I. A. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India, tepatnya di lereng gunung Himalaya yang kemudian masuk ke wilayah mediterania, yaitu Cina pada tahun 1882. Mentimun termasuk famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) dan merupakan salah satu tanaman hortikultura yang disukai oleh semua lapisan masyarakat, karena buahnya dapat dimanfaatkan untuk menambah cita rasa makanan. Buahnya dikonsumsi dalam bentuk segar, pencuci mulut atau pelepas dahaga, sarana kosmetik, penjaga kesehatan tubuh atau pengobatan beberapa jenis penyakit. Selain itu buah mentimun telah menjadi bahan baku industri minuman, permen, dan parfum (Rukmana, 1994) Tanaman mentimun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia, baik di daerah beriklim panas (tropis) maupun sedang (sub-tropis). Di Indonesia tanaman mentimun banyak ditanam di dataran rendah (Wijoyo, 2012). 2 Buah mentimun memiliki bermacam-macam manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Buah mentimun mengandung zat-zat saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, dan C. Mentimun mentah bersifat menurunkan panas badan, juga meningkatkan stamina. Kandungan 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein, 0,19 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 g tianin, 0,05g riboflavin, 14 mg asam (Sumpena, 2001). Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia, karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan. Salah satunya berfungsi dalam mengendalikan kanker karena mengandung lasparaginase dan capcaicin. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Prajnanta, 2001). Selain sebagai bumbu masak, buah cabai juga digunakan sebagai bahan campuran industri makanan dan untuk peternakan . Usaha bercocok tanam cabai masih sangat menguntungkan bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan cabai tercatat pada kisaran 3kg/kapita/tahun. (Setiadi, 2000). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Riau produksi mentimun dari tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut: produksi mentimun pada tahun 2011 sebesar 15.667 ton, pada tahun 2012 sebesar 13.545 ton, pada tahun 2013 sebesar 20.726 ton, pada tahun 2014 sebesar 19.332 ton dan pada tahun 2015 sebesar 14.175 ton. Sedangkan produksi cabai dari tahun 2011-2015 antara lain, produksi cabai pada tahun 2011 sebesar 15.832 ton, pada tahun 2012 sebesar 15.906 ton, pada tahun 3 2013 sebesar 15.509 ton, tahun 2014 sebesar 15.608 ton, dan tahun 2015 sebesar 11.956 ton. (BPS RIAU,2018) Peningkatan jumlah penduduk di Riau maupun Indonesia, berdampak pada peningkatkan jumlah permintaan sayuran dan buah, termasuk mentimun dan cabai. Salah satu upaya untuk meningkatkan persediaannya, yaitu dengan meningkatkan produksi mentimun dan cabai melalui budidaya yang kemudian dilakukan persilangan pada cabai. Produksi mentimun di Riau masih rendah padahal potensinya cukup tinggi. Kebanyakan para petani mentimun di Indonesia masih menganggap bertanam mentimun adalah usaha sampingan, sehingga penanganannya pun masih belum optimal. Budidaya dalam pertanian memiliki arti yaitu kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi daya adalah usaha yang bermanfaat dan dapat memberi hasil. Persilangan dalam biologi adalah perkawinan antar individu ataupun populasi yang berbeda secara genetik untuk menghasilkan gabungan sifat dari induk ataupun rekombinasi gen-gen pada keturunannya. Dalam ilmu biologi molekuler persilangan diartikan sebagai teknik berikatannya suatu untaian tunggal DNA atau RNA dengan untaian komplemen yang berasal dari RNA atau DNA yang berbeda. Persilangan dapat terjadi di antara individu yang berbeda spesies (persilangan interspesifik) maupun antar individu dalam satu spesies (persilangan intraspesifik) yang umumnya dikenal sebagai persilangan antar galur . (Wikipedia,2018). 4 Generasi keturunan hasil suatu persilangan disebut filial disimbolkan dengan huruf F besar dan angka yang menandakan urutan generasi. Contoh penulisan generasi keturunan yaitu: F1 untuk generasi pertama hasil persilangan dan F2 untuk generasi kedua hasil persilangan. Awalnya tujuan utama dari persilangan ialah menggabungkan dua sifat baik atau unggul dari dua tetua dalam satu individu atau populasi. Lebih lanjut dalam kegiatan pemuliaan, persilangan digunakan untuk membuat keragaman genetik pada suatu populasi misalnya jagung, dengan harapan akan muncul fenotipe-fenotipe baru yang sifatnya berbeda dari kedua tetua atau induknya. Cara persilangan yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yaitu dengan cara penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan di lakukan antara tanaman yang berbeda geneticnya. Pelaksanaanya terdiri dari pengumpulan pollen (serbuk sari) yang viable atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah di lakukan emaskulasi. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah, 1. Untuk mengetahui cara budidaya mentimun wuku dan mentimun biasa 2. Untuk mengetahui cara persilangan cabai rawit dan cabai copay 3. Untuk mengetahui deskripsi tanaman mentimun 4. Untuk mengetahui deskripsi tanaman cabai 5. Untuk mengetahui berat sampel tanaman mentimun II. TINJAUAN PUSTAKA Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya mentimum sudah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropis atau subtropis. Di Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana 1994). Menurut Sharma (2002), tanaman mentimun dalam taksonomi tanaman, dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Plantae Divisio: Spermatophyta Subdivisio: Angiospermae Kelas: Dicotyledonae Ordo: Cucurbitales Famili: Cucurbitaceae Genus : Cucumis Spesies: Cucumis sativus L. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar. Sulur ketimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah atau ajir, sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah itu. Kira-kira sehari setelah sentuhan pertama sulur mulai bergelung, atau menggulung dari bagian ujung maupun pangkal sulur. Gelung-gelung terbentuk mengelilingi suatu titik di tengah sulur yang disebut titik gelung balik. Dalam 24 jam sulur telah tergulung ketat (Sunarjono, 2012). Batang tanaman mentimun bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah, berbulu serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, nercabang dan bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun (Wijoyo, 2012). 6 Daunnya merupakan daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau. Bentuknya bulat lebar, bersegi mirip jantung dan bagian ujung daunnya meruncing serta tepi daun bergerigi. Panjangnya 7-18 cm, lebar 715 cm, daun ini tumbuh berselang-seling keluar dari buku-buku (ruas) batang (Wijoyo, 2012). Buah mentimun letaknya menggantung dari ketiak antara daun dan batang. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam, tetapi umumnya bulat panjang atau bulat pendek. Buah mentimun ada yang permukaannya halus dan ada yang permukaan buahnya berbintil-bintil. Warna kulit buah antara hijau keputihputihan, hijau muda, dan hijau gelap (Tafajani, 2011). Perakaran mentimun yaitu akar tunggang dan memiliki rambu-rambut akar, tetapi daya tembus relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30―60 cm. Oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun membutuhkan banyak air, terutama waktu berbunga, tetapi tidak sampai menggenang (Sunarjono, 2005). Mentimun (Cucumis sativus L.) diklasifikasikan sebagai tanaman berumah satu, dimana bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Pada dasarnya tanaman mentimun berbunga sempurna (hermaphrodite), tetapi pada perkembangan evolusinya salah satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi, sehingga tinggal salah satu jenis kelaminnya yang berkembang menjadi bunga secara normal. Letak bunga jantan dan bunga betina terpisah tetapi masih dalam satu tanaman (monoecious). Bunga mentimun mirip terompet dengan mahkota bunga berwarna putih atau kuning cerah. Bunga jantan dicirikan tidak mempunyai bagian yang membengkak di bawah mahkota bunga, jumlahnya lebih banyak dan keluarnya beberapa hari lebih dulu dibandingkan bunga betina. Sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang membengkak terletak di bawah mahkota 7 bunga dan umumnya baru muncul pada ruas ke-6 setelah bunga jantan, bunga betina mampu berkembang menjadi buah. Biji mentimun berjumlah banyak dengan bentuk lonjong meruncing (pipih) atau putih kekuning-kuningan sampai cokelat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman. Tanaman mentimun memiliki 2 varietas, yaitu varietas roman dan varietas soarer. Varietas roman merupakan varietas hibrida nasional, yaitu varietas mentimun hibrida yang berasal dari dalam wilayah Indonesia. Tanaman mentimun varietas roman ini pertumbuhannya sangat kuat dan seragam serta mampu beradaptasi baik di dataran rendah (20-165 m di atas permukaan laut) hingga dataran menengah. Buah berwarna hijau silindris dan tidak pahit, memiliki panjang buah 22-24 cm, berdiameter 5-5,5 cm dengan berat 390-400 gr/buah serta jumlah buah per tanaman 6-8 buah. Kebutuhan benih 500-550 g/ha dengan jarak tanam 70 x 40 cm. Varietas roman ini dapat dipanen pada umur 34-35 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 59-72 ton/ha (PT. Agri Makmur Pertiwi, 2012). Varietas soarer merupakan varietas hibrida introduksi, yaitu varietas mentimun hibrida yang didatangkan dari luar wilayah Indonesia. Tanaman mentimun varietas soarer ini termasuk dalam jenis mentimun jepang. Varietas soarer ini cocok ditanam pada dataran tinggi dan rendah, panjang buah 21-22 cm, diameter 2,5-3 cm, berat 90-100 gram. Umur 28 hari sesudah tanam sudah petik buah pertama (Takii, 2012). Pada umumnya mentimun jepang berukuran panjang ramping, berdagaing lembut, dan berkulit halus, rasanya manis dan renyah. Kandungan airnya rendah, berbeda dengan jenis mentimun lainnya yang cenderung banyak mengandung air. Sesuai namanya mentimun ini berasal dari Jepang. 8 Jenis mentimun dibagi menjadi dua golongan, yaitu mentimun yang pada buahnya terdapat bintil-bintil terutama bagian pangkalnya dan mentimun yang buahnya halus (tidak berbintil). Mentimun yang buahnya berbintil, dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: Mentimun biasa. Mentimun biasa ditandai dengan penampilan kulit buah yang tipis, lunak dan pada saat buah muda berwarna hijau keputih-putihan, tetapi setelah tua berwarna cokelat. Mentimun watang, memiliki ciri-ciri kulit buah tebal, agak keras, buah muda berwarna hijau keputih-putihan dan setelah tua berwarna kuning tua. Mentimun wuku memiliki ciri-ciri kulit buah agak tebal dan warna buah mudanya agak cokelat. Golongan mentimun yang buahnya halus tidak berbintil ada dua jenis, yaitu: Krai, buahnya besar dan memiliki ciri citarasa seperti mentimun biasa. Mentimun suri atau mentimun puan memiliki ciri-ciri ukuran buahnya besar, bentuknya lonjong, rasanya manis renyah, dan umumnya dipanen saat buah tua /masak (Wijoyo. 2012) Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi dihampir semua jenis tanah. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,56,5. Tanah yang banyak mengandung air, terutama pada waktu berbunga, merupakan jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun diantaranya alluvial, latosal, dan andosol. Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m di atas permukaan air laut. Untuk tumbuh dengan baik, tanaman mentimun cocok pada suhu tanah antara 18-300C. Dengan suhu dibawah atau diatas kisaran tersebut, maka pertumbuhan tanaman mentimun kurang optimal. Namun, untuk perkecambahan benih, suhu optimal yang dibutuhkan antara 25-350 C. Untuk cahaya, cahaya 9 merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman mentimun. Penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari. Kelembapan relatif udara yang dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%. Sementara curah hujan optimal yang diinginkan tanaman ini antara 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi banyak menggugurkan bunga (Sumpena, 2001). Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal membentuk buah. Demikian pula, pada daerah yang temperatur siang dan malam harinya berbeda sangat menyolok, sering memudahkan serangan penyakit tepung (Powdery Mildew) maupun busuk daun (Downy Mildew) (Wijoyo, 2012). Pemupukan adalah penambahan unsur hara (nutrisi) yaitu pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih subur. Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Contoh penambahan pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya. (Sutejo,2002). Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mencukupkan handungan zatzat mineralnya, menambah kandungan bahan-bahan organik. Pemupukan dilakukan apabila tanah mengalami kemunduran artinya berkurang kesuburannya akibat p[enghanyutan hara oleh erosi, pencucian hara , dan terangkut pada saat panen (Kartasapoetra, 1985). 10 Nitrogen (N) dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Bila kekurangan N tanaman akan menjadi kerdil dan daun akan menjadi sempit. Tanaman membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfot akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. Kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan. Pada tanah yang kaya akan kalium, pemupukan dengan kalium ini dapat ditiadakan. Kekurangan magnesium akibatnya adalah klorosis, gejala-gejalanya akan tampak pada permukaan daun sebelah bawah. Kekurangan Ca akan mengakibatkan pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar akan terhambat sedangkan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna cokelat kemerah-merahan. Kekurangan Ca pada tanaman gejalanya pada pucuk. Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam Fotosintesis. Fungsi lain dari nitrogen ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen berasal dari organik (sisa-sisa tanaman / sampah tanaman) yang melapuk, yang ternyata dapat menyuburkan tanah sehingga tanah tersebut mampu untuk pertumbuhan tanaman dan memberikan hasil bagi pertumbuhan mentimun (Lingga, 2007). Fosfor (P) juga berperan penting bagi pertumbuhan mentimun yiatu mempercepat pertumbuhan akar semai, serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. Pada umumnya, dapat mempercepat 11 pembungaan, pemasakan buah, biji atau gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Pupuk (K) kalium juga penting bagi tanaman mentimun karena dapat membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan Azolla. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya disekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (dibawah 400 c). Beberapa kegunaan kompos adalah memperbaiki struktur tanah, hara) tanah berpasir, meningkatkan memperkuat daya ikat agregat (zat daya tahan dan daya serap air, memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah serta menambah dan mengaktifkan unsur hara. Kutu daun, Aphis gossypii Clover (Hemiptera: Aphididae); Aphis gossypii merupakan hama yang tersebar hampir di seluruh dunia. Kutu daun merupakan hama utama pada tanaman kapas dan timun-timunan(Famili Cucurbitaseae), dan merupakan hama minor pada berbagai tanaman lain seperti bawang, okra, tembakau, kakao, dan lain lain (CABI 2005). A. gossypii berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala 12 yang ditimbulkan kutu daun ini adalah daun keriput, keritting dan menggulung, selain itu kutu ini juga merupakan vektor virus (Mossler et al. 2007). Pengendalian A. gossypii dapat dilakuakan dengan pemanfaatan musuh alami antara lain serangga dari Famili Coccinellidae, Syrphidae, Chrysopidae, Hemerobiidae, serta beberapa jenis laba-laba predator. Selain pemanfaatan musuh alami, dapat juga dengan cara menggunakan tanaman resisten dan penggunaan insektisida. Jenis insektisida yang dapat digunakan antara lain aldicarb , bifenthrin, chlorpyrifos, deltamethrin, diazinon, endosulfan dan malathion (CABI 2005). Trips, Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae); merupakan jenis trips yang tersebar di wilayah Asia Tenggara, yang merupakan hama utama pada tanaman pepaya, semangka dan cabai (CABI 2005). Tubuh berukuran kecil sekitar 1 mm, berwarna coklat kehitaman, dengan abdomen berbentuk kerucut berwarna gelap (Moritz et al. 2004). Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan T. parvispinus adalah berupa lapisan keperakan pada permukaan bawah daun yang sering menyebabkan daun menjadi keriting, kerdil dan tidak dapat membentuk buah secara normal (Sastrosiswojo 1991). Pengendalian trips dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami seperti Neoseiulus sp. (Acarina: Phytoseidae). Selain itu juga dapat menggunakan insektisida berbahan aktif malathion, salithion, bromofos, phenothate, cartap dan methomil (Chang 1991 dalam CABI 2005). Ulat mentimun, Diaphania indica Saunders (Lepidoptera: Pyralidae); merupakan salah satu hama serius pada pertanaman mentimun di Asia dan Afrika (MacLeod 2005). Ulat ini juga menyerang mentimun di Indonesia (Asikin 2004). Larva ulat berwarna hijau gelap dengan dua garis putih sepanjang tubuh (Brown 2003). Larva memakan daun, batang muda yang lunak dan menggerak buah. 13 Kerusakan yang paling merugikan adalah jika larva menyerang buah mentimun. Pada buah yang terserang terlihat lubang pada permukaan buah, menyebabkan buah menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan dijual serta menyebabkan buah menjadi cepat busuk (CABI 2005). Pengendalian ulat mentimun dapat dilakukan dengan cara membunuh larva ketika masih muda. Pengendalian yang lebih efektif dapat dilakukan dengen cara penyemprotan pestisida pada bagian permukaan bawah daun. Insektisida yang direkomendasikan untuk pengendalian adalah campuran antara Bacillus thuringiensis dengan trichlorfon (Brown 2003). Busuk daun atau embun bulu (Downy mildew); Gejala yang ditimbulkan adalah pada permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning, terkadang agak bersudut karena dibatasi oleh tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bagian bawah bercak terdapat miselium menyerupai bulu berwarna keunguan. Gejala lanjut dari penyakit ini dapat mengakibatkan daun menjadi busuk, mengering dan mati (Semangun 1989). Menurut Holliday dan Semangun 1989, penyakit busuk daun disebabkan oleh cendawan patogen Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menurut CABI (2005), penyakit busuk daun adalah penyakit utama pada tanaman Famili Cucurbitaseae. Cendawan ini memiliki miselium yang tidak bersekat, intraseluler, dengan haustorium kecil, dan terkadang bercabang. Patogen merupakan parasit obligat, yang dapat hidup hanya pada kehadiran tanaman inang. Daerah yang ditanami mentimun sepanjang tahun dapat menjadi sumber inokulum utama penyakit ini. Patogen dipencarkan oleh angin, hujan dan adanya kontak dengan pekerja maupun alat-alat pertanian yang digunakan (CABI 2005). 14 Layu; Penyakit layu pada tanaman mentimun dapat disebabkan oleh beberapa jenis patogen, diantaranya yaitu: cendawan, bakteri, dan nematoda. Penyakit layu cendawan disebabkan oleh Fusarium oxysporum, layu bakteri disebabkan oleh Erwinia tracheiphila dan layu nematoda disebabkan oleh nematode puru akar Meloidogyne spp. Layu yang disebabkan oleh cendawan disebabkan oleh F. oxysporum f.sp. cucumerinum. Dengan gejala berupa layunya tanaman yang diikuti dengan klorosis pada daun, dan akhirnya dapat menyebabkan nekrosis luas pada daun. Gejala layu akan bertambah parah pada kondisi perakaran yang kaya akan unsur hara (pupuk), terutama nitrogen. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan adalah 29°C (Ogura et al. 1990 dalam CABI 2005). Bercak daun bersudut; Bercak daun bersudut disebabkan oleh bakteri Pseudomonas lachrymans. Patogen menyebar pada saat musim hujan, gejala yang ditimbulkan adalah bercak daun kecil kuning dan bersudut, pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan bakterisida berbahan aktif streptomycin atau oksitetracyclin (Warintek 2007). Busuk buah dapat disebabkan oleh beberapa cendawan antara lain: (1) Pythium aphanidermatum (Edson) Fizt., (2) Phytophthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan (Warintek 2007). Gejala yang disebabkan tiap-tiap patogen berbeda-beda, gejala yang disebabkan oleh Pythium aphanidermatum adalah buah busuk basah dan jika ditekan buah akan mudah pecah. Gejala yang disebabkan Phytophthora adalah adanya bercak yang agak basah, dan akhirnya menjadi lunak, berwarna coklat dan 15 berkerut; Gejala yang disebabkan Rhizopus adalah bercak agak basah, kulit buah lunak ditumbuhi miselium cendawan dan buah mudah pecah. Gejala yang disebabkan oleh Erwinia carotovora adalah buah membusuk, hancur dan berbau busuk (CABI 2005) Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain sebagai penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-obatan. Di indonesia tanaman cabai mempunyai nilai ekonomi penting dan menduduki tempat kedua setelah kacang-kacangan (Rompas, 2001). Di “Benua baru” itu dia menemukan penduduk asli yang banyak menggunakan buah merah menyala berasa pedas sebagai bumbu masakannya (Tarigan dan Wiryanto, 2003). Klasifikasi tanaman cabai menurut Wiryanta (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub Divisio : Angiospermae ,Classis :Dicotyledonae, Ordo : Solanales, Familia : Solanaceae, Sub Familia : Solanaceae, Genus : Capsicum, Spesies : Capsicum frutencens L var. Cengek. Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang-cabang kesamping membenruk akar serabut yang bisa menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm (Setiadi, 2006) Menurut Prajnanta (2007), perakaran tanaman cabai adalah akar tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Dari akar lateral keluar serabut‐serabut akar (Akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm. Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm. Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm, diameter 1,5‐3 cm. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST). Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas 16 baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan sampai batang utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang primer, inilah yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang primer dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007) Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun meruncing (Prajnanta, 2007). Umumnya bunga cabai berbentuk seperti terompet (hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistilum). Alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik) pada cabai terletak dalam satu bunga sehingga disebut berkelamin dua (hermaprodit). Bunga cabai biasanya menggantung, terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga keluar dari ketiak daun. (Prajnanta, 2007). Tangkai putik berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning kehijauan. Dalam satu bunga terdapat 1 putik dan 6 benang sari, tangkai saro berwarna putih dengan kepala sari berwarna Setelah terjadi penyerbukan akan terjadi pembuahan. biru Selanjutnya keunguan. pada saat pembentukan buah, mahkota bunga rontok tetapi kelopak bunga tetap menempel pada buah (Prajnanta, 2007). 17 Adapun klasifikasi tanaman cabai copay adalah sebagai berikut; Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas : Monocotyledonae, Family : Solaneceae, Genus : Capsicum, Spesies : Capsicum annuum L Akar tanaman cabai menyebar, tetapi dangkal. Cabang-cabang dan rambutrambut banyak terdapat di permukaan tanah, semakin ke dalam akar-akar tersebut semakin berkurang. Ujung akar tanaman cabai hanya dapat menembus tanah sedalam 30-40 cm (Tjahjadi, 1993). Batang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang utama dan batang sekunder. Batang utama berwarna coklat hijau, berkayu panjang antara 20-28 cm dan diameter, percabangan dikotom atau mengarpu. Cabang setiap waktu membentuk cabang baru yang berpasangan. Antara batang utama dengan cabang membentuk 1350, sehingga menyerupai “Y”. Batang dan percabangan berbentuk silindris, percabngan tumbuh dan berkembang beraturan secara berkesinambungan (Nawangsih,dkk, 2001). Daun cabai umumnya berwarna hijau muda sampai gelap, tergantung varietas. Daun cabai ditopang oleh tangki daun dan memiliki tulang daun menyirip. Daun cabai umumnya berbentuk bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing, tergantung dan jenis dan varietasnya (Tarigan dan Wiryanta, 2007). Bunganya terbentuk pada ujung ranting. Pada tangkai bunga biasanya terbentuk ranting yang ujungnya juga terbentuk bunga lain dan seterusnya demikian. Bunga seakan-akan terbentuk pada ketiak daun. Pada umumnya bunga hanya satu, menggantung, kadang-kadang juga ada yang berdiri, warna mahkota bunga putih, berbentuk seperti bintang bersudut 5-6. Benang sari 5-6 buah, kepala 18 benang sari berwarna kebiruan bentuknya memanjang. Putik berwarna putih atau ungu dan berkepala (Pracaya, 1995). Berdasarkan bentuk buah, cabai besar dapat digolongkan dalam tiga tipe: cabai merah besar, cabai keriting dan cabai paprika. Cabai merah besar buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah agak tebal, sedangkan paprika buahnya berbentuk segi empat panjang atau bel (Santika, 1999). Buah cabai memanjang dengan ukuran 1-30 cm. Cabai merah keriting panjang 5-25 cm. Cabai merah besar panjangnya 10-38 cm. Buah cabai muda berwarna hijau dan tua berwarna merah kecoklatan hingga merah tua menyala (Tjahjadi, 1993). Bentuk buah bervariasi mulai dari yang panjang lurus, mata kail (lurus dengan ujung agak melengkung), sampai melintir. Varietas cabai yang panjang lurus seperti Heru, Amando, Hot Chili, Red Beauty, Long Chili, Passion, Hot Chili dan Varietas cabe yang melintir (Redaksi Agromedia, 2010). Cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun tinggi. Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik adalah tanah berhumus (subur), gembur, dan pH tanahnya antara 5-6. Cabai dikembangbiakkan dengan biji yang diambil dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu (Sunarjono,2006). Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhannya antara 16-23°C. Temperatur malam di bawah 16°C dan temperatur siang di atas 23°C menghambat pembungaan (Ashari, 2006). Penyerbukan silang adalah peristiwa jatuhnya polen dari anther ke kepala putik tanaman yang berbeda. Tingginya persentase penyerbukan sendiri alami pada tanaman cabai dapat terjadi karena tanaman cabai memiliki bunga hermaprodit yang self-compatible. Struktur bunga yang hermaprodit dan self – 19 compatible sangat berperan dalam tingginya tingkat penyerbukan sendiri pada suatu tanaman (Damgaard et al. 1992). Tanaman menyerbuk sendiri umumnya adalah tanaman yang memiliki tingkat penyerbukan silang alami yang rendah, yaitu 4–5% (Sleper and Poehlman, 2006). Namun, beberapa penelitian melaporkan bahwa terdapat tingkat penyerbukan silang alami yang tinggi pada tanaman cabai. Tingkat penyerbukan silang alami pada tanaman cabai di Italia dan Spanyol dapat mencapai lebih dari 50% (Campodonico 1983; Corella et al. 1986; Csillery 1986). Penyerbukan silang buatan pada cabai umumnya masih mudah dilakukan jika masih dalam satu spesies. Namun, jika penyerbukan silang dilakukan antar spesies cabai, maka umumnya persilangan akan mengalami hambatan. Hambatan yang sering terjadi diantaranya adalah sulit tejadi fertilisasi dan jika fertilisasi berhasil, maka tanaman tersebut akan steril. Penyerbukan silang alami dapat terjadi karena faktor abiotik (angin dan air) dan faktor biotik (serangga, kalelawar, burung, dan lain – lain). Penyerbukan silang alami karena faktor biotik umumnya akan memberikan imbalan untuk vektor penyerbuknya. Imbalan – imbalan tersebut dapat berupa madu, polen, tempat tinggal, tempat kawin dan tempat bertelur. Penyerbukan silang alami pada tanaman cabai memiliki jangkauan radius yang luas. Penyerbukan silang alami pada tanaman cabai dapat mencapai jarak 18 m. 20 III. A. BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum Genetika Tanaman dilakukan di lahan terbuka Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau. Praktikum dimulai sejak awal bulan Agustus-November 2018 dan dilaksanakan setiap seminggu sekali, yakni setiap hari sabtu, pukul 16.00 WIB. (Lampiran.1) B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum adalah, cangkul, gelas aqua, garu, gunting, alat tulis, cottonbud, kertas padi, polybag, tali rafia, dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut, benih mentimun (galaxy super dan bintang asia), benih cabai, tanah hitam, pupuk kandang, air beras, bubuk kayu (bubuk gergaji), dolomit, dan pupuk. C. Pelaksanaan Praktikum 1. Sanitasi Lahan Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman dan mem-berantas gulma. Pengolahan tanah dapat menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pada hari pertama praktikum, yaitu pada hari Sabtu, 08 September 2018. Di sekitar lahan dipenuhi oleh sampah. Lahan dibersihkan dari sampah-sampah, serta gulma yang ada. Kegiatan membersihkan lahan ini dilakukan bersama-sama, dengan menggunakan cangkul dan garu, kemudian beberapa sampah seperti plastik, kaca beling, dan bebatuan diambil menggunakan tangan dan dimasukkan ke dalam karung. Setelah lahan bisa dikatakan bersih, kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan bedengan. Lahan diukur menggunakan tali rafia, gunanya agar 21 mempermudah dan lebih cepat. Ukurannya yaitu 2,5 mx1 m. Bedengan dibuat sebanyak 37 bedengan (sesuai dengan jumlah mahasiswa). 2. Pemberian Pupuk Pada kegiatan selanjutnya, sabtu 15 September 2018, sediakan serbuk gergaji sebanyak 2 karung serbuk gergaji (karung 20 kg). Serbuk gergaji ditabur di atas bedengan, kemudian disiram dengan air. Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang sebanyak 1 kg/bedengan. Pupuk kandang dicampur dengan tanah. Pemberian pupuk kandang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk dolomit sebanyak 750gr/bedengan. Pemberian dolomit ini dimaksudkan untuk menetralkan kemasaman tanah atau menaikkan pH tanah. Penanaman dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2018 setelah seminggu pemberian pupuk kompos atau pupuk kandang. Hal pertama yang dilakukan yaitu mengukur jarak tanam yang dilakukan dengan menempatkan ajir sementara disekitar lubang tanam. Jarak tanam yaitu 15x40 cm. Buat sebanyak 6 lobang. Jika sudah, siram bedengan, dan tanam benih mentimun. Benih yang digunakan ada 2, yaitu Bintang Asia dan Galaxy Super. Tanam 3 benih pada tiap lobang. Jika sudah, letakkan aqua gelas yang sudah dilubangi bawahnya diatas lubang tanam yang sudah ditanami tadi. Dan siram kembali, agar memacu pertumbuhan dari benih tersebut. Benih mentimun ditanam sebanyak 2 butir/lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah agar benih tidak hilang dan diberikan gelas aqua di atas lubang tanam agar burung tak dapat memakan benih mentimun. Dalam setiap polibag di beri 2 lubang tanam. 22 3. Pemasangan Ajir Mentimun merupakan tanaman yang bersifat menjalar sehingga dalam pertumbuhannya, mentimun membutuhkan tiang penyangga atau ajir sebagai tempat tegak dan pembentukan buah tanaman tidak terhalang atau terhambat. Dengan kondisi pertumbuhan seperti ini maka persentase terbentuknya buah yang normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan dengan buah-buah yang terbentuk abnormal. Ajir berfungsi untuk tempat tegak tanaman, mengurangi pembentukan buah abnormal, mengurangi terserang hama, dan memudahkan cara pemanenan. 4. Menyemai Benih Cabai Pada hari selasa, 18 September 2018, benih cabai mulai disemai. Hal pertama yang dilakukan adalah pengisian polybag dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Polybag yang digunakan yaitu ukuran 10 cm x 15 cm. Guna polybag yaitu sebagai media penyemaian. 5. Penggemburan dan Mengembun Tanah Karena musim penghujan, tanah harus diembun agar tidak terjadi erosi disekitar tanaman. Tanah juga harus digemburkan untuk mempermudah akar mencari celah untuk tumbuh. 6. Menanam Cabai Setelah cabai sudah disemai, pindahkan ketiap bedengan. Masing-masing bedengan ditanami dengan 2 bibit cabai rawit dan 2 bibit cabai copay. Sistem penanaman yang digunakan yaitu tumpang sari. 7. Persilangan atau Pemuliaan Tanaman Persilangan dilakukan ketika bunga betina sudah mulai muncul. Persilangan dilakukan antara bunga jantan dengan bunga Betina dan dilakukan saat pagi hari antara jam 06:00 sampai 09-00. Setelah dilakukan persilangan, bunga di bungkus 23 dengan kertas padi agar tidak terganggu oleh hama lalat buah dan diikat dengan kawat atau dihekter, menggunakan hekter agar lebih rapat, dan hama tak dapat menggangu. D. Parameter Pengamatan 1. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tingginya pertanaman mentimun. Tanaman mentimun diukur dari batang bawah sampai pucuk daun. 2. Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung banyaknya daun pertanaman mentimun 3. Umur Berbunga Umur berbunga dapat dihitung setelah munculnya bunga mencapai 50 % dari total populasi. 4. Berat buah per sampel (gr) Dilakukan dengan cara menimbang buah yang dipanen dari masing-masing tanaman dengan menggunakan timbangan. 5. Berat Buah per baris (g) Buah yang dipanen ditimbang dari masing-masing tanaman. 6. Panjang buah per silangan Buah hasil persilangan diukur menggunakan penggaris. 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman mentimun varietas galaxy super dan bintang asia dapat dilihat pada tabel berikut Tinggi Tanaman (cm) Varietas Galaxy super Bintang Asia Sampel Minggu ke-2 Minggu ke-4 A1 16 cm 110 cm A2 11,5 cm 100 cm A3 13,5 cm 120 cm B1 8,5 cm 40 cm B2 6 cm 60 cm B3 8 cm 120 cm Tabel 1.1 Pengamatan Tinggi Tanaman Pada tabel diatas, memperlihatkan bahwa tanaman mentimun varietas galaxy super lebih baik pertumbuhannya. Pada minggu ke-2 tanaman mentimun tertinggi pada varietas galaxy super yaitu Sample A1 16 cm sedangkan pada sampel A2 11,5cm dan sampel A3 13,5 cm. Sementara pada varietas bintang asia tanaman tertinggi pada sampel B1 8.5cm, sampel B3 8cm dan sampel B2 6cm. Sementara pada pengukuran yang kedua pada minggu ke-4 tanaman tertinggi pada varietas galaxy super yaitu sampel A1 100 cm, di ikuti sampel A2 100 cm dan sample A1 120cm. Sedangkan pada varietas Bintang Asia tanaman tertinggi pada sampel B3 120cm, sampel B2 60 cm dan sampel B1 40cm. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pertambahan tinggi terjadi karena adanya pembelahan mitosis. Pada tumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun faktor dari luar 25 tanaman (lingkungan). Hal lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman yaitu banyaknya unsur hara (nutrisi) yang di serap oleh tanaman. Pada tabel diatas memperlihatkan tanaman A1 pada varietas galaxy super dan tanaman B1 pada vaietas Bintang asia lebih cepat cepat merespon pupuk NPK. Pengaruh pemberian pupuk NPK dapat membantu pertumbuhan tinggi tanaman dengan memberikan nutrisi dan unsur hara yang terdapat pada pupuk NPK yang sangat di butuhkan tanaman. Hal ini di karena kan pupuk NPK dapat membantu pertumbuhan tanaman mentimun dimana N akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan buah (generatif) tanaman. Sedangkan pupuk KCL dapat memperkuat struktur pada tanaman.(Arjuna,2014) 2. Jumlah Daun Hasil pengamatan dapat dilihat sebagai berikut Varietas Galaxy Super Bintang Asia Sample Jumlah Daun (helai) A1 31 helai A2 19 helai A3 26 helai B1 12 helai B2 16 helai B3 30 helai Tabel 1.2 Jumlah Daun Hasil pengamatan pada tabel 1.2 menunjukan perkembangan jumlah daun yang baik terjadi pada sample A1 varietas galaxy super. Perkembangan jumlah daun nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan dan asupan hasil fotosintatnya. 26 Cahaya merupakan salah satu faktor luar yang merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis untuk memproduksi tepung atau karbohidrat, namun cahaya juga sebagai penghambat pertumbuhan meninggi karena cahaya dapat mengurangi auksin. (Anonim, 2012). Suhu atau temperatur juga mempengaruhi pertumbuhan pada produksi tumbuhan. Perubahan suhu dari dingin atau panas mempengaruhi kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan trasnpirasi. (Aini Swastika, 2015). Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. 3. Umur Berbunga Hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman mentimun sebagai berikut; Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.3. Umur bunga pada tanaman timun pada sampel A1 varietas galaxy super lebih cepat tumbuh dari pada sampel A2 dan A3 yang dimana pada sampel A1 23 hari sedangkan sampel A2, 25 hari dan sampel A3, 26 hari setelah tanaman sudah berbunga. Varietas Galaxy Super Bintang Asia Sample Umur Berbunga (hari) A1 23 hari A2 25 hari A3 26 hari B1 30 hari B2 26 hari B3 24 hari Tabel 1.3 Umur Berbunga 27 Pada varietas bintang asia sample B3 lebih cepat berbunga dari pada sample B2 dan B1 yang mana sample B2 berbunga pada umur 26 hari sedangkan pada sample B1 30 hari dan B3 24 Hari. Hal ini menunjukan bahwa tanaman varietas galaxy super lebih cepat tumbuh dan berbunga dari pada tanaman varietas bintang asia. Hal yang mempengaruhi umur dari berbunganya tanaman menitmun yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wilkins (1997) bahwa cahaya dapat meningkatkan pengangkutan unsur hara dengan memasok produk-produk dari fotosintesis yang dapat merangsang pembentukan bunga, penyinaran juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya bunga. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan dampak negatif terhadap tanaman mentimun, hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1995) bahwa intensitas cahaya berpengaruh langsung terhadap laju sintesis karbohidrat pada tumbuhan, laju fotosintesis akan meningkat dengan menurunnya intensitas cahaya sampai batas tertentu. Cahyono (2003) menyatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan. Umur berbunga tanaman juga dipengaruhi oleh faktor pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsur P seperti TSP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulfatri dan Yoesuf (2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang lebih besar akan membantu mempercepat pembentukan bunga. 4. Berat Buah Per sampel Dapat kita lihat pada tabel dibawah menunjukkan berat dari setiap sampel timun yang di timbang, perbedaan berat pada setiap sampel sangat jelas. Pada 28 varietas galaxy super sampel A1 lebih menghasilkan produksi per sampel yang efisien yakni 630 gram per sampelnya dibandingkan sampel A2 370,3 gram dan A3 405,8 gram per sampel. Pada varietas bintang asia tanaman yang menghasilkan produksi yang baik yaitu B1 di bandingkan sample lainnya B2 dan B3. Produksi sample B1 yakni 468,2 gram per sampel sedangkan pada B2 86,35 gram dan B3 191,4 gram. Hal ini membuktikan bahwa tanaman timun varietas galaxy super lebih baik hasil produksinya di bandingkan varietas bintang asia. Varietas Galaxy Super Bintang Asia Sampel Berat Sampel (gram) A1 630,1 gr A2 370,3 gr A3 405,8 gr B1 468,2 gr B2 86,35 gr B3 191,4 gr Tabel 1.4 Berat Buah persampel Berat buah tanaman mentimun sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi tinggi apabila tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pemupukan dengan Urea mempengaruhi produksi tanaman terutana karena keberadaan unsur fosfat karena dapat merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang berkualitas dan berukuran maksimal. Menurut Lingga (2007) 29 menyatakan bahwa unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah yang baik 5. Berat Buah Perbaris Dapat kita lihat pada tabel 1.5 dibawah menunjukkan berat dari sampel per baris timun yang di timbang. Produksi buah mentimun pada varietas galaxy super yaitu 1.406,2 gram per baris. Produksi buah mentimun pada bintang asia yakni 745,95 gram per baris. Pada data memperlihatkan bahwa tanaman varietas galaxy super menghasilkan produksi yang lebih efisien dibandingkan varietas bintang asia sehingga dapat meningkatkan produktivitas buah mentimun. Hasil produksi juga di pengaruhi faktor alam karena faktor alam tidak dapat diprediksi, dan tidak mudah untuk dikendalikan. Selain faktor alam, faktor-faktor yang mempengaruhi suatu risiko kegiatan produksi dapat berasal dari input produksi. Sample Berat Sampel Perbaris (gram) Galaxy Super 1.406,2 gram Bintang Asia 745,95 gram Tabel 1.5 Berat Buah Perbaris Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi tinggi apabila tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. 6. Panjang Buah Persilangan (cm) Varietas Panjang Buah (cm) Cabe Rawit - Cabai Copay - Tabel 1.6 Panjang Buah Persilangan 30 Pada sampel 1 yaitu persilangan antara cabe rawit dan cabe copay yang mana bunga betina pada cabe rawit dan bunga jantan dari tanaman cabe copay. Pada persilangan yang pertama ini tidak menghasilkan buah pada tanaman cabe rawit. Selanjutnya pada sampel yang kedua antara tanaman cabe copay dan cabe rawit yang mana bunga betina cabe copay dan benang sari bunga jantan di ambil dari bunga jantan tanaman cabe rawit. Pada persilangan yang kedua tidak menghasilkan buah bagi tanaman cabe copay. Hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Keberhasilan dan kegagalan persilangan dapat di pengaruhi oleh waktu pelaksanaan, kondisi bunga jantan dan bunga betina ( matang /tidaknya), cuaca, ketelitian peletakan serbuk diatas putik. 31 V. A. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa umur berbunga tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga. Yang kedua kolkisin yang digunakan dalam konsentrasi yang sesuai akan menyebabkan tanaman bersifat poliploid dimana secara morfologi ukurannya lebih besar (baik itu daun, batang, bunga, buah, dan inti sel) sehingga diharapkan mutunya lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan menggunakan kolkisin (tanaman diploid). Penggunaan pupuk kandang sangat penting dalam budidaya mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah. Proses persilangan yang dilakukan pada tanaman cabai rawit dengan cabai copay tidak berhasil. Kegagalan persilangan ini dipengaruhi oleh waktu pelaksanaan, kondisi bunga jantan dan bunga betina yang belum matang, ketelitian peletakan serbuk diatas putik, cuaca. B. Saran Alat untuk melakukan persilangan lebih di lengkapi lagi terutama dari pihak kampus agar mahasiswa lebih memahami dan lebih cekatan lagi dalam melakukan persilangan tanaman buah cabai. 32 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Budidaya mentimun. http://scholar.unand.ac.id/1 5474/2/Bab%201%20%28Pendahuluan%29.pdf. Diakses 10 Desember 2018 Anonim, 2012. I Latar Belakang. http://digilib.unila.ac.id/4729/12/BAB%20 I.pdf. Diakses 10 Desember 2018 Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta Anonim, 2007. II Tinjauan Pustaka Mentimun. http://repository.uin-sus ka.ac.id/2597/3/ BAB%20II.pdf. Diakses 09 Desember 2018 Anonim, 2011. II Mentimun. http://digilib.unila.ac.id/4729/13/BAB%20II.pdf Di akses 08 Desember 2018 Anonim, 2011. Latar Belakang Mentimun. http://digilib.unila.ac.id/71/6/BAB%20 1. Pdf. Diakses 10 Desember 2018 Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, SecaraTumpang Gilir. Penebar Swadaya. Jakarta Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta Anonim, 2014. Teknik Persilangan Pada Tanaman Cabai. http://tokoilmulo.blogs pot.com/2014/09/teknik-persilangan-pada-tanaman-cabai.html Diakses 06 Desember 2018 Anonim, 2018. Persilangan (Biologi). https://id.wikipedia.org/wiki/Persilangan(bi ologi) Diakses 06 Desember 2018 Anonim, 2018. BUDI DAYA. https://id.wikipedia.org/wiki/Budi_daya Diakses 06 Desember 2018 Anonim, 2013. Pupuk Buatan. Diakses 06 Desember 2018 https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_buatan Anonim, 2018. https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13223/ A09dpr.pdf;jsessionid=7C57A36A01ED4C99B30C332D2E5CAA81?seq uence=2 Diakses 07 Desember 2018 Anonim, 2018. Tinjauan Pustaka Cabai. http://digilib.unila.ac.id/6791/12/BAB% 20II.pdf Diakses 07 Desember 2018 33 Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum Genetika Tanaman Tahun 2018 Bulan No Kegiatan September 1 2 3 1 Persiapan lahan X 2 Pembuatan Plot X 3 Persemaian X 4 Pembrian serbuk gergaji X 5 Pemberian pupuk dolomit X 6 Pemberian pupuk kandang X Oktober 4 1 2 3 November 4 1 2 3 4 Desember 1 2 X X X 7 Penanaman 8 Pemberian pupuk NPK, Urea, Kcl, TSP 9 Pemeliharaan dan perawatan 10 Pemberian lanjaran 11 Pengukuran parameter 12 Persilangan cabai X 13 Panen X 14 Laporan X X X X X X X X X X X 3 4 34 Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Wuku - bintang asia Timun tipe rujak dan lalap Warna Buah : Hijau Panjang Buah : Kurang Lebih 12 Cm Diameter Buah: Kurang Lebih 4cm Rasa Buah : Manis dan Renyah Ciri Tanaman : Bercabang Banyak, Tanaman Vigor Umur Panen : 30-35 Hari Setelah Panen Hasil Produksi : Bisa Mencapai 50 Ton/Ha Cocok Di Dataran Rendah-Menengah Jumlah Benih : Kurang Lebih 35-40 Biji/Gram Daya Tumbuh : Min. 85% Kemurnian : 99% Berat bersih : 20 gr 35 Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum Genetika Tanaman Gambar 1. Pembuatan Bedengan Gambar 3. Menyemai Cabai Gambar 5. Cabai berumur 3 minggu Gambar 7. Mentimun Berbuah Gambar 2.Pemberian Serbuk Gergaji Gambar 4. Mentimun berumur seminggu HST Gambar 6. Cabai berbunga 36 Lampiran 4. Biodata Diri Nama : Dini Alifia B. Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru, 17 Nopember 1999 Jenis Kelamin : Perempuan Gol. Darah :O Agama : Islam Status : Mahasiswa Kewarganegaraan : WNI Riwayat Pendidikan - SD : SDN 29 Pekanbaru - SMP : SMPN 4 Pekanbaru - SMA : SMAN 10 Pekanbaru Hobi : Menulis cerita, Menonton Fakultas : Pertanian Program Studi : Agroteknologi Kelas/Semester : C/III Email : [email protected]