BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi adalah bentuk kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan RI untuk mencegah terjadinya penyakit menular. Imunisasi merupakan salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Imunisasi adalah proses dimana seseorang dijadikan resisten atau kebal terhadap penyakit seperti penyakit menular, biasanya dengan diberikan vaksin (WHO, 2018). Imunisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi wajib terdiri dari imunisasi rutin, tambahan dan khusus. Imunisasi wajib rutin digolongkan menjadi imunisasi rutin dasar pada bayi dan imunisasi lanjutan pada balita, anak usia Sekolah Dasar (SD) dan Wanita Usia Subur (WUS) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat 19,4 juta anak yang tidak mendapatkan imunisasi dan memperkirakan 30.000 anak akan meninggal akibat penyakit campak (WHO, 2016). Kejadian campak di Kawasan Asia Tenggara tahun 2018 bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua setelah India dengan presentase 20,1% (WHO SEAR, 2018). Berdasarkan kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar 1 1 25,4%. dan 31,6%. Kasus campak dari 12.681 kasus ternyata hanya 4.466 (35,2%) yang divaksinasi (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Untuk Provinsi Riau target pencapaian untuk imunisasi MR 95 % atau 1.955.658 dari jumlah anak yang berusia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun dari 12 kabupaten kota yang ada di Riau. Pada akhir Oktober 2018 hasil pencapai Imunisasi Rubella dari capaian nasional hanya 32,4%. Dari hasil pencapaian tersebut Provinsi Riau urutan 3 terendah nasional. Dari 12 kabupaten kota yang ada di Riau yang terendah adalah kota Dumai 4,4%, Siak 16,16% dan Pekanbaru 19,31%. (Dinkes Provinsi Riau, 2018) Global Vaccine Action Plan (GVAP) menargetkan eliminasi campak pada tahun 2020 dengan cara meningkatkan kekebalan masyarakat melalui pemberian vaksin campak dan rubella dengan cakupan yang tinggi. WHO menganjurkan semua negara harus menerapkan program pemberian vaksin rubella termasuk negara yang sudah memasukkan campak ke dalam imunisasi dasar rutin untuk menambahkan vaksin MR ke dalam imunisasi dasar.(Hidayah et al., 2018). Measles dan Rubella (MR), atau yang dikenal dalam Bahasa Indonesia campak, dan Rubella, atau campak Jerman, merupakan dua penyakit infeksi yang sangat menular. Sama seperti penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya, kedua penyakit ini tidak memiliki pengobatan, tetapi dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes, 2018). Campak ditularkan melalui droplet dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi (WHO, 2018). Campak dapat dicegah dengan imunisasi atau disebut dengan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Kementerian Kesehatan RI, 2016). 2 Imunisasi Measles dan Rubella (MR) diberikan kepada semua anak yang berusia 9 bulan sampai dengan usia 15 tahun. Imunisasi ini dapat mencegah komplikasi oleh virus measles, seperti pneumonia, ensefalitis, kebutaan, Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), gizi buruk, bahkan kematian, dan mencegah keguguran dan kecacatan pada bayi yang disebabkan oleh Sindroma Rubella Kongenital pada ibu hamil (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2018). Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan, sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (arthritis atau arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester pertama dapat mengakibatkankeguguran atau bayi lahir dengan cacat bawaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS) (Bahaya, Dan, Di, Kussanti, & Leliana, 2018). Kemenkes (2019) mengemukakan bahwa kampanye imunisasi MR Fase I di Pulau Jawa yang dinilai cukup berhasil dengan melebih capaian target sebesar 100,98% dan memberikan kekebalan kepada 35.3 juta anak, namun masih saja ada beberapa persen masyarakat yang kontra terhadap pemberian imunisasi MR, oleh anggapan imunisasi MR dapat mengakibatkan kelumpuhan (walaupun telah diinvestigasi dan kebenarannya ditolak) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa imunisasi MR adalah haram (walaupun diperbolehkan karena belum ada imunisasi MR yang halal). Imunisasi MR ini telah mendapat rekomendasi dari WHO dan juga surat edar dari Badan POM Nasional. 3 Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Pelalawan pada tahun 2017 terdapat 8517 bayi, sedangkan jumlah bayi di Kecamatan Kuala Kampar, hanya 440 bayi dan sebanyak 318 bayi yang mendapatkan imunisasi campak sehingga disimpulkan bahwa cakupan imunisasi campak sudah tinggi tetapi belum mencapai 100%. dari data tersebut masih ada 22 bayi yang belum mendapat imunisasi campak sehingga angka cakupannya belum mencapai 100%. Untuk Kelurahan Teluk Dalam sasaran yang harus dilakukan imunisasi MR sebanyak 1865 orang dan pencapaian hanya 627 orang berkisar 33,61% (Dinkes Kab Pelalawan, 2017). Pada umumnya dalam melaksanakan pemberian imunisasi, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting. Teori lingkungan kebudayaan dimana orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan sekita. Pengaruh keluarga terhadap penentuan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap keluarga terhadap imunisasi kurang respon dan bersikap tidak menghiraukan atau bahkan tidak melaksanakan imunisasi. Maka pelaksanaan tidakdilakukan oleh ibu bayi karena tidak ada dukungan oleh keluarga. Data ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Isyani (2014) yang menyatakan keluarga yang memiliki bayi atau balita dengan setatus imunisasi lengkap dikarenakan banyak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk memberikan imunisasi bagi bayi atau balita mereka, dan keluarga yang memiliki bayi atau balita dengan status imunisasi lengkap tebanyak dengan tradisi keluarga yang terbiasa memberikan imunisasi pada bayi atau balitanya. 4 Faktor pemudah atau faktor predisposisi adalah faktor internal yang paling penting dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatannya seperti pengetahuan, pendidikan, sikap, kepercayaan atau tradisi, dan pekerjaan ibu. 5 Faktor pemungkin merupakan fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung perilaku seseorang terhadap kesehatan seperti puskesmas dan posyandu. Faktor yang terakhir yaitu faktor penguat terdiri dari faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, tenaga kesehatan, dan juga pemerintah (Siswantoro, 2012). Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status imunisasi lanjutan pada anak diantaranya adalah pengetahuan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan sikap ibu terhadap imunisasi (predisposing factors), keterjangakauan ke tempat pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana (enabling factors) dan faktor peran tenaga kesehatan (reinforcing factors) (Astriani, 2016; Ibrahim, 2016; Munawaroh et al., 2016). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar yang dilakukan pada tanggal 8 April 2019, dengan melakukan wawancara menunjukan bahwa 7 dari 10 responden yang datang ke posyandu menyatakan mereka tidak mau mengimunisasi Rubella dengan alasan didalam vaksin tersebut mengandung serum babi dan vaksin tersebut tidak halal dan vaksin tersebut dapat menyebabkan kematian seperti yang tersebar di berita di media social dan media elektronik di tambah lagi ada beberapa tokoh agama dan masyarakat yang menyatakan secara pribadi mereka tidak mau mengimunisasikan anak mereka. Walaupun petugas kesehatan telah 5 melakukan penyuluhan dan dibantu oleh pihak kecamatan untuk mensosialisasikan imunisasi terebut tetap juga masyarakat tidak mau. Regmi (2014) menyebutkan bahwa faktor sosial budaya yang mempengaruhi vaksinasi yaitu persepsi umum diantaranya menfaat vaksin, efek samping vaksin, pengaruh komunitas, pemanfaatan pelayanan kesehatan, kemudahan akses ke tempat pelayanan kesehatan, agama, etnis, gaya hidup, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, status social ekonomi, jenis kelamin, dan pendidikan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan lingkungan social budaya dengan pelaksanaan imunisasi MR di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut adakah hubungan lingkungan social budaya denganpelaksanaan imunisasi MR di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan lingkungan social budaya dengan pelaksanaan imunisasi MR di Kelurahan Teluk Dalam kecamatan Kuala Kampar. 6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran persepsi pelaksanaan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar b. Mengetahui gambaran pandangan agama tentang pelaksanaan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar c. Mengetahui gambaran dukungan keluarga dalam melaksanakan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar d. Mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam melaksanakan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar e. Mengetahui gambaran usia ibu yang melaksanakan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar f. Mengetahui gambaran pendidikan ibu yang melaksanakan vaksinasi/imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar g. Mengetahui hubungan persepsi imunisasi MR dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar h. Mengetahui hubungan pandangan agama tentang imunisasi MR dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar 7 i. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar j. Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar k. Mengetahui hubungan usia ibu dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar l. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dan informasi bagi masyarakat kelurahan teluk dalam tentang gambaran pelaksanaan imunisasi MR dan mengetahui bagaimana lingkungan sosial budaya yang terkait dengan pelaksanaan imunisasi tersebut. 2. Bagi Puskemas Kuala Kampar Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang penyebab rendahnya cakupan imunisasi MR yang terkait dengan lingkungan sosial budaya di kelurahan teluk dalam dan menjadi dasar dalam upaya mengembangan edukasi dan informasi kepada masyarakat mengenai imunisasi MR. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya materi 8 keperawatan komunitas dalam kegiatan promotif dan preventif penyakit rubela.Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum, pendidikan keperawatan khususnya dalam menyikapi pelaksanaan imunisasi yang terkait dengan lingkungan sosial budaya masyarakat. 4. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya mengenai pelaksanaan imunisasi MR dengan melihat berbagai manfaat yang terdapat di dalamnya. 5. Bagi peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan data dasar bagi penelitian berikutnya terutama yang terkait pelaksanaan imunisasi MR. Peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai analisis yang interprestasi tentang pelaksanaan imunisasi MR di kelurahan teluk dalam. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu faktor yang dipelajari pada penelitian ini adalah lingkungan social budaya dan pelaksanaan imunisasi MR. Penelitian ini bertempat di Kelurahan Teluk Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Kampar yang akan dilakukan pada bulan April-Juni 2019. Rancangan Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 9