Makalah Teori Akuntansi - 201311504 – Roswana Firman

advertisement
MAKALAH
TEORI KONSERVATISME & MATCHING CONCEPT
AKUNTANSI
DOSEN PEMBIMBING:
HERMANTO. SE
Disusun Oleh:
Nama
: ROSWANA FIRMAN
NIM
: 2013-11-504
Jurusan
: Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Jl. Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga tersusunlah makalah ini.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat atau tugas
untuk memenuhi nilai mata kuliah Pengantar Akuntansi 1 tahun pelajaran 2013-2014 di semester
pertama.
Dalam penyusunan makalah ini belumlah dikatakan sempurna, karena keterbatasan
kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun setidaknya penulis sudah berusaha
memenuhi ketentuan yang berlaku. Dalam penyusunan makalah ini penulis juga dibantu oleh
beberapa pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi peulis dan umumnya bagi pembaca.
Saya mohon maaf atas segala kekurangan serta kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik
dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami nantikan untuk pembaharuan di masa yang
akan datang. Terima kasih.
Jakarta, April 2014
Penulis
-2-
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................................ 3
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................................... 5
Bab 2 Pembahasan ............................................................................................................................ 6
2.1 Teori Konservatisme...................................................................................................... 6
2.2 Teori Matching Concept .............................................................................................. 13
Bab 3 Penutup ................................................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 20
3.2 Saran ............................................................................................................................ 20
-3-
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai
sistem informasi yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam suatu
perusahaan mengenai kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh perusahaan serta kondisi
perusahaan tersebut.
Akuntansi sendiri terdapat berbagai proses, antara
lain:
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi
yang dapat dipakai untuk penilaian dan pengambilan keputusan oleh pemakai informasi
tersebut.
Akuntansi dapat dipahami sebagai penghubung antara kegiatan ekonomi suatu
perusahaan dengan pengambilan keputusan dengan jalan dibuatnya sistem pemprosesan
dan komunikasi yang meringkaskan informasi perusahaan yang sangat banyak ke dalam
bentuk yang lebih mudah dipahami. Informasi akuntansi dapat mengurangi ketidakpastian
dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai.
Pemakai data akuntansi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu pemakai internal dan pemakai eksternal.
Pemakai eksternal adalah
investor atau calon investor yang meliputi pembeli saham atau obligasi, kreditor atau
peminjam dana bank, supplier, dan pemakai–pemakai lain, seperti karyawan, analisis
keuangan, pialang saham, pemerintah (berkait dengan pajak), BAPEPAM (berkait dengan
perusahaan go public).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kembali mengenai
kekonsistenan hubungan rasio keuangan dengan pertumbuhan laba dengan menggunakan
variabel yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Peneliti menuangkannya dalam sebuah
-4-
karya tulis ilmiah berbentuk makalah dengan judul “Teori Konservatisme dan Teori
Matching Concept Akuntansi”.
1.2 Maksud dan Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa perlu mencantumkan
maksud dan tujuan dalam penulisannya agar penulisan makalah ini lebih terarah pada
sasaran yang akan dicapai. Adapun maksud dan tujuan penulisan tersebut yakni untuk
mendapatkan gambaran yang pasti tentang prinsip-prinsip akuntansi dan kebenaran dalam
akuntansi serta sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai akhir khususnya mata
kuliah Pengantar Akuntansi 1 semester 1.
-5-
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Teori Konservatisme
2.1.1 Konservatisme Akuntansi
Dalam SFAC No. 2 para. 95 (dalam Warikki, 2008) dijelaskan bahwa:
“Conservatism is a prudence reaction to uncertainty to try to ensure that uncertainties and
risk inherent in business situation are adequately considered.” Definisi ini menyatakan
bahwa konservatisme adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat
dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang
inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.
Secara umum, konservatisme akuntansi adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi
dalam arti bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data
akuntansi yang relevan dan andal. Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus
melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk
aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban
dan beban. Konservatisme adalah usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum
yang akan menghasilkan pengakuan pendapatan selambat mungkin, pengakuan beban
secepat mungkin, penilaian aktiva yang lebih rendah dan penilaian kewajiban yang lebih
tinggi (Work dan Tearney, 1997, dalam Sayidah, 2005). Prinsip konservatisme telah lama
digunakan dalam akuntansi, dan merupakan konvensi laporan keuangan yang penting
dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Prinsip
konservatisme ini yang menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan
karena aktivitas perusahaan yang selalu dilingkupi ketidakpastian. Walaupun telah lama
mempengaruhi
mempengaruhi
praktek
akuntansi,
konservatisme
masih
tetap
menimbulkan pro dan kontra mengenai perlunya penerapan prinsip ini dalam perusahaan.
-6-
Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini menyebabkan para
pengkritik konservatisme berpendapat bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan
menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan. Monahan, 1999 (dalam Fala, 2007) menyatakan bahwa
semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin
bias. Hal ini juga didukung oleh penelitian Feltham dan Ohlson, 1995; Basu, 1997;
Penman dan Zhang, 2002 (dalam Warikki, 2008), yang memperkirakan bahwa
konservatisme menghasilkan kualitas laba yang rendah, dan kurang relevan.
Disisi lain para pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan
dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Penelitian yang mendukung
diantaranya dilakukan oleh Watts, 1993 (dalam Warikki, 2008). Penelitian mereka
membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat
meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai perusahaan.
Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer secara oportunistik mengelola laba
dengan memanfaatkan posisinya sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak.
Perusahaan yang sedang tumbuh cenderung menggunakan akuntansi konservatif karena
investor akan dapat mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pihak manajemen.
Munculnya konservatisme disebabkan adanya kecenderungan dari pihak manajemen
untuk menaikkan nilai asset dan pendapatan suatu perusahaan. Konservatisme saat ini
lebih dikaikan dengan kehati-hatian (prudence). Konservatisme dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang dalam mendefenisikan dan menginterprestasikannya. Prinsip
konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi
yang berlaku umum, maka suatu preferensi ditunjukkan untuk memilih opsi yang memiliki
dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu,
prinsip konservatisme mengharuskan akuntan untuk mengambil sikap pesimistis secara
umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan.
Sterling, 1967 (Bekaoui, 2006:48) menyebut konservatisme sebagai “ prinsip
akuntansi yang paling kuno dan paling mungkin bertahan”. Di masa lalu, konservatisme
-7-
telah digunakan ketika berurusan dengan ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu
optimisnya manajer dan pemilik perusahaan serta juga digunakan untuk melindungi
kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan sebagai deviden. Dari
sudut pandang manajemen, konservatisme didefinisikan sebagai metode akuntansi
berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai
tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya. Definisi
ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi, tetapi juga estimasi yang mengakibatkan nilai buku aktiva menjadi
relatif rendah. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti
manajer akan menentukan pilihan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan,
harapan kejadian atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini
terhadap prinsip akuntansi adalah mengakui dengan segera segala biaya atau rugi yang
kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan
datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.
Bliss, 1924 (dalam Suaryana, 2008) menyatakan konservatisme dalam praktik secara
umum berarti “anticipate no profits but anticipate all losses.” Pengantisipasian rugi berarti
pengakuan rugi sebelum suatu verifikasi secara hukum dapat dilakukan, dan hal yang
sebaliknya dilakukan terhadap laba. Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam
permintaan verifikasi terhadap laba dan rugi. Interprestasi tersebut berarti bahwa semakin
besar perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibadingkan terhadap rugi,
maka semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansi.
2.1.2 Kualitas Laba Akrual
Pengertian laba secara umum posisi keuangan dan kinerja perusahaan serta
merupaka media untuk melaporkan pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal
pemilik. Informasi laba adalah perhatian utama untuk menentukan kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen. Salah satu ukuran dalam laporan keuangan untuk
mengukur kinerja manajemen adalah laba yang dihasilkan. Pengguna laporan keuangan
akan menggunakan laba yang dilaporkan untuk tujuan berbeda-beda. Laba selalu
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan dalam kontrak bisnis dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Laba juga digunakan sebagai dasar pemberian bonus bagi manajer, dan
-8-
sebagai kriteria penilaian kinerja perusahaan. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan
terlihat memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang memiliki laba rendah.
Manajer dapat menggunakan kesempatannya untuk memodifikasi laba dalam rangka untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan perusahaan. Beberapa perusahaan menaikkan laba
mereka dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan dalam memperoleh perlindungan.
Kecenderungan untuk lebih memberikan perhatian pada laba, dan pengukuran
kinerja manajemen berdasarkan laba, mendukung berbagai perilaku disfungsional, salah
satu diantaranya adalah manajemen laba. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan
rendahya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan
keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan
berkurang. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja
manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Laba dapat dikatakan berkualitas
tinggi jika laba yang dilaporkan tersebut dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan
untuk membuat keputusan yang terbaik.
Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah kualitas laba;
semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko (risk assessment); semakin
tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai suatu perusahaan yang dianalisis (Hennie
Van Greuning, 2005:32). Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih
tinggi karena lebih kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa depan
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang
lebih agresif (K.R Subramanyam, 2005:134).
Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian kualitas laba dalam
perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper
dan Vincent, 2003 (dalam Sutopo, 2009) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan
pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat
runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan labakas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini
dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi: persistensi,
prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang
berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat
-9-
permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan
berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi
butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang
berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi
laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba
yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.
Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur
dengan
berbagai
ukuran,
yaitu:
rasio
kas
operasi
dengan
laba,
estimasi
abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ kebijakan), dan estimasi hubungan
akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba
ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat
dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Dengan
menggunakan discretionary accruals, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai
discretionary accruals yang kecil. Estimasi discretionary accruals dapat diukur secara
langsung untuk menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin
tinggi kualitas laba dan sebaliknya.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual
(Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah laba
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik
relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria
kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam
penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran
terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba
berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.
Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua
pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan
banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan
keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan
dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan
sebaliknya.
- 10 -
Kualitas laba yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kualitas laba yang
berkaitan dengan pengukuran kualitas akrual dari informasi laba yang dihasilkan
perusahaan. Ini diukur dengan melihat ada tidaknya manajemen laba, yang dihitung
dengan discretionary accruals. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan
informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya
tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan
perusahaan ( Merchan dan Rockness, 1994, dalam Ma’ruf, 2006). Setiawati dan Na’im,
2000 (dalam Vidiyanto, 2009) mengemukakan bahwa manajemen laba adalah campur
tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Schipper, 1989 (dalam
Vidiyanto, 2005) yang berpendapat bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan
maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal yang dengan sengaja
memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Dalam pendekatan ini, kualitas berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan
yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari
tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi
kualitas laba yang semakin rendah, dan sebaliknya. Konsep pengukuran akrual ini
dianggap paling sesuai untuk memprediksi kinerja perusahaan.
2.1.3 Good Corporate Governance (GCG)
Isu corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan
dengan pengendalian perusahaan, atau sering dikenal dengan masalah keagenan. Ada
beberapa definisi dari GCG yang telah dikemukakan diantaranya oleh : Organization for
Economics Cooperation and Development (OECD), dan Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI). Seperti dijelaskan dalam OECD (dalam Warikki, 2008)
Corporate Governance merupakan cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab
kepada para pemiliknya (pemegang saham). Sedangkan penjelasan dalam FCGI (dalam
Warikki, 2008), corporate governance adalah seperangkat aturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya,
- 11 -
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Seperti diuraikan dalam OECD ( dalam Fala, 2007), terdapat empat prinsip dasar
pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah :
1. Keadilan (fairness), menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk
hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparansi (transparency), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat,
waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,
pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), menjelaskan peran dan tanggung jawab,
serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan
pemegang saham, sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.
4. Pertanggungjawaban (responsibility), memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan
yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Menurut Lins dan Wanock, 2004 ( dalam Warikki, 2008) secara umum mekanisme
Good Corporate Governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama
adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan dan
struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik negara yang terdiri atas
aturan hukum dan pasar pengendalian korporat. Penelitian ini akan memasukkan
mekanisme internal spesifik perusahaan sebagai variabel pemoderasi, yaitu :
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajemen
terhadap
saham
perusahaan
dipandang
dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan
manajemen puncak (Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005). Kualitas
laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial. Tekanan dari pasar
modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan
memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya
tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Secara umum
- 12 -
dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen
cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang berkaitan dengan kandungan
informasi dalam laba.
b. Komisaris Independen
Peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat membatasi tingkat manajemen laba
melalui fungsi monitoring atau pelaporan keuangan. Komisaris Independen memiliki
tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan
Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Melalui
perannya dalam fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak
manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan
laba yang berkualitas. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan
fungsi pengawasan terhadap manajemen, karena komisaris independen tidak mempunyai
kepentingan yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalankan kewajiban
secara adil di perusahaan.
2.2 Teori Matching Concept
Biaya adalah semua yang di bebankan kepada produk barang dan jasa yang akan
dijual untuk mendapatkan revenue. Biaya itu tidak termasuk dalam produk itu bisa juga
belum termasuk didalamnya karena mungkin saja mendahului atau dikeluarkan/accrued
setelah selesainya produk, misalnya biaya penyusutan, perizinan, asuransi dan gaji.
Menurut teori matching concept, maka biaya harus dibebankan sesuai dengan pengakuan
dan periode panghasilan. Dalam hal sukar melakukan matching, maka pembebanan harus
dilakukan secara rasional dan sistematis. Berdasarkan waktu pengeluaran/pembebanan
biaya dan prinsip matching dikenal 2 konsep berikut :
- 13 -
2.2.1 Direct atau Product Matching.
Pada saat penjualan atau hasil diketahui, hasil ini di match dengan biaya yang
berkaitan dengan produk atau jasa yang dijual itu. Periode ini disebut juga biaya produk.
Konsep ini adalah konsep yang mengabaikan beberapa masalah antara lain biaya yang
belum bisa dikaitkan langsung dengan prosuk itu sehingga dalam konsep ini semua biaya
lain diluar biaya produk atau jasa itu dianggap sebagai aktiva yang dialihkan ke periode
yang akan datang.
2.2.2 Indirect atau Periode Matching.
Disini matching dilakukan antara hasil yang diperoleh dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan/sibebankan selama periode dimana digunakan bukan berdasarkan waktu
perolehan atau pembayaran ini disebut biaya periodik. Sebenarnya ini bukan murni
matching ini adalah approximation dari matching. Namun konsep ini dapet diterimakarena
beberapa
alasan
sebagai
berikut
:
a. Banyak biaya periodik secara tidak langsung dikaitkan dengan biaya pada periode
sekarang sehingga tidak berbeda antara matching menurut dasar penggunaan atau dasar
waktu
pelaporan.
b. Untuk hal-hal tertentu sukar mengidentifikasi hubungan langsung antara jenis hasil dan
biaya.
c. Jika misalnya suatu biaya tidak bisa dianggap akan memberikan kontribusi terhadap
hasil yang akan datang mengapa tidak dibebankan kepada periode sekarang.
d. Untuk biaya yang bersifat berulang-ulang dan reguler, tidak ada pengaruh material
terhadap
masalah
kapan
dibiayakan.
e. Banyak biaya bersifat joint cost yang sukar diasosiasikan untuk hasil tertentu sehingga
memerlukan
alokasi
arbitrer
dengan
menggunakan
dasar
waktu.
f. Definisi Hasil, Biaya, dan Laba.
1. Hasil (Revenue)
Committee on Terminology mengidentifikasikan revenue sebagai hasil darim
penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang
menerima jasa. Definisi ini menggunakan pendekatan revenue expense.
- 14 -
2. Biaya (Expense)
Menurut Committee on Terminology adalah semua biaya yang telah dikenakan dan
dapat dikurangkan pada penghasilan.
Biaya biasa nya dibagikan kepada 3 golongan, yaitu :
• Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada periode itu.
• Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan
penghasilan
• Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun.
3. Gain and Loss
- Gain (laba/keuntungan dari ttransaksi tertentu yang sifatnya insidentil).
Diluar laba diatas, adalagi penggolongan laba diluar laba tersebut yaitu yang
dikenal dengan istilah gain. Gain adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya
insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kejadian lainnya yang
mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau
pemberian
kepada
pemilik.
- Losses (rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil) :
Losses adalah turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan
bukan kegiatan utama entitas dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang
mempengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau
pemberian kepada pemilik (prive).
4. Laba Rugi
Menurut Committee on Terminology, laba adalah jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau
penghasilan
operasi.
Menurut APB statement mengartikan laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit) pengahasilan
diatas
biaya
selama
satu
periode
akuntansi.
Dari definisi dua pertama, dapat dilihat dengan jelas bahwa definisi itu condong pada
pendekatan revenue expense approach, sedangkan definisi tarkhir cenderung asset
liabillity approach.
- 15 -
# Pengakuan Penghasilan
Kapan revenue dianggap sebagai penghasilan. Secara teoritis pertanyaan ini dapat
dijawab sebagai berikut:
Dalam hal waktu yang dimaksud disini ada 4 alternatif, yaitu :
a. Selama produksi
b. Pada saat produksi selesai.
c .Pada saat penjualan.
d. Pada saat penagihan kas.
# Bentuk Penyajian Laba Rugi
Dalam menyajikan laporan laba rugi dikenal :
1. Current Operating Income.
2. All Inclusive Income.
Perbedaan ini timbul akibat perbedaan pendapatan mengenai apakah suatu pos disajikan
dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan. Ada yang berpendapat bahwa
yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal dari
kegiatan normal (normal operating income), sedangkan pos yang berasal dari kegiatan
yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan sehingga laba di bottom line
adalah laba normal. Pendapat ini menghasilkan konsep pelaporan normal operating
income. Konsep ini mengganggap bahwa dalam menilai prestasi manajemen yang dinilai
hanyalah yang berasal kegiatan normal tidak termasuk kegiatan insidentil dan angka inilah
yang lebih tepatb dalam membuat prediksi kemampuan perusahaan mendapatkan laba
dimasa yang akan datang.
Masalah yang dibahas dalam penyajian laba ini lebih difokuskan pada masalah
konseptual tentang apa yang disebut laba. Masalah yang erat kaitannya dengan penyajian
adalah pemisahan pelaporan pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan
pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada
umumnya dilaporkan melalui statemen laba-rugi, sedangkan pos-pos yang merupakan
- 16 -
transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan
ekuitas.
# Income Smoothing – Creative Accounting
Teory Efficiency Market Hypothesis (EMH) menyebutkan bahwa laporan
keuangan dapat mempengaruhi pasar modal . ini berarti menunjukkan betapa pentingnya
laporan keuangan. Biasanya laba yang stabil dimana tidak banyak fluktuasi atau varience
dari suatu periode ke periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan laba
ini disebut income smoothing. Income smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai
cara :
* Mengatur waktu kejadian transaksi.
* Memilih prinsip atau metode alokasi.
* Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari operasi
normal.
# Perubahan Akuntansi.
Perubahan prinsip akuntansi bukan hanya mempengaruhi laba rugi periode
berjalan, tetapi juga periode yang lalu. Perubahan ini ada 3 yaitu :
1. Perubahan dalam Prinsip Akuntansi.
Perubahan ini timbul dari penerapan prinsip akuntansi yang baru yang berbeda dari prinsip
yang dianut sebelumnya,
2. Perubahan dalam Taksiran.
Dalam akuntansi kita sering melakukan taksiran, misalnya taksiran umur dan taksiran
deposit barang tambang setelah beberapa lama kita mendapat informasi yang baru
sehingga merubah taksiran yang lama disebut perubahan taksiran dalam akuntansi.
3. Perubahan dalam Laporan Entitas.
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang materiil terjadi dalam
entitas
yang
sebelumnya
dilaporkan
melalui
laporan
keuangan.
PSAK memberi pedoman terhadap perubahan akuntansi ini sbb :
- 17 -
1. Pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang baru dilaporkan dalam
perhitungan laba rugi periode berjalan, dan disajikan diantara pos biasa dan laba bersih.
2. Untuk perubahan penilaian persediaan dari atau ke metode LIFO di mana pengaruh
kumulatif
umumnya
sulit
ditentukan.
3. Laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif untuk perubahan berikut
ini:
a. Perubahan dalam periode akkuntansi untuk kontrak pembangunan jangka panjang.
b.
Perubahan
ke
atau
dari
metode
biaya
penuh
dalam
industri
ekstraktif.
4. Sifat dan alasan dilakukan perubahan dalam kebijakan akuntansi harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan kuangan periode terjadinya perubahan.
# Keterbatasan Laporan Keuangan
Bagaimanapun besarnya manfaat laporan keuangan, seorang users harus
memahami keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan agar dalam membacanya tidak
menimbulkan salah tafsir.
Menurut PAI sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sbb :
1. Laporan keuangan bersifat historis.
2. Laporan keuangan yang bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusanan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai
pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi material.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos,
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling
kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
dalam bentuk hukumnya.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai
laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan.
- 18 -
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapet dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
- 19 -
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan data kuantitatif,terutama
yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapatdigunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi yag sesuai dengan prnsioakuntansi dalam memilih
alternatif dari suatu keadaan. Di dalam menyusun prinsipakuntansi, digunakan asumsiasumsi dan konsep-konsep dasar tertentu. Asumsi dasarini merupakan aspek dari
lingkungan di mana akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkankonsep-konsep dasar
merupakan pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi.Konsep dasar diperlukan untuk
membuat kesatuan fikir dalam pembuatan laporankeuangan, agar tidak terjadi perbedaan
antara pembuat laporan keuangan yang satudan yang lain.
3.2 Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan, baik yang datang
atas diri kami pribadi maupun datang dari pihak lain, kami minta saran dari temen-temen
maupun dosen pengampu yang bersifat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih
baik.
- 20 -
Download