PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN KAP

advertisement
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN KAP
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2006-2010
ABSTRAK
Oleh:
TRY SYABANDI RASYID
NPM : 0811031056
Tlpn : 08978921546
Email : [email protected]
Pembimbing I : Drs. A.Zubaidi Indra, M.M., C.P.A.
Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh dari corporate governance
dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Tingkat konservatisme
sebagai variabel dependen diukur dengan conservatism index score Penmann dan
Zhang. Corporate governance sebagai variabel independen diproksikan dengan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, jumlah komite audit dan
proporsi komisaris independen. Sedangkan ukuran KAP diproksikan dengan
variabel dummy yang membedakan antara KAP big-four dan non-big four.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 141
perusahaan, namun setelah digunakan teknik purposive sampling didapatkan
sampel sebanyak 29 perusahaan dengan perioda pengamatan selama 5 tahun
(2006-2010). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan proksi corporate governance dan ukuran
KAP mempengaruhi secara bersama-sama tingkat konservatisme perusahaan.
Kepemilikan institusional, jumlah komite audit dan proporsi komisaris
independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme
perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
tingkat konservatisme perusahaan. Ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat konservatisme perusahaan.
Kata Kunci : Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Ukuran KAP, Tingkat
Konservatisme.
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE AND AUDIT FIRMS
SIZE TOWARDS CONSERVATISM LEVEL IN MANUFACTURING
COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2006-2010
PERIOD
ABSTRACT
By
TRY SYABANDI RASYID
NPM : 0811031056
Phone : 08978921546
Email : [email protected]
Pembimbing I : Drs. A.Zubaidi Indra, M.M., C.P.A.
Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt
This research aims to examine the effect of corporate governance and audit
firms size towards conservatism level in manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period. Conservatism level as dependent
variable is measured with conservatism index score from Penmann and Zhang.
Corporate governance as independent variable consist of institutional ownership,
management ownership, the number of audit committee member, and proportion
of independent committionary. Audit firms size measured with dummy variable
which differentiate big four audit firms or not.
Population for this research are 141 manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange. After using purposive sampling method, 29 sample
were taken with five years (2006-2010) observation period. Hypothesis testing is
done using multiple regression analysis.
The results show corporate governance and audit firms size affect
simutaneously significant the conservatism level. Institutional ownership, audit
committee, and independent committionary affect positively significant the
conservatism level. Management ownership affect positively insignificant the
conservatisme level. Audit firms size affect negatively significant the
conservatism level.
Keywords : Corporate Governance, Institutional Ownership, Management
Ownership, Audit Committee, Independent Committionary, Audit Firms Size,
Conservatism Level.
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi banyak skandal manipulasi laporan keuangan melibatkan
sejumlah perusahaan besar di dunia seperti Enron,Parmalat,Global Crossing, dan
Worldcom. Beberapa perusahaan besar di Indonesia pun mengalami skandal
tersebut seperti Kimia Farma dan Bank Lippo. Fenomena skandal keuangan yang
terjadi menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam
laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang
sebenarnya.
Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak
terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi
luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi
mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate
governance belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan atau
pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi-informasi yang memberi
dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk
cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu
guna menghindari terpuruknya harga saham.
Konservatisme akan lebih menekankan pada kehati-hatian dalam merespon
ketidakpastian masa depan, sehingga informasi yang disajikan di dalam laporan
keuangan yang konservatif akan lebih aman dan beresiko kecil yang sangat
disukai oleh para pengguna laporan keuangan.
Selain itu penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor
Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena
akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP
kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan
berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP
dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan Herawaty,
2007).
Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme yaitu corporate
governance dan ukuran KAP. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda
2006-2010. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur karena sektor
manufaktur adalah sektor yang dominan di Asia, khususnya Indonesia (Achmad,
et al., 2009).
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Corporate Governance dan Ukuran KAP
terhadap Tingkat Konservatisme Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010”
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah dibahas diatas, maka untuk
menghindari terjadinya penyimpangan dari penetapan obyek yang akan diteliti,
maka perumusan masalah akan dikemukakan sebagai berikut:
1. Apakah unsur-unsur corporate governance memiliki pengaruh terhadap tingkat
konservatisme perusahaan?
2. Apakah ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap tingkat konservatisme
perusahaan?
1.2.2 Batasan Masalah
1. Tingkat konservatisme dalam penelitian ini menggunakan proksi indeks
convervatism score yang dikembangkan oleh Penmann dan Zhang (1999).
2. Corporate governance untuk melihat pengaruhnya terhadap integritas laporan
keuangan dalam penelitian ini menggunakan proksi presentase saham institusi,
presentase saham manajemen, jumlah komite audit dan persentase komisaris
independen terhadap total anggota dewan komisaris.
3. Ukuran KAP untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat konservatisme
perusahaan dalam penelitian ini dibedakan dalam KAP big-four dan KAP non
big-four.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
Menganalisis perngaruh corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat
konservatisme pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006-2010.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi para peneliti dan akademisi dalam menjawab pertanyaan apakah secara
empiris terdapat pengaruh corporate governance dan ukuran KAP terhadap
tingkat konservatisme perusahaan.
2. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, sebagai suatu bahan kajian dan
pertimbangan bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti kualitas
corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agency Theory
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:569) adalah
hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan
agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk
pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent
(Widyaningdyah,2011).
Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menyatakan adanya hubungan
kontrak antara agent (manajemen) dengan principal (pemilik). Agent diberi tugas
oleh principal untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan, sehingga agent
memiliki lebih banyak mempunyai informasi mengenai perusahaan dibandingkan
principal. Agent bertanggung jawab terhadap principal yang menginginkan laba
maksimal atas investasinya, kemudian berdampak dengan pendanaan perusahaan
baik dari investor atau kreditor. Sedangkan agent menginginkan kesejahteraannya
meningkat dengan memaksimumkan kompensasinya meskipun tindakan yang
dilakukan oleh agent tidak sesuai dengan kepentingan principal. Hal inilah yang
memicu terjadinya biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan
bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan
pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman
(bondholders).
Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)
dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings
management dalam rangka mengelabuhi pemilik mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan pemilik saham, maka manajer akan cenderung melakukan
kecurangan dengan melakukan praktik manajemen laba untuk meningkatkan
keuntungannya sendiri.
2.2. Signaling Theory
Signaling theory adalah pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dan pihak luar (investor,
kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan
yang dapat dipercaya dan memiliki integritas dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Untuk memastikan pihak-pihak
yang berkepentingan mempercayai keandalan informasi keuangan yang
disampaikan agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas
memberikan pendapat tentang laporan keuangan seperti auditor independen.
Signal opini yang diberikan oleh auditor independen merupakan signal yang
mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang
telah di audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan
signal kepercayaan pihak agent, prinsipal, dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan atas legalitas dan integritas opini audit yang dikeluarkan akuntan.
2.3. Konservatisme
Konservatisme adalah suatu usaha untuk menjamin bahwa resiko atau tingkat
ketidakpastian dalam suatu usaha dipertimbangkan memadai. Didalam
konservatisme, jika terdapat dua alternatif atau lebih dan memiliki kemampuan
sama memenuhi objektivitas dari laporan keuangan, maka yang dipilih adalah
alternatif yang memiliki paling sedikit memberi manfaat dampak perolehan laba
dan posisi keuangan.
Konservatisme indentik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya
lebih kecil daripada laporan keuangan yang overstate. Laporan keuangan yang
memenuhi karakteristik di atas akan lebih reliable karena informasi yang
disajikan tersebut tidak menyebabkan ada pihak yang dirugikan, jadi dengan
demikian laporan keuangan itu akan memenuhi syarat SFAC No. 2 tentang
“qualitative characteristic of accounting information”. Konservatisme juga berarti
bahwa akuntan harus mencatat nilai alternatif terendah untuk aset dan nilai
alternatif tertinggi untuk kewajiban (Watts dan Zimmerman, 1986).
Pengukuran tingkat konservatisme dihitung dengan menggunakan indeks
konservatisme yang dikembangkan oleh Penman dan Zhang (1999). Dimana
perhitungan tingkat konservatisme perusahaan diukur berdasarkan adanya
estimasi cadangan tersembunyi.
2.4. Corporate Governance
Menurut Griffin (dalam Susiana dan Herawati, 2007) pengertian corporate
governance adalah “The roles of shareholders, directors and other managers in
corporate decision making.”
Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran
corporate governance adalah:
1. Kepemilikan Institusional;
2. Kepemilikan manajerial;
3. Komite audit;
4. Komisaris independen.
2.4.1 Kepemilikan Institusional
Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan corporate governance yang
kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan
manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring dapat berupa pengendalian
manajemen yang dapat mengendalikan praktik manajemen laba. Solomon &
Solomon (dalam Jama'an, 2008) menyatakan bahwa pengaruh investor
institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta
dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para
pemegang saham.
2.4.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajemen penting dalam mengendalikan tindakan manajemen
dalam perusahaan. Dengan memiliki sebagian kepemilikan perusahaan, maka
manajemen akan berusaha memperbaiki kinerjanya dan mencoba menaikkan nilai
perusahaan karena manajemen juga adalah pemilik perusahaan. Karena
manajemen juga memiliki perusahaan, maka manajemen akan berperilaku seperti
pemegang saham yang ingin keamanan terhadap investasinya di perusahaan
tersebut.
2.4.3 Komite Audit
Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien yang
bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen
(Supriyono, 1998).
Keberadaan komite audit di dalam perusahaan sebagai pihak independen yang
mengawasi jalan perusahaan dari internal. Keberadaan komite audit dapat menjadi
jaminan keamanan informasi yang diterima oleh pemegang saham (principal) atas
asimetri informasi keuangan dari pihak manajemen selaku agen.
2.4.4. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya
beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar
perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan (Susiana dan Herawaty, 2007). Komisaris independen bertujuan
untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait.
2.4.5. Ukuran KAP
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan
berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien
terhadap kualitas audit. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas
auditor berdasarkan perbedaan big five dan non-big five dan ada juga yang
menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit
ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003).
Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP
dengan kualitas audit (Lennox, 2000). Penelitian DeAngelo (1981) dalam Lennox
(2000) mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk
menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP
yang lebih kecil.
2.5. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap konservatisme
Penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008) menemukan bahwa kepemilikan
institusional sejalan dengan tingkat konservatisme perusahaan. Kepemilikan
institusional dapat mengendalikan perilaku manajer dalam mementingkan dirinya
sendiri dan lebih berfokus pada kinerjanya di perusahaan, serta mengendalikan
informasi yang akan dikeluarkan lebih hati-hati terhadap ketidakpastian dibanding
membesarkan laba semata. Maka dari itu, kepemilikan institusional penting dalam
meningkatkan konservatisme perusahaan.
Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat konservatisme.
2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme
Jama'an (2008) menemukan bahwa besarnya kepemilikan manajerial berpengaruh
dalam mengurangi masalah keagenan dan dapat menyelaraskan kepentingan
manajer dengan pemegang saham. Meningkatnya proporsi saham yang dimiliki
oleh manajer akan membuat manajer bertindak sebagai pemegang saham yang
ingin sahamnya di perusahaan terlindungi, sehingga manajer akan berusaha
berhati-hati terhadap kebijakan perusahaan dan lebih konservatif dalam
melaporkan keuangan perusahaan.
Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat konservatisme.
3. Pengaruh jumlah komite audit terhadap tingkat konservatisme
Siegel (1996), dalam Susiana dan Herawaty (2007), komite audit adalah suatu
badan yang dibentuk didalam perusahaan yang bertugas untuk memelihara
independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. Komite audit akan
memberikan pandangan mengenai kebijakan akuntansi dan pengendalian internal.
Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat
dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang
memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif.
Sehingga adanya komite audit yang kuat akan mengendalikan manajemen dalam
memainkan laba demi mendapatkan bonus dan lebih konservatif atau hati-hati,
serta menjaga konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
Ha3 : Jumlah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
konservatisme.
4. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap tingkat konservatisme
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaaan yang good corporate governance. Komisaris
independen adalah posisi komisaris yang paling baik karena tidak boleh ada
afiliasi apapun dengan perusahaan baik dari sisi pemegang saham maupun
kekeluargaan. Sehingga keberadaan komisaris independen berbeda dengan dewan
komisaris internal perusahaan.
Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi
resiko informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika
perusahaan memiliki komisaris independen yang proporsional akan terdapat
badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen
perusahaan sehingga laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen akan
cenderung lebih konservatif (resiko lebih kecil ).
Ha4 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan
terhadap tingkat konservatisme.
5. Pengaruh ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme
Dalam hubungan dua belah pihak, yakni principal dan agen harus ada pihak
ketiga yang independen sebagai penengah dan pengendali agar keselarasan
informasi terjadi. Disinilah kehadiran akuntan publik dan auditor diperlukan
sebagai penengah dari asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan
stakeholders.
Naim (1999) dalam Dewanti (2011) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan juga
lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Pancawati (2010) juga
menyebutkan bahwa investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang
dihasilkan dari KAP yang besar.
KAP yang lebih besar cenderung akan menghindari hal-hal yang merusak
reputasinya, seperti manajemen laba yang terlalu besar oleh kliennya. Sehingga
KAP yang besar akan lebih senang dengan laporan keuangan yang konservatif
agar tidak terjadi penipuan informasi yang disajikan oleh perusahaan. Sehingga
perbedaan ukuran KAP akan mempengaruhi tingkat konservatisme.
Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
konservatisme.
3.
METODA PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
penelitian berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam database
Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory selama tahun
2006 sampai 2010 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan
keuangan perusahaan.
3.2.Populasi dan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 - 2010 dan tidak
sedang berada pada proses delisting pada perioda tersebut.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan annual report pada tahun
penelitian.
3. Perusahaan memiliki variabel penelitian yang lengkap dalam laporan
keuangannya di tiap tahun penelitian.
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No
1
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
Jumlah Akumulasi
141
2006-2010
2
Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting
(20)
121
(82)
39
(10)
29
tahun 2006-2010 dari BEI
3
Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan
keuangan lengkap selama perioda pengamatan
(2006-2010)
4
Tidak ada data penelitian
Jumlah sampel total selama perioda penelitian
145
3.4 Operasional Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Dependen (X)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat konservatisme yang
diproksikan dengan conservatism score index dari Penmann and Zhang (1999).
Dalam penelitiannya Penman dan Zhang mengukur efek dari penerapan
akuntansi konservatif pada neraca dengan tingkat cadangan tersembunyi yang
diciptakan oleh konservatisme terhadap aset operasional bersih:
𝐢=
πΈπ‘ π‘‘π‘–π‘šπ‘Žπ‘ π‘– πΆπ‘Žπ‘‘π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘šπ‘π‘’π‘›π‘¦π‘–
𝑁𝑂𝐴
C
: conservatism score index
Estimasi Cadangan Tersembunyi
: cadangan kerugian piutang + akumulasi
penyusutan + pendapatan ditangguhkan +
revaluasi
NOA
: aktiva lancar + aktiva tetap – kewajiban
lancar
3.4.2. Variabel Independen (Y)
Dalam penelitian ini ada 2 variabel independen yang diteliti, yaitu corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, jumlah komite audit dan proporsi komisaris independen, serta
ukuran KAP yang diproksikan dengan ukuran KAP.
3.4.2.1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur dengan persentase saham institusinya.
Persentase saham institusi diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham
perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun
di luar negeri (Susiana dan Herawaty, 2007).
3.4.2.2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase saham manajemen perusahaan.
Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase
saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak
cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty 2007).
3.4.2.3. Komite Audit
Sesuai keputusan BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan SE-07/PM/2004
menyatakan bahwa suatu perusahaan yang telah go publik wajib memiliki komite
audit. Karena alasan tersebut model pengukuran komite audit dalam penelitian ini
menjadi jumlah anggota komite audit. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh
jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan.
3.4.2.4. Komisaris Independen
Komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan proporsi jumlah
komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris. Hal ini untuk
melihat pengaruh proporsi komisaris independen dalam suatu manajemen
perusahaan.
3.4.2.5. Ukuran KAP
Ukuran KAP dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy yang
membedakan antara KAP big-four dan non-big four. Dimana KAP yang
berafiliasi dengan KAP big four akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak nilai 0.
KAP big four di Indonesia (Dewanti, 2011):
Tabel 3.2 KAP Big-Four dan Afiliasi di Indonesia
BIG FOUR
Afiliasi di Indonesia
Price Water House Cooper (PWC)
KAP Haryanto Sahari & rekan
Deloitte Touche Tohmatsu
KAP Osman Bing Satrio & Rekan
Ernest and Young
KAP Purwantono, Sarwoko & Sanjaja
Klynveld Peat Marwick Goerdeler
KAP Siddharta Siddharta & Widjaja
(KPMG)
3.5. Alat Analisis
3.5.1. Alat Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis
statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata (mean) dan standar deviasi.
3.5.2. Alat Analisis Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis harus
memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini digunakan untuk menghindari estimasi yang
bias, mengingat tidak pada semua data dapat dapat diterapkan regresi. Uji asumsi
klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedatisitas.
ο‚· Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Cara untuk
menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan
normalitas distribusi residual. Jika sig atau p-value > 0,05, maka data berdistribusi
normal.
ο‚· Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terdapat korelasi,
berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas adalah dengan VIF (variance inflation factor). Indikasi adanya
multikolinearitas adalah apabila nilai VIF > 10.
ο‚· Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan
waktu. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara
gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Jika kesalahan pengganggu
dalam observasi saling berkorelasi satu sama lain atau terjadi saling
ketergantungan, maka akan terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi
yang diurutkan menurut waktu (time series) . Untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan Run Test dengan melihat
koefisien korelasi uji tersebut.
ο‚· Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas, yaitu jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap.
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Uji grafik plot yang
digunakan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara
SRESID dan ZPRED. Jika pada grafik tidak memiliki pola tertentu yang jelas
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3. Alat Ukuran Tingkat Konservatisme Perusahaan Sampel
Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui konservatisme laporan
keuangan seperti yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) adalah nilai aktiva
yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Proksi pengukuran ini
menggunakan rasio market to book value of equity yang mencerminkan nilai pasar
ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Book value dihitung
menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember dan
Market value diukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal
pengumuman agar dapat merefleksikan respon pasar atas laporan keuangan
(Fala,2007). Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan
akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih
rendah dari nilai pasarnya.
Rumus market to book value of equity sebagai berikut:
market value of common equity (MVE)
Market to book ratios =
book value of common equity (BVE)
dimana:
MVE =
harga penutupan saham akhir tahun X jumlah saham yang beredar
BVE
total asset – total kewajiban
=
3.5.4. Alat Analisis Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis statistik regresi berganda, yang
terdiri dari Adjusted R square, untuk melihat persentase pengaruh variabel bebas
yang dimasukkan dalam penelitian terhadap variabel terikat, uji f untuk menguji
model penelitian, serta Uji t untuk menguji hipotesis antara satu variabel
independent dengan satu variabel dependen.
ο‚· Uji Adusted R Square
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan koefisien determinasi. Koefisien
determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Nilai R² berkisar antara 0-1. Nilai yang
kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 bearti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
ο‚· Uji F
Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya.
ο‚· Uji T
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel
independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah :
𝑲𝑢𝑡𝑽 = 𝜢 + πœ·πŸπ‘²π‘°π‘΅π‘Ί + πœ·πŸπ‘²π‘΄ + πœ·πŸ‘π‘²π‘¨ + πœ·πŸ’π‘²π‘°π‘΅π‘« + πœ·πŸ“π‘²π‘¨π‘·+∈
Keterangan :
KONV
: ukuran tingkat konservatisme dengan proksi conservatism score
index
KINS
: persentase kepemilikian institusional
KM
: persentase kepemilikan manajemen
KA
: jumlah komite audit
KIND
: proporsi komisaris independen dari jumlah dewan komisaris
KAP
: ukuran KAP yang diproksikan dengan ukuran KAP (variabel
dummy, big four 1, non-big four 0)
α
: konstanta
ε
: kesalahan residual
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Statistik Desktriptif
Hasil statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
rata-rata serta standar deviasi dari komisaris independen, komite audit,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi serta tingkat konservatisme yang
diukur dengan C-score Penmann dan Zhang pada perusahaan – perusahaan
manufaktur di BEI pada tahun 2006-2010. Tercatat bahwa jumlah observasi yang
diteliti ada 145 observasi dari 29 perusahaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada komisaris independen
menunjukkan nilai terendah sebesar 0,20 yang berasal dari PT Voksel Electric
Tbk. Sedangkan nilai tertinggi berasal dari PT Langgeng Makmur Industry Tbk
sebesar 1,00 yang menunjukkan di perusahaan tersebut semua komisarisnya
adalah independen. Adapun nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3883.
Nilai minimum pada variabel komite audit sebesar 2,00 berasal dari PT Berlina
Tbk. Sedangkan nilai maksimum sebesar 4,00 berasal dari PT Citra Tubindo Tbk.
Nilai rata-rata komite audit sebesar 3,0483 yang menunjukkan banyak perusahaan
menggunakan 3 orang sebagai komite audit perusahaannya.
Dari hasil di atas juga dapat dilihat persentasi kepemilikan saham manajerial
terendah sebesar 0,00 yang berasal dari PT Langgeng Makmur Industry Tbk. Nilai
tersebut berasal dari persentase sebesar 0,02 %. Sedangkan nilai kepemilikan
manajerial tertinggi diperoleh oleh PT Prydam Farma Tbk sebesar 0,23. Nilai ratarata dari persentasi kepemilikan manajerial sebesar 0,0442. Semakin besar
persentase kepemilikan saham manajerial maka akan menunjukkan bahwa
semakin besar kecenderungan hak kontrol oleh pihak manajemen perusahaan di
dalam proses pengambilan keputusan suatu perusahaan.
Kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0,05 yang berasal
dari PT Sumi Indo Kabel Tbk. Sedangkan nilai dari PT Tempo Scan Pasific Tbk
menjadi nilai maksimum sebesar 0,95. Nilai rata-rata kepemilikan institusional
sebesar 0,3857.
Ukuran tingkat konservatisme yang diukur dengan C-Score Penmann dan Zhang
menunjukkan nilai minimum -2,71 yang didapat dari PT Surya Intrindo Makmur
Tbk pada tahun 2008. Sedangkan nilai maksimumnya 6,39 yang berasal dari PT
Surya Intrindo Makmur Tbk pada tahun 2009, hal ini dikarenakan adanya
penurunan yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan tersebut dari kisaran 10
miliar rupiah pada tahun 2008 hingga hanya sekitar 200 juta rupiah pada 2009.
Nilai rata-rata tingkat konservatisme adalah 0,6621. Semakin besar nilai C-Score
semakin cenderung perusahaan tersebut melakukan konservatisme.
4.2.Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Normalitas
a. Uji statistik dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test sebesar
0,780. dalam hal ini nilai tersebut menunjukkan lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi normal.
b. Analisis grafik dengan histogram dan grafik P-P Plot
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-P Plot
Pengujian normalitas juga dilakukan dengan analisis grafik yang terdiri dari grafik
histogram dan grafik P-P Plot. Berdasarkan grafik tersebut, menjelaskan bahwa
data terdistribusi normal. Hal ini dikarenakan kedua grafik tersebut menunjukkan
bahwa grafik sesuai dengan prinsip normalitas. Pada grafik histogram
menunjukkan bahwa grafik tersebut membentuk pola distribusi normal atau
disebut juga pola distribusi skewness tidak menceng ke kiri. Sedangkan pada
grafik P-P Plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonalnya.
4.2.2. Uji Multikolineritas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai VIF
(Variance Inflation Factor). Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance, jika nilai tolerance ≥ 0,10 ,
maka variabel tersebut terbebas dari masalah multikolinearitas. Sama halnya
dengan VIF, jika nilai VIF ≤ 10 , maka variabel tersebut terbebas dari
multikolinearitas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
KAP
0,627
1,594
KIND
0,903
1,107
KA
0,843
1,186
KM
0,681
1,469
KINS
0,913
1,095
Independen
Kesimpulan
Tidak Ada
Multikolinearitas
Tidak Ada
Multikolinearitas
Tidak Ada
Multikolinearitas
Tidak Ada
Multikolinearitas
Tidak Ada
Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui uji multikolinearitasnya dan dapat
disimpulkan nilai tolerance dan nilai VIF. Tampak pada uji multikolinearitas di
atas yang menunjukkan bahwa kelima variabel independen tersebut memiliki nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel
tersebut bebas dari masalah multikolinearitas.
4.2.3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi di dalam penelitian ini menggunakan Run Test. Pengujian Run
Test ini untuk mendeteksi apakah terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,906 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa
di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4. Uji Heterokidisitas
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar
dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini memnunjukkan bahwa model regresi
dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.3.Uji Tingkat Konservatisme Perusahaan Sampel
Uji menggunakan rumus market to book value of equity menunjukkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Uji Market to Book Equity
Kode
NO Perusah
Tahun
Nama Perusahaan
aan
2006 2007 2008 2009 2010
1
CTBN
PT Citra Tubindo Tbk
>1
>1
>1
>1
>1
2
ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Tbk
>1
>1
>1
>1
>1
3
ARGO
PT Argo Pantes Tbk
<1
<1
>1
>1
>1
4
BRPT
PT Barito Pasific Tbk
>1
<1
<1
>1
>1
5
DPNS
PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
>1
>1
<1
>1
>1
6
GJTL
PT Gajah Tunggal Tbk
<1
<1
<1
<1
>1
7
HDTX
PT Panasia Indosyntec Tbk
<1
<1
>1
<1
<1
8
IKBI
PT Sumi Indo Kabel Tbk
<1
<1
<1
>1
<1
9
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
>1
>1
<1
>1
>1
10
JPRS
PT Jaya Pari Steel Tbk
>1
>1
<1
<1
>1
11
KAEF
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
>1
>1
<1
<1
<1
12
PICO
PT Pelangi Indah Canindo Tbk
>1
>1
>1
<1
<1
13
PSDN
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
>1
<1
>1
<1
<1
14
SIMM
PT Surya Intrindo Makmur Tbk
>1
>1
<1
<1
<1
15
SKLT
PT Sekar Laut Tbk
>1
<1
<1
<1
<1
16
SSTM
PT Sunson Textile Manufacture Tbk
<1
>1
>1
>1
>1
17
STTP
PT Siantar Top Tbk
<1
>1
<1
<1
>1
18
TSPC
PT Tempo Scan Pasific Tbk
>1
>1
<1
>1
>1
19
VOKS
PT Voksel Electric Tbk
<1
>1
<1
<1
<1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 29 perusahaan sampel hanya 2
perusahaaan yang konsisten melakukan konservatisme selama 5 tahun periode
penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan angka MBE yang selalu lebih dari satu (>1)
dalam lima tahun. Sedangkan sisanya (17 perusahaan) berubah-ubah tingkat
konservatismenya dalam 5 tahun.
Kode
NO Perusah
aan
Tahun
Nama Perusahaan
2006 2007 2008 2009 2010
1
BRNA
PT Berlina Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
2
JKSW
PT Jakarta Kyoie Steel Works Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
3
KBLM
PT Kabelindo Murni Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
4
KICI
PT Kedaung Indah Can Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
5
LMPI
PT Langgeng Makmur Industry Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
6
MLIA
PT Mulia Industrindo Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
7
NIPS
PT Nipress Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
8
PRAS
PT Prima Alloy Steel Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
9
PYFA
PT Prydam Farma Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
10
UNIC
PT Unggul Indah Cahaya Tbk
<1
<1
<1
<1
<1
Sedangkan dari tabel diatas terdapat 10 perusahaan sampel yang konsisten tidak
melakukan konservatisme laporan keuangan dengan ditunjukkan nilai MBE yang
selalu kurang dari satu (<1) selama 5 tahun.
4.4.Uji Hipotesis
4.4.1. Koefisien Determinasi
Nilai R2 menunjukkan angka 0,156 yang artinya bahwa 15,6% tingkat
konservatisme perusahaan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel kepemilikan
institusi, komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan ukuran
KAP, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
4.4.2. Uji F
Hasil uji Anova menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05
dengan nilai probabilitas (F hitung) sebesar 5,589. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit,
kepemilikan manajerial dan ukuran KAP mempengaruhi tingkat konservatisme
perusahaan secara bersamaan.
4.4.3. Uji T
Hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji T (parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
-2,953
,785
KAP
-,362
,147
KIND
,572
KA
Beta
t
Sig.
-3,760
,000
-,244
-2,467
,015
,208
,227
2,758
,007
1,687
,678
,212
2,488
,014
KM
,039
,029
,126
1,328
,186
KINS
,234
,075
,256
3,130
,002
a. Dependent Variable: KONV
Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -2,953 -0,362X1 +0,572X2 +1,687X3 + 0,39X4 +0,234X5
Keterangan :
Y
: Tingkat Konservatisme Perusahaan (C-Score)
X1
: Ukuran KAP
X2
: Komisaris Independen
X3
: Komite Audit
X4
: Kepemilikan Manajerial
X5
: Kepemilikan Institusional
4.5.Pembahasan
4.5.1. Hipotesis Pertama
Ha1
: Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat konservatisme.
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 yang dimana
angka tersebut dibawah tingkat signifikansi (0,002 < 0,05). Sehingga ini
menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap tingkat
konservatisme. Namun dilihat dari koefisien regresi yang menunjukkan nilai
0,234 yang artinya jika 1% kepemilikan institusional bertambah maka tingkat
konservatisme perusahaan akan naik sebesar 0,234 dengan asumsi variabel lain
tetap. Hal ini berarti Ha1 diterima karena kepemilikan institusional berpengaruh
positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Jamaan (2008) yang menunjukkan hasil positif signifikan.
Sehingga semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar tingkat
konservatisme karena pemilik institusi sebagai shareholders lebih senang dengan
laporan keuangan yang beresiko kecil.
4.5.2. Hipotesis Kedua
Ha2
: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
konservatisme.
Dari tabel uji T dapat dilihat koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar
0,039 yang mendukung hasil penelitian Wu (2006) dimana ada hubungan positif
antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme. Namun hasil uji
kepemilikan manajerial menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,186 dimana
lebih besar dari 0,05 yang artinya Ha ditolak karena kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap tingkat konservatisme. Sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan oleh penelitian Ratna (2007) bahwa kepemilikan manajerial tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hal ini
dikarenakan kepemilikan saham manajemen di perusahaan tidak
mempengaruhinya dalam berhati-hati terhadap perusahaan, karena manajemen
tetap akan mendapatkan return dari hasil kinerjanya. Khusus di Indonesia,
manajer dengan pemegang saham bukanlah orang yang berbeda atau jauh secara
kekerabatan, sehingga tingkah laku manajer tidak akan banyak dipengaruhi
kepemilikan sahamnnya di perusahaan terserbut.
4.5.3. Hipotesis Ketiga
Ha3
: Jumlah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
konservatisme.
Hasil uji menunjukkan koefisien regresi sebesar 1,687 dengan signifikansi sebesar
0,014. Hal ini menunjukkan jumlah komite audit berpengaruh positif dan
signifikan ( 0,014 < 0,05) terhadap tingkat konservatisme. Sehingga mendukung
hasil penelitian Jamaan (2008) dan Ratna (2007) yang menunjukkan bahwa
semakin besar jumlah komite audit akan semakin besar tingkat konservatisme,
dikarenakan keberadaan komite audit sebagai pihak yang independen dalam
rangka memberikan keamanan dari ketidakpastian masa depan bagi pihak luar
(principal) dalam keadaan asimetri informasi.
4.5.4. Hipotesis Keempat
Ha4
: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat konservatisme.
Koefisien regresi sebesar 0,572 dan signifikansi 0,007 (< 0,05) menunjukkan
bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat konservatisme. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Pancawati (2010)
yang memakai keberadaan komisaris independen terhadap konservatisme.
Sedangkan Ha diterima dan sesuai dengan penelitian Jamaan (2008) yang
menunjukkan pengaruh positif signifikan proporsi komisaris independen terhadap
konservatisme. Karena proporsi komisaris independen yang tinggi akan
menguatkan posisinya di jajaran komisaris dalam mengawasi kinerja perusahaan
dan informasi yang disajikan ke publik.
4.5.5. Hipotesis Kelima
Ha5
: Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
konservatisme.
Hasil yang ditunjukkan pada uji parsial ukuran KAP yang menggunakan variabel
dummy menunjukkan koefisien regresi -0,362 dan signifikansi 0,015. Hal ini
berarti Ha ditolak karena hasil menunjukkan arah hubungan yang negatif antara
ukuran KAP dengan tingkat konservatisme. Angka diatas juga menunjukkan
perbedaan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya seperti Jamaan (2008) dan
Pancawati (2010) yang menunjukkan tidak ada pengaruh dari ukuran KAP
terhadap konservatisme. Perbedaan hasil ini dikarenakan dalam penelitian ini
proporsi variabel dummy yang dipakai antara KAP big-four dan non-big four
terlampau jauh. Hanya ada 48 sampel yang memakai KAP big-four dari total N =
145. Hipotesis yang tertolak juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
ukuran KAP dengan kebijakan konservatisme perusahaan, karena laporan
keuangan sudah dibuat sebelum KAP mengaudit perusahaan tersebut.
5.SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance
(kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris
independen) dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme perusahaan. Dari
hasil pengujian dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Variabel-variabel corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan
manajerial, komite audit, komisaris independen) serta ukuran KAP
mempengaruhi secara bersama-sama tingkat konservatisme perusahaan.
2. Kepemilikan institusional, jumlah Komite Audit, dan proporsi Dewan
Komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme
perusahaan.
3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme
perusahaan.
4. Ukuran KAP dengan variabel dummy tidak berpengaruh terhadap tingkat
konservatisme perusahaan.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini hanya meneliti variabelvariabel corporate governance sebagai variabel internal dan ukuran KAP sebagai
variabel eksternal. Penelitian juga hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010 dan menerbitkan laporan keuangan pada
periode tersebut. Penelitian masih memasukkan sampel yang tidak lolos uji
konservatisme Market to Book Equity yang seharusnya dihapus agar lebih
konsisten hasilnya dimana hanya perusahaan yang melakukan konservatisme saja
yang menjadi sampel.
5.3. Saran
Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis hendaknya
memberikan perbaikan-perbaikan terhadap penelitian ini sehingga hasil yang akan
didapat selenjutnya menjadi lebih baik.
Saran perbaikan yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Memperpanjang periode penelitian dan menambahkan variabel lain selain yang
telah digunakan di dalam penelitian ini contohnya : variabel internal lain
seperti going concern perusahaan dan untuk variabel eksternal lain seperti
keadaan ekonomi (tingkat inflasi atau krisis di dalam negeri).
2. Menghapus sampel-sampel yang tidak lolos uji konservatisme agar data lebih
akurat.
3. Menambahkan sampel penelitian untuk memperluas cakupan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Irfan. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan
Agensi. Lintasan Ekonomi, Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Defond, Beasly C.M., J. Jiambalvo, dan K.R Subramanyam. 1998. The Effect of
Auditon The Quality of Earnings Management. Contemporary Accounting
Refresh 15. Hal 1-24
Dewanti. 2011. Analisis Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Semarang.
Fala, Dwiyana A.S., 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap
Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate
Governance. Makalah SNA X, Makasar.
Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS I.
Semarang. Undip.
Hendriksen, Eldon S dan F. Van Breda. 2000. Teori Akunting, Edisi ke-5. Jakarta.
Interaksara.
Jamaan. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan.
Semarang.Undip
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3. pp.
305-360.
Kieso, Donal E dan Jerry J, Weygandt. 2001. Akuntansi Intermedite Edisi
kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Lennox, C.S.2001. “Going Concern Opinion in Failing Companies: Auditor
Dependence and Opinion Shopping.”, Economic Dep., University of Bristol.
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit serta
Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Simposium Nasional Akuntansi IV.Trisakti.
M.Lau. Chong. 2005. Financial and nonfinancial performance measures: How do
they affect job satisfaction?.Australia.The British Accounting Review.
Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas
Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Semarang.
Penman, Zhang. 1999. Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and
Stock Returns. Columbia University.
Schroeder, Richard, Dole ,Carol. 2001. The impact of various factors on the
personality, job satisfaction and turnover intentions of professional
accountants. Managerial Auditing Journal ,16 (4 ):234-245.
Shuo, Wu., 2006. Managerial Ownership and Earnings Quality. Working Paper,
Sauder School of Business University of British Columbia.
Solomon M.R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having and Being.New
Jersey. Henry Stewart Publication.
Supriyono, R. A. 1998. Pemeriksaan Akuntan (Auditing): Faktor-faktor yang
Memperngaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta.
Salemba
Susiana, Herawaty. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate
Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Makassar. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas
Tuanokotta, Theodorus M. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: FE UI.
Wardani, Ratna.2007. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme
Corporate Governance. Jakarta: FE UI.
Wibowo. 2002. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Download