Dampak Sinetron Terhadap Prilaku Anak Remaja Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, menjelaskan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berlaku buruk. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil.(giwmukti.multiply.com). Dengan demikian prilaku para remaja akan cenderung meniru tindakan yang mereka lihat. Sehingga keluar istilah ”what they see is what they do”, atau apa yang mereka lihat itu yang mereka lakukan dan tentunya sinetron memberikan salah satu andil yang besar terhadap prilaku remaja kita saat ini. Dampak dari tayangan sinerton tentunya ada yang bersifat positif dan negatif. Dampak yang positif terjadi apabila orangtua dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut memiliki kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Sedangkan dampak yang negatif terjadi apabila orangtua tidak dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut tidak memiliki kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Dampak yang juga sangat terlihat bagi remaja yang sering menonton sinetron akan mengubah pola hidup mereka.(Deasih:2012) Bila mana tayangan sinetron remaja menyajikan cerita yang menarik serta mendidik tentunya akan berpengaruh positif dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi seorang remaja seiring dengan perkembangan kehidupannya. Tetapi apabila sebaliknya dimana sinetron remaja kita tidak mendidik maka ada beberapa pengaruh negatif sinetron yang sangat berbahaya apabila ditirukan oleh para remaja sekarang ini. Menurut Rahmawati (2012) Bahkan terlalu banyak menonton sinetron bagi seorang remaja, mereka yang baru menginjak umur remaja sangat berbahaya baik dalam segi fisik maupun psikis. Hal ini dapat mengakibatkan sel-sel syaraf menjadi tidak sempurna karena sinetron tidak mengubah anak untuk berfikir. Sinetron memiliki gejala-gejala yang membahayakan bagi remaja karena akan menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan merusak kecerdasan otak sebelah kanan. Apalagi sinetron pada saat ini cenderung memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan remaja yang kurang mendidik melainkan lebih cenderung mengedepankan masalah percintaan, bahkan tidak jarang pula menampilkan adegan-adegan berbau porno, gaya hidup berpenampilan gelamor, serta gaya-gaya berbicara yang tidak sesuai dengan kaidah yang baik. Dampak yang sangat tersirat dan berbahaya dari tayangan sinetron adalah lahirnya budaya mimpi di kalangan anak remaja yang secara tidak langsung akan mempengarui terhadap prilaku mereka dalam keseharian kehidupannya. Anak remaja kita selalu berada di bayang-bayang mimpi akan karakter yang hebat, karakter yang tampan bagi para pria, karakter yang cantik bagi para wanita. Karakter yang selalu ingin menang baik dalam percintaan maupun dalam pergaulan. Karakter yang selalu ingin dikenal oleh banyak orang lewat tingkahnya yang terkadang jauh dari aturan moral yang ada. Mereka juga bergaya seolah-olah sedang bermimpi berada dalam kalangan kehidupan yang kaya raya, memiliki rumah mewah, memiliki perusahaan keluarga yang besar yang tentunya semua ini akan memberikan dampak pada kehidupan kesehariannya yang glamour seperti ingin memakai mobil mewah, handphone yang canggih, pakaian berkelas dan sebagaianya. Seperti disihir, Para remaja diajak untuk percaya bahwa kehidupan ideal adalah laki-laki tampan dan wanita cantik yang berbaju bagus, mengendarai kendaraan mewah, tinggal di rumah gedung indah, dan bergaya hidup bebas, seperti yang diciptakan dalam sinetron. Karena itu sinetron jadi alat yang sangat ampuh untuk perusahaan-perusahaan iklan menciptakan nilai- nilai baru yang menampilkan citra manusia yang dangkal, yang berbeda dengan potret manusia yang diciptakan Tuhan. Tentunya dengan satu tujuan yaitu mengajak para penonton remaja untuk memakai produk yang diiklankan dalam sinetron tersebut.Yang pada akhirnya para kaum remaja berlomba menirukan style apa yang ada di dalam cerita tanpa melihat siapa dan keadaan dirinya yang sebenarnya. Sehingga mereka terbuai akan mimpi-mimpi yang ada dalam sinetron pada dirinya. Bila kita amati, dari tayangan sinetron yang disajikan ada remaja yang sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh lalu mengikutinya. Tetapi dirasakan lebih banyak remaja yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh dan ingin mencari sensasi dilingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai remaja yang gaul. Dari sinilah akhirnya muncul permasalahan sosial, dampak psikologis dari penonton remaja kita yang mengakibatkan rusaknya kesehatan mental sehingga timbul permasalahan dalam dirinya dan lingkungan disekitarnya. Bahaya sosial yang akan terjadi dari salahnya pemaknaan para remaja kita yang melihat sinetron tersebut adalah adanya pertentangan dalam dirinya untuk menirukan apa yang ada di dalam cerita sinetron tersebut dengan mengubah ideologinya dia yang sebenarnya. Dalam upaya merubah ideologinya inilah yang kadang dapat disalah-gunakan dengan menggunakan berbagai cara yang terkadang melanggar aturan yang membahayakan lingkungannya sehingga dapat merubah prilaku mereka menjadi negatif. Sebagai contoh berita di www.tribunnews.com (2011) menceritakan adanya seorang anak remaja di lampung yang tega membunuh ayahnya karena keinginannya untuk memiliki motor tidak dipenuhi. Ayahnya tidak dapat memenuhi keinginan anaknya itu karena ia tak mampu untuk membelikan sepedah motor dengan keadaan keluarganya yang sangat serba kekurangan. Tetapi anak ini terus memaksa ayahnya karena ia merasa malu selalu diejek oleh kawan-kawannya. Bila kita amati permasalah yang ada, jelas bahwa remaja itu tidak hanya sekedar malu diejek tetapi ia ingin menjadi seseorang yang merasa dikagumi, disegani oleh teman-temannya seperti yang ada dalam persinetronan remaja kita. Pencegahan Dampak Sinetron Terhadap Prilaku Anak Remaja. Berbagai tanyangan TV terutama program sinetron ternyata terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku remaja. Para remaja kita sebagai salah satu penonton produktif TV secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya baru yang dikontruksi oleh ideologi pasar yang hedonisme. Hal ini dikarenakan, lapisan masyarakat yang paling mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya di televisi adalah anak-anak dan remaja. Usia anak-anak dan remaja merupakan masa labil seseorang. Dimana pada saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil. Artinya jika mereka tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi. Agar dapat membantu para remaja kita dari dampak negatif siaran sinetron yang ada saat ini, tentunya kita harus dapat mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan tanyangan TV secara positif. Oleh karenanya peran optimal orang tua sangat dibutuhkan terutama dalam mendampingi dan mengontrol tayangan sinetron yang ditontonnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak-anaknya saat menonton TV terutama siaran sinetron sekaligus berupaya mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar bersosial melalui siaran tersebut. Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton TV. Yang justru mendapat perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat terangsang untuk berfikir kreatif. Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat orang tua lakukan, yaitu: Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton sinetron dan diskusikan tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight) dari tayangan yg mereka tonton. Buatlah jadwal menonton TV program sinetron apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain. Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak anda. Dalam menonton sinetron di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda) untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada adegan yang tidak sesuai bagi anak anda. (psikoterapis.com) Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kontrol orang tua terhadap tayangan TV terutama siaran sinetron yang dianggap bernilai negatif juga dapat dilakukan secara langsung kepada stasiun TV yang menayangkannya atau kepada komisi penyiaran Indonesia (KPI). kontrol dengan cara ini sekarang lebih mudah dilakukan karena telah disediakan salurannya yang hampir semua TV di Indonesia memiliki telepon, fax, email, bahkan SMS. Seperti kita ketahui, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) tanggal 1 September 2004 mengeluarkan keputusan tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) melalui SK nomor 009/SK/KPI/8/2004 yang terdiri atas 9 Bab dan 82 Pasal. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) mengandung ketentuan-ketentuan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran. Sedangkan Standar Program Siaran (SPS) memuat ketentuan secara lebih spesifik mengenai apa yang boleh dan tidak boleh tersaji dalam siaran.Sebagai contoh misalnya Pasal 32 menerangkan bahwa program atau promo program yang mengandung muatan kekerasan dan adegan vulgar harus ditayangkan pada jam tayang dimana anak-anak biasanya sudah tidak menonton televisi. Ketika diwawancarai awak media Dimas anak kelas 6 SD (Patih Jawa tengah) P:Ingin jadi apa? D:Saya ingin jadi Boy P:Boy yang mana? D:Boy Anak Jalanan P:Anak jalanan yang diTV itu? D:Ya P:Kamu suka nonton Boy? D:Suka P:Trus, kalau kamu jadi Boy kamu mau apa? D:Mau mempunyai mobil yang banyak dan motor yang banyak dan punya cewek cantik Hanya 0,07 Persen Tayangan TV Mendidik, Kak Seto: Sangat Menyakitkan! Seto Mulyadi alias Kak Seto. Hidayatullah.com– Pemerhati anak, Seto Mulyadi, mengatakan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo), tayangan iklan dan sinetron lebih mendominasi isi siaran televisi di Indonesia. Sementara tayangan yang edukatif tak sampai 1 persen. Demikian disampaikan dalam konferensi pers Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2016 di Gedung KPI Pusat Jakarta, Senin (07/11/2016). Pria yang akrab disapa Kak Seto ini memperinci data tersebut. Katanya, tayangan iklan yang paling tinggi persentasenya, yaitu sekitar 40 persen. Disusul sinetron 30 persen, berita 15 persen, dan beberapa program tayangan televisi lainnya. “Satu (program siaran) yang paling saya ingat yaitu pendidikan. Hanya 0,07 persen tayangan yang mendidik,” ungkap Kak Seto yang juga pakar pendidikan. Menurut Kak Seto, fenomena seperti ini tentu sangatlah menyakitkan bagi para pendidik, maupun para aktivis pendidikan di Indonesia. Bagaimana bisa, ungkap dia, tayangan televisi edukatif yang harusnya lebih banyak ditampilkan justru tak sampai dari angka 1 persen. “Tentu, ini sangat menyakitkan bagi para pendidik!” tegas Kak Seto yang juga Dewan Juri Anugerah KPI 2016. “Cuma saya lupa (datanya ini) tahun berapa,” ujarnya. Anugerah KPI 2016 Disebut Bagian Evaluasi Program Siaran Televisi KPI Pusat akan menggelar acara tahunan Anugerah KPI 2016. Puncak acaranya akanberlangsung di Studio 1 Trans Media, Jl Piere Tendean Jakarta, Kamis (10/11/2016) malam. Turut hadir dalam konferensi pers itu Mayong Suryalaksono (Ketua Panitia Anugerah KPI 2016 dan Komisioner KPI Pusat) dan Syamsudin Noor (Dewan Juri Anugerah KPI 2016 Kategori Drama dan FTV).* 57 Persen Sinetron Indonesia Kandung Pornografi Saturday, 04 Jul 2015 22:46 WIB REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Kementerian Sosial RI menyampaikan modernisasi media turut andil dalam menyebarluaskan konten pornografi terutama di kalangan remaja, seiring banyaknya produk tontonan anak-anak, termasuk komik dan sinetron yang mengandung unsur porno. Produk sinetron Indonesia 57 persen mengandung pornografi, kata Kepala Pusat Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI, Tati Nugrahati, saat berbicara pada kegiatan pesantren kilat Ramadhan 2015 yang diselenggarakan Serikat Pekerja Antara bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI, Otoritas Jasa Keuangan dan SEAMEO Biotrop, di Bogor, Sabtu. "Sumber yang kami dapatkan dari Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan, anak-anak mendapatkan pornografi dari komik sebanyak 23 persen, game 17 persen, situs 17 persen, film 13 persen dan 57 persen sinetron Indonesia mengandung pornografi," kata Tati Nugrahati. Ia mengatakan, satu dari setiap dua anak menonton pornografi di rumah. Satu dari setiap tiga anak sudah bisa melihat pornografi, dan reaksi mereka biasa saat melihat gambar porno. Disebutkannya, film kartun Sincan juga terdapat unsur pornografi, dalam tayangan televisi juga memperlihatkan adegan berpacaran, pelukan dan ciuman. Bahkan dari komik juga dapat ditemukan gambar-gambar yang mengandung unsur sensualitas. "Pornografi ini lebih berbahaya dari narkoba yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS, dia memang tidak menyebabkan kematian. Tetapi menyebabkan kerusakan otak, gila atau bodoh," katanya. Dikatakanya, banyak kasus perkosaan yang terjadi akibat pornografi, seperti kasus siswa SD di Pekanbaru dicabuli di bawah tangga sekolah, remas bagian intim guru, kepala sekolah dilaporkan ke polisi di Wawonasa, Kota Manado, serta kasus lainnya. "Perlu ada penyebaran informasi, sosialisasi apa itu pornografi, agar masyarakat faham dan sadar akan bahayanya karena merusak otak. Karena beragam bentuk pornografi saat ini telah dihasilkan, dalam bentuk gambar, gerak tubuh, pesan, ilustrasi, bahkan suara," katanya. Ia menyebutkan, pemerintah telah berupaya melindungi masyarakat dari bahaya pornografi, melalui Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografis yang memberikan sanksi tegas kepada pelaku, penyebar ataupun pembuatnya berupa penjara, hingga denda maksimal mencapai Rp2 miliar."Jadi jangan main-main dengan pornografi sanksinya sangat berat," katanya. Pemerintah juga sudah melakukan upaya lain seperti memblokir situs porno. Tetapi upaya tersebut tidak maksimal, karena kecanggihan teknologi, saat 100 situ diblokir dalam waktu dua jam timbul 200 situs baru. Pengaruh Tayangan Sinetron Terhadap Tingkah Laku Anak 9 Desember 2016 01:25 697 0 0 Zaman sekarang, banyak tingkah laku menyimpang telah ditunjukkan oleh beberapa anak di bawah umur. Perilaku mereka tidak lagi menunjukkan usia yang mereka sandang. Dewasa terlalu dini, mungkin kalimat ini pantas dikatakan. Bukan hanya orang tua maupun teman sebaya, media juga memiliki peranan besar terhadap tingkah laku anak. Sebuah penelitian berjudul “Psychologists Study Media Violence for Harmful Effects” oleh Psychological Assosiation (APA) pada tahun 1995 mengatakan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Intinya perilaku buruk yang dilakukan seseorang dapat berasal dari tontonan mereka sejak kecil. Di Indonesia, sinetron selalu memuncaki rating acara televisi. Menurut Indowarta pada tanggal 9-11 Juli lalu, rating sinetron seperti “Anak Jalanan” mendapatkan TVR 5,5 dengan share 30,2 persen dan “Mermaid In Love” mendapatkan TVR 3,0 dengan share 19,1 persen. Sinetron sendiri banyak ditayangkan pada waktu prime time, contohnya saja “Anak Jalanan” yang memiliki jam tayang pada pukul 17.45 – 19.30 WIB. Tidak heran jika tayangan ini banyak dinikmati oleh penonton dari berbagai kalangan, mulai dewasa bahkan anak-anak. Beberapa sinetron sering menayangkan adegan-adegan yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Seperti adegan pelajar mengenakan riasan, berpelukan dan bermesraan di lingkungan sekolah, berkelahi, balapan liar serta pembunuhan. Adegan- adegan tersebut dapat merangsang otak anak dan membuatnya berkhayal untuk memiliki alur hidup yang sama dengan yang ditayangkan di televisi. Mereka yang seharusnya hanya fokus untuk belajar dan menikmati masa bermain dengan teman sebaya, kini mulai diganggu dengan pemikiran seperti tertarik dengan lawan jenis, ingin terlihat keren dengan balap-balapan liar serta jantan dengan berkelahi. Contoh kasus nyata tingkah laku yang telah banyak terjadi bahkan di sekitar kita yakni pelajar SD yang mulai pacaran dengan gaya orang dewasa, bahkan melampauinya. Ini terjadi beberapa waktu lalu, netizen di hebohkan oleh salah seorang pelajar yang mengunggah foto bersama pacarnya di atas ranjang melalui jejaring sosial facebook. Contoh lain dari tingkah anak yang diakibatkan tayangan sinetron yakni bocah belasan tahun yang mengunggah foto sedang berpelukan serta berciuman di sebuah akun jejaring sosial facebook. Mereka mengaku ingin meniru adegan pacaran yang ada di sinetron “Anak Jalanan”. Bukan hanya kasus pacaran, kasus kekerasan bahkan pembunuhan juga telah terjadi seperti yang dilakukan seorang pelajar SMP yang membunuh sang pacar karena tidak ingin bertanggungjawab terhadap janin yang dikandung sang pacar. Menurut psikolog Roslina Verauli sesuai kutipan laman di Kompas, pengetahuan remaja akan seks masih sangat kurang sehingga bisa menyebabkan persepsi yang salah. “Para remaja masih belum bisa membedakan antara cinta, seks, dan pacaran. Mereka masih menganggap bahwa seks merupakan manifestasi dari cinta,” jelasnya. Untuk kasus pembunuhan, banyak sinetron yang memuat adegan bunuh diri saat menghadapi atau mengatasi sebuah masalah. Anak-anak psikologinya masih labil sehingga gaya dan pola pergaulan yang ditampilkan dalam sinetron akan mudah ditiru. Sebuah penelitian dari seorang profesor Amerika Serikat yang telah dipublikasikan dalam jurnal Effective Clinicl Practice pada tahun 2002 menyebutkan bahwa tontonan yang masuk dalam rating R yang ditujukan untuk 17 tahun ke atas, akan membuat anak-anak kebingungan. “Ketika orang tua yang telah memberikan penjelasan tentang merokok tidak baik, pesan tersebut tiada guna jika mereka membiarkan anak mereka untuk melihat film R dengan banyak adegan merokok,” kata Dr. Michael Beach dalam jurnal tersebut. Dari penellitian tersebut dapat kita ketahui bahwa peranan orang tua dalam mendampingi serta mengawasi tontonan anak sangatlah penting. Orang tua harus mampu menyeleksi tayangan yang baik dan buruk untuk anak. Selain orang tua, pihak stasiun televisi juga seharusnya mampu mengatur jam tayang sinetron dengan baik sehingga sinetron tersebut tidak salah sasaran. Akan lebih baik jika sinetron yang memiliki rating R ditayangkan pada jam tidur anak. Menanyangkan sinetron pada waktu prime time memang menguntungkan bagi pihak stasiun televisi karena akan mudah mendapatkan rating tinggi serta popularitas, namun apa gunanya keuntungan yang didapatkan sekarang jika merusak generasi penerus di masa mendatang? Dan untuk pihak produksi agar lebih mengevaluasi adegan-adegan yang sekiranya akan merusak moral anak bangsa yang menyaksikannya. Berdasarkan UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran pada pasal 36 ayat 1 mengatakan “ Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.” Jadi berdasarkan UU tersebut setiap siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Kita sebagai warga Indonesia memiliki hak, kewajiba serta tanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan bahwa setiap tayangan yang di tayangkan memiliki manfaat dan dampak positif serta tidak bersifat merusak moral dan budaya bangsa. Anak Indonesia Kedapatan Paling Lama Menonton TV altCiamis - Anak-anak Indonesia menempati urutan teratas di antara negara-negara di ASEAN untuk urusan menonton siaran televisi terlama. Menurut penelitian, rata-rata waktu yang dihabiskan anakanak Indonesia saat menonton siaran televisi mencapai 5 jam dan bahkan lebih untuk setiap harinya. Adapun negara ASEAN lain hanya 2 sampai 3 jam dalam sehari. Demikian disampaikan Atie Rachmiatie, pengamat media penyiaran, di depan puluhan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Lembaga Penyiaran di Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 22 November 2012. Menurut Atie, anak-anak tersebut paling sering menonton tayangan atau acara yang mengadung kekerasan seperti yang ada di sejumlah film kartun. “Mereka ini paling mudah melakukan peniruan dan ini sangat mengkhawatirkan,” kata mantan Ketua KPID Jabar periode sebelumnya. Wakil Ketua KPI Pusat, Ezki Suyanto menambahkan, jumlah menonton paling banyak terjadi pada saat hari libur terutama pada anak-anak. Padahal, orang tua bisa memberikan alternatif hiburan kepada anak-anak selain hanya menonton televisi seperti mengajak mereka ke musium atau ke tempat lain yang bermanfaat. “Televisi sekarang sudah menjadi baby sitter-nya anak-anak dan mereka sudah dibiasakan menonton televisi sejak usia dini. Bahayanya, anak-anak jarang sekali didampingi oleh orang tuanya ketika menonton siaran televisi. Padahal, peran orang tua sebagai pendidik dan pemberi pengertian sangat diperlukan anak-anak ketika mereka tidak memahami apa yang mereka tonton,” jelas Ezki. Hasil penelitian KPID Jabar, rata-rata anggota dalam satu keluarga (5) orang yang suka menonton siaran televisi ada empat orang dengan jumlah televisi dalam satu rumah antara 1 sampai 6 buah. “Sebanyak 61,8% dari responden yang diteliti menonton televisi antara 2 sampai 3 jam, sedangkan yang menonton lebih dari 3 jam ada 26,6%,” jelas Atie. Selanjutnya, KPID Jabar mendapati bahwa 58%responden secara sengaja menonton siaran berita dan informasi, 32,9 % sinetron dan film, serta 22,7% infotainmen dan realty show. Tidak ada orang yang sengaja menonton siaran iklan dan bila ada iklan sebanyak 78% responden menyatakan suka segera memindahkan saluran televisi. “Anehnya, hanya sedikit yang menyatakan secara segaja menonton siaran pendidikan yakni 10,1%,” jelas Atie. Sebanyak 54,35 responden perempuan menyatakan banyak yang terpengaruh oleh siaran televisi. Namun, semakin tinggi pendidikan responden, baik laki-laki ataupun perempuan, pengaruh siaran televisi terhadap dirinya semakin kecil. “Sedangkan responden yang berpendidikan lebih rendah, lebih sulit memahami isi siaran, tetapi mereka menonton televisi lebih sering dan lebih lama. Hal itu sangat berbahaya karena ada korelasi signifikan akibat dari lama menonton dengan keterpengaruhan penonton,” ungkap Atie. Red Namun, secara tidak sadar, menonton progam TV sinetron dan drama romantis tersebut juga memberikan pengaruh dan dampak buruk yang besar dalam kehidupan Anda, seperti apa ?. 1. Merusak Kemampuan Berpikir Kritis Memang asyik nonton acara romantis di TV, sampai-sampai Anda terbawa arus dalam kisah di dalamnya. Namun, perlu Anda tahu bahwa setiap apapun yang Anda lihat akan terekam di memory otak Anda, kemudian jika apa yang Anda lihat menjadi sesuatu yang favorit maka akan menjadikan otak pasif, melemahkan kemampuan berpikir kritis, juga menumpulkan kognitif. Padahal, alangkah baiknya jika otak diisi dengan hal-hal yang bisa memperkaya intelektual karena itu akan sangat bermanfaat untuk Anda. Kesimpulan dari semuanya, menonton acara-acara sinetron dan drama romantis di TV hanya akan menjadikan hiburan dan kesenangan, bukan sebagai sarana yang mendidik, cobalah baca poin selanjutnya. 2. Termotivasi Untuk Mencari Pacar dan Melupakan Pendidikan Kebanyakan tayangan sinetron dan drama di TV hanya sebatas mengisahkan tentang percintaan, mulai dari mencari pacar, pertemuan, perkenalan, kencan, jadian, sampai putus cinta. Jadi, wajar saja jika para penonton juga ikut mengambil porsi sendiri dalam kehidupan mereka, karena tanpa disengaja sinetron dan drama TV telah memberikan movitasi bagi mereka dalam hal cinta. Tak heran, banyak pelajar sekolah yang mengabaikan pendidikan sekolah dan lebih memperhatikan status hubungan cinta. Ini merupakan dampak buruk yang dapat mempengaruhi kulaitas pendidikan, bahkan sudah banyak anak-anak SD yang cukup faham dengan percintaan dan mulai mencoba mendapatkan pacar. 3. Melemahkan Kondisi Mental Menonton sinetron dan drama TV memang begitu banyak menginspirasi karakter Anda, tetapi ini juga bisa melemahkan kondisi mental Anda. Misalkan, memilih dan memilah pasangan, mencoba memberontak akibat hubungan yang benar-benar tidak direstui orang tua karena sinetron mengajarkan “itulah ujian cinta”, sulit melupakan mantan pacar padahal masih banyak orang yang lebih baik daripada dia. Dan masih banyak lagi contoh real dalam kehidupan Anda bukan ? ini adalah bukti bahwa kondisi mental semakin rendah karena inspirasi semu sinetron. 4. Krisis Moralitas Lebih parahnya, pengaruh buruk akibat terlalu sering menonton sinetron dan drama juga berakibat pada rendahnya moralitas diri. Karena apa ? karena tema dalam sinetron dan drama TV yang berkaitan hubungan percintaan, tentu memperkuat keinginan untuk meniru sehingga memungkinkan terjadi halhal yang berada di luar batas moral. Terjerumus dalam pergaulan bebas Misalnya, karena meniru adegan romatis di TV, banyak remaja saat ini pergi ke diskotik, keluar dan pulang malam hari, sampai terjun dalam pergaulan sexual. Penyalahgunaan alkohol Begitu pula dengan mencoba minum minuman beralkohol sampai mabuk-mabukan, ini sama seperti adegan di sinetron, para remaja mencoba untuk bergaya bebas. Kekerasan dan agresif Kekerasan dan agresif pada sesama pelajar juga sering diadegankan di sinetron TV, Anda mungkin juga sering melihat video rekaman kekerasan anak pelajar terhadap temannya sendiri, ini juga merupakan salah satunya. Mucul sifat sombong, sok cantik, sok kaya, dan sebagainya Anda mungkin merasa bahwa gaya yang diperankan dalam sinetron sangat kurang natural, misalkan merasa lebih cantik, merasa lebih kaya, terlalu egois, dan lain sebagainya. Dan ternyata, gaya-gaya seperti ini juga banyak ditiru oleh para remaja. Merusak identitas remaja Selain itu, penampilan para aktor sinetron selalu terlihat cantik dan tampan, model rambut yang unik, penampilan style, punya kendaraan mewah, dan lainnya. Ini juga banyak ditiru oleh para remaja saat ini, bahkan banyak pula dari mereka berpikir bahwa orang cantik atau tampan adalah orang yang berkulit putih, berwajah cerah tanpa jerawat, berambut lurus, memiliki postur tubuh yang ideal, dan lain sebagainya, padahal kecantikan atau ketampanan ada pada hati bukan pada penampilan fisik. Baca : Kecantikan Yang Abadi 5. Pemisah Antara Tujuan Duniawi dan Ukhrowi Sebagai masyarakat beragama, Anda tentu betul-betul faham bahwa kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan di akhirat nanti, kehidupan dunia adalah tempat untuk mencari bekal. Tetapi, kesibukan hati akibat terlalu sering menonton sinetron, membuat banyak orang melupakan bahwa hakekat hidup bukanlah untuk mencari jodoh atau menymabung hubungan asmara.