Sinetron

advertisement
Dampak Sinetron Terhadap Prilaku Anak Remaja
Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, menjelaskan bahwa
tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang
bermutu akan mendorong seseorang untuk berlaku buruk. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa
hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak
kecil.(giwmukti.multiply.com). Dengan demikian prilaku para remaja akan cenderung meniru tindakan
yang mereka lihat. Sehingga keluar istilah ”what they see is what they do”, atau apa yang mereka lihat
itu yang mereka lakukan dan tentunya sinetron memberikan salah satu andil yang besar terhadap
prilaku remaja kita saat ini. Dampak dari tayangan sinerton tentunya ada yang bersifat positif dan
negatif. Dampak yang positif terjadi apabila orangtua dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut
memiliki kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Sedangkan dampak
yang negatif terjadi apabila orangtua tidak dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut tidak memiliki
kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Dampak yang juga sangat
terlihat bagi remaja yang sering menonton sinetron akan mengubah pola hidup mereka.(Deasih:2012)
Bila mana tayangan sinetron remaja menyajikan cerita yang menarik serta mendidik tentunya akan
berpengaruh positif dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi seorang remaja seiring dengan
perkembangan kehidupannya. Tetapi apabila sebaliknya dimana sinetron remaja kita tidak mendidik
maka ada beberapa pengaruh negatif sinetron yang sangat berbahaya apabila ditirukan oleh para
remaja sekarang ini. Menurut Rahmawati (2012) Bahkan terlalu banyak menonton sinetron bagi seorang
remaja, mereka yang baru menginjak umur remaja sangat berbahaya baik dalam segi fisik maupun psikis.
Hal ini dapat mengakibatkan sel-sel syaraf menjadi tidak sempurna karena sinetron tidak mengubah
anak untuk berfikir. Sinetron memiliki gejala-gejala yang membahayakan bagi remaja karena akan
menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan merusak kecerdasan otak sebelah
kanan. Apalagi sinetron pada saat ini cenderung memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan remaja yang
kurang mendidik melainkan lebih cenderung mengedepankan masalah percintaan, bahkan tidak jarang
pula menampilkan adegan-adegan berbau porno, gaya hidup berpenampilan gelamor, serta gaya-gaya
berbicara yang tidak sesuai dengan kaidah yang baik.
Dampak yang sangat tersirat dan berbahaya dari tayangan sinetron adalah lahirnya budaya mimpi di
kalangan anak remaja yang secara tidak langsung akan mempengarui terhadap prilaku mereka dalam
keseharian kehidupannya. Anak remaja kita selalu berada di bayang-bayang mimpi akan karakter yang
hebat, karakter yang tampan bagi para pria, karakter yang cantik bagi para wanita. Karakter yang selalu
ingin menang baik dalam percintaan maupun dalam pergaulan. Karakter yang selalu ingin dikenal oleh
banyak orang lewat tingkahnya yang terkadang jauh dari aturan moral yang ada. Mereka juga bergaya
seolah-olah sedang bermimpi berada dalam kalangan kehidupan yang kaya raya, memiliki rumah mewah,
memiliki perusahaan keluarga yang besar yang tentunya semua ini akan memberikan dampak pada
kehidupan kesehariannya yang glamour seperti ingin memakai mobil mewah, handphone yang canggih,
pakaian berkelas dan sebagaianya. Seperti disihir, Para remaja diajak untuk percaya bahwa kehidupan
ideal adalah laki-laki tampan dan wanita cantik yang berbaju bagus, mengendarai kendaraan mewah,
tinggal di rumah gedung indah, dan bergaya hidup bebas, seperti yang diciptakan dalam sinetron.
Karena itu sinetron jadi alat yang sangat ampuh untuk perusahaan-perusahaan iklan menciptakan nilai-
nilai baru yang menampilkan citra manusia yang dangkal, yang berbeda dengan potret manusia yang
diciptakan Tuhan. Tentunya dengan satu tujuan yaitu mengajak para penonton remaja untuk memakai
produk yang diiklankan dalam sinetron tersebut.Yang pada akhirnya para kaum remaja berlomba
menirukan style apa yang ada di dalam cerita tanpa melihat siapa dan keadaan dirinya yang sebenarnya.
Sehingga mereka terbuai akan mimpi-mimpi yang ada dalam sinetron pada dirinya.
Bila kita amati, dari tayangan sinetron yang disajikan ada remaja yang sekedar menyaksikan, tapi tidak
terpengaruh lalu mengikutinya. Tetapi dirasakan lebih banyak remaja yang memang gemar menyaksikan
dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja
inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh dan ingin
mencari sensasi dilingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai remaja yang gaul. Dari sinilah
akhirnya muncul permasalahan sosial, dampak psikologis dari penonton remaja kita yang
mengakibatkan rusaknya kesehatan mental sehingga timbul permasalahan dalam dirinya dan lingkungan
disekitarnya. Bahaya sosial yang akan terjadi dari salahnya pemaknaan para remaja kita yang melihat
sinetron tersebut adalah adanya pertentangan dalam dirinya untuk menirukan apa yang ada di dalam
cerita sinetron tersebut dengan mengubah ideologinya dia yang sebenarnya. Dalam upaya merubah
ideologinya inilah yang kadang dapat disalah-gunakan dengan menggunakan berbagai cara yang
terkadang melanggar aturan yang membahayakan lingkungannya sehingga dapat merubah prilaku
mereka menjadi negatif.
Sebagai contoh berita di www.tribunnews.com (2011) menceritakan adanya seorang anak remaja di
lampung yang tega membunuh ayahnya karena keinginannya untuk memiliki motor tidak dipenuhi.
Ayahnya tidak dapat memenuhi keinginan anaknya itu karena ia tak mampu untuk membelikan sepedah
motor dengan keadaan keluarganya yang sangat serba kekurangan. Tetapi anak ini terus memaksa
ayahnya karena ia merasa malu selalu diejek oleh kawan-kawannya. Bila kita amati permasalah yang ada,
jelas bahwa remaja itu tidak hanya sekedar malu diejek tetapi ia ingin menjadi seseorang yang merasa
dikagumi, disegani oleh teman-temannya seperti yang ada dalam persinetronan remaja kita.
Pencegahan Dampak Sinetron Terhadap Prilaku Anak Remaja.
Berbagai tanyangan TV terutama program sinetron ternyata terbukti cukup efektif dalam membentuk
dan mempengaruhi perilaku remaja. Para remaja kita sebagai salah satu penonton produktif TV secara
sadar atau tidak telah dicekoki budaya baru yang dikontruksi oleh ideologi pasar yang hedonisme. Hal ini
dikarenakan, lapisan masyarakat yang paling mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang
dilihatnya di televisi adalah anak-anak dan remaja. Usia anak-anak dan remaja merupakan masa labil
seseorang. Dimana pada saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri. Oleh karena itu sikap meniru pada
kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang
masih labil. Artinya jika mereka tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak
dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali
terjadi.
Agar dapat membantu para remaja kita dari dampak negatif siaran sinetron yang ada saat ini, tentunya
kita harus dapat mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan tanyangan TV secara positif. Oleh
karenanya peran optimal orang tua sangat dibutuhkan terutama dalam mendampingi dan mengontrol
tayangan sinetron yang ditontonnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak-anaknya saat menonton
TV terutama siaran sinetron sekaligus berupaya mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar
bersosial melalui siaran tersebut. Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton TV. Yang justru
mendapat perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat
bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat terangsang untuk berfikir kreatif.
Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat orang tua lakukan,
yaitu:
Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton sinetron dan diskusikan tayangan tersebut
bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik
pelajaran (insight) dari tayangan yg mereka tonton. Buatlah jadwal menonton TV program sinetron apa
saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time”
bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga
bersama, dan lain-lain.
Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show yang direkayasa dapat
disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti
Discovery Channel for Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah anda dapat
memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak anda.
Dalam menonton sinetron di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating
tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa).
Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk
pembantu anda) untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat
anak anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada adegan yang tidak sesuai
bagi anak anda. (psikoterapis.com)
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kontrol orang tua terhadap tayangan TV terutama
siaran sinetron yang dianggap bernilai negatif juga dapat dilakukan secara langsung kepada stasiun TV
yang menayangkannya atau kepada komisi penyiaran Indonesia (KPI). kontrol dengan cara ini sekarang
lebih mudah dilakukan karena telah disediakan salurannya yang hampir semua TV di Indonesia memiliki
telepon, fax, email, bahkan SMS. Seperti kita ketahui, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) tanggal 1
September 2004 mengeluarkan keputusan tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS) melalui SK nomor 009/SK/KPI/8/2004 yang terdiri atas 9 Bab dan 82 Pasal.
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) mengandung ketentuan-ketentuan mengenai apa yang boleh dan
tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran. Sedangkan Standar Program Siaran (SPS) memuat
ketentuan secara lebih spesifik mengenai apa yang boleh dan tidak boleh tersaji dalam siaran.Sebagai
contoh misalnya Pasal 32 menerangkan bahwa program atau promo program yang mengandung
muatan kekerasan dan adegan vulgar harus ditayangkan pada jam tayang dimana anak-anak biasanya
sudah tidak menonton televisi.
Ketika diwawancarai awak media Dimas anak kelas 6 SD (Patih Jawa tengah)
P:Ingin jadi apa?
D:Saya ingin jadi Boy
P:Boy yang mana?
D:Boy Anak Jalanan
P:Anak jalanan yang diTV itu?
D:Ya
P:Kamu suka nonton Boy?
D:Suka
P:Trus, kalau kamu jadi Boy kamu mau apa?
D:Mau mempunyai mobil yang banyak dan motor yang banyak dan punya cewek cantik
Hanya 0,07 Persen Tayangan TV Mendidik, Kak Seto: Sangat Menyakitkan!
Seto Mulyadi alias Kak Seto.
Hidayatullah.com– Pemerhati anak, Seto Mulyadi, mengatakan, berdasarkan data Kementerian
Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo), tayangan iklan dan sinetron lebih mendominasi isi siaran
televisi di Indonesia.
Sementara tayangan yang edukatif tak sampai 1 persen.
Demikian disampaikan dalam konferensi pers Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2016 di
Gedung KPI Pusat Jakarta, Senin (07/11/2016).
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini memperinci data tersebut.
Katanya, tayangan iklan yang paling tinggi persentasenya, yaitu sekitar 40 persen. Disusul sinetron 30
persen, berita 15 persen, dan beberapa program tayangan televisi lainnya.
“Satu (program siaran) yang paling saya ingat yaitu pendidikan. Hanya 0,07 persen tayangan yang
mendidik,” ungkap Kak Seto yang juga pakar pendidikan.
Menurut Kak Seto, fenomena seperti ini tentu sangatlah menyakitkan bagi para pendidik, maupun para
aktivis pendidikan di Indonesia.
Bagaimana bisa, ungkap dia, tayangan televisi edukatif yang harusnya lebih banyak ditampilkan justru
tak sampai dari angka 1 persen.
“Tentu, ini sangat menyakitkan bagi para pendidik!” tegas Kak Seto yang juga Dewan Juri Anugerah KPI
2016.
“Cuma saya lupa (datanya ini) tahun berapa,” ujarnya.
Anugerah KPI 2016 Disebut Bagian Evaluasi Program Siaran Televisi
KPI Pusat akan menggelar acara tahunan Anugerah KPI 2016. Puncak acaranya akanberlangsung di
Studio 1 Trans Media, Jl Piere Tendean Jakarta, Kamis (10/11/2016) malam.
Turut hadir dalam konferensi pers itu Mayong Suryalaksono (Ketua Panitia Anugerah KPI 2016 dan
Komisioner KPI Pusat) dan Syamsudin Noor (Dewan Juri Anugerah KPI 2016 Kategori Drama dan FTV).*
57 Persen Sinetron Indonesia Kandung Pornografi
Saturday, 04 Jul 2015 22:46 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Kementerian Sosial RI menyampaikan modernisasi media turut andil dalam
menyebarluaskan konten pornografi terutama di kalangan remaja, seiring banyaknya produk tontonan
anak-anak, termasuk komik dan sinetron yang mengandung unsur porno.
Produk sinetron Indonesia 57 persen mengandung pornografi, kata Kepala Pusat Penyuluhan Sosial,
Kementerian Sosial RI, Tati Nugrahati, saat berbicara pada kegiatan pesantren kilat Ramadhan 2015
yang diselenggarakan Serikat Pekerja Antara bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI, Otoritas Jasa
Keuangan dan SEAMEO Biotrop, di Bogor, Sabtu.
"Sumber yang kami dapatkan dari Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan, anak-anak mendapatkan
pornografi dari komik sebanyak 23 persen, game 17 persen, situs 17 persen, film 13 persen dan 57
persen sinetron Indonesia mengandung pornografi," kata Tati Nugrahati.
Ia mengatakan, satu dari setiap dua anak menonton pornografi di rumah. Satu dari setiap tiga anak
sudah bisa melihat pornografi, dan reaksi mereka biasa saat melihat gambar porno.
Disebutkannya, film kartun Sincan juga terdapat unsur pornografi, dalam tayangan televisi juga
memperlihatkan adegan berpacaran, pelukan dan ciuman. Bahkan dari komik juga dapat ditemukan
gambar-gambar yang mengandung unsur sensualitas.
"Pornografi ini lebih berbahaya dari narkoba yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS, dia memang tidak
menyebabkan kematian. Tetapi menyebabkan kerusakan otak, gila atau bodoh," katanya.
Dikatakanya, banyak kasus perkosaan yang terjadi akibat pornografi, seperti kasus siswa SD di
Pekanbaru dicabuli di bawah tangga sekolah, remas bagian intim guru, kepala sekolah dilaporkan ke
polisi di Wawonasa, Kota Manado, serta kasus lainnya.
"Perlu ada penyebaran informasi, sosialisasi apa itu pornografi, agar masyarakat faham dan sadar akan
bahayanya karena merusak otak. Karena beragam bentuk pornografi saat ini telah dihasilkan, dalam
bentuk gambar, gerak tubuh, pesan, ilustrasi, bahkan suara," katanya.
Ia menyebutkan, pemerintah telah berupaya melindungi masyarakat dari bahaya pornografi, melalui
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografis yang memberikan sanksi tegas kepada
pelaku, penyebar ataupun pembuatnya berupa penjara, hingga denda maksimal mencapai Rp2
miliar."Jadi jangan main-main dengan pornografi sanksinya sangat berat," katanya.
Pemerintah juga sudah melakukan upaya lain seperti memblokir situs porno. Tetapi upaya tersebut tidak
maksimal, karena kecanggihan teknologi, saat 100 situ diblokir dalam waktu dua jam timbul 200 situs
baru.
Pengaruh Tayangan Sinetron Terhadap Tingkah Laku Anak
9 Desember 2016 01:25 697 0 0
Zaman sekarang, banyak tingkah laku menyimpang telah ditunjukkan oleh beberapa anak di bawah
umur. Perilaku mereka tidak lagi menunjukkan usia yang mereka sandang. Dewasa terlalu dini, mungkin
kalimat ini pantas dikatakan. Bukan hanya orang tua maupun teman sebaya, media juga memiliki
peranan besar terhadap tingkah laku anak.
Sebuah penelitian berjudul “Psychologists Study Media Violence for Harmful Effects” oleh Psychological
Assosiation (APA) pada tahun 1995 mengatakan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang
untuk berperilaku buruk. Intinya perilaku buruk yang dilakukan seseorang dapat berasal dari tontonan
mereka sejak kecil.
Di Indonesia, sinetron selalu memuncaki rating acara televisi. Menurut Indowarta pada tanggal 9-11 Juli
lalu, rating sinetron seperti “Anak Jalanan” mendapatkan TVR 5,5 dengan share 30,2 persen dan
“Mermaid In Love” mendapatkan TVR 3,0 dengan share 19,1 persen. Sinetron sendiri banyak
ditayangkan pada waktu prime time, contohnya saja “Anak Jalanan” yang memiliki jam tayang pada
pukul 17.45 – 19.30 WIB. Tidak heran jika tayangan ini banyak dinikmati oleh penonton dari berbagai
kalangan, mulai dewasa bahkan anak-anak.
Beberapa sinetron sering menayangkan adegan-adegan yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak
di bawah umur. Seperti adegan pelajar mengenakan riasan, berpelukan dan bermesraan di lingkungan
sekolah, berkelahi, balapan liar serta pembunuhan. Adegan- adegan tersebut dapat merangsang otak
anak dan membuatnya berkhayal untuk memiliki alur hidup yang sama dengan yang ditayangkan di
televisi. Mereka yang seharusnya hanya fokus untuk belajar dan menikmati masa bermain dengan
teman sebaya, kini mulai diganggu dengan pemikiran seperti tertarik dengan lawan jenis, ingin terlihat
keren dengan balap-balapan liar serta jantan dengan berkelahi.
Contoh kasus nyata tingkah laku yang telah banyak terjadi bahkan di sekitar kita yakni pelajar SD yang
mulai pacaran dengan gaya orang dewasa, bahkan melampauinya. Ini terjadi beberapa waktu lalu,
netizen di hebohkan oleh salah seorang pelajar yang mengunggah foto bersama pacarnya di atas
ranjang melalui jejaring sosial facebook. Contoh lain dari tingkah anak yang diakibatkan tayangan
sinetron yakni bocah belasan tahun yang mengunggah foto sedang berpelukan serta berciuman di
sebuah akun jejaring sosial facebook. Mereka mengaku ingin meniru adegan pacaran yang ada di
sinetron “Anak Jalanan”. Bukan hanya kasus pacaran, kasus kekerasan bahkan pembunuhan juga telah
terjadi seperti yang dilakukan seorang pelajar SMP yang membunuh sang pacar karena tidak ingin
bertanggungjawab terhadap janin yang dikandung sang pacar.
Menurut psikolog Roslina Verauli sesuai kutipan laman di Kompas, pengetahuan remaja akan seks masih
sangat kurang sehingga bisa menyebabkan persepsi yang salah. “Para remaja masih belum bisa
membedakan antara cinta, seks, dan pacaran. Mereka masih menganggap bahwa seks merupakan
manifestasi dari cinta,” jelasnya.
Untuk kasus pembunuhan, banyak sinetron yang memuat adegan bunuh diri saat menghadapi atau
mengatasi sebuah masalah. Anak-anak psikologinya masih labil sehingga gaya dan pola pergaulan yang
ditampilkan dalam sinetron akan mudah ditiru.
Sebuah penelitian dari seorang profesor Amerika Serikat yang telah dipublikasikan dalam jurnal Effective
Clinicl Practice pada tahun 2002 menyebutkan bahwa tontonan yang masuk dalam rating R yang
ditujukan untuk 17 tahun ke atas, akan membuat anak-anak kebingungan.
“Ketika orang tua yang telah memberikan penjelasan tentang merokok tidak baik, pesan tersebut tiada
guna jika mereka membiarkan anak mereka untuk melihat film R dengan banyak adegan merokok,” kata
Dr. Michael Beach dalam jurnal tersebut. Dari penellitian tersebut dapat kita ketahui bahwa peranan
orang tua dalam mendampingi serta mengawasi tontonan anak sangatlah penting. Orang tua harus
mampu menyeleksi tayangan yang baik dan buruk untuk anak.
Selain orang tua, pihak stasiun televisi juga seharusnya mampu mengatur jam tayang sinetron dengan
baik sehingga sinetron tersebut tidak salah sasaran. Akan lebih baik jika sinetron yang memiliki rating R
ditayangkan pada jam tidur anak. Menanyangkan sinetron pada waktu prime time memang
menguntungkan bagi pihak stasiun televisi karena akan mudah mendapatkan rating tinggi serta
popularitas, namun apa gunanya keuntungan yang didapatkan sekarang jika merusak generasi penerus
di masa mendatang?
Dan untuk pihak produksi agar lebih mengevaluasi adegan-adegan yang sekiranya akan merusak moral
anak bangsa yang menyaksikannya.
Berdasarkan UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran pada pasal 36 ayat 1 mengatakan “ Isi siaran wajib
mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak,
moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai
agama dan budaya Indonesia.”
Jadi berdasarkan UU tersebut setiap siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan
manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Kita sebagai
warga Indonesia memiliki hak, kewajiba serta tanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan bahwa
setiap tayangan yang di tayangkan memiliki manfaat dan dampak positif serta tidak bersifat merusak
moral dan budaya bangsa.
Anak Indonesia Kedapatan Paling Lama Menonton TV
altCiamis - Anak-anak Indonesia menempati urutan teratas di antara negara-negara di ASEAN untuk
urusan menonton siaran televisi terlama. Menurut penelitian, rata-rata waktu yang dihabiskan anakanak Indonesia saat menonton siaran televisi mencapai 5 jam dan bahkan lebih untuk setiap harinya.
Adapun negara ASEAN lain hanya 2 sampai 3 jam dalam sehari.
Demikian disampaikan Atie Rachmiatie, pengamat media penyiaran, di depan puluhan peserta
Bimbingan Teknis (Bimtek) Lembaga Penyiaran di Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 22 November 2012.
Menurut Atie, anak-anak tersebut paling sering menonton tayangan atau acara yang mengadung
kekerasan seperti yang ada di sejumlah film kartun. “Mereka ini paling mudah melakukan peniruan dan
ini sangat mengkhawatirkan,” kata mantan Ketua KPID Jabar periode sebelumnya.
Wakil Ketua KPI Pusat, Ezki Suyanto menambahkan, jumlah menonton paling banyak terjadi pada saat
hari libur terutama pada anak-anak. Padahal, orang tua bisa memberikan alternatif hiburan kepada
anak-anak selain hanya menonton televisi seperti mengajak mereka ke musium atau ke tempat lain yang
bermanfaat.
“Televisi sekarang sudah menjadi baby sitter-nya anak-anak dan mereka sudah dibiasakan menonton
televisi sejak usia dini. Bahayanya, anak-anak jarang sekali didampingi oleh orang tuanya ketika
menonton siaran televisi. Padahal, peran orang tua sebagai pendidik dan pemberi pengertian sangat
diperlukan anak-anak ketika mereka tidak memahami apa yang mereka tonton,” jelas Ezki.
Hasil penelitian KPID Jabar, rata-rata anggota dalam satu keluarga (5) orang yang suka menonton siaran
televisi ada empat orang dengan jumlah televisi dalam satu rumah antara 1 sampai 6 buah. “Sebanyak
61,8% dari responden yang diteliti menonton televisi antara 2 sampai 3 jam, sedangkan yang menonton
lebih dari 3 jam ada 26,6%,” jelas Atie.
Selanjutnya, KPID Jabar mendapati bahwa 58%responden secara sengaja menonton siaran berita dan
informasi, 32,9 % sinetron dan film, serta 22,7% infotainmen dan realty show. Tidak ada orang yang
sengaja menonton siaran iklan dan bila ada iklan sebanyak 78% responden menyatakan suka segera
memindahkan saluran televisi. “Anehnya, hanya sedikit yang menyatakan secara segaja menonton
siaran pendidikan yakni 10,1%,” jelas Atie.
Sebanyak 54,35 responden perempuan menyatakan banyak yang terpengaruh oleh siaran televisi.
Namun, semakin tinggi pendidikan responden, baik laki-laki ataupun perempuan, pengaruh siaran
televisi terhadap dirinya semakin kecil. “Sedangkan responden yang berpendidikan lebih rendah, lebih
sulit memahami isi siaran, tetapi mereka menonton televisi lebih sering dan lebih lama. Hal itu sangat
berbahaya karena ada korelasi signifikan akibat dari lama menonton dengan keterpengaruhan
penonton,” ungkap Atie. Red
Namun, secara tidak sadar, menonton progam TV sinetron dan drama romantis tersebut juga
memberikan pengaruh dan dampak buruk yang besar dalam kehidupan Anda, seperti apa ?.
1. Merusak Kemampuan Berpikir Kritis
Memang asyik nonton acara romantis di TV, sampai-sampai Anda terbawa arus dalam kisah di dalamnya.
Namun, perlu Anda tahu bahwa setiap apapun yang Anda lihat akan terekam di memory otak Anda,
kemudian jika apa yang Anda lihat menjadi sesuatu yang favorit maka akan menjadikan otak pasif,
melemahkan kemampuan berpikir kritis, juga menumpulkan kognitif.
Padahal, alangkah baiknya jika otak diisi dengan hal-hal yang bisa memperkaya intelektual karena itu
akan sangat bermanfaat untuk Anda. Kesimpulan dari semuanya, menonton acara-acara sinetron dan
drama romantis di TV hanya akan menjadikan hiburan dan kesenangan, bukan sebagai sarana yang
mendidik, cobalah baca poin selanjutnya.
2. Termotivasi Untuk Mencari Pacar dan Melupakan Pendidikan
Kebanyakan tayangan sinetron dan drama di TV hanya sebatas mengisahkan tentang percintaan, mulai
dari mencari pacar, pertemuan, perkenalan, kencan, jadian, sampai putus cinta. Jadi, wajar saja jika para
penonton juga ikut mengambil porsi sendiri dalam kehidupan mereka, karena tanpa disengaja sinetron
dan drama TV telah memberikan movitasi bagi mereka dalam hal cinta.
Tak heran, banyak pelajar sekolah yang mengabaikan pendidikan sekolah dan lebih memperhatikan
status hubungan cinta. Ini merupakan dampak buruk yang dapat mempengaruhi kulaitas pendidikan,
bahkan sudah banyak anak-anak SD yang cukup faham dengan percintaan dan mulai mencoba
mendapatkan pacar.
3. Melemahkan Kondisi Mental
Menonton sinetron dan drama TV memang begitu banyak menginspirasi karakter Anda, tetapi ini juga
bisa melemahkan kondisi mental Anda. Misalkan, memilih dan memilah pasangan, mencoba
memberontak akibat hubungan yang benar-benar tidak direstui orang tua karena sinetron mengajarkan
“itulah ujian cinta”, sulit melupakan mantan pacar padahal masih banyak orang yang lebih baik daripada
dia. Dan masih banyak lagi contoh real dalam kehidupan Anda bukan ? ini adalah bukti bahwa kondisi
mental semakin rendah karena inspirasi semu sinetron.
4. Krisis Moralitas
Lebih parahnya, pengaruh buruk akibat terlalu sering menonton sinetron dan drama juga berakibat pada
rendahnya moralitas diri. Karena apa ? karena tema dalam sinetron dan drama TV yang berkaitan
hubungan percintaan, tentu memperkuat keinginan untuk meniru sehingga memungkinkan terjadi halhal yang berada di luar batas moral.
Terjerumus dalam pergaulan bebas
Misalnya, karena meniru adegan romatis di TV, banyak remaja saat ini pergi ke diskotik, keluar dan
pulang malam hari, sampai terjun dalam pergaulan sexual.
Penyalahgunaan alkohol
Begitu pula dengan mencoba minum minuman beralkohol sampai mabuk-mabukan, ini sama seperti
adegan di sinetron, para remaja mencoba untuk bergaya bebas.
Kekerasan dan agresif
Kekerasan dan agresif pada sesama pelajar juga sering diadegankan di sinetron TV, Anda mungkin juga
sering melihat video rekaman kekerasan anak pelajar terhadap temannya sendiri, ini juga merupakan
salah satunya.
Mucul sifat sombong, sok cantik, sok kaya, dan sebagainya
Anda mungkin merasa bahwa gaya yang diperankan dalam sinetron sangat kurang natural, misalkan
merasa lebih cantik, merasa lebih kaya, terlalu egois, dan lain sebagainya. Dan ternyata, gaya-gaya
seperti ini juga banyak ditiru oleh para remaja.
Merusak identitas remaja
Selain itu, penampilan para aktor sinetron selalu terlihat cantik dan tampan, model rambut yang unik,
penampilan style, punya kendaraan mewah, dan lainnya. Ini juga banyak ditiru oleh para remaja saat ini,
bahkan banyak pula dari mereka berpikir bahwa orang cantik atau tampan adalah orang yang berkulit
putih, berwajah cerah tanpa jerawat, berambut lurus, memiliki postur tubuh yang ideal, dan lain
sebagainya, padahal kecantikan atau ketampanan ada pada hati bukan pada penampilan fisik.
Baca : Kecantikan Yang Abadi
5. Pemisah Antara Tujuan Duniawi dan Ukhrowi
Sebagai masyarakat beragama, Anda tentu betul-betul faham bahwa kehidupan sesungguhnya adalah
kehidupan di akhirat nanti, kehidupan dunia adalah tempat untuk mencari bekal. Tetapi, kesibukan hati
akibat terlalu sering menonton sinetron, membuat banyak orang melupakan bahwa hakekat hidup
bukanlah untuk mencari jodoh atau menymabung hubungan asmara.
Download