PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN KAP TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010 ABSTRAK Oleh: TRY SYABANDI RASYID NPM : 0811031056 Tlpn : 08978921546 Email : [email protected] Pembimbing I : Drs. A.Zubaidi Indra, M.M., C.P.A. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh dari corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Tingkat konservatisme sebagai variabel dependen diukur dengan conservatism index score Penmann dan Zhang. Corporate governance sebagai variabel independen diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, jumlah komite audit dan proporsi komisaris independen. Sedangkan ukuran KAP diproksikan dengan variabel dummy yang membedakan antara KAP big-four dan non-big four. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 141 perusahaan, namun setelah digunakan teknik purposive sampling didapatkan sampel sebanyak 29 perusahaan dengan perioda pengamatan selama 5 tahun (2006-2010). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan proksi corporate governance dan ukuran KAP mempengaruhi secara bersama-sama tingkat konservatisme perusahaan. Kepemilikan institusional, jumlah komite audit dan proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme perusahaan. Ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat konservatisme perusahaan. Kata Kunci : Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Ukuran KAP, Tingkat Konservatisme. THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE AND AUDIT FIRMS SIZE TOWARDS CONSERVATISM LEVEL IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2006-2010 PERIOD ABSTRACT By TRY SYABANDI RASYID NPM : 0811031056 Phone : 08978921546 Email : [email protected] Pembimbing I : Drs. A.Zubaidi Indra, M.M., C.P.A. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt This research aims to examine the effect of corporate governance and audit firms size towards conservatism level in manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 period. Conservatism level as dependent variable is measured with conservatism index score from Penmann and Zhang. Corporate governance as independent variable consist of institutional ownership, management ownership, the number of audit committee member, and proportion of independent committionary. Audit firms size measured with dummy variable which differentiate big four audit firms or not. Population for this research are 141 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. After using purposive sampling method, 29 sample were taken with five years (2006-2010) observation period. Hypothesis testing is done using multiple regression analysis. The results show corporate governance and audit firms size affect simutaneously significant the conservatism level. Institutional ownership, audit committee, and independent committionary affect positively significant the conservatism level. Management ownership affect positively insignificant the conservatisme level. Audit firms size affect negatively significant the conservatism level. Keywords : Corporate Governance, Institutional Ownership, Management Ownership, Audit Committee, Independent Committionary, Audit Firms Size, Conservatism Level. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi banyak skandal manipulasi laporan keuangan melibatkan sejumlah perusahaan besar di dunia seperti Enron,Parmalat,Global Crossing, dan Worldcom. Beberapa perusahaan besar di Indonesia pun mengalami skandal tersebut seperti Kimia Farma dan Bank Lippo. Fenomena skandal keuangan yang terjadi menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi-informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu guna menghindari terpuruknya harga saham. Konservatisme akan lebih menekankan pada kehati-hatian dalam merespon ketidakpastian masa depan, sehingga informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan yang konservatif akan lebih aman dan beresiko kecil yang sangat disukai oleh para pengguna laporan keuangan. Selain itu penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007). Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme yaitu corporate governance dan ukuran KAP. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2006-2010. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur karena sektor manufaktur adalah sektor yang dominan di Asia, khususnya Indonesia (Achmad, et al., 2009). Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Corporate Governance dan Ukuran KAP terhadap Tingkat Konservatisme Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010” 1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah dibahas diatas, maka untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari penetapan obyek yang akan diteliti, maka perumusan masalah akan dikemukakan sebagai berikut: 1. Apakah unsur-unsur corporate governance memiliki pengaruh terhadap tingkat konservatisme perusahaan? 2. Apakah ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap tingkat konservatisme perusahaan? 1.2.2 Batasan Masalah 1. Tingkat konservatisme dalam penelitian ini menggunakan proksi indeks convervatism score yang dikembangkan oleh Penmann dan Zhang (1999). 2. Corporate governance untuk melihat pengaruhnya terhadap integritas laporan keuangan dalam penelitian ini menggunakan proksi presentase saham institusi, presentase saham manajemen, jumlah komite audit dan persentase komisaris independen terhadap total anggota dewan komisaris. 3. Ukuran KAP untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat konservatisme perusahaan dalam penelitian ini dibedakan dalam KAP big-four dan KAP non big-four. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: Menganalisis perngaruh corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi para peneliti dan akademisi dalam menjawab pertanyaan apakah secara empiris terdapat pengaruh corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme perusahaan. 2. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, sebagai suatu bahan kajian dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti kualitas corporate governance dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agency Theory Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:569) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent (Widyaningdyah,2011). Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menyatakan adanya hubungan kontrak antara agent (manajemen) dengan principal (pemilik). Agent diberi tugas oleh principal untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan, sehingga agent memiliki lebih banyak mempunyai informasi mengenai perusahaan dibandingkan principal. Agent bertanggung jawab terhadap principal yang menginginkan laba maksimal atas investasinya, kemudian berdampak dengan pendanaan perusahaan baik dari investor atau kreditor. Sedangkan agent menginginkan kesejahteraannya meningkat dengan memaksimumkan kompensasinya meskipun tindakan yang dilakukan oleh agent tidak sesuai dengan kepentingan principal. Hal inilah yang memicu terjadinya biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings management dalam rangka mengelabuhi pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka manajer akan cenderung melakukan kecurangan dengan melakukan praktik manajemen laba untuk meningkatkan keuntungannya sendiri. 2.2. Signaling Theory Signaling theory adalah pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dan pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan memiliki integritas dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan mempercayai keandalan informasi keuangan yang disampaikan agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan seperti auditor independen. Signal opini yang diberikan oleh auditor independen merupakan signal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak agent, prinsipal, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini audit yang dikeluarkan akuntan. 2.3. Konservatisme Konservatisme adalah suatu usaha untuk menjamin bahwa resiko atau tingkat ketidakpastian dalam suatu usaha dipertimbangkan memadai. Didalam konservatisme, jika terdapat dua alternatif atau lebih dan memiliki kemampuan sama memenuhi objektivitas dari laporan keuangan, maka yang dipilih adalah alternatif yang memiliki paling sedikit memberi manfaat dampak perolehan laba dan posisi keuangan. Konservatisme indentik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil daripada laporan keuangan yang overstate. Laporan keuangan yang memenuhi karakteristik di atas akan lebih reliable karena informasi yang disajikan tersebut tidak menyebabkan ada pihak yang dirugikan, jadi dengan demikian laporan keuangan itu akan memenuhi syarat SFAC No. 2 tentang “qualitative characteristic of accounting information”. Konservatisme juga berarti bahwa akuntan harus mencatat nilai alternatif terendah untuk aset dan nilai alternatif tertinggi untuk kewajiban (Watts dan Zimmerman, 1986). Pengukuran tingkat konservatisme dihitung dengan menggunakan indeks konservatisme yang dikembangkan oleh Penman dan Zhang (1999). Dimana perhitungan tingkat konservatisme perusahaan diukur berdasarkan adanya estimasi cadangan tersembunyi. 2.4. Corporate Governance Menurut Griffin (dalam Susiana dan Herawati, 2007) pengertian corporate governance adalah “The roles of shareholders, directors and other managers in corporate decision making.” Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran corporate governance adalah: 1. Kepemilikan Institusional; 2. Kepemilikan manajerial; 3. Komite audit; 4. Komisaris independen. 2.4.1 Kepemilikan Institusional Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring dapat berupa pengendalian manajemen yang dapat mengendalikan praktik manajemen laba. Solomon & Solomon (dalam Jama'an, 2008) menyatakan bahwa pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham. 2.4.2 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajemen penting dalam mengendalikan tindakan manajemen dalam perusahaan. Dengan memiliki sebagian kepemilikan perusahaan, maka manajemen akan berusaha memperbaiki kinerjanya dan mencoba menaikkan nilai perusahaan karena manajemen juga adalah pemilik perusahaan. Karena manajemen juga memiliki perusahaan, maka manajemen akan berperilaku seperti pemegang saham yang ingin keamanan terhadap investasinya di perusahaan tersebut. 2.4.3 Komite Audit Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen (Supriyono, 1998). Keberadaan komite audit di dalam perusahaan sebagai pihak independen yang mengawasi jalan perusahaan dari internal. Keberadaan komite audit dapat menjadi jaminan keamanan informasi yang diterima oleh pemegang saham (principal) atas asimetri informasi keuangan dari pihak manajemen selaku agen. 2.4.4. Komisaris Independen Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Susiana dan Herawaty, 2007). Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. 2.4.5. Ukuran KAP Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big five dan non-big five dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003). Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000). Penelitian DeAngelo (1981) dalam Lennox (2000) mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. 2.5. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap konservatisme Penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008) menemukan bahwa kepemilikan institusional sejalan dengan tingkat konservatisme perusahaan. Kepemilikan institusional dapat mengendalikan perilaku manajer dalam mementingkan dirinya sendiri dan lebih berfokus pada kinerjanya di perusahaan, serta mengendalikan informasi yang akan dikeluarkan lebih hati-hati terhadap ketidakpastian dibanding membesarkan laba semata. Maka dari itu, kepemilikan institusional penting dalam meningkatkan konservatisme perusahaan. Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. 2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme Jama'an (2008) menemukan bahwa besarnya kepemilikan manajerial berpengaruh dalam mengurangi masalah keagenan dan dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Meningkatnya proporsi saham yang dimiliki oleh manajer akan membuat manajer bertindak sebagai pemegang saham yang ingin sahamnya di perusahaan terlindungi, sehingga manajer akan berusaha berhati-hati terhadap kebijakan perusahaan dan lebih konservatif dalam melaporkan keuangan perusahaan. Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. 3. Pengaruh jumlah komite audit terhadap tingkat konservatisme Siegel (1996), dalam Susiana dan Herawaty (2007), komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. Komite audit akan memberikan pandangan mengenai kebijakan akuntansi dan pengendalian internal. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Sehingga adanya komite audit yang kuat akan mengendalikan manajemen dalam memainkan laba demi mendapatkan bonus dan lebih konservatif atau hati-hati, serta menjaga konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Ha3 : Jumlah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. 4. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap tingkat konservatisme Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaaan yang good corporate governance. Komisaris independen adalah posisi komisaris yang paling baik karena tidak boleh ada afiliasi apapun dengan perusahaan baik dari sisi pemegang saham maupun kekeluargaan. Sehingga keberadaan komisaris independen berbeda dengan dewan komisaris internal perusahaan. Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi resiko informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen yang proporsional akan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan sehingga laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen akan cenderung lebih konservatif (resiko lebih kecil ). Ha4 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. 5. Pengaruh ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme Dalam hubungan dua belah pihak, yakni principal dan agen harus ada pihak ketiga yang independen sebagai penengah dan pengendali agar keselarasan informasi terjadi. Disinilah kehadiran akuntan publik dan auditor diperlukan sebagai penengah dari asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan stakeholders. Naim (1999) dalam Dewanti (2011) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Pancawati (2010) juga menyebutkan bahwa investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari KAP yang besar. KAP yang lebih besar cenderung akan menghindari hal-hal yang merusak reputasinya, seperti manajemen laba yang terlalu besar oleh kliennya. Sehingga KAP yang besar akan lebih senang dengan laporan keuangan yang konservatif agar tidak terjadi penipuan informasi yang disajikan oleh perusahaan. Sehingga perbedaan ukuran KAP akan mempengaruhi tingkat konservatisme. Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. 3. METODA PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan dalam database Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory selama tahun 2006 sampai 2010 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. 3.2.Populasi dan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 - 2010 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada perioda tersebut. 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan annual report pada tahun penelitian. 3. Perusahaan memiliki variabel penelitian yang lengkap dalam laporan keuangannya di tiap tahun penelitian. Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No 1 Kriteria Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun Jumlah Akumulasi 141 2006-2010 2 Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting (20) 121 (82) 39 (10) 29 tahun 2006-2010 dari BEI 3 Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan lengkap selama perioda pengamatan (2006-2010) 4 Tidak ada data penelitian Jumlah sampel total selama perioda penelitian 145 3.4 Operasional Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Dependen (X) Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat konservatisme yang diproksikan dengan conservatism score index dari Penmann and Zhang (1999). Dalam penelitiannya Penman dan Zhang mengukur efek dari penerapan akuntansi konservatif pada neraca dengan tingkat cadangan tersembunyi yang diciptakan oleh konservatisme terhadap aset operasional bersih: πΆ= πΈπ π‘ππππ π πΆπππππππ ππππ ππππ’ππ¦π πππ΄ C : conservatism score index Estimasi Cadangan Tersembunyi : cadangan kerugian piutang + akumulasi penyusutan + pendapatan ditangguhkan + revaluasi NOA : aktiva lancar + aktiva tetap – kewajiban lancar 3.4.2. Variabel Independen (Y) Dalam penelitian ini ada 2 variabel independen yang diteliti, yaitu corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit dan proporsi komisaris independen, serta ukuran KAP yang diproksikan dengan ukuran KAP. 3.4.2.1. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diukur dengan persentase saham institusinya. Persentase saham institusi diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri (Susiana dan Herawaty, 2007). 3.4.2.2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase saham manajemen perusahaan. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty 2007). 3.4.2.3. Komite Audit Sesuai keputusan BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan SE-07/PM/2004 menyatakan bahwa suatu perusahaan yang telah go publik wajib memiliki komite audit. Karena alasan tersebut model pengukuran komite audit dalam penelitian ini menjadi jumlah anggota komite audit. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan. 3.4.2.4. Komisaris Independen Komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan proporsi jumlah komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris. Hal ini untuk melihat pengaruh proporsi komisaris independen dalam suatu manajemen perusahaan. 3.4.2.5. Ukuran KAP Ukuran KAP dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy yang membedakan antara KAP big-four dan non-big four. Dimana KAP yang berafiliasi dengan KAP big four akan diberi nilai 1, sedangkan yang tidak nilai 0. KAP big four di Indonesia (Dewanti, 2011): Tabel 3.2 KAP Big-Four dan Afiliasi di Indonesia BIG FOUR Afiliasi di Indonesia Price Water House Cooper (PWC) KAP Haryanto Sahari & rekan Deloitte Touche Tohmatsu KAP Osman Bing Satrio & Rekan Ernest and Young KAP Purwantono, Sarwoko & Sanjaja Klynveld Peat Marwick Goerdeler KAP Siddharta Siddharta & Widjaja (KPMG) 3.5. Alat Analisis 3.5.1. Alat Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. 3.5.2. Alat Analisis Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis harus memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini digunakan untuk menghindari estimasi yang bias, mengingat tidak pada semua data dapat dapat diterapkan regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedatisitas. ο· Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Cara untuk menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan normalitas distribusi residual. Jika sig atau p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal. ο· Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terdapat korelasi, berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan VIF (variance inflation factor). Indikasi adanya multikolinearitas adalah apabila nilai VIF > 10. ο· Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Jika kesalahan pengganggu dalam observasi saling berkorelasi satu sama lain atau terjadi saling ketergantungan, maka akan terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) . Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan Run Test dengan melihat koefisien korelasi uji tersebut. ο· Uji Heteroskedastisitas Tujuan uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, yaitu jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Uji grafik plot yang digunakan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika pada grafik tidak memiliki pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.5.3. Alat Ukuran Tingkat Konservatisme Perusahaan Sampel Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui konservatisme laporan keuangan seperti yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) adalah nilai aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Proksi pengukuran ini menggunakan rasio market to book value of equity yang mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Book value dihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember dan Market value diukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal pengumuman agar dapat merefleksikan respon pasar atas laporan keuangan (Fala,2007). Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya. Rumus market to book value of equity sebagai berikut: market value of common equity (MVE) Market to book ratios = book value of common equity (BVE) dimana: MVE = harga penutupan saham akhir tahun X jumlah saham yang beredar BVE total asset – total kewajiban = 3.5.4. Alat Analisis Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis statistik regresi berganda, yang terdiri dari Adjusted R square, untuk melihat persentase pengaruh variabel bebas yang dimasukkan dalam penelitian terhadap variabel terikat, uji f untuk menguji model penelitian, serta Uji t untuk menguji hipotesis antara satu variabel independent dengan satu variabel dependen. ο· Uji Adusted R Square Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan koefisien determinasi. Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Nilai R² berkisar antara 0-1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 bearti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. ο· Uji F Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya. ο· Uji T Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Persamaan Regresi dalam penelitian ini adalah : π²πΆπ΅π½ = πΆ + π·ππ²π°π΅πΊ + π·ππ²π΄ + π·ππ²π¨ + π·ππ²π°π΅π« + π·ππ²π¨π·+∈ Keterangan : KONV : ukuran tingkat konservatisme dengan proksi conservatism score index KINS : persentase kepemilikian institusional KM : persentase kepemilikan manajemen KA : jumlah komite audit KIND : proporsi komisaris independen dari jumlah dewan komisaris KAP : ukuran KAP yang diproksikan dengan ukuran KAP (variabel dummy, big four 1, non-big four 0) α : konstanta ε : kesalahan residual 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Statistik Desktriptif Hasil statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata serta standar deviasi dari komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi serta tingkat konservatisme yang diukur dengan C-score Penmann dan Zhang pada perusahaan – perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2006-2010. Tercatat bahwa jumlah observasi yang diteliti ada 145 observasi dari 29 perusahaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada komisaris independen menunjukkan nilai terendah sebesar 0,20 yang berasal dari PT Voksel Electric Tbk. Sedangkan nilai tertinggi berasal dari PT Langgeng Makmur Industry Tbk sebesar 1,00 yang menunjukkan di perusahaan tersebut semua komisarisnya adalah independen. Adapun nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3883. Nilai minimum pada variabel komite audit sebesar 2,00 berasal dari PT Berlina Tbk. Sedangkan nilai maksimum sebesar 4,00 berasal dari PT Citra Tubindo Tbk. Nilai rata-rata komite audit sebesar 3,0483 yang menunjukkan banyak perusahaan menggunakan 3 orang sebagai komite audit perusahaannya. Dari hasil di atas juga dapat dilihat persentasi kepemilikan saham manajerial terendah sebesar 0,00 yang berasal dari PT Langgeng Makmur Industry Tbk. Nilai tersebut berasal dari persentase sebesar 0,02 %. Sedangkan nilai kepemilikan manajerial tertinggi diperoleh oleh PT Prydam Farma Tbk sebesar 0,23. Nilai ratarata dari persentasi kepemilikan manajerial sebesar 0,0442. Semakin besar persentase kepemilikan saham manajerial maka akan menunjukkan bahwa semakin besar kecenderungan hak kontrol oleh pihak manajemen perusahaan di dalam proses pengambilan keputusan suatu perusahaan. Kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0,05 yang berasal dari PT Sumi Indo Kabel Tbk. Sedangkan nilai dari PT Tempo Scan Pasific Tbk menjadi nilai maksimum sebesar 0,95. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 0,3857. Ukuran tingkat konservatisme yang diukur dengan C-Score Penmann dan Zhang menunjukkan nilai minimum -2,71 yang didapat dari PT Surya Intrindo Makmur Tbk pada tahun 2008. Sedangkan nilai maksimumnya 6,39 yang berasal dari PT Surya Intrindo Makmur Tbk pada tahun 2009, hal ini dikarenakan adanya penurunan yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan tersebut dari kisaran 10 miliar rupiah pada tahun 2008 hingga hanya sekitar 200 juta rupiah pada 2009. Nilai rata-rata tingkat konservatisme adalah 0,6621. Semakin besar nilai C-Score semakin cenderung perusahaan tersebut melakukan konservatisme. 4.2.Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas a. Uji statistik dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S) Uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test sebesar 0,780. dalam hal ini nilai tersebut menunjukkan lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi normal. b. Analisis grafik dengan histogram dan grafik P-P Plot Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-P Plot Pengujian normalitas juga dilakukan dengan analisis grafik yang terdiri dari grafik histogram dan grafik P-P Plot. Berdasarkan grafik tersebut, menjelaskan bahwa data terdistribusi normal. Hal ini dikarenakan kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa grafik sesuai dengan prinsip normalitas. Pada grafik histogram menunjukkan bahwa grafik tersebut membentuk pola distribusi normal atau disebut juga pola distribusi skewness tidak menceng ke kiri. Sedangkan pada grafik P-P Plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. 4.2.2. Uji Multikolineritas Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai VIF (Variance Inflation Factor). Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance, jika nilai tolerance ≥ 0,10 , maka variabel tersebut terbebas dari masalah multikolinearitas. Sama halnya dengan VIF, jika nilai VIF ≤ 10 , maka variabel tersebut terbebas dari multikolinearitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF KAP 0,627 1,594 KIND 0,903 1,107 KA 0,843 1,186 KM 0,681 1,469 KINS 0,913 1,095 Independen Kesimpulan Tidak Ada Multikolinearitas Tidak Ada Multikolinearitas Tidak Ada Multikolinearitas Tidak Ada Multikolinearitas Tidak Ada Multikolinearitas Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui uji multikolinearitasnya dan dapat disimpulkan nilai tolerance dan nilai VIF. Tampak pada uji multikolinearitas di atas yang menunjukkan bahwa kelima variabel independen tersebut memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut bebas dari masalah multikolinearitas. 4.2.3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi di dalam penelitian ini menggunakan Run Test. Pengujian Run Test ini untuk mendeteksi apakah terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,906 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi. 4.2.4. Uji Heterokidisitas Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan grafik scatterplot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini memnunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.3.Uji Tingkat Konservatisme Perusahaan Sampel Uji menggunakan rumus market to book value of equity menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Market to Book Equity Kode NO Perusah Tahun Nama Perusahaan aan 2006 2007 2008 2009 2010 1 CTBN PT Citra Tubindo Tbk >1 >1 >1 >1 >1 2 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk >1 >1 >1 >1 >1 3 ARGO PT Argo Pantes Tbk <1 <1 >1 >1 >1 4 BRPT PT Barito Pasific Tbk >1 <1 <1 >1 >1 5 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk >1 >1 <1 >1 >1 6 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk <1 <1 <1 <1 >1 7 HDTX PT Panasia Indosyntec Tbk <1 <1 >1 <1 <1 8 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk <1 <1 <1 >1 <1 9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk >1 >1 <1 >1 >1 10 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk >1 >1 <1 <1 >1 11 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk >1 >1 <1 <1 <1 12 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk >1 >1 >1 <1 <1 13 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk >1 <1 >1 <1 <1 14 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk >1 >1 <1 <1 <1 15 SKLT PT Sekar Laut Tbk >1 <1 <1 <1 <1 16 SSTM PT Sunson Textile Manufacture Tbk <1 >1 >1 >1 >1 17 STTP PT Siantar Top Tbk <1 >1 <1 <1 >1 18 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk >1 >1 <1 >1 >1 19 VOKS PT Voksel Electric Tbk <1 >1 <1 <1 <1 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 29 perusahaan sampel hanya 2 perusahaaan yang konsisten melakukan konservatisme selama 5 tahun periode penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan angka MBE yang selalu lebih dari satu (>1) dalam lima tahun. Sedangkan sisanya (17 perusahaan) berubah-ubah tingkat konservatismenya dalam 5 tahun. Kode NO Perusah aan Tahun Nama Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 1 BRNA PT Berlina Tbk <1 <1 <1 <1 <1 2 JKSW PT Jakarta Kyoie Steel Works Tbk <1 <1 <1 <1 <1 3 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk <1 <1 <1 <1 <1 4 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk <1 <1 <1 <1 <1 5 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk <1 <1 <1 <1 <1 6 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk <1 <1 <1 <1 <1 7 NIPS PT Nipress Tbk <1 <1 <1 <1 <1 8 PRAS PT Prima Alloy Steel Tbk <1 <1 <1 <1 <1 9 PYFA PT Prydam Farma Tbk <1 <1 <1 <1 <1 10 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk <1 <1 <1 <1 <1 Sedangkan dari tabel diatas terdapat 10 perusahaan sampel yang konsisten tidak melakukan konservatisme laporan keuangan dengan ditunjukkan nilai MBE yang selalu kurang dari satu (<1) selama 5 tahun. 4.4.Uji Hipotesis 4.4.1. Koefisien Determinasi Nilai R2 menunjukkan angka 0,156 yang artinya bahwa 15,6% tingkat konservatisme perusahaan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel kepemilikan institusi, komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan ukuran KAP, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. 4.4.2. Uji F Hasil uji Anova menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05 dengan nilai probabilitas (F hitung) sebesar 5,589. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan ukuran KAP mempengaruhi tingkat konservatisme perusahaan secara bersamaan. 4.4.3. Uji T Hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji T (parsial) Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B 1 Std. Error (Constant) -2,953 ,785 KAP -,362 ,147 KIND ,572 KA Beta t Sig. -3,760 ,000 -,244 -2,467 ,015 ,208 ,227 2,758 ,007 1,687 ,678 ,212 2,488 ,014 KM ,039 ,029 ,126 1,328 ,186 KINS ,234 ,075 ,256 3,130 ,002 a. Dependent Variable: KONV Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = -2,953 -0,362X1 +0,572X2 +1,687X3 + 0,39X4 +0,234X5 Keterangan : Y : Tingkat Konservatisme Perusahaan (C-Score) X1 : Ukuran KAP X2 : Komisaris Independen X3 : Komite Audit X4 : Kepemilikan Manajerial X5 : Kepemilikan Institusional 4.5.Pembahasan 4.5.1. Hipotesis Pertama Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 yang dimana angka tersebut dibawah tingkat signifikansi (0,002 < 0,05). Sehingga ini menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme. Namun dilihat dari koefisien regresi yang menunjukkan nilai 0,234 yang artinya jika 1% kepemilikan institusional bertambah maka tingkat konservatisme perusahaan akan naik sebesar 0,234 dengan asumsi variabel lain tetap. Hal ini berarti Ha1 diterima karena kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008) yang menunjukkan hasil positif signifikan. Sehingga semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar tingkat konservatisme karena pemilik institusi sebagai shareholders lebih senang dengan laporan keuangan yang beresiko kecil. 4.5.2. Hipotesis Kedua Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Dari tabel uji T dapat dilihat koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar 0,039 yang mendukung hasil penelitian Wu (2006) dimana ada hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme. Namun hasil uji kepemilikan manajerial menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,186 dimana lebih besar dari 0,05 yang artinya Ha ditolak karena kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme. Sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian Ratna (2007) bahwa kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hal ini dikarenakan kepemilikan saham manajemen di perusahaan tidak mempengaruhinya dalam berhati-hati terhadap perusahaan, karena manajemen tetap akan mendapatkan return dari hasil kinerjanya. Khusus di Indonesia, manajer dengan pemegang saham bukanlah orang yang berbeda atau jauh secara kekerabatan, sehingga tingkah laku manajer tidak akan banyak dipengaruhi kepemilikan sahamnnya di perusahaan terserbut. 4.5.3. Hipotesis Ketiga Ha3 : Jumlah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hasil uji menunjukkan koefisien regresi sebesar 1,687 dengan signifikansi sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan jumlah komite audit berpengaruh positif dan signifikan ( 0,014 < 0,05) terhadap tingkat konservatisme. Sehingga mendukung hasil penelitian Jamaan (2008) dan Ratna (2007) yang menunjukkan bahwa semakin besar jumlah komite audit akan semakin besar tingkat konservatisme, dikarenakan keberadaan komite audit sebagai pihak yang independen dalam rangka memberikan keamanan dari ketidakpastian masa depan bagi pihak luar (principal) dalam keadaan asimetri informasi. 4.5.4. Hipotesis Keempat Ha4 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Koefisien regresi sebesar 0,572 dan signifikansi 0,007 (< 0,05) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Pancawati (2010) yang memakai keberadaan komisaris independen terhadap konservatisme. Sedangkan Ha diterima dan sesuai dengan penelitian Jamaan (2008) yang menunjukkan pengaruh positif signifikan proporsi komisaris independen terhadap konservatisme. Karena proporsi komisaris independen yang tinggi akan menguatkan posisinya di jajaran komisaris dalam mengawasi kinerja perusahaan dan informasi yang disajikan ke publik. 4.5.5. Hipotesis Kelima Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme. Hasil yang ditunjukkan pada uji parsial ukuran KAP yang menggunakan variabel dummy menunjukkan koefisien regresi -0,362 dan signifikansi 0,015. Hal ini berarti Ha ditolak karena hasil menunjukkan arah hubungan yang negatif antara ukuran KAP dengan tingkat konservatisme. Angka diatas juga menunjukkan perbedaan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya seperti Jamaan (2008) dan Pancawati (2010) yang menunjukkan tidak ada pengaruh dari ukuran KAP terhadap konservatisme. Perbedaan hasil ini dikarenakan dalam penelitian ini proporsi variabel dummy yang dipakai antara KAP big-four dan non-big four terlampau jauh. Hanya ada 48 sampel yang memakai KAP big-four dari total N = 145. Hipotesis yang tertolak juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ukuran KAP dengan kebijakan konservatisme perusahaan, karena laporan keuangan sudah dibuat sebelum KAP mengaudit perusahaan tersebut. 5.SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen) dan ukuran KAP terhadap tingkat konservatisme perusahaan. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan hasil sebagai berikut: 1. Variabel-variabel corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen) serta ukuran KAP mempengaruhi secara bersama-sama tingkat konservatisme perusahaan. 2. Kepemilikan institusional, jumlah Komite Audit, dan proporsi Dewan Komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme perusahaan. 3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme perusahaan. 4. Ukuran KAP dengan variabel dummy tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme perusahaan. 5.2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini hanya meneliti variabelvariabel corporate governance sebagai variabel internal dan ukuran KAP sebagai variabel eksternal. Penelitian juga hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010 dan menerbitkan laporan keuangan pada periode tersebut. Penelitian masih memasukkan sampel yang tidak lolos uji konservatisme Market to Book Equity yang seharusnya dihapus agar lebih konsisten hasilnya dimana hanya perusahaan yang melakukan konservatisme saja yang menjadi sampel. 5.3. Saran Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis hendaknya memberikan perbaikan-perbaikan terhadap penelitian ini sehingga hasil yang akan didapat selenjutnya menjadi lebih baik. Saran perbaikan yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Memperpanjang periode penelitian dan menambahkan variabel lain selain yang telah digunakan di dalam penelitian ini contohnya : variabel internal lain seperti going concern perusahaan dan untuk variabel eksternal lain seperti keadaan ekonomi (tingkat inflasi atau krisis di dalam negeri). 2. Menghapus sampel-sampel yang tidak lolos uji konservatisme agar data lebih akurat. 3. Menambahkan sampel penelitian untuk memperluas cakupan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ali, Irfan. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi, Vol. XIX. No.2. Juli 2002. Defond, Beasly C.M., J. Jiambalvo, dan K.R Subramanyam. 1998. The Effect of Auditon The Quality of Earnings Management. Contemporary Accounting Refresh 15. Hal 1-24 Dewanti. 2011. Analisis Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Semarang. Fala, Dwiyana A.S., 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Makalah SNA X, Makasar. Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS I. Semarang. Undip. Hendriksen, Eldon S dan F. Van Breda. 2000. Teori Akunting, Edisi ke-5. Jakarta. Interaksara. Jamaan. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Semarang.Undip Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3. pp. 305-360. Kieso, Donal E dan Jerry J, Weygandt. 2001. Akuntansi Intermedite Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Lennox, C.S.2001. “Going Concern Opinion in Failing Companies: Auditor Dependence and Opinion Shopping.”, Economic Dep., University of Bristol. Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi IV.Trisakti. M.Lau. Chong. 2005. Financial and nonfinancial performance measures: How do they affect job satisfaction?.Australia.The British Accounting Review. Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Semarang. Penman, Zhang. 1999. Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Returns. Columbia University. Schroeder, Richard, Dole ,Carol. 2001. The impact of various factors on the personality, job satisfaction and turnover intentions of professional accountants. Managerial Auditing Journal ,16 (4 ):234-245. Shuo, Wu., 2006. Managerial Ownership and Earnings Quality. Working Paper, Sauder School of Business University of British Columbia. Solomon M.R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having and Being.New Jersey. Henry Stewart Publication. Supriyono, R. A. 1998. Pemeriksaan Akuntan (Auditing): Faktor-faktor yang Memperngaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta. Salemba Susiana, Herawaty. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Makassar. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Tuanokotta, Theodorus M. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: FE UI. Wardani, Ratna.2007. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Jakarta: FE UI. Wibowo. 2002. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia