Uploaded by mirantikadwi

Dwi Mirantika C30116092 alat analisis

advertisement
Nama
= Dwi Mirantika
Stambuk = C 301 16 092
FENOMENOLOGI
Salah satu metode penelitian kualitatif adalah fenomenologi. Fenomenologi adalah
sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Fenomena juga dapat dideskripsikan sebagai penerapan metode kualitatif dalam rangka
menggali dan mengungkapkan kesamaan makna (esensi universal) dari sebuah konsep
atau fenomena yang menjadi pengalaman hidup sekelompok individu. Fenomenologi
membuat pengalaman yang dihayati secara aktual sebagai dasar suatu realitas. Kata What
dan Berg (1995:417) “Peneliti dalam studi fenomenologi tidak tertarik mengkaji aspekaspek kausalitas dalam suatu peristiwa, tetapi berupaya menggeledah tentang bagaimana
orang melakukan sesuatu pengalaman beserta makna pengalaman itu bagi dirinya.
Fenomenologi memiliki dua makna yaitu sebagai filsafat sains dan juga sebagai metode
penelitian. Fenomenologi akan menggali data untuk menemukan makna dari hal-hal yang
mendasar dan esensial dari fenomena, realitas, atau pengalaman yang dialami objek
penelitian.
Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam
kesadaran. Fenomenologi mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dari
konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu penelitian fenomenologi harus
berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu
konsep gejala. Peneliti mengumpulkan cerita dari sekelompok individu untuk dicari
kesamaan maknanya. Metode yang digunakan dalalam fenomenologi adalah deskriptif
dan bertujuan mengungkap intensionalitas, kesadaran, dan dunia kehidupan (Kuper dan
Kuper, ed., 1996:749).
Kelebihan studi fenomenologi adalah pengalaman yang tersembunyi di dalam aspek
filosofi dan psikologis individu dapat terungkap melalui narasi sehingga peneliti dan
pembaca seolah dapat mengerti pengalaman hidup yang dialami oleh subjek penelitian.
Tujuannya adalah mereduksi pengalaman individual terhadap suatu fenomena ke dalam
deskripsi yang menjelaskan tentang esensi universal dari fenomena tersebut.
Fenomenologi berupaya “memahami esensi dari suatu fenomena”.
Penelitian fenomenologi dapat dimulai dengan memperhatikan dan menelaah fokus
fenomena yang hendak ditelti, yang melihat berbagai aspek subjektif dari perilaku objek.
Kemudian, peneliti melakukan penggalian data ini dilakukan dengan melakukan
wawancara mendalam kepada objek atau informan dalam penelitian, juga dengan
melakukan
observasi
langsung
mengenai
bagaimana
objek
penelitian
menginterpretasikan pengalamannya kepada orang lain. Pendekatan fenomenologi
berupaya membiarkan realitas mengungkapkan secara alami, melalui “pertanyaan
pancingan”, subjek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi
pengalamannya berkaitan dengan sebuah fenomena/peristiwa. Studi fenomenologi
bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalamnnya
dalam suatu peristiwa.
Dalam melaksanakan penelitian dengan metode fenomenologi, cerita oral tentang
pengalaman hidup menjadi bentuk data primer yang wajib dikumpulkan. Untuk
memperoleh data tersebut dibutuhkan keterbukaan informan untuk mengungkapkan apa
yang dialaminya di masa lalu. Menurut Husserl terdapat 4 tahapan yang harus dilakukan
dalam melaksanakan penelitian dengan metode fenomenologi antara lain :
1. Epoche adalah menjauh diri atau tidak memberikan suara sebagai langkah awal
untuk memnurnikan objek dari pengalaman dan prasangka awal. Seorang peneliti
harus melepaskan dari dugaan-dugaan awal penelitian, artinya peneliti tidak bisa
melibatkan penelitian dengan pengalamn pribadinya.
2. Reduksi Fenomenologi adalah menjelaskan dalam suatu susunan bahasa
bagaimana objek tersebut terlihat melalui tahapan : Bracketing, horizonaling,
horizon, horizon unit makna. peneliti bisa menemukan inti penelitian dengan
pengalaman pribadinya.
3. Variasi Imajinasi adalah mencari makna yang mungkin dengan memanfaatkan
imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan tujuannya adalah mencapai deskripsi
secara keseluruhan. Peneliti mulai menggali tema-tema pokok di mana fenomena
mulai muncul dengan sistematis.
4. Sistensi dan Makna dan Esensi adalah integrasi intuitif dasar-dasar deskripsi
tekstural dan struktural ke dalam satu pernyataan yang menggambarkan kondisi
fenomena yang dialami objek penelitian secara keseluruhan.
Sedangkan menurut pendapat pakar metodologi Creswell ada beberapa langkah yang
perlu dipahami ketika melaksanakan riset fenomenologis antara lain :
1. Peneliti memastikan bahwa apakah rumusan masalah yang dibuat relevan untuk
diteliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Rumusan masalah penelitian
yang relevan menerapkan fenomenlogi adalah masalah penelitian di mana sangat
penting untuk memahami pengalaman pribadi yang dirasakan sekelompok
individu terhadap suatu fenomena yang dialaminya. Pemahaman terhadap
pengalaman tersebut sekiranya nanti dapat membantu proses mengembangkan
kebijakan atau untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap
fenomena yang diteliti.
2. Dalam menyusum masalah penelitian, peneliti menangkap fenomena untuk
dipertanyakan maknanya bagi sekelompok individu yang mengalaminya.
3. Peneliti sebagai manusia harus sejauh mungkin meninggalkan pengalaman
pribadinya terkait dengan fokus penelitiannya. Upaya ini disebut “bracket out”.
bracket out dilakukan untuk membantu peneliti memperoleh pemahaman sedalam
dan se-objektif mungkin fenomena yang dialami secara personal oleh informan
tanpa terkontaminasi oleh pengalaman peneliti sendiri.
4. Data fenomenologi berupa narasi dan deskriptif yng dikumpulkan dari cerita
individu yang diteliti. Data riset fenomenologi diperoleh dari wawancara
mendalam dengan sekelompok individu. Jumlahnya tidak dapat ditentukan.
Beberapa peneliti merekomendasikan antara 5-25 orang. Pertanyaan yang
diajukan seorang fenomenolog bisa beragam. Tipikalnya, peneliti menanyakan
tentang apa yang dialami dan bagaimana fenomena tersebut bisa dialami.
5. Proses analisis data pada prinsipnya mirip dengan analisis kualitatif lainnya, yaitu
data ditranskrip,lalu dengan merujuk pada rumusan masalah, peneliti melakukan
koding, klastering, labelling secara tematik dan melakukan interpretasi.
6. Masing-masing tema yang muncul dalam proses analisis mengandung narasi
verbatim. Secara garis besar berupa deskripsi tekstual tentang apa yang dialami
oleh partisipan dan bagaimana mereka mengalaminya. Dari deskripsi tekstual
tersebut peneliti mendeksripsikan esensi universal dari fenomena yang ditelitinya
yang terdiri dari paragaraf yang panjang dan mendalam.
Download