DESAIN DAN PERILAKU ORGANISASI Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Struktur dan Komunikasi Organisasi Oleh : Haris Sutrisno (1705551006) TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 1. Pendahuluan 1.1 Definisi Organisasi 1.1.1 Pengertian Organisasi Menurut Para Ahli Selain penjelasan diatas, para ahli dan pakar memiliki pandangan yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu organisasi. Untuk lebih jelasnya,,berikut ini adalah pengertian organisasi menurut para ahli a. Prof. Dr. Sondang P. Siagian Organisas adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang / lebih yang saling bekerjasama serta terikat secara formal dalam rangka melakukan pencapaian tujuan yang sudah ditentukan dalam ikatan yang ada pada seseorang atau beberap orang yang dikenal sebagai atasan dan seorang atau kelompok orang yang dikenal sebagai bawahan b. Victor A Thompson Pengertian organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spesialis-spesialis yang bekerja sama dengan sangat rasional dan impersonal untuk mencapai beberapa tujuan spesifik yang telah diumumkan sebelumnya. c. Philip Slznic Organisasi adalah suatu peraturan personil berguna dalam mempermudah dalam melakukan pencapaian dari beberapa tujuan yang sudah ditetapkan lewat alokasi tanggung jawab dan fungsi atau Through the allocation of functionss and responsibilites. d. Mistiani, S.sos Pengertian organisasi merupakan bentuk formal dari perkumpulan, kelompok, serta sekumpulan individu yang mempunyai tujuan yang bersifat pribadi. Kemudian dari adanya tujuan serta organisasi akan berusaha dalam meraih tujuan yang sebelumnya telah disepakati bersama. e. Thompson Menurut Thompson, apa yang dimaksud dengan organisasi adalah suatu perpaduan antara anggota-anggota spesial yang sangat impersonal dan rasional yang saling bekerjasama (koperasi) dalam mencapai tujuan-tujuan yang spesifik yang sudah diumumkan. f. Schein Organisasi adalah suatu koordinasi yang dijalankan secara rasional di setiap kegiatan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan secara umum dengan memiliki pembagian, fungsi dan pekerjaan melalui hirarki yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab. Karakterisitik dari organisasi menurut Schein antara lain : mempunyai tujuan organisasi, struktur organisasi, saling berhubungan guna mengkoordinasikan aktivitas yang terjadi di dalamnya. g. Kochler Definisi organisasi adalah suatu sistem yang mempunyai hubungan secara tersistematis, terkoordinasi lewat usaha pada suatu kelompok orang yang sedang bergerak dengan memiliki tujuan tertentu. h. Pfiffner dan Sherwood Organisasi adalah sebagai pola dari cara-cara dalam mana sejumlah orang yang saling berinteraksi, bertatap muka, secara intim dan terikat dalam suatu tugas yang bersifat rumit, berinteraksi satu sama yang lainnya secara sengaja, memutuskan untuk mencapai tujuan yang telah diputuskan semula secara teratur. 1.1.2. Definisi organisasi secara umum organisasi adalah tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. 1.1.3. Definisi Perilaku Organisasi Definisi Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri 1.1.4. Teknologi Informasi (TI), Teknologi adalah aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan manusia untuk mencapai tujuan praktis, termasuk menggunakan metode, cara-cara dan alat-alat fisik, seperti mesin agar dapat memecahkan masalah (Kramarae dan Spender, 1994). Sedangkan yang disebut dengan informasi merupakan pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang memberikan makna yang dapat ditafsirkan. Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan informasi. Teknologi informasi terdiri dari teknologi komputer (computing technology) dan teknologi komunikasi (communication technology) yang digunakan untuk memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau non finansial (Bodnar dan Hopwood, 1995). Sehingga dapat dikatakan bahwa Teknologi informasi adalah segala cara atau alat yang yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang bermanfaat bagi pemakainya. Implementsi teknologi informasi dalam perusahaan diharapkan dapat menunjang kemampuan organisasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan. Pfeifer dan Leblebici (1977) dalam Markus dan Robey (1988) menyatakan bahwa pada saat organisasi menghadapi lingkungan yang sangat kompleks dan terus berubah, maka teknologi informasi merupakan suatu keharusan dan dibutuhkan. Senada dengan pendapat diatas, Huber (1984) dalam Markus dan Robey (1988) juga mengemukakan bahwa kebutuhan akan kapasitas pengolahan informasi meningkat jika lingkungan menjadi serba tidak menentu dan kompleks. Huber membedakan teknologi informasi menjadi dua yaitu teknologi komputasi (computing technology) dan teknologi komunikasi (communication technology) yang dikenal dengan istilah teknologi “C-kuadrat”. Teknologi komputasi adalah gabungan dari sistem informasi manajemen (MIS), sistem pengetahuan (knowledge system) dan desicion support system (DSS). Sedangkan teknologi komunikasi adalah mencakup semua teknologi yang berkaitan dengan teknologi jaringan yang digunakan untuk komunikasi yaitu LAN (Local Area Network), WAN (Wide Area Network), E-mail, Voice-mail, Radiophones, Videotext dan Econference. Keen (1986) dalam Tjakrawala (2002) mendukung pendapat dari Huber dengan menyebutkan tiga perbedaan antara teknologi komputasi dengan teknologi komunikasi yaitu : teknologi komunikasi terkait dengan faktor-faktor perubahan usaha yang baru dan kompleks; teknologi komunikasi pada dasarnya adalah teknologi pemampu/enabling technology yang menyediakan sistem informasi yang canggih dan teknologi komunikasi dalam keekonomisannya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan berdampak pada organisasi. Grover dan Teng (1996) berpendapat bahwa untuk memisahkan/membedakan secatra tegas antara teknologi komputasi dan teknologi komunikasi akan mengalami kesulitan. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya, teknologi komunikasi dapat menguranngi biaya dan waktu untuk meyampaikan informasi tentang lingkungan eksternal, sedangkan teknologi komputasi memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan eksternl itu sendiri dan memberikan organisasi kemampuan untuk menangani lingkungan yang lebih kompleks (melalui fungsi computing technology yaitu meringkas dan menganalisis). 1.1.5 Peranan Teknologi Informasi dalam Organisasi Penggunaan TI (Teknologi Informasi) dalam sebuah organisasi sangatlah penting, dan untuk menerapkan TI tersebut haruslah dilihat karakteristik organisasi tersebut sebelumnya. Peran teknologi informasi bagi sebuah perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry. Terdapat lima peranan mendasar teknologi informasi di sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu: a. Fungsi Operasional. Membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasil lantaran sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap sebagai firm infrastructure. b. Fungsi Monitoring and Control. Mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer. Sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait. c. Fungsi Planning and Decision. Keberadaan teknologi informasi dianggap sebagai enabler dari rencana rencana organisasi dan merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. Tidak jarang organisasi yang pada akhirnya memilih menempatkan unit teknologi informasi sebagai bagian dari fungsi perencanaan dan/atau pengembangan korporat karena fungsi strategis tersebut. d. Fungsi Communication. Secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era organisasi modern, dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi. e. Fungsi Interorganisational. Merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. 1.1.6. Pengaruh TI terhadap perubahan organisasi Pengaruh TI terhadap perubahan organisasi memiliki bebera factor diantaranya 1. Fungsi Operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap sebagai sebuah firm infrastructure. 2. Fungsi Monitoring and Control mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer, sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait. 3. Fungsi Planning and Decision mengangkat teknologi informasi ke tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai penyedia dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah tambahan informasi bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. 4. Fungsi Communication secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure. Dalam era organisasi modern dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi. 2.1 Contoh kasus organsasi organisasi yang melakukan perubahan akibat implementasi TI 2.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan 2.1.1.1 Penelitian Tentang Peran/Pengaruh Teknologi Informasi Dalam Hubungan Antara Lingkungan Dengan Struktur Organisasi. Penelitian konseptual tentang teknologi informasi dikemukakan oleh Keen (1987), Huber (1990) dan Fidler et.al (1996). Keen (1987) dalam Tjakrawala (2002) menelaah hubunngan antara komunikasi dengan pilihan organisasiyang menhasilkan gagasan bahwa teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi dapat dipandang sebagai elemen utama untuk mengelola dan menciptakan perubahan dalam proses untuk mengubah keseluruhan aspek organisasi atau interaksi dari organisasi dengan lingkungannya. Huber (1990) menghasilkan beberapa konsep tentang pengaruh teknologi kontemporer (teknologi informasi) pada desain organisasi, intelegensia dan pembuatan keputusan. Fiedler. Et. Al (1996) mengemukakan bahwa penataan sistem informasi yang memiliki komponenkomponen komunikasi yang kuat akan menunjanng struktur yang integratif.Lee dan Grover (2000) menguji pengaruh teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi sebagai mediator (perantara/intervening) hubungan antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa teknologi komunikasi memegang peranan langsung dan berpengaruh terhadap hubungan antara lingkungan yangdinamis dengan kompleksitas struktural, hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan kompleksitas struktural dan hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan integrasi. Tjakrawala (2002) melakukan penelitian yang sejenis, yang merupakan replikasi dari penelitiannya Lee dan Grover (2000) dengan jenis sampel yang sama tetapi lokasinya berbeda yaitu Indonesia. Tjakrawala berhasil mengkonfirmasi hasil penelitian Lee dan Grover (2000) dan bahkan membuktikan secara empiris tiga hipotesis lain yang tidak dapat dibuktikan oleh Lee dan Grover, yaitu teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi berkontribusi secara signifikan dan langsung terhadap hubungan antara dinamika lingkungan dengan formalisasi dan integrasi struktur organisasi serta hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan sentralisasi struktural. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjakrawala, Susanti (2002) juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Grover (2000)tetapi menempatkan variabel teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi sebagai moderating variable. Hasil penelitian Susanti (2002) menunjukkan bahwa teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi dapat menjadi variabel moderatingpada hubungan antara dinamika lingkungan dengan kompleksitas dan formalisasi struktur organisasi dan juga hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan kompleksitas struktur organisasi. Dari penelitian-penelitian sebelumnyadiatas dapat diperoleh gambaranbahwapenelitian yang membahas mengenai pengaruh teknologi informasi dalam hubungan antara lingkungan dengan struktur organisasi dapat dibedakan menjadidua kelompok. Kelompok pertamaadalah penelitian yang menempatkan teknologi informasi sebagai variabel moderatingterhadap hubungan antara lingkungan dengan struktur organisasi. Variabel moderatingdisini bermakna bahwa adanya teknologi informasi akan memperkuat ataukah memperlemah hubungan antara lingkungan dengan struktur organisasi.Dapat dikatakan bahwa teknologi informasi sebagai variabel eksogen yang terlepasdari lingkungan.Sedangkan kelompok kedua adalah penelitian yang menempatkan teknologi informasi sebagai variabel interveningterhadap hubungan antara lingkungan dengan struktur organisasi. Variabel interveningbermakna bahwa teknologi informasi sebagai sarana/perantara hubungan antaralingkungan dengan struktur organisasi. Maknanya adalah teknologi informasi bukanlah merupakan variabel eksogen (terlepas dari lingkungan) tetapi merupakan konsekuensi dari atribut lingkungan sehingga tanpa keberadaan teknologi informasi, adanya perubahan lingkungan akan sulit untuk menciptakan respon struktural yang diinginkan. Berdasarkanpenelitian-penelitian sebelumnya yang sebagian besar menempatkan teknologi informasi khususnya teknologi komunikasisebagai mediator (intervening) hubungan antara lingkungan dengan struktur organisasidan berdasarkan perkembangan saat ini,dimanatingkat pemanfaatan/penggunaan teknologi informasi diperusahaan cenderurung tinggi dan merupakan kebutuhan yang penting dalam mengelola aktivitas-aktivitas bisnis perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi menjadi perantara /mediator hubungan antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Teknologi informasi sudah menjadi elemenpenting dalam pencapaian tujuan organisasi untuk mengatasi ketidakpastian lingkungan. Keberadaan teknologi informasi sangat diperlukan untuk menciptakan respon struktural yang diinginkan pihak manajemen dalam mengantisipasi adanya perubahan lingkungan. Argumen tersebutdiatas sesuai dengan proposis yang dikemukanan oleh Keen (1987) dalam Tjakrawala (2002) bahwa teknologi informasi dapat dipandang sebagai elemen utama untuk mengelola dan perubahan dalam proses-proses usaha untuk mengubah keseluruhan aspek organisasi atau interaksi antara organisasi dengan lingkungannya. Teng et al (1994) juga menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan faktor pendorong utama perubahan fundamental proses-proses usaha. Lebih lanjut Lee dan Grover berargumen bahwa bahwa penerapan teknologi informasi akan membawa perubahan bagi struktur organisasi, dengan kata lain keadaan lingkungan mendorong perusahaan berinvestasi dalam teknologi informasi yang selanjutnya termanifestasi dalam perubahan-perubahan struktural organi 2.1.1.2 Permasalahan dalam struktur organisasi perusahaan Realita yang harus dihadapi oleh organisasi adalah bahwa penyelenggaraan bisnis dengan cara yang lama dan terus menerus sudah tidak mampu lagi menghadapi perubahan yang ada. Dalam lingkungan sekarang ini tidak ada yang konstan atau dapat disamakan, baik mengenai masalah pertumbuhan pasar, permintaan konsumen, siklus hidup produk, laju pertumbuhan teknologi, dan sebagainya. Ada 3 kekuatan yang berperan besar dalam perubahan tersebut baik secara terpisah maupun kombinasi dari ketiganya, yang tidak dapat diprediksi oleh eksekutif sehingga perubahan menjadi satu hal yang wajib bagi dunia bisnis. Ketiga kekuatan tersebut adalah pelanggan (customer), pesaing (competitors), dan perubahan (change). Pemenuhan pesanan dimulai saat seorang pelanggan menaruh pesanan, dan berakhir saat barang-barang disampaikan, termasuk segala sesuatu yang ada diantara keduanya, sehingga bukan produk melainkan proses penciptaan produk yang membawakan keberhasilan jangka panjang perusahaan. Struktur organisasi modern ditandai dengan adanya struktur tim kerja, dimana tim secara permanen maupun sementara membentuk hubungan lateral dan memecahkan masalah seluruh organisasi, ataupun membentuk cross functional team yang terdiri dari anggotaanggota dari departemen fungsional yang berbeda untuk memecahkan masalah-masalah dan meperluas kesempatan. Dan yang terakhir adalah pembentukan network organization yang merupakan suatu struktur organisasi yang baru tersebut diharapakan dapat merubah pola perilaku individual untuk semua level organisasi dalam hal : a) Komunikasi yang lebih terbuka b) Kerja sama yang baik c) Bertanggung jawab d) Mempertahankan cara pandang/filosofi organisasi e) Memecahkan masalah secara lebih efektif f) Memberikan dukungnan dan cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi yang ada g) Adanya interaksi yang baik h) Adanya kemauan untuk mencoba i) Berpartisipasi j) Memperkenalkan aliran informasi k) Pengembangan-pengembangan lain. l) Karakteristik organisasi yang efektif Organisasi yang sukses di masa depan adalah yang mampu mendelegasikan proses pembuatan keputusan kepada karyawan di bawahnya dan adanya minimisasi kegiatan pengawasan, karena pengawasan tersebut melekat pada diri karyawan. Tenaga kerja yang semula dipandang sebagai salah satu faktor produksi yang perlu diefisienkan penggunaannya, sehingga perlu dilaksanakan konsep penugasan fraksional, telah bergeser menjadi suatu sistem produksi yang sistim kerjanya dirancang sedemikian rupa serta memperlakukan dan mengakui seluruh dimensi kemanusiaan tenaga kerja tersebut. Tenaga kerja adalah mitra kerja pemilik perusahaan, dan para pimpinan adalah orang yang paling berpengaruh dalam mencapai visi bisnis jangka panjang. Tanpa adanya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik, tenaga kerja, dan pemimpin, maka tidak akan tercapai produksi untuk kemakmuran bersama. Manajer harus mengerti penyempurnaan, mengerti tenaga kerja, dan mengerti produk. Sedang lingkungan organisasi harus berperan sebagai pemberi arah dan petunjuk bagi pelaksanaan sistem produksi tersebut. Organisasi yang efektif adalah yang tidak birokratis, sehingga lebih fleksibel dan dapat bergerak lebih cepat. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain : a) Minimisasi hirarki organisasi sehingga jarak antara pemimpin puncak dengan karyawan lebih pendek, yaitu dengan mengurangi middle management. Hal ini akan mempermudah komunikasi langsung pimpinan dengan karyawan sehingga tercapai kepercayaan antara pimpinan dengan karyawan dan antar karyawan itu sendiri. b) Mengurangi pengawasan, dengan memberikan tugas tersebut secara langsung kepada para karyawan, sehingga karyawan perlu dilatih baik keterampilan maupun mentalnya untuk dapat merumuskan permasalahan secara sistematis dan sederhana, serta mampu memecahkan masalah dengan tenang. c) Menggunakan tim kerja yang mampu bekerja secara mandiri, dan diberi tanggung hawab penuh untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dan bertanggung jawab dalam perancangan dan pembuatan produk. Karyawan juga perlu diberi kekuasaan untuk melakukan kreasinya dan bebas mengatur tugasnya dalam tim. Selain itu karyawan perlu diberikan pelatihan silang sehingga ada suasana saling melatih antar anggota tim tersebut. 2.1.2 Pengaruh teknologi informasi terhadap komunikasi organisasi a) Kita menyadari, kehadiran teknologi informasi telah mengurangi intensita statap muka yang terjadi dalam organisasi. Padahal interaksi seperti itu dapat mengambil 40% dari satu hari kerja manajer. Goldhaber, ahli komunikasi organisasi, juga mengungkapkan bahwa anggota organisasi biasanya menyampaikan keinginan untuk berinteraksi lebih banyak melalui tatap muka walau membawa risiko bekerja tak efisien. Apakah, dengan demikian, berarti komunikasi organisasi yang baik menjadi semakin asosial? b) O` Connell dalam penelitiannya memberikan enam hipotesis yang berhubungan dengan peranan teknologi dan pengaruhnya dalam komunikasi organisasi: 1. Kesempatan untuk hubungan tatap muka akan hilang dan informasiberdasarkan isyarat nonverbal berkurang. Akibatnya, kesempatan berbagi informasi secara acak dan spontan berkurang pula. Para manajer harus menyusun kerja dan relasi untuk menyediakan kesempatan tatap muka yang lebih banyak (melalui teks dan simbol). 2. Akan lebih banyak pesan-pesan informal dan memotong hierarki karenapembenaran terhadap format baru yang muncul sebagai proses alamiah jaringanelektronik. Struktur organisasi dan alur informasi formal akan didefinisiulang. 3. Dampak saluran berarti bahwa pesan-pesan berdampak dan bernilai akanmenurun. Data digital dengan konteks dan interpretasi minim adalahaturannya. Akibatnya, pengambilan keputusan akan terganggu daripadaterbantu. Ketidakjelasan dalam menginterpretasi informasi akan meningkat dankualitas keputusan menurun karena kurangnya pemahaman konteks dan nilaiorganisasi. Organisasi harus bekerja lebih keras dalam mengkomunikasikansejarah dan nilai-nilai organisasi. Para manajer harus mencari cara baruuntuk mengkomunikasikan komponen afektif dari pesanpesan. Gaya pengambilankeputusan yang baru dan lebih baik juga perlu. 4. Kepercayaan akan mempunyai komunikasi.Kepercayaan akan peranan muncul yang seiring berbeda dengan dalam kebersamaan pengalaman, nilai-nilai,memberi dan menerima dan sebagai hasil komunikasi antarmanusia. Hadirnyasatelit, e-mail, dan jaringan komunikasi elektronik lainnya dapat mengurangidimensi kepercayaan yang selama ini kita telah terbiasa. Jaringan komunikasibaru dapat saja menggantikan peranan ini. 5. Komputerisasi menghadapkan pada disiplin untuk berpikir linear. Dataterproses dalam kerangka kecepatan sesuai kemajuan perangkat teknologi.Sebagai konsekuensinya, manusia menjadi tak sabar dan rasa toleransi berkurang terhadap gaya individu berkomunikasi. Organisasi dapat pulamenjadi berkurang toleransinya terhadap pegawai yang tidak berpikir atauberanggapan dalam mode linear. Mereka harus mencari cara untuk mendukung danmelindungi pemikiran serta komunikasi yang bersifat nonlinear. 6. Harapan akan kinerja adalah berdasar pada kondisi machine driven. Denganpenyesuaian kita terhadap kecepatan dan ketepatan komputer, kita mungkinmengharap para pegawai mempunyai kualitas dan menghasilkan dengan cara yangmirip. Para pegawai dalam organisasi dapat menganggap permintaan ini sebagaihal yang tak manusiawi dan memaksa. Serikat kerja dapat mengangkatlingkungan kerja seperti itu sebagai persoalan. Maka organisasi harusmendefinisikan dan menggunakan standar kinerja yang sesuai dengan kondisibaru. c) Semakin majunya teknologi inovasi yang ada, maka semakin banyak konsekuensi yang muncul --sebagian diharapkan namun sebagian juga tidak disengaja atau tersembunyi. Namun, perlu diingat pula bahwa inovasi tetap penting untuk dilaksanakan oleh organisasi. Memang biasanya suatu terobosan atau diterapkannya teknologi yang 'mengganggu' pasti akan ditolak saat pertama kali diperkenalkan oleh individu yang tak bisa memanfaatkan (Brown, Christensen). d) Dengan adanya dampak negatif dan positif dari kehadiran TI bagi komunikasi keorganisasian seharusnya semakin membuat organisasi berpikir bagaimana dampak negatif dieliminasi sedangkan dampak positif dimanfaatkan. Para ahli komunikasi menjelaskan bahwa perbedaan antara komunikasi berbasis komputer dan komunikasi tatap muka lebih banyak berhubungan dengan waktu yang tersedia bagi perkembangan hubungan dibanding dengan karakteristik manusia. Jadi, pada prinsipnya tergantung pada kemampuan manusia mengelola TI bagi prestasi kerja dan hubungan sosialnya. Bisa jadi bila seseorang berinteraksi dalam kurun waktu yang cukup lama, maka karakteristik dari komunikasi berbasis komputer tersebut menjadi interpersonal daripada impersonal dan terdapatnya sedikit perbedaan antara komunikasi berbasis komputer dengan tatap muka. e) Berdasarkan teori kekayaan media atau pilihan rasional menganjurkan agar manusia memilih media komunikasi berdasar kekayaan yang melekat pada medium dan bagaimana tingkatan kekayaan tersebut sesuai dengan kejadian komunikasiyang berlangsung saat itu. f) Trevino, Lengel, dan Daft (1987) mengungkapkan bahwa manajer yang efektif adalah mereka yang lebih maju dan berhasil dalam organisasi, sangat cocok dalam menyesuaikan medium yang tepat dengan situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, manajer tersebut pasti sudah memahami saat yang tepat apakah memilih media rich atau lean yang disesuaikan dengan situasi. Ide pokoknya adalah menyesuaikan dengan tepat tingkat kekayaan medium dengan tugas komunikasi sehingga diharapkan menghasilkan komunikasi efektif.