POLA INTERAKSI SOSIAL ANTARA MUHAMMADIYAH DAN PERTI (PERSATUAN TARBIYAH ISLAMIYAH) DI KECAMATAN BLANGPIDIE, KABUPATEN ACEH BARAT DAYA (2000-2017) Proposal Diajukan untuk melengakapi tugas-tugas dan memenuhi tugas mata kuliah sejarah sosial Oleh: Tihaya Anisa (1606101020030) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2018 1 A. Latar Belakang Muhammadiyah dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) merupakan dua organisasi besar yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh dari kedua organisasi ini sangat terasa di tengah masyarakat, meskipun berbeda masanya, sampai sekarang kedua organisasi keagamaan ini tetap menjadi “tempat bernaung” orang-orang Islam yang ingin terlibat dalam sosial keagamaan sebagai bagian tak terpisahkan dari seluruh aktivitas keagamaan. Muhammadiyah ialah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar berakidah Islam dan bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah. Kata Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah S.A.W, yang diberi tambahan ya’ nisbah dan ta’ marbuthah, artinya bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang mengikuti jejak perjuangan Nabi Muhammad. Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi keagamaan yang didirikan untuk menjawab tantangan zaman berkaitan dengan situasi modern di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 (Noer, 1985:84). Sedangkan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) merupakan organisasi kegamaan yang dahulu di bangun untuk permaslahatan pendidikan Islam dan sosial masyarakat Islam yang kemudian juga mengarah pada politik (Nelmawarni, ddk. 2013:51-53). Namun kini lebih dominan mengurus agama dan pendidikan di dalam masyarakat. Perti sendiri diresmikan pada tanggal 5 Mei 1928 di 1 Canduang, Bukittinggi, yang didirikan oleh sekelompok ulama-ulama kaum tua yaitu: Syekh Sulaimana Ar-Rasuly, Sirajuddin Abbas, dan Syekh Muhammad Jamil Jaho (Noer, 1987:72). Di Aceh, Muhammadiyah dan Perti berkembang pada waktu yang bereda. Pada awal perkembangan Muhammadiyah di Aceh, gerakan Muhammadiyah berawal dari Banda Aceh sejak tahun 1923 akan tetapi secara resmi didirikan pada tahun 1927, kemudian berkembang ke daerah pesisir timur Aceh dan beberapa daerah lainnya (Zalekha, 2017:7). Sedangkan Perti mulai ada di Aceh pada tahun 1940, dibawa oleh Syeikh Haji Wali Al-Khalidy, yang kemudian dikenal sebagai pemuka ulama yang berperan dalam bidang pendidikan dayah salafi, dakwah Islamiyah dan pengembang Thariqat Naqsyabandiyah di Aceh. Beliau kembali dari Bukit Tinggi setelah mendalami ilmu pengetahuan di daerah itu ke daerah asalnya Labuhan Haji Aceh Selatan. Di Labuhan Haji beliau membentuk Perti dalam kapasitas komisariat yang langsung berpusat di Bukit Tinggi, karena di Aceh sendiri Perti belum pernah ada dan kemudian Perti mulai menyebar ke berbagai daerah Aceh lainnya. Kecamatan Blangpidie menjadi salah satu bagian dari Aceh juga tak luput dari pengaruh ajaran Muhammadiyah dan Perti, dimana dua organisasi ini sangat mendominasi sebagai organisasi agama di Blangpidie. Di daerah Blangpidie penganut ajaran Muhammadiyah pada saat ini telah mengalami perkembangan yang besar, hal ini dilihat dari dibangunnya fasilitas umum seperti masjid, Taman 2 Kanak-Kanak, Madrasah Ibtidayyah, Sekolah Menengah Pertama dan STKIP oleh organisasi Muhammadiyah serta cabang organisasinya seperti IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyah) dan Aisyiah. Dan perkembangan Perti di Blangpidie juga sangat pesat, hal tersebut dapat lihat dari banyaknya masyarakat Blangpidie yang menjadi bagian organisasi Perti serta banyaknya fasilitas Perti yang ada disana antara lain ialah masjid, dayah dan juga adanya organisasi cabang yaitu OPI (Organisasi Pemuda Islam). Masyarakat Blangpidie sendiri sangat menjunjung tinggi dua organisasi tersebut dalam hidupnya. Sebagian besar hampir tiap desa di Blangpidie masyarakatnya telah mengotak diri baik sebagai Muhammadiyah ataupun Perti yang di tandai Masjid yang ada di desa tersebut di imami oleh anggota Muhammadiyah atau Perti, meski pun tidak keseluruhan seperti it, karena beberapa desapun bercampur baur antara Muhammadiyah dan Perti. Kedua organisasi besar memiliki perbedaan yang mencolok didalamnya, hal ini dapat dilihat salah satunya dari perbedaan khilafiyah juga yang dianut serta perbedaan pandangan tentang Islam, dimana Muhammadiyah dengan Islam modernya sedangkan Perti dengan Islam tradisionalnya, dan tentu hal tersebut memberi dampak terhadap kehidupan sosial dimana terjadinya perubahan pola masyarakat sejak adanya Muhammadiyah dan Perti di Blangpidie. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pola interaksi sosial antara Muhammadiyah dan Perti (Persatuan 3 Tarbiyah Islamiyah) di Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (1990-2017). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana awal berdiri serta perkembangan Muhammadiyah dan Perti di Kecamatan Blangpidie? 2. Bagaimana perbedaan antara Muhammadiyah dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Kecamatan Blangpidie? 3. Bagaimana bentuk pola interaksi sosial antara Muhammadiyah dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Kecamatan Blangpidie (1990-2017)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui bagaimana awal berdiri serta perkmbangan Muhammadiyah dan Perti di Kecamatan Blangpidie. 2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara Muhammadiyah dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Kecamatan Blangpidie. 4 3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pola sosial antara Muhammadiyah dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Kecamatan Blangpidie (20002017). D. Kajian Sebelumnya Kajian mengenai organisasi Islam yang dominan di suatu daerah dan memberikan dampak terhadap interaksi masyarakat sudah banyak mendapatkan penelitian para kalangan sarjana maupun para peneliti. Diantaranya ialah penelitian yang dilakukan oleh Moh Imam Ahmad yang berjudul “Integrasi Sosial Keagamaan NU dan Muhammadiyah di Desa Baturetno Kec Banguntapan Kab Bantul”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hubungan Warga NU dan Muhammadiyah yang hidup di Baturetno terjalin dengan baik, hal ini disebabkan kentalnya budaya Jawa yang disebut dengan istilah "tepo seliro" dalam berinteraksi dengan tetangganya membuat kedua kelompok ini meluluhkan etnosentrisme pada kelompok masingmasing untuk dapat saling bertegur sapa dan saling membantu. Meskipun begitu, tidak dapat dielakkan perbedaan yang terdapat pada dua kelompok ini,terutama dalam hal tradisi dan cara beribadah, namun secara lambat laun masyarakat faham dan menerima perbedaan sehingga tidak terjadinya konflik antar dua kelompok ini. Selanjutnya, dalam hasil penelitian Iwan Setiawan yaitu "Interaksi Antara Kelompok Tradisi dan Reformis Islam di Tingkat Desa (Studi Kasus Pengajian Muhammadiyah dan Kelompok Pengajian Nahdatul Ulama (NU) 5 di Desa Margasari" menjelaskan sikap anggota kelompok Muhammdiyah dan NU saling merhargi meskipun menyadari bahwa keyakinan mereka ada sedikit perbedaan telah membawa mereka pada tingkah laku akomodatif. Tingakah laku yang akomodatif memebawa mereka dalam suatu interaksi yang bersifat mendekatkan sehingga interaksi sosial di antara dua kelompok ini garmonis di masyarakat Desa Margasari. Hal ini, tidak terlepas dari pembinan agama yang dilakukan oleh kalangan masing-masing kelompok untuk menghindari pecahnya ukhwah Islamiyah, meskipun mereka kurang teliti melihat Islam yang sesungguhnya,mereka hanya melihat identitas keisalaman sebagai pengikut kuat ingroup-nya. Kajian selanjutnya adalah “Interaksi Sosial Antar Kelompok Islam (Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)“ oleh Ilzamul Wafik, yang menjelaskan tentang interaksi sosial antara warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi terjadi interaksi pada Bidang Agama, Sosial Keagamaan, Pendidikan, Budaya dan Ekonomi dan Interaksi sosial antar kelompok Islam khususnya Muhammadiyah dan NU di Mlangi dapat berjalan dengan baik karena faktor kekerabatan/famili. Didalam jurnal karya Usisa Rohmah yang berjudul "Interaksi Sosial Warga NU dan Muhammadiyah (Studi Kasus di Desa Punduhsari)" juga membahas tentang bagaimana kehidupan sosial masyarakat Desa Pundushari yang didalamnya terbagi sebagai warga NU dan Muhammadiyah yang ternyata hubungan warga kedua kelompok ini terjalin dengan sangat baik, meskipun banyak perbedaan dimana warga NU sangat kuat dalam 6 melaksanakan tradisi yang dianggap bagian ibadah, yang dimana dalam pandangan Muhammadiyah itu merupakan bid'ah karena tidak ada dalam Islam. namun, kedua kelompok ini tetap mampu menjaga keharmonisan hubungan mereka terutama karena kuatnya ikatan bertetangga, sehingga mampu saling memahami dan menghargai. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sudah ada beberapa kajian tentang hubungan interaksi antara dua organasasi atau kelompok agama dalam suatu wilayah. Khususnya yang dilakukan oleh para ahli maupun para sarjanawan. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji mengenai Pola Interaksi antara Muhammadiyah dan Perti yang merupakan organisasi yang sangat besar di Aceh terutama Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya. Mengingat kurangnya perhatian akan hubungan antara Muhammadiyah dan Perti sehingga belum adanya penelitian mengenai pola interaksi antara dua kelompok ini, menjadikan hal ini menjadi peluang untuk melakukan penelitian masih terbuka dengan leluasa guna memperkaya histiografi tentang pola interaksi antara Muhammadiyah dan Perti di Kecamatan Blangpidie. E. Metode Penelitian 1. Metode/Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode sejarah (historis). Metode sejarah adalah proses mengkaji dan menganalisis secara kristis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2006:39). Di mana metode sejarah 7 terdapat 5 (lima) tahapan yaitu: (1) pemilihan topic; (2) heuristik atau pengumpulan data; (3) verifikasi atau kritik sumber (kritik internal dan kritik eksternal); (4) interpretasi atau penafsiran; dan (5) histiografi atau penulisan sejarah (Kuntowijoyo, 1999:89). Dalam pendekatan ini, penelitian memakai pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2002:3). Dengan menggunakan metode kualtitatif ini maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna. Sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. 2. Sumber Data Penelitian Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan sumber primer dan sekunder, yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). a. Sumber Primer Sumber primer adalah “sumber-sumber dasar yang merupakan bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi mata, keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Nazir, 2005:51). Sumber primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung di lapangan yang bersumber pada wawancara dengan pengurus 8 Muhammadiyah dan Perti, dan masyarakat yang terlibat dengan Muhammadiyah dan Perti. b. Sumber Sekunder Menurut Hasan (2002:82) sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Sumber sekunder merupakan sumber yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran, internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis. Untuk melengkapi data penelitian, maka data sekunder yang penulis gunakan ialah buku-buku bacaan, laporan penelitian dan dokumen organisasi yang terkait. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penilitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data atau heuristik, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk tujuan tertentu (Sugiyono, 2014:308). Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: a. Wawancara (Interview) Menurut Suharsimi Arikunto (2006:155), metode wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memeperoleh 9 informasi dari terwawancara (interviewee). Dengan metode ini, peneliti akan mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, dengan berdialog dengan face to face terhadap orang lain. Ditinjau dari jenisnya wawancara terbagi dua macam, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list dan wawancara tidak terstuktur yaitu pedoman wawancara yang hanya garis besar akan ditanyakan (Arikunto, 20006:227). Wawancara yang digunakan pneliti adalah wawancara tidak terstuktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Pada prosedurnya proses untuk mencapai keakuratan, peneliti menggunakan alat bantu berupa tape recorder, kemudian mentransfernya dalam transkrip tertulis. Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pengurus serta anggota Muhammadiayah dan Perti, dan masyarakat sekitar. b. Dokumen Dokumen adalah mencarai data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat agenda dan sebagiannya (Arikunto, 2006:231). Dengan metode ini peneliti memanfaatkan dokumen yang ada di kantor Muhammadiyah dan Perti cabang Blangpidie. c. Observasi Observasi ialah metode yang dilakukan sebgai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono, 2007:158). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek 10 ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki. Metode ini peneliti gunakan untuk memeperoleh data secara langsung obyek yang diteliti yaitu mengenai pola sosial Muhammadiyah dan Perti di Kecamatan Blangpidie. d. Studi Kepustakaan Menurut memperkaya Martono (2011:97) studi pustaka pengetahuan mengenai berbagai dilakukan untuk konsep yang akan digunakan sebagai dasr atau pedoman dalam proses penelitian. Studi pustaka merupakan jenis data sekunder dengan cara mengumpulkan informasi yang terdapat dalam artikel surat khabar, buku buku maupun karya ilmiah pada penelitian sebelumnya. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mencari fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan.studi perpustakaan ini dilakukan dengan berbagai perpustakaan seperti : Badan Arsip dan Perpustakaan Wilayah , Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh dan Perpustakaan Universitas Syiah Kuala. 4. Metode Analisis Data Teknik analisis adata adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapanagn, dan bahan-bahan lain, sehinggga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang laian. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang 11 akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiono, 2014:334). Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode sejarah, ada beberapa langkah yang harus dipatuhi oleh seorang peneliti yaitu: heuristik atau pengumpulan data, kritik, interpretasi, dan historiografi (Notosutanto, 1978:11). Langkah pertama ialah mengumpulkan data, setelah data penilitian terkumpul kemudian penulis melakukan kritik sumber yaitu mempersoalkan auntentik tidaknya suatu sumber yang telah didapatkan. Mengenai asli tidaknya suatu sumber yang telah didapatkan. Mengenai asli tidaknya suatu sumber itu primer ataukah sekunder, melakukan kritik teks, kemudian melakukan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik sumber dilakukan pada sumber hasil studi pustakaan, hal ini disebabkan tidak semua keterangan sumber mengenai peristiwa yang diamati mutlak diterima sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut dan perbandingan antar sumber tersebut untuk menegaskan fakta sehingga penulisan tentang topic pembahasan bersifat netral. Sumber yang telah melalui beberapa kritik diatas, penulis memasuki tahap selanjutnya yakni interpretasi. Langkah ini untuk merangkaikan data yang ada dengan berusaha menggambarkan hasil penelitian sebenarnya dengan berdasarkan berbagai sumber yang diperoleh baik berupa bukubuku di perpustakaan, sumber yang ada di desa dan juga dari para informan. 12 Historiografi dalam tahap keempat ini, adalah merupakan langkah terakhir yakni merangkairangkaikan, menyusun dan menyajikan menjadi satu kisah yang utuh atau satu tulisan dalam bentuk skripsi. 13 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Imam, Moh. 2016. Integrasi Sosial Keagamaan NU dan Muhammadiyah di Desa Baturetno Kec Bnaguntapan Kab Bantul. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suata Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Gottshalk, Louis. 2006. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hasan, Iqbal, Muhammad. 2002. Pokok-Pokok Materi Metedeologi Penelitian & Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Margono, S. 2007. Metedeologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Skunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad. Moleong, Laxy. 2007. Meteodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh. 2005. Motode Penelitisn. Jakarata: Ghalia Indonesia. Nelmawarni, ddk. 2013. Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) dari Organisasi Sosial Keagamaan ke Partai Politik 1928-1971. Jurnal Sosiohumanika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Noer, Deliar. 1987. Partai Islam di Pentas Nasional Kiasah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Noer, Deliar.1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Notosutanto, Nugroho. 1975. Mengerti Sejarah. (terjemahan). Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. 14 Rohmah, Usisah. 2016. Interaksi Sosial Wrga NU dan Muhammadiyah Studi Kasus di Desa Pundusari. Jurnal Social Interaction, Identity adn Integration. Jakarta: Universitas 17 Agustus 1945. Setiawan, Iwan. 1999. Interaksi Sosial Antara Kelompok Tradisi dan Reformis Isalam di Tingkat Desa. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wafik, Ilzamul. 2012. Interaksi Sosial Antara Kelompok Islam. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Zalekha. 2017. Sejarah Perkembangan Muhammadiyah Di Blangpidie Tahun 1970 – Sekarang. Skripsi. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry 15