BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan serta merupakan media untuk melaporkan pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal pemilik. Laporan keuangan juga merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di Iuar perusahaan. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Keputusan ekonomi yang dibuat oleh pelaku pasar berdasar informasi yang diperoleh dari laporan keuangan umunya tercermin dalam tindakan pelaku pasar yang disebut dengan reaksi pasar. Reaksi pasar dipicu oleh berbagai hal, salah satunya adalah pengumuman yang berhubungan dengan laba (earnings related announcements). Laba merupakan salah satu parameter kineija perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur. Pengumuman yang terkait dengan laba yang menyebabkan timbulnya reaksi pasar mencakup pengumuman laporan tahunan awal, laporan tahunan rinci, laporan interim awal, laporan interim rinci, laporan perubahan metode-metode akuntansi, laporan auditor, dan sebagainya (Hartono, 2000). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh akrual dan aliran kasnya (Penman, 200 I). 2 Prinsip akuntansi yang berlaku urn urn (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam kondisi keragu-raguan, seorang manajer harus menerapkan prinsip akuntansi yang bersifat konservatis. Laba mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan merupakan masalah penting bagi investor, dan menurut Wolk (2000), Givoly dan Hayn (2002) terdapat indikasi kecenderungan peningkatan konservatisme secara global. Konservatisme telah menjadi prinsip akuntansi yang banyak dianut oleh para akuntan sejak abad ke-15 dan semakin popular penggunaannya dalam tiga dekade terakhir. FASB Statement of Concept No. 2 mendefinisikan konservatisme sebagai reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan. Sampai saat ini masih terjadi pertentangan mengenai manfaat konservatisme dalam laporan keuangan. Sebagian peneliti berpendapat bahwa laba yang dihasilkan dari metode yang konservatif kurang berkualitas, tidak relevan, dan tidak bermanfaat, sedangkan sebagian lainnya berpendapat sebaliknya. Peneliti yang memiliki 3 pandangan kedua menganggap bahwa laba konservatif, yang disusun menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan. Laba yang disusun dengan metoda yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat dianggap sebagai laba yang berkualitas. Sejak beberapa dekade, hubungan antara reaksi pasar dengan variabel-variabel akuntansi telah menjadi topik menarik bagi peneliti serta bagi investor, dan manajer perusahaan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menghasilkan simpulan yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan. Menurut Giner (2001) konservatisme identik dengan bad news. Dan Ginner (2001) menunjukkan bahwa bad news memiliki dampak yang lebih besar atas harga sekuritas dibandingkan good news. Reaksi pasar atas bad news semakin besar ketika terdapat informasi berkaitan kapitalisasi yang rendah. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Gigler dan Hemmer (200 1) menunjukkan bahwa pasar bereaksi lebih cepat terhadap informasi-informasi dari perusahaan yang kurang konservatif (lebih optimis). Penelitian-penelitian terdahulu yang juga menguji pengaruh penerapan prinsip konservatisme terhadap reaksi pasar antara lain penelitian Panman dan Zhang (2002) yang meneliti pengaruh akuntansi konservatisme terhadap kualitas laba. Panman dan Zhang mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba sekarang untuk memprediksi laba masa depan. Panman dan Zhang (2002) menemukan perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif dan pertumbuhan investasi yang berfluktuasi memiliki kualitas laba yang rendah. 4 Dewi (2004) menguji pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa respon pasar berbeda atas laba yang konservativ dengan laba yang optimis. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suaryana (2006) yang meneliti koefisien respons laba perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatisme dan akuntansi yang lebih optimis. Suaryana (2006) memasukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi koefisien respons laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntansi konservatif mempunyai daya prediksi yang lebih rendah dibandingkan akuntansi non konservatif. Adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip konservatisme dalam laporan keuangan terhadap koefisien respon laba mendorong peneliti untuk memasukkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Peneliti menduga bahwa ada variabel lain yang menginteraksi pengaruh konservatisme akuntansi terhadap koefisien respon laba. Menurut Lins dan Warnock (2004) secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok. Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme ekstemal spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat. Diantara berbagai faktor yang dapat mendorong terciptanya pengelolaan perusahaan yang efektif, dewan komisaris 5 merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi. Untuk struktur pengelolaan di Indonesia fungsi ini cenderung lebih banyak dijalankan oleh dewan komisaris berdasarkan kedekatannya dengan sumber informasi. Kusumawati dan Riyanto (2005) menunjukkan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris. Wardhani (2008) menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan perusahaan akan semakin mendorong penggunaan prinsip akuntansi yang konservatis. Hasil penelitian itu konsisten dengan LaFond dan Roychowdhury (2007) yang menyatakan bahwa konservatisme dalam laporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul antara pemisahan dan kepemilikan dan pengendal ian. Berdasarkan kenyataan dari basil penelitian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh konservatisme dalam laporan keuangan terhadap earnings response coefficient dengan memasukkan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. 1.2 Rumusan masalah Mengacu pada Jatar belakang masalah maka rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah: 6 I. Apakah konservatisme dalam laporan keuangan berpengaruh terhadap earnings response coeficient (ERC)? 2. Apakah Good Corporate Governance mempengaruhi interaksi antara konservatisme dalam laporan keuangan dengan earnings response coefficient (ERC)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: I. Untuk menguji pengaruh konservatisme dalam laporan keuangan terhadap earnings response coefficient (ERC). 2. Untuk mengetahui pengaruh good corporate governance (GCG) terhadap hubungan antara konservatisme dalam laporan keuangan dengan earnings response coefficient (ERC) 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan kontribusi teoretis. I. Kontribusi praktis Penelitian ini memberikan kontribusi pada peneJitian akuntansi tentang pengaruh konservatisme dalam laporan keuangan terhadap earnings response coeeficient (ERC) dengan good corporate governance (GCG). 7 2. Kontribusi teori Hasil penelitian ini diharapkan bennanfaat dalam mengembangkan pengetahuan tentang kecenderungan penerapan prinsip konservatisme dalam laporan keuangan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Widya (2004) yang melaporkan telah terjadi praktik akuntansi konservatisme pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 1995-2002. Sebagian besar perusahaan (76,9%) diduga menerapkan akuntansi konservatif. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk lebih mengarah kepada pennasalahan dalam penulisan tesis ini, serta menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi pada masalah konservatisme laporan keuangan dan good corporate governance. Dan untuk dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka penulis memberikan batasan terhadap ruang lingkup penelitian yang terbatas hanya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia peri ode 2006-2010.