan garam sesuai dengan persyaratan air untuk minum. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang. 2. Proses Pembuatan Benda Uji Mortar 2.1 Perhitungan dan penimbangan bahan susun mortar Dalam tahap ini semua bahan dihitung dan kemudian ditimbang sesuai kebutuhan dari masing-masing komposisi campuran yaitu semen portland, trass, pasir dan air. Perbandingan komposisi campuran dari bahan susun mortar adalah menggunakan perbandingan volume. 2.2 Pembuatan pasta mortar Langkah-langkah dalam pembuatan pasta mortar adalah sebagai berikut: a. Setelah masing-masing bahan ditimbang, bahan kemudian diaduk dalam keadaan kering hingga homogen dalam bak adukan. Langkah ini dilakukan agar pencampuran bahan-bahan tersebut bisa lebih mudah dan merata sehingga diharapkan mendapat hasil yang merata. b. Tuangkan air ke dalam bak adukan dengan merata, kemudian aduk hingga didapatkan adukan yang merata. c. Diamkan selama kurang lebih 1 menit, di dalam bak adukan, kemudian aduk kembali hingga benar-benar tercampur merata. 2.3 Uji sebar pasta mortar Syarat diameter rata-rata (dr) dari hasil uji sebar adalah 1 1,15 kali diameter semula (ds). Diameter cincin meja uji sebar adalah 100 mm, jadi diameter rata-rata maksimum yang diijinkan adalah 115 mm. Langkah-langkah dalam uji sebar mortar adalah sebagai berikut: a. Setelah pasta mortar sudah diaduk dan siap digunakan, siapkan alat uji sebar mortar. b. Letakkan cincin sebar di atas meja sebar, lalu isi dengan pasta mortar hingga kurang lebih ½ dari cincin, padatkan dengan alat pemadat kurang lebih 20 kali tumbukan. Pengisian dilakukan dalam 2 lapis, setiap lapis harus dipadatkan. c. Ratakan permukaan atas mortar dalam cincin sebar dan bersihkan mortar yang menempel pada sisi luar cincin dan pada meja sebar. d. Angkat cincin sebar perlahan-lahan sehingga di atas meja sebar terbentuk kerucut terpancung. e. Meja sebar digetarkan sebanyak 25 kali selama 15 detik dengan tinggi jatuh meja ½ inchi atau 12,7 mm. f. Ukur diameter bawah mortar di atas meja sebar, minimal dari 4 arah yang berbeda, lalu hitung diameter rata-rata (dr) mortar. g. Jika hasil diameter rata-rata mortar lebih dari 115 mm, maka pengujian diulangi dengan menambah atau mengurangi pemakaian air dalam mortar. 2.4 Pembuatan benda uji mortar Setelah pembuatan adukan mortar selesai dilakukan tahap selanjutnya adalah pembuatan benda uji mortar. Langkah pembuatan benda uji mortar adalah sebagai berikut ( Andoyo,2002 ) : a. Mengaduk kembali mortar yang ada didalam mangkok dengan sendok pengaduk selama ±15 menit. b. Memasukkan mortar kedalam cetakan kubus, pengisian cetakan dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis dipadatkan ± 32 kali. Pencetakan kubus mortar harus sudah dimulai paling lama 2 ½ menit setelah pengadukan. c. Meratakan permukaan kubus mortar dengan menggunakan sendok perata. d. Setelah itu cetakan dibuka dan mortar dibiarkan selama 24 jam. e. Mengumpulkan kubus kubus mortar untuk disimpan di tempat tertentu untuk masa perawatan benda uji. 3. Perawatan Benda Uji Mortar Perawatan benda uji mortar dilakukan selama 90 hari dengan menyimpannya di tempat yang lembab. Masa perawatan diperkirakan sekitar 90 hari karena mortar tersebut menggunakan bahan tambah pozolan, di mana bahan yang mengandung pozolon bila dipakai sebagai pengganti semen portland laju kenaikan kekuatannya lebih lambat daripada beton normal, dan baru dapat lebih tinggi kekuatanya sesudah umur 90 hari (Tjokrodimuljo,1996). 4. Pengujian Mortar 4.1 Pengujian kuat tekan mortar Langkah langkah pengujian tekan kubus mortar adalah sebagai berikut : a. Masing-masing benda uji diukur panjang, lebar, tingginya dan ditimbang beratnya serta hitung luas bidang tekannya ( A ) b. Letakkan benda uji pada mesin uji tekan secara simetris, Jalankan mesin tekan dengan penambahan berat yang konstan. Perhatikan jarum manometer yang menunjukkan kenaikan kuat tekan yang terjadi. Mesin Penekan Plat Landasan Mortar Plat Landasan Gambar 3.1 Pengujian Kuat Tekan Mortar c. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur (beban maksimum), kemudian baca beban maksimum yang dapat ditahan benda uji dengan melihat jarum manometer. 4.2 Pengujian serapan air mortar Langkah langkah pengujian serapan air mortar adalah sebagai berikut : a. Mortar yang telah berumur 90 hari direndam dalam air selama 24 jam setelah 24 jam benda uji diangkat dan dilap kemudian ditimbang (W2) b. Benda uji dimasukkan oven dengan suhu 110o C selama 24 jam. c. Setelah 24 jam, mortar dikeluarkan dari oven dan didinginkan selama beberapa menit, dibiarkan kering udara kemudian ditimbang beratnya (W1). 4.3 Pengujian kuat tarik mortar Langkah langkah pengujian kuat tarik mortar adalah sebagai berikut : a. Membuat mortar seperti angka delapan dengan 5 buah benda uji untuk masing masing variasi b. Setelah mortar berumur 90 hari dilakukan pengujian tarik dengan alat uji Cement Briquettes. Gambar 3.2 Alat uji tarik mortar (Cement Briquettes) 5. Perhitungan Hasil Penelitian 5.1 Berat Jenis Pasir W2 .................................. (3-1) (W1 + W0 − W3 ) W0 BulkSpesif ikGrafity SSD = .................................. (3-2) (W1 + W0 − W3 ) W2 Apparent Spesifik Grafity = ................................... (3-3) (W1 + W2 − W3 ) = BulkSpesif ikGrafity = Absorbsi W0 − W2 x100% ................................... (3-4) W2 Dimana, W3 = Berat piknometer berisi pasir dan air (gram) W2 = Berat pasir setelah kering oven (gram) W1 = Berat piknometer berisi air (gram) W0 = Berat pasir 500 gram dalam keadaan kering permukaan (gram) 5.2 Kandungan Lumpur Pada Pasir Kandungan Lumpur = W1 − W2 x100% ................................... (3-5) W1 Dimana : W1 = Berat pasir kering oven (gram) W2 = Berat pasir kering setelah di cuci (gram) 5.3 Kekekalan Butir Pasir Kekekalan butir pasir = W 2 − W1 x100% .................................. (3-6) W1 Dimana : W1 = Berat pasir atau setelah dicuci kemudian dikeringkan dalam oven (gram) W2 = Berat pasir atau trass setelah direndam larutan Na2SO4 atau MgSO4(gram) 5.4 Berat Satuan Pasir atau Trass Berat satuan pasir = dengan W3 = W2 W3 .......................................................... (3-7) V W1 ................................................................ (3-8) Dimana : W1 = Berat gelas ukur (gram) W2 = Berat pasir atau trass dan gelas ukur (gram) W3 = Berat pasir atau trass (gram) V = Volume pasir atau trass (ml) 5.5 Berat Jenis Tras A = W2 W1 ............................................................................ (3-9) B = W3 W4 ............................................................................ (3-10) C =A B ................................................................................ (3-11) Berat Jenis = A ........................................................................ (3-12) C Dimana : W2 = berat piknometer (gram) W2 = berat piknometer berisi trass (gram) W3 = berat piknometer berisi trass dan air (gram) W4 = berat piknometer berisi air (gram) 5.6 Kadar Air Tras Kadar air trass = W 1 − (W 2 − W 3) x100% ............................... (3-13) (W 2 − W 3) Dimana : W1 = berat trass sebelum dioven (gram) W2 = berat cawan berisi trass setelah kering oven (gram) W3 = berat cawan (gram) 5.7 Kuat Tekan Mortar fc = P ...................................................................................... (3-14) A Dimana : fc = kuat tekan mortar (kg/cm2) P = beban maksimum (kg) A = luas penampang mortar (cm2) 5.8 Serapan Air Mortar Serapan air = W2 − W1 x100% ................................................ (3-15) W1 Dimana : W1 = Berat mortar dalam keadaan kering mutlak (dioven) (kg) W2 = Berat mortar setelah direndam (kg) 5.9 Kuat Tarik Mortar f trk = P .................................................................................... (3-16) A Dimana : Ftrk = kuat tekan mortar (kg/cm2) P = beban maksimum (kg) A = luas penampang mortar (cm2) D. Variabel Penelitian Tabel 3.1 Variabel Penelitian Kode sampel A. B. C. D. E. F. G. H. Komposisi campuran ( dalam satuan volume ) Macam Pengujian dan jumlah benda uji Tras Semen Pasir Kuat tekan Kuat tarik Serapan air 0 0,11 0,21 0,27 0,32 0,37 0,43 0,53 1 1 1 1 1 1 1 1 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 Ket : Perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap komposisi campuran menggunakan perbandingan volume E. Analisa Data Data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah nilai kuat tekan, kuat tarik dan serapan air. Data yang diperoleh dari penelitian diplotkan dalam bentuk grafik untuk menyatakan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebelum diplotkan dalam bentuk grafik terlebih dahulu data diurutkan dari nilai yang tertinggi ke nilai yang terendah. Hubungan titk titik data dibuat dengan diagram garis ( line type )